"Aku capek berdebat denganmu terus. Cukup!" Dewa kesal dan jengah selalu
berdebat dengan istrinya, Hanum.
Dewa dan Hanum sudah 4 tahun menikah dan dikaruniai seorang putra.
Ekonomi mereka berkecukupan. Namun, ada ketidak cocokan Dewa dan
Hanum yang membuat mereka terus menerus cekcok dan adu mulut setiap
harinya.
Pesan masuk saat Dewa memarkirkan mobilnya di sebuah rest area. Pesan itu
dari Rahma.
Cinta pertama sekaligus penyebab Dewa sering adu mulut dengan Hanum.
1
Dewa beberapa kali ketahuan chat atau telponan dengan Rahma. Sang mantan
yang kini menjanda. Bukannya memilih istrinya, Dewa malah semakin gila
bersama Rahma.
"Kebetulan lagi di luar. Aku mau mampir ke rumah kamu. Kangen." Balas
Dewa sambil senyum-senyum melihat layar ponselnya.
Dewa masuk dan pintu dibiarkan terbuka. Agak remang disini, batinnya.
Saat Rahma berbalik bermaksud menemani Dewa duduk. Saat itu juga Dewa
berbalik dan langsung memeluk Rahma erat dan merengkuhnya dalam kecupan
ganas membabi buta.
Rahma tak sempat mengelak. Dan hanya terlihat pasrah dalam rangkulan Dewa
yang memang bertubuh jauh lebih besar.
Nafas keduanya sangat memburu.
2
Enggan, Dewa melepas Rahma untuk bergerak ke pintu dan menguncinya dari
dalam.
Lalu dengan tak sabar dia menyerbu Rahma, menangkapnya seperti bola dan
merebahkannya di sofa merah marun mewah, yang menerima hempasan badan
kedua insan manusia itu.
Dan entah tangan yang mana lagi dari Rahma, mulai mempreteli kancing
kemeja Dewa.
Sedangkan Dewa juga tak mau kalah, dia malah sudah pada tahap melepas
pengait BH Rahma.
Dan sekarang tangan Dewa yang satunya mulai menyusup ke dalam celana
dalam Rahma.
Jari tengah Dewa mulai menyentuh lapisan daging membusung yang agak
berambut.
3
Mata liar Dewa melirik ke bawah, ke lubang sempit gelap milik Rahma.
“Pokoknya aku takut….. jangan malam ini….” Rahma menggeleng, dan tangan
nya semakin bersemangat mengocok rudal Dewa.
“Biar aku emut saja….” kata Rahma. Dan Rahma mulai turun dari sofa.
Dewa membiarkaan dan membalik badan. Sekarang dia yang rebah terlentang.
Pahanya berbulu lebat dengan rudal yang sudah tegak berdiri, dan sekarang
terbuka lebar.
Rahma jongkok dan membelai paha perkasa itu. Lalu tanpa ragu-ragu, mulut
kecilnya langsung mengulum rudal luar bisa milik Dewa.
Dewa menggelinjang hebat. Dia bertekad untuk tidak sampai keluar di mulut
Rahma.
4
“Aku capek Sayang….” Erang Rahma.
“kau mencintaiku?”
“Apakah itu yang kau harap aku ucapkan agar aku mendapatkannya?”
“Aku akan memberimu kenikmatan. Aku tidak bisa berjanji lebih. Aku takut
berkomitmen….”
“Hehehe… aku lebih tinggi dari pada kau, sayang….” Dewa mengedip.
“Dasar! ”
5
Dan kali ini, dihadapannya terpampang paha mulus putih licin mengkilat milik
Rahma.
Rahma menggelinjang.
PART 2
6
“Oh….. lebih keras…..” jerit Rahma….. “Aku tak tahan lagi………” “Aku
masukkan yah…..” pinta Dewa.
Rahma agak takut…. Namun agak merasa tentram melihat mata elang Dewa.
Perlahan…..
Dewa menarik lagi kaki Rahma, sehingga sekarang sebahagian tungkau Rahma
sudah menjulur ke bawah.
