Anda di halaman 1dari 6

Keluarga yang Kokoh

Matius 7:24, Amsal 3:3,


Keluarga merupakan lembaga pertama yang ada di dunia yang dibuat oleh
Allah sendiri. Tetapi meskpin keluarga dibuat oleh Allah sendiri, kita tidak
boleh menutup mata pada realita bahwa keluarga Kristen pun tidak imun
(kebal) terhadap masalah. Itulah sebabnya keutuhan harus dipulihkan,
dijaga, dipelihara sehingga kelaurga tersebut bisa menjadi keluarga yang
kuat, tidak rusak karena keadaan-keadaan yang bisa saja menjadi peluang
rusaknya sebuah keluarga. Kita harus mengerti bahwa keluarga adalah
inisiatif Allah, ketika Ia memandang bahwa tidak baik kalau manusia itu
seorang diri saja, maka Ia menciptakan perempuan, Hawa, sebagai
penolong yang sepadan. kaum Hawa/Wanita dipandang sebagai penolong
bagi kaum pria. Jadi tidak bisa disangkal bahwa wanita ini lebih kuat
daripada Pria, karena wanita diciptakan untuk menjadi penolong bagi laki-
laki. yah, namanya penolong tentu harus lebih kuat dari yang ditolong. (ya
siapi mengandung 9 bulan, ya siapi kianak, ya siapi ma’kepak allo bongi,
tang mamma’ mi raka – itu cerita yang saya baca dan dgr dr ibu2) itu bukti
bahwa wajar wanita ini menjadi penolong karena mereka memang pribadi
yang kuat . Itu sebabnya kaum Hawa harus berjalan berdampingan dengan
laki-lakinya untuk menjadi penolong. Mengapa Hawa diciptakan dari
tulang rusuk Adam dan tidak memakai materi yang sama dengan Adam,
debu tanah? Hal ini bukan hanya hendak menunjukkan bahwa Allah kita
Mahakreatif, tetapi juga mau mengedepankan adanya panggilan keutuhan,
kelengkapan, saling ada, melengkapi satu bagi yang lain sebagai suami-
isteri. Hal ini diperkuat dengan Kejadian 2:23a, 24, “Inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku. ... keduanya menjadi satu daging.”
Selanjutnya kepada mereka diberikan mandat budaya untuk beranak cucu
dan juga memelihara alam ciptaan-Nya (Kej. 1:28; 2:15).
Demikianlah pada akhirnya kita mengetahui bahwa keluarga pertama-tama
adalah inisiatif Allah dan sekaligus melibatkan peran manusia untuk
menjalaninya sesuai dengan rencana dan kehendak Allah. berangkat dari
pemahaman dasar yang demikian maka guna menjaga keutuhannya pun kita
memerlukan dua kekuatan yang bekerja saling mendukung yaitu kekuatan
Allah dan juga peran serta manusia itu sendiri.
Gimana biar jadi keluarga yang kokoh?
Memusatkan keluarga pada Kristus
Matius 7:24 berkata, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan
melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan
rumahnya di atas batu." Rumah tangga kita bisa berdiri teguh bila kita
mendasarkannya pada Kritus, sang Batu Zaman itu. ".... Jikalau bukan
TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang
membangunnya." (Mazmur 127:1a) Tanpa Tuhan, rumah tangga kita tidak
akan dapat berdiri dengan kukuh. Karena itu izinkanlah Dia menjadi
pelindung rumah tanggamu. Izinkanlah Dia menjadi satpam bagi rumah
tanggamu. Kalau Dia menjadi satpam, maka amanlah rumah tanggamu.
Bila suami keluar atau masuk, Tuhan melihatnya. Kalau suami macam-
macam laporkan saja kepada Tuhan dan suruhlah Tuhan yang
mengurusnya.
Saya tidak menentang orang yang memelihara anjing. Tetapi jangan
percaya kepada anjing lebih dari pada kepada Tuhan. Undanglah Dia untuk
menjadi penunggu dalam rumah tanggamu. Biarlah Dia menjadi tamu yang
tidak kelihatan di meja makan kita di kala kita bersantap. Biarlah Dia
menjadi tamu yang tidak kelihatan yang mendampingi kita di saat kita tidur.
Kalau Dia yang mengawal tidur kita, kita tidak akan mengalami mimpi
buruk, tetapi kita akan bermimpi tentang surga yang mulia.
Kalau Dia menjadi pusat hidup kita, dan ikut menyertai kita di mana pun
kita berada, maka hidup kita akan aman dan rumah tangga kita akan berdiri
dengan kukuh. Kalau ada tamu yang datang dengan maksud yang jahat,
Tuhan sudah lebih dulu memberitahu kita. Di kantor dan dalam pekerjaan
kita, Tuhan memberkati buah tangan kita, sehingga kita selalu berhasil
dalam setiap usaha kita. Di sekolah Tuhan memberi hikmat kepada anak-
anak kita. Karena itu undanglah Yesus dalam seluruh bidang kehidupanmu,
maka Dia akan menahan rumah tanggamu dari kerobohan. Meskipun angin
ribut datang menderu, hujan banjir menerpa, dan
gelombang menerjang, rumah tanggamu akan tetap berdiri dengan kukuh
karena Tuhan yang menjadi dasarnya/fondasinya, Tuhan ada di dalamnya
sebagai pelindung

Mengasihi dan Setia


Kasih
Setiap dari kita pasti senang diperhatikan. Namun, ada kalanya di mana kita
menjadi terlalu sibuk dengan dunia kita sendiri, sehingga kita menjadi lupa
atau bahkan enggan menunjukkan kasih sayang pada keluarga kita.
Padahal, sangat penting untuk mengungkapkan perasaan sayang kita
dengan perbuatan nyata, sehingga orang yang kita sayangi pun dapat
merasakan kasih kita dan merasa bahwa kehadirannya penting bagi kita.

Menurut Dr. Gary Chapman dalam bukunya yang berjudul “Five Love
Languages”, ada lima jenis bahasa kasih yang perlu diketahui setiap orang
dalam sebuah hubungan. Bahasa-bahasa kasih itu adalah kata-kata manis,
waktu kebersamaan yang berkualitas, pemberian hadiah, tindakan melayani,
dan yang terakhir adalah sentuