Anda di halaman 1dari 15

1.

Mampu menyebutkan sebagian hak-hak suami dan


istri satu sama lain
2. Mampu menerangkan setiap hak dan tata cara kerja
sama antara suami dan istri
3. Mampu memberikan contoh aplikatif dari siroh dan
kehidupan sahabat yang menjelaskan hak suami-istri
4. Mampu menyebutkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits
Nabi yang menguatkan hak suami-istri
5. Mampu menyebutkan contoh-contoh aplikatif yang
bisa digunakan untuk mewujudkan hak suami-istri
6. Mampu menilai dirinya menurut hak-hak suami-istri

1. Hak Memperoleh Kelembutan
Allah berfirman: Dan bergaullah dengan mereka secara patut,
(QS An-Nisa: 19).
Disebutkan dalam Tafsir al-Manar: Yakni wajib atas kalian wahai
Orang-orang beriman untuk memperbagus pergaulan dengan
Istri-istri kalian dengan cara mendampingi mereka secara
makruf
Seperti yang kalian kenal dan kalian pahami tabiatnya. Tidak se-
Orang pun mengingkari baik secara syarI, urf (adat) ataupun ke-
san.


2. Hak Memperoleh Kasih sayang


Allah berfiman: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supa-
Ya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadi-
kan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang, (QS. Ar-Rum: 21).
Pada dasarnya sebuah keluarga berdiri di atas dasar cinta. Dan
Bersama cinta ada itsar, setiap suami dan istri bisa memberikan
Haknya lebih banyak kepada pasangan melebihi hak yang diberi-
Kan untuk dirinya sehingga terhenti pada pencarian hak-hak
Untuk dirinya.
Sedangkan bila rasa cinta mulai memudar, maka harus segera me
lirik asas kedua yang bisa membuat tegaknya keluarga, yaitu rah-
mah (kasih sayang)


3. Hak melahirkan


Allah berfirman: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari je-
nis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu
Itu, anak-anak dan cucu-cucu. (QS. An-Nahl: 72).
Sesungguhnya hak melahirkan dan ingin punya anak adalah hal
Yang fitrah pada perempuan dan laki-laki. Hendaknya masing-ma
Sing dari keduanya memelihara hak pasangannya dalam memo-
hon anak dan menjaga upaya yang teramat sangat.
Apabila seorang istri menanggung beban besar saat melahirkan,
Maka seorang suami yang merupakan mitra istri dalam kehidu-
Pannya tidak diragukan lagi, juga menanggung beban selama ke-
Hamilan istrinya. Dan kesulitan ini kadang bentuknya ringan, dan
Atau kadang berat sesuai zuruf (kondisi) istrinya, keadaan keseha
tannya, zuruf keluarga dan kehidupannya secara umum.
4. Hak Mendapatkan Kepercayaan


Dr. Yusuf Qardhawi mengatakan: Apabila seorang suami berta-
nya kepada istri, ia cinta atau tidak? Dan ia meminta sumpah dari
Istrinya atas hal itu, tipe suami semacam ini tidak akan ridho
(puas) kecuali dengan sumpah, meskipun sumpahnya itu palsu.
Karena silahkan seorang istri bersumpah jika ia tidak mendapat-
Kan keharusan dari sumpahnya itu. Dan hendaknya ia beristighar
Kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, (fatwa-fatwa komtemporer, Dr. Yusuf Qardhawi).
Di antaranya adalah tidak mengungkit masa lalu atau sejenisnya
dari kesalahan atau dosa. Karena Allah swt memerintahkan untuk
menutupinya. Pertama, menutupi aib sendiri dan yang kedua, me
nutup aib orang lain.
5. Hak turut serta dalam suka dan duka,
dalam urusan yang umum dan khusus.
Di riwayatkan dari Aisyah radiyallahu anha bahwa Nabi
shallallahu alaihi wasallam berkata : Aku bermaksud ingin menyam-
paikan sesuatu kepada Abu Bakar dan anaknya untuk berjanji (menen-
tukan orang yang akan mengantikanku kelak), sehingga banyak orang
berebut atau berangan-angan. Kemudian aku katakan kepada mereka
Allah menolak dan membela orang-orang beriman, (HR. Bukhari).

