Anda di halaman 1dari 4

PERNIKAHAN IMPIAN

Dr. Oki Setiana Dewi, M. Pd

Menikah adalah bagian dari ibadah, Rasullulah SAW bersabda “Jika seseorang menikah maka dia
telah menyempurnakan separuh agamanya karnanya bertaqwalah kepala Allah Subhanahu Wa Ta’ala
pada separuh yang lainnya.” Para ulama menjelaskan bahwa pernikahan adalah setengah agama,
maknanya : seseorang biasanya rusak karena 2 hal yaitu kemaluan dan perut. Kemaluan akan
mengantarkan dia kepada zina dan perut akan mengantarkan dia kepada keserakahan. Kalau seseorang
sudah menikah maka dia sudah membentengi diri dari zina dan tinggal menjaga perutnya maka dia akan
terjaga dari keserakahan. Semua orang yang menikah pasti punya tujuan, ingin bahagia sampai ke Syurga
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (Qs. Ar-Ruum : 21) Allah berfirman “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-
Nya ialah ia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung merasa tentram
padanya dan dijadikanlah diantara kamu rasa kasih sayang, sesungguhnya pada demikian itu benar-benar
tanda bagi kaum yang berfikir.” Maka tujuan pernikahan dalam Qs. Ar-Ruum : 21 adalah sakinah
mawadah dan warohmah. Sakinah agar pernikahan kita diberikan tenang, tentram. Mawadah adalah
pernikahan dengan penuh cinta, sedangkan warohmah adalah penuh dengan kasih sayang.

Ada cara-cara sebelum menikah agar dapat mewujudkan cita-cita pernikahan, terdapat pada ta’aruf.
Secara singkat ta’aruf niatnya adalah untuk menikah, untuk mendapatkan surat izin menikah (ridho) dari
orang tua untuk menikah karena ridho orang tua adalah ridho Allah. Kemudian waktu ta’aruf tidak boleh
terlalu lama karena kalau terlalu lama akan menjadi zina (manusia ada hawa nafsu) maka dari itu Allah
ingatkan “Jangan dekati zina….”. Ta’aruf juga harus ada perantara dan tidak boleh hanya berdua saja,
Ta’aruf tidak boleh menggunakan perantara yang juga belum menikah karena malah terbalik dengan mak
comblangnya jadi harus yang sudah menikah. Untuk mendapatkan pasangan yang bisa membawa kita ke
pernikahan impian (sakinah, mawadah, warohmah) harus kita pahami siapa orang itu sesungguhnya.
Maka ketika Ta’aruf kita harus tau apa visi misi pernikahan dia, dia mau pernikahan ini mau dibawa
kemana dan mau dibawa kemana. (Misal pernikahan itu ibadah, lalu pelaksaannya bagaimana, dll harus
detail). Kemudian tanyakan kepadanya sejauh mana kesiapan dia untuk menikah (kalau masih lama misal
2 tahun ya tidak usah ta’aruf kelamaan). Seseorang itu harus bertanggung jawab, menafkahi, mengetahui
tentang ilmu rumah tangga, dll. Kemudian tanyakan peran hak kewajiban suami dan istri, contohnya laki-
laki harus paham bahwa dia wajib mencari nafkah untuk menafkahi keluarganya. Kalau istri bekerja &
memiliki penghasilan maka 100% penghasilan adalah milik istri sedangkan kalau suami bekerja dan
mendapatkan penghasilan maka sebagian dari penghasilannya adalah milik anak istri untuk dinafkahi.
Kemudian kita harus tau bagaimana ibadah yang dijalankannya, salah satu penyebab rusaknya rumah
tangga adalah karena ketidak dekatannya dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ulama mengatakan “perbaiki hubunganmu dengan Allah maka Allah akan perbaiki hubunganmu dengan
manusia.” Kalau orang beribadah dengan baik maka dia akan fokus pada pendekatan diri kepada Allah
maka Allah akan perbaiki hubungannya dengan keluarga atau sesama manusia. Masalah ibadah pastikan
bahwa kita tau dia menjalankannya. Kita harus tau juga bagaimana dia mengatur emosinya. Rasul
ingatkan pada Fatimah binti Qais ketika ada yang melamar Fatimah binti Qais “Ya Rasul saya tu pilih
yang mana ya? Ada si Fulan dan si Fulan.” Kemudian Rasul katakana “Kalau si Fulan ini suka marah,
suka mukul jangan. Kalau si Fulan ini terlalu miskin sekali sehingga akan sulit mungkin untuk menafkahi
mu juga jangan.” Maka pahami bagaimana cara dia emosi dan meredam emosinya supaya tidak ada
KDRT. KDRT tidak mesti fisik, namun juga verbal (misal perkataan yang merendahkan, menyakitkan)
sehingga istri hanya dijadikan _pembantu_ rumah tangga atau bahkan pelampiasan hawa nafsunya.

