Anda di halaman 1dari 4

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
REFLEKSI KASUS

KASUS
IDENTITAS
Nama : Nn. NF
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cangkring, Sumber Agung, Jetis, Bantul
Pendidikan : MAN kelas 2
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah

Preceptor : dr. Ronny Tri W, Sp.KJ Ko-asisten: Dyah Nova R.A.

A. Kasus
Seorang perempuan usia 16 tahun datang ke Poliklinik Jiwa RSUD Yogyakarta dengan
keluhan utama gampang tersinggung. Keluhan muncul sekitar tahun 2013 saat pasien kelas 2
SMP, ketika dikelas pasien sering diejek teman sekelasnya karena masalah nilai, pasien sering
marah-marah saat diejek dan kadang sampai berkelahi dengan temannya. Pasien juga sering
tidak mengerjakan tugas sekolahnya. Pertama kali setelah di bully temannya pasien jadi
pendiam, tidak mau keluar rumah tetapi masih mau sekolah walaupun kurang berkonsentrasi di
sekolah dan terkadang pasien sering merasa kurang percaya diri untuk bersaing prestasi dengan
teman-temannya, selain itu pasien mengatakan mudah lelah, sulit tidur, dan nafsu makan
berkurang. Saat dirumah pasien sering bicara sendiri dikamar, sering marah-marah juga ketika
ada masalah kecil atau ketika disuruh oleh orang tua atau kakaknya belajar maupun untuk
membantu pekerjaan rumah. Pasien mengaku melihat bayangan seperti angin dan mendengar
bisikan dari hati tetapi tidak jelas suaranya. Pasien sempat berobat di Grashia tahun 2013.
Pasien juga sempat melakukan pengobatan berupa ruqyah oleh ustad. Pasien tidak mempunyai
riwayat medis yang serius. Pasien lebih suka di rumah dan enggan bersosialisasi dengan
tetangga alasannya karena tetangganya tidak menghormati ayahnya sebagai orang tua.
Riwayat trauma kepala (-), demam (-), kejang (-), ibu pasien adalah seorang guru
sedangkan ayah pasien dulunya bekerja PG Madukismo setelah itu sempat menjadi petani.
Pasien anak ketiga dari 3 bersaudara. Ayah pasien mempunyai keluhan yang serupa dengan
pasien, selain itu kakak pasien yang no 2 sempat mengalami depresi. Pasien didiagnosis
dokter dengan F32.2 Depresi berat dengan F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif dengan
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
REFLEKSI KASUS
pengobatan Risperidone 2 x 1 mg, Valisanbe 2 x 5 mg, Fluoxetin 1 x 10 mg, dan Hexymer 2 x
2 mg.

B. Permasalahan yang dikaji


Mengapa pasien didiagnosis sebagai F32.2 Depresi berat dengan F25.1 Gangguan Skizoafektif
Tipe Depresif?

C. Pembahasan
Depresi mempunyai gejala utama dan gejala lainnya, gejala utama depresi (pada derajat
ringan, sedang, dan berat) terdiri dari : a) Afek depresif, b) Kehilangan minat dan
kegembiraan, dan c) Berkurangnya energy menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Sedangkan untuk gejala
lainnya : a) Konsentrasi dan perhatian kurang, b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, d) Pandangan masa depan yang suram dan
pesimistis, e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, f) Tidur terganggu,
g) Nafsu makan berkurang. Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2) hanya
digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-).
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik :
 Semua 3 gejala utama depresi harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya
harus berintensitas berat.
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci.
 Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
REFLEKSI KASUS
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala – gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama – sama menonjol pada saat yang bersamaan
(simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak
memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenia menunjukkan gejala depresif setelah mengalami satu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia).
Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik
(F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami
satu atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif (F30-F33).
Kategori Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif F25.1 harus dipakai baik untuk episode
skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar
episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif. Afek Depresif harus menonjol, disertai oleh
sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum
dalam uraian untuk episode depresif (F32). Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas
ada satu, dan sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam
pedoman diagnostik skizofrenia, F20.-, (a) sampai (d).
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
REFLEKSI KASUS
D. Kesimpulan
Pada pasien diapatkan gejala skizofrenia halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham
curiga, disertai afek depresif berupa lebih suka di rumah dan enggan bersosialisasi dengan
tetangga karena merasa tetangga tidak menghormati ayahnya sebgai orang tua. Pasien juga
susah berkonsentrasi saat disekolah, kurang percaya diri bersaing prestasi dengan teman-
teman sekelasnya, sulit tidur dan nafsu makan berkurang. Dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita Depresi berat dengan Skizoafektif tipe Depresif.

E. Daftar Pustaka
Maslim, Rusdi, Diagnosa Gangguan Jiwa, PPDGJ III, Direktorat Kesehatan RI, Jakarta,
2003.

Yogyakarta, 29 Desember 2016


Dokter Pembimbing,

dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ

Anda mungkin juga menyukai