Anda di halaman 1dari 4

NAMA : DYAH NOVA R.A.

NIM/NIP : 20110310142/20154011100

TUGAS CERAMAH TEMA PERNIKAHAN

Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada siapa
saja yang meniti jalannya sampai hari pembalasan.

Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan,
baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan dan lain hal.
Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang
berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstui agama, kerabat, dan masyarakat.

Aqad nikah dalam Islam berlangsung sangat sederhana, terdiri dari dua kalimat ijab dan
qabul. Tapi dengan dua kalimat ini telah dapat menaikkan hubungan dua makhluk Allah dari
bumi yang rendah ke langit yang tinggi. Dengan dua kalimat ini berubahlah kekotoran menjadi
kesucian, maksiat menjadi ibadah, maupun dosa menjadi amal sholeh. Aqad nikah bukan hanya
perjanjian antara dua insan. Aqad nikah juga merupakan perjanjian antara makhluk Allah dengan
Al-Khaliq. Ketika dua tangan diulurkan (antara wali nikah dengan mempelai pria), untuk
mengucapkan kalimat baik itu, diatasnya ada tangan Allah SWT, Yadullahi fawqa aydihim.

Begitu sakralnya aqad nikah, sehingga Allah menyebutnya Mitsaqon gholizho atau perjanjian
Allah yang berat. Juga seperti perjanjian Allah dengan Bani Israil dan juga Perjanjian Allah
dengan para Nabi adalah perjanjian yang berat (Q.S Al-Ahzab : 7), Allah juga menyebutkan aqad
nikah antara dua orang anak manusia sebagai Mitsaqon gholizho. Karena janganlah pasangan
suami istri dengan begitu mudahnya mengucapkan kata cerai.

Allah SWT menegur suami-suami yang melanggar perjanjian, berbuat dzalim dan merampas hak
istrinya dengan firmannya : Bagaimana kalian akan mengambilnya kembali padahal kalian
sudah berhubungan satu sama lain sebagai suami istri. Dan para istri kalian sudah melakukan
dengan kalian perjanjian yang berat Mitsaqon gholizho. (Q.S An-Nisaa : 21).

Aqad nikah dapat menjadi sunnah, wajib, makruh ataupun haram, hal ini disebabkan
karena :
I. Sunnah, untuk menikah bila yang bersangkutan :
a. Siap dan mampu menjalankan keinginan biologi
b. Siap dan mampu melaksanakan tanggung jawab berumah tangga.
II. Wajib menikah, apabila yang bersangkutan mempunyai keinginan biologi yang kuat,
untuk menghindarkan dari hal-hal yang diharamkan untuk berbuat maksiat, juga yang
bersangkutan telah mampu dan siap menjalankan tanggung jawab dalam rumah
tangga. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S An-Nur : 33
III. Makruh, apabila yang bersangkutan tidak mempunyai kesanggupan menyalurkan
biologi, walo seseorang tersebut sanggup melaksanakan tanggung jawab nafkah, dll.
Atau sebaliknya dia mampu menyalurkan biologi, tetapi tidak mampu bertanggung
jawab dalam memenuhi kewajiban dalam berumah tangga.
IV. Haram menikah, apabila dia mempunyai penyakit kelamin yang akan menular kepada
pasangannya juga keturunannya.

Lalu apa yang harus dilakukan keduanya (suami-istri) dalam mengarungi bahtera
rumah tangga? Bila suatu pernikahan dilandasi mencari keridhaan Allah SWT dan
menjalankan sunnah Rosul, bukan semata-mata karena kecantikan fisik atau
memenuhi hasrat hawa nafsunya, maka Allah akan menjamin kehidupan rumah tangga
keduanya yang harmonis, penuh cinta, dan kasih sayang, seperti firman Allah dalam
Q.S Ar-Rum : 21, sebagaimana yang sering kita dengar.
Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-Ruum : 21)
Keterangan:
- Istri-istri dari jenismu sendiri (berpasang pasangan), yaitu mempunyai ukuran
yang sama, ukuran dalam bidang tujuan, ilmu, rohani, dll. Serta masing-masing dapat
dengan baik memahami fungsinya, serta menjalankan kewajiban dan haknya dengan
baik. Suami sebagai imam dalam rumah tangga, dan istri sebagai wakilnya.
Masa awal berumah tangga, dimana kita harus dapat menyamakan pandangan dengan
cara beradaptasi dengan pasangan masing-masing, serta meningggalkan sifat
individual.
- Tentram, yaitu suatu masa berumah tangga dimana kita sudah saling memahami
sifat pasangan masing-masing, serta mulai timbul perasaan tentram, seiring dan sejalan
dalam mewujudkan tujuan berumah tangga.
- Cinta, hal ini adalah tahap selanjutnya yang kita rasakan pada pasangan kita,
dimana kita mencintai tidak hanya didasarkan atas keadaan fisik atau ekonomi semata,
ataupun keadaan luar saja, tetapi telah timbul perasaan mencintai yang dalam, karena
Allah SWT, yang tidak tergoyahkan oleh godaan-godaan yang ada.
- Rahmah, adalah tahap akhir yang merupakan buah final dari semua perasaan,
dimana pada tahap ini, kita benar-benar menjalankan pernikahan tanpa adanya
halangan yang mengganggu, dan dapat terus berpasangan menuju ridho Allah SWT.
Tapi mengapa banyak sekali rumah tangga yang hancur berantakan padahal Allah telah
menjamin dalam surat diatas? Hal ini tentunya ada kesalahan pada sang istri atau
suami atau keduanya melanggar ketentuan Allah SWT.

Allah menanamkan cinta dan kasih sayang apabila keduanya menjalankan hak
dan tanggung jawab karena Allah dan mencari keridhaan Allah, itulah yang akan
dicatat sebagai ibadah.
Perjanjian Berat Ijab Qobul, juga sebagai pemindahan tanggung jawab dari
orang tua kepada suami. Pengantin laki-laki telah menyatakan persertujuannya atau
menjawab ijab qobul dari wali pengantin perempuan denga menyebut ijab qobulnya.
Itulah perjanjian yang amat berat yang Allah SWT ikut dalam pelaksanaannya. Hal ini
sering dilupakan pasangan suami istri dan masyarakat.
Tanggung jawab yang berpindah tangan. Tanggung jawab wali terhadap seorang
wanita yang dipindahkan kepada seorang laki-laki yang menikahi wanita tersebut,
antara lain:
1. Tanggung jawab memberi nafkan yang secukupnya, baik lahir maupun batin
2. Tanggung jawab menyediakan tempat tinggal yang selayaknya
3. Mendidik akhlak dan agama dengan baik
4. Mengayomi, melindungi kehormatan dan keselamatan istrinya.
Setelah ijab qobul, suami menjadi pemimpin dalam rumah tangga yang akan
menentukan corak masa depan kehidupan dalam rumah tangganya (suami sebagai
imam).
Dengan aqad nikah, Allah SWT memberikan kehormatan kepadanya untuk
menjalankan misi yang mulia.
Bismillahirrochmaanirrochiim.
1. Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Allah Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan
dari pada keduanya Allah memeperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. (An-Nisaa : 1)
2. Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui.
(An-Nuur : 32)
3. Dan orang-orang yang tidak mampu berkawin hendaklah menjaga
kesucian(dari)nya. Sehingga Allah memampukan mereka dengan karuniaNya. (An-
Nuur : 33)
4. Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-Ruum : 21)
5. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu
(punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhammu Maha Kuasa. (Al-Furqaan :
54)
6. Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu, dari padanya Dia
menciptakan istrinya agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya
istrinya itu mengandung kandungan yang ringan dan teruslah dia merasa ringan.
Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah
Tuhannya seraya berkata Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang
sempurna tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur. (Al-Araaf :189)
7. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan bertambah. Dan segala sesuatu pada sisiNya ada
ukurannya. (Ar-Rad : 8)
8. kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapapun yang Dia
kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapapun yang Dia kehendaki.
Atau Dia menganugrahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang
Dia kehendaki) dan Dia menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Asy-Syuura : 49-50)

Anda mungkin juga menyukai