Kemudian kita juga harus tau bagaimana cara dia mengatur keuangan, karena konflik terbesar dalam
rumah tangga salah satunya adalah konflik ekonomi. Apakah dia tipe yang boros, pelit, atau
termanajemen dengan baik sehingga kita paham. Kemudian tanyakan padamya “apa yang membuatnya
tertarik untuk ta’aruf.” Kemudian tanyakan hubungan dia dengan keluarganya (ayah, ibu, adek, kakak,
saudara, dll) karena kemungkinan keluarga yang akan terbangun juga seperti itu (meski tidak selamanya).
Terakhir tanyakan tentang cita-cita dan masa depannya sehingga kita bisa menuju ke pernikahan impian
(sakinah, mawadah, warohmah).

Menikah harus dengan ridho orang tua, karena ia menyatukan kedua keluarga besar. Wanita
membutuhkan wali (kalau ada apa-apa maka wali yang menjaga kita). Meski laki-laki tidak butuh wali
maka laki-laki butuh doa kedua orang tua kepada anaknya agar kehidupan kita baik. Jangan pernah
menyakiti hati orang tua mu hanya karena seseorang yang baru saja engkau temui, jangan tinggalkan
orang tuamu hanya karena seseorang yang datang baru saja. Membuat orang tua menangis karena
termasuk durhaka kepada orang tua, buatlah dia menangis karena bangga memiliki anak seperti kita dan
jangan sampai engkau menyesal telah meninggalkan orang tuamu. Kalau belum mendapat restu maka
dekati dulu orang tua, dll tetapi tetap harus dengan ridhonya. Ridho Allah adalah ridho orang tua.

Menikah itu tidak bisa (tidak ada kerjasama) harus ada kerjasama dalam pernikahan dalam 4 hal : bantu-
membantu untuk kebaikan dan mencegah kemunkaran, menunaikan hal dan kewajiban, saling
menghebatkan, saling memupuk cinta yang terus bersama hingga ke Syurga Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

