Anda di halaman 1dari 51

pembantu montokk n semok Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Hartono.

Ini merupaka n tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena keluarga Tuan Ha rtono cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapk an oleh seorang pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tak begitu memikirkannya . Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan h ari tua. Perkara kelakuan Tuan Hartono yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bah kan ikut menikmati pula. Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan T uan Hartono sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal . Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak ter golong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan ha rtono saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika. Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Eha janda yang sudah lama di tinggal suami masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berseling kuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apal agi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahn ya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjang nya di kamar belakang. Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulinga n di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan H artono dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Hartono yang memiliki senjata dahsyat. Bayangan batang kontol Tuan Hartono yang besar dan panja ng itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha nelangsa menahan nafsu syahwa tnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikann ya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah. Kalau ketahuan hancur sud ah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur. Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia me nggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Hartono. Mengger ayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil memb usungkan dadanya. Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya.. Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuh nya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Eha terengah-engah sakin g menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya. Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa mes ki sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tid ak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumu li bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang sedang mencu mbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majik annya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang? Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak meng ingatkan Tuan Hartono akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum semp at ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Hartono?! Yang lebih

mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal ma jikannya yang masih berumur 15 tahunan!? Den Andre?! pekiknya sambil menahan suaranya. Den ngapain di kamar Bibi? tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam. Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya. Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre.. katanya dengan suara memelas. Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Eha. Tapi.. barusan nga.. ngapain? tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak m ajikannya berani berbuat seperti itu padanya. Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman.. katanya menjel askan. Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. Andre ngg ak tahan.. katanya kemudian. Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana? Tan ya Bi Eha. Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh.. jawab Andre ragu-ragu. Tapi kenapa? Tanya Bi Eha penasaran Andre pengen kayak Kang Ujang.. jawabnya kemudian. Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini? Kenapa Den Andre pengen itu? tanyanya kemudian dengan lembut. Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu.. Anu apa? desak Bi Eha makin penasaran. Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi, akunya sambil melirik ke arah pakaian ti dur Bi Eha yang sudah terbuka lebar. Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tega k di dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks merapikan bajunya untuk menutup i dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Eha da lam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya. Boleh khan Bi? kata Andre kemudian. Boleh apa? sentak Bi Eha mulai sewot. Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi.. pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Eha. Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan.., katanya seraya mundur m enjauhi anak itu. Nggak boleh! Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho.. kata Andre mengancam. Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. . kata Bi Eha panik. Kalau gitu boleh dong Andre? Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak c erita kepada yang lain. Bi Eha lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangann ya. Den Andre mau pegang ini? katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya. Iya.. ii-iiya.., katanya sambil menyeringai gembira. Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha dengan bebas dan sepuas-puasny a. Gimana Den.. enak nggak? Tanya Bi Eha sambil melirik wajah anak itu. Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga , p ikir Bi Eha. Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa da haga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa ya ng diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali? Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi penasaran. Ingin tahu bagaima na rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan pe rlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk berc inta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kontolnya untuk memuaskan nafsu nya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai

ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan. Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaj a dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya ya ng paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke w ajah Bi Eha yang nampak meringis seperti menahan sesuatu. Sakit Bi? tanyanya. Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uug ghh.. Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia menikmati sekali remasannya. Begit u kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tib a-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia m asih bayi. Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Eha seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera samp ai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Eha mendo rong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensit ive. Bi Eha memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. Tidak beb as , katanya. Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hanga t dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Eha. Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruus shh.. uggh Den enaak! Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bi bir itu. Terdengar Bi Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mul ai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus sema kin dalam. Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter! desah Bi Eha m ulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya. Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bi Eha mulai mengger ayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu. Mmmpphh.. , desah Bi Eha begitu merasakan batang kontol anak itu sudah keras se perti baja. Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan. Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh! pekik Andre perlahan. Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepo losan dan keluguannya membuat Bi Eha semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang mem*knya . Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergeta r.. lalu.., Bi Eha merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu d itambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasm e. Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Eha yang nampak begitu menik matinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha kesakitan. Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan? tanyanya demikian polos. Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre, demikian kata Bi Eha seraya menciumi wajah tampan anak itu. Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bi

Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lal u mempermainkan putingnya. Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh! erang Bi Eha kenikmatan. Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan . Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan nik matnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh Andre hingga telent ang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya meny apu-nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu. Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke s ekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya mera sakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyemb ur. Akh Bi.. kenapa? Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya a kan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi. Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak, jawabnya seraya naik ke ata s tubuh Andre. Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang kontol Andre persis ke arah liang mem*knya. Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sa mbil memegang kontol Andre yang sudah mulai masuk. Uugghh.. enak nggak Den? Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh..! pekiknya. Andre merasakan batang kontolnya seperti disedot liang mem*k Bi Eha. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya b ergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau kalah. Pantatnya ber goyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andre. Auugghh Deenn..uueennaakk! jerit Bi Eha seperti kesetanan. Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh.. Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat . Bi.. saya mau keluaarr.. Jeritnya. Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh terus s.. katanya tersengal-sengal. Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang mem*k Bi Eha dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pingg ul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memelu k tubuh Bi Eha erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali. Crot.. croott.. crott! Aaakkhh.. Bi Eha juga mengalami orgasme. Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre. Ooohh.. Deenn.. hebat sekali.. Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasak an sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh mem basahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyu m Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre. Gimana Den. Enak khan? Iya Bi, enak sekali, jawab Andre seraya memeluk Bi Eha. Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha yang menggelantung persis di de pan mukanya. Ih Aden nakal, katanya semakin genit. Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupann ya. Bibi isep lagi ya Den?

Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Eha ket ika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru be rhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bi Eha d engan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampa k wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa. Pembantu Jadi Pemuas agen bola, agen sbobet, agen ibcbet Rumah yang mewah, uang yang berlebihan dan fasilitas hidup yang lebih dari c ukup ternyata bukan kunci kebahagiaan untuk seorang wanita. Apalagi untuk seoran g wanita yang muda, cantik dan penuh vitalitas hidup seperti Sari. Sudah satu bu lan ini ia ditinggal suaminya bertugas ke luar kota. Padahal mereka belum lagi e nam bulan menikah. Pasti semakin mengesalkan juga, untuk Sari, kalau tugas dinas luar kota diperpanjang di luar rencana. Seperti malam itu, ketika Baskoro, suam i Sari, menelepon untuk menjelaskan bahwa ia tidak jadi pulang besok karena tuga snya diperpanjang 2 - 3 minggu lagi. Sari keras mem-protes, tapi menurut suaminy a mau tidak mau ia harus menjalankan tugas. Waktu Sari coba untuk merayunya, sup aya bisa datang untuk 'week-end' saja, Baskoro menolak. Katanya repot jauh-jauh datang hanya untuk sekedar 'indehoy.' Dengan hati panas Sari bertanya: "Lho mas, apa kamu nggak punya kebutuhan sebagai laki-laki?" Mungkin karena suasana pembi caraan dari tadi sudah agak tegang seenaknya Baskoro menjawab, ... "Yah namanya laki-laki, di mana aja kan bisa dapet." Dalam keadaan marah, tersinggung, bercampur gemas karena birahi, Sari memban ting gagang telepon. Ia merasa sesuatu yang 'nakal' harus ia lakukan sebagai bal as dendam kepada pasangan hidup yang sudah demikian melecehkannya. Kembali ia te ringat kepada pembicaraannya dengan Minah beberapa hari yang lalu, kala ia tanya kan bagaimana pembantu wanitanya itu menyalurkan hasrat sex-nya. Waktu itu ia bercanda mengganggu janda muda yang sedang mencuci piring di da pur itu. "Minah, kamu rayu aja si Iman. Kan lumayan dapet daun muda." Minah ters enyum malu-malu. Katanya, "Ah ibu bisa aja ... Tapi mana dia mau lagi." Lalu sam bil menengok ke kanan ke kiri, seolah-lah takut kalau ada yang mendengar Minah m engatakan sesuatu yang membuat darah sari agak berdesir. "Bu, si Iman itu orangn ya lumayan lho. Apalagi kalau ngeliat dia telanjang nggak pakai baju." Pura-pura kaget Sari bertanya dengan nada heran: "Kok kamu tau sih?" Tersipu-sipu Minah m enjelaskan. "Waktu itu malam-malam Minah pernah ke kamarnya mau pinjem balsem. D iketuk-ketuk kok pintunya nggak dibuka. Pas Minah buka dia udah nyenyak tidur. B aru Minah tau kalau tidur itu dia nggak pakai apa-apa." Tersenyum Sari menanyaka n lebih lanjut. "Jadi kamu liat punyaannya segala dong?" Kata Minah bersemangat, "Iya bu, aduh duh besarnya. Jadi kangen mantan suami. Biarpun punyanya nggak se besar itu." Setengah kurang percaya Sari bertanya, "Iman? Si Iman anak kecil itu ?" "Iya bu!" Minah menegaskan. "Iya Iman si Pariman itu. Kan nggak ada yang lain nya tho bu." Lalu dengan nada bercanda Sari bertanya mengganggu,"Terus si Iman k amu tomplok ya?" Sambil melengos pergi Minah menjawab, "Ya nggak dong bu, " kata Minah sambil buru-buru pergi. PIKIRAN NAKAL Dalam keadaan hati yang panas dan tersinggung jalan pikiran Sari menjadi lai n. Ia yang biasanya tidak terlalu memperdulikan Iman, sekarang sering memperhati kan pemuda itu dengan lebih cermat. Beberapa kali sampai anak muda itu merasa ag ak rikuh. Dari apa yang dilihatnya, ditambah cerita Minah beberapa hari yang lal u, Sari mulai merasa tertarik. Membayangkan 'barang kepunyaan' Iman, yang kata M inah "aduh duh" itu membuat Sari merasa sesuatu yang aneh. Mungkin sebagai kompe nsasi atau karena gengsi sikapnya menjadi agak dingin dan kaku terhadap Iman. Im an sendiri sampai merasa kurang enak dan bertanya-tanya apa gerangan salahnya.

Pada suatu hari, setelah sekian minggu tidak menerima 'nafkah batin'nya, per asaan Sari menjadi semakin tak tertahankan. Malam yang semakin larut tidak berha sil membuatnya tertidur. Ia merasa membutuhkan sesuatu. Akhirnya Sari berdiri, d iambilnya sebuah majalah bergambar dari dalam lemari dan pergilah ia ke kamar Im an di loteng bagian belakang rumah. Pelan-pelan diketuknya pintu kamar Iman. Set elah diulangnya berkali-kali baru terdengar ada yang bangun dari tempat tidur da n membuka pintu. Wajah Iman tampak kaget melihat Sari telah berdiri di depannya. Apalagi ketika wanita berkulit putih yang cantik itu langsung memasuki ruangann ya. Agak kebingungan Iman melilitkan selimut tipisnya untuk menutupi tubuh bagia n bawahnya. Melihat tubuh Iman yang tidak berbaju itu Sari menelan air liurnya. Lalu dengan nada agak ketus ia berkata, "Sana kamu mandi, jangan lupa gosok gigi ." Iman menatap kebingungan, "Sekarang bu?" Dengan nada kesal Sari menegaskan, ' Ia sekarang ,,, udah gitu aja nggak usah pake baju segala." Tergopoh-gopoh Iman menuju ke kamar mandi, memenuhi permintaan Sari. Sementara Iman di kamar mandi S ari duduk di kursi, sambil me!ihat-lihat sekitar kamar Iman. Pikirnya dalam hati , "Bersih, rapih juga ini anak." MENCOBA JANTAN Kira-kira sepuluh atau lima belas menit berselang Iman telah selesai. "Maaf bu ...," katanya sambil memasuki ruangan. Ia hanya mengenakan handuk yang melili t di pinggangnya."Saya pake baju dulu bu," katanya sambil melangkah menuju lemar i pakaiannya. Dengan nada ketus Sari berkata,"Nggak usah. Kamu duduk aja di temp at tidur ... Bukan, bukan duduk gitu, berbaring aja." Lalu sambil melempar majal ah yang dibawanya ia menyuruh Iman membacanya. Sambil melangkah keluar Sari semp at berkata "Sebentar lagi saya kembali." Dengan kikuk dan kuatir Iman mulai memb alik halaman demi halaman majalah porno di tangannya. Tapi ia tidak berani berta nya kepada Sari, apa sebenarnya yang wanita itu inginkan. Setelah saat-saat yang menegangkan itu berlangsung beberapa lama, Iman mulai terangsang juga melihat berbagai adegan senggama di majalah yang berada di tang annya itu. Ia merasa 'alat kejantanannya mengeras. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Sari melangkah masuk. Iman berusaha bangkit, tapi sambil duduk di tepi pemb aringan Sari mendorong tubuhnya sampai tergeletak kembali. Tatapan matanya dingi n, sama sekali tidak ada senyuman di bibirnya. Tapi tetap saja ia terlihat canti k. "Iman dengar kata-kata saya ya. Kamu saya minta melakukan sesuatu, tapi janga n sampai kamu cerita ke siapa-siapa. Mengerti?" Iman hanya dapat mengangguk, wal aupun ia masih merasa bingung. Hampir ia menjerit ketika Sari menyingkap handukn ya terbuka. Apalagi ketika tangannya yang halus itu memegang 'barang kepunyaan'n ya yang tadi sudah tegang keras. "Hm ..... Besar juga ya punya kamu," demikian S ari menggumam. Diteruskannya mengocok-ngocok 'daging kemaluan' Iman, dengan mata terpejam. Pelan-pelan ketegangan Iman mulai sirna, dinikmatinya sensasi pengala mannya ini dengan rasa pasrah. Tiba-tiba Sari berdiri dan langsung meloloskan daster yang dikenakannya ke a tas. Bagai patung pualam putih tubuhnya terlihat di mata Iman. Walaupun lampu di kamar itu tidak begitu terang, Iman dapat menyaksikan keindahan tubuh Sari deng an jelas. Tertegun ia memandangi Sari, sampai beberapa kali meneguk air liurnya. Tidak lama kemudian Sari naik ke tempat tidur, diambilnya posisi mengangkangi I man. Masih dengan nada 'judes' ia berkata ... "Yang akan saya lakukan ini bukan karena kamu, tapi karena saya mau balas dendam. Jadi jangan kamu berpikiran maca m-macam ya." Lalu digenggamnya lagi 'tonggak kejantanan" Iman dan diusap-usapkan nya 'bonggol kepala'nya ke bibir ke'maluan'nya sendiri. Terus menerus dilakukann ya hal ini sampai 'vagina'nya mulai basah. Lalu ditatapnya Iman dengan pandangan yang tajam. Katanya dengan suara ketus, ... "Jangan kamu berani-berani sentuh t ubuh saya." Setelah itu, ... "Juga jangan sampe kamu keluar di 'punyaan' saya. A was ya." Lalu di-pas-kannya 'ujung kemaluan' Iman di 'bibir liang kewanitaan'nya dan ditekannya tubuhnya ke bawah. Pelan-pelan tapi pasti 'barang kepunyaan' Ima

n menusuk masuk ke 'lubang kenikmatan' Sari. 'Aduh ... Ah ... Man, besar amat si h" demikian Sari sempat merintih. Setelah 'kemaluan' Iman benar-benar masuk Sari mulai menggoyang pinggulnya. Suaranya sesekali mendesah keenakan. Tidak lama kemudian dicapainya 'orgasme'nya yang pertama. Hampir seperti ora ng kesakitan suara Sari mengerang-erang panjang. "Aah ... Aargh ... Aah, aduh en aknya ... " Seperti orang lupa diri Sari mengungkapkan rasa puasnya dengan polos . Tapi ketika Sari sadar bahwa kedua tangan Iman sedang mengusapi pahanya yang p utih mulus, ditepisnya dengan kasar. "Tadi saya bilang apa ...!" Iman ketakutan, ... "Maaf bu." Lalu perintah Sari lagi, ... "Angkat tangannya ke atas." Iman me nurutinya, katanya ... "Baik bu." Begitu melihat bidang dada dan buluketiak Iman Sari kembali terangsang. Sekali lagi ia menggoyang pinggulnya dengan bersemanga t, sampai ia mencapai 'orgasme'nya yang kedua. Setelah itu masih sekali lagi dic apainya puncak kenikmatan, walaupun tidak sehebat sebelumnya. Iman sendiri sebet ulnya juga beberapa kali hampir keluar, tapi karena tadi sudah di'wanti-wanti,' maka ditahannya dengan sekuat tenaga. Rupanya Sari sudah merasa puas, karena dic abutnya 'alat kejantanan' Iman yang masih keras itu. Dikenakannya kembali daster nya. Sekarang wajahnya terlihat jauh lebih lembut. Sebelum meninggalkan kamar Im an sempat ia menunjukkan apresiasi-nya. "Kamu hebat Man ..." lalu sambungnya "Lu sa malam aku kemari lagi ya." Setelah itu masih sempat ia berpesan, .... "O iya, kamu terusin aja sekarang sama Minah ... Dia mau kok." Iman hanya mengangguk, t anpa mengucapkan apa-apa. Sampai lama Iman belum dapat tertidur lelap, membayangkan kembali pengalaman yang baru saja berlalu. Kehilangan ke'perjaka'an tidak membuat Iman merasa sedi h. Malah ada rasa bangga bahwa seorang wanita cantik dari kalangan berpunya sepe rti Sari telah memilih dirinya. PEJANTAN GAGAH Sesuai pesannya dua malam kemudian Sari datang lagi ke kamar Iman. Kali ini pemuda itu sudah betul-betul menyiapkan dirinya. Jadi Sari tinggal menaiki tubuh nya dan menikmati 'alat kejantanan'nya yang keras itu. Walaupun suaranya masih k etus meminta Iman untuk sama-sekali tidak menyentuh tubuhnya, kali ini Sari samp ai meremas-remas dada dan pinggul Iman ketika mencapai 'orgasme'nya. Bahkan tida k lupa wanita cantik itu sempat memuji pemuda yang beruntung itu. Katanya, ... " Man, Pariman, kamu hebat sekali. Selama kawin aku belum pernah sepuas sekarang i ni. Terma kasih ya." Iman hanya menjawab terbata-bata, ... "Saya ... Saya ... se neng ... Hm ... Bisa nyenengin bu Sari." Sambil membuka pintu kamar Sari berpesa n. Katanya, .... "Iya Man, tapi jangan bosen ya." Lalu tambahnya lagi, ... "Udah , sekarang kamu terusin sama Minah sana. Aku mau tidur dulu ya." Dua malam kemudian kembali Sari menyambangi kamar Iman. Kebetulan tanpa penj elasan apapun siangnya ia sempat meminta pemuda itu untuk mengganti seprei ranja ng dan sarung bantalnya. "Man ... Kamu capek nggak? Sari bertanya dengan lembut. Rupanya berkali-kali dipuaskan pemuda itu membuatnya sikapnya lebih ramah. Iman tersenyum, ... "Nggak kok bu. Saya siap dan seneng aja melayani ibu." Tanpa mal u-malu langsung Sari melepaskan daster-nya. Setelah itu dilorotnya kain sarung I man. Dengan takjub ia memandangi kepunyaan lelaki itu. Tanpa sadar sempat ia mem uji, ... "Aduh Man, udah besar amat sih kepunyaanmu." Lalu sambil mengocok-ngoco knya Sari sempat berkata, ... "Hm Man, keras lagi." Lalu sambil membaringkan tub uhnya ia meminta, ... "Kamu dari atas ya Man. Aku mau coba di bawah." Langsung I man memposisikan 'kemaluan'nya di antara celah paha Sari. Lelaki muda itu betulbetul terangsang melihat kemolekan nyonya muda yang sedang marah kepada suaminya itu. Tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa ia boleh mencicipi tubuh yang sepu tih dan semulus ini. Apalagi Sari sekarang tidak lagi judes dan ketus seperti pa da malam-malam sebelumnya, sehingga semakin tampak saja kecantikannya. Sempat te rpikir oleh pemuda itu mungkin judes dan ketusnya dulu itu hanya untuk mengatasi rasa malu dan gengsinya saja. "Man ..." Sari memanggilnya lembut, setengah berb isik. "Iya bu ..." "Kamu gesek-gesek punyaanmu ke punyaanku dulu ya. Terus masuk

innya nanti pelan-pelan." Diikutinya permintaan Sari, digesek-geseknya 'bibir ke maluan' Sari dengan 'ujung kejantanannya.' Sari mendesah kegelian, hingga membua t Iman lupa diri. Tangannya mulai mengusap-usap paha dan perut Sari. Tapi wanita cantik itu menepis tangannya. "Jangan sentuh tubuhku, jangan ... ." serunya tegas. Iman segera berhenti, ditariknya tangannya. Tidak berapa lama kemudian terdengar Sari meminta. "Man, masukin pelan-pelan Man. Tapi ingat ... J angan sampai keluar di dalam ya." Pelan-pelan Iman mendorong 'batang keras'nya m emasuki 'liang kenikmatan' Sari. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit, 'tom bak kejantanan'nya menerobos masuk. Sari terus mendesah keenakan. "Maaf bu, saya mohon ijin memegang paha ibu, supaya punya ibu lebih kebuka." Akhirnya Iman mem beranikan diri meminta. Dengan terpaksa Sari mengijinkan, ... "Iya deh. Tapi bag ian bawahnya aja ya." Begitu diberi ijin Iman langsung melakukannya. Walaupun tu buhnya tegak, karena kuatir menetesi tubuh Sari dengan keringatnya, ia dapat men ghunjamkan 'barang kepunyaan'nya masuk lebih jauh. "Ah Man, enak sekali." Sari b erseru keenakan. Langsung Iman menggoyangkan pinggulnya, ke kanan dan ke kiri, m undur dan maju. Sari terus mendesah keenakan, semakin lama semakin keras. Pada p uncaknya ia menjerit lembut dan mengerang panjang. "Aduh Man, aku udah. Aduh ena k sekali. Aaah, Maaan .... Aaah!" Sementara beristirahat Iman menarik keluar 'batang kemaluan'nya dan melapnya dengan handuk. Dengan tatapan penuh hasrat Sari memandangi 'kemaluan' Iman yang tetap kaku dan keras. Pada 'ronde' berikutnya Iman yang bertindak mengambil ini siatif. "Maaf bu ..." katanya sambil kedua tangannya mendorong paha mulus Sari h ingga terbuka lebar. Sari hanya mengangguk lemah, sikapnya pasrah. Rupanya rasa gengsi atau angkuhnya sudah mulai sirna di hadapan pemuda pejantannya. Ditatapny a wajah Iman dengan seksama. Sekarang baru ia sadar bahwa Iman bukan hanya janta n, tapi juga lumayan ganteng. Begitu berhasil menembus 'liang kemaluan' Sari, ya ng merah merangsang itu, Iman mulai beraksi. Sekali lagi goyangannya berakhir de ngan kepuasan Sari. ... setelah itu sekali lagi ... Sari tergolek lemah. Dibiarkannya Iman memandangi tubuhnya yang terbaring ta npa busana. Mungkin karena itulah 'alat kejantanan' Iman, yang memang belum ber'ejakulasi,' tetap berada dalam keadaan tegang. "Man ... " suara Sari terdengar memecah keheningan. "Kamu kok hebat sekali sih? Udah sering ya?" Iman menggeleng kan kepalanya. "Belum pernah bu. Baru sekali ini saya melakukan. Sama ibu ini aj a." Dengan heran Sari menatapnya, lalu tersenyum karena teringat sesuatu. Tanyan ya langsung, ... "Tapi udah dikeluarin sama Minah kan?" Jawab Iman, ... "Belum k ok bu." Semakin heran Sari. "Lho yang kemarin-kemarin itu? Kan udah saya kasih i jin." Dengan polos Iman menjawab, ... "Iya bu, tapi saya nggak kepengen." Sari p enasaran, ... "Lho kenapa?" Dengan polos Iman menjawab, ... "Abis barusan sama i bu yang cantik, masa' disambung sama mbak Minah. Rasanya kok eman-eman ya bu." " Jadi selama ini kamu tahan aja?" Jawab Iman, ... "Iya bu, menurut saya kok sayan g." Entah bagaimana Sari merasa senang mendengar jawaban Iman. Ada rasa hangat d i hatinya. "Ah sayang aku udah puas. Mana besok mens lagi ..." Tapi ada rasa kas ihan juga yang membersit di hatinya. Hebat juga pengorbanan Iman, yang lahir dar i penghargaan kepadanya itu. Akhirnya ia mengambil keputusan ... "Sini Man, sekarang kamu yang baring di sini." Kata Sari sambil bangun dari posisinya semula. Iman menatapnya dengan pandangan bertanya, tapi diikutinya per mintaan majikannya. Sari segera membersihkan 'barang kepunyaan' Iman dengan hand uk. Karena dipegang-pegang 'daging berurat' milik Iman kembali mengeras penuh. S ambil duduk di tepi ranjang Sari mulai mengelus-elusnya. Sempat ia berdecak kagu m menyaksikan kekokohan dan kerasnya. Dirasakannya ukuran 'daging keras' Iman ya ng besar, ketika berada dalam genggaman tangannya. Keenakan Iman, hingga matanya sesekali terpejam. Bibirnya juga mendesis, bahkan sesekali mengerang. Tangan ka nannya di tempatkannya di bawah kepalanya. Tangan kirinya mengusap-usap lengan Sari yang sedang mengocok-ngocok 'barang kepunyaan'nya. Kali ini Sari membiarkan apa yang pemuda itu ingin lakukan. Sete

