Anda di halaman 1dari 8

Agama Islam tidak akan mensyari'atkan sesuatu kecuali untuk tujuan yang mulia.

Demikian halnya
dengan nikah, ia mempunyai tujuan-tujuan tertentu, diantaranya:

1. Sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Nikah juga dalam rangka taat kepada Allah SWTdan Rasul-Nya. Apabila suami memiliki niat dan
tujuan baik dalam nikah seraya ikhlas hanya karena Allah SWT, Rasulullah SAW telah bersabda:
Sesungguhmya semua perbuatan adalah dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang tergantung
dari niatnya. (H.R. Muttafaqqun Alaih) Firman-firman Allah SWT dan Hadits-hadits Rasul SAW
telah menganjukan pernikahan dan menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
memerintahkan hamba-Nya untuk menikah.

2. Untuk 'iffah (mcnjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang), ihshon (membentengi diri) dan
mubadho'ah (bisa melakukan hubungan intim).

Pada hakekatnya nikah merupakan shadaqah. Rasulullah SAW bersabda: "Dan di kemaluan salah
satu di antara kamu adalah shadaqah. Mereka berkata: Wahai Rasulullah, apakah ketika salah satu
di antara kami mendatangi syahwatnya akan mendapatkan ganjaran? Rasulullah SAW menjawab:
Coba lihat! Jika syahwat tadi disalurkan ke tempat yang diharamkan, apakah ia akan kena dosa?
Mereka menjawab: Ya. Rasulullah SAW berkata: Begitupun halnya jika seseorang menyalurkan
syahwatnya ke tempat yang dihalalkan maka ia mendapat ganjaran pahala." (H.R. Muslim dan An-
Nasa'i)

Di atas juga sudah disebutkan hadits Nabi SAW yang mensinyalir: "Tiga hak atas Allah SWT
dimana Dia akan membantu hamba-Nya, orang yang nikah karena ingin menjauhkan perbuatan
yang dilarang. Ada Hadits yang mengungkap keutamaan 'iffah, bunyinya: Ada tujuh orang yang
akan mendapat lindungan Allah SWT pada hari dimana tiada satupun perlindungan kecuali hanya
perlindungan dan naungan-Nya, di antara mereka adalah seorang pemuda yang dipanggil oleh
seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan dia berkata: Aku takut kepada Allah
SWT. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Menghindari fitnah bagi orang yang sudah menikah adalah lebih mudah ketimbang orang yang
masih membujang. Karena timbulnya fitnah adalah dari penglihatan, pendengaran ataupun
khayalan. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya: Wahai Maha Pembolak-balik hati,
tetapkanlah hatiku kepada taat-Mu. Aisyah berkata: Wahai Rasulallah SAW, kamu selalu
memperbanyak doa seperti ini, apakah kamu sedang dalam keadaan takut? Rasulullah SAW
menjawab: Tiada yang bisa menentramkanku wahai Aisyah! Hati manusia adalah antara dua jari
dari beberapa jari milik Allah SWT, maka jika Allah SWT menghendaki membalikkan hatinya.
Dan Rasulullah membalikkan jari telunjuk dan tengah. Nikah bisa menghalangi pandangan kepada
selain isteri. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda: Melihat ke wanita adalah anak panahnya
iblis, maka barang siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah SWT niscaya Allah
SWT akan memberikan ganjaran berupa iman yang bisa ditemukan kemanisannya di dalam hati."
(H.R.Abu Daud dan at-Tirmidzi)

3. Memperbanyak ummat Muhammad SAW


Ini sesuai dengan hadits Ma'qal bin Yasar, ia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
SAW dan berkata, Sesungguhnya saya suka kepada seorang wanita. Dalam satu riwayat (memiliki
harta dan kecantikan), tapi sayangnya dia tidak bisa melahirkan, apakah saya layak untuk
menikahinya? Rasulullah SAW menjawab. Tidak. Kemudian laki-laki tadi datang kepada
Rasulullah dengan hal yang sama untuk kedua kalinya tapi Rasul tetap melarangnya. Selanjutnya
dia datang ketiga kalinya, Rasulullah SAW bersabda: "Nikahilah wanita yang disayangi dan yang
bisa memberikan anak, sesungguhnya aku orang yang memperbanyak ummat untuk kalian
semua.

