Anda di halaman 1dari 15

MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH MELALUI BIMBINGAN DAN KONSELING

PERNIkaHAN

Ahmad Zaini
STAIN Kudus, Jawa Tengah, Indonesia zaini78@gmail.com

Abstrak

Islam menganjurkan umatnya untuk menikah karena memiliki tujuan-tujuan yang ingin
dicapai. Dibalik anjuran yang diperintahkan kepada umat manusia, pasti ada
hikmahnya. Salah satu tujuan pernikahan seperti termaktub dalam surat ar-Rum ayat
21 adalah untuk memperoleh kententeraman, kenyamanan, rasa kasih dan sayang.
Prinsip-prinsip dasar pernikahan Islam yang harus diketahui oleh konselor pernikahan
dapat dirumuskan sebagai berikut: Dalam memilih calon suami/istri, faktor agama/
akhlak calon harus menjadi pertimbangan pertama sebelum keturunan, rupa dan
harta. Bahwa nikah atau hidup berumah tangga itu merupakan sunah Rasul bagi yang
sudah mampu.. Bagi yang belum mampu disuruh bersabar dan puasa, tetapi jika dorongan
nikah sudah tidak terkendali padahal ekonomi belum siap, sementara ia takut terjerumus
pada perzinaan, maka agama menyuruh agar ia menikah. Layaknya pakaian, masing-
masing suami dan istri harus bisa menjalankan fungsinya sebagai (a) penutup aurat
(sesuatu yang memalukan) dari pandangan orang lain, (b) pelindung dari panas
dinginnya kehidupan, dan (c) kebanggaan dan keindahan bagi pasangannya. Dalam
menjalani kehidupan berumah tangga ada kalanya diliputi rasa senang maupun rasa
duka. Untuk itu diperlukan bimbingan pernikahan sebagai tindakan preventif atau
pencegahan supaya tidak terjadi perselisihan dalam rumah tangga. Namun, apabila sudah
terjadi
perselisihan maka diperlukan konseling sebagai bentuk kuratif atau mencari solusi yang
terbaik. Karena itu bimbingan dan konseling pernikahan sangat diperlukan sebagai
proses bantuan kepada para suami istri yang sedang mengalami permasalahan agar
kehidupannya kembali normal seperti sediakala.
Kata Kunci: Keluarga Sakinah, Bimbingan Konseling, Pernikahan

Abstract

VEGAS FAMILY FORMING THROUGH MARRIAGE


GUIDANCE AND COUNSELING. Islam recommends people to marry because it has the
purpose of the goals to be achieved. Behind the disagreement is commanded to mankind, there
will be heedful. One of the goals of marriage as enshrined in Surat ar-Rum verse 21 is to
obtain kententeraman, comfort, compassion and mercy. The basic principles of the marriage of
Islam to be known by the marriage counselor can be formulated as follows: In selecting candidates
for the husband/wife, the religious factor/morals candidate must be the first consideration
before the descendants of the appearance and wealth. That deed or live housekeeping it is an
ordinance for which has been able to.. For those who have not been able to told to be patient
and fasting, but if encouragement of marriage is not controlled when the economy is not
ready, while he was afraid to fall on adultery, then religion sent so that he married. Like clothes,
each of the husband and wife must be able to perform its function as (a) the cover the nakedness of
(something embarrassing) from the view of others, (b) from the heat cold life, and (c) pride and
beauty for their husbands. In the live the life of housekeeping there are times covered the taste of
pleasure and a sense of grief. For that needed the guidance of marriage as a preventive action or
prevention that does not occur the dispute in the household. But when it happens the dispute then
required counseling as a form of curative or search for the best solution. Therefore the guidance
and counselling of marriage is very much needed as the process of aid to the husband and wife who
is experiencing problems so that his life back to normal intact.
Keywords: Family Sakinah, Guidance Counseling, Marriage.