lah beberapa saat berlalu Iman mulai mendekati puncak pengalamannya. "Bu, saya h ampir bu" Lalu lanjutnya lagi, "Awas bu, awas kena, saya udah hampir." Sari hany a tersenyum. Katanya, "Lepas aja Man, nggak apa-apa kok." Setelah berusaha menah an, demi memperpanjang kenikmatan yang dirasanya, akhirnya Iman terpaksa menyera h. "Aduh bu aduuuh aaah ..." Cairan kental 'muncrat' terlontar berkali-kali dari 'daging keras'nya, yang terus dikocok-kocok Sari. Tanpa sadar kedua tangan Iman mencengkeram lengan Sari dan menariknya. Tubuh wanita itu tertarik mendoyong ke atas tubuh Iman. Akibatnya cairan kental Iman juga tersembur ke dada dan perutn ya. Tapi Sari membiarkannya saja, seakan-akan menyukainya. Setelah 'air mani'nya terkuras habis baru Iman sadar atas perbuatannya. "Maaf bu, saya tidak sengaja ..." Matanya terlihat kuatir. Sari hanya tersenyum, "Nggak apa-apa kok Man." Lal u sambungnya, ... "Aduh Man, kentelnya punyaan kamu. Banyak amat sih muatannya. ." Iman bernafas lega, apalagi ketika dilihatnya Sari melap badannya sendiri, la lu setelah itu badan dan 'batang terkulai' miliknya dengan handuk. Sambil bangkit berdiri Sari mengenakan dasternya. Lalu ia berdiri di depan I man yang masih duduk di tepi pembaringan. "Menurut kamu aku cantik nggak Man?" T anyanya kepada pemuda itu. "Cantik dong bu, cantik sekali." Sambil mengelus pipi Iman ia bertanya lagi, ... "Kamu bisa nggak sementara nahan dulu?" Iman terliha t kecewa, "Berapa hari bu?" Tersenyum manis Sari menjwab, Yah, sekitar 5-6 hari deh." Iman mengangguk tanda mengerti dan menatapnya dengan pandangan sayang. Sar i membungkuk dan meremas 'batang kemaluan' Iman yang masih lumayan keras. "Punya kamu yang besar ini simpan baik-baik ya buat aku." Lalu dengan gayanya yang man is 'kemayu' ia membuka pintu dan melangkah keluar. MENGUMBAR HASRAT Sementara berlangsungnya masa penantian cukup banyak perubahan yang terjadi. Iman sekarang nampak lebih baik penampilannya daripada waktu-waktu sebelumnya. Rambutnya ia cukur rapi dan pakaian yang dikenakannya selalu bersih. Ia sendiri tampak semakin PD atau percaya diri, kalaupun sikapnya kepada Sari tetap sopan d an santun. Apalagi ia yang dulu-dulu tidak pernah dipandang sebelah mata, oleh n yonyanya, sekarang sering diajak mengobrol atau menonton TV. Semua ini tentu saj a menimbulkan tanda-tanya, terutama dari orang-orang seperti Minah. Apalagi Sari sering tanpa sadar membicarakan tentang Iman, dengan nada yang memuji. Di waktu malam Sari kadang-kadang terlihat melamun sendiri. Tapi rupanya bukan memikirka n tentang suaminya yang lama bertugas ke luar Jawa. Ia malah sedang merindukan o rang yang dekat-dekat saja. Setelah selesai masa menstruasi-nya Sari masih menunggu dua hari lagi, setel ah itu baru ia merasa siap. Sore itu ketika berpapasan dengan Iman ia memanggiln ya. "Shst sini Man." Iman menghampirinya, ... "Ada apa bu?" Dengan berseri-seri Sari menjelaskan, ... "Nanti malam ya." Iman merasa senang. "Udah bu? Kalau begi tu saya tunggu di kamar saya ya bu. Nanti saya beresin." Tapi kata Sari, ... "Ah jangan, kamu aja yang ke kamarku. Jam 11-an ya?" Sambil melangkah pergi dengan tersenyum Iman mengiyakan. Sari benar-benar ingin tampil cantik. Dibasuhnya tubuhnya dengan sabun wangi merk 'channel.' Tidak lupa dikeramasnya juga rambutnya yang hitam, panjang dan lebat itu. Lalu dikenakannya gaun malam yang paling 'sexy,' yang terbuka punggun g dan lengannya. Sengaja tidak dipakainya 'bra.' Setelah itu masih dibubuhinya t ubuhnya dengan 'perfume' dan sedikit kosmetik. Begitu juga dengan Iman. Setelah mandi dan keramas dipakainya 'deodorant' dan 'cologne' pemberian Sari. Jam sebel as kurang sudah diketuknya pintu ruang tidur utama, yaitu kamar Sari. Sari membuka pintu dan menggandeng tangan Iman. Pemuda itu tertegun menyaksi kan kecantikan wanita yang berkulit putih itu. Sari mengajak Iman duduk di tepi ranjang. Ditatapnya mata pemuda itu yang balik menatapnya dengan rasa kagum. Sar i tersenyum. "Malam ini kamu hanya boleh manggil aku Sari atau sayang. Mau kan?" Iman mengangguk sambil menelan ludah. Kata Sari lagi, ... "Malam ini ini kamu b

oleh memegang saya dan melakukan apa aja yang kamu mau." Agak gugup Iman menjawa b, ... "Eng ... Terima kasih ... Eng ... Sayang. Kamu kok baik sekali. Kenapa? S aya ini orang yang nggak punya apa-apa dan nggak bisa ngasih apa-apa." Sari mera ngkulkan tangannya ke leher Iman dan menidurkan kepalanya di bahu iman. "Kamu sa lah Man. Kamu itu laki-laki yang bisa memberi saya kepuasan yang total. Sejak ka win saya belum pernah mengalami seperti yang saya dapat dari kamu." Lalu sambil tersenyum Sari meminta, ... "Sini Yang, cium aku." Iman mendekatkan bibirnya ke bibir Sari, lalu menciumnya. Tapi karena kurang berpengalaman akhirnya Sari yang lebih agresif, baru kemudian Iman mengikuti secara lebih aktif. Kedua bibir itu akhirnya saling berpagutan dengan penuh semangat. Dengan penuh gairah Sari melepas baju Iman. Sebaliknya Iman agak malu-malu p ada awalnya, tapi akhirnya menjadi semakin berani. Dilepasnya gaun malam Sari, s ambil diciuminya lehernya yang ramping, panjang dan molek itu. Dengan gemas tang annya meremas buah dada Sari yang ranum. Karena Sari membiarkan saja akhirnya ia berani menciumi, lalu mengulum puting buah dada yang indah itu. Sari kegelian. Tangannya mengusap-usap tonjolan di celana Iman. Kemudian dibukanya 'ruitslijtin g' celananya. Tangannya menguak celana dalam Iman dan masuk untuk menggenggam 'b atang kemaluan'nya yang telah mengeras. Tangan Iman juga langsung melepas celana dalam Sari, kemudian langsung ditaruhnya tangannya di celah paha Sari. Wanita c antik itu mengerang nikmat, rupanya sebelum dengan Iman rasanya cukup lama juga 'milik berharga'nya itu tidak disentuh tangan lelaki. Kemudian Sari berlutut di depan Iman, hingga membuat pemuda itu merasa jengah. Ditariknya celana panjang I man, sampai lepas. Lalu dimintanya Iman berbaring di tempat tidur. Iman sempat merasa agak kikuk, tapi gairah Sari segera membuatnya merasa nya man. Dipeluknya wanita itu dikecup-kecupnya lengan, dada, perut, bahkan pahanya. Karena kegelian Sari mendorong dada Iman hingga sampai terbaring. Sekarang gant ian ia yang menciumi tubuh pemuda itu. Dengan mantap dilorotnya celana dalam Ima n hingga terlepas. Cepat digenggamnya 'batang kemaluan' Iman yang sudah tegang k eras berdenyut-denyut. "Man, Iman, besarnya punya kamu. Keras lagi ..." Iman ter senyum, ... "Abis kamu cantik sih Yang." Sambil mengocok-ngocok 'kemaluan' Iman dengan manja Sari berkata, ... "Rasanya aku gemes deh Man." Iman tersenyum nakal , entah apa yang ada dipikirannya. Ia hanya menanggapi singkat, ... "Kalau gemes gimana dong Yang?" Sari tersenyum manis. Tiba-tiba diciuminya 'kemaluan' Iman, hingga membuat pemuda itu terkejut. Dengan tatapan heran, tapi senang, dilihatny a Sari kemudian menjilati 'alat kejantanan'nya. Mulai dari 'bonggol kepala,' ter us sepanjang 'batang'nya, bahkan sampai ke 'kantung buah zakar'nya. Ketika Sari mengulum 'kemaluan'nya di mulutnya Iman mengerang keenakan. "Aduh sayang, aduh e nak sekali ... Ah enaknya." Akhirnya Iman tidak tahan lagi. Ditariknya Sari dengan lembut lalu dibaringk annya terlentang. Didorongnya kedua paha Sari hingga terbuka lebar. Masih sempat diciumi dan dijilatinya tubuh Sari bagian atas, termasuk mengemut puting buah d adanya seperti bayi yang lapar. Lalu pelan-pelan didorongnya 'alat kejantanan'ny a masuk, menguak bibir 'vagina' Sari yang ranum, menyusuri liang kenikmatannya. "Pelan-pelan Man, ... Punya kamu terasa besar amat sih malam ini, ... Aah ..." S ari mengerang keenakan. Akhirnya dengan sentakan terakhir Iman menghunjamkan 'ba tang kemaluan'nya yang besar itu masuk. Begitu ia menggoyang pinggulnya Sari lan gsung mendesah. Rasanya nikmat sekali digagahi pemuda yang penuh vitalitas dan e nerji ini. Iman terus menggerakkan 'alat kejantanan'nya maju mundur, hingga memb uat Sari mendesah dengan tanpa henti. Akibat gaya Iman yang agresif ini Sari tid ak mampu menahan dirinya lebih dari 10 menit. Ia merasa seperti dilambungkan tin ggi, sewaktu dicapainya puncak 'orgasme'nya yang pertama. "Aduh Man, aduh, aku s ayang kamu .... Aaah" Erangan panjang keluar dari bibir Sari. Tapi Iman ternyata masih kuat. Diteruskannya gerakan maju-mundur dengan pinggulnya. Akibatnya sens asi nikmat Sari, yang tadi hampir mereda, mulai meningkat lagi. Lima belas menit atau dua puluh menit berlalu sampai terdengar lagi jeritan Sari. "Man ... Parim an ... Yang ... Aku lagi ... Yang ... Aaah ... Aaah" Sekali inipun Iman merasa s udah hampir tiba di ujung daya tahannya. "Sari ... Sayang, saya hampir .... Bole

h?" Dengan nafas tersengal-sengal Sari memintanya, ... "Iya Man, lepas sekarang Man ..." Segera Iman mendorong dengan hentakan-hentakan keras. "Sari ... Sayang ... Aaah" Begitu Iman menyemburkan 'sperma'nya ke dalam 'vagina' Sari, ujung kep ala kemaluannya berdenyut-denyut. Akibatnya Sari kembali merasa kegelian yang ni kmat. "Man aduh Man aduh ..." Sari terkulai lemah. "Peluk aku dong Yang ..." Disusupkannya kepalanya di ke tiak Iman. Tangannya mengusap-usap dadanya yang berkeringat. "Kamu puas Man ...? " Tanya Sari kepada Iman. "Puas Sayang, puas sekali" Dalam keheningan malam mere ka berdua terbaring saling berpelukan, sampai Iman merasa tenaganya pulih. Sekal i lagi ia minta dilayani. Walaupun Sari sudah merasa cukup, dipenuhinya kemauan pejantan mudanya itu. Dengan kagum dirasakannya bagaimana sekali lagi ia dipuask an oleh birahi Iman. Akhirnya baru menjelang subuh Iman beranjak pergi untuk kem bali ke kamarnya. MBAK TARI SEBELAH KOST-KOSTAN KU.. Cerita ini bermula saat aku kuliah di Jakarta,dimana saat itu aku masi berusia 2 0 tahun dan sebut saja namaku Aji.aku tinggal disebuah kost-kostan yang tidak ja uh dari tempatku kuliah hanya sebuah kamar dan lansung kamar mandi didalam.diman a cewek dan cowok diterima ngekost disini.karena yang tinggal rata2 para pekerja shif kadang aku jarang berjumpa dengan mereka.ada 1 cewek yang kerjanya office hour tinggal disebelah kamarku sebut saja namanya Tari yang usianya saat itu kir a-kira 26 tahun dengan tinggi 165 cm dan berkulit kuning langsat mempunyai body yang sangat bagus dan dadanya lumayan besar untuk ukuran gadis Indonesia. Seperti biasa tiap aku pulang kuliah sebelum mandi aku duduk didepan kamar hanya dengan memakai handuk dan kaos dalam,menghabiskan sebatang rokok dan menunggu m ba Tari lewat pulang kerja.Dari jauh aku melihat dia berjalan kearah depan kamar ku karena memang kamarnya terletak paling pojok setelah kamarku. Sore mba Tari,baru pulang kerja mba ? tanyaku ramah. Iya Aji jawabnya juga ramah sambil tersenyum padaku. koq keliatannya cape banget mba ? lagi banyak kerja ya ? iya nih aku lagi dikejar deadline kerjanya banyak banget,badannya pada pegel Mmmh,ntar mau beli makan bareng ga mba ? Engga kayanya Aji,aku boleh nitip aja ya ? Ya boleh mba.apa sih yang ga buat mba hehehee.. Sebelum masuk kekamarnya mba Tari memberiku uang duapuluhribuan dan nitip makana n untuk nanti malam. Sehabis mandi aku beli makanan dan lansung kekamarnya ngetok pintu.tok tok tok Mb a Tari .. Karena ga ada jawaban aku lansung buka pintu dan mendapati mba Tari terbaring di tempat tidur yang kepalanya masi dililitkan handuk kayanya habis mandi mungkin d ia menunggu rambutnya kering tapi malah ketiduran dan kakinya masi belum dinaiki n kekasur.tanpa pikir panjang aku masuk dan menutup pintu lalu meletakkan makana n yang baru kubeli. kuangkat kakinya dan kunaikan ditempat tidur. Perlahan mba Tari membuka matanya dan tersenyum padaku Kamu baik banget Aji katanya dengan nada pelan. Ah gapapa mba,kasian aja mba nya kecapean,kalo mba mau aku pijitin kakinya ya ? Ga usah,nanti ngerepotin kamu Aji Aku ga dengerin omongannya,seketika aku mengambil lotion dan mulai memijit kakin ya,memang saat itu dia udah memakai celana pendek longgarselutu dan baju kaos ru mahan.aku mulai pijit jari-jari kaki mba Tari sampai ketumit.baru sebentar kayan ya mba Tari udah ketiduran pulas banget dan ada kayanya setengah jam aku terus m emijitnya sampai dia terbangun lagi. Aduh Aji maaf ya mba ketiduran pijitan kamu enak banget katanya aga malu. hehehee iya donk,kan aku udah bersertifikat dari departemen pijit-memijit candaku padanya. iihh kamu bisa aja,ada loh 30 menit aku ketiduran tapi kamu mijitin aku terus ya ? iya mba biar mba bangunnya nanti seger kasian lagi banyak kerja,kalo mba mau aku pijitin betisnya sekalian ya ? Tanya ku pada mba Tari.

Kamu yakin gapapa ? iya mba gapapa aku seneng bisa bantuin mijitin mba,lagian mba Tari juga enak miji tnya kulitnya halus banget Mba Tari hanya tersenyum dan lansung membalikkan badannya tengkurap sambil memel uk bantal,dan aku pun mulai memijit betisnya yang sangat indah itu.saat itu aku ga tau mba Tari memasukkan tanganya kebelakang baju meraba punggungnya sendiri,s ekilas aku lihat dia kayanya membuka pengait bra nya.dan mulai tengkurap lagi. Aku berfikir kayanya mba Tari udah ngasi lampu hijau buatku untuk memijit punggu ngnya dan saat itu terlintas aja dalam otak ku seandainya itu terjadi aku bisa d engan laluasa menyentuh kulitnya yang sangat terawat itu.baru aja kepikiran kaya nya dalam celanaku ada yang merespon dan lansung aja seketika celanaku menjadi s empit karena siotong udah berdiri duluan. kamu bisa mijitin punggung sama pinggangku juga ga Aji ? Seketika aja aku jadi kaget dia ngomong gitu,baru aja aku menghayal malah uda di kabulkan. Eh oH iya iya bisa mba Tari jawabku gelagapan. Pinggangku nyeri semua duduk seharian dikantor nih katanya lagi. iya mba Tari aku pijitin sekalian aku juga tau titik-titik syaraf biar bisa aku a cupressure juga Aku duduk menyamping disebelah mba Tari.Pertama aku deg-degan juga coba menaikan baju mba Tari keatas dan aku tertegun melihat punggungnya secara lansung karena sangat putih mulus dan tanpa cacat sedikit pun.Mulai aku usap pinggangnya pelan -pelan naik keatas kepunggung dan benar aja dugaanku tadi dia udah membuka penga it bra nya.saat aku mijit punggungnya kadang dekat pangkal lengannya jariku meny entuh pinggiran payudaranya dan saat aku mau memijit pundak dan belakang leherny a mba Tari seperti tau kalo bajunya menghalangi tanganku dan seketika dia malah mambuka bajunya sambil tengkurap dan tetap memeluk bantal dan mengempitkan payud aranya yang besar itu.aku udah bener-bener ga tahan rasanya karena siotong dalam celanaku udah keras dari tadi. Karena udah seperti ini aku memberanikan diri naik duduk diatas pantat mba Tari yang bohai seperti orang menunggang kuda Aku mulai acupressure punggung mba Tari dengan menekan kedua jempolku dititik syarafnya.tanpa aku sadari rupanya penisk u tepat berada ditengah-tengah pantatnya dan menekan sangat kencang.bukanya mara h mba Tari mulai memutar-mutarkan pantatnya supaya bergesekan terus dengan penis ku.aku tau dia udah mulai teransang dengan mengeluarkan erangan-erangan erotis d ari mulutnya. mmmh oohhh enak Aji terusss ditekan lagiiii Seketika mba Tari membalikkan badannya sehingga aku yang tadi memegang punggungn ya kini malah memegang kudua payudaranya yang besar montok dan mengacung keatas. tanpa banyak omong kedua tangannya menarik kepalaku dan mencium bibirku aku pun membalasnya.kamipun berciuman .tanganku yang tadi memegang payudaranya sekarang mulai meremas-remas dan memelintir kedua putingnya. Aji aku mau kamu mijitin aku sampai tuntas malam ini sayang katanya sambil membuka celana dan celana dalamnya. Iya mba Tariku sayang kataku juga sambil membuka semua pakaianku. Penisku yang dari tadi tertahan dicelana sekarang bebas berdiri dengan kerasnya. mba Tari keliatan senang dengan ukuran penisku yang lumayan besar panjang 17 cm dan diameter 4 cm. Kami pun mulai berciuman lagi dengan posisi mba Tari masi dibawah,aku menciumnya dengan lembut tangan kiriku meremas kedua payudaranya bergantian dan kadang mem elintir putingnya,tangan kananku mulai menjamah perutnya dan turun kepusar kebaw ah dan aku rasakan bulu halus diatas vaginanya lalu aku merasakan itilnya yang u dah basah dengan lendir kewanitaanya,itilnya aku putar dan aku tekan dengan lemb ut. ooouuhhh oouuhhh ssshhhh nikmat banget sayang desah mba Tari. Ciumanku mulai turun menjalar kelehernya dan terus kebelahan dadanya aku mengecu p putingnya yg kecil bewarna kemerahan itu lalu menghisapnya dengan rakus bergan tian kiri dan kanan.seketika bulu romanya berdiri dan dia menggelinjang merasaka n hisapanku diputingnya. Setelah itu ciumanku turun kebawah lagi kepusarnya dan tanganku berusaha melebar