4. Menyempurnakan agama

Hal senada telah diriwayatkan oleh Anas r.a., beliau berkata: Apabila seorang hamba menikah
maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya.
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang dijaga oleh Allah SWT dari dua keburukan maka
ia akan masuk surga: Sesuatu di antara dua bibir (lisan) dan sesuatu di antara dua kaki (kemaluan)."
(H.R. at-Tirmidzi, menurutnya, Hadits Hasan Gharib, diriwayatkan juga oleh al-Hakim dalam
Mustadrak, menurutnya, Isnadnya Shahih, al-Zahabi meyetujuinya dan al-Bani mentash-hihkan
dalam al- Sahihah)

5. Menikah termasuk sunnahnya para utusan Allah. Rasulullah SAW bersabda: "Empat perkara
yang menjadi bagian sunnahnya para utusan Allah SWT: Rasa malu, berwangian, siwak dan
nikah." (H.R. at-Tirmidzi, menurutnya: Hadits Hasan Shahih)

6. Melahirkan anak yang dapat memintakan pertolongan

Allah untuk ayah dan ibu mereka saat masuk surga. Dari sebagian sahabat, mereka mendengar
Rasulullah SAW bersabda,"Di hari kiamat nanti orang-orang disuruh masuk ke dalam surga,
namun mereka berkata, Wahai Tuhan kami, kami akan masuk setelah ayah dan ibu kami masuk
lebih dahulu. Kemudian ayah dan ibu mereka datang. Maka Allah SWT berfirman, Kenapa mereka
masih belum masuk ke dalam surga, masuklah kamu semua ke dalam surga! Mereka menjawab,
Wahai Tuhan kami, bagaimana nasib ayah dan ibu kami? Kemudian Allah menjawab, Masuklah
kamu dan orang tuamu ke dalam surga ." (H.R. Ahmad dalam musnadnya)

7. Menjaga masyarakat dari keburukan, runtuhnya moral, meluasnya perzinaan dan lain
sebagainya.

8. Legalitas untuk melakukan hubungan intim, menciptakan tanggung jawab bagi suami dalam
memimpin rumah tangga, memberikan nafkah dan membantu isteri di rumah.

9. Mempertemukan tali keluarga yang berbeda sehingga memperkokoh lingkaran keluarga.

10. Saling mengenal dan saling menyayangi.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman:


Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. "(Q.S.A1 Hujuraat:13)

11. Menjadikan ketenangan dan kecintaan dalam jiwa suami dan isteri. Allah SWT telah
bersinyalir dalam firman-Nya:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan sayang." (Q.S.Ar Ruum:21)

12. Sebagai pilar untuk membangun rumah tangga islami yang sesuai dengan ajaran-Nya.
Terkadang bagi orang yang tidak menghiraukan kalimat Allah SWT maka tujuan nikahnya akan
menyimpang.

13. Satu tanda kebesaran Allah SWT. Kita melihat orang yang sudah menikah, awalnya mereka
tidak saling mengenal satu sama lainnya, tapi dengan melangsungkan tali pernikahan hubungan
keduanya bisa merekat.

14. Memperbanyak keturunan ummat Islam dan menyemarakkan bumi melalui proses
pernikahan. Rasulullah SAW telah bersabda: "Menikahlah kamu sekalian dengan wanita yang
kamu sayangi dan yang bisa melahirkan, maka sesungguhnya aku bangga terhadap ummatku
karena kamu pada hari kiamat.

Imam al-Ghazali berkata, "Dalam nikah ada lima manfaat yang bisa dipetik: Anak, menyalurkan
hawa nafsu, mengatur rumah tangga, banyak kelompok / kabilah dan perjuangan diri." Beliau juga
mengatakan, bagi yang menikah dengan tujuan ingin memiliki keturunan maka ia akan mendapat
ganjaran pahala dengan niat yang baik.