A. Pendahuluan
Kata “keluarga” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 536) artinya ibu dan bapak
beserta anak-anaknya; seisi rumah. Sedangkan “sakinah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2003: 980) artinya kedamaian, ketenteraman, ketenangan, dan kebahagiaan. Kata sakinah disebutkan
sebanyak enam kali dalm al-Quran, yakni pada surat al-Baqarah ayat 248, surat at-Taubah ayat 26 dan
40, dan surat al-Fath ayat 4, 18, dan 26. Sakinah adalah ketenteraman, ketenangan, kedamaian,
rahmat, dan tumakninah yang berasal dari Allah swt. (Ensiklopedi Islam, 2002: 201-202). Bila kata
keluarga dan sakinah dijadikan satu, maka memiliki arti sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang diliputi dengan suasana damai, tenteram, tenang, dan bahagia.
Islam menganjurkan umatnya untuk menikah karena memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Dibalik anjuran yang diperintahkan kepada umat manusia, pasti ada hikmahnya. Salah satu tujuan
pernikahan seperti termaktub dalam surat ar-Rum ayat 21 adalah untuk memperoleh kententeraman,
kenyamanan, rasa kasih dan sayang. Untuk itulah kita dianjurkan menikah bagi yang sudah mampu.
Adapun tujuan pernikahan menurut Abd. Rahman Ghazaly (2006: 24-31) adalah sebagai berikut:
Pertama, Mendapatkan dan Melangsungkan Keturunan. Naluri manusia adalah cenderung untuk
mempunyai keturunan yang sah yang diakui oleh dirinya sendiri, masyarakat, negara dan kebenaran
keyakinan agama Islam memberi jalan untuk itu. Agama memberi jalan hidup manusia agar hidup bahagian
di dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat dicapai dengan hidup berbakti kepada Tuhan secara
sendiri-sendiri, berkeluarga, dan bermasyarakat. Kehidupan keluarga bahagia, umumnya antara lain
ditentukan oleh kehadiran anak-anak. Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa. Al-Quran
menganjurkan agar manusia selalu berdoa agar dianugerahi putra yang menjadi mutiara dari istrinya,
seperti tercantum dalam surat al-Furqan ayat 74, yang artinya: dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.
Kedua, Penyaluran Syahwat dan Penumpahan Kasih Sayang. Sudah menjadi kodrat iradah Allah
swt. manusia diciptakan berjodoh- jodoh dan diciptakan oleh Allah swt. mempunyai keinginan untuk
berhubungan antara pria dan wanita, seperti firman Allah swt. pada surat Ali Imran ayat 14, yang
artinya: Dijadikan indah dalam (pandangan) manusia cinta kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia (yang sementara), dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga)”
Penyaluran cinta dan kasih sayang yang di luar perkawinan tidak akan menghasilkan
keharmonisan dan tanggung jawab yang layak, karena didasarkan atas kebebasan yang tidak terikat
oleh satu norma. Satu-satunya norma ialah yang ada pada dirinya masing-masing, sedangkan masing-
masing orang mempunyai kebebasan. Pernikahan mengikat adanya kebebasan menumpahkan cinta
dan kasih sayang secara harmonis dan bertanggungjawab melaksanakan kewajiban.
Ketiga, Memelihara diri dari Kerusakan. Surat ar-Rum ayat 21 menjelaskan bahwa ketenangan
hidup dan cinta serta kasih sayang kekuarga dapat ditunjukkan melalui pernikahan. Orang-orang yang
tidak melakukan penyalurannya dengan pernikahan akan mengalami ketidakwajaran dan dapat
menimbulkan kerusakan, entah kerusakan dirinya sendiri ataupun orang lain bahkan masyarakat, karena
manusia memiliki nafsu, sedangkan nafsu itu condong untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik.
Dengan pernikahan akan mengurangi dorongan yang kuat atau dapat mengembalikan gejolak nafsu
seksual, seperti sabda Rasulullah saw, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang
sudah mampu untuk menikah, maka segeralah menikah, karena nikah akan lebih menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kehormatan.” (Muttafaqun Alaihi).
Keempat, Menimbulkan Kesungguhan Bertanggung Jawab dan Mencari Harta yang Halal.
Hidup sehari-hari menunjukkan bahwa orang-orang yang belum berkeluarga tindakannya sering masih
dipengaruhi oleh emosinya sehingga kurang mantap dan kurang bertanggung jawab. Semisal sopir
yang sudah berkeluarga dalam cara mengendalikan kendaraannya lebih tertib, para pekerja yang sudah
berkeluarga lebih rajin dibanding dengan para pekerja bujangan.
Demikian pula dalam menggunakan hartanya, orang-orang yang telah berkeluarga lebih efektif dan
hemat, karena mengingat kebutuhan keluarga di rumah. Jarang pemuda-pemudi yang belum
berkeluarga memikirkan hari depannya, mereka berpikir untuk hari ini, barulah setelah mereka
menikah memikirkan bagaimana caranya mendapatkan bekal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kelima, Membangung Rumah Tangga dalam Rangka Membentuk Masyarakat yang
Sejahtera Berdasarkan Cinta dan Kasih Sayang. Manusia dalam hidupnya memerlukan ketenangan dan
ketenteraman hidup. Ketenangan dan ketenteraman untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan
masyarakat dapat dicapai dengan adanya ketenangan dan ketenteraman anggota keluarga dalam
keluarganya. Keluarga merupakan bagian masyarakat menjadi faktor terpenting dalam penentuan
ketenangan dan ketenteraman masyarakat. Ketenangan dan ketenteraman keluarga tergantung dari
keberhasilan pembinaan yang harmonis antara suami istri dalam satu rumah tangga.
Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan
untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” (Qs. ar-Rum: 21).
Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena akan berpengaruh baik bagi pelakunya
sendiri, masyarakat, dan seluruh umat manusia. Adapun hikmah pernikahan adalah: Nikah adalah jalan
alami yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluri seks dengan kawin badan jadi
segar, jiwa jadi tenang, mata terpelihara dari melihat yang haram dan perasaan tenang menikmati barang
yang berharga; Nikah, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak
keturunan, melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasib yang oleh Islam sangat diperhatikan
sekali; Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan
anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan- perasaan ramah, cinta, dan sayang yang merupakan sifat-sifat
baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang; Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung
anak-anak menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan
seseorang.
Ia akan cekatan bekerja, karena dorongan tanggung jawab dan memikul kewajibannya sehingga ia akan
banyak bekerja dan mencari penghasilan yang dapat memperbesar jumlah kekayaan dan
memperbanyak produksi. Juga dapat mendorong usaha mengeksploitasi kekayaan alama yang
dikaruniakan Allah bagi kepentingan hidup manusia; Pembagian tugas, di mana yang satu mengurusi rumah
tangga, sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas tanggung jawab antara suami istri
dalam menangani tugas-tugasnya; Pernikahan dapat membuahkan, diantaranya: tali kekeluargaan,
memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan memperkuat hubungan masyarakat, yang
memang oleh Islam direstui, ditopang, dan ditunjang. Karena masyarakat yang saling menunjang lagi
saling menyayangi merupakan masyarakat yang kuat lagi bahagia (Tihami dan Sahrani, 2014: 19-20).

B. Pembahasan
Bimbingan dan konseling keluarga (pernikahan) adalah pemberian bimbingan dan upaya
mengubah hubungan dalam keluarga untuk mencapai keharmonisan. Bimbingan dan konseling keluarga
merupakan proses bimbingan dan bantuan terhadap dua orang atau lebih anggota keluarga sebagai
suatu kelompok secara serempak yang dapat melibatkan seorang konselor atau lebih. Adapun
tujuannya adalah peningkatan fungsi sistem keluarga yang lebih efektif. Secara khusus konseling
tersebut bertujuan untuk membantu anggota keluarga memperoleh kesadaran tentang pola hubungan
yang tidak berfunsi dengan baik dan menciptakan cara-cara baru dalam berinteraksi untuk mengatasi
masalah yang dihadapi (Nurhayati, 2011: 174-175).
Adapun pengertian bimbingan pernikahan Islami adalah proses bimbingan pemberian bantuan
terhadap individu agar dalam menjalankan pernikahan dan kehidupan berumah tangganya bisa selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Selanjutnya pengertian konseling pernikahan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam
menjalankan pernikahan selaras dengan ketentuan dan petunjuk-Nya, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Jadi bimbingan adalah bersifat preventif
atau pencegahan, sedangkan konseling tekanannya pada fungsi kuratif yaitu pada pemecahan masalah serta
solusinya (Fakih, 2001: 82-83).
Sehingga dengan demikian, bimbingan pernikahan dilakukan sebagai tindakan pencegahan
agar tidak terjadi perselisihan dalam keluarga dan konseling pernikahan dilakukan ketika sudah terjadi
perselisihan dalam keluarga, untuk kemudian dicarikan solusinya.
1. Prinsip-Prinsip Dasar Pernikahan Islam
Prinsip-prinsip dasar pernikahan Islam yang harus diketahui
oleh konselor pernikahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Dalam memilih calon suami/istri, faktor agama/akhlak calon harus menjadi pertimbangan pertama
sebelum keturunan, rupa dan harta, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Wanita
itu dinikahi karena empat perkara, kekayaannya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah wanita
yang beragama niscaya kalian beruntung” (HR. Bukhari dan Muslim).
2) Bahwa nikah atau hidup berumah tangga itu merupakan sunah Rasul bagi yang sudah mampu.
Dalam kehidupan berumah tangga terkandung banyak sekali keutamaan yang bernilai ibadah,
menyangkut aktualisasi diri sebagai suami/istri, sebagai ayah/ibu dan sebagainya. Bagi yang belum
mampu disuruh bersabar dan puasa, tetapi jika dorongan nikah sudah tidak terkendali padahal
ekonomi belum siap, sementara ia takut terjerumus pada perzinaan, maka agama menyuruh agar ia
menikah saja, Insya Allah rezeki akan datang kepada orang yang memiliki semangat menghindari
dosa, entah dari mana datangnya (Qs. an-Nur: 32).
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang
layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah
akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Qs. an-Nur: 32)
3) Bahwa tingkat ekonomi keluarga itu berhubungan dengan kesungguhan berusaha, kemampuan
mengelola dan berkah dari Allah swt. Ada keluarga yang ekonominya pas-pasan tetapi hidupnya
bahagia dan anak-anaknya bisa sekolah sampai ke jenjang yang tinggi, sementara ada keluarga
yang serba kecukupan materi tetapi suasananya gersang dan banyak urusan keluarga dan
pendidikan
anak terbengkalai. Berkah artinya terkumpulnya kebaikan ilahiyah pada
seseorang/keluarga/masyarakat seperti terkumpulnya air di dalam kolam. Berkah dalam hidup tidak
datang dengan sendirinya tetapi harus diupayakan (Qs. al-A’raf: 96).
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (para rasul), maka Kami
siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”
4) Suami istri itu bagaikan pakaian dan pemakainya. Antara keduanya harus ada kesesuaian ukuran,
kesesuain mode, asesoris dan pemeliharaan kebersihan. Layaknya pakaian, masing-masing suami
dan istri harus bisa menjalankan fungsinya sebagai (a) penutup aurat (sesuatu yang memalukan)
dari pandangan orang lain, (b) pelindung dari panas dinginnya kehidupan, dan (c) kebanggaan dan
keindahan bagi pasangannya (Qs. al-Baqarah: 187).
“Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri kamu. Mereka adalah
pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka”
5) Bahwa cinta dan kasih sayang (mawaddah dan rahmah) merupakan sendi dan perekat rumah tangga
yang sangat penting. Cinta adalah sesuatu yang suci, anugerah Tuhan dan sering tidak rasional.
Cinta dipenuhi nuansa memaklumi dan memaafkan. Kesabaran, kesetiaan, pengertian, pemberian dan
pengorbanan akan mendatangkan/ menyuburkan cinta, sementara penyelewengan, egoisme, kikir
dan kekasaran akan menghilangkan rasa cinta. Hukama berkata, “Tanda- tanda cinta sejati ialah (a)
engkau lebih suka berbicara dengan dia (yang engkau cintai) dibanding berbicara dengan orang lain, (b)
engkau lebih suka duduk berduaan dengan di dibanding dengan orang lain, dan (c) engkau lebih suka
mengikuti kemauan dia dibanding kemauan orang lain/diri sendiri”.
6) Bahwa salah satu fungsi pernikahan adalah untuk menyalurkan hasrat seksual secara sehat, benar
dan halal. Hubungan suami istri (persetubuhan) merupakan hak asasi, kewajiban dan kebutuhan
bagi kedua belah pihak. Persetubuhan yang memenuhi tiga syarat (sehat, benar, dan halal) itulah
yang berkualitas, dan dapat mendatangkan ketenteraman (sakinah). Karena itu, masing-masing suami
istri harus menyadari bahwa hal itu bukan hak bagi dirinya,
tetapi juga hak bagi yang lain dan kewajiban bagi dirinya. Dalam Islam, hubungan seksual yang
benar dan halal adalah ibadah (Qs. ar-Rum: 21). Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah
Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir
7) Salah satu penyebab kehancuran rumah tangga adalah adanya orang ketiga bagi suami atau istri (other
woman/man). Datangnya orang ketiga dalam rumah tangga bisa disebabkan karena kelalaial/kurang
waspada (misalnya kasus adik ipar atau pembantu), atau karena pergaulan terlalu bebas, atau
karena ketidakpuasan kehidupan seksual, atau karena kejenuhan rutinitas. Suami/istri harus saling
mempercayai, tetapi harus waspada terhadap kemungkinan masuknya virus orang ketiga
(Mubarok, 2002: 97-103).
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pernikahan
Menurut Bimo Walgito (2004: 7-9) ada beberapa hal yang
melatarbelakangi mengapa diperlukan bimbingan dan konseling pernikahan, yaitu:
Pertama, masalah perbedaan individual. Masing-masing individu berbeda satu dengan yang
lainnya. Akan sulit didapatkan dua individu yang benar-benar sama, sekalipun mereka merupakan saudara
kembar. Di dalam menghadapi masalah, masing-masing individu dalam mencari solusi memiliki
kemampuan dan cara yang berbeda-beda. Ada yang cepat menemukan solusi dengan cepat, tetapi yang
lain lambat, ataupun mungkin yang lain mungkin tidak dapat menguraikan masalah tersebut. Bagi individu
yang tidak dapat menyelesaikan permasalahan sendiri, maka ia membutuhkan bantuan orang lain. Demikian
juga bagi pasangan suami istri yang sedang menghadapi suatu permasalahan.
Kedua, masalah kebutuhan individu. Perkawinan merupakan suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Dalam perkawinan kadang-
kadang justru sering individu tidak tahu harus bertindak bagaimana. Dalam hal seperti ini maka individu
yang bersangkutan membutuhkan bantuan
orang lain yang dapat berperan membantu dan mengarahkan serta memberikan solusi yang terbaik
baginya.
Ketiga, masalah perkembangan individu. Pria maupun wanita merupakan makhluk yang
berkembang dari masa ke masa. Akibat dari perkembangan pada keduanya maka akan mengalami
perubahan- perubahan. Dalam mengarungi perkembangan ini, kadang-kadang antara pria dan wanita
mengalami kesulitan akibat dari keadaan tersebut. Karena itu untuk menghindarkan diri dari hal-hal
yang tidak diinginkan itu diperlukan bantuan orang lain untuk mengarahkannya.
Keempat, masalah sosio-kultural. Perkembangan zaman menimbulkan banyak perubahan dalam
kehidupan masyarakat, seperti perubahan dalam aspek sosial, politik, ekonomi, industri, sikap, nilai dan
sebagainya. Keadaan seperti ini dapat memengaruhi kehidupan masing- masing individu dan pasangan
suami istri. Melihat berbagai macam permasalahan yang datang dari luar (baca: kebudayaan luar)
tersebut tidak semua individu dapat memecahkan permasalahannya secara mandiri. Karena itu,
dibutuhkan seseorang yang dapat membantu dan mengarahkannya, dengan kata lain ia membutuhkan
seorang konselor yang dapat membimbingnya untuk mencarikan solusi yang terbaik baginya.
Adapun tujuan bimbingan dan konseling pernikahan menurut Fakih (2001: 83-85) adalah:
1) Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan pernikahan,
antara lain dengan jalan:
a) membantu individu memahami hakikat pernikahan menurut Islam.
b) membantu individu memahami tujuan pernikahan menurut Islam.
c) membantu individu memahami persyaratan-persyaratan pernikahan menurut Islam.
d) membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan pernikahan.
e) membantu individu melaksanakan pernikahan sesuai dengan ketentuan (syarian) Islam.
2) Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kehidupan
berumah tangganya antara lain dengan:
a) membantu individu memahami hakikat kehidupan berkeluarga (berumah tangga menurut Islam).
b) membantu individu memahami tujuan hidup berkeluarga menurut Islam.
c) membantu individu memahami cara-cara membina kehidupan berkeluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah menurut ajaran Islam.
d) membantu individu memahami melaksanaan pembinaan kehidupan berumah tangga sesuai dengan
ajaran Islam.
3) Membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pernikahan dan kehidupan
berumah tangga, antara lain dengan jalan:
a) membantu individu memahami problem yang dihadapinya.
b) membantu individu memahami kondisi dirinya dan keluarga serta lingkungannya.
c) membantu individu memahami dan menghayati cara-cara mengatasi masalah pernikahan dan rumah
tangga menurut ajaran Islam.
d) membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah yang dihadapinya sesuai dengan
ajaran Islam.
4) Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga agar tetap baik dan
mengembangkannya agar jauh lebih baik, yakni dengan cara:
a) memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan kehidupan berumah tangga yang semula pernah terkena
problem dan telah teratasi agar tidak menjadi permasalahan kembali.
b) mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga menjadi lebih baik (sakinah,
mawaddah, dan rahmah).
3. Asas Bimbingan dan Konseling Pernikahan
Asas-asas bimbingan dan konseling pernikahan adalah landasan
yang dijadikan pegangan atau pedoman dalam melaksanakan bimbingan dan konseling pernikahan. Adapun
asas-asas bimbingan dan konseling
pernikahan menurut Faqih (2001: 85 – 89) dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat


Dalam hal ini kebahagiaan di dunia harus dijadikan sebagai
sarana mencapai kebahagiaan akhirat, seperti difirmankan Allah sebagai berikut, “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. al-Baqarah:
201). Kebahagiaan dunia dan akhirat yang ingin dicapai itu bukan hanya untuk seseorang anggota
keluarga, melainkan untuk semua anggota keluarga, seperti tercermin dari kata “kami” dalam lafal
rabbana atina.
b. Asas sakinah, mawaddah dan rahmah
Pernikahan dimaksudkan untuk mencapai keadaan keluarga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Karena itu, bimbingan dan konseling pernikahan berusaha
untuk membantu individu dalam mewujudkan kehidupan pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan
rahmat tersebut. Hal ini termaktub dalam firman Allah, “Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah
Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.
c. Asas komunikasi dan musyawarah
Kebahagiaan keluarga yang didasari rasa kasih dan sayang
akan tercapai apabila dalam keluarga itu senantiasa ada komunikasi dan musyawarah. Dengan
memperbanyak komunikasi segala isi hati dan pikiran akan dapat dipahami oleh semua pihak, tidak
ada hal- hal yang mengganjal dan tersembunyi.“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Qs. an-Nisa [4]:
35).
d. Asas sabar dan tawakal
Setiap orang menginginkan kebahagiaan dengan apa yang dilakukannya, termasuk dalam
menjalankan pernikahan dan hidup berumah tangga. Bimbingan dan konseling pernikahan berperan
membantu individu pertama-tama untuk bersikap sabar dan tawakkal dalam menghadapi masalah-
masalah pernikahan, sebab dengan sabar dan tawakkal akan diperoleh kejernihan dan pikiran, tidak
tergesa- gesa terburu nafsu mengambil keputusan, dan dengan demikian akan akan terambil keputusan
akhir yang lebih baik. “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak” (Qs. an-Nisa: 19).
e. Asas manfaat (maslahat)
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak
acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya,
dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir” (Qs. an-Nisa:
128).
4. Membentuk Keluarga Sakinah melalui Bimbingan dan Konseling Pernikahan
Keluarga sakinah adalah idaman bagi semua pasangan suami
istri yang menginginkan ketenangan jiwa dan kenyamanan dalam rumah tangga. Kehidupan rumah tangga,
tidak selamanya berjalan mulus. Ada kalanya rumah tangga diliputi rasa suka, terkadang pula diliputi
rasa duka karena ada suatu permasalahan yang dihadapinya. Karena itu diperlukan bimbingan dan
konseling pernikahan agar rumah tangga yang sudah dibangun sejak lama tidak karam di tengah jalan.
Disinilah peran konselor pernikahan diperlukan untuk mengatasi kehidupan rumah tangga pasangan
suami istri yang sedang bermasalah.
Seorang konselor ketika akan melakukan konseling pernikahan, harus memperhatikan tahap-tahap
konseling, khususnya dalam wawancara permulaan. Hal ini penting karena wawancara permulaan
menentukan suasana bagi pertemuan konseling keluarga (pernikahan) berikutnya. Adapun tahap-tahap
konselingnya adalah sebagai berikut:
Pertama, Perencanaan Prapertemuan. Perencanaan prapertemuan penting dilakukan untuk
membuat perencanaan umum bagi pertemuan pertama dengan keluarga yang menjadi klien. Untuk
itu diperlukan data awal tentang keluarga tersebut melalui telepon prapertemuan atau format isian
pendahuluan. Dari data tersebut ditetapkan masalah yang mungkin dihadapi data-data yang
perlu dikumpulkan dan siapa yang akan diundang untuk menghadiri pertemuan pertama.
Kedua, Tahap Pembinaan Hubungan Baik. Pada tahap ini konselor membina hubungan
baik dengan anggota keluarga dengan cara menunjukkan perhatian, penerimaan penghargaan, dan
pemahaman empatik. Ini saat pertama konselor bergabung dengan keluarga yang akan dibantu
meningkatkan fungsinya. Tahap ini penting karena merupakan wahana terciptanya hubungan baik dengan
anggota keluarga, pemahaman hubungan antar anggota keluarga dan penetapan struktur konseling.
Ketiga, Tahap Klarifikasi Masalah. Setelah terbina hubungan baik dengan semua anggota keluarga
melalui tahap sebelumnya, konselor memperkenalkan tahap klarifikasi masalah, pada tahap ini
konselor memfasilitasi teridentifikasikan masalah yang dihadapi keluarga yang menyebabkan keluarga
tersebut meminta bantuan konseling keluarga. Untuk itu konselor memberi stimulus dengan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada teridentifikannya masalah yang dihadapi keluarga tersebut.
Keempat, Tahap Interaksi. Pada tahap ini, konselor mengamati bagaimana pola interaksi yang
memelihara terjadinya masalah dalam keluarga. Untuk itu konselor mendorong mereka membahas
perbedaan- perbedaan tersebut dan mencoba mencapai kesepakatan tentang masalah yang
dihadapinya. Setelah anggota kelompok menyepakati masalah yang membuat mereka meminta
bantuan konseling maka mereka dimintai menampilkan masalah yang dialaminya dalam kosenling
tersebut. Interaksi ini menjadi informasi yang berharga untuk memahami masalah yang sebenarnya dialami
dalam keluarga.
Kelima, Tahap Penetapan Tujuan. Tujuan tahap penetapan tujuan ialah mencapai
kesepakatan dengan keluarga tentang masalah dapat dipecahkan dan memprakarsai proses yang akan
mengubah situasi sosial sedemikian rupa sehingga masalah tersebut tidak lagi diperlukan. Untuk itu
masalah yang akan dipecahkan hendaknya dinyatakan secara spesifik dalam bentuk tujuan yang akan
dicapai sehingga dapat diketahui kapan masalah tersebut telah berhasil dipecahkan.
Keenam, Tahap Pengakhiran. Pertemuan diakhiri dengan mengingatkan tugas-tugas yang
perlu dilakukan anggota keluarga
dan kemudian menetapkan pertemuan selanjutnya serta menentukan anggota keluarga yang hadir pada
pertemuan berikutnya.
Ketujuh, Tahap Pasca Pertemuan. Konselor perlu mencatat kesan terhadap masalah yang
dikemukakan, struktur keluarga, hipotesis yang berkenaan dengan perubahan yang diperlukan, dan
tugas-tugas yang diberikan (Nurhayati, 2011: 175-178).
Kemudian, dalam melakukan bimbingan dan konseling pernikahan ada tiga macam pendekatan
yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Bimbingan Preventif
Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum
seseorang menghadapi masalah. Caranya ialah dengan menghindari masalah itu, mempersiapkan orang
itu untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi bekal pengetahuan, pemahaman,
sikap, dan keterampilan untuk menghadapi masalah itu.
b. Bimbingan Kuratif atau Korektif
Dalam pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika
orang itu menghadapi masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.

c. Bimbingan Preseveratif
Bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang sudah baik,
yang mencakup sifat dan sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap
lingkungan, kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kesehatan jasmani, dan kebiasaan-kebiasaan hidup
yang sehat, kebiasaan bergaul yang baik dan sebagainya.

1. PROSES KONSELING KELUARGA

Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh berbagai
faktor seperti jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga
amat beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan diri (partisipan penuh) dalam
dinamika konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam
konseling keluarga yaitu:

1. Relasi seorang konselor dengan klien


2. Relasi satu klien dengan klien lainnya
3. Relasi konselor dengan sebagaimana kelompoks
4. Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga dan
5. Relasi antar sebagaimana kelompok  dengan sebagaimana kelompok anggota lain,
misalnya ibu memihak anak laki-laki dan ayah memihak anak perempuan.

Di dalam konseling keluarga konseor diharapkan mempunyai kemampuan profesional untuk


mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas emosional
dan kepribadianya. Konseor yang profesional  mempunyai karalteristik yaiti: (a) ilmu konseling dan
ilmu lain yang berkaitan dengan berwawasan. (b) keterampilan konseling, (c) kepribadian konselor
yang terbuka, menerima apa adanya dan ceria.
Dengan kemampuan  ini, diharapkan konselor dapat melakukan tugasnya dalam beberapa hal yaitu :

1. Mampu mengembangkan mengembangkan komunikasi antara anggota keluarga


yang tadinya terhambat oleh emosi-emosi tertentu
2. Mampu membantu mengembangkan penghargaan anggota keluarga terhadap potensi
anggota lain sesuai dengan realitas yang ada pada diri dan lingkungannya
3. Dalam hubungan konseling, klien berhasil menemukan dan memahami potensi,
keunggulan, kelebihan yang ada pada dirinya dan mempunyai wawasan dan
alternatif rencana untuk pengembangannya atas bantuan semua anggota keluarga
4. Mampu membantu agar klien dapat menurunkan tingkat hambatan  emosional dan
kecemasan serta menemukan, memahami, dan memecahkan masalah dan kelemahan
yang dialaminya dengan bantuan anggota lainnya.

Untuk melaksanakan keempat tugas konselor keluarga seperti yang dikemukakan tadi, penting
sekali adanya proses konseling yang berjalan secara bertahap. Dalam proses  konseling itu,
komunikasi konselor dengan klien/anggota keluarga dan komunikasi antara anggota keluarga
adalah wahan yang amat penting yang diwarnai oleh suasana afektif dan interaksi yang
mengandung kualitas emosional, akan tetapi lama-kelamaan berubah menjadi prilaku rasional.

2. TEKNIK KONSELING KELUARGA DALAM PENDEKATAN SISTEM


Menurut Sofyan S. Wilis ada beberapa teknik konseling pernikahan, yaitu:

1. Sculpting (mematung) yaitu suatu yang mengizinkan salah satu pasangan yang


menyatakan kepada pasangan lain. Klien diberi izin menyatakan isi hati dan
persepsinya tanpa rasa cemas. Pasangan yang mematung tidak memberikan respon
apa-apa selama pasangan lain menyatakan perasaannya secara verbal.
2. Role Playing (bermain peran) yaitu suatu teknik yang memberikan peran tertentu
kepada salah satu pasangan. Misalnya pasangan perempuan memainkan peran
sebagai istri dan pasangan lainnya sebagai suami, kemudian arahkan untuk
menjalani suatu kehidupan pasangan yang harmonis.
3. 3. Silence (diam) konselor hanya diam kemudian memberikan layanan informasi
kepada klien apa yang akan mereka hadapi ketika menjadi pasangan suami istri.
4. Confrontation ialah suatu teknik yang digunakan konselor untuk mempertentangkan
pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling
pernikahan.
5. Teaching Via Question ialah suatu teknik mengajar anggota dengan cara bertanya.
6. Listening (mendengarkan) teknik ini digunakan agar pembicaraan klien didengarkan
oleh konselor dengan penuh perhatian sehingga ia merasa dihargai.
7. Focusing yaitu upaya konselor untuk memfokuskan materi pembicaraan agar tidak
menyimpang.
8. Summary (menyimpulkan) dalam suatu fase konseling, kemungkinan konselor akan
menyimpulkan sementara hasil pembicaraan, tujuannya agar konseling bisa berlanjut
secara progresif.
9. Clarification (menjernihkan) yaitu usaha konselor untuk memperjelas atau
menjernihkan suatu pernyataan yang terkesan samar-samar.
10. Reflection yaitu cara konselor untuk merefleksikan perasaan yang dinyatakan klien,
baik yang berbentuk kata-kata atau ekspresi wajahnya.
11. Eksplorasi yaitu penjelajahan yang dihadapkan kepada klien untuk mendapatkan
informasi lebih mengenai hal-hal yang belum siap dihadapi klien dalam menempuh
jenjang pernikahan.
12. Memimpin yaitu konselor menggunakan teknik ini untuk melihat bagaimana
kemampuan klien dalam menata dan mengatur keadaan yang akan dilalui dalam
mengarungi bahtera rumah tangga serta bertanggung jawab dalam berbagai hal.
13. Memfokuskan yaitu konselor menggunakan teknik ini agar klien focus dan yakin
untuk menjalankan pernikahan.

3. TEKNIK STRUKTURAL FAMILY THERAPY

1. Boundary-making (membuat batasan)

Boundary making adalah teknik structural, dimana funsi-fungsi psikologis dan fisik diberi jarak
dalam system terapi keluarganya yang kepentingannya sebagai proses diferensiasi. Tujuannya
adalah mengurangi keterlibatan “overinvolvement” dalam system keluarga dengan konstruksi yang
baru, batas fungsional antara subsistem keluarga. Terapis dapat membuat symbol batas
“boundaries” dengan menyusun kembali tempat atau susunan dengan menggunakan gerak tangan
untuk memberhentikan atau memotong komentar.
2. Joining

Joining adalah seperangkat teknik dimana seorang terapis mencoba masuk dalam system keluarga
dan menyusun tipe hubungan dengan keluarga. Memposisikan diri dalam keluarga mengizinkan
terapis untuk merubah transaksi disfungsional keluarga, meminimalisir symptom, dan mereduksi
konflik dan tekanan. Joining mengizinkan keluarga terhadap kehadiran terapis untuk membantu dan
menenteramkan hati keluarga dengan support, member pemahaman, dan menetapkan atau
memperkuat.

3. Tracking (menjejaki)

Tracking dihubungkan dengan kehati-hatian terapis, serta keseriusan terapis pada saat mendengar
dialog yang terjadi dalam keluarga, baik menyangkut tingkah laku dalam ibadah dan komunikasi.
Tracking memberikan informasi tentang interaksi yang terjadi dalam keluarga, struktur, peran,
proses, dan kontens masalah.

4. Mimesis

Mimesis adalah adopsi tentang gaya komunikasi keluarga, akibat dari humor, cara berbicara, tempo
dan tingkatan komunikasi, usaha ini dilakukan untuk mengakomodasi sekaligus kerjasama dengan
keluarga.

5. Family Mapping

Family mapping menggambarkan struktur disfungsional keluarga. System dan subsistem adalah
gambaran dan tanda/label untuk klarifikasi.

6. Intensity

Teknik intensity mencoba mencari tema-tema penting dalam  keluarga atau penekanannya dalam
sebuah harapan yang ada pada akhirnya sebagai modifikasi dari interaksi keluarga. Sebagaai contoh
terapis mungkin mengijinkan pada seorang anak yang memiliki ledakan amarah dalam sebuah sesi
kemudian orang tua mendorong untuk menerima dan mengontrol sesuatu.