kan kakinya selebar mungkin dan terpampanglah pemandangan indah mba Tari yang be rtubuh bahenol itu sedang mengangkang pasrah dengan vagina yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus dan bibir vagina yang bewarna kemerahan.bibirku mendekat kevagin anya aku kecup itilnya dan lidahku mulai menjilati benda kecil itu aku hisap dan aku pelintir dengan mulutku.mba Tari tidak kuasa menahan nikmat yang aku berika n,badannya terus bergerak dan pantatnya terus diputar-putar,mulutnya mengoceh ti dak karuan.Tangan kiriku meremas-remas payudaranya dan tangan kananku mulai mema sukkan jari kedalam liang vaginanya yang terus basah,mba Tari menekan kepalaku s angat kuat kearah vaginanya dan menjepit kepalaku dengan pahanya. oouhhh oouuhh mmmmmhhhh eeaaahhhhh satu desahan panjang diiringi menyemburnya caira n vaginanya mba Tari orgasme tepat dimulutku . Sekarang mba Tari mendorong badanku berdiri disisi tempat tidur dia berjongkok m enghadap kearah ku dan tangannya mulai mengelus dan meremas-remas penisku setela h itu dia mulai menjilati penisku dari pangkal hinga ujungnya.tangan kirinya mem belai kedua buah zakarku dengan lembut dan yang kanan memegang batang kejantanan ku,saat mba Tari mulai memasukkan penisku kemulutnya terasa sangat nikmat sekali ,tangannya mengocok batang penisku pelan-pelan dan mulutnya terus menghisap dan menjilati kepala penisku dengan rakus.dia coba memasukkan penisku kedalam mulutn ya tapi cuma setengah karena mentok dikerongkongannya. Saat yang dinanti datang mba Tari duduk mengangkang dipinggir tempat tidur tepat didepanku yang masi berdiri dia mengarahkan penisku kelobang vaginanya,aku mula i memasukkan kepala penisku kevaginanya pelan-pelan terasa masih sempit dan pere t.saat baru kepala penisku masuk aku menariknya keluar lagi sampe 3 kali biar te rbiasa,tapi mba Tari yang ga sabaran malah mengunci pantatku dengan melingkarkan kedua kakinya dipantatku dan mau penisku dimasukkan semua.mba Tari meremas kedu a bahuku gemas karena seperti aku mempermainkannya,aku coba menekan lagi pelan-p elan dan penisku udah masuk setengah mba Tari mendongak keatas menahan nikmat,ak u mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan dengan satu tekanan kuat bleess p enisku masuk semua sampai kepangkalnya,saat itu juga mba Tari berteriak kecil Ooo uucchhh dengan mata terpejam. Dimulailah permainan kami,aku menggenjot vagina mba Tari kadang pelan dan kadang kaya orang kesetanan,aku memaju-mundurkan pantatku diiringi irama penisku yang bergesekan dengan liang kewanitaannya,cairan vaginanya yang sebelumnya keluar ja di pelicin dan menimbulkan bunyi yang sangat erotis.kami berdua bermandikan keri ngat memacu birahi yang udah sama-sama memuncak.mba Tari mengusap dadaku dan mer aba perutku yang rata. Badan kamu bagus sayang,pasti stamina kamu kuat katanya. Iya donk sayang,aku kan rajin nimba air tiap pagi heheee jawabku centil. ooouuchhhh puasin aku sayang pasti sayangku,sepuas yang kamu mau sayang mba Tari mencengkram bahuku kuat yang aku tau dia mau nyampe lagi dan aku lebih mempercepat ritme goyanganku. ooouchhh uuuhhhh ooouuchhh yeaaahhhh erangan keluar dari mulut mba Tari disertai l agi dengan orgasme keduanya. Aku mencabut penisku dari vagina mba Tari yang lagi-lagi udah basah sama cairan orgasmenya dan meminta dia balik badan menungging kearahku.mba Tari udah aga lem as kayanya tapi dengan senang dia menuruti kemauanku.dari belakang dengan posisi menungging aku lebih bernafsu lagi melihat tubuhnya yang sintal ditambah dengan pantatnya yang besar basah oleh keringat,lipatan vagina yang sangat sempurna me nyembunyikan itil nya didalam.aku arahkan kepala penisku kevaginanya dan mulai m emasukkan kepala penisku pelan-pelan.sambil memaju mundurkan pantatku aku mencen gkram kuat kedua pinggang mba Tari membuat dia merintih dan mendesah membuatku s emakin kencang memompa vaginanya dari belakang. oouuchhh ooouuchhhh mmmhhh enaakkkk sayyaaaanngggggg katanya. Lumayan lama dengan posisi menungging dan kayanya mba Tari udah mau keluar lagi dia mau ganti posisi dan memintaku berbaring lurus ditempat tidur dengan gaya wo men on top.aku menurutinya sambil berbaring dan mba Tari lansung berjongkok diat as tubuhku sambil mengarahkan kepala penisku kevaginanya dan dengan satu tekanan blessss amblaslah penisku masuk semua kevaginanya,dia naik turun menghujamkan p enisku keluar masuk divaginanya,goyangannya sangat erotis dengan sekalian memuta

r pantatnya kepenisku.rasanya sangat nikmat penisku bagai diurut dari ujung samp e pangkalnya. Tak lama akupun rasa udah mau keluar aku mempercepat gerakanku kevaginanya. Oouuucchhh mbaaa a a a akuuu ma ma mauuu kekekeluaarrr jugaaaa kataku terbata-bata. iya sayang ooouuchhh aku juga mau keluarr lalalagiii ooouuuuccchhhhh kata mba Tari. Diiringi teriakan kita berdua aku menekan penisku sekuat-kuatnya kelobang vagina mba Tari dan croott crooott croott croottt . Spermaku tumpah semua didalam vaginan ya dan mba Tari pun sama orgasme,cairannya keluar membasahi penisku.seketika mba Tari lemas dan merebahkan tubuhnya diatas tubuhku dan aku menerimanya dalam pel ukanku aku mengecup lama keningnya,tampak dia memejamkan mata dan puas sekali. Terimakasih banyak sayangku,aku puas banget malam ini kataku pada mba Tari. Aku yang seharusnya terimakasih sayangku,kamu udah memenuhi keinginan ku minta di pijit sampai tuntas sama kamu,bukan itu aja kamu gentle banget setelah main lans ung memelukku,mengecup keningku dan berterimakasih aku sangat bahagia kata mba Ta ri. Wanita secantik mba pantas mendapatkan yang terbaik,dan aku sebagai lelaki wajib memberikannya Ooohh Aji ku sayang,beruntung banget wanita yang nanti mendapatkan kamu,ga kaya c owok aku dulu main 2 menit udah KO duluan dan lansung tidur Ah mba,ga perlu repot-repot mencari wanita itu,karena dia sekarang ada dalam pelu kanku Mba Tari hanya tersenyum dan memelukku erat kita berciuman lagi sampai akhirnya tertidur.Dan saat pagi bangun kita mengulang permainan lagi.Setiap ada kesempata n kita main lagi tidak tau tempat tidak tau waktu,lagi dan lagi. SEKIAN Cenit bersandar di dinding, gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya. Seten gah busana atasnya masih rapi tapi seluruh rok dan celananya sudah terbuka. Mena mpakkan kedua paha yang putih mulus dan montok. Sementara tumpukan daging putih kemerahan menyembul di sela rambut-rambut hitam yang nampak baru dicukur. Sedikit tengadah dan dengan tatapan mata sendu ia berujar lirih Masukkanlah, Kak! Aku juga ingin menikmatinya . Aku hanya terdiam.. kami sama-sama sudah membuka busana bagian bawah, beberapa m enit kemudian kami bergelut di pojok ruangan itu. Dengan penuh nafsu ku tekankan tubuhku ke tubuh gadis itu. Ia membalas dengan merengkuh leherku dan menciuminy a penuh nafsu. Tubuhnya terasa panas dan membara oleh gairah, bertubi-tubi kuciumi leher, punda k dan buah dadanya yang kenyal dan besar itu. Ia hanya melenguh-lenguh melepas n afasnya yang menderu. Setiap remasan dan kuluman diiringi dengan erangan penuh keni kmatan. Tanpa kusuruh ia membuka sebagian kancing bajunya. Menampakkan onggokan buah dad a yang membulat dan putih. Tanpa membuka tali beha ia mengeluarkan buah dadanya itu dan mengasongkannya ke mulutku. Dengan rakus kukulum buah dada besar Cenit sepenuh mulutku. Ia mengerang antara sakit dan enak. Nafasku pum semakin tersendat, hidungku beberapa kali terbenam k e bulatan kenyal dan hangat itu. Puncak dadanya basah oleh air liurku yang meluap karena nafsu. Licin dan agak su sah meraih puting susunya yang mungil kemerahan itu. Jelas sekali kulihat proses peregangannya. Semula puting susu itu terbenam, namun dalam sekejap saja dia ke luar menonjol dan mengeras. Cenit tahu susah mengulumnya tanpa memegang karena aku mencengkram erat leher da n pinggang gadis itu. Tanpa menunggu waktu ia memegangi buah dadanya dan mengara

hkan putingnya ke mulutku. Aku pun mengulumnya seperti bayi yang kehausan. Mengulum dan menyedot sampai ter dengar berbunyi mendecap-decap. Kulihat gadis itu, dalam sayu matanya merasakan kenikmatan, bibirnya tersungging senyuman dan tawa kecil. Gigit sedikit, Kak. pint anya padaku. Aku menuruti kemauannya, dengan gigiku kugigit sedikit puting susunya. Aih . Jeritnya lirih sambil menggigit bibir. Barangkali ia tengah merasakan sensasi rangsangan nikmat luar biasa di bagian itu. Kurasakan tubuhnya melunglai menahan nikmat. Kemudian tubuh kami saling mendekap semakin rapat. Gairah dan rangsangan nikmat menjalar dan memompa alirah darah semakin kencang. Secara naluriah aku menyelusu ri tubuh sintal Cenit. Mulai dari leher, terus ke punggung, meremas daging hangat di pinggul terus ke bagi an bawah. Akhirnya menyelip di antara paha. Gadis itu membuka pahanya sedikit, m engizinkan tanganku menggerayangi daerah itu. Dalam pelukan erat, tanganku mencoba masuk ehm.. bagian itu terasa hangat dan basah . Cenit menggeser pantatnya sedikit. Kedua matanya memejam sembari menggigit bib ir , desah-desah halus keluar tak tertahankan. Detak jantungku semakin kencang k etika kubayangkakn apa yang terjadi di sana . Gadisku menggelinjang, nafasnya sesekali tertahan, sesekali ia seperti menerawan g, apa yang dia harapkan? Aku tahu, dia menginginkan itu, dia mendorong-dorongka n pantatnya ke depan, agar bagian itu lebih tersentuh oleh jemariku. Dengan penuh pengertian aku pun turun dari leher buah dada.. wajahku terseret ke bawah , menikmati setiap lekuk liku tubuhnya yang hangat. Setiap sentuhan dan gesekan menimbulkan rintihan lirih dari mulutnya. Wajahnya menengadah, matanya setengah terpejam, bibir agak terbuka, dan sedikit air liur menetes dari salah satu sudut nya.

Teruskan, kak jangan hentikan..! pintanya. Puaskan aku .? katanya lagi tanpa rasa su Yah, tak ada rahasia di antara kami. Apa yang dia inginkan untuk memuaskan hasra tnya, pasti dia minta, kapan saja kami bertemu. Begitu pula aku kalau lagi pingin, dia pasti kasih. Perlahan aku menyusuri tubuhnya ke bagian bawah. Sekarang aku sudah di atas peru tnya yang mulus. Aku bermain-main sebentar di sana. seluruh tubuh Cenit memang s angat menggairahkan. Tidak ada lekuk tubuhnya yang tidak indah. Aku sangat menik mati semuanya. Tiba-tiba Cenit memegang kepalaku, meremas sedikit rambutku dan mendorong kepala ku ke bawah. Ayo, Kak, udah gak tahan nih..! Jangan di situ aja dong .Aih.. Aku menuru t . Dulu aku bilang aku ingin merasakan dan menjilati kemaluannya, dia bilang hal it u menjijikkan. Dalam keadaan terangsang dia sangat menginginkanya. Sesampai di bagian itu aku terpana menyaksikan pemandangan indah terbentang tepat d i depan mataku. Setumpuk daging berwarna kemerahan berkilat di celah-celahnya Bagian itu, bibir kemaluan Cenit yang merah dan basah dipenuhi cecairan lendir y ang bening. Dengan kedua jari telunjuk ku buka celah itu lebih lebar Klentitnya m enyembul nampak berkedut karena rangsangan nikmat tidak terkira. Berkali-kali ia berkedut setiap denyutan dibarengi dengan nafas dan rintih tertahan gadis itu. Aku memandang ke atas. Ke arah payudaranya yang terbuka, putingnya s emakin mengeras. Nafasnya terengah-engah, buah dada Cenit yang putih itu nampak naik turun dengan cepat. Kulihat lagi kemaluan gadisku itu semakin merah dan mereka h. Kubuka lagi dengan dua telunjukku cairahn kental pun mengalir deras. Meluap dan merembes sampai ke sela paha, persis seperti orang yang sedang ngiler.

Cairan itu terus mengalir perlahan sampai ke arah anus. Kemudian perlahan berkumpul dan akhirnya menitik ke lantai. Semakin lama semakin banyak titik-titik lendir bening yang jatuh di lantai kamar itu. Terasa ia merenggut rambutku dan menekankan kepalaku ke arah vaginanya yang sedang terangsang itu. Aku pun semakin bernafsu . Dengan penuh semangat aku pun mulai mengu lum dan menjilati seluruh sudut kemaluan Cenit

Ahh . Ahhhh nikmat sekali, Kak! Cenit merintih, tubuhnya menegang, cengkramannya di ke aku semakin kuat. Pahanya mengempot menekan ke arah mukaku, sementara kemaluanny a semakin merah dan penuh dengan lendir yang sangat licin. Aku pun semakin dalam menusuk-nusukkan lidahku ke liang senggamanya. Beberapa ka li klentitnya tersentuh oleh ujung gigiku, setiap sentuhan memberi pengaruh yang hebat. Gadis itu melolong menahan nikmat aku terus menyelusuri bagian terdalam vag inanya. Oh hangat dan sangat-sangat basah. Tak bisa kubayangkan kenikmatan apa yang dirasakannya saat ini. barangkali sama nikmatnya dengan rangsangan yang kuperol eh dari kemaluanku yang juga sudah mengeras sedari tadi. Rasanya sangat nikmat dan tergelitik terutama di bagian pangkal rasanya ingin aku m elepaskan nikmat di saat itu juga. Tapi aku harus menyelesaikan permainan awal i ni dulu, gadis ini minta untuk segera di tuntaskan. Semakin aku memainkan kemaluannya, semakin ia mengempot dan menekankan kepalaku ke arahnya. Sesekali aku menengadah menatap wajahnya yang merah. Tampak ia mengh apus air liurnya yang mengucur dengan lidahnya yang merah itu. Tiba-tiba ia tertawa mengikik seperti ada yang lucu. Ia mengusap wajahku yang berge limang cairan vaginanya. Sambil memandangku penuh pengertian. Lagi, Kak pintanya. Aku mengulangi lagi kegiatan itu, ia pun kembali merintih-rintih menahan rangsan gan hebat itu di kemaluannya. Beberapa kali klentit itu kusentuh dengan ujung gi gi . Tiba saatnya, dia sudah sampai mendekati puncak. Nafas semakin memburu dan tubuh nya menegang hebat beberapa kali. Tanpa sungkan lagi, ia mengeluarkan lolongan p enuh kenikmatan ketika rasa enak itu tiba Ohhhhh hhhh ahhhhhhhh jeritnya lepas. Enak sekali

Pantatnya mengempot ke depan setiap denyutan nikmat itu menyergap vaginanya dan set iap denyutan diiringi dengan keluarnya cairan yang lebih banyak lagi. Beberapa c airan itu bagaikan menyembur dari liang senggamanya, aku mundur sebentar, meliha t bagaimana bentuknya vagina yang sedang mengalami orgasme. Tegang, merah, basah berkedut-kedut, cairan pun membanjir sampai ke kedua pahanya .. me ngalir dengan banyaknya sampai ke mata kaki Aku pun tidak tahan melihat keadaan itu , cepat aku berdiri mengasongkan kemaluanku yang sudah tegang itu ke arahnya. Ia memelukku, terasa tubuhnya bersimbah peluh, wajahnya yang memerah karena baru melepas nikmat itu disusupkannya ke leherku. Memelukku semakin kuat Puaskanlah dirimu, Kak! Aku pun mendekap tubuh sintal itu semakin erat. Rasa nikmat berkecamuk di titik kemaluanku. Terasa semakin menegang dan mengeras . Tapi aku ingin merasakan sensasi yang lain. Kuturunkan kepala gadis itu ke bagian itu. Ia menurut, perlahan ia menyusuri tub uhku dari dada terus turun ke bawah. Seperti yang kulakukan tadi, mulutnya menci umi perutku dan terus turun sesampai di bagian itu ia memandangi penis yang selama ini selalu dia senangi.

Ia menengadah.. memandangku dengan senyuman nakal . Besar sekali punyamu, Kak! Ini un tukku untuk selamanya, katanya sambil mengelus dan mulai meremas pangkalnya. Aku terkesiap jemari lembut itu mulai mengocok-ngocok kemaluanku dengan penuh cinta. Nikmatilah, Kak! Aku ingin kamu menikmati dan merasakan kenikmatan seperti yang a ku rasakan, kamu milikku, tidak boleh untuk orang lain . Aku mengangguk sambil tersen yum, perempuan kalau sudah cinta dan ingin pasti mau melakukan apa saja. Perlahan ia mulai mengocok pengkal kemaluanku sesekali ia mengecup bagian kepalanya yang seperti topi baja itu. Lembut dan penuh kasih sayang. Beberapa kali pula i a menempelkannya di pipi sambil matanya terpejam. Ohh.. inilah yang aku impikan selama ini. Kepunyaanku milik kekasihku yang perkas a Kemudian ia meningkatkan kocokannya, kedua jemari tangan menggenggam dan meremas -remas menimbulkan rasa geli luar biasa. Kemaluanku semakin menegang menahan nik mat.. keras dan enak. Gadis itu sangat lihai mempermainkan jemarinya, seolah dia turut merasakan apa y ang kurasakan. Sambil terus jongkok dan menciumi pangkal kemaluanku jemarinya te rus juga digesekkannya. Akhirny aku pun tak tahan lagi aku merenggut rambut di kepalanya, tubuhku pun meneg ang. Aku mendorong pantatku ke depan, pahaku mengejang menahan sesuatu yang baka l kukeluarkan. Cenit kataku sambil mencengkram rambutnya. Ia menatapku, wajahnya tepat di ujung kema luanku yang sedang dicengkeramnya. Gadis itu tersenyum kecil . Dia senang menatapku yang sedang dalam puncak nikmat. Maka, sambil setengah terpejam, aku pun mengeluarkan segalanya, kemaluanku meled ak dalam genggaman tangan Cenit, menyemburkan air manikyang sangat banyak, menge nai seluruh muka gadis itu. Sebagian ada yang menyembur dan kena ke rambutnya. K elopak mata gadis itu berkedip menahan serangan air mani yang mendarat di wajahn ya Hhhh hhhh.hh, kan kata-kata.

perlahan nafasku mulai teratur puncak itu sudah sampai, nikmat tak terlu

Cenit bangkit berdiri dan menuju pojok ruangan. Paha dan pantat mulusnya nampak gemulai ketika ia melangkah. Gadis itu mengambil baju, mengusapkannya di wajah y ang penuh cairan mani. Menoleh ke arahku sambil tersenyum, kemudian berjalan ke arahku. Merentangkan kedua tangan, memelukku dan menempelkan pipinya di pipiku. Enak ya, Kak Aku mengangguk, memeluk tubuh yang masih bersimbah peluh itu. Memandang matanya lekat-lekat. Ia membalas tatapanku, Aku sangat mencintaimu, Kak. Kaulah milikku d an milikilah aku selamanya Entah berapa lama kami berpelukan sambil berdiri. Ketika angin berdesir melalui kisi-kisi jendela, terasa semuanya sudah mengendur . Jiwa dan raga sudah terpuaskan. Sekarang waktunya merapikan pakaian, duduk men gobrol di ruang tamu. Sebentar lagi teman-teman kost kekasihku akan pulang. Kami akan mengobrol di ruang tamu, bercanda, seperti tidak ada kejadian apa pun sebe lumnya. Tiba-tiba gadis itu berdiri seperti tersentak kaget. Ia memandangku sambil terse nyum kecil. Aku tak mengerti ketika ia menunjuk dengan sudut matanya ke arah lan

tai. Ha ha ha hampir lupa, cairan itu masih berserak di lantai. Buru-buru ia pergi ke belakang dan kembali dengan secarik kain. Perlahan dia lap lendir-lendir itu dengan kain tadi.

Ini punyaku katanya sambil menunjuk setitik cairan. Dan ini punyamu, Kak! hehe aku ter enyum. Dari mana kamu membedakan keduanya? tanyaku sambil mengambil sebatang rokok . Seraya bangkit dan tertawa Punya perempuan dan laki-laki jelas beda. Punyaku lebih b ening Tapi punyaku lebih enak kan? kataku bercanda.

Iya dong sayang . katanya seraya menghampiriku dan mengusap wajahku penuh kasih dan s ayang. lain kali kita masukin ya . Kak. Aku ingin lebih menikmatinya.. bisik gadis itu, Aku ikhlas demi Kakak bisiknya lagi di telingaku. Ia melingkarkan tangannya di leherku, aku pun memeluk tubuh sintal dan bermandi peluh itu lebih erat. Malam belum begitu larut ketika aku dan Liani sedang asyik bercinta di ruang tam u rumah kostnya. Tubuh montok gadis itu terbaring pasrah di atas dipan sederhana yang terletak di salah satu sudut ruangan. Sedari tadi punyaku keluar masuk men yelusuri seluruh lipatan kemaluan gadis itu. Berkali-kali gadis itu menggeram menahan rasa. Lipatan basah dan hangat itu tera sa sesekali menyempit. Dia sungguh menikmatinya gesekan-gesekan itu, aku juga. Y ang hebatnya, gadis satu ini sepertinya tidak memerlukan foreplay. Kami langsung melakukannya begitu saja. Cukup dengan tatapan mata, kami sudah tahu apa yang k ami inginkan, kepuasan di malam yang basah oleh rintik hujan ini. Jam delapan malam aku ada janji dengan Cenit kekasihku untuk bertemu di rumah ko st khusus putri ini. Padahal malam ini bukan malam minggu seperti biasanya kami bertemu. Tapi dia sms aku minta ketemuan, ada yang penting katanya. Aku paham ya ng penting itu apa. Yang aku tidak mengerti ketika aku tiba di rumah kost itu, ternyata dia tidak ad a. Liani teman sekost nya yang menyambutku. Dia suruh aku masuk dan ketika kutan yakan kemana Cenit, dia bilang sedang keluar sebentar, ada perlu dan dia pergi d engan Rinay kawan sekampungnya. Dia bilang, kata Liani, suruh tunggu saja nggak akan lama kok. Liani, gadis lain desa yang bertubuh tinggi semampai berkulit put ih dan berambut panjang itu menyuruhku duduk. Tak lama dia pergi ke belakang , mau bikin minum katanya. Aku manut saja seraya mengambil sebatang rokok. Diam-diam kerhatikan tubuh gadis itu dari belakang ket ika berlalu. Cukup lumayan, tinggi dan lumayan montok. Apalagi malam ini dia han ya menggunakan sehelai baju tidur sebatas lutut tanpa lengan. Menampakkan gumapa lan-gumpalan indah khas gadis desa yang terbiasa bekerja cukup keras. Tak terasa aku menghela nafas sambil menyaksikan pemandangan tubuh Liani yang ge mulai menuju ke ruang belakang yang agak gelap itu. Pantatnya lumayan besar dan berisi, sementara kedua betis tampak putih mulus dengan tumitnya yang kemerahan. Kalau tidak ingat Cenit kekasihku, mungkin gadis ini pun sudah kupacari, tapi k atanya dia sudah punya pacar, entah siapa aku belum pernah ketemu dengan lelaki yang katanya jadi pacarnya itu. Tak lama kemudian gadis itu kembali sambil membawa nampan dengan segelas air put ih. Maaf, Bang, cuma ini yang aku sediakan, katanya sambil setengah embungkuk mele takkan gelas itu di meja di hadapanku. Tanpa sadar belahan dada gaun tidur gadis itu agak melorot, menampakkan dua bula tan putih yang mau tidak mau merasuk ke mataku. Kuakui tubuhnya sangat sintal. W

alaupun tinggi semampai, tubuh itu tampak padat dan berisi. Buah dadanya tampak menantang tatkala ia berdiri. Liani mengibas-ngibaskan rambut panjangnya di depanku. Bibirnya tersenyum. Ada pe rlu apa, Bang? Kok tumben nggak malam mingguan ke sininya? tanyanya sambil memben ahi rambutnya yang indah itu. Ia menatapku dari sudut matanya. Gadis yang satu ini memang memanggilku dengan sebutan Bang , tidak seperti yang lai n memanggilku Kakak . Aduhai tubuhmu Liani sangat sintal dan lagak lagumu malam ini seperti bukan kepada orang lain saja. Gadis itu duduk dengan santainya di depanku sembari memegangi nampan di perutnya . Tak ada canggung sedikit pun ketika mengangkat kedua kakinya dan membiarkan ga unnya yang selutut itu tertarik sampai ke batas paha. Aku menelan air liur ku se ndiri. Di rumah kost yang sepi ini hanya kami berdua sementara Cenit dan Rinay e ntah ke mana . Masih lama mereka kembali, Liani? tanyaku asal saja sambil meraih gelas minumku. G adis itu menatapku lurus-lurus di mataku. Entah apa yang ada dalam benaknya mala m ini. Entah. Katanya sambil menggeliat, merentangkan tangannya, kedua pangkal len gannya terangkat ke atas menampakkan ketiaknya yang bersih. Mungkin dua puluh menit atau setengah jam lagi mereka kembali. Katanya ada perlu, Bang. Gadis itu menguap dengan enaknya di depanku. Kemudian ia menengadah menamp akkan lehernya yang putih mulus itu. Hmm.. gadis ini agak-agak mirip Chinese wal au sebenarnya bukan. Tapi terus terang aku cukup tertarik dengan kesintalannya. Kenapa gitu, Bang? Bosen ya Nggak sabar ingin cepat ketemu. Tahu aja perasaan orang jawabku sambil tertawa kecil.