Hadits ini menjelaskan tentang informasi yang disampaikan seorang
suami kepada keluarganya tentang hal-hal yang harus ditutupi
dari orang lain, (fathul Bari juz 2).


6. Hak Berhias.

Berhias adalah hal yang fitrah pada manusia. Nabi juga
Menganjurkan banyak hal kepada seorang istri
terhadap
suaminya. Seperti yang diriwayatkan dalam hadits berikut
ini. Beliau bersabda : Sebaik-baik istri adalah yang membuat
mu senang jika engkau pandang, (HR. Tbarani). Rasulullah
mengingkari seorang istri yang mengabaikan keindahan
isiknya.

7. Hak Memperoleh Kenikmatan
Seksual

Hal pertama yang ditetapkan oleh islam pada masalah ini
adalahmengakui fitrah dorongan seksual dan orisinalitasnya.
Untuk itu Rasulullah melarang orang-orang yang hendak
memutuskan syahwat biologisnya secara total hanya untuk
beribadah. Beliau juga berkata kepada sekelompok lainnya
yang ingin menjauhi wanita dan tidak menikah. Aku ini
adalah orang yang paling Mengenal Allah di antara kalian dan
paling takut kepadanya.Akan tetapi aku Shalat malam dan
tidur, puasa dan berbuka. Danaku juga menikahi wanita. Maka
barang siapa yang membenci Sunnahku maka ia bukan dari
golonganku.

Sesungguhnya syariat Islam menganjurkan tarwih.
Jabir bin Abdullah radiyallahu anhu
meriwayatkan :
Ayahku meninggal dunia dengan me-
ninggalkan tujuh atau sembilan orang anak perempuan. Lalu aku me-
nikah dengan seorang janda. Rasulullah saw bertanya kepadaku: Apa-
kah kamu sudah menikah, hai jabir? aku menjawab: Ya. Beliau ber-
tanya lagi: Dengan gadis atau janda? Aku menjawab: Janda. Nabi -
berkata: Mengapa kamu tidak menikah dengan gadis sehingga engkau
dapat bermain-main dengannya dan dia dapat bermain-main dengan-
mu, engkau dapat membuatnya tertawa dan dia dapat membuatmu
tertawa? Jabir berkata: Abdullah (ayahnya) sudah wafat dan mening-
galkan tujuh orang anak perempuan. Dan aku tidak suka menemui me-
reka dengan membawa istri yang sebaya dengan mereka. Makanya aku
Menikah dengan wanita yang bisa mengurus dan memperbaiki keada-
an mereka. Rasulullah berkata: Semoga Allah memberkahi kamu,
(HR.Bukhari).
9. Hak Cemburu


Nabi Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: Di antara tanda
Cemburu itu ada yang dicintai Allah dan ada juga yang dibenci-Nya.
Adapun cemburu yang dicintai-Nya adalah cemburu karena rasa curi
ga. Sedangkan cemburu yang dibenci-Nya adalah cemburu yang bu-
kan karena curiga.

Iyadh berkata: Cemburu itu lahir dari perubahan hati dan rasa marah
yang memuncak karena keterlibatan pada sesuatu yang sifatnya
pribadi. Dan yang paling besar adalah cemburu di antara pasangan
suami-istri. Ada yang mengatakan: Cemburu itu pada dasarnya ke-
kerasan dan api yang sangat panas. Cemburu adalah interpretasi
yang menyertai perubahan yang kembali kepada kemarahan, (Fathul
Bari juz 11).


Form Evaluasi Peran Suami Istri.docx
TERIMA KASIH
SEMOGA KITA
DAPAT
MEWUJUDKAN
RUMAH TANGGA
YANG BAHAGIA
KARENA ALLAH
AMIIIIIIN.

Anda mungkin juga menyukai