Dan kemaluan Rahma pas di sudut sisi ranjang. Sementara itu, Dewa sudah
berdiri dengan sebelah tangan menggenggam rudal nya siap-siap diluncurkan ke
sasaran sarang belut Rahma.
Tapi Dewa mulai merasakan sensasi nikmat teramat sangat saat kepala rudalnya
menyeruduk masuk ke dalam lubang sempit Rahma.
7
Baru sebatas kepalanya saja…
Pahanya berusaha menutup. Tapi tentu saja, paha Dewa lebih kuat menekan
keduanya ke sisi ranjang.
Dan tiba-tiba lagi, Dewa menyodok sangat keras, sementara tangannya agak
mengangkat pantat Rahma ke arahnya.
Kali ini Dewa mulai rebah…. Menindih Rahma…. Bertumpu dengan siku-siku
dan lututnya, Dewa menyodong badan Rahma agak ketengah ranjang, dengan
rudal yang masih separuh masuk…. Keduanya bergeser agak ke tengah.
_____________________________
8
PART 3
Dan dia mulai merangkul Dewa. Ingin merasakan dada Dewa menempel di
dadanya.
Dewa tampak punggungnya yang hampir menutup seluruh badan Rahma yang
ditindihnya di bawah. Sementara Rahma sibuk mencakar punggung Dewa
dengan ganas.
9
Dewa sebaliknya tampak tak letih letihnya mengayunkan pinggangnya dengan
lincah ke selangkangan Rahma.
Kadang kadang suara suara seperti closet mampet muncul akibat tarikan-tarikan
rudal Dewa.
“Om…. Om kok diatas mama?... “tanya suara mungil milik Elkan… anak
Rahma. Rupanya suara hujan membangunkannya.
Dan anak yang ketakutan ini bermaksud mencari ibunya, yang ternyata sedang
bersenggama dengan pacar barunya Dewa.
Yang selama ini dikenalnya sebagai Om… yang baik, yang suka bawa oleh-oleh
kalau datang.
_____________________________
PART 4
“Om…. Om kok diatas mama?“ tanya suara mungil milik Elkan, anak Rahma.
Yang selama ini dikenalnya sebagai Om yang baik, yang suka bawa oleh-oleh
kalau datang.
10
Namun, nalurinya yang lain berkeras untuk melampiaskan kenikmatan yang
sudah susah payah ditahannya, dan ketika baru saja berhasil mendapatkannya
dari Rahma, janda cantik yang dikasihinya, sudah harus diputus di tengah jalan.
“Jangan takut Elkan….” Dan Dewa mulai menarik rudalnya sedikit sebelum
menghempaskannya dengan nikmat.
Sementara Rahma susah payah menahan ekspresi liarnya agar tidak terlalu
terlihat anaknya Elkan.
“Kalau digoyang begini, mama akan keenakan Elkan….” Jelas Dewa gokil.
Dan benar saja, dia mulai menggoyang pantatnya yang juga berbulu maju
mundur.
Rahma hanya bisa merintih pelan tanpa tahu harus bagaimana membalas
serangan Dewa.
Dan Dewa mulai tertawa saat merasakan tangan mungil Elkan mendorong
dorong pantatnya yang sedang menghujam-hujam ke selangkangan Rahma, Ibu
Elkan.
11
Sementara Rahma makin kepayahan dan mulai mengerang keenakan.
Dewa tak sempat grogi, karena dirasakannya ada yang mendesak melucuti
rudalnya. Terakhir kali ditariknya rudalnya dari lubang Rahma dan
disorongkannya kembali dengan sangat teramat kuat…. Sambil mengerang…
Crooooot…
Crootttttttttt…..
Lalu dia rebah di atas Rahma tanpa berani menarik rudalnya dari lubang Rahma.
Malu dilihat Elkan.
Dengan enggan dia menarik rudalnya dari lubang Rahma yang sekarang sudah
bonyok betul bentuknya.
Dan rudal panjang besar yang sudah agak lemas itu sekarang terlihat basah
menggantung di antara kedua paha besarnya.
“Ih…. Jolok….” Elkan tergidik melihat rudal yang mirip terong dibakar itu
berleleran sperma kental yang masih menetes netes.