Hmm tahu dong. Nggak sabar pengen Pengen apa, hayo! Pengen itu ya katanya nakal sambil terkekeh.

Itu apa? Itu kalau itu kamu juga punya kan? kataku agak sembrono. Gadis itu merapikan posisi duduknya agak cepat. Tapi kemudian dia santai lagi sambil terus menggeliat, seolah ada kepenatan yang hendak dilepaskan dari tubuhnya itu. Dua gundukan dada itu menyembul dari balik gaun tidurnya yang berwarna biru itu. Tam pak tali behanya yang berwarna hitam. Ngeliatin apa sih? katanya sambil memperbaiki tali kutang yang agak melorot di bah unya. Nggak. Jawabku sekenanya. Ku lihat ia menatapku tajam. Aku balas menatap. Wa jahnya tampak memerah. Aku menahan nafas. Apa rasanya gadis ini? apa bedanya den gan Cenit kekasihku? Pikiran-pikiran itu berkelebat cepat begitu saja. Seolah dunia sudah jungkir bal ik. Tak ingat lagi dengan Cenit, dengan Rinay temannya yang barangkali akan pula ng. Aku pun bangkit, meraih tangan gadis itu. Liani diam saja, tapi dia tersenyu m sambil tertawa sedikit. Nggak ada waktu, Kak katanya pelan tapi membalas remasan tanganku. Kuselipkan jemarik u di jemarinya, dia membalas. Matanya menatapku seolah mengatakan, kalau ingin m elakukannya lakukanlah sekarang juga mumpung Cenit dan Rinay belum pulang. Dan i tu tidak masalah apakah mereka akan tahu atau tidak, aku pandai menjaga rahasia. Bisikan-bisikan itu mengiang di telingaku semakin membuat gairahku bangkit. Apal agi jika kulihat tubuh Liani yang montok dan dadanya yang naik turun menahan naf

as yang mulai terengah. Semakin lama remasan semakin erat. Tubuh kami semakin merapat dan terasa tubuh g adis itu memanas. Entah oleh nafsu entah oleh hasrat yang tertahan. Tidak, aku t idak akan menyia-nyiakan kehangatan yang disuguhkan gadis ini, meski bukan kekas ihku, tapi perselingkuhan selalu terasa nikmat. Dia memang beberapa tahun lebih tua dari gadisku, cenderung lebih dewasa, tapi t ak kusangka dia menyimpan kehangatan dan hasrat memadu cinta yang begitu terpend am dan panasnya memancar di malam ini. Kak di dipan itu aja, yuk. Ajaknya. Senyumannya dari wajahnya yang memerah kelihatan agak genit. Aku setuju, walau pun cuma dipan beralas kasur tipis jadilah. Yang p enting aku bisa menikmati tubuhnya malam ini. Maka, seperti orang kesetanan sambil berpeluk erat kami melangkah ke arah dipan. Di pinggir dipan ia melepaskan pelukanku, dan perlahan tapi pasti menurunkan ga un tidurnya. Aku hanya bisa memandang mengagumi tubuhnya yang putih mulus dan penuh padat ber isi itu. Sementara menurunkan celana dalamnya ia memandangku sembari menatap ke arah bawah. Oh, aku belum membuka celana panjangku, terlalu mengagumi kemolekann ya . Tak lama kemudian kami sudah berpelukan hampir tanpa busana. Dia berada di bawah dalam posisi tradisional. Siap dan menanti untuk dimasuki oleh lelaki yang buka n kekasihnya ini.

Kalau Cenit memerlukan fore play yang cukup lama sebelum terbangkitkan, dia bara ngkali tidak memerlukan itu. Atau Kalau malam begini aku selalu membayangkan bersamamu Bang. Bisiknya di telinga, kedua tangan melingkar erat di leherku. Pipinya mene mpel erat dipipiku. Benarkah? jawabku sambil mencium pipi hangat itu. Liani mengangguk. Kadang bayangan mu begitui jelas seolah merasuki tubuhku . Kalau begitu aku suka emmh.. basah, Bang. Oh, ya? Iya coba kamu rasakan, Bang. Katanya sambil menggerakkan pantatnya, menggesekkan tump ukan kemaluannya di batang penisku. Ya, terasa hangat dan basan

Sebelum kamu datang, aku sudah membayangkan dirimu.. emhhmmm tanpa sadar dia pun su asah Aku mencium telinga Liani, dia seperti merinding., tubuhnya menggelinjang kare na merinding kegelian. Kadang bisiknya lagi, begitu, Bang. Keluar banyak sekali, sampai membasahi celanaku sekarang juga

Ya, aku rasakan itu, sangat hangat dan sangat basah. Penasaran aku menyelusupkan jemariku ke daerah itu. Ya ampun! Sepertinya aku memasukkan tanganku ke seember lumpur yang hangat. Tak disangka, gadis pendiam ini ternyata menyimpan bara beg itu panas. Sebuah rahasia yang selama ini dia pendam Masukkan punyamu, Bang! pintanya Aku udah gak tahan lagi, sedari tadi aku menahan ras a terhadapmu jangan sia-siakan malam ini walau sebentar, aku akan puas . Gadis itu menggelinjang sekali lagi, membetulkan posisi berbaringnya dan membuka pahanya sedikit lebih lebar agar mudah aku menggelosorkan kemaluanku ke liang s enggamanya yang hangat itu.

Terasa meluncur dengan lancar memasuki kemaluan gadis itu. Terus masuk dan membe nam sambil ke celah yang paling dalam. Gadis itu mengetatkan pahanya dan pantatn ya mulai bergoyang ke kiri da ke kanan. Tubuhnya terasa semakin memanas. Pelukannya begitu erat dan buah dadanya yang me nempel menekan ke dadaku. Dia sudah begitu bernafsu, nafsu yang di pendam lama d an ingin di lepaskan dalam pelukanku malam ini juga. Terus terang di menit-menit penuh cinta itu aku tidak ingat lagi dengan Cenit. G adis ini butuh dipuaskan. Hasrat yang sudah menyeruak tidak bisa lagi di tarik s urut ke dalam. Segala rem sudah di lepas dan kami pun melayang tanpa kendali men ikmati semuanya malam ini . Kurasa hujan di luar semakin deras. Titik air yang berjuta-juta itu seolah berlo mba terjun ke bumi menimbulkan suara gemuruh tidak henti-hentinya. Tapi gemuruh itu tak sedahsyat gemuruh nafsu kami berdua, aku dan Liani yang tengah menikmati cinta. Entah sudah berapa kali batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya. Sudah berapa kali pula dia menggepit-gepit dan memelukku dengan erat dengan kedua tang annya. Entah berapa kali ia terengah dan menggelinjang menggeram penuh nikmat.

Hhhhhh ehhhhhhh..hhhhhh . erangnya setiap kumainkan dan kutekan pantatku ke kemaluanny Luar biasa, setiap tekanan ke bawah di balasnya dengan tekanan ke atas. Kurasa sudah sepuluh menit aku mengayun pinggul di atas tubuhnya. Liang kemaluan nya terasa semakin rapat dan sangat licin, mencengkram kuat batang kemaluanku ya gn menegang. Aku kendurkan sedikit gerakanku. Mengalihkan perhatian ke tubuh bagian atas. Lia ni mengerti, ia meregangkan tubuhnya menarik kepalanya ke belakang, membiarkan b uah dada besar yang putih berkeringat itu meenyeruak dari pelukanku. Buah dada g adis desa yang besar dan kenyal, tidak seperti payudara anak-anak kota yang besa r tapi loyo . Dua gumpalan kenyal itu pun kusergap dengan mulutku. Ku lahap dan kukunyah-kunya h sepuas hati. Putting susunya yang merah itu ku kulum dan kuhisap-hisap sambil kugigit sedikit. Hanya sebentar saja, gadis itu menjerit tertahan . Ohhh.. geli, Bang! aku terus mengulum . Berganti ke kiri dan ke kanan, kemudian tangan ku pun meremas-remas pangkal payudara Liani dengan gemas. Sangat kenyal, hangat dan enak rasanya. Aku udah gak tahan lagi Bang, rintihnya lirih, tubuhnya semakin panas dan berkeringat , tubuhku juga sama. Dalam hawa malam yang cukup sejuk karena hujan itu seolah t ubuh kami mengeluarkan uap. Tubuh bugil bermandi keringat yang mengebulkan asap nafsu birahi tak tertahankan. Setelah puas dengan buah dada kenyal itu, aku memeluk punggung gadis itu. Kurasa dia mengangkat lututnya, menggepitnya di pantatku. Kemudian ia menurunkan kedua tangannya dan memelukku di pinggang. Tekan-tekan lagi, BAng. pintanya.

Aku juga sudah pingin merasakan gesekan kemaluannyai. Sambil saling berpagut era t aku mengayunkan lagi pantatku di atas rengakahan pahanya yang montok itu. Dia pun semakin menggepitk-gepitkan kakinya.

Sekarang kami konsentrasi ke setiap gesekan, setiap lipatan, setiap senti dari l iang kemaluan Liani. Malam ini sunguh hanya milik kami berdua. Gesekan-gesekan i tu semakin lama semakin berirama. Sementara Liani melakukan aksi yang menambah k enikmatan, ia menggepit lalu menahan. Gepit tahan gepit tahan . Oh tak terlukiskan enak nya bercinta dengan gadis ini. Gesekan itu semakin intens kami lakukan. Sampai-sampai kami tak sadar kalau huja n sudah berhenti. Malam di luar terasa hening . Tapi di atas dipan yang berbunyi kri ak-kriuk ini dua tubuh saling memompa berpacu mengejar waktu. Takut kalau Cenit dan Rinay keburu pulang. Aku pun mempercepat ayunanku sehingga di malam yang menjadi sunyi ini terdengar jel as suara penisku yang keluar masuk ke kemaluan Liani. Beradu rsa dalam limpahan cairan kemaluan Liani.. Crekk.. Crekk.. Crekkk. Crek Crekkk.. Crrek . Kejantananku naik turun menggesek lipatan-lipatan dinding kemaluan gadis itu. Bu nyinya terdengar jelas sekali di telinga kami berdua. Sesekali kutekan akan kuat , gadis itu membiarkan dan menerima tekanan itu, menggeolkan pantatnya berkali-k ali agar kelentitnya lebih tersentuh pangkal atas kemaluanku yang keras. Tekan terus, Bang.. aihh Aku menekan lagi sambil menggerakkan pantat ke kiri dan ke kanan. Mungkin dia me rasa gatal dan ingin gatal itu digaRinay sampai tuntas . PenggaRinaynya adalah batan g kemaluanku yang dia cengkram dan dia benamkan sedalam-dalamnya. itu ia pun berlalu. Bersambung.... acar_ajja 12-04-2011, 06:20 PM Nice gan dtunggu kelanjutanya bongoh 12-05-2011, 10:41 AM Ohhh..ohhhhhhhhh, lolong gadis itu melepas nikmat. Seluruh liang senggamanya berke dut-kedut dan sembari menggepit kuat. Tubuh Liani menggelinjang dan menegang men ahan rasa enak ketika ia mengeluarkan air mani kewanitanya.

Eughhh hhhhh euuughhhhh .. ahhhhh rintihnya sambil menyurupkan wajahnya ke leher fasnya menderu, air liur berceceran dari bibirnya yang merah. Saat itulah aku pun bersiap hendak keluar dan menyemburkan kenikmatan di kemalua nku. Tapi sesuatu menyebabkan aku berhenti Masih dalam keadaan bersetubuh dengan Li ani ada sekelebat bayangan melintas. Aku memandang dengan ujung mataku, di lantai t ampak ada dua bayangan seperti diam terpaku. Aku pun terkejut bayangan siapa itu? Perlahan kulihat wajah Liani yang matanya masih setengah terpejam. Kemudian mata nya perlahan terbuka Dia pun melihat bayangan itu dan menatap langsung ke ruang ten gah. Samar-samar di bola matanya yang hitam itu kulihat dua sosok berdiri menata p ke arah kami. Itu bayangan Cenit dan Rinay! Rinayanya sudah beberapa menit tadi mereka berdiri di sana, menatap kami yang sedang asyik memagut cinta. Apakah mereka tadi mende ngar juga.. bunyi crek crekk.crekk.. alat kelamin kami yang sedang berkelindan? Enta hlah, aku tak berani membayangkan hal itu. Anehnya, meski pun Liani sudah tahu kehadiran mereka, dia diam saja. Tidak membe ri tanda bahwa kekasihku dan temannya sudah pulang. Bahkan seolah membiarkan mer

eka menonton kami yang sedang beradegan mesra di atas ranjang. Terdengar bunyi deheman kecil, dehem khas suara perempuan. Seolah memaklumi kami yang masih dalam posisi senggama ini. hmmm aku tahu itu suara Cenit, aku bisa memb edakannya. Sedetik dua detik aku tak tahu apa yang harus kuperbuat, kemudian Liani melakuka n sersuatu yang tidak kuduga. Dia seperti melambaikan tangan dari balik punggung ku. Menyuruh kedua adik kostnya itu masuk ke kamar Teruskanlah, Bang. Nggak apa-apa, kok . Bisiknya di telingaku. sedang enak, kamu enak aku enak . Mereka juga pasti maklum . Ngapain malu.. kita kan

Oh, ya? Bercinta dengan orang yang bukan pacar, dan dilihat oleh mereka pula? Ap a pula ini?Exibit kah ini? Ya, sudah! Aku gak sempat memikirkan sejauh itu. Kala u bagi Liani tidak apa-apa, dan Cenit serta Rinay pun justru menikmati pemandang an ini . kuteruskan saja. Perlahan dua gadis itu berlalu, seperti tak terjadi apa-apa, kecuali tawa kecil Rinay yang terdengar. Aku memandangi mereka yang pergi menjauh, tiba-tiba Cenit menoleh ke belakang. Dia menatap mataku langsung, di bibirnya tersungging senyum an yang aneh di situasi seperti ini senyum yang tampak nakal. Aku tak tahu apa akan terjadi sesudah ini, bagaimana hubunganku dengan Cenit? Ba gaimana pula aku akan menemui mereka setelah permainan penuh keenakan ini? Tak bis a lagi aku berlagak seperti seorang lelaki yang setia hanya pada satu perempuan. Tapi tampaknya Cenit pun tak keberatan jika aku mengencani kakak kostnya Liani. Ah. Dunia ini memang aneh di tempat yang tampaknya biasa-biasa saja ternyata tersim pan bakat-bakat cinta yang terpendam yang menanti untuk dikeluarkan dan dinikmat i setiap lelaki semacam aku. Aku tak tahu harus bergembira atau entahlah! Aku meneruskan permainanku dengan Liani. Gadis itu sudah sampai ke puncak syahwa tnya kini giliran aku. Perlahan-lahan aku mulai memompa lagi kemaluanku naik turun me nggesek kemaluan Liani yang basah itu. Bunyi crek.. crek.. crek.. creeeek terdengar ke segenap ruangan. Aku agak termangu mendengar suara itu tidakkah akan sampai ke telinga mereka berdua yang sekarang sudah ada di kamarnya? Terusin aja, Bang nghapus keraguanku. ih cepat dan tak alam kemaluan Liani

.. Kalo enak ngapain juga di berhentiin bisik Liani seolah hendak me Maka aku pun meneruskan lagi, kali ini dengan irama yang leb lama kemudian creett cretttt sambil menekan aku keluarkan air maniku yang mencengkram erat itu. Oh nikmatnya.

Beberapa menit telah berlalu. Sesudah menghapus keringat di dadaku Liani mengena kan pakaiannya. Kemudian sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia merapikan rambutnya ya ng kusut masai. Wajahnya tampak puas. Sangat puas telah beroleh kenikmatan yang selama ini didambakannya. Seraya membetulkan tali beha dan menyempalkan payudara besarlnya ia berkata. Bang, aku masuk dulu ke dalam . Nanti Cenit kusuruh keluar, ya! Aku hanya mengangguk mengiyakan, gadis itu pun bangkit dan berlalu dari hadapank u. Sementara aku duduk termangu sambil menghisap sbatang rokok. Tak lama kemudia n Cenit keluar menemuiku, kali ini tidak memakai busana yang dikenakannya tadi, tapi sudah berganti dengan gaun tidurnya yang berwarna pink. Bahannya yang halus menampakkan lekuk tubuhnya yang seksi. Aku menelan ludah pasti dia bakal marah kar ena kelakuan kami tadi.

Dia hanya tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Tak tampak tanda-tanda emar ahan di sana. sejenak dia hanya diam.. kemudian tiba-tiba dia bangkit dan menyerb u ke arahku. Melingkarkan tangannya di leherku dan menciumiku penuh nafsu. Aneh, dia tidak ma rah, bahkan setelah melihat kami bercinta seolah nafsunya bergelora ingin dipuas kan juga.

Cenit maafkan.. aku telah belum sempat kuselesaikan kalimatku dengan bernafsu dia men i bibirku dan menciuminya dengan garang. Oh, gelagapan aku dibuatnya. Aku tidak tah u, apakah dia marah atau sudah terangsang . Aku balas ciuman itu, lidahnya terjulur dan bertemu dengan lidahku. Beberapa saat lamanya lidah kami berjalin berkelinda n seperti tak mau lepas. Dengan rakus pula dia hirup air liurku, meneguk dan men elannya. Setelah puas giliran aku yang menghisap cairan mulut itu. Setelah itu k ami melepas ciuman dan saling memandang selama beberapa saat. Tanpa banyak berkata-kata dia menurunkan gaunnya ke bawah, menampakkan dua gumpa l buah dada yang tidak memakai beha. Putting susunya meruncing dan tegang. Aku terangsang sekali melihat kalian berdua tadi . katanya terengah sambil mengasongk an kedua susunya ke arahku. Aku pun menyambut, tangan kiriku meremas dan mulutku mengulum puting susu yang satunya. Tiba-tiba gerakankuterhenti. Dengan wajah ka get Cenit menatapku heran. Aku lupa mematikan puntung rokok yang ku hisap tadi. Gadis itu tersenyum dan kamipun melanjutkan permainan hangat ini. Buah dada besa r montok dan kenyal itu kukunyah sepuas hati. Cenit mendesah keenakan. Jemarinya mencengkram kepalaku, mengusutkan rambutku. M asih dalam posisi duduk ia mengangkang .. melepas gaunnya yang sudah setengah te rbuka . Dia pun tidak bercelana dalam sehingga gundukan vaginanya yang tebal dan tid ak berambut itu merekah di depanku. Cairan bening meluap keluar. Mengalir di sela-sela celah kemaluannya. Di tak ped ulikannya. Dibiarkan lendir bening itu mengalir . Bahkan dia menyuruhku untuk memega ngnya jemariku menyelusup ke liang senggama Cenit, hangat dan sangat basah oleh cai ran pelicin. Kusentuh klentitnya yang merah dengan ujung jemariku. Akhh . Cenit melolong tertahan. G eli, Kak! desahnya tersentak. Kemudian sembari memeluk leherku, dan mencium kenin gku dia mengajakku ke dipan tempat aku dan Liani tadi bercinta. Tak banyak cingcong kurengkuh dan kugendong tubuh hangatnya ke dipan itu. Di san a dia kubaringkan. Tapi ketika aku hendak membuka celana, tiba-tiba ia mendudukk an tubuhnya yang sudah bugil itu. Aku heran, apa yang akan dia perbuat. Bukalah celanamu, Kak! katanya tak sabar sembari menarik resleting celana panjangk u. Setela memelorotkan celana dalamku, dengan sangat bernafsu ia memegangi pangk al kemaluanku yang kembali menegang. Besar dan nikmat . Seru Cenit sambil meremas-remas kemaluanku.

Sekarang giliranku katanya agak keras. Ia turun dari dipan dan berdiri di sampingku, di dorongnya dadaku ke arah dipan, menyuruhku berbaring disana. Aku menurut. Setelah aku berbaring, Cenit pun mena ikkan sebelah kakinya dan mengangkang di atas. Perlahan dia menekuk tubuhnya dan memelukku dari atas. Masukkan, Kak. Pintanya dengan nada gemas. Ia memegang batang kelaminku itu dan me masukkannya ke dalam liang kemaluannya. Kemudian dengan agak kasar dia menghenya kkan pantatnya ke bawah agar kemaluanku masuk lebih dalam ke tubuhnya.

Ehhhhh . Hhhhh desahnya kacau seperti anak kecil yang rakus menetek di susu ibunya. Da lam posisi di atas dia menaik turunkan pantatnya dengan cepat oh batang kemaluanku di cengkram dan di gesek-gesek seperti itu. Geli rasanya. Posisi di bawah jarang aku lakukan . Tapi kali ini aku menerima saja, karena tadi su dah lumayan capek meladeni Liani. Kali ini Cenit yang giat menekan-nekankan pant atnya, maksudnya supaya punyaku masuk lebih dalam. Sembari memelukku erat, ia terus mengempot-ngempotkan pantatnya. Bunyi crek crek crek terdengar lagi kali ini bahkan di tingkahi oleh jeritan-jeritan kecil yang ke luar dari mulut kekasihku. Aku terus berbaring sembari meremas-remas pantatnya yang mulai berpeluh itu. Cai ran vagina terasa terus merembes dari kemaluan Cenit. Dia sudah sangat terangsan g. Liang kemaluannya sangat basah dan panas. Sesekali ia menekan dan menahan. Se olah hendak melumat habis seluruh kemaluanku dengan vaginanya. Terang saja aku p un semakin keenakan. Diam beberapa saat menahan tekanan, dia pun mengendurkan dan memulai lagi geraka n naik turunnya. Aku terus meremas-remas pantatnya. Dadanya yang kenyal itu mene kan ke arah dadaku, hampir membuatku sesak nafas. Tapi aku pasrah.. lha wong ena k rasanya. Selama sepuluh buhnya semakin sar-besar biji ahku. Sesekali menit Cenit bergerak naik turun, nggak cape-cape kelihatannya. Tu basah oleh keringat, bahkan wajahnya sudah dipenuhi keringat sebe jagung. Sebagian mengalir ke ujung hidung dan menitik menimpa waj ia mengibaskan rambutnya yang tergerai..

Aku mencoba memiringkan kepala mencoba mengurangi titikan keringat di wajahku. P ada saat itulah kembali aku terkesiap. Di ujung ruangan, di pintu kamar Cenit, t egak sesosok tubuh perempuan menatap kami dengan matanya yang bulat. Mata besar milik Rinay, teman sekost Cenit. Dia menatap kami tanpa berkedip. Tan gan kanannya tertangkup di dada. Sementara yang kiri tampak meremas-remas ujung gaun tidurnya yang di atas lutut. Ketika kami saling memandang dalam posisi Cenit masih di atas dan asyik dengan empo tan-empotannya. Perlahan tangan kiri Rinay mengangkat ujung gaun merahnya. Terus terangkat ke atas menampakkan paha gadisnya yang padat Entah sadar entah tidak gaun itu sudah sedemikian terangkat, sehingga aku bisa m elihat celana dalam yang tersingkap. Kemudian ia menarik pinggir celana dalam it u menampakkan segumpal tumpukan daging berbulu dengan celah merah di tengahnya. Ujung jemari menyentuh bagian tengah celah itu. Menekannya dan memutar-mutarnya sedikit. Ya ampun kemudian dia menatapku.. dengan mata setengah terpejam. Saat itulah Cenit menengadah . Dan menyurukkan kepalanya ke leherku, memelukku kuat dan mulai mendesah berkepanjangan. Pantatnya menekan kuat sampai seolah kemaluan ku mau ditelannya sampai habis. Kak.. enak sekali.. ahh terasa kemaluan Cenit berdenyut hebat, tubuhnya bergetar t ak kuasa menahan nikmat nafasnya sangat memburu dan.. Dia pun lunglai dalam pelukanku . Sementara air mani gadis itu mengalir tak tertahan kan, meluap dan mengalir membasahi sampai bagian perutku.. aku peluk gadis itu d i punggungnya membiarkan ia mengendurkan syaraf setelah ia tadi sangat tegang menik mati puncak orgasmenya.

