Anda di halaman 1dari 9

Membangun dan Contoh Keluarga Sakinah,

Mawaddah, Warahmah

Nama : Kresna Ihza Fachrezi


NIM : 1703026
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas B 2017
Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah Menurut Islam
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.“ (QS : Ar-Ruum:21)

Dalam ayat diatas, Allah menyampaikan bahwa manusia diciptakan berpasangan antara istri
dan suaminya untuk mendapatkan keternangan, keterntraman, dan kasih sayang. Hal tersebut
merupakan tanda kuasa Allah dan nikmat yang diberikan bagi mereka yang bisa mengambil
pelajarannya.

Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah adalah istilah sekaligus doa yang sering kali
dipanjatkan dan diharapkan oleh para muslim yang telah menikah dan membina keluarga.
Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tentunya bukan hanya sekedar semboyan belaka
dalam ajaran islam. Hal ini menjadi tujuan dari pernikahan sekaligus nikmat yang Allah berikan
bagi mereka yang mampu membina keluarganya.

Seperti apakah keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah? Dan apa karaktersitiknya
keluarga tersebut menjadi keluarga yang pernuh cinta, berkah dan rahmat-Nya?

Makna Keluarga yang Sakinah

Sakinah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ketenangan, ketentraman, aman atau
damai. Lawan kata dari ketentraman atau ketenangan adalah keguncangan, keresahan,
kehancuran. Sebagaimana arti kata tersebut, keluarga sakinah berarti keluarga yang
didalamnya mengandung ketenangan, ketentraman, keamanan, dan kedamaian antar anggota
keluarganya. Keluarga yang sakinah berlawanan dengan keluarga yang penuh keresahan,
kecurigaan, dan kehancuran.

Kita bisa melihat keluarga yang tidak sakinah contohnya adalah keluarga yang didalamnya
penuh perkelahian, kecurigaan antar pasangan, bahkan berpotensi terhadap adanya konflik
yang berujung perceraian. Ketidakpercayaan adalah salah satu aspek yang membuat gagal
keluarga sakinah terwujud. Misalnya saja pasangan saling mencurigai, adanya pihak atau orang
yang mengguncang rumah tangga atau perlawanan istri terhadap suami. Hukum melawan
suami menurut islam tentunya menjadi hal yang harus diketahui pula oleh istri untuk menjaga
sakinah dalam keluarga.

Dengan adanya ketenangan, ketentraman, rasa aman, kedamaian maka keguncangan di dalam
keluarga tidak akan terjadi. Masing-masing anggota keluarga dapat memikirkan pemecahan
masalah secara jernih dan menyentuh intinya. Tanpa ketenangan maka sulit masing-masing
bisa berpikir dengan jernih, dan mau bermusyawarah, yang ada justru perdebatan, dan
perkelahian yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Konflik dalam keluarga akan mudah
terjadi tanpa adanya sakinah dalam keluarga.
Makna Keluarga yang Mawaddah

Mawaddah berasal pula dari bahasa Arab yang artinya adalah perasaan kasih sayang, cinta yang
membara, dan menggebu. Mawaddah ini khususnya digunakan untuk istilah perasaan cinta
yang menggebu pada pasangannya. Dalam islam, mawaddah ini adalah fitrah yang pasti dimiliki
oleh manusia. Muncul perasan cinta yang menggebu ini karena hal-hal yang sebabnya bisa dari
aspek kecantikan atau ketampanan pasangannya, moralitas, kedudukan dan hal-hal lain yang
melekat pada pasangannya atau manusia ciptaan Allah. Kriteria calon istri menurut
islam dan kriteria calon suami menurut islam  bisa menjadi aspek yang perlu dipertimbangkan
untuk memunculkan cinta pada pasangan nantinya.

Adanya perasaan mawaddah pastinya mampu membuat rumah tangga penuh cinta dan sayang.
Tanpa adanya cinta tentunya keluarga menjadi hambar. Adanya cinta membuat pasangan
suami istri serta anak-anak mau berkorban, mau memberikan sesuatu yang lebih untuk
keluarganya. Perasaan cinta mampu memberikan perasaan saling memiliki dan saling menjaga.

Keluarga yang ada perasaan mawaddah tentunya memunculkan nafsu yang positif (nafsu yang
halal dalam aspek pernikahan). Kita bisa melihat, keluarga yang tidak ada mawaddah tentunya
tidak akan saling memberikan dukungan, hambar, yang membuat rumah tangga pun seperti
sepi. Perselingkuhan dalam rumah tangga bisa saja terjadi jika mawaddah tidak ada dalam
keluarga. Masing-masing pasangan akan mencari cinta lain dari orang lain.