Saat masuk…. Kembali ke kamar, di dapatinya Dewa masih telanjang bulat, dan
rudalnya sudah sangat tegang lagi…. Karena rupanya Elkan sudah asyik
main-main dengan rudalnya.
12
“Punya om besar yah….”
“Punya Elkan juga nanti kalau sudah besar pasti besar juga….”
Apakah hal ini akan menyebabkan trauma…. Dia masih ingat bagaimana tadi
Elkan terlihat sama bersemangatnya dengan dia main-main dengan rudal Dewa
yang memang luar biasa.
Namun, disaat itu juga dia masih dapat merasakan kenikmatan luar biasa yang
didapatnya dari Dewa.
Dia masih merasakan gairah wanitanya dengan laki-laki yang sangat laki-laki
itu. Pikirannya masih tak bisa lepas membayangkan rudal besar panjang, badan
tegap sempurna, paha kokoh berbulu yang mampu menghujamkan rudal dengan
pasti.
Di kamar Rahma, Dewa asyik membelai rudalnya yang masih basah dan
lengket. Rudalnya masih saja tegang…. Karena dia masih membayangkan tubuh
mungil Rahma yang barusan ada di bawah pelukannya.
13
Payudara Rahma, Tidak terlalu besar namun masih sangat ketat… agak seperti
agar agar kalau disentuh, lembut, tapi keras…. Kau tahu maksudku.
Sekali-kali mata Dewa menatap langit-langit kamar putih yang sangat bersih itu.
Dia masih ingat juga dan masih grogi membayangkan Elkan yang tadi
membantunya menggoyang Rahma.
Rasa serba salah tak pelak lagi menerjangnya. Dia agak nyengir. Tapi, dasar
Dewa, memang dia agak susah menahan nafsunya kalau sudah pengen. Apalagi
seperti tadi, menjelang separuh ronde…. Sedang panas-panasnya.
Rahma terbeliak melihat lekaki yang sangat laki-laki itu sedang onani di
depannya. Tak pikir panjang, dia mendekati Dewa yang kelihatannya tidak
terusik. Dan langsung saja, Rahma balik mengunci pintu.
Tak ingin kejadian seperti tadi terulang lagi. Lalu, dia meloloskan tubuh
mulusnya dari baju tidur yang belum ada setengah jam dipakainya kembali.
Bless…
Kali ini rudal Dewa terasa lebih lancar menerobos kemaluannya. Walau masih
terasa sangat ketat dan perih bukan main,…. Cairan kemaluan Rahma
mengimbanginya dengan mengucur deras.
Tangan Dewa menggenggam kedua tangan Rahma. Dan Rahma mulai naik
turun di atas rudal Dewa. Keduanya berpagutan. Dewa memindahkan tangannya
ke pinggang Rahma, membantunya menyamakan irama dengan sodokan
pantatnya ke atas ke bawah.
14
Tiap kali Dewa menarik pantat ke bawah, maka ditariknya pantat Rahma
menjauh ke atas. Dan setiap Rahma turun ke bawah, Dewa menyorongkan
selangkangannya memasukkan rudalnya sedalam-dalamnya ke dalam lubang
Rahma…. Dan Rahma pun menjerit lirih…. Sementara Dewa mulai menggeram
buas.
Karna kali ini kepala Rahma hanya pas di bawah dagunya. Konsentrasi lebih
diarahkannnya pada serangan rudal.
Bonyok…. Itu kata yang paling pas kalau mengingat kondisi kemaluan Rahma
sekarang.
Saat Rahma menggigit, Dewa akan mengeram dan menyodok semakin gila.
Begitu terus…. Sampai…. Tak tahan, Dewa menghempaskan lagi Rahma di
ranjang dan menyerangnya dari atas.
15
Lalu hening. Rahma berbaring di pelukan Dewa. Kepalanya mantap
berbantalkan dada Dewa. Dewa membelai rambutnya.
“Aku tahu…”
“Aku malu….”
“Aku juga ”
“Apa aku tak tahu malu, karna saat aku menyodok punyamu, anakmu malah
membantu mendorong pantatku!” tukas Dewa sengit.