Dalam hal ini beliau memperinci beberapa keterangan:


Kerelaan mencintai Allah SWT untuk memiliki keturunan karena ingin meneruskan
generasi.
Mencari kecintaan Rasulullah SAW untuk memperbanyak keturunan.
Mencari berkah, memperkaya ganjaran pahala, meminta ampunan dosa melalui anak yang
shaleh setelah meninggal dunia.
Diriwayatkan dari Umar r.a., ia berkata, "Sesungguhnya aku akan menikah sekalipun tidak ada
kebutuhan apapun dan aku ingin bersetubuh meskipun aku tidak memiliki hawa nafsu." Lantas
Umar ditanya, Apa yang membuatmu bisa berkeinginan seperti itu wahai Amirul Mukminin?"
Umar menjawab, "Saya ingin pada hari kiamat nanti keluar dari diri saya orang yang dibanggakan
oleh Nabi SAW."

Imam Ahmad berkata, "Demi Allah, sesungguhnya tangisan anak kecil yang meminta roti
menurutku adalah lebih baik daripada beribadah sunnah." Dari Sa'id bin Jubair, ia berkata, "Ibnu
Abbas berkata kepadaku, Apakah kamu sudah menikah? Aku menjawab, Belum. Ibnu Abbas
berkata lagi, Menikahlah kamu, sesungguhnya sebaik-baiknya ummat adalah yang paling banyak
wanitanya. (H.R. Bukhari)

Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, Meskipun aku tahu bahwa usiaku hanya tinggal sepuluh
malam lagi, maka aku tidak akan melepaskan kedekatanku dengan isteri.

Imam Ahmad ditanya, Apakah seseorang laki-laki akan diberikan ganjaran pahala jika ia menikah
meskipun tidak memiliki hawa nafsu?" Imam Ahmad menjawab, "Ya, Demi Allah! Seorang anak
akan memintakan ganjaran pahala. Dan ganjaranpun tetap dapat sekalipun tidak menghasilkan
anak."

Dari Maisarah, ia berkata, Thawus telah berkata kepadaku, Hendaknya kamu menikah atau saya
katakan sesuai yang dikatakan Umar kepada Abu Zawaid: Apa yang membuat kamu tidak menikah
membuat kamu tergolong orang yang naif'. (Umar menganjurkannya agar menikah, khususnya
ketika melihat Abu Zawaid yang sudah berumur tua namun belum menikah) .

Wahab bin Munabbih berkata, Orang membujang (tidak menikah) adalah seperti pohon di tanah
kosong, gersang yang tidak ditumbuhi tanaman dimana ia menghadapinya begini dan begini. Para
Nabi meminta kepada Allah agar dikaruniakan anak. Allah SWT berfirman, mengisahkan Nabi
Zakaria A.S.:

"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha
Pendengar do'a." (Q.S.Ali Imran:38)

Allah SWT berfirman juga:

Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau
membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris Yang paling baik." (Q.S.A1 Anbiyaa':
89)

Allah SWT juga menceritakan Nabi Ibrahim dalam firmannya:

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang- orang yang tetap mendirikan shalat, ya
Tuhan kami, perkenankanlah do'aku." (Q.S.Ibrahim:40)

Allah SWT juga berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan
kepada mereka isteri-isteri dan keturunan." (Q.S.Ar Ra'd:38)

Dengan demikian, hati-hatilah dengan anjuran yang dilansir oleh para musuh Islam dalam bentuk
pembatasan Keturunan. Karena pada hakekatnya mereka berupaya untuk melemahkan dan
mematahkan umat Islam dengan cara yang tersebut. Dengan cara ini mereka bisa memonitor
generasi Islam yang tidak banyak.
15. Untuk mengikuti panggilan 'iffah dan menjaga pandangan mata kepada hal-hal yang
diharamkan.

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi


Pernikahan ialah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini ialah dengan
akad nikah(melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan,
seperti cara-cara orang sekarang ini misal dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina,
lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2. Menjaga"iffah" kehormatan diri sebagai manusia beriman.