7. Unbalancing

Teknik unbalancing mencoba untuk memecahkan konflik yang buntu dan disfungsi hirarki antara
anggota keluarga dalam sebuah subsistem. Agar menjadi efektif, terapis pertama harus bekerjasama
dengan pimpinan keluarga dan berafiliasi (bersatu) dengan anggota keluarga lain dalam sebuah
subsistem.

8. Reframing or Relabing (membingkai ulang)

Tekning reframing atau relabing digunakan oleh terapis structural, strategis, dan teknik keluarga
behavioral. Dalam teknik reframing terapis merubah informasi yang dihadirkan oleh keluarga untuk
menerima sesuatu yang baru dan makna yang lebih membantu.

9. Use  of Cognitif Contructions

Cognitif contructions dihubungkan dengan providing (kesediaan) keluarga dengan gambaran


alternatif sebagai bagian dari pengalaman mereka. Perubahan kognisi memberikan nilai tambah
untuk meningkatkan interaksi.
10. Actualization

Aktualisasi dihubungkan dengan proses pembuatan atau memainkan kembali pola transaksi
keluarga secara terpisah dalam beberapa sesi. Minuchin dan Fishmen (1981) mendisukusikan tiga
tipe tentang enactment (pembuatan):

1. Memerankan dalam sebuah format secara spontan sebagai akibat dari sebuah
kejadian dimana terapis mengobservasi dan memainkan kembali format kejadian
seterusnya.
2. Seorang terapis mungkin bertanya pada keluarga untuk membuat kebiasaan cara
interaksi dan kemudian melakukan intervensi untuk perubahan naskah,
mengharuskan keluarga untuk menemukan solusi baru. Tipe ini digunakan untuk
mendiagnosa dan menyusun kembali tujuan yang dicapai.
3. Perubahan enactment terjadi ketika ada sesuatu yang baru, interaksi terjadi dengan
sukses. Individu dengan pengalaman dirinya kemudian yang berkompeten dan
terpercaya mengorganisasikan daan membuat perbedaan interaksi secara
menyeluruh.

C. Simpulan
Tujuan pernikahan adalah untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah
seperti termaktub dalam surat ar- Rum ayat 21 di atas. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
naluri manusia adalah cenderung untuk mempunyai keturunan yang sah yang diakui oleh dirinya
sendiri, masyarakat, negara dan kebenaran keyakinan agama Islam memberi jalan untuk itu. Agama
memberi jalan hidup manusia agar hidup bahagian di dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat
dicapai dengan hidup berbakti kepada Tuhan secara sendiri-sendiri, berkeluarga, dan bermasyarakat.
Kehidupan keluarga bahagia, umumnya antara lain ditentukan oleh kehadiran anak-anak.
Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa. Sudah menjadi kodrat iradah Allah swt., manusia
diciptakan berjodoh-jodoh dan diciptakan oleh Allah swt. mempunyai keinginan untuk berhubungan
antara pria dan wanita. Surat ar-Rum ayat 21 menjelaskan bahwa ketenangan hidup dan cinta serta
kasih sayang kekuarga dapat ditunjukkan melalui pernikahan. Orang-orang yang tidak melakukan
penyalurannya dengan pernikahan akan mengalami ketidakwajaran dan dapat menimbulkan kerusakan,
entah kerusakan dirinya sendiri ataupun orang lain bahkan masyarakat, karena manusia memiliki
nafsu, sedangkan nafsu itu condong untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik. Dengan
pernikahan akan mengurangi dorongan yang kuat atau dapat mengembalikan gejolak nafsu seksual.
Hidup sehari-hari menunjukkan bahwa orang-orang yang belum berkeluarga tindakannya sering masih
dipengaruhi oleh emosinya sehingga kurang mantap dan kurang bertanggung jawab. Semisal sopir
yang sudah berkeluarga dalam cara mengendalikan kendaraannya lebih tertib, para pekerja yang sudah
berkeluarga lebih rajin dibanding dengan para pekerja bujangan. Demikian pula dalam menggunakan
hartanya, orang-orang yang telah berkeluarga lebih efektif dan hemat, karena mengingat kebutuhan
keluarga di rumah. Jarang pemuda-pemudi yang belum berkeluarga memikirkan hari depannya,
mereka berpikir untuk hari ini, barulah setelah mereka menikah memikirkan bagaimana caranya
mendapatkan bekal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Para pasangan suami istri tentu mengharapkan agar pernikahannya tidak kandas di tengah
jalan. Untuk itu diperlukan bimbingan pernikahan sebagai tindakan preventif atau pencegahan supaya
tidak terjadi perselisihan dalam rumah tangga. Namun, apabila sudah terjadi perselisihan maka
diperlukan konseling sebagai bentuk kuratif atau mencari solusi yang terbaik. Karena itu bimbingan
dan konseling pernikahan sangat diperlukan sebagai proses bantuan kepada para suami istri yang
sedang mengalami permasalahan agar kehidupannya kembali normal seperti sediakala.
DAFTAR PUSTAka

Tihami dan Sohari Sahrani, 2014, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers
Mubarok, Achmad, 2000, Al-Irsyad an-Nafsiy: Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: Bina Rena
Pariwara
Faqih, Aunur Rahim, 2001, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
Yogyakarta: UII Press
Nurhayati, Eti, 2011, Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovatif,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Walgito, Bimo, 2004, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, Yogyakarta: Penerbit Andi
Ghazaly, Abd, 2006, Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Hikmawati, Fenti, 2012, Bimbingan Konseling, Jakarta: Rajawali Pers Tim Penyusun Kamus, 2002, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka
Tim Penyusun, 1997, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve

Mengapa harus dilakukan Konseling Pernikahan


Alasan dilaksanakan konseling pernikahan adalah mencakup hal-hal sebagai berikut ini:
1. Konseling pernikahan dapat membantu konseli dalam menghadapi permasalahan dan jenis
hubungan intim (terlepas dari orientasi seksual atau status pernikahan).
2. Beberapa konseli biasanya melakukan konseling pernikahan untuk memperkuat hubungan
mereka dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pasangannya satu sama lain. 
3. Konseling pernikahan juga dapat membantu konseli yang berencana untuk menikah.
mungkin ada beberapa orang yang merasa gugup atau belum yakin dengan keputusan akan
melaksanakan pernikahan.
4. Konseling pranikahan dapat membantu konseli mencapai pemahaman yang lebih dalam
dengan pasangannya satu sama lain dalam mengatasi perbedaan sebelum menikah.
Dalam kasus lain, konseli melakukan konseling pernikahan untuk memperbaiki hubungan yang
bermasalah. Konseli dapat menggunakan konseling pernikahan untuk membantu banyak masalah
secara spesifik, termasuk:
 Masalah komunikasi
 Kesulitan seksual
 Konflik tentang pengasuhan anak atau keluarga campuran
 Penyalahgunaan zat terlarang
 Marah
 Ketidaksetiaan
Konseling pernikahan juga memungkinkan untuk membantu konseli dalam kasus kekerasan dalam
rumah tangga. Namun, jika kekerasan meningkat ke titik yang sudah mengkhawatirkan, konseling
saja tidak cukup. Hubungi polisi atau pihak terkait yang berwenang untuk bantuan darurat.