1. Bantu-membantu untuk kebaikan dan mencegah kemunkaran (Qs. At-Taubah : 71) Allah
berfirman “Laki-laki dan perempuan sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain.”
Hal ini bermakna global, namun kita bisa persempit dalam pernikahan yaitu istri menolong suami
dan suami menolong istri. (Qs. Al-Maidah : 2) Allah berfirman “Tolong menolonglah kamu
dalam kebaikan dan taqwa, jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.” Ada cerita di
masa lalu setiap suaminya akan berangkat kerja maka istri mengatakan “Wahai suamiku, aku
akan tahan kelaparan tapi aku tidak akan tahan dengan panasnya api neraka.” Dengan kata lain :
kerja yang halal, jangan korupsi, dapat uang yang halal. Kemudian juga harus saling
mengingatkan dalam beribadah, dan menutup aib rumah tangga. (suami melakukan kesalahan dan
kita tutup aibnya, dll).
2. Kerjasama menunaikan hak dan kewajiban. Secara singkat dalam (Qs. An-Nisa : 34) Allah
berfirman “Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian
laki-laki atas sebagian wanita dan karena laki-laki menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Wanita adalah mereka yang taat kepada Allah (taat kepada suaminya selama suami menyuruh
kepada yang betul), memelihara diri, menjaga diri ketika suaminya tidak ada.” Yang menjadi hak
suami kepada istri adalah memberikan nafkah harta karena perempuan punya keterbatasan
(menstruasi, hamil, menyusui) laki-laki punya kesempatan kerja lebih banyak, dukungan sosial
lebih didukung untuk menafkahi. Termasuk hak dan kewajiban suami istri adalah pemenuhan
kebutuhan biologis (keduanya saling memenuhi). Laki-laki memiliki hormone testosteron
sehingga ada dorongan dari hormonalnya, sehingga kalau istri tidak melayani dampaknya nanti
akan uring-uringan dan cepat marah. Tugas beres-beres, menyapu, mencuci baju piring sendok
gelas garpu nampan, dll menurut Jumhur Ulama mengatakan sebenarnya itu adalah tugas dari
suami dan istri hanya membantu suami sehingga istri bukan menjadi peran utama. Tugas utama
seorang istri adalah melayani suami (karena tidak bisa digantikan oleh siapapun) dan mendidik
anak-anak, masalah masak dll adalah tugas suami & kita membantu suami.
3. Bekerjasama dalam menghebatkan. Rasullulah SAW dan Siti Khadijah saling menghebatkan satu
sama lain, misal awal-awal menikah Rasullulah menghebatkan bisnisnya Siti Khadijah,
membantu Siti Khadijah untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Siti Khadijah pun
menghebatkan suaminya, dakwahnya didukung, dakwahnya semakin luas, dibantu hartanya Siti
Khadijah, dll. Banyak pernikahan dimana suami melesat jauh kedepan dan istrinya semakin
tertinggal dibelakang maka hati-hati, dimana suami makin hebat aka nada perempuan-perempuan
pintar dan cantik diluar sana yang bisa berkoneksi dengan suami kita. Misal dirumah tidak ngapa-
ngapain tidak buka informasi maka berbahaya. Ada juga pernikahan dimana istri dan suami
saling bersaingan dimana istri tidak boleh lebih hebat dari suami. Suami istri harus saling
mendukung untuk saling berkembang, ibarat burung merpati kalau dengan 2 sayap maka
terbangnya lebih tinggi, kita dituntut untuk menjadi khairu ummah (umat terbaik) melejitkan
seluruh potensi yang positif untuk menjadi sholih, hebat, mensholihkan yang lain dan
menghebatkan yang lain. “Seorang perempuan yang berada dirumah dan menjadi ibu rumah
tangga itu juga hebat luar biasa” ketika suami mengatakan “urus anak-anak dengan baik, saya
support semuanya doakan semoga saya mendapatkan rezeki yang baik sehingga dapat membuat
kamu dan anak-anak nyaman, kamu jadilah seorang ibu rumah tangga yang hebat, ibu yang hebat
untuk anak-anak kita.” Kalimat itu juga termasuk menghebatkan.
4. Bekerjasama dalam memupuk cinta. Komitmen pernikahan untuk saling sabar dan memaafkan,
memaklumi, toleransi dalam pernikahan. (Qs. An-Nisa : 19) Allah berfirman “Bergaullah dengan
mereka dengan cara yang patut, kemudian kalau kamu tidak suka sama mereka sabar karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah jadikan kebaikan yang sangat banyak.”
Maka supaya cinta bisa terpupuk ya sabar, saling memaklumi, saling toleransi, saling memaafkan
karena kalau tidak sabar ya bubar. (Qs. At-Taghobun : 14) dalam ayat ini kita diminta untuk
memaafkan. Allah berfirman “Wahai orang-orang beriman sesungguhnya diantara istri-istrimu
dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka,
dan jika kamu memaafkan mereka dan tidak memarahi mereka mengampuni mereka maka
sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” Sebagaimana kalau kita membuat
dosa dan kita memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mendapatkan ampunan dan
kasih sayangnya. Minta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk dikuatkan untuk bisa
memaafkan.

Jangan sedikit-sedikit mengadu kepada orang tua, karena banyak rumah tangga hancur karena orang tua
atau mertua terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga kita jadi orang tua sebaiknya mendengar yang
baik-baik saja kecuali sudah mentok maka boleh bercerita kepada wali untuk mendapatkan nasehat. Ada
jin khusus untuk menceraikan pernikahan. Dalam rumah tangga ada jin khusus yang memang dikirim
untuk menceraikan suami istri maka kita berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semoga Allah jaga
pernikahan kita. (Qs. Al-Furqon : 74) Doa “Robbana ….” Agar pasangan kita menjadi penyejuk mata,
hati dan kita menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.

Anda mungkin juga menyukai