BISMILLAHIRROHMANIRROHIM…
MUQODIMAH
Ketika ada dua insan yang menikah, diantara doa yang sering disampaikan pada kedua
pengantian adalah semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah yang
berpijak pada surat Ar Rum yaitu:
ٍ ق لَ ُك ْم ِّم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز ٰوجًا لِّتَ ْس ُكنُ ٓوا ِإلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ۚ ِإ َّن فِى ٰذلِكَ َل َء ٰاي
َت لِّقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون َ ََو ِم ْن َءا ٰيتِ ِٓۦه َأ ْن َخل
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Pertama; doa sakinah untuk kedua pempelai pengantin merujuk pada kata إليهاZ لتسكنواyang
artinya “agar kamu merasa tentram kepadanya”. Lafad ini terdiri dari huruf lam yang artinya
“agar” dan “fi’il mudhori” yang mengandung fa’il “( أنتمkalian) sehingga untuk mendapatkan
“sakinah” harus melakukan usaha (fi’il) yang dilakulan oleh suami kepada istrinya atau
sebaliknya oleh istri kepada suaminya, keduanya harus sama-sama berusaha untuk saling
berusaha membentuk sakinah di antara keduanya, sehingga sakinah itu bisa diperoleh,
sakinah adalah “ketenangan jasmani dan ketenangan hati yang dirasakan oleh pasangan
suami istri”, serta hati diantara keduanya tidak lagi tergiur atau tergoda oleh orang lain,
keduanya saling berusaha memupuk ketenangan jasmani dan hati diantara keduanya.
Jadi “sakinah” adalah ketenangan yang dirasakan oleh seorang suami dan istri di dalam
rumah tangga, sehingga kedua merasa nyaman dan tenang ketika keduanya saling berdekatan
atau bersambung komunikasinya. Hati suami tidak lagi tertarik terhadap perempuan lain dan
hati istri tidak lagi tertarik pada laki-laki lain, dan ketenangan pihak lain di luar keduanya,
karena keduanya sama-sama sibuk dalam menciptakan ketenangan dan keyamanan di rumah
tangganya sendiri.
Kedua; doa mawaddah, kata ini diawalai oleh kata جعلyang artinya Allah membuat kasih
sayang selalu ada diantara pasangan suami dan istri, tentu dengan sebelumnya memenuhi
keadaan “sakinah”, untuk itulah kata mawaddah dalam ayat di atas oleh para ulama’
diartikan tiga hal yaitu;
1. Mawaddah bermakna jima’ artinya setiap suami istri melakukan hubungan suami
istri sebagaiman lazimnya dengan cara yang sudah diatur dalam Islam yaitu dengan
cara yang ma’ruf, cara yang baik yang sudah dikenal dalam tuntunan ajaran Islam.
2. Mawaddah bermakna “cinta” artinya Allah akan menjadikan kepada siapun yang
telah menemukan pasangannya (suami istri) rasa cinta yang mengebu namun halal
untuk dilampiaskan kepada istrinya atau kepada suaminya bagi seorang istri,
sehingga cinta itu menjadi wasilah untuk beribadah kepada Allah melalui hubungan
suami istri yang berujung kepada menjalankan perintah Allah yaitu menjalankan
kewajiban suami-istri dan meninggalkan larangan Allah yaitu menjauhi zina dan
hal-hal yang mendekati zina.
Ketiga; Rahmah ( )رحمةyang terdapat pada teks ayat di atas bersanding dengan kata مودة. Hal
ini menandakan bahwa selain Allah menjadikan mawaddah, Allah juga menjadikan rahmah
kepada suami-istri yang senantiasa berusaha membentuk sakinah dalam keluarganya,
sehingga kata رحمةini juga memiliki tiga makna, yaitu:
1. Kata rahmah bermakna walad ( )ولدyang artinya bahwa siapa pun yang sudah
menemukan pasangannya (suami-istri) maka Allah menjadikan keduanya bisa
memiliki anak sebagai bentuk rahmat yang Allah berikan kepada keduanya karena
keberadaan anak dalam sebuah rumah tangga akan menjadi sebuah rahmat atau
nikmat tersendiri bagi seorang suami-istri yang bisa menjadikan keduanya lebih
memiliki ikan hati yang semakian kokoh, oleh karena itulah setiap orang yang
sudah menikah ada baiknya untuk tidak bernadzar menunda dulu untuk memiliki
anak, karena anak merupakan rahmat yang Allah berikan kepada suami-istri
sebagai bagian dari kebahagian yang ada dalam rumah tangga, sehingga rumus
yang berlaku adalah bila sudah melakukan hubungan suami istri sesuai tuntuan
ajaran Islam maka ia akan memiliki keturunan, bila tidak, maka ada faktor lain
yang membutuhkan pembahasan tersendiri dari berbagai sudut pandang mulai dari
sudut pandang agama, kedokteran, psikologi, dan lainnya.
2. Rahmah diartikan sebagai “belaskasih, simpati, atau kemurahan hati” artinya Allah
menjadikan perasaan saling simpati atau belaskasihan” di antara suami istri karena
keduanya sudah memiliki ikatan hati yang baik dengan penuh rasa cinta, sikap
simpati ini bisa dicontohkan ketika istri memilhat suaminya pulang kerja dalam
keadaan lelah, maka ia berusaha membantunya dengan cara membawakan barang
bawaannya (alat kerjanya), menyiapkan makan dan minumnya serta meminjitinya.
Demikian juga seorang suami yang melihat istrinya kerepotan mencuci baju, piring,
memasak, merawat anak sendiriaan, maka suami ikut membantunya sehingga
keromantisan dalam rumah tangga itu nampak indah dirasakan hati saat keduanya
saling membatu meringankan beban masing-masing, bukan lagi seperti anak
pacaran yang menunjukkan kemesraan di depan umum yang bisa membuat iri
orang yang melihatnya.
3. Rahmah bermakna “saling menjaga dari bahaya atau hal-hal yang tidak baik”. Allah
menjadikan rasa saling menjaga di antara suami istri yang sudah menikah dengan
perasaan ingin saling melindunggi atau saling menjaga dari hal-hal yang tidak baik,
itulah kenapa terkadang kita mendengar cerita dari seorang teman bahwa istrinya
sangat protektif sekali sehingga di rumah ia tidak bisa bebas makan-makanan yang
ia gemari karena istrinya khawatir suaminya takut kambuh penyaiktnya, demikian
juga kita dengar banyak suami yang tidak mengizinkan istrinya bepergian sendirian
karena ia hawatir keadaan istrinya selama di perjalanan sehingga ia memilih untuk
mengantarkannya.
1. Qana'ah (menerima).
Selanjutnya,
menjadi kunci kebahagiaan dalam berumah tangga. Seharusnya apapun masalah yang
ada, ataupun keinginan yang dimiliki masing-masing pasangan mampu dikomunikasikan
dengan baik. "Keluar rumah pun suami atau istri harus tahu ke mana. Jangan nylonong saja
sehingga akan memunculkan kesalahpahaman," katanya. Jika tiga hal ini bisa dilakukan
oleh pasangan suami-istri, ia optimis suasana dalam rumah tangga akan nyaman dan penuh
dengan keberkahan. Bukan hanya bagi keduanya, situasi yang damai juga akan
mempengaruhi jiwa anak dan keturunan-keturunanya. "Kalau keluarganya damai, anak pun
akan damai. Tapi kalau keluarganya ribut saja, maka bibit keributan pun akan tertanam pada
anaknya sehingga akan menjadi jiwa yang suka ribut, baik dalam keluarga maupun
lingkungan dan masyarakat,"