Keluarga yang penuh mawaddah bukan terbentuk hanya karena jalan yang instan saja.
Perasaan cinta dalam keluarga tumbuh dan berkembang karena proses dipupuknya lewat cinta
suami istri serta anak-anak. Keindahan keluarga mawaddah tentunya sangat didambakan bagi
setiap manusia, karena hal tersebut fitrah dari setiap makhluk.

Makna Keluarga yang Rahmah

Kata Rahmah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ampunan, rahmat, rezeki, dan
karunia. Rahmah terbesar tentu berasal dari Allah SWT yang diberikan pada keluarga yang
terjaga rasa cinta, kasih sayang, dan juga kepercayaan. Keluarga yang rahmah tidak mungkin
muncul hanya sekejap melainkan muncul karena proses adanya saling membutuhkan, saling
menutupi kekurangan, saling memahami, dan memberikan pengertian.

Rahmah atau karunia dan rezeki dalam keluarga adalah karena proses dan kesabaran suami istri
dalam membina rumah tangganya, serta melewati pengorbanan juga kekuatan jiwa. Dengan
prosesnya yang penuh kesabaran, karunia itu pun juga akan diberikan oleh Allah sebagai bentuk
cinta tertinggi dalam keluarga.

Rahmah tidak terwujud jika suami dan istri saling mendurhakai. Untuk itu perlu memahami pula
mengenai ciri-ciri suami durhaka terhadap istri dan ciri-ciri istri durhaka terhadap suami.
Karakteristik Keluarga  Sakinah, Mawaddah dan Warahmah

Setelah mengetahui makna keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, pada intinya
masing-masing dalam rumah tangga mampu mengetahui cara menjaga keharmonisan dalam
rumah tangga menurut islam, sehingga tidak terjadi kekacuan. Berikut merupakan ciri-ciri atau
karakterstik yang bisa menggambarkan seperti apakah keluarga tersebut.

1. Terdapat cinta, kasih sayang, dan rasa saling memiliki yang terjaga satu sama lain
2. Terdapat ketenangan dan ketentraman yang terjaga, bukan konflik atau mengarah pada
perceraian
3. Keikhlasan dan ketulusan peran yang diberikan masing-masing anggota keluarga, baik peran
dari suami sebagai kepala rumah tangga, istri sebagai ibu juga megelola amanah suami, serta
anak anak yang menjadi amanah dari Allah untuk diberikan pendidikan yang baik .
4. Kecintaan yang mengarahkan kepada cinta Illahiah dan Nilai Agama, bukan hanya kecintaan
terhadap makhluk atau hawa nafsu semata
5. Jauh dari ketidakpercayaan, kecurigaan, dan perasaan was-was antar pasangan
6. Mampu menjaga satu sama lain dalam aspek keimanan dan ibadah, bukan saling
menjerumuskan atau saling menghancurkan satu sama lain
7. Mampu menjaga pergaulan dalam islam, tidak melakukan penyelewengan apalagi
pengkhianatan sesama pasangan
8. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga mulai dari rezeki,
kebutuhan dorongan sexual, dan rasa memiliki satu sama lain
9. Mendukung karir, profesi satu sama lain yang diwujudkan untuk sama-sama membangun
keluarga dan membangun ummat sebagai amanah dari Allah SWT.

Tujuan dan Manfaat Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

Keluarga adalah unit terkecil dalam sebuah masyarakat. Keluarga bukan hanya sekedar
hubungan formal antara suami, istri, dan anak-anak namun juga memiliki fungsi dan tugas
tersendiri dalam masyarakat. Allah tidak pernah memberikan sebuah aturan dan menciptakan
sesuatu tanpa ada alasan dan manfaat yang akan diperoleh. Semua aturan yang diberikan Allah
senantiasa dikembalikan kepada misi dan penciptaan manusia di muka bumi ini.

Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah perintah Allah yang juga diberikan
kepada keluarga untuk diwujudkan bersama. Dengan adanya keluarga yang sakinah,
mawaddah, wa rahmah hal ini akan mampu membantu misi dan tujuan dalam keluarga yang
islami bisa terwujud.