3. Menghindari zina
Salah satu tujuan menikah ialah untuk membentengi diri dari segala hal-hal yang negatif dan
mengundang dosa. Jangan pernah berfikir jika zina ialah hanya berhubungan badan dengan lawan
jenis yang bukan muhrim. Namun saling bersentuhan, berpandangan, bahkan memenuhi hati dan
fikiran dengan lawan jenis merupakan salah satu dari bentuk zina kecil.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka Rasulullah menganjurkan kepada semua umatnya untuk
segera menikah. Dengan adanya ikatan pernikahan maka semua yang dilarang akan menjadi halal.
Bukan hanya halal namun bernilai ibadah jika kita selalu berdekatan dan harmonis.

4. Menjaga kemaluannya dan kemaluan istrinya, menundukkan pandangannya dan pandangan


istrinya dari yang haram.

5. Meraih kebahagiaan dan ketenangan hidup yang sakiinah mawaddah wa rahmah (QS.Ar
Ruum:21)
6. Melaksanakan anjuran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya:
Wahai sekalian para pemuda! Siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka
hendaknya ia menikah.

7. Menciptakan keluarga yang Islami


Tujuan pernikahan yang lain ialah untuk membentuk keluarga yang Islami. Rumah tangga yang
islami ialah sebuah rumah tangga yang berjalan sesuai dengan koridor agama
Islam. Pernikahantidak hanya dinilai ibadah dan mendapat pahala apabila sepasang suami istri
tersebut mampu mengamalkan semua hal positif yang memang menjadi ajaran agama.

8. Memperoleh keturunan
Dalam pernikahan tujuan pertamanya ialah untuk mendapatkan anak atau keturunan yang shaleh.
Hal ini bertujuan untuk memperoleh generasi penerus keluarga. Yang dimaksud dengan keturunan
yang shaleh ialah keturunan yang baik dan dapat meneruskan perjuangan agama Islam. Untuk
mendapatkan generasi yang berkualitas, orang tua harus kompak dalam mengajarkan pendidikan
agama kepada anak. Disinilah letak tanggung jawab orangtua yang pasti akan diganjar pahala oleh
Allah SWT.

9. Menjaga diri dari perkara yang haram


Tidak diragukan lagi jika yang terpenting dari tujuan nikah adalah memelihara diri dari
perbuatan zina dan semua perbuatan-perbuatan keji, serta tidak semata-mata memenuhi syahwat
saja. Memang memenuhi syahwat itu ialah sebab untuk dapat menjaga diri, akan tetapi
tidak akan terwujud penjagaan itu kecuali dengan tujuan dan niat. Maka tidak benar
memisahkan dua perkara yang satu dengan lainnya, karena bila manusia mengarahkan semua
keinginannya untuk memenuhi syahwatnya dengan menyandarkan pada pemuasan nafsu atau
syahwat saja yang berulang-ulang dan tidak ada niat memelihara diri dari zina, maka dimanakah
perbedaannya antara manusia dengan binatang .
Tujuan pernikahan menurut Islam yang sebenarnya adalah sebagai berikut:

1. Menjauhkan diri dari zina.


Allah Taala telah mentakdirkan bahwa lelaki ada nafsu/keinginan kepada perempuan.
Perempuan juga ada nafsu dengan lelaki. Hakikat ini tidak dapat ditolak. Kita tidak dapat
lari dari dorongan alamiah itu. Oleh karena itu untuk menyelamatkan keadaan maka
tujuan kita menikah agar jangan sampai kita melakukan zina yang terkutuk. Mestilah kita
menikah agar ia tersalur secara yang halal yang memang dibenarkan oleh Allah Taala
yang Maha Pengasih.
2. Mendapatkan keturunan.
Daripada hubungan suami isteri itu, adalah sebagai sebab pertemuan benih kedua jenis
manusia yang akan melahirkan zuriat (keturunan), anak-anak, cucu-cucu yang ingin
sangat kita jaga, asuh, didik, diberi iman dan ilmu, agar menjadi hamba-hamba Allah
yang berakhlak dan bertaqwa. Yang akan menyambung perjuangan Islam kita agar
perjuangan Islam kita bersambung selepas kita mati. Memang setiap umat Islam yang
belum rusak jiwanya sangat menginginkan generasi penerusnya.
3. Mendapatkan tenaga untuk kemajuan Islam.
Dari keturunan yang kita dapatkan dari pernikahan, kita inginkan anak yang akan kita
didik menjadi seorang Islam yang sejati dan anak itu adalah merupakan aset kepada kita.
Anak itu sendiri pula boleh menjadi harta dan tenaga kepada Islam.
4. Aset simpanan di akhirat.
Dengan pernikahan itu, jika tujuan kita mendapat anak berhasil, dan berhasil pula dididik
dengan Islam dan menjadi seorang muslim yang berguna, kemudian dia akan melahirkan
cucu yang juga berjaya dididik secara Islam dengan sebaik-baiknya, berapa banyak
pahala yang kita dapat sambung-menyambung. Itu adalah merupakan aset simpanan kita
di Akhirat kelak
Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya: Apabila meninggalnya anak Adam maka terputuslah segala amalannya
kecuali tiga perkara yaitu doa anak yang soleh, sedekah jariah dan ilmu yang
bermanfaat. (Riwayat Muslim)
5. Mewujudkan suatu masyarakat Islam.
Alangkah indahnya kalau Islam yang maha indah itu dapat menjadi budaya hidup
sebagaimana yang pernah mengisi ruangan dunia ini di masa yang silam, selama tiga
abad dari sejak Rasulullah SAW. Sekarang keadaan itu tinggal nostalgia saja. Yang
tinggal pada hari ini hanya akidah dan ibadah. Itu pun tidak semua umat Islam
mengerjakannya. Kita sangat ingin keindahan Islam itu dapat diwujudkan. Di dalam
suasana keluarga pun jadilah, karena hari ini, hendak buat lebih dari itu memang amat
sulit sekali. Lantaran itulah pernikahan itu amat perlu sekali karena hendak melahirkan
masyarakat Islam kecil. Moga-moga dari situ akan muncul masyarakat Islam yang lebih
besar.
6. Menghibur hati Rasulullah SAW.
Seorang muslim bukan saja diperintah untuk mencari keredhaan Allah Taala tetapi
diperintah juga untuk menghibur hati kekasih Allah Taala yaitu Rasulullah SAW, yang
mana Rasulullah SAW sangat berbangga dengan ramainya pengikut atau umatnya di
Akhirat kelak. Maka sebab itulah Rasulullah SAW menyuruh umatnya menikah.
Maksudnya: Bernikahlah kamu supaya kamu berketurunan dan supaya kamu menjadi
banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan umatku yang ramai di hari
Kiamat. (Riwayat Al Baihaqi)
Setiap umat Islam hendaknya apa yang menjadi kesukaan Rasul-Nya itulah juga
kesukaan mereka.
7. Menambah jumlah umat Islam.
Kalaulah Rasulullah SAW berbangga dan bergembira dengan banyaknya umat, maka kita
sepatutnya juga berbangga dengan ramainya umat Islam di dunia ini. Maka untuk
memperbanyakkannya, lantaran itulah kita menikah. Jadi kita menikah itu ada
bermotifkan untuk menambah jumlah umat Islam. Ada cita-cita Islam sejagat. Kita
menikah itu ada cita-cita besar, bukan sekadar sebatas hendak melepaskan nafsu seks
seperti cita-cita kebanyakan manusia.
8. Menyambung zuriat/keturunan.
Menikah itu jangan sampai putus zuriat karena kita berbangga dapat menyambung zuriat
yang menerima Islam sebagai agamanya dan dengan keturunan itulah orang kenal siapa
asal-usul kita atau mereka.
9. Menghibur hamba Allah.
Tujuan-tujuan lain sebagai maksud tambahan daripada pernikahan bahwa setiap lelaki
dan perempuan yang menjadi pasangan suami isteri hendaklah meniatkan satu sama lain
hendak memberi hiburan kepada seorang hamba Allah Ta'ala yang inginkan hiburan,
karena niat menghiburkan orang mukmin itu mendapat pahala.

Anda mungkin juga menyukai