16
“Kita bicarakan belakangan, ok. Aku belum siap."
“Kalau kau tanya aku sekarang, aku belum siap. Tapi kalau kau ingin tahu, aku
sangat mencintaimu…”
“Lalu, apa yang kau tunggu?” Sekarang kaki Rahma mulai naik ke sela-sela
paha Dewa. Dewa memeluk kaki itu dengan kakinya.
“Aku belum siap, hanya itu.” Dewa melingkarkan tangannya di tubuh Rahma.
Dan dagunya perlahan menyentuh leher Rahma.
“Kau mulai membuatku tersinggung, seakan aku wanita murahan yang mau saja
main seks dengan setiap laki-laki” Rahma merajuk. Namun tangannya justru
mulai membelai selangkangan Dewa.
“kau tahu bagaimana pandanganku terhadapmu! Kau tahu aku setengah mati
menunggu untuk dapat berhubungan badan denganmu. Sudah berapa lama kita
berhubungan?”
“Lalu?”
17
“Tapi aku baru dapat benar benar memilikimu malam ini, Rahma. Itu pun
dengan setengah memaksa. Lalu kau rasa bagaimana pandanganku selama ini
padamu? Aku bukan hanya sekali ini berhubungan dengan wanita, jujur saja.
“Mungkin kau beranggapan aku selama ini pura-pura menahan diri tidak
menginginkanmu?”
Dewa diam sejenak. Lalu dia tersenyum menggoda, sambil menjawil benda
mungin di selangkangan Rahma dengan jarinya.
Lalu, sama hati-hatinya dia masuk ke dalam bath tub yang langsung saja terasa
sempit. Dan tangan Dewa mulai menghidupkan pancuran air panas dan dingin.
Tak lama sambil terus ngobrol. Keduanya sudah berendam dalam bath tup yang
mulai berasap.
Kaki Rahma nakal mengepit rudal Dewa yang sudah ngaceng lagi. Sementara
Dewa rebah disisi lain dengan kaki terbuka dan tangan di letakkan di atas
pinggiran bath tub. Dia menikmati kocokan kaku kaki Rahma pada rudalnya
yang sudah semakin membengkak.
18
Tak sabar tak juga orgasme, Rahma mulai memainkan tangannya mengocok
rudal kesayangan. Dikocoknya rudal itu dengan cepat dan ganas. Dewa hanya
meringis keenakan tanpa sekalipun berusaha menghentikan Rahma.
_____________________________
PART 5
Dewa berguman tak jelas ketika Rahma masih saja mengocok dan memeras
rudalnya sampai tetesan yang penghabisan.
Bentuknya kini agak melar tidak seketat sebelumnya. Garis pembelah kedua
gundukan bukit kemaluan itu sudah semakin jelas sekarang.
19
Nakal, Dewa kadang berhenti untuk menjawil kelentit mungil milik Rahma,
yang kontan saja membuat Rahma mendesis seperti orang kepedasan.
“Bukan berarti aku tak bisa membahagiakanmu…. Berapa kalipun kau minta
aku setiap malam, akan aku sanggupi….” Dewa tersenyum mesum.
“Aduh!” Dewa tersentak kaget tak menyangka akan di cubit Rahma sekeras ini.
Rahma rebah di ranjang, walau dia merasa enggan untuk memakai kembali
pakaiannya. Hanya menutupi tubuhnya dengan selimut. Dirasakannya masih
menginginkan kenikmatan dari Dewa, laki-laki paling laki-laki yang pernah
mengerjainya.
Agak malu dia menikmati sensasi sedikit diperkosa oleh laki-laki kasar
berkemaluan besar seperti Dewa.
Segalanya, mulai dari badan Hendra yang tidak sebesar Dewa. Wajah Hendra
yang imut-imut putih mulus dengan wajah Dewa yang cenderung kasar, namun
20
justru kasarnya kulit wajah Dewa membuat Rahma merasa benar-benar di
gagahi.
Dan belum sempat dia menghayal lebih lanjut, Dewa masuk ke kamar dengan
tubuh telanjang bulat.
Laki- laki itu memandang bergairah pada Rahma yang merah padam. Lalu, tak
ayal. Dewa menyerbu naik ke ranjang dan menarik lepas selimut pada tubuh
Rahma.