1. Menunjang Misi Kekhalifahan Manusia di Muka Bumi

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-
Ku” (QS Adzariyat : 54)
Manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi semata-mata untuk beribadah kepada Allah.
Dengan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah maka tujuan beribadah kepada
Allah sebagai satu-satunya Illah mampu dibentuk, dikondisikan, dan saling didukung dari
keluarga. Keluarga sakinah mawaddah dan rahmah anggotanya, baik suami, istri, dan anak-anak
akan saling mengarahkan untuk menjalankan misi ibadah kepada Allah. Keluarga sakinah
mawaddah rahmah bukan hanya cinta manusia belaka, namun lebih jauh cinta kepada
keillahiahan.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. . . . ” (QS Al-Baqarah : 30)

Allah pun menciptakan manusia untuk menjadi khalifah fil ard. Khalifah fil ard artinya adalah
manusia melaksanakan pembangunan dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk
kemakmuran di muka bumi lewat jalan apapun. Bisa menjadi ibu rumah tangga, profesi,
memberdayakan ummat, dsb.

Dengan adanya keluarga sakinah yang penuh cinta dan rahmah, maka misi kekhalifahan ini bisa
dilakukan dengan penuh semangat, dukungan dan juga saling membantu untuk menutupi
kekurangan. Adanya profesi atau karir dari masing-masing suami, istri justru bukan malah
menjauh dan saling tidak bertatap wajah. Adanya hal tersebut justru membuat mereka saling
mendukung agar masing-masing juga banyak berkarya untuk agama dan bangsa, karena
keluarga bagian dari pembangunan ummat.

2. Menjadi Ladang Ibadah dan Beramal Shalih

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS : At Tahrim: 6)

Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Artinya,
untuk menjauhi api neraka manusia diperintahkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan
yang shaleh. Hal ini belum tentu mudah jika dijalankan sendirian. Untuk itu, adanya keluarga
yang baik dan sesuai harapan Allah tentunya keluarga pun bisa menjadi ladang ibadah dan amal
shalih karena banyak yang bisa dilakukan dalam sebuah keluarga.

Seorang ayah yang bekerja mencari nafkah halal demi menghidupi keluarga dan anak anaknya
tentu menjadi pahala dan amal ibadah sendiri dalam keluarga. Begitupun seorang ibu yang
mengurus rumah tangga atau membantu suami untuk menghidupi keluarga adalah ladang
ibadah dan amal shalih tersendiri. Kewajiban istri terhadap suami dalam islam bisa menjadi
ladang ibadah tersendiri. Begitupun Kewajiban suami terhadap istri adalah pahala tersendiri
bagi suami dalam keluarga. Mendidik anak dalam islam juga merupakan bagian dari

Ladang ibadah dan amal shalih hanya akan bisa dilakukan secara kondusif oleh keluarga yang
terjaga rasa cinta, sayang, dan penuh dengan ketulusan dalam menjalankannya. Untuk itu
diperlukan keluarga dalam sakinah, mawaddah, wa rahmah yang bisa menjalankan ibadah dan
amal shalih dengan semaksimalnya.
3. Tempat menuai cinta, kasih, sayang dan memenuhi kebutuhan

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari
isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik.
Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” (QS
An-Nahl : 72)

Allah memberikan rezeki yang baik-baik salah satunya memberikan nikmat keluarga dan
keturunan. Hal tersebut tentunya hal yang mahal dalam sebuah ikatan keluarga. Karena tidak
semuanya dapat menikmati hal tersebut. Padahal, keluarga dan perasaan kenyamanan cinta
adalah fitrah yang menjadi kebutuhan setiap manusia. Wanita shalehah idaman pria
shaleh adalah salah satu bentuk kebahagiaan tersendiri dalam keluarga.

Dengan adanya keluarga sakinah mawaddah wa rahman, tentunya kebutuhan-kebutuhan yang


diperlukan manusia bisa dipenuhi dalam keluarga. Kebutuhan tersebut mulai dari rasa aman,
tentram, rezeki berupa harta, cinta, sexual dari pasangan, kehormatan, dan tentunya bentuk-
bentuk ibadah yang bisa dilakukan dalam amal salih berkeluarga.

Istri adalah amanah dari suami begitupun sebaliknya. Membangun rumah tangga dalam
islam buka hanya amanah suami dan istri, namun lebih jauh dari itu adalah amanah dari Allah
karena pernikahan dalam islam dibentuk atas dasar nama Allah. Keluarga dan Rumah tangga
bukanlah tanpa ada kegoncangan dan ujian, namun atas dasar dan nilai-nilai agama semua itu
mampu diselesaikan hingga redamnya kegoncangan. Keluarga Sakinah, Mawaddah dan
warahmah bukan hanya tujuan, melainkan proses untuk menggapai kebahagiaan lebih dari
dunia, yaitu kebahagiaan di akhirat.

