Anda di halaman 1dari 4

Menikah Agar Bahagia

Oleh: Sahri Ramadhan*

Setiap manusia menginginkan kebahagiaan didalam hidupnya. Tidak ada manusia


yang menginginkan penderitaan baik laki-laki begitu juga dengan perempuan, anak-anak
dan orang dewasa, orang miskin maupun orang kaya.
Berbicara tentang bahagia tentu memiliki banyak cara untuk meraihnya,
Kebahagiaan seseorang relatif pada masing-masing individu, karena setiap orang memliki
kecenderungan terhadap sesuatu yang menjadiakan dia bahagia.
Masalah kebahagiaan ini merupakan hal tidak akan pernah habis diperbincangkan,
begitu banyak pandangan dan pendapat mengenai kebahagiaan. Mulai dari pemberian
makna tentang bahagia, macam-macam kebahagiaan dan faktor yang mempengaruhi
kebahagiaan dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan itu
dengan menikah.
Bahagia itu sendiri menurut KBBI adalah kesenangan dan ketentraman hidup (lahir
batin); keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin. kebahagiaan merupakan suatu
keadaan pikiran atau perasaan yang berupa kesenangan dan ketentraman hidup yang
dirasakan oleh manusia dalam menghadapi berbagai hal dalam hidup ditandai dengan
ketenangan yang bersifat lahir dan batin sehingga merasa berharga, baik dari dirinya sendiri
maupun orang lain.
Tujuan dari pernikahan sejatinya untuk meraih kebahagiaan hidup, sebagaimana
kisah Nabi Adam 'Alaihis Salam yang merasa belum lengkap kebahagiaannya sebelum Siti
Hawa di ciptakan oleh Allah SWT. Begitu juga dengan Nabi Zakaria 'Alaihis Salam berdoa
kepada Allah Rabbi la tadzarni fardan wa anta khairul waritsin. Artinya," Ya Tuhanku,
janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling
Baik." (QS. Al-Anbiya ayat 89).
Beberapa nabi terdahulu memohon kepada Allah untuk diberikan pasangan didalam
menjalani kehidupan, karena didalam masing-masing pasangan terdapat ketenangan jiwa,
ketentraman, serta kasih sayang yang mendalam.
Sebagaimana Nabi Saw meletakkan pernikahan sebagai separuh agama. Separuh,
berarti 50 % atau setengah. Ini menandakan pengaruh pernikahan yang sangat penting
untuk kebaikan agama seseorang. Nabi saw menyatakan pernikahan sebagai nishfu ad-din.
Dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda, "Ketika seorang hamba menikah, berarti dia
telah menyempurnakan separuh agamanya (nishfu ad-din). Maka bertaqwalah kepada Allah
pada separuh sisanya" (Shahih Targhib wa Tarhib 2/192).
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin menjelaskan, dua hal yang paling
potensial merusak manusia adalah syahwat kemaluan dan syahwat perut. Menikah telah
menyelamatkan manusia dari syahwat kemaluan, inilah makna setengah dari iman pada
hadist diatas serta menikah akan melindungi manusia dari penyimpangan dan
menghindarkan dari kerusakan. Sangat banyak kerusakan akibat dari dibebaskannya
syahwat kemaluan, bukan hanya kerusakan yang menimpa pelaku, namun menimpa
masyarakat, bangsa bahkan negara. Kebebasan seksual dalam berbagai bentuknya.
Banyak teori menjelaskan tentang cara-cara memperoleh kebahagian namun selaku
umat islam tentu kita harus berpegang teguh terhadap petunjuk yang bersumber dari Al-
ur’an dan Sunnah baginda Rasulullah SAW.
Cara memperoleh kebahagiaan didalam Al-Qur’an salah satunya adalah dengan
menikah, sebaimana Allah menjelaskan didalam Al-Qur’an “Dan di antara tanda-tanda
(kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari
jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.
(QS. Ar-Rum. 21).
Disamping itu manusia memperoleh kebahagiaan dengan bertaqwa kepada Allah,
Sabar, Shalat, Syukur, Ikhlas, Jihad dan beramal shalah. Penerapan amalan diatas bisa
diaplikasikan didalam rumah tangga dengan cara menikah.
Seseorang dapat meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah, sebagai contoh
pengantin pria berdomisili dibarat sedangan pengantin wanita bertempat tinggal ditimur