Rahma pura-pura menahan tarikan Dewa. Namun Dewa hanya tertawa lepas
dan menyodorkan badannya ke badan Rahma. Tak berdaya, Rahma menerima
pelukan Dewa dengan nafsu yang masih tertahan.
Tapi, kali ini dia salah. Rupanya Dewa tidak begitu tertarik dengan tubuhnya.
Dewa malah merunduk mengamati benda kecil agak bonyok di selangkangan
Rahma. Rahma memejamkan mata berusaha menutup rapat pahanya, seakan
malu atas keterbukaannya pada Dewa.
Dewa membuka paksa paha Rahma. Rahma berusaha pura-pura menahan, agar
tidak terlalu kentara sudah begitu bernafsu pada Dewa.
21
“Enak, kan?” tanya Dewa disela-sela kegiatannya…. Rahma diam saja sambil
menahan nafas.
Sebelah tangan Dewa asyik mengocok rudalnya sendiri saat dia menjilati
gundukan kemaluan Rahma. Rahma menggelinjang hebat. Mengerang.
Tangannya menekan kepala Dewa ke arah kemaluannya.
Dewa menjilati terus cairan yang terus saja keluar dari kemaluan Rahma.
“Sekarang….”
“Kau tak malu minta dikentot?” ledek Dewa, namun badannya bangkit mulai
menimpa Rahma. Rahma tersenyum malu.
Digosokkannya pelan kepa rudal itu ke atas ke bawah agar basah dengan cairan
v*g*n*nya. Dewa juga mulai mengeluarkan precum bening tanda sudah siap
untuk melakukan proses reproduksi paling primitif makhluk hidup.
Namun, dia belum pernah tahu ada makhluk hidup lain yang bersenggama lebih
dari sekali dalam waktu singkat. Atau mungkin belum ada penelitian ilmiah ke
sana? Tapi, bagaimana dengan ayam, yang bisa ngeseks terus terusan. Itu lain,
tujuannya memang untuk reproduksi.
Tentu berbeda dengan perbuatan Rahma dan dia malam ini, mereka tidak
memikirkan reproduksi. Dalam hati malah Dewa berharap, kalau bisa jangan
sampai Rahma hamil. Mereka lebih dari melampiaskan nafsu syawat dari pada
berreproduksi.
Masa Bodoh….
22
Dewa mulai memasukkan rudalnya lagi. Kali ini tidak sedikit demi sedikit. Tapi
disentakkannya dengan kuat ke arah selangkangan Rahma. Sekuat kuatnya.
Sekuat kakinya bisa menekan ke bawah. Hampir patah tulang pinggangnya
dirasa Rahma. Lalu…
Bruk…
Tak perlu khawatir…. Rumah ini sangat sepi, pikir keduanya. Paling Elkan yang
mendengar. Apalagi dengan hujan lebat yang turun diluar. Tak bakal ada yang
sadar kelakukan gila mereka berdua.
Lalu, dengan tak kurang ganasnya, Dewa menghujam hujamkan berulang kali
rudal besarnya. Rahma meringis ringis merasakan sodokan ganas Dewa.
Tak kuasa lagi dia mengimbangi sodokan Dewa dengan goyang pantat seperti
tadi. Tak kuasa…. Bernafaspun dia susah dengan Dewa yang agak tegak
menyerang v*g*n*nya.
_____________________________
PART 6
Mata Rahma sebentar tertutup sebentar terbuka. Lain dengan Dewa yang tak
juga kunjung lelah memompa dalam posisi yang itu-itu saja. Dewa menikmati
sensasi kesakitan yang dirasakan Rahma. Dia menikmati setiak ringisan Rahma.
23
Semakin dilihatnya Rahma kepayahan, semakin dia menggasak dengan ganas.
Entah berapa kali Rahma mengalami orgasme dalam ronde kali ini. Sementara
Dewa masih saja kuat dan belum memperlihatkan tanda tanda akan usai.
Dewa tiba tiba berhenti. Dicabutnya rudalnya pelan. Seperti suara kloset
mampet, rudalnya tercabut agak susah dan langsung berdiri ngaceng menantang.