Kiat-kiat (contoh) Berumah tangga Bahagia

Perkawinan merupakan wujud menyatunya dua hamba Allah ke dalam satu tujuan yang sama.
Dan salah satu tujuan perkawinan adalah mencapai kebahagiaan yang langgeng bersama
pasangan hidup. Namun, jalan menuju kebahagiaan tak selamanya mulus. Banyak hambatan,
tantangan, dan persoalan yang terkadang menggagalkan jalannya rumah-tangga. Buktinya,
perceraian kini sudah menjadi persoalan biasa, bukan lagi soal tabu bagi sebagian masyarakat.
Nah, bagaimana kita mengantisipasi supaya mahligai rumah-tangga kita tidak goyang?
Inilah 10 tips menuju perkawinan yang bahagia.

Cinta (Mahabbah) Cinta merupakan energi yang dahsyat untuk mengembangkan dan


menyempurnakan kepribadian Anda. Cinta akan membantu membuang semua rintangan yang
muncul di tengah perjalanan rumah tangga. Perkawinan yang dibangun tanpa landasan cinta
sebetulnya adalah omong-kosong belaka. Perkawinan tanpa cinta sama saja membangun
rumah tanpa tiang. Rapuh dan lama-lama akan hancur dan roboh. Meski bukan satu-satunya
syarat, cinta sangat berperan dalam membangun perkawinan yang langgeng. Maka, cinta dalam
perkawinan adalah sesuatu yang mutlak dan harus.

Seiman (Ukhuwwah) Cinta saja tentu belum cukup untuk menciptakan perkawinan yang
bahagia. Prinsip memilih pasangan/pendamping yang seiman juga merupakan salah satu kunci
dalam mencapai kebahagiaan rumah tangga. Jangan anggap enteng soal yang satu ini.

Saling percaya (Amaanah) Tanpa rasa saling percaya antara pasangan suami-istri, perkawinan
tentu tak akan berjalan mulus. Bagaimana bisa mulus jika suami atau istri selalu mengawasi
gerak-gerik kita karena ketidakpercayaannya itu? Yang muncul adalah kegelisahan, kecurigaan,
kekhawatiran, tak pernah merasa tenteram, dan sebagainya. Ujung-ujungnya, Anda berdua
justru saling menyalahkan dan menuduh. Rasa saling percaya akan mengantarkan Anda pada
perasaan aman dan nyaman. Kuncinya, jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan suami
Anda. Istri tak perlu mencurigai suami, dan sebaliknya, suami juga tak perlu mencurigai istri.
Membangun rasa saling percaya juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.

Seks (Hubb). Ya, seks memang perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk
memperoleh keturunan, namun manusia perlu juga mengembangkan seks untuk mencapai
kebahagiaan bersama pasangan hidupnya. Kegiatan seks mestinya adalah penyerahan total,
saling menyerahkan diri kepada suami atau istrinya sehingga hubungan terpupuk semakin
dalam. Kegiatan seks yang timpang akan menjadi masalah serius bagi suami- istri. Uring-
uringan, cekcok, dan gelisah, merupakan akibat yang biasanya muncul jika soal yang satu ini
muncul. Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan dan kejujuran dalam
mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling
memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks
yang menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi Anda berdua. Bukankah seks yang
menyenangkan akan berakibat turunnya karunia dari Allah?

Ekonomi (Maaliyah) Hampir sebagian besar waktu dalam keluarga dewasa ini, khususnya
pasangan suami-istri muda perkotaan, adalah untuk mencari nafkah. Artinya, tak bisa dipungkiri
bahwa faktor ekonomi tak bisa dianggap remeh. Bayangkan, apa yang bakal terjadi seandainya
rumah tangga tak didukung oleh topangan ekonomi yang memadai. Bisa jadi timbul
percekcokan. Banyak kita dengar, pasangan suami-istri yang akhirnya bercerai gara-gara
persoalan ekonomi. Rumah tangga berantakan, hidup susah, suami-istri selalu bertengkar, dan
sebagainya. Bisa dibilang, salah satu tolok ukur keberhasilan keluarga adalah baik secara
ekonomi, meski faktor satu ini bukan merupakan satu-satunya ukuran. Mengatur ekonomi
secara benar juga akan memberikan perasaan aman dan bahagia.
Kehadiran anak (Dzurriyyah) Anak adalah karunia Allah yang tak terkirakan nilainya.
Perkawinan tanpa kehadiran anak seringkali memicu persoalan tersendiri. Banyak keluarga atau
pasangan suami-istri yang sulit mendapatkan anak dan 'mati-matian' berupaya dan berikhtiar
agar mempunyai keturunan. Kehadiran seorang anak juga membuat suami-istri memiliki
keterikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan, merawat dan mencintai bersama-sama.
Jadi, kehadiran anak secara tidak langsung akan semakin mendekatkan pasangan suami-istri.