*** Sampai beberapa menit kami masih berpelukan, kejantananku yang masih tegang itu masih berada di dalam sangkar -nya. Cenit diam tak bergerak dalam pelukanku, sepert inya dia lupa ada sesuatu yang bersemayam dalam tubuhnya. Perlahan gadisku ini mengatur nafasnya yang tidak teratur. Setelah agak reda perlah an dia bangkit dan melepas persetubuhan kami. Lambat ia mengangkat pantatnya ke atas. Perlahan alat kelaminku itu keluar dari vagina Cenit. Ketika sudah keluar seluruhnya . Cairan vagina yang kental nampak melumuri batang kemaluanku. Ketika bag ian kepala -nya akan keluar terdengar seperti bunyi plastik lengket yang basah akan di lepas.. Clep..crrrllek. Cenit tersenyum mendengar suara itu. Entah suara lipatan kemalua nnya atau karena lendir yang begitu banyak melumuri batang kemaluanku. Ia pergi ke tengah ruangan dan memakai gaunnya kembali, rona wajahnya menampakka n kepuasan yang tiada terkira. Sambil bernyanyi kecil, seperti baru sudah pipis, ia memebenahi rambutnya yang kusut masai. Dan berjalan ke belakang rumah, menin ggalkanku yang hendak mengenakan celana dalam ku. Belum sempat aku memakai celana itu, tiba-tiba Cenit sudah kembali. Membawa sehe lai kain sarung dan menyuruhku mengenakannya. Pakai ini aja, Kak! katanya seraya m engambil celana panjang dan kolorku, melipatnya dan merengkuhnya dalam dada. Kem udian ia pun kembali ke belakang. Tak lama kemudian ia datang lagi, membawaku segelas minuman, kalau tadi Liani me mbawakanku segelas air putih, kali ini Cenit menyuguhiku dengan teh manis. Aku s egera mereguknya karena merasa kehausan, bayangkan saja melayani dua wanita seca ra bergilir tanpa istarahat sama sekali. Capek donk! Ketika aku meminumnya, alis mataku terangkat, minuman apa ini? Rasanya kok pahit banget? Sebelum sempat bertanya Cenit berkata perlahan, Itu sari dari akar Pasak Jagad Kak! Haa? Kekasihku tersenyum, itu kan obat kuatnya lelaki, kalau minum jamu itu pasti bak al melek semaleman, kataku sesudah menelan tegukan terakhir. Gadis itu hanya ter tawa kecil. Biar aja nggak tidur semaleman besok kamu kan nggak kerja, tidur aja sep uasnya di sini. Setengah jam kemudian kami masih ngobrol di ruang tamu. Masih terbayang-bayang p ermainan kami berdua barusan. Tak disangka begitu bernafsunya Cenit, sampai-samp ai kuat main di atas hampir setengah jam lamanya, sementara aku anteng aja di ba wah.

Tiba-tiba Cenit bangkit Kak, katanya, Aku ke dalam sebentar. Aku mengiyakan saja, kupik r dia mungkin mau sedikit merapikan dandanannya yang agak amburadul itu. Aku akan menghela nafas ketika terdengar dia memanggilku dari kamar. Sini sebentar, Kak! Aku pun bangkit dan berjalan menuju ke kamarnya, sebelum tiba di pintu kamarnya aku melewati kamar Liani yang hanya dihalangi secarik kain gorden, diam-diam ku singkap tirai kamar itu. Tampak Liani tertidur pulas, masih mengenakan gaun yang tadi, pahanya yang terbuka nampak putih dan mulus. Kamar berikutnya adalah kamar Rinay, hmmm jantungku berdegup agak kencang. Apa yang

dilakukannya tadi ketika aku dan Cenit sedang menikmati seks? Entahlah, aku tak tahu. Tapi aku pengen tahu sedang apa dia sekarang? Perlahan kusingkapkan juga tirai pintu kamarnya itu. Kasur tempat tidurnya masih tampak rapi, bantal tersusun di tempatnya. Ke mana cewek itu? Kok nggak ada di biliknya? Sedikit heran aku terus melangkah menuju kamar Cenit. Masuklah, Kak! Jangan malu-malu, aku tahu kamu sudah berada di situ. gi, bergegas aku pun masuk ke kamarnya Kata Cenit la

Oh di sini rupanya Rinay, dia sedang tidur telungkup di dipan Cenit, sementara c ewek ku itu sedang menyisir rambutrnya menghadap ke cermin. Tanpa mengacuhkan ak u dia pun menyuruhku duduk di dipan dengan gerakan tangannya. Dipan ukuran single itu lumayan sempit, apalagi sekarang sudah ada Rinay yang ti dur di sana. Cenit berbalik menghadapku, ditatapnya aku dengan tajam. Kemudian p erlahan dia mengalihkan pandangannya ke tubuh temannya yang masih telungkup itu.

Terserah kamu, Kak. Mau di sini atau di kamarnya . Aku ikhlas aja, yang penting . Dia bi a juga ikut merasakan . Aku melongo? Dia suruh aku menikmati pula tubuh Rinay!? Tubuh perempuan sintal y ang sedang tertelungkup ini? Cenit mengangguk pasti. Kami lihat apa yang kalian lakukan, Rinay pun lihat kita tadi kami bertiga bersahaba t, resminya kamu memang milik aku tapi.. berbagi antar sahabat tak ada salahnya, bu kan? Lagi pula aku rela kok, selama tidak dengan yang lain selain mereka. Dalam hati aku cuma bisa mengangkat bahu. Kalau dia sudah mengikhlaskan temannya , dia tidak marah apalagi jadi membenci aku, lagi pula kalau dengan begitu dia j adi terangsang dan menikmati juga, apa salahnya. Aku berpikir cepat, katakanlah malam ini adalah semacam sex party, dan aku menja di rajanya sementara menjadi ratuku yang harus kupuaskan, oke saja sih. Hehehe. Kebetulan aku ingin mencobai juga tubuh Rinay yang berkulit sawo terang ini. Aku menunggu di kamarnya, kataku kepada Cenit, cewek itu mengangguk setuju. Dipan singel Rinay terasa cukup nyaman. Bantalan busanya masih cukup baru, dia m emang belum lama kost di rumah ini, mungkin baru setengah tahun. Aku berbaring d engan rileks. Memandangi dinding kamar yang dipenuhi poster Cenit sambil memikir kan apa yang telah kudapat malam ini. Mula-mula Liani menyerahkan dirinya kepadaku, kemudian Cenit yang memintaku untu k memuaskannya, dan sekarang Rinay, gadis paling pendiam yang jarang ngobrol den ganku. Gadis ini pun menginginkan ku pula hehehe.. dasar gede milik, yeuh Semilir halus wangi parfum masuk ke hidungku.Terdengar pintu kamar terbuka, perl ahan Rinay masuk ke kamar itu. Seperti orang baru bangun tidur. Ia langsung dudu k di dipan itu, Ada apa, Kak? tanyanya seolah tak mengerti. Aku tersenyum, pandai juga dia menyembunyikan perasaan sebenarnya. Eh, kain sarung siapa yang kamu pakai itu, Kak? Hehe.. ini pemberian Cenit tadi.. Kedua bola mata gadis itu membulat menatapku seolah tak percaya. Terus terang saja, dia cantik juga. Rambutnya yang ikal itu dibiarkannya tumbuh sampai sebatas pun ggung. Meski baru bangun tidur tapi tak mengurangi kesegaran dan pesona cantik yan g terpancar di wajahnya.

Aku menarik gadis itu ke pelukanku, tubuhnya terasa berat karena ia seperti meno lak, tapi kemudian malah dia yang merangsek dalam dekapanku. Jangan , Kak! Nanti Cenit marah.. katanya berbasa-basi. Dia marah kalau aku tidak menayangimu juga . Kamu bisa aja, Kak! katanya sambil menengadah dan menyentuh pipiku. Aku mengecup b ibirnya, dia sangat menikati kecupan kecil itu, matanya terpejam, tubuhnya melun glai, dan aku pun memeluk tubuh sintal itu lebih erat. Ia membalas pelukanku dan membiarkan bibirnya kulumat beberapa kali ia mengeluh nik mat. Terasa tubuhnya bergetar ketika aku mulai merengkuhnya. Kemudian aku pun mu lai menyusuri seluruh lekuk dan liku tubuh gadis itu. Semakin lama tubuh itu ter asa panas, setiap gumpalan dan tonjolan dagingnya terasa begitu membara dipenuhi gairah terpendam. Aku membaringkan tubuhnya sementara kedua tangannya terus melingkar di leherku. Nafasnya terdengar agak memburu, gadis ini sudah mulai terangsang. Kuperiksa bag ian kemaluannya dengan jemariku. Ternyata belum cukup basah, masih terasa agak k ering. Kucumbu dia terus supaya gairahnya lebih menggelora . Entah berapa lama kami saling mencium saling menyusup dan berkelindan, aku pulan g suka buah dadanya. Sangat kenyal, besarnya pun sedang saja, tapi putting susun ya sangat kecil, hanya sebesar biji kacang hijau. Tampak sekali putting itu suda h mengeras. Ketika kuremas-remas buah dadanya, wajah gadis itu menengadah, matanya terpejam rapat, bibir agak terbuka. Setiap remasan adalah rangsangan bagi tubuh segar ini . Semakin intensif aku meremas, semakin intens juga dia menikmatinya. Ketika kur aba kemaluannya, lendir pelicin yang kental sudah mulai keluar. Perlahan aku mengusap-usap jembut halus yang tumbuh di sana. Sesekali agak kutek an agar menyentuh bagian klentitnya. Tuibuhnya menggelinjang karena geli. Perlahan tapi pasti cairan pelicin itu mulai keluar, merembes ke permukaan dan m engakibatkan jembut-jembut halus itu terasa mulai kuyup. Hmmm.. Rinay sudah siap untuk dimasuki. Sambil memegang pangkal kemaluanku aku pun memasukkannya. Teras a licin dan rapat. Batang kemaluanku seperti menembus lipatan daging hangat yang basah oleh lendir. Creep . Masuklah aku ke tubuh Rinay. Gadis itu melepas nafas panjang, merasakan nikm atnya gesekan di kemaluannya. Entah kenapa aku sangat-sangat terangsang dengan g adis ini, mungkin ini bukan yang pertama baginya, tapi dia melakukannya seperti bar u untuk pertama. Sepuluh menit pertama kami mengadu rasa, menggesek-gesekkannya dengan gerakan ru tin. Sementara Rinay pasrah saja sambil memelukku dan membenamkan wajahnya di le herku. Nafasnya semakin lama semakin memburu, tubuhnya semakin panas. Titik-titi k keringat mulai keluar dan lama-lama peluhnya semakin membanjir. Kota kecil ini memang lumayan panas meski di malam hari, apalagi rumah kost itu tidak berAC, tubuhku pun kembali berkeringat. Tapi kami tak peduli, kami terus b erpelukan menikmati pergumulan itu. Kami masih bergumul ketika akhirnya memasuki tahap kedua. Kukeluar-masukkan peni sku secara berirama di liang kemaluannya yang pasrah itu. Gadis itu memelukku le bih kuat. Tak peduli dengan tubuh yang bersimbah peluh. Crekecrekecrek . Sepuluh menit lamanya aku menggesek-gesek kemaluan Rinay dengan kemal uanku. Terasa punyaku semakin menegang keras. Kemudian aku menekan Rinay membalas d

engan mengempot ke atas. Menggerakkan pinggulnya berputar-putar, ganas sekali pu tarannya. Aku naik turunkan lagi pantatku beberapa kali, kemudian kutekan dalamdalam . Ahhh , gadis itu mendesah nikmat. Kemudian membalas lagi dengan tekanan ke atas, sambi l menggoyang pantatnya ke kiri dan kekanan. Lipatan kemaluannya yang hangat tera sa semakin kenyal dan licin. Beberapa kali kami melakukan itu, aku pun jadi tak tahan. Tapi dia belum mencapa i puncak. Aku akan membuat dia duluan merasakan kenikmatan. Aku pun semakin aktif mengocok dan menekan memek Rinay. Tulang kemaluan kami ber adu, bibir kemaluanya yang tebal menahan tekanan itu dengan nafsu, terasa hangat dan sangat basah karena lendir mani Rinay sudah melimpah sedari tadi. Dua menit kemudian gadis itu melolong merasakan vaginanya berdenyut nikmat.. hhhh . Oooh

Aku membantunya dengan menekan semakin dalam. Rinay pun membenamkan tubuhnya ke kasur, menahan tindihanku sambil melepas nikmat, seiring dengan mengalirnya air mani prempuan itu dengan lebih deras. Merembes dari lipatan-lipatan kemaluannya. Enak sekali, Kak eigh oh ! Berbarengan dengan itu akan pun mencapai puncak. Kemaluanku terasa berkedut seir ing dengan menyemburnya air maniku di liang senggama gadis itu. Sementara liang senggama Rinay pun menggepit-gepit tak terkendali karena tak kuasa menahan nikma t yang luar biasa. Kami masih berpelukan ketika rasa nikmat itu tercapai sudah. Gadis itu diam dala m pelukanku, tubuhnya sangat basah oleh peluh. Hawa panas pun terasa menyergap. Berangsur kami saling melepas pelukan. Perlahan gadis bangkit itu duduk dari posisinya. Gurat-gurat kepuasan terpancar di wajahnya yang cantik. Sekilas ku lihat memek Rinay yang masih merah dan bibir nya tampak membengkak, cairan-cairan lendir masih menetes dari sela kemaluannya. Enak, Rinay? gadis itu mengangguk. Kemudian ia mengusap keringat yang menitik di d adaku. Dadamu penuh dengan peluh, Kak. Sini kuusap, katanya sambil mengelus lembut dadaku yang memang penuh dengan keringat. Beberapa saat lamanya kami kemudian berbaring bersama di kasurnya yang sempit it u. Rambutnya yang ikal dan panjang itu kubelai. Ia bergerak, menyusupkan tangann ya di leherku, kemudian memintaku terlentang, dia ingin tidur di dadaku, katanya . Beberapa saat kemudian Rinay pun jatuh tertidur, tak menyadari air liurnya yan g menitik dari sudut bibir. Aku pun segera terbang ke alam mimpi. Entah jam berapa kami terbangun. Ketika itu aku dan Rinay masih berpelukan, seme ntara di luar terdengar suara-suara seperti sedang bernyanyi. Oh, ternyata hari sudah siang. Itu adalah suara Cenit yang sedang bernyanyi kecil, sementara di ke jauhan terdengar suara orang sedang mandi, barangkali Liani sedang membersihkan tubuhnya. Rinay pun sudah mulai terjaga, ia masih memelukku, buah dadanya yang kenyal itu menempel erat di dadaku. Dari ruang tengah terdengar Cenit sepertinya sedang men yapu lantai. Sementara dari bibirnya terdengar nyanyian yang sekarang sedang pop uler. Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka, kemudian gorden disingkapkan, dan masukl ah Cenit ke dalam kamar, menatap kami yang masih bugil hanya berselimut kain sar

ung. Hei, bangun! Belum puas juga ya! Aku pura-pura tidur sambil memeluk Rinay lebih erat. Gadis itu terkikik tapi dia ju ga pura-pura meneruskan tidurnya. Cenit berlagak marah dan menarik kain sarung p enutup tubuh kami. Apa mau diteruskan lagi tidurnya? Udah siang tauu, Aku menarik kain sarung itu, malu karena kemaluanku sedang menegang setelah beri stirahat total beberapa jam. Tapi kalah cepat, Cenit sudah menangkap batang kema luanku dan mengusap-usap dengan jemarinya. Oh, jauh lebih besar dari gagang sapu ini pantesan enak sekali. Guraunya sambil terge lak sendiri. Ya udah, kalau kamu pengen lagi, Rinay. Tuh mumpung lagi berdiri Hampir tak kuat aku menahan tawa dengan canda Cenit, tapi tampaknya Rinay menang gapinya dengan serius, dia menggerakkan pantatnya, memelukku dari atas dan menge mpot ke bawah. Bibir kemaluannya terasa menempel di batang kemaluanku. Tuuh, kan! Pasti mau lagi deh! Terusin aja, Rinay. Enak kok! sergah Cenit sambil m emegangi pinggang gadis itu, menolongnya mengangkat panta, aku pun memegang pang kal kemaluanku, menghadapkannya ke memek Rinay yang hangat. Udah pas belum? tanya Cenit, Rinay mengangguk, perlahan Rinay menurunkan pantatnya , maka . Srrluuuup.. batang kemaluanku masuk lagi ke memek Rinay. Main dari atas enak , lho Rinay! Tekan aja biar lebih kerasa bisik Cenit agak keras. Seperti tak peduli kehadiran Cenit di kamar ini, kami mengulangi permainan semal am, tapi kali ini Posisi Rinay ada di atas. Kusuruh gadis itu menegakkan tubuhny a. Ia menurut dan mendorong tubuhnya dengan meletakkan telapak tangannya di dada ku. Sekarang posisinya berubah, aku berbaring sementara Rinay duduk mengangkang di a tasku. Alat kelamin kami telah menyatu, ketika ia sudah duduk dengan benar, namp ak memeknya seperti sedang mengulum kemaluanku sampai ke pangkalnya. Kelentitnya nampak menonjol dan cairan itu kembali mengalir membasahi jembut-jembut halusny a. Kami saling pandang sementara masih bersatu, bibir Rinay tersenyum, beberapa kal i ia menyibakkan rambutnya yang kusut. Perlahan dia mulai mengayun, gerakanya se perti orang sedang naik kuda. Naik turun berirama. Semenit aku lupa dengan kehadiran Cenit di sana. ternyata ia berdiri di belakang Rinay, memperhatikan kami yang sedang bercinta dengan gaya seperti itu. Gadis i tu menyeringai lebar menampakkan sederetan giginya yang putih bersih. Kemudian tiba-tiba ia membuka bajunya, menampakkan beha putih dengan buah dada b esar di baliknya. Ia pun membuka beha itu, melemparkannya ke sudut kamar, menari k rok panjang, membuka celana dalam sampai akhirnya bugil sama sekali. Ia pun menyerbu ke arahku, membenamkan wajahku di susunya yang besar dan kenyal, meremas-remas kepalaku dengan jemarinya. Sementara Rinay terus asyik mengayun-a yunkan pantatnya naik turun. Aku memeluk punggung Cenit, mengulum dan mengunyah susunya yang kenyal. Cewek it u mendengus-dengus ketika putting susunya tergigit lembut. Lama kami bercinta segitiga seperti itu, mungkin ada seperempat jam.

Kita enak-enakan bareng, Kak. Bisik Cenit sambil meremas. Aku setuju, dia sudah ha mpir sampai puncak, aku pun tak tahan dengan ulah Rinay, yang mengocok-ngocok da ri atas . Cenit melepas pelukannya dan naik ke atas ranjang, mendudukkan pantatnya di dada ku mengangkang lebar menampakkan memeknya yang tercukur rapi. Gundukan dagingnya putih mulus dan kemerahan, bibir kemaluannya tebal dan dipenuhi cairan kental d an hangat. Ia memajukan memeknya sehingga sampai di mulutku. Kemudian mulai menekan ke arah mukaku. Ahh ayo Kak! Aku udah gak tahan lagi nih. Sambil meremas pinggang dan pantatnya aku pun beraksi. Mengganyang habis kue pie lembut dan basah itu. Cenit segera merintih-rintih ingin segera melepas nikmat. Sementar di belakangnya Rinay tiba-tiba mengempot dan menekan ke bawah,. Tubuhn ya ambRinay ke depan, menimpa punggung Cenit yang sedang menekan mukaku. Wajahku semakin tertekan oleh gumpalan memek Cenit, sementara pahanya menggepit kedua pipiku dengan kuatnya. Akkkh aku hampir tidak bisa bernapas. Ya ampun! Keluarin bareng, Kak! Aghhh.. ahhh! Cenit menekan, Rinay mengempot, dan aku sesak nafas! Terdengar suara rintihan panjang berbarengan, Cenit dan Rinay sedang dirasuki ke nikmatan. Terasa memek Rinay berdenyut-denyut sembari melepaskan cairan kewanita annya, sementara mulutku semakin basah oleh cairan memek Cenit yang juga berdeny ut melepas nikmat. Kedua tubuh cewek itu lunglai setelah menikmati segalanya. Mereka ambruk berbare ngan ke tubuhku. Berat sekali rasanya menahan dua tubuh perempuan sekaligus, mon tok-montok lagi. Seperti menyadari hal itu, Cenit dan Rinay pun bangkit, perlahan Cenit turun dar i ranjang, sementara Rinay pun perlahan mengangkat pahanya, kedua tangan bertump u pada dadaku. Saat itulah kemaluanku keluar dari liang sanggamanya, cleep.. terdengar seperti bunyi plastik lengket yang sedang dibuka. Tampak kemaluanku masih menegang dan b asah bergelimang cairan memek Rinay. Aku terdiam sejenak, tak tahu harus berbuat apa, karena aku belum lagi mencapai puncak gadis-gadis ini sudah menghentikan permainnya, ketika itulah tiba-tiba Li ani masuk ke dalam kamar, melihat kepada Rinay dan Cenit yang sedang mengenakan pakaiannya kembali. Ketika ia mengalihkan pandangannya ke arahku, matanya terpaku menatap kejantanan ku yang masih berdiri dengan perkasa, merah dan mengkilat bermandikan cairan kem aluan Rinay. Kasihkan sama Liani, Kak! kata Cenit sambil menyempalkan susunya yang montok itu k e balik beha. Wajah Liani semburat memerah. Mungkin dia tadi mendengar lolongan Cenit dan Rinay yang berbarengan menahan geli dan enak. Aku tak tahu apakah dia juga sudah terangsang dan ingin di gelitik nikmat lagi? Tampaknya iya, ia mengangkat roknya menampakkan kedua paha yang padat dan putih mulus. Sementara Rinay dan Cenit bergegas keluar kamar, meninggalkan kami berdua saja di sana. semerbak wangi harum tubuh Liasni menusuk hidungku. Gadis ini bar u selesai mandi.