Basah dan hitam gelap.
Terkadang Dewa merasa kelelahan juga. Dia sudah mulai keringatan lagi,
Rahma juga. Lalu Dewa rebah ke samping dengan rudalnya masih di dalam
Rahma. Diangkatnya sebelah kaki Rahma dan mulai menyerang lagi dengan
ganas lewat sela-sela paha Rahma.
Dewa mencabut rudalnya. Mukanya merah padam menahan agar tidak langsung
nembak.
24
Rahma terkejut, tak menyangkah adegan film bf begini bakal dialaminya.
Namun nalurinya yang lain merasa kenikmatan ini tak ada batasnya. Lalu dia
merangkul paha Dewa agar semakin dekat dengan mukanya. Dan spontan
mulutnya terbuka. Dewa lantas saja memasukkan rudalnya samping mengocok
pangkal rudalnya dengan keras.
Dan tak lama, sambil mengerang hebat Dewa memuntahkan cairan spermanya
seluruhnya di mulut Rahma.
Sampai cairan putih kental itu menetes- netes dari sela-sela bibirnya yang masih
mengjepit rudal Dewa. Gemetar paha Dewa menahan nikmat. Perutnya
mengejang beberpa kali.
Rahma ragu akan menelan atau tidak cairan sperma kental milik laki-laki
pujaanya ini. Lalu, tak ada salahnya mencoba, pikirnya.
Ufffffffffff…. Kali ini Dewa yang merasa kewalahan. Dia seakan kekeringan
sperma saat Rahma menghisap lebih kuat lagi.
Dan dibiarkannya seperti itu agak lama. Sampai dirasanya, dia masih bisa
senggama paling tidak sekali lagi.
Rahma menggeleng pelan minta dikasihani. Jujur dia sudah sangat letih. Dia
sudah merasa seperti budak se*s laki-laki kasar ini.
25
Namun kau tau sendiri Dewa. Laki-laki ini menarik paksa Rahma.
Menggendongnya dan membopongnya keluar kamar. Rupanya Dewa ingin
sesuatu yang lain.
Yah…. Di bale-bale halaman belakang, Dewa duduk dengan Rahma juga duduk
dihadapannya. Rudal Dewa sudah menerobos masuk lagi.
Lalu keduanya mulai melakukan tarian paling erotis yang dapat mereka
lakukan. Hanya kali ini Dewa lebih dasyat menikmatinya. Dia melakukannya
sambil berpelukan dan berciuman dengan Rahma.
Hanya pantatnya yang maju mundur di bale-bale. Hujan masih turun, dan
keduanya kecipratan air yang turun agak jauh dari mereka.
Sampai Dewa mencapai lagi orgasmenya kali ini dan langsung disemprotkannya
ke punggung mulus Rahma.
Dan Dewa membopong Rahma lagi ke dalam rumah. Mengunci pintu dan
masuk ke kamar.
26
“Tentu saja. Aku mencintaimu…”
“Justru itu!”
“Maksudnya?”
“Tidak, Rahma! Tak sekalipun aku bermaksud demikian.” Jawab Dewa. “Aku
selalu begini berhubungan seks dengan pacar- pacarku….”
“Setiap hari..?”
“Dengan siapa saja? Berarti ada yang lain selain aku saat aku belum
memberikan badanku padamu….”
“maksudmu?"
“Aku tak tahu pasti….. tak ada perempuan yang tahan denganku apabila sudah
mengalami bersetubuh denganku…. Mereka akan mundur teratur tak sanggup
melayaniku….” Kata Dewa pelan.
_____________________________
PART 7
27
Ingin rasanya dia dijamah. Namun tidak ada yang menjamah.
Kesepian membuat Hanum hanya bisa mengingat awal pertama kali bercinta
dengan Dewa pada waktu itu.
Sebanarnya, bukan hanya sekali ini Hanum menghadapi lelaki. Tetapi secara
jujur, Hanum harus mengakui, bahwa lelaki seperti Dewa sangat jarang
ditemuinya.
Tangan lelaki itu masih juga meremas. Berpindah-pindah. Puas sebelah kanan.