Apa yang diperlukan untuk melakukan Konseling Pernikahan


Satu-satunya persiapan yang diperlukan untuk konseling pernikahan adalah mencari konselor
perikahan. Konseli dapat meminta dokter perawatan primer atau pihak yang terkait dengan
pernikahan untuk merujuk ke konselor pernikahan. Orang yang Anda cintai, teman, perusahaan
asuransi kesehatan, program bantuan karyawan, pendeta, ulama, atau lembaga kesehatan mental
daerah setempat mungkin menawarkan rekomendasi yang bisa merujuk kepada konselor
pernikahan. Akan sangat membantu jika Anda mewawancarai beberapa terapis sebelum Anda
memutuskan salah satunya.

Apa yang bisa konseli harapkan dalam Konseling Pernikahan


Konseling pernikahan biasanya mempertemukan konseli dengan pasangan untuk sesi konseling
bersama. Bekerja sama dengan konselor, konseli akan mempelajari keterampilan untuk memperkuat
hubungan dengan pasangannya, seperti:
 Komunikasi terbuka
 Penyelesaian masalah
 Bagaimana membahas perbedaan secara rasional
Konseli akan berbicara tentang bagian baik dan buruk dari hubungan konseli saat dia menunjukkan
dan memahami dengan lebih baik sumber konflik konseli. Bersama-sama konseli akan belajar
bagaimana mengidentifikasi masalah tanpa menyalahkan dan sebagai gantinya memeriksa
bagaimana hal-hal dapat diperbaiki.
Berikut beberapa hal yang perlu diingat saat mempertimbangkan konseling pernikahan:
1. Mungkin sulit membicarakan masalah Anda sebagai konseli dengan konselor. Sesi
mungkin berlalu tanpa suara karena Anda dan pasangan tetap marah atas kesalahan yang
dirasakan - atau Anda mungkin berteriak atau berdebat selama sesi. Keduanya baik-baik
saja. Konselor dapat bertindak sebagai wasit dan membantu Anda mengatasi emosi yang
timbul.
2. Anda bisa pergi sendiri. Jika pasangan Anda menolak untuk menghadiri sesi konseling
pernikahan, Anda sebagai konseli tetap dapat hadir. Lebih sulit untuk memperbaiki
hubungan dengan cara ini, tetapi Anda bisa mendapatkan keuntungan dengan mempelajari
lebih banyak tentang reaksi dan perilaku Anda.
3. Konseling seringkali berjangka pendek. Beberapa orang hanya membutuhkan beberapa
sesi konseling pernikahan, sementara yang lain membutuhkannya selama beberapa bulan.
Rencana perawatan khusus akan tergantung pada situasi Anda. Terkadang, konseling
pernikahan membantu pasangan menemukan bahwa perbedaan mereka benar-benar tidak
dapat didamaikan dan yang terbaik adalah mengakhiri hubungan. Sesi kemudian dapat
berfokus pada keterampilan untuk mengakhiri hubungan dengan cara yang baik.
4. Anda mungkin punya pekerjaan rumah. Konselor mungkin menyarankan latihan
komunikasi di rumah untuk membantu Anda mempraktikkan apa yang telah Anda pelajari
selama sesi konseling. Misalnya, bicaralah sambil bertatap muka dengan pasangan Anda
selama beberapa menit setiap hari tentang hal-hal yang tidak membuat stres - tanpa
gangguan dari TV, telepon, atau anak-anak.
5. Anda atau pasangan Anda mungkin membutuhkan perawatan tambahan. Jika salah
satu dari Anda menghadapi penyakit mental, penyalahgunaan zat atau masalah lain,
konselor mungkin bekerja dengan penyedia layanan kesehatan lain untuk memberikan
perawatan yang lebih lengkap.
Sebagai konseli dalam membuat keputusan untuk pergi ke konseling pernikahan bisa jadi persoalan
yang sulit. Namun, jika memiliki hubungan yang bermasalah, mencari bantuan lebih efektif
daripada mengabaikan masalah atau berharap masalah itu membaik dengan sendirinya. Terkadang
mengambil langkah pertama dengan mengakui bahwa hubungan membutuhkan bantuan adalah
bagian tersulit. Kebanyakan individu menemukan pengalaman itu berwawasan dan
memberdayakan.
Sumber Referensi:
1. Marriage and family therapists: The friendly mental health professionals. American
Association for Marriage and Family Therapy. 
http://www.aamft.org/imis15/content/Consumer_Updates/Marriage_and_Family_Therapists
.aspx. Accessed Sept. 18, 2017.
2. Marital distress. American Association for Marriage and Family
Therapy.  http://www.aamft.org/iMIS15/Content/Consumer_Updates/Marital_Distress.aspx.
Accessed Sept. 18, 2017.
3. Domestic violence. American Association for Marriage and Family
Therapy. http://www.aamft.org/iMIS15/AAMFT/Content/Consumer_Updates/
Domestic_Violence.aspx. Accessed Sept. 17, 2017.
4. Marriage preparation. American Association for Marriage and Family
Therapy.  http://www.aamft.org/iMIS15/Content/Consumer_Updates/Marriage_Preparation.
aspx. Accessed Sept. 17, 2017.
5. Sadock BJ, et al., eds. Psychotherapies. In: Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 10th ed. Philadelphia, Pa.: Wolters Kluwer; 2017.

Anda mungkin juga menyukai