Liani naik ke ranjang bersiap-siap hendak memasukkan kejantananku ke memeknya ya ng, ya ampun, ternyata sudah bengkak merekah merah dan basah pula. Tapi siapa ta han menahan tubuhnya yang tinggi montok itu setelah tadi ditindih oleh dua gadis montok sekaligus. Aku bangkit duduk, mendorong sedikit tubuh Liani, gadis itu seperti kaget. Tapi dia menurut. Kemudian kusuruh ia berdiri dan ini dia aku ingin merasakan sesuatu y ang lain. Kusuruh ia berdiri membelakangiku dan menumpukan tangannya di dipan. Posisinya s ekarang menungging di depanku, Liani mengerti, ia mengangkat pantatnya lagi, dar i belakang disela-sela bongkahan pantatnya, nampak kemaluannya membelah. Cairan kental menitik-nitik banyak sekali. Meski nafasnya ditahan, aku tahu gemuruh di dadanya sudah sedemikian hebat. Tamp ak dari buah dadanya yang menggelantung itu bergetar-getar menahan dentaman jant ungnya yang meningkat dahsyat. Aku ingin masuk dari belakang dan kemaluan Liani sudah siap untuk kutusuk dari a rah itu. Liani semakin menunggit menampakkan bongkahan pantat dan memek yang mer ekah. Aku maju menyorongkan kejantananku ke arah belahan nikmat itu. Creepp.. ke jantanankupun coba menerobos dan berusaha keras memasuki liang senggama Liani ya ng terbuka. Tapi gumpalan pantat Liani cukup menahan gerakananku. Egghh.. aku mencoba lagi dan menekan lebih kuat ke depan. Akhirnya masuk juga. Oh, rasanya seperti dipilin-pilin. Aku menekan lagi kemaluan kami semakin berjalin, tap i bongkahan pantat Liani seolah menahan gerakanku sehingga aku harus menekan aga k lebih kuat. Emhh . rintih Liani tertahan. Tekan , Bang . Emmghhh

Aku bergerak maju mundur dan menekan-nekan, sekujur batang kemaluanku rasanya se perti dicengkram. Sambil agak membungkuk aku mencoba meraih buah dada Liani, mer emas keduanya dari belakang. Hangat besar dan sangat kenyal. Putingnya kuputar-p utar dengan dua ujung jari. Membuat gadis itu menggelinjang hebat dan semakin me ngangkat pantatnya tinggi-tinggi agar kejantananku masuk lebih dalam. Tubuh kami semakin berkeringat ketika rasa enak itu semakin memuncak. Aku pun me nekan dan menggosok-gosok lagi dinding memek Liani yang merapat. Agak sulit main dari belakang, tapi kami menikmatinya. Beberapa manit kami menikmati permainan itu. Tubuh Liani maju mundur tertekan oleh gerakan tubuhku. Ketika sedang asyik tiba-tiba gorden kamar kembali terkuak. Sosok tubuh Rinay ma suk berkelebat, seperti tak memperhatikan kami gadis itu menuju ke ujung dipan, ternyata celana dalamnya ketinggalan di sana. Kami tak mempedulikan kehadirannya dan terus saling menekan. Aku menekan ke depa n sementara Liani menekan ke belakang. Kemaluan kami sudah begitu menyatu erat b ermandikan cairan kental. Tubuh kami pun menegang dan basah oleh keringat yang m embanjir. Rasa nikmat semakin meningkat, semakin lama semakin hebat. Aghhh hhhh aku menggeram menahan rasa. Denyutan-denyutan penuh rasa nikmat menyerang k emaluanku. Liani merintih tak kalah dahsyat bahkan lebih hebat dari erangan Cenit d an Rinay berbarengan. Bang agh! Enak banget, oh Aku gak tahan lagi! Samar kulihat Rinay mengenakan celana dalamnya . Ketika itu pula aku dan Liani salin g menekan hebat menahannya dan merasakan detik-detik penuh kenikmatan. Nafas Liani

melenguh-lenguh, keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya. Memeknya menyempit d an srrr .. keluar banjir yang hebat. Tubuhnya bergetar menahan rasa geli yang luar bia sa. Aku pun menekan semakin dalam. Mmhhh berkali-kali kemaluanku seperti meledak dalam cengkraman memek Liani. Berkali -kali pula lipatan kemaluan gadis itu menyempit dan menggenggam kemaluanku kuatkuat ketika ia pun melepas nikmat di pagi nan cerah itu. Rinay mendehem kecil ketika kami menyudahi permainan itu dengan rasa puas. Liani menjatuhkan tubuhnya yang basah oleh titik keringat di dipan, menelentang denga n nafas masih terengah-engah. Bibir kemaluannya nampak membengkak, merah dan ber kilat penuh dengan lendir. Rinay pun diam-diam keluar dari kamar, di dekat pintu ia menyibakkan rambut ikalnya, menjeling ke arahku, setelah itu ia pun berlalu. Tamat..:repost1: Comment ya gan... [TAMAT] Regukan Hangat Seorang Pembantu... dewasky 05-13-2012, 12:07 PM Perkenalkan nama ku Gana,umurku kini 24 tahun.Cerita yang akan kuceritakan ini s ebetulnya sudah terjadi hampir 8 tahun yang lalu.Bisa dikatakan itulah pengalama n sex pertama ku bersama seorang wanita. Pada saat itu aku tinggal di sebuah kota kecil di Sumatera Barat.Maklum tuntutan ekonomi yang tinggi di Kota besar seperti Jakart membuat keluarga ku pindah ke kota asal ayah tiri ku.Rumah yang kutinggali saat itu cukup besar,bangunan dua t ingkat dengan 3 kamar tidur,3 kamar mandi,dan 1 kamar pembantu.Namun yang jadi m asalah,sedikit angker...ihhh,karena rumah ku itu dibangun tahun 1949.Di rumah it u aku tinggal dengan kedua orang tua ku,adik dan 1 orang pembantu. Ok,singkat kata,ceritaku ini berfokus pada pembantuku itu.Namanya Eneng,singkat saja tidak mempunyai nama panjang.Setidaknya sampai peristiwa itu,eneng telah be kerja untuk keluargaku selama 6 tahun.Untuk umur,dia sendiri sebetulnya tidak me ngetahui umurnya berapa,maklum dia orang kampung asli,yg tinggalnya saja dulu di hutan tanpa listrik.Tapi yang jelas dia seorang istri yang dengan 5 anak.Menuru t cerita ibu ku.Pembantuku ini menikah saat usianya masih remaja dengan seorang jawara di kampungnya.Entah karena akibat mempelajari ilmu hitam atau memang suda h tidak waras,suami bi eneng(panggilanku ke pembantuku) ingin membunuh istrinya dengan cara menggorok lehernya...ihhh.Karena takut hal itu terjadi,bi eneng pun kabur dari rumahnya,dan kemudian setelah melalui jalan cerita sedikit rumit bi e neng pun bekerja sebagai pembantu di rumahku dikala umurku 9 tahun.Oh ya untuk u rusan body,bi eneng memiliki kulit kuning langsat dengan tinggi 155 cm,berat sek itar 40 kg dan bra terhitung kecil,tapi standarlah.Urusan muka,yah terhitung man is untuk seorang wanita kampung. Sebetulnya bi eneng sudah menjadi bahan masturbasiku ketika umurku 12 tahun.Saat itu aku tak sengaja melihatnya mandi,dasar orang kampung,dia ga ngerti cara men guci pintu yang bermodel kunci tekan.Hmm..waktu itu kulihat payudara dengan puti ng kecoklatan,serta posisi bi eneng yang seng mencukur vaginanya dengan silet.Pa da saat itu aku hanya bisa menutup pintu kamar mandi dan membayangkannya sebagai bahan masturbasi. Inti ceritaku ini,berawal dari ada sepupuku yang hendak menikah di jakarta.Lanta s kedua orang tuaku beserta adik ku yang kala itu masih balita pergi ke jakarta selama 3 hari.Aku sendiri memilih tidak ikut karena sekolah ku waktu itu sedikit ketat untuk urusan absensi. dewasky 05-13-2012, 12:50 PM Selain masalah absensi sekolah yang sedikit ketat,seingatku,aku baru pulang dari camping yang diadakan pramuka sekolah ku selama 3 hari ditengah hutan.Alhasil b adan sedkit meriang karena masuk angin. Aku:"bi,kok badanku kok meriang ya?mana si ibu lagi pergi lagi..." Bi eneng:"mungkin si aden masuk angin kali,kan pulang camping mah pasti makan am a tidur ga teratur den.."

Aku:"kata orang kalo dikerokin cepet keluar ya bi anginnya?aku belom pernah bi.. " Bi eneng::ah si aden kumaha..kalo yang bibu tau mah kalo masuk angin ya dikerok, ga ada lain den..aden mau dikerok ama bibi?tapi sok makan dulu itu,nanti abis ma kan bibi kerokin sekalian dibalur pake minyak ama bawang merah.." Aku:"makasih ya bi..." Setelah makan malam,aku mencari bi eneng di kamarnya.Rumanya dia sedang sibuk me ngulek jahe,dan bawang merah dicampur minyak sayur.Wow sungguh bi eneng wanita y ang telaten. Dengan koin 50 rupiah bi eneng mengerok badanku yang masuk angin di ruang keluar ga,tepatnya diatas karpet sembari nonton sinetron favorit bi eneng kala itu.Rupa nya dikerok itu rasanya sakit,membuatku berteriak teriak dengan badan ku yang be rgoyang goyang bak cacing kepanasan.Setelah tato alami itu selesai dibuat..heheh e, Bi eneng:"sok den di buka baju celananya,mau bibi balur pake ini seklian dipijit ,biasanya mah cepet keluar angin nya.." Aku"ah malu bi,mang kalo pake baju ga bisa?" Bi eneng:"atu kumaha den,namanya juga dipijet,atuh harus ngeresep ramuannya ke k ulit den.Ah lagian si aden kan dulu berangkat sekolah si bibi yang mandiin" Dikarenakan badan yang tidak enak aku pun membuka seluruh pakaian ku terkecuali celana dalam.Dengan posisi tengkurap,aku dipijat oleh bi enang.Hmm..walaupun tan gannya sedikit kasar,tapi rasa pijatannya sungguh nikmat.Apalagi pas area paha,r asanya sangat membangkitkan gairahku.Sesekali tangan bi eneng menelusup ke dalam celana dalam ku.Yang tak kusangka,tanpa jijik bi eneng mengoleskan minyak ramua nnya itu ke dalam pantatku juga,sampai bagian lubang anus! Bi eneng:"maaf ya den pantatnya,kata si ambu dulu,kalo mau cepet keluar anginnya ,itu juga haru dibalur den.." Aku:"ah si bibi,panas nih pantat,emang ga jijik apa bi?" Bi eneng:"yah namanya sakit menderita sedikit mah ga apa tuh den,biar sembuh.Lag ian si aden mah openan bibi dari kecil,jadi ga jijik den..." Setelah area belakang,bi eneng menyuruhku berbalik badan,dan mulai memijat kepal a,hingga ke dada dengan minyak ramuannya itu. Bi eneng:"den,ari celana nya dibuka aja gimana?itu burungnya sekalian diurut,kan aden masa pertumbuhan,jadi kalo diurut bisa gede den.." Aku:"ah si bibi kayak mak erot aja,lagian ga ah,segini aja dah malu..." Namun entah angin apa,aku berubah pikiran.Mungkin karena masa remaja yang selalu menganggap penisnya kecil,berbeda halnya dengan aktor porno yg penisnya besar. dewasky 05-13-2012, 01:00 PM Perlahan tapi cekatan,tangan bi eneng membuka celana dalam ku.Dalam hati ku pun berpikir,apa wanita yang aku perkirakan berumur 35 tahun ini sedang rindu belaia n lelaki?maklumlah,wanita yang sudah pernah menikahkan biasanya sangat tidak bis a menahan rasa digauli suaminya.Sedangkan bi eneng ini,paling tidak pada saat pe ristiwa itu,sudah 6 tahun tidak digauli sang suami. Bi eneng:"aih..si aden atos mangguk mangguk burungnya..puntennya ya den.." Aku:"sok bi.." Sebagai awal,bi eneng mengoleskan minyak ramuannya itu ke batang penis dan buah zakarku.Pada waktu itu memang ukuran penis ku terasa tidak begitu besar,mungkin karena urutan dari bi eneng inilah,sekarang penis sangat membanggakan ukurannya( trims bi eneng,i love you pul...).Kembali ke cerita.. Bi nampak lihat dalam memijat area kejantananku itu,dengan sedikit menekan dia m engurut bagian antara buah zakar dan pantatku.Rasanya membuat penis semakin tega ng dan ingin pecah.Sesekali aku meng aduh karena tak kuasa menaha gairah ini. dewasky 05-13-2012, 02:24 PM Gerakan setengah mengocok dan mengurut di batang penis ku membuat sperma ku tak tahan juga untuk keluar.Tanpa sengaja semprotan sperma ku mengenai pakaian bi en eng. Bi eneng:"wah si aden udah bisaan ya..ini baju bibi ampe basah,sok atuh udah sel esai,aden istirahat dulu,bibi juga capek,abis nyuci terus langsung ngerokin aden

kan.." Aku:"iya bi makasih ya,udah enakan nih bi badan aku,nah bibi td nyuci dulu sebel umnya?kl gitu aku deh yang gantian mijitin bibi.." Bi eneng:"ah ga usah den makasih,nanti apa kata ibu,nanti bibi mijit sendiri aja di kamar,biasanya juga gitu den.." Aku:"yah makanya ibu jangan tau,lagian kalo tau juga ga apa,namanya orang capek, dipijet wajarkan..tapi bibi buka baju juga ya,biar aku pijet pake minyak ramuan bibi tadi?" Bi eneng:"ah si aden,malu bibi den...." Aku:"lah tadi bibi bisa mijetin aku kayak gitu,aku ga malu,ayo dilepas kaos ama kain bawahannya.." Dengan wajah memerah karena malu bi eneng membuka kaos dan kain yang melilit tub uh bagian bawahnya.Kemolekan tubuh bi eneng terlihat indah sekali kala itu,apala gi bi eneng tidak menggunakan bh,melainkan kain popok yang dililitkan di dadanya .Katanya kalo pake bh suka sakit kecentet putingnya. Dengan masih menggunakan kain didadanya dan celana dalam,bi eneng kupakasa tidur tengkurap,lalu kuminta membuka ikatan kain didadanya dengan alasan menghalangi saat memijit.. Aku:."bi aku izin ke pantat ya?aku ini ngikutin cara bibi tadi loh..." Bi eneng:"ah jangan den,jijik,jorok." Aku:"tadi bibi mau,terus kenapa aku haru jijik,yah anggap aja aku balas budi,bib i dah mandiin aku dari kecil,nyebokin,sampe tadi mijitin aku kayak tadi.." Bi eneng pung menganggukan kepalanya dengan ekspresi kebingungan.Tak perduli hal itu,aku membuka celana dalam bi eneng kemudian mulai membaluri pantat bahenol b i eneng.Aku membayangkan pantatnya yang empuk ini sebagai bantalan empuk saat ak u menggoes bibi ala doggy style...hmmm. Selanjutnya aku beralih ke anus bi eneng,kuoleskan dengan telunjuk minyak itu te pat di lubangnya.Awalnya aku jijik sekali,bahkan cenderung mau muntah,tapi apa d ikata,praktek pornstar yang kutonton sering sekali seperti itu dan aku penasaran .Aroma dari minyak anus bibi seakan membiusku.Menjijikan memang,tapi bagi kalian yang telah mencobanya pasti kenikmatan.Lalu stelah licin,aku mulai mencolok lub ang anus bi eneng. dewasky 05-13-2012, 03:01 PM 8i eneng:"jangan den,tadi bibi ga gitu,jorok ih..." Aku:"ga apa bi,ini namanya improvisasi,udah bibi nikmatin aja.." Bi eneng:"jangan ah den.." Aku:"ya udah kita sambil ngbrol aja ya?bibi sendiri kok bisa nikah pas seumuran saya?" Bi eneng"ya abis dipaksa orang tua den,kita mah nurut aja.." Aku"lah emang bibi ga bingung pas pertama kali haru ngelayani suami?" Bi eneng:"ah si aden nanya nya...yah bingung juga sih den,tapi masa kita kalah m a kambing,mereka aja bisa kecil kecil kan den...yah pake gaya kambing aja pertam a mah den hihihihi..." Aku"wah gimana tuh gaya kambing bi?" si bi eneng pun memperagakannya,dengan posisi nungging (terlihat lubang anusnya mekar,apalagi tadi kucolok dengan telunjuk ku)dan si lelaki menusukan penisnya k e vagina perempuan,sambil menaiki separuh pantat perempuannya bak naik motor.Sep erti itu bi eneng menjelaskan Aku:"ah itu namanya doggy style bi.." Bi eneng:"apa itu doggy style den?ari bibi mah tara ngarti anu kitu den.." Aku:"ya kayak bibi peragain tadi,yah kalo bahasa indonesianya gaya anjing bi,..b edanya lelakinya cuma diri dibelakang,ga naekin perempuannya..nih kayak gini bi. ." Memanfaatkan keadaan yang ada,dimana si bibi yang lugu sedang asyik membicarakan macam macam gaya sex,aku pun memulai pergerakan ku. Aku:"ayo coba bibi nungging lagi.." Bibi:"gini den?" Aku:"bener...nah lelakinya diri di belakang pantat perempuannya bi,kayak gini(ta npa bibi sadari aku yang telanjang,telah menempel ke pantatnya)"

Bi eneng"ah ini mah ga jadi mijet bibi..tapi dilanjut aja ceritanya den,bibi mau tau macem macem gaya onggeng onggengan den hihihi,siapa nanti bibi punya suami jadi bisa muasin dia den..ari si aden tau dari mana?kan si aden mah masih SMA ke las 1?" Aku:"ya aku ada filmnya..dilanjut ya bi...nah kalo dah berdiri dibelakang gini,d imasukin deh burung lelakinya kayak gini.." Bi eneng"eh jangan ampe masuk den,pura pura aja,nanti ibu marah kalo tau" Aku:"ah ibu kan di jakarta bi,tapi iya deh pura pura aja dulu.." Bi eneng:"sok dilanjut den,gaya apa lagi?" Aku:"nah gaya doggy style ini bisa juga bi di improvisasi..caranya,masukin burun gnya buka ke memek bi tapi ke pantat..itu di bule lagi nge trend bi..." Bi eneng:"ah aneh den,lagian pasti nyeri.." Aku:"ngga bi asal dilonggarin dulu kayak tadi,dicolok pake jari bi.." Bi eneng:"oh kayak tadi den?duh kumaha nya den,bibi penasaran rasanya gimana..ab is suami bibi dulu begitu begitu aja den,mana udag tua jadi ga lama den,paling l ama 5 menit udah tidur den.." dewasky 05-13-2012, 03:29 PM Aku"bener nih bi mau cobain yang kayak gitu?boleh?" Bi eneng:"tapi aden ga jijik?yah bibi boleh aja asal jangan di memek ya den,taku t keterusan den,lagian bibi penasaran den, Aku:"ga jijik,ya udah di situ aja ya bi,saya mulai ya? Bi eneng:"sok den.." Aku :"bibi inget ya,jadi nanti bisa dipraktekin ama suami baru bibi nanti,pertam a dijilatin dulu bi kayak gini.." Bi eneng:"jangan den jorok.." Aku:"udah diem perhatiin aja,diinget ya....sluurrp..hmm,enak juga bi,masih kence ng,kalo yang film aku,punya bulenya dah longgar.." Bi eneng:"o gitu den?kalo bibi blm digituin den,mungkin masih kenceng jadinya,em ang rasanya gimana den..?" aku mencolokan telunjuku ke anus nya,kemudian menyodorkan telunjuk ku ke mulut b ibi.." Bi eneng"ah ga ada rasa den,cuma minyak kitu..." Aku:"yah kalo punya sendiri mana kerasa,nah sekarang aku masukin ya,tapi ini dij ilatin dulu bi burung aku supaya ga sakit nanti masuknya bi" Bi eneng pun menilati penis ku bak profesional,maklum sudah berpengalaman.Setela h cukup basah dan tegang,bi eneng kusuruh nungging lagi,kemudian dengan perlahan kutusuk anus bi eneng. Bi eneng:"aaauuuu.....sakit den,ampun,atos keluarkeun den..." Aku:"ah pamali bi,dah masuk dikeluarin lagi," aku pun mulai menusuk semakin dalam dan teriakan dan tangis bi eneng semakin ker as.Namun aku tak pedulikan itu,bahkan menambah kenikmatan sperti menonton film j epang.. Aku:"nah kalo udah agak lama mulai kerasa kan bi?" Bi eneng:"iya den awalnya sakit banget den,bibi ga kuat,tapi sekarang mah agak s akit tapi enak den..ahhh kayak geli perut den...ahhh terus den yang kenceng...ah hhhh..." Goyangan ku pun semakin kencang,sesekali kutepukan tanganku di pantat bi eneng y ang bahenol.Kemudian denyutan penis ku semakin keras,dan crootsss!sperma ku meny embur di dalam anus bi eneng.Dan tanpa kusadari rupanya dari tadi bi eneng mengu sap kencang vaginanya sehingga ia pun ikut orgasme.Tampak cairan putin keluar da ri vagina bie eneng yang gundul berwarna coklat,serta sperma ku dari lubang anus nya yang berwana coklat kehitaman.Seakan lupa siap bi eneng,ku balikan tubuh bi eneng,lalu kutuban,sehingga posisi kami bak roti lapis.Lalu kukecup bibirnya sem bari mengeyot ludah bie eneng.. Bi eneng:"aden bener mau ama bi?" Aku:"mau bi" Bi eneng:."tapi sekali aja ya den,bibi juga dah ga kuat.Terahir bibi begini 7 ta hun yang lalu den." Aku:"pantes cepet keluarnya.."