Beganti dengan sebelah kiri. Bervariasi dengan tekanan- tekanan yang romantis.
28
Hidungnya menciumi permukaan payudara yang padat dan montok itu. Tidak
terlalu besar dan juga tidak kecil. Bentuknya sangat indah. Membuat gemas.
Cara Dewa menciumi sepasang payudara itupun bervariasi. Sebentar keras dan
sebentar lembut. Dan darah yang mengalir di tubuh Hanum semakin deras saja!
***
Sesaat, Hanum tersadar dari Fantasi liarnya dan kembali ke kenyataan. Dewa
tidak ada di sampingnya. Dia sendirian menunggu Dewa pulang.
Mengingat semua itu, Hanum jadi terangsang. Namun sayang, suaminya tidur di
rumah orang.
***
Dan untuk kesekian kali, Hanum harus mengakui, bahwa kuluman bibir Dewa
sangat berbeda dengan kuluman bibir lelaki-lelaki lainnya.
Dewa semakin terangsang. Sungguh nikmat puting buah dada itu. Dikulum oleh
Dewa. Dilepaskan. Dikulum. Dilepaskan lagi. Berganti-ganti kanan dan kiri.
Dikulum lagi, dilepaskan lagi. Berulang-ulang dengan tak bosanbosannya. Dan
puting itu semakin tegang lagi.
Dewa melakukannya bervariasi. Sebentar lembut dan sebentar keras. Dan rasa
geli bercampur kenikmatan semakin terasa. "Oukh, Dewa! Teruskan, sayanghhh
. . . !! Sssh ennnak, Dewa!!!" mulut Hanum mendecap-decap seperti orang
kepedasan. Tersendat-sendat.
29
Dan buah dada Hanum semakin keras, pertanda perempuan itu kian terangsang.
Lebih-lebih bilamana Dewa menggesergeserkan di antara gigigiginya.
Nikmat! Dan napas Hanum turun naik. "Dewa! Keras, dikit! Ya, ya. gitu. Aukh,
Dewa! Kok enakkkh, sihhhh !" dan Hanum merintih-rintih.
Lalu kembali ke pentil susu yang siap menanti. Dihisapnya lagi. Digigitinya.
Dikulum-kulumnya Lalu dilepaskannya lagi. Sementara tangan Hanum tak
menentu
mengerumasi rambut Dewa yang tebal, sehingga rambut lelaki itu menjadi
acak-acakan.
Lama Dewa mencumbu sepasang susu yang indah menggiurkan itu. Demikian
pula dengan ketiak perempuan itu.
Dewa tak mau membiarkan menganggur. Ketiak Hanum berbulu lebat. Sesuai
dengan selera Dewa. Dewa memang paling senang dengan
perempuan-perempuan yang cantik yang ketiaknya berbulu lebat.
30
Permainan lidah Dewa terus dengan gencar menyerang tempat- tempat di tubuh
Hanum yang sensitip. Dijilatinya perut Hanum yang licin dan langsing.
Pusarnya menjadi sasaran ciuman-ciuman Dewa berulangulang. Sambil berbuat
demikian, tangan Dewa membelai-belai kedua paha Hanum yang masih
terkatup.
Hanum menelan ludah. Benda itu sejak tadi menggodanya. Hanum menurunkan
tangannya. Digenggamnya batang rudal Dewa yang aduhai.
"Sabar, Sayang!" bisik Dewa. "Nanti kau boleh berbuat apa saja terhadap
punyaku. Tetapi sekarang, aku sedang ingin mencumbu tubuhmu. Seluruh
tubuhmu, Hanum! Kurang leluasa kalau kau menggengam punyaku begini!"
Apa boleh buat. Meskipun Hanum masih ingin menggenggam batang rudal
yang luar biasa itu, terpaksa dilepaskan. Maka kini dengan leluasa melakukan
aktifitasnya.
Dan . . . hhmmmh!
31
Dewa menelan ludah. Jika menuruti nafsunya, tentu saja seketika itu juga Dewa
akan membenamkan batang kemaluannya yang sudah kian tegang, ke belahan
daging hangat di balik rimbunan hutan lebat itu.