Hindari pihak "ketiga" (I'timaad 'ala nafs) Kehidupan perkawinan merupakan otonomi


tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri secara langsung oleh pihak lain, yang biasanya disebut
pihak ketiga. Kehadiran pihak ketiga yang ikut campur tangan atau memberi pengaruh negatif
dan masuk ke wilayah otoritas keluarga, bisa menciptakan bencana bagi rumah tangga
tersebut. Banyak contoh keluarga yang hancur gara-gara pihak ketiga. Entah karena masih satu
rumah dengan mertua, saudara ipar, tetangga, dan sebagainya. Jadi, bila Anda menginginkan
kehidupan rumah tangga Anda langgeng bahagia, sebisa-bisanya hindari campur tangan negatif
pihak ketiga. Bila sebaliknya, justru sangat diperlukan.

Menjaga romantisme (Muhaafadhah) Terkadang, pasangan suami-istri yang sudah cukup lama


membangun mahligai rumah tangga tak lagi peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata
pujian, makan malam bersama, bahkan perhatian pun seperti barang mahal. Padahal, menjaga
romantisme dibutuhkan oleh pasangan suami-istri sampai kapan pun. Sekedar memberikan
bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan menyusuri
tempat-tempat romantis akan selalu memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda.
Tentu, ujung-ujungnya pasangan suami-istri akan merasa semakin erat dan saling
membutuhkan.

Komunikasi (Muhaadatsah) Komunikasi juga merupakan salah satu pilar langgengnya


hubungan suami-istri. Hilangnya komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tanga.
Bagaimana mungkin hubungan suami-isteri akan mulus jika menyapa pun enggan dilakukan.
Jika rumah tangga adalah sebuah mobil, maka komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak
mungkin rasanya rumah tangga berjalan.
Banyak terjadi, suami atau istri apatis terhadap pasangannya karena terlalu sibuk bekerja.
Suami-istri bekerja, sementara anak sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga rumah hanya
seperti tempat kos, masing-masing pribadi tidak saling tegur sapa. Ini sama halnya menaruh
bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Bisa-bisa, di antara Anda kemudian mencari
pelampiasan dengan mencari teman di luar untuk curhat dan tak betah lagi tinggal di rumah.
Jadi, cobalah untuk selalu menjaga komunikasi suami dan isteri. Luangkan waktu untuk duduk
atau ngobrol bersama, sekalipun hanya 5 menit setiap hari. Teleponlah atau kirimkan email
pada saat Anda berdua berada di kantor Anda masing-masing. Atau makan siang bersama.
Intinya, ciptakan komunikasi, sehingga masing-masing pribadi merasa dibutuhkan.

Saling memuji dan memperhatikan (Mulaathofah) Meski sepele, pujian atau perhatian sangat
besar pengaruhnya bagipasangan suami-isteri. Ucapan bernada pujian akan semakin
memperkuat ikatan suami-istri. Tanpa pujian atau perhatian, bisa-bisa yang ada hanya saling
mencela dan merendahkan. Memberikan pujian ringan seperti "Masakan Mama hari ini luar
biasa, lho!" atau "Wah, Papa tambah keren pakai dasi itu." Ucapan-ucapan sepele seperti itu
akan memberikan dorongan/semangat yang luar biasa. Pasangan Anda pun akan merasa
dihargai. Memuji tak butuh biaya atau ongkos mahal, kok. Yang dibutuhkan adalah ketulusan
dan rasa cinta pada suami.

Kiat membangun keluarga sakinah pada hakikatnya adalah mendekatkan keluarga dengan nilai-
nilai Islam. Semakin dekat sebuah keluarga dengan ajaran Islam sebagai agamanya, maka akan
semakin membuat nilai-nilai keberkahan itu hadir dalam kehidupan rumah tangga. Kesakinahan
bersama pasangan maupun anak-anak akan mudah diraih.

Keluarga sakinah adalah awal dari berdirinya sebuah masyaarakat madani. Dimulai dari
keluarga, selanjutnya akan lahirlah negara yang berkahi oleh Allah SWT. Membangun keluarga
yang Sakinah merupakan sebuah awalan yang baik untuk menciptakan kondisi masyarakat yang
ideal. Diawali dengan keluarga Sakinah, menuju masyarakat Madani. Insya Allah. Semoga
rumah kita adalah tempat yang nyaman, krasan, damai, tentram (Baitiy Jannatiy). Insya Allah
dengan hal-hal inilah yang memungkinkan terbukanya hidayah dalam rumah tangga, semoga
senantiasa menjadi rumah tangga yang Sakiinah, Mawaddah Warahmah. Amin

Anda mungkin juga menyukai