dengan kuasa Allah mereka bertemu dan berjodoh lalu membangun rumah tangga, itu salah
satu kuasa Allah yang diperlihatkan kepada manuasia supaya manusia bertaqwa kepada
Allah.
Sifat sabar harus ada didalam rumah tangga, didalam mengarungi rumah tangga
banyak halangan dan rintangan yang dihadapi, untuk memertahankan keutuhan rumah
tangga tersebut harus diiringi dengan kesabaran.
Shalat merupakan amalan utama didalam islam, untuk mendekatkan diri seorang
hamba kepada Rab-Nya dengan shalat, salah satu pelipur lara Rasulullah SAW saat
menghadapi masalah adalah shalat.  Dari sayyidina Hudzaifah RA, dia berkata, "Apabila
Baginda Rasulullah SAW menemui suatu kesulitan, maka beliau bergegas mengerjakan
sholat." (HR Ahmad, Abu Dawud, dari Kitab Durrul Mantsur).
Ikhlas didalam berumah tangga adalah menerima kekurangan pasangan serta
bersedia menutupi kekurangan pasangannya. menyadari bahwa pasangan itu juga manusia
yang pasti memiliki kekurangan maka dialah yang menjadi pelengkap kekurangannya.
Jihad seorang suami didalam rumah tangga adalah memastikan anggota
keluarganya beriman kepada Allah serta mencari nafkah yang baik dan halal untuk
menafkahi keluarganya sebagaimana Rasulullah Saw bersabda ”Barangsiapa yang bekerja
keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza
Wa Jalla”. (HR. Ahmad).
Sedangkan jihad seorang istri adalah melayani suami dan mendidik anak,
sebagaimana sebuah hadist dari Ibnu Abbas Ra menuturkan, datang seorang wanita kepada
Nabi SAW seraya berkata, "Sesungguhnya aku adalah duta kaum wanita untuk
menghadapmu. Tidak ada seorang wanita di antara mereka, baik yang mengerti maupun
tidak mengerti, melainkan dia akan merasa senang dengan kehadiranku di
hadapanmu."Allah adalah Tuhan kaum laki-laki dan wanita, sedang engkau adalah Rasul
Allah kepada kaum laki-laki dan wanita. Jihad telah diwajibkan kepada kaum laki-laki. Jika
menang, mereka akan kaya. Jika gugur sebagai syahid, mereka tetap hidup di sisi
Tuhannya. Lalu, adakah di antara amal-amal kaum wanita yang mampu menandingi hal
itu?" Nabi SAW menjawab, "Menaati suami dan mengetahui hak-hak mereka (dapat
menyamai jihad di jalan Allah), tetapi sedikit dari kalian yang melakukannya." (HR.
Thabrani).
Beramal shaleh didalam rumah tangga sangat banyak, karena pernikahan
merupakan ibadah terlama kita semasa hidup, minsalnya saling menghormati dan tidak
menyakiti pasangan didalam rumah tangga merupakan amal shaleh, memberikan nafkah
dan kasih sayang juga amal shaleh, serta ibadah bersama-sama untuk mencari ridha Allah
adalah amal shalah dan masih banyak lagi yang kita lakukan didalam keluarga menjadi
shaleh dan mendapatkan pahala disisi Allah.
Maka dapat kita mengambil sebuah kesimpulan bahwa menikah merupakan sarana
untuk mendapatkan kebahagiaan. Manusia secara umum selalu mendambakan kebahagiaan,
kebahagiaan hidup didunia serta kebahagiaan di akhirat kelak sebagaimana disebutkan
didalam Al-Qur’an “Wa minhum mai yaquulu rabbanaaa aatina fid dunyaa hasanatawn
wa fil aakhirati hasanatanw wa qinaa azaaban Naar” Artinya : Dan di antara mereka ada
yang berdoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
lindungilah kami dari azab neraka." (QS Al-Baqarah: 201).
Terlebih saat ini bulan yang disunnahkan untuk menikah. Bulan Syawal merupakan
bulan yang istimewa setelah bulan Ramadan. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak
ibadah di bulan Syawal serta membawa rutinitas ibadah pada bulan Ramadhan ke bulan
Syawal. Salah satu amalan Rasulullah yaitu menggelar pernikahan. Menikah di Bulan
Syawal adalah suatu kebaikan dan dianjurkan. Mudah-mudahan pada bulan ini kita
mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan yang sejadi dari Allah SWT.

*Penghulu Muda Pada KUA Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.

Anda mungkin juga menyukai