Tetapi Dewa bukanlah type lelaki yang serba grasa-grusu. Dia tidak akan
menggituin pereinpuan, sebelum lebih dulu memberikan kesan yang sangat
mendalam. "Oukh, Dewa!" Hanum menepuk pipi Dewa lembut. "Kau kok jadi
berobah seperti patung! Apa aku ini aneh bagimu!"
Dewa menelan ludah sambil tersenyum. "Bukannya aneh, tetapi anumu, nih . . .
!" ujar Dewa sambil membelai rambut kemaluan Hanum. "Rambut kemaluan ini
indah dan menawan sekali.
Hanum tertawa kecil. "Kau senang sekali pada rambut kemaluanku. Ben?!"
tanya Hanum sambil menggosokgosok bulu-bulu rambut di dada Dewa.
Dewa masih terus dengan mesra membelai-belai rambut kemaluan yang indah
itu.
Hanum tertawa kecil lagi sambil mengerumasi ramhut Dewa. "Nah, terserah
kaulah. Perbuatlah apa saja yang kau sukai pada punyaku!"
Walaupun tanpa diperintah seperti itu, tentu saja Dewa akan berbuat sesukanya
terhadap kemaluan Hanum yang kini sudah terpampang di hadapannya.
32
Dewa menguakkan bibir-bibir kemaluan Hanum. Hmm, tampak bagian
dalamnya yang kemerahan. Sangat indah menawan. Dewa menelan ludah.
Beginilah kiranya kemaluan perempuan.
Dengan mesranya, Dewa meraba-raba vagina yang indah itu. Merah dan licin.
Pada bagian atas, pada pertemuan antara dua bibir, tampak sekerat daging kecil.
Nyempil sendirian. Tidak berteman. Sungguh kasihan.
Dewa tersenyum. Tahulah dia, bahwa Hanum sudah kepingin sekali dikerjai
v*g*nanya. Padahal Dewa masih ingin lebih lama memandangi. V*g*na
Hanum rasanya lebih indah dari pada milik perempuan lain yang pernah
disaksikannya.
Lagi-lagi tangan Dewa menyentuh kelentit yang cuma sekerat itu. Dan lagi-lagi
Hanum bergelinjang. Nikmatnya bukan main. Orang suka bilang, kelentit itu
bisa berdiri. Benarkah?! Dewa senang sekali dan mengulangi perbuatannya
berkali-kali. "Oukh, geli, Dewa! Geliiiii! Sssh, akhh . . . !!" Hanum
merintih-rintih.
33
Tidak puas dengan hanya menyentuh dengan tangan saja, bibir- bibir kemaluan
yang ditumbuhi rambut itu, dikuakkan oleh Dewa semakin lebar lagi. Kedua
kaki Hanum kini telah niengangkang selebar-lebarnya, menekuk ke atas.
"Aku juga, Mbak! Aku . . . aku . . . juga enak," bisik Dewa sambil juga
menggunakan. lidahnya, menjilat dan menjilat.
"Senang sekali! Punyaku jadi semakin tegang, nih!" kata Dewa tersendat-sendat
pula. Dan lidah Dewa terus juga menjilat dan menjilat.
34
Dewa benar-benar menyukai menciumi dan menjilati vagina Hanum yang
harum itu. Sama sekali tidak jijik. Justru sebaliknya. Ketagihan. Dewa semakin
rakus dan semakin rakus.
"Ayoh, Sayang! Keluarkan! Aku sudah siap menerima!" ujar Dewa yang terus
juga dengan bersemangat menusuk-nusuk v*g*na Hanum dengan ujung
lidahnya.
Bertepatan dengan itu pula, menyemprot lah cairan hangat dan licin. Kental.
Menyiram lidah Dewa yang terus menusuk-nusuk v*g*na Hanum.
***
Setelah puas, Hanum menyadari kembali bahwa semua hanya Fantasi. Dia
orgasme bukan karena Dewa melainkan dengan Jari.
Dewa belum juga pulang. Tentu masih bersama Rahma yang bagi Hanum
merupakan wanita jalang.
35
__________TAMAT____________
36