Bi eneng:"terima kasih ya den" Aku:"iya sama sama bi,dilanjut ya?" bi eneng pun menjawabnya dengan membuka selangkangannya lebar lebar. dewasky 05-13-2012, 03:50 PM tanpa banyak basa basi kutancapkan penis ke vagina bi eneng.Terasa sedikit longg ar memang,maklum bi eneng sudah punya 5 anak.Namun begitu,rasa hangat vagina bi eneng cukup mengobatinya,tak hanya itu sedotan vagina bi eneng pun tersa menarik narik uterus ku.waw. Aku:"aaaahhh,ennnak banget bhi..licin jadi ga sakit.." Bi eneng":eehhmmm,iyah edden,tenaga aden juuuuga hebbbat.." Sembari menggenjot seperti tukang becak,ku sibuk melumat bibirnya,tak lupa memer as meras payudara bi eneng,yang semakin lama semakin kencang dan tegang di bagia n putingnya yang berwana coklat kehitaman.Sungguh aneh bin ajaib,cairan hangat t erasa menyembur di dalam vagina bi eneng,ternya bi eneng orgasme.Wah aku merasa bangga sekali dimana perempuan kalah dan aku pemenangnya yang masih tahan lama.I maginasi semakin melayang,kutarik penisku dan kusodok paksa penisku ke mulut bi eneng,tampak bi eneng meronta,tapi kutak peduli,kusodok sedalam mungkin sampai t erasa tenggorokan bi eneng.Suhu panas mulut bi eneng membuat penis tak kuasa men ahan orgasme yang melanda,crooots,semburan sperma ku memenuhi mulut bi eneng,wal aupun sudah orgasme,penis ku tak cabut dari mulut bi eneng,bahkan kudorong terus dengan maksud mendorong sperma agar tertelan.hmmm.. Aku:"ahh nikmat bi,itu sperma ku obat awet muda loh bi..." Bi eneng:"hhmm..agak eneg ya den,tapi bibi suka,bibi sedot ya den..?" aku sedikit berteriak lantaran bi eneng menyedotnya dengan keras,dan digigit.Ras anya uterus ku ikut tertarik angin keluar... Setelah adegan itu selesai.kami melanjutkannya dengan mandi bersama di bathub or ang tuaku.Kulanjutkan agresi ku ke vagina dan anus bi eneng,bahkan aku mencoba j urus enema dengan air hangat yang membuat bi eneng merem melek...hmmm... Mau???makanya cari pembantu seksi dong....;) Cerita ini berawal ketika ane di mutasi perusahaan ke daerah Bgr karena kinerja ane di tempat asal kurang bagus..ane sempet putus asa dan yg lebih sedih ane har us pisah ma bokin yg ane sayangi.. Tapi karena kebutuhan akhirnya ane ambil juga itu keputusan untuk mutasi.. Sesampai di Bgr ane dapet fasilitas kontrak rumah dari perusahaan,dan ane dapet di daerah pinggiran kota,lumayan lah type 36,ada 2 kamar plus perabotan udah ada di sana.. Setelah 1 bulan berlalu ane kewalahan ngurusi itu rumah,maklum ane berangkat pag i,pulang malam,minggu pulang ke Bdg ketemu bokin ya jadinya itu rumah acak2an da n kotor banget.. Ane ngerasa ga nyaman,dan ane mutusin untuk nyari orang buat ngurusi rumah. Ane sempatkan datangi salah satu yayasan penyalur di kota Bgr,ane pilih 1 orang yg ane pikir bisa kerja,orangnya biasa aja,masih muda,umur 20 tahun,aslinya dari daerah di jw tngh,dan 1 yg bikin ane pilih dia,dia keliahatan cekatan saat ane melihat cara praktek di beberapa orang yg di tawarkan.. Sebenarnya kalau ane emang niat macem2,ane bisa aja pilih yg genit,karena ada be berapa orang yg matanya tuh menunjukan kalo "pilih gw aja" dan sedikit centil.. lanjut.. Ane minta Susi (sebut aja bgitu) di antar ke rumah hari sabtu,karena ane pikir h ari minggu ane akan pergi dan ane minta susi untuk bersihin rumah.. Hari sabtu malam orang yayasan datang mengantar susi,dan ane lunasi biaya admini strasi,lalu jadilah susi bekerja di rumah ane.. Hari minggu ane tinggal dia di rumah,untuk bersih2 dan cuci baju ane yg udah men

ggunung.. Hari senin pagi ane datang ke rumah,ane seneng banget rumah udah bersih,rumput2 di bersihin depan rumah..baju ane pun udah pada wangi di setrika ma doi.. Karna ane puas,ane kasih doi uang jajan 50 ribu,dia seneng banget,ane bilang itu di luar gaji dan uang makan..ane kasih dia uang makan karena ane ga pernah maka n di rumah,jd di rumah gak pernah masak.. hari2 berlalu,ane emang tidak pernah memandang status orang dari pekerjaannya,wa laupun susi adalah pembantu,tp dia sering cerita tentang pribadi,tentang orang t ua di kampung dll.. Dari situ ane tau bahwa ortu susi cerai,dan susi di paksa bekerja untuk menghidu pi keluarga,ane juga tahu bahwa susi di kampung punya pacar,dan pacarnya itu ser ing telp tiap hari,susi kadang mengeluh juga karena pacarnya ini sering minjem d uit tp ga di bayar.. Ane sering nasihati dia supaya lebih hati2 dalam pacaran,lebih2 cowok kayak gitu ..dan dia pun mengangguk.. Kami tiap malam nonton tv bareng,kadang becanda,bahkan ke mall bareng untuk bela nja sabun dsb..kadang kalau ane lagi ada duit ane beliin dia baju karen aane tah u bajunya itu2 aja.. skip.. tak terasa sudah 3 bulan susi kerja di rumah,dan kelihatan dia sangat betah,terl ihat dari badan dia yg sekarang jd lebih gemuk di banding saat pertama datang..t p hal itulah yg mengganggu pikiran ane..body nya justru bikin ane gusar..toketny a yg dulu kelihatan kecil tp sekarang malah kelihatan nyembul...bokongnya yg dul u biasa aja sekarang jd menarik...haduh...ane pikir bahaya ni..tp ane buang jauh 2 perasaan itu.. Diam2 ane suka ngintip dia kalo habis mandi...kadang ane juga curi2 pandangan ke arah pahanya kalau dia lg pake baju daster dan duduk sembarangan... Suatu hari ane dapet tugas dari kantor untuk mengurus proyek di kalimantan,ane p un harus pergi selama 2 minggu..ane pergi dan sebelumnya ane pamit ke susi berpe san supaya hati2 jaga rumah selama ane pergi.. Di kalimantan ane sms menanyakan kabar,dan ane beranikan untuk sms yg bernada me mancing..seperti "km udah mandi belum susi manis?"...dan dia pun membalas dengan "udah aa sayang"... Dan ane pancing2 dia denga sms bahwa sebenarnya ane suka ma dia...tp takut di to lak karena susi udah punya cowok.. Tak di sangka susi membalas dengan sms yg sangat mengagetkan "aa kenapa ga bilan g,susi juga suka banget ma aa,tp susi takut,susi kan cuma pembantu".. wah..ini yg ane tunggu...ane tlp dia..dan kita pun ngobrol panjang lebar tentang seringnya ane curi2 pandang...dll... Ane pun pulang ke Bgr,ane langsung menuju rumah..susi menyambut dengan senyuman malu...ane pun mencubit lengannya..tanda kangen.. Ane beranikan mengajak susi ngobrol malam itu...kami pun ngobrol..tp terlihat se kali susi sangat kaku dan tidak seperti biasanya...ane bertanya "kenpa sus"..."g a apa2 a" susi menjawab.. Ane duduk mendekati susi..dia sangat terlihat gelisah..ane dekatkan bibir ane ke bibir susi..susi sedikit menghindar..tp ane udah pengen banget mencium susi..an e sedikit memaksa dan kami pun berciuman...ane mainkan lidah ane di di bibir sus i...kami pun bergumul mesra dengan hangatnya...di temani hujan bibir kami saling bermain... Malam itu tak terjadi apa2..ane ga ingin buru2 melakukan sesuatu..ane takut susi

akan minta pertanggungan jawab bila ane exe dia malam itu.. esok hari nya sepulang kerja ane langsung mandi...kami pun ngobrol..sudah mulai cool...suasananya udah mulai seperti biasa lg..susi nonton tv,ane di sebelahnya, yg berbeda adalah sekarang susu udah berani duduk dekat2 nempel ke ane.. Ane membuka pembicaraan..ane bertanya tentang hubungan susi dengan pacarnya di k ampung sejauh apa hubungan yg mereka lakukan.. Susi bercerita bahwa mereka memang sering berciuman..dan susi juga pernah pegang punya cowoknya..begitu pula sebaliknya...sambil berpura2 cemburu aku pun pergi ke kamar.. Susi mengejar ane ke kamar..dia minta maaf..dan bilang bhwa susi masih perawan.. . Ane bilang gak percaya...karena blm membuktikannya..kami pun sedikit ngadu argum ent..dan ane minta pembuktian kalo susi memang masih benar perawan.. Tak di sangkan susi langsung membuka daster yg di pakainya..."susi akan buktikan kalau susi memang masih perawan"..kata susi "jangan sus,aku ga berani tanggung jawab kalo sampai terjadi sesuatu"ane bilang begitu "aa ga usah mikirin tanggung jawab,yg penting susi kan buktikan kalau memang sus i masih perawn",susi mendekati ane hanya mengenakan BH dan CelDam... Ane konak gan...ga tahan..melihat secara langsung apa yg selama ini ane inginkan ...oh shit...ane bingung.. di tengah kebingungan ane,bibir susi sudah melumat bibir ane...kita berciuman di pinggir tempat tidur...tangan ane secara replex mulai bergerilya menuju gunung kembar susi...ane ga kuaaaaaat (dalam hati ane menahan nafsu ini).. Ane terus belai toket susi...ane buka bra yg membungkusnya..ane rebahkan susi di ranjang..susi tersenyumm..oh.. ane mulai melumat pentil susunya...tangan ane mulai bergerilya di paha susi...su si pun melenguh "ohhh"... tangan ane menuju selangkangan susi...bermain si pinggiran celana dalam yg masih membungkus meki susi..ane terus benjilati puting susu susi yg mulai keras...tan gan ane pun membuka celana dalam yg di pkai susi...susi melenguh kembali.."ooooh hhh".... Ane secara cepat membuka celana pendek dan kaos ane...ane pun membuka CD yg ane pakai... kembali ane lumat bibir susi...tangan ane mulai mengelus pinggiran meki susi...s usi pun men desah "aaaaahhhh"... Tangan ane mulai menyibak meki susi yg di tumbuhi bulu yg tidak terlalu tebal... jari ane menari2 mengelus klitoris susi...susi pun tambah mendesah "AAAAAAHHHH". .. Jari ane bermain2 di bibir lobang meki susi...bibir ane bermain di toketnya...da n tangan susi pun mulai mengeleus2 konto ane yg udah keras n panas... "aa..punya aa gedee..." susi berbisik.. Ane tersenyum sambil kembali melumat bibir susi dan memainkan jari di mekinya... Bibir ane pindah ke toketnya....lalu turun menjilati perutnya...dan sampailah di pertigaan selangkangan susi... Ane buka perlahan belahan paha susi...ane pun mulai merunduk...ane sibak kedua b elahan meki susi...dan lidah ane mulai bermain di bibir meki susi...oooh...manta pnya meki perawan...

"AA..AAAAAhhh"..susi mendesah ketika bibir mekinya ane jilati...lidah ane mulai menusuk2 lobang mekinya...dan sekali2 lidah ane bermain di klitoris susi... "aa''ooooooughhhh....."..susi mendesah semakin keras... ane menjilati mekinya -+ 15 menit..ane pun kembali melumat toket susi....pentila nya ane jilati melingkar..jari ane terus bermain di bibir meki susi yg mulai bas ah di bajiri cairan kenikmatan... Susi terus mendesah.."ouwgh..aa...ouwgh..aa..."dia memanggil ane dalam desahanny a.. Tak menunggu lama,ane siapkan rudal konti ane yg udah keras banget...ane arahkan ke meki susi yg udah basah...ane lebarkan pahanya...ane taptkan di lobangnya..d an ane tekan pelan2...."aa...ouwgh..."susi mendesah...."aa...sakit"...."ouwgh".. .susi sedikit meringis ketika konti ane mulai masuk ke mekinya...konti ane semak in dalam..."aa...sakit..."..."oughwwhhh"..susi mndesah sambil menutup matanya... . Ane cabut pelan2...ane tekan lagi...ane cabut lagi...ane tekan lagi...dan seteru snya.... "owgh..aa...oegh...owgh...ooooooh..."desahan susi semakin terdengar... Ane pun mengenjot konti ane di mekinya...dan tiba2 keluarlah darah keperawanan d ari lobang meki susi.... ...ane genjot lagi lebih cepat...darah semakin banyak....ane genjot terus..."aa. ..sakiiiiiit....owwwuuuuuuuggggghhh"...susi mendesah sambil terpejam matanya.. Ane genjot terus..."sabar sayang...bentar lagi sakitnya hilang"...ane menimpali sambil terus menggenjot.. konti ane keluar nasuk di meki susi....sampai darah perawannya tak lagi keluar.. . Ane goyang2 di dalam mekinya...ane hujam lebih dalam..."oooooooooooowwwwwwwghhhh hh"...susi menjerit...mekinya semakin licin...menandakan susi udah mendapatkan O ...dan ane pun memepercepat genjotan ane...."OOOOOOOOOOOOOOOOOOWWWWWWGGGGGGGGGGG GHHHHHHHHHHHHH"....susi menjerit kenikamatan...susi mencengkeram pundak ane..... tangannya mencakar bokong ane...dan "croooooooot"....ane pun orgasme.....sperma ane memenuhi lobang meki susi.... Ane memeluknya...dan susi pun tersenyum..."percaya kan kalo susi masih perawan?" tanya susi pada ane "iya aku percaya"...ane pun tersenyum...dan kami pun berpelukan... Ane minta susi supaya kencing dulu...dan membersihkan mekinya...ane pengen malam ini 5 ronde..hehehe... kami pun bermain hingga pagi hari...esoknya ane ajak susi ke bidan yg jauh dari rumah ane...ane minta susi untuk KB...susi pun KB suntik...dan kami pun hingga s at ini masih berhubungan.. 1 yg membuat ane ga bisa lepas dari susi...mekinya wangi...dan nikmat banget saa t di oral...beda dengan bokin ane yg kadang ada bau tak sedapnya... Ane jd jarang pulang ke bdg,ane malah tiap minggu menghabiskan waktu bermain sex seharian bareng susi...semua gaya udah kami mainkan...bahkan anal sudah kami pr aktekan... Susi tak pernah minta ane menikahi dia..karena dia pun tak mungkin memutuskan hu bungan dengan pacarnya di kampung yg sudah di jodohkan oleh ortunya...entah samp aia kapan kami begini...tp jujur..nikmat sex bukan karena status..tp karena bara ng...hehehe Buat agan2 yg suka maen ma pembokatnya,saran dari ane,pembokat juga manusia,yg b

utuh kasih sayang dan materi,selain gaji 750rb ane kasih tambahan 1 jt perbulan buat susi plus uang jajan 50 rb tiap hari agar meki yg mantap itu di jaga dan di rawat demi kepentingan bersama..dan satu lagi,buatlah komitment agar sang pembo kat tidak menuntut anda menikahinya..dan ini adalah hal yg paling penting!!! nek suminten Umurku 27 tahun dan baru pindah kos ke tempat yang baru. Sedang istri dan seoran g anakku masih tingal di kota tempatku bekerja, karena aku tugas belajar selama 2 tahun di kota ini. Nek Suminten berusia 58 tahun, memiliki empat anak dan 9 or ang cucu. Dia seorang janda yang memiliki 25 kamar kos, serta memiliki beberapa karyawan. Aku tinggal di sudut kiri tempat kos-kosan itu, menyewa sebuah kamar ukuran 2 x 3,5 meter. Ada kamar mandi di dalam serta di ruang itu, aku memiliki sebuah meja kecil dan sebuah kursi, serta sebuah tempat tidur dan ada sebuah sudutnya yang bisa kupasangi kompor dan peralatan masak. Sekedar untuk masak sarapan pagi, kar ena siangh aku harus makan di kantin tempatku tugas belajar dan malam juga lebih sering aku makan di luar. Malah sarapan pagi juga aku lebih sering di luar. Orangtuaku dan mertuaku setiap bulan mengirimiku uang, hingga gajiku yang diambi l istriku juga setiap bulan ditambahi oleh orangtuaku dan emrtuaku. Selama aku t ugas belajar, isteri dan anakku, tinggal bersama mertuaku. Pukul 20.00 WIB aku masih menyelsaikan tugas-tugas yang diberikan dosen kami. Sa at itu aku hanya memakai kain sarung dan telanjang dada. Aku tidak memakai celan a dalam, karena snagat gerah. Kipas angin berukuran kecil yang tersedia juga ras anya tak mampu menghalau rasa gerah. Karena penat, aku keluar dari kamarku dan d uduk di bawah pohon ceri di depan jendelaku. Saat itu Nek Suminten keluar pula d ari kamarnya dengan mamakai daster longgar. Aku melihat dia juga tidak mekai Bra . "Eh.. Nak Rudy, belum tidur ya?" sapanya dengan senyum khasnya. Bila dia terseny u tyerasa dia begitu manis sekali. Apakah karena aku sudah empat bulan tak berhu bungan seks? Giginya kelihatan rapi berbaris, putih dan bersih, sma dengan kulit tubuhnya. Rambutnya yang setiap minggu dia cat, selalu kelihatan hitam berkilat . "Gerah sekali, Nek," kataku. Nek Suminten terk3enal cerewet bila dengan anak-ana k mahasiswa yang masih remaja, karena mereka suka berbuat onar dean tidak mengik uti aturan yang sudah ditetapkan. seperti buang sampah sembarangabn. Tidak mau m embersihkan beranda kamar masing-masing dan membuat air seenaknya saja. Mereka d iam-diam menyebut Nek Suminten dengan sebutan Nek Lampir. Nek Sumi, begitu aku selalu memanggilnya, duduk di sisi kanannku. Aku melihat de ngan jelas, buah dadanya bergoyang, membuatku jadi tegang tak karuan. Kami berce rita apa saja dan Nek Sumi sembari menggoyang kipas tangannya, menghalau rasa ge rah. "Nenek awalau sudah tua masih tetap cantik dan tubuh Nek Sumi masih kelihatan pa dat," aku memancing dan menanyakan apa rahasianya. Kulihat Nek Sumi tersipu. Mun gkin tak pernah anak-anak kos memujinya selama ini, bahkan selalu mencari gara-g ara untuk ribut. "Ah.. kamu ini ada-ada saja," bantahnya tersipu. Aku kira langkah awalku sudah k ena. "Sunguh Nek. Masih menggemaskan setiap lelaki," kataku meyakinkan dan berupaya b erkata sejujur mungkin. "Ah... mungkin karena Nak Rudy mungkin sudah ruindu dikeloni oleh isteri," katan ya sembari tersenyum dan mencubit pahaku dengan gemas. "Justru, aku selalu teringat ibuku, Nek. Aku rindu sekali pda ibuku. Biasanya ka lau aku sedang risau, ibu selalu datang menyabatrkan diriku sembari mengelus-elu s kepalaku, mirik perlakuan pada anak bayi," kataku pula. "Oh.. jadi kamu rindu ibu ni?" katanya. Aku mengangguk. Saat dia menunduk mengam

bil kipasnya yang terjatuh, aku jelas melihat teteknya yang sudh molor, tapi mul us dan putih. Kontan sotongku mengeras dan berontak.. Kutatap buah dadaku itu le kat-lekat. "He kamu melamun, lihat apa sih?" kata Nek Sumi sembari memperbaiki dasternya, k arean dia tahu aku melihat buah dadanya. Duia mencubit kembali pahaku dan berkat a:" BUah dada yang sudah peot begini, masih dilirik." "Tua, tapi masih OK punya Nek. AKu jadi gemas dan kepingin," kataku berterus ter ang. Keberanianku, karean Nek Sumi memberiku respons. "Ah, kamu ini ada-ada saja," ujarnya lebih genit lagi. "Sunguh, Nek. AKu kepingin, nih," kataku semakin berani. "Awas nanti ada orang, baru nyaho kamu," ancamnya. "Kan hanya kita berdua, Nek?" jawabku lebih cepat dan sotongku semakin mengeras. Nek Sumi tersenyum penuh arti. Kami pun diam sesaat. Kami hanyut dengan pikiran kami masing-masing. "Nek... aku kepingin, nih," kataku bermanja. "Hussst... nanti didengar orang. Gak baik," kata Nek Sumi. Dalam hatiku, aku sud ah berada pada sasaran. Buktinya dia hanya takut di dengar orang. "Ini rahasia kita dong," kataku menyerang. "Ih.. laki-laki mana bhis jaga rahasia?" Nek Sumi berkelit. Kulihat ke kiri dan ke kanan. "Pokoknya aku bisa jaga rahasia. Kalau aku gak bisa jaga rahasia, mana mungkin a jku sampaikan niatku ini. Aku sudah punya isteri dan anak, ya aku harus jaga rah asia sekuat-kuatnya Nek," kuyakinkan Nek Sumi. Nek Sumi hanya tersenyum. "Newk, aku duluan masuk ke kamarku, ya. Bila nenek sudah merasa aman, nenek masu k aja. Pintu tidak aku kunci," katyaku meyakinkan dan aku langsung menuinggalkan nya tanpa menungu jawabannya. Aku memasuki kamarku dan menutup pintu. Kuintip Ne k Sumi dari lubang kinci. Dadaku berdegup kencang menunggunya. AKu melihat Nek S umi celingak-celinguk kiri dan kanan dengan sangat awas. Hatiku gembira. Itu per tanda Nek SUmi akan datang ke kamarku. Tapi bagiku menunggu waktu itu sangat lam a. Hampir setengah jam aku mengintipnya dari lubang kunci, akhirnya Nek Sumi ber diri. Setelah melihat kiri dan kanan, dia melangkah cepat ke arah pintu kamarku dan membuka pintuk kamarku. Saat itu aku cepat menariknya dan mengunci pintu. Sa jklar lampu langsung kumatikan dan kami saling berbisik. "Hati-jati jangan sampai ketahua orang lo," katanya. AKu diam. Langsung kupeluk Nek Sumi. Aku melapaskan sarungku dan aku sudah telanjang bulat. Cepat pula kuan gkat daster Nek Sumi yang longgar itu dan... Astaga, Nek sumi juga tidak memakai apa-apa, selain daster longgarnya itu. Walau dalam keadaan remang-remang, aku m elihat tubuhnya yang putih mulus walau agak gempal. Perutnya sudah berlipat dan pahanya juga sangat rapat. Cepat kukecup bibir Nek Sumi dan memeluk tubuh telanj angnya. Nek Sumi cepat pula membalas kecupanku. Lidah kami sudah mulai menari-na ri dengan lincahnya. Buah pantatnya yang besar, membuat aku semakin semangat dan kutuntun Nek Sumi ke atas ranjangku. Kunyonyot pentil teteknya yang besar dan kuremas-remas buah dad anya yang walaupun sudah molor, tapi masih terasa kenyal. KLujilati lehernya dan aku mengelus-elus memeknya yang sudah mulai basah itu. "Cepat sayang.. memek Nenek dimasuki saja," bisiknya manja. Duh manjanya ucapann ya itu, membuatku semakin bgersemangat. Aku mulai menusukkan sotongku ke dalam m emeknya yang licin tanpa bulu. Nek Sumi ternyata sangat rajin menyukur bulu-bulu yang tumbuh di memeknya itu. Perlahan aku mulai memompanya. Suara kecepak dan kecepuk terdengar setiap kali a ku menyodok dan menarik sotongku. Licin sekali memeknya. Aku semakin gairan, Kua ngkaty kedua kaki Nek Sumi ke bahuku dan aku memompanya secara teratur. Nek Sumi kesenangan dan nafasnya mendesah-desah. Diremasnya kedua tanganku dengan kuat, sembari dia menggigit bibirnya dan mengeluarkan suara erangan yang panjang. Aku terus memompanya.

"Hayo sayang... jangan siksa aku. JKeluarkan didalam..." disisnya sembari menger ang. Dengan kyuat kutusuk sotongku sedalam mungkin dan kupeluk tubuhnya yang gem uk itu, lalu kusemprotkan beberapa kali spermaku ke dalam memeknya yang hangat i tu. Walau dia sudah menapuse, memeknya masih teerasa licin sekali denghan lendio rnya yang hangat. Kami saling berpelukan dan tersenyum. Begitu sotongku keluar, dia cepat cepat memakai dasternya dan mengecup pipiku. Dia minta aku keluar lebih dulu dan duduk di kursi di bawah pohon seri. Bilan su dah aman dia minta aku mengeluarkan suara jentitan pada pertemuan ibu jari telun jukku dan jari tengah. Dalam hati, Nek Sumi memang perempuan lihat. Mungkin dia juga sering selingkuh dengan laki-laki lain. Setidaknya aku mendapatkan kepuasan seks darinya. Setelah aku merasa aman, aku memberinya kode dan dia cepat keluar dan duduk di sampingku. Sembari sama-swma merokok kami kembali bercerita. Malam itu juga Nek sumi menyatakan cintanya padaku. Aku terkejut, Tap Nek SUmi m eyakinkanku, kalau kami hanya pacaran saja. Dia tidak akan menuntut untuk dinika hi. Yang penting dia bisa dipuasi bathinya. Aku setuju. Jadilah Nek sumi pacarku selama dua tahun aku di kotanya dan aku bebas dari sewa kamatr. Bahkan aku sela lu mendapat makanan gratis masakan istimewa. Bukan itu saja. Karena akua mengaku orang kampung dan aku orang miskin, tak jara ng pula Nek SUmi memberiku uang, menyeliopkannya dan saku bajuku. Untuk uang jaj an, katanya. AKu tersenyum dan menerimanya. Pokonya kami dua kali seminggu melak ukan hubungan seks dan saling memuaskan. BU KOS BERJILBAB Ini adalah kisah petualangan seksku selagi aku kuliah. Nakal memang, bahkan terk esan brutal, namun aku sangat menikmatinya. Petualanganku bermula sejak aku berkawan dengan Roni, teman satu jurusanku yang berwajah ganteng dan tubuh atletis. Secara fisik dia memang tipe cowok yang idam an para cewek. Sementara aku sih biasa aja, tapi kelebihanku ada pada gaya hidup . Bokap cukup mampu memberi aku mobil pribadi yang gress dan uang jajan yang lum ayan. Maka jadilah kami berdua adalah pasangan pencari cinta. Kerjaannya gonta-g anti pacar, beberapanya tentu saja berhasil kami tiduri. Namun karena begitu mudahnya mendapatkan cewek (tentunya yang tipenya bukan cewe k baik-baik alias matre ), timbul ide gila kami untuk bisa merasakan hubungan seks dengan cewek berjilbab. Pada awalnya kami sih berhasil mendapatkan pacar cewek berjilbab, tapi ketika kami mencoba menjebol pertahanannya, mereka dengan tegas memutuskan kami. Dari pengalaman itu munculah ide gila kami untuk melakukan peme rkosaan, tapi pemerkosaan yang terencana dan harus berakhir dengan kepuasan dari si korban juga. Emang bisa? Awalnya kami juga ragu, tapi kami kemudian memikirk annya dengan sangat matang. Pertama, korban haruslah wanita yang kami kenal, jadi setidaknya dia tidak cangg ung dengan kami. Kedua, korban sebaiknya sudah tidak perawan karena kehilangan k eperawanan akan menimbulkan trauma buat korban. Ketiga, kami harus mempersiapkan peralatan lengkap, mulai dari selendang untuk mengikat, plester untuk menutup m ulut, jelly pelumas vagina dan bahkan spray perangsang wanita. Setelah melakukan seleksi, pilihan kami jatuh pada seorang ibu kost berjilbab be rnama Ibu Ayu. Usianya sekitar 38-40 tahun dengan jilbab yang cukup modern kami bisa memperkirakan ukuran dadanya mencapai 36B bahkan mungkin 36C. Ibu Ayu ini c ukup mengenal kami karena kami sering main ke tempat kostnya yang khusus putri i tu untuk urusan ngapelin anak kostnya tentu saja. Kalau soal wajah, wanita matan g ini cocok sekali dengan namanya, Ayu.. Dan yang juga membuat kami sering jelal atan adalah montoknya bongkahan pantat Ibu Ayu yang tak mampu disembunyikan oleh rok panjangnya. Ibu Ayu tentu saja sudah punya suami, tapi dia isteri pertama dan suaminya lebih sering ngamar di rumah isteri keduanya. Sebagai kompensasinya, Ibu Ayu diberikan bisnis kost-kostan yang cukup memberikan penghasilan lumayan buat dia. Anaknya a da dua, yang pertama sudah SMP kelas 2 dan yang kedua masih SD kelas 5. Maka dengan peralatan lengkap di dalam ransel kuliah, kami mendatangi kost milik

Ibu Ayu pada jam 10 pagi, saat sebagian besar penghuni kost pada kuliah dan ked ua anaknya juga sedang sekolah. Kami melihat kondisi kost saat itu cukup kondusif, sepi sekali, dan kami langsun g berjalan memasuki rumah Ibu Ayu yang menempel dengan kost-kostan. Selamat pagi Bu , sapa kami ramah ketika melihat Ibu Ayu sedang membereskan ruang t amunya. Pagi itu dia memakai kaos lengan panjang yang cukup ketat untuk ukuran b aju muslim sehingga kami langsung merevisi perkiraan ukuran dadanya yang mungkin bisa mencapai 36D, pokoknya gede coy... Eh, Roni dan Freddy, kok pagi2x datengnya, mau ngapelin siapa? Kaya nya pada kuliah tuh , sapa Ibu Ayu dengan senyum ramah di wajahnya yang manis yang terbungkus jil bab kaos berwarna putih. Iya ya Bu, sepi banget, jadi bingung, padahal kami sudah bawa pizza nih , aku mulai memancing. Wah... sayang banget dong.. , kata Ibu Ayu sambil terus membereskan lemari pajangan di ruang tamunya. Posisinya agak membelakangi kami sehingga kebahenolan pantatn ya dibalik rok panjangnya jelas membuat kami semakin berdebar-debar dan tak saba r. Gimana kalau kita makan aja bareng-bareng Bu, mau kan? , ajakku. Wah... beneran nih, Ibu sih enggak nolak , candanya dengan renyah. Seandainya saja ia tahu maksud kedatangan kami, he3x... Ayo Bu... sok aja atuh , sahut Roni seraya membuka kardus pizza yang masih panas it u. Ibu Ayu tanpa canggung nimbrung dengan kami dan bersama-sama dengan kami menikma ti pizza yang lezat itu. Sayang kami enggak bawa minum Bu , celotehku. Eh, maaf... mau minum apa? , Ibu Ayu yang sudah melahap dua potong pizza itu berdir menawarkan minum. Engg... kalau boleh sih susu Bu , Roni memancing lagi. Waduh, kaya nya saya enggak punya susu, gimana kalau kopi? , tawarnya masih dengan lu gu, padahal mata kami seakan sudah hendak meremas susunya yang besar itu. Masa enggak punya susu Bu... , canda Roni dengan melirik buah dada Ibu Ayu. Hus... kamu memang bandel Ron , Ibu Ayu mulai sadar kalau kami memandangi susunya den gan kagum dan nafsu. Sudah, tunggu saya akan buatkan kopi dulu ya... , Ibu Ayu mencoba tak meladeni cand a kami yang mulai menjurus dan berjalan ke dapur denga lenggokan pantatnya yang bahenol. Kami segera bangkit mengikuti Ibu montok itu. Tugas Roni adalah memegang Ibu Ayu supaya ia tidak bisa berontak, sementara aku akan menutup mulutnya dengan selen dang dan mendekap hidungnya dengn kapas yang berisi obat bius dosis rendah yang hanya akan membuat Ibu Ayu sedikit lemas, tapi tetap sadar. Kami medapati Ibu Ayu sedang membuat racikan kopi di dapur. Pantatnya yang bahen ol membelakangi kami dan dengan segera kami mengepungnya dari kanan dan kiri. Maaf Bu, kami maunya susu...boleh kan... , pinta Roni dengan pandangan yang semakin nakal ke arah buah dadanya. Iya Bu, kami minta baik-baik... , sahutku beriringan. Ibu Ayu mulai nampak panik melihat wajah mesum kami. Gila kalian... , seru Ibu Ayu mulai meninggi. Melihat cara baik-baik tampaknya gagal, Roni dengan tubuh atletisnya itu segeran mendekap Ibu Ayu dari belakang. Jangan ngelawan dong Bu... , kata Roni. Apaan heh... Gila Kalian!! , Ibu Ayu mencoba memberontak, tapi Roni cukup kuat. Aku segera bertindak cepat dengan kapas obat biusku. Dalam sekejap Ibu Ayu terlihat langsung pusing dan lemas. Aku segera menutup mulutnya dengan kain. Beres... udah enggak bisa berontak nih, ayo bawa ke tempat tidur... , seru Roni. Kami membopong tubuh bahenol Ibu Ayu yang lemas itu ke kamar tidurnya dan sebaga i langkah awal, aku bertugas memangku Ibu Ayu dan Roni bertugas memberikan forep lay buat Ibu Ayu. Wajah Ibu Ayu semakin pucat karena takut. Air mata meleleh dari matanya. Tenang Bu... kami berikan yang terbaik kok...enjoy aja... bisikku di telinganya. Roni dengan penuh percaya diri membuka baju dan celananya sehingga tubuh atletis

nya hanya dibungkus celana kolor yang tak mampu menyembunyikan kebesaran penisny a. Ibu Ayu berusaha menendang Roni tatkala pria itu menyingkap rok panjangnya, namu n tenaganya sangat kecil bahkan nyaris tak ada. Kini kami menikmati pemandangan kedua paha Ibu Ayu yang montok, putih dan mulus. Keren coy... seru Roni kagum pada pamandangan indah itu. Yo i... aku membenarkan, terus ke atas dong . Sabar...perlahan biar Ibu Ayu menikmati , kilah Roni. Roni membelai paha Ibu Ayu dengan lembut dan sekali-kali menciumnya sambil tanga nnya terus menyingkap rok panjang hingga terlihat daerah selangkangan dengan cel ana dalam warna hitam yang kontras dengan kulit putih pahanya. Wow... gondrong kaya nya nih... seru Roni seraya membelai rambut-rambut kemaluan Ibu Ayu yang tumbuh melewati batas celana dalam. Ibu Ayu masih mencoba meronta, namun tetap tak bertenaga. Akhirnya ia hanya memb uang muka dan memejamkan matanya. Dengan nakal Roni mulai menciumi selangkangan Ibu Ayu, suaranya berdecup keras, apalagi tatkala ia mencium tepat di bagian kemaluan Ibu Ayu yang masih tertutup celana dalam. Buka dong Ron CD-nya... celotehku tak sabar. Roni menuruti kemauanku. Dengan perlahan ia memeloroti celana dalam hitam milik Ibu Ayu sehingga kini gundukan bukit kemaluannya tampak jelas dengan rambut liar yang menutupi keindahan liang vaginanya. Kan gondrong... seru Roni. Yah... maklum jarang dipake Ron... aku menimpali. Goblok aja yang punya, kalau gue sih gue embat terus... kata Roni. Dengan lembut dan profesional, Roni menyibak rambut kemaluan Ibu Ayu sehingga ia menemukan bibir vagina yang merekah. Eh... udh agak basah nih... seru Roni. wah... dari tadi kan kami sudah bilang Bu, jangan ngelawan... pasti enak kok... ca ndaku. Ibu Ayu masih memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya. Dia masih berupaya me ngingkari bahwa ternyata dia terangsang oleh kami. Roni memulai jurus-jurus foreplay dengan membasahi jarinya denga jelly pelumas d an kemudian membelai-belai labium mayora Ibu Ayu, dan tentu saja tak ketinggalan klitorisnya. DI bagian klitoris, Roni dengan penuh nafsu menjulurkan lidahnya d an memainkannya. Tubuh Ibu Ayu sontak terasa menggeliat, kami tertawa. Tuh kan... enak kan Bu... seruku. Melihat reaksi Ibu Ayu yang menggelinjang, Roni semakin terbakar nafsu, ia melum at habis kemaluan Ibu Ayu dengan mulut dan lidahnya. Aku yang melihat juga semak in berahi. Tubuh Ibu Ayu semakin terasa menggelinjang, dan lambat laun wajahnya tak lagi be rpaling. Ia mulai menatap Roni yang tengah mengerjai kemaluannya yang sudah lama nganggur itu. Menurutku mungkin baru pertama kali dia dioral seperti itu. Roni me mang dahsyat, lidahnya menjalar-jalar dari perbatasan anus dan vagina hingga uju ng klitoris dan sekali-kali ia mengulum klitoris Ibu Ayu. Wanita mana yang bisa tahan kalau klitorisnya dikulum seperti itu. Mata Ibu Ayu yang tadi basah oleh a ir mata kini menatap penuh harap pada Roni. Ibu... mau saya buka tutup mulutnya enggak? Tapi jangan teriak ya... aku menawari Ibu Ayu dan wanita itu terlihat mengangguk. Aku pun membuka kain penutup mulutny a. Kalian gila... , seru Ibu Ayu. Tapi intonasinya sudah berbeda dengan seruan pada aw al sebelumnya. Kini ia seperti meracau antara kalut dan nikmat. engh.... okh.... , Ibu Ayu semakin tak malu mengeluarkan lenguhan erotisnya tatkala Roni memainkan jarinya di dalam liang kewanitaanya. Aku yang dari tadi Cuma jadi penonton mulai beraksi. Dengan lihai tanganku menar ik kaos Ibu Ayu hingga buah dadanya yang terbungkus BH hitam menunjukkan kebesar annya. Buset... gede banget... ini mah semangka... seruku takjub. Buah dada Ibu Ayu meman g besar dan tampak masih kencang. Dengan tak sabar aku mencopot pengait BH-nya s

ehingga buah besar yang montok itu menggelantung menantang. Aku segera meremas-r emas dan memilin puting susunya yang juga besar itu. Engh... kalian memang kurang ajar... racau Ibu Ayu yang semakin terbakar birahi. W ajah manisnya sudah terlihat mesum dan tak ada lagi air mata yang mengalir bahka n mulutnya setengah terbuka seakan minta dicium. Akupun menyosornya dan ternyata memang benar, wanita berjilbab putih itu membalas ciumanku. Akupun melumat bibi rnya yang seksi itu sambil terus meremas-remas susunya. Sementara di bawah, Roni terus bergerilya. Dan hasilnya tentu saja satu kosong....Ibu Ayu tak mampu lagi menahan orgasmenya. Engh.... gila....engh....okhhh , tubuhnya mengelinjang hebat. Pengaruh obat bius su dah semakin berkurang sehingga gelinjangannya semakin terasa. Ibu dua anak itu m elenguh cukup keras dan panjang tatkana orgasme menjemputnya. Wajah Roni terjepi t dua paha mulusnya sementara bibirku nyaris tergigit oleh bibir Ibu montok yang sedang meraih kenikmatan duniawi itu. Wow.... asyik kan Bu... seruku. Kini giliran kami ya Bu... seru Roni tak sabar. Ia memoloroti celana dalamya dan d engan segera menempelkan ujung penisnya di bibir kemaluan Ibu Ayu. Eh... pake kondom dong Ron... seruku. Buset.... hampir lupa gua... , Roni urung menghunjamkan penisnya dan segera mencari kondom di dalam tas dan kemudian memakainya. Ia segera menempelkan penisnya kem bali ke bibir kemaluan Ibu Ayu yang montok dan perlahan-lahan memasukinya. Aku m elihat wajah Ibu Ayu semakin mesum saja. Aku menciumnya lagi dan ia juga membala snya. Ronde kedua dimulai. Aku berciuman dengan Ibu Ayu sambil terus meremas-rem as buah montoknya, sementara Roni asyik menggenjot vaginanya. Sampai akhirnya te rdengar lenguhan Roni tanda dia melepas orgasmenya. Hmm.... istirahat dulu ya bu... ajakku membaringkn tubuh Ibu Ayu di atas tempat ti dur. Tubuh montok itu masih terbungkus rok panjang dan kaos yang tersingkap, bah kan jilbabnya masih dikenakannya. Aku mengambil botol aqua dari dalam tas dan menyodorkannya pada Ibu Ayu. Ia mene rima dan mengguk airnya. Sementara aku merobek tissue vagina yang juga sudah kus iapkan. Pokoknya lengkap. Aku bersihkan vaginanya dengan tissue yang harum itu s ehingga tak ada lagi bekas-bekas penjajahan Roni. Setelah aku rasa cukup bersih kini giliranku memberikan oral seks pada Ibu Ayu. Wanita itu mulai terangsang lagi. Kini ia semakin tak malu-malu. Tanggannya memb elai-belai rambutku dan sekali-kali menariknya tatkala ia merasa terangsang heba t. Aku semakin kalap dan melahap vagina ibu beranak dua itu. Sampai akhirnya aku rasa sudah cukup waktunya untuk melakukan penetrasi. Bu... doggy style ya... pintaku. Apaan tuh? , tanya lugu. Itu tuh bu... yang nungging... canda Roni yang tengah istirahat. Ibu Ayu menurut, ia kemudian bangkit dari tempat tidur, turun ke lantai dan menu nggi di tepi tempat tidur. Wow... pantat bahenolnya membuat aku semakin tak saba r menikmati permainan inti. Aku pun menempelkan selangkanganku di pantatnya, empuk sekali. Dengan tak sabar aku menyodokkan penis yang sudah berbalut kondom ke dalam vaginanya. Agak mudah memang, maklum habis dipakai Roni, namun tetap nikmat. Aku menggenjotnya dengan irama perlahan seakan membelai dinding-dinding vaginany a. Ibu Ayu tampaknya sangat menikmati permainanku. Pantat bahenolnya bergoyang-g oyang mengikuti irama sodokanku. Sampai akhir aku merasa otot vaginanya mulai me ngeras tanda ia sudah hampir orgasme. Aku mempercepat tempo permainan dan akhirn ya kami bisa meraih orgasme bersama-sama. Ibu Ayu menggelepar di atas tempat tidur. Ia pasti tak habis pikir, dalam hidupn ya dia bisa merasakan di gilir seperti ini, biasanya suaminya yang menggilir dia dan istri mudanya, kini dia yang merasakan dua penis sekaligus. Ibu... ibu enggak marah kan? , tanyaku. Ibu Ayu tak menjawab, ia menatap kami dengan wajah penuh terima kasih. Kalian... kalian kurang ajar... , serunya. Tapi... enak kan Bu , canda Roni yang sudah berpakaian kembali. Enak banget... gila! , seru Ibu Ayu dengan senyum puas. He3x.... berarti lain kali boleh dateng lagi dong? , tanyaku.

Gila!... Kalian memang gila! , Ibu Ayu berjalan menuju kamar mandi. Tapi dari inton asinya jelas dia mengiyakan. Dan nyatanya seminggu kemudian ketika kami datang k e rumahnya, Ibu Ayu sudah siap tempur. Selanjutnya justru dia yang SMS kami untu k minta jatah. Isinya singkat dan jelas: memek ibu gatel nih, garukin ya... . Huh.. . dulu aja berontak-rontak, sekarang meledak-ledak. Pesta Seks Bersama Tante dan Anaknya. Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakar ta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu t idak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku. Ter us dia berkata, Hey.. kok.. melamun? katanya. Aku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik. Eee.. Ditanya kko masih diam sih? wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab, Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih? Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah? Kemana Tante? tanyaku. Gimana kalau ke rumah Tante aja yah? karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya. Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemud ian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya sepe rti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey , anak pertamanya Mbak Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakart a, anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kela s 1 SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jak arta. Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada canti k ini rasanya sudah seperti seseorang yang telah lama berpisah. Lalu kami berlim a menonton acara TV yang pas pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pa ndang sama Tante Mey, rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah seperti nya dia sudah terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun T ante rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata, Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam? yang memang pada waktu itu menunju kkan jam 10.30. Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai, kata Mbak Hanny. Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan Maminya t erhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing tapi Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan yang lalu terulang lagi d an sungguh diluar dugaan aku. Nah dewa sekarang tinggal kita berdua, katanya. Mrmangnya ada apa tuh Tante? kataku heran. Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sam a anak-anak, begitu timbalnya. Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante malam ini say ang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki, sambil memeluk aku d an memohon, Yah sayang? Mau kan? katanya lagi Ii.. Yaa, mau.. Tante? jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku. Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah seperti sepasang kekasih y ang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD sa ja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya. Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah? gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Ha nny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang d an sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas, enak k alau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih b agus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.

Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga mem balasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku. Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh.. desahku. Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta, kata Tante Mey. Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlih at vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali, mungkin su dah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritoris nya. Tante mengerang. Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..? Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke l obang vagina kenikmatannya. Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..? Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya. Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin sa ja penis kamu cinta? Tante Mey meringis memohon. Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angka t ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess.. Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa? Kenapa Tante? Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot? Ooohh..? jawabku. Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis, katan ya. Selang beberapa menit, Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah? Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey? Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbuk ti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin sem uanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit. Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang? lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah. Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasa in lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..? ceracaun ya. Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vagin anya perawan? timbalku. Tiba-tiba, Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..? Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..? Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cai ran yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali. Tante aku mau keluar nih..? kataku, Dimana nih keluarinnya..? Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..? Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott.. Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..? erangku. Lalu aku dan tente tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran yang sengit tadi. Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum dan mengocoknya. Te rnyata Mbak Hanny, Ada apa Mbak? tanyaku. Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-n usuk vaginanya sendiri. Dia berkata, Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please.. Dia mempertegas, Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah kangen engg ak ngentot lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak muasin vagina Mbak, sam bil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus vaginanya. Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku, jawabku vulgar.

Kita entotannya dilantai karpet aja yah? kata Mbak Hanny. Tapi masih di kamar te rsebut, Aku takut mengganggu Mami yang habis kamu entotin vaginanya, entar Mami bangun lagi kalau ngentotnya diranjang, dia mempertegas. Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun bercumbu, saling menjilat, mencium , menghisap seperti biasa, dengan gairah yang sangat menggelora sekali. Dan seka rang aku mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel ba nget lihat tadi aku ngentotin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess.. Bless.. Bleess.. Aw.. Oohh.. Aahh.. Yyeess..? erangnya. Sakit Mbak? tanyaku. Enggak cinta, terusin saja enak banget kok? Aku langsung mengkocoknya, plak.. plakk.. plokk.. plookk..? suara paha kami berd ua beradu..? Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..? sambil aku menggoyangkan pinggulku, terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan sehigga benar-benar ten ggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga kenikmatannya. Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..? Akhirnya akupun ngentot lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya enggak sedi kitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin tubuhnya dan vaginany a melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngentotin vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara. Iiihh.. Kakak lagi ngapain? mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shel ly dan Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngentot sama kakaknya. Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata, Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot vagina Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..? Ii.. ittuu.. ada..? Ada apa? katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan, terlihat lah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara, Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!! Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama sudah tela njang bulat. Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang? kata Mbak Hanny. Kak aku ingin ngerasain dientot yah? tanya Shelly sama kakaknya. Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain pen isnya Mas Dewa, timbal poppy. Iyah kan Kak? tanya poppy pada Shelly. Iyah nih.. Gimana sih..? timbal Shelly. Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut? terus mungkin sudah terlanjur merek a berdua melihat kakaknya ngentot dan sudah pada bugil semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya. Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa? Sini jangan ribut.. kata Kakaknya lagi, Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu ju ga bakal kebagian adikku manis Tanya kakaknya. Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh.. Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngentotnya kayak dikejar-kejar hantu . Dan akhirnya orgasme secara bersamaan. Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. cintaa? Aku sudah keluar Dew a..? erangan Mbak Hanny. Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai membangkitkan lag i gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang seger-segernya seperti buah yang baru matang. Akhirnya kembali lagi aku ngentotin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pert ama kuentot vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan pe nisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.

Benar nih, vagina kamu mau aku masukin? tanyaku dengan penuh kelembutan, perhati an dan kasih sayang. Mau sekali Kak..? jawabnya. Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan nikmat banget, waktu Kakak lagi ngentotin dia? jawab polosnya. Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bl ess.. Bbleess.. Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..? sambil dia mengedangah ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah. Tekan lagi cinta masih kepalanya yang masuk? Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuan ya. Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak? katanya. Iyah Shelly sayang, gimana enak kan? tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya. Enak.. sekali.. Kak Dewa.. Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi? lalu aku kocok vagin anya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett.. Ccroott.. Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh.. eranganya. Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia ada diat as, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah yang berlawanan supa ya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan lebih dalam lagi ke lubang vag inanya. Dia langsung lemes sementara aku belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya, Mbak Hanny. Sudah dong kak..? kataku pada Mbak Hanny. Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku i ni? kataku lagi Iyah Kak Hanny, sudah dong kak? kata Poppy. Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama penisnya D ewa, sepertinya nikmat dan enak sekali? katanya memohon agar Kak Hanny melepaska n oralnya di dalam vaginanya. Akhirnya kami berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya P oppy sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi. Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat kuat sekali. Bleess.. Bless.. Bleess.. Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh.. Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku. Sakit yah? tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya. Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa.. Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan berdenyut-denyut, katanya. Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya. Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah.. ceracaunya. Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya. Tenang cinta.. aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah.. Dan akhirnya aku ngentot vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata, Aku mau keluar nih? Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah.. Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan.. Crott.. Croott.. Aarhhgg, eemmhh.. oohh.. yeeaass..nikmat banget aakh..? eranganya. Makasih.. Yah kak..? sambil dia tersenyum. Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih. Aku mau keluar nih, dimana sayang? tanyaku. Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air man i penis.. Ccrroott.. Crroott.. Crott.. Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sam

a Kak Hanny dan Shelly. Gile.. Benerr.. sekali ngentot dapat empat vagina, yaitu vaginanya anak SMP, ana k SMU, mahasiswi dan Tante-Tante.

Anda mungkin juga menyukai