arteri, adalah kondisi medis kronisdengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung
apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan
darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–140 mmHg
dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus
berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal
jantung, aneurisma arteri (misalnyaaneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan
penyebab penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait
dengan harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat
memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan.
Meskipun demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup
saja terbukti tidak efektif atau tidak cukup dan biasanya obat harus diminum seumur hidup
sampai dokter memutuskan tidak perlu lagi minum obat.
Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi terhadap
aliran darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu
sementara curah jantung tetap normal.[33] Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang
menderita prahipertensi atau “hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi, denyut
jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai hipertensi
perbatasan hiperkinetik .[34] Para penderita ini mengembangkan fitur yang khas dari hipertensi
esensial tetap di kemudian hari saat curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat
seiring bertambahnya usia.[34] Masih diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami oleh semua
orang yang pada akhirnya mengalami hipertensi.[35]Peningkatan resistensi perifer pada
hipertensi tetap terutama disebabkan oleh penyempitan struktur arteri dan arteriol
kecil.[36] Penurunan jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler juga bisa ikut berperan dalam
resistensi perifer.[37] Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer,[38] yang
bisa meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke jantung),
meningkatkan preload jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih belum jelas
apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam hipertensi
esensial.[39]
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik) sering meningkat pada
orang lanjut usia dengan hipertensi. Pada keadaan ini dapat terjadi tekanan sistolik sangat tinggi
di atas normal, tetapi tekanan diastolik mungkin normal atau rendah. Kondisi ini
disebut hipertensi sistolik terisolasi.[40] Tekanan nadi yang tinggi pada orang lanjut usia dengan
hipertensi atau hipertensi sistolik terisolasi disebabkan karena peningkatan kekakuan arteri, yang
biasanya menyertai penuaan dan dapat diperberat oleh tekanan darah tinggi.[41]
Banyak mekanisme yang sudah diajukan sebagai penyebab peningkatan resistensi yang
ditemukan dalam sistem arteri pada hipertensi. Sebagian besar bukti menunjukkan keterlibatan
salah satu atau kedua penyebab beriku:
Gangguan dalam penanganan garam dan air pada ginjal, khususnya gangguan sistem renin-
angiotensin intrarenal[42]
Abnormalitas sistem saraf simpatis[43]
Mekanisme tersebut tidak berdiri sendiri dan tampaknya keduanya ikut berperan sampai batas
tertentu dalam kebanyakan kasus hipertensi esensial. Juga diduga bahwadisfungsi
endotel (gangguan fungsi dinding pembuluh darah) dan peradangan vaskular juga ikut berperan
dalam meningkatkan resistensi perifer dan kerusakan pembuluh darah pada hipertensi.[44][45]
Pada pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati
hipertensi pada pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan
menggunakanoftalmoskop.[10] Biasanya beratnya perubahan retinopati hipertensi dibagi atas
tingkat I-IV, walaupun jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan
lainnya.[10]Hasil oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama seseorang telah
mengalami hipertensi.[9]
Perubahan asupan diet seperti diet rendah natrium sangat bermanfaat. Diet rendah natrium
jangka panjang (lebih dari 4 minggu) pada Kaukasia efektif menurunkan tekanan darah, baik
pada penderita hipertensi maupun pada orang dengan tekanan darah normal.[64] Selain itu, diet
DASH, suatu diet kaya kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, unggas, buah, dan sayuran, yang
dipromosikan oleh National Heart, Lung, and Blood Institute, menurunkan tekanan darah.
Keistimewaan utama dari program ini adalah membatasi asupan natrium, namun demikian diet
ini kaya [kalium]], magnesium, kalsium, dan protein.[65]
Pedoman mengenai pilihan obat dan cara terbaik untuk menentukan pengobatan untuk berbagai
sub-kelompok pun berubah seiring berjalannya waktu dan berbeda-beda di berbagai negara.
Para ahli berbeda pendapat mengenai pengobatan terbaik untuk
hipertensi.[70] Pedoman Kolaborasi Cochrane, World Health Organization, dan Amerika Serikat
mendukung diuretik golongan tiazid dosis rendah sebagai terapi pilihan untuk lini
pertama.[71][70] Pedoman di Inggris menekankan penghambat kanal kalsium (calcium channel
blocker/CCB) untuk orang yang berusia di atas 55 tahun atau yang berdarah Afrika atau Karibia.
Pedoman ini menyarankan penghambat enzim konversi angiotensin(angiotensin-converting
enzyme inhibitor/ACEI) yang merupakan obat pilihan yang dianjurkan untuk pengobatan lini
pertama pasien berusia muda.[72] Di Jepang, pengobatan dianggap wajar apabila dimulai dengan
satu dari 6 golongan obat termasuk: CCB, ACEI/ARB, diuretik tiazid, penghambat reseptor beta,
dan penghambat reseptor alfa. Di Kanada semua obat ini, kecuali penghambat reseptor alfa,
dianjurkan sebagai lini pertama yang dapat digunakan.[70]
Banyak orang memerlukan lebih dari satu obat untuk mengendalikan hipertensi mereka.
Pedoman JNC7[54] dan ESH-ESC [4] menyarankan untuk memulai pengobatan dengan dua
macam obat apabila tekanan darah lebih dari 20 mmHg di atas target tekanan darah sistolik atau
lebih dari 10 mmHg di atas target diastolik. Kombinasi yang lebih dipilih adalah penghambat
sistem renin–angiotensin dengan antagonis kalsium, atau penghambat sistem renin–angiotensin
dengan diuretik.[73] Kombinasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Hindari kombinasi penghambat ACE atau antagonis reseptor angiotensin II, diuretik,
dan OAINS (termasuk penghambat COX-2 selektif dan obat bebas tanpa resep seperti
ibuprofen) jika tidak mendesak, karena tingginya risiko gagal ginjal akut. Istilah awam dari
kombinasi ini adalah "triple whammy" dalam literatur kesehatan Australia.[58] Tersedia tablet yang
mengandung kombinasi tetap dari dua golongan obat tersebut. Meskipun nyaman dikonsumsi,
obat-obatan tersebut sebaiknya tidak diberikan untuk pasien yang biasa menjalani terapi dengan
komponen obat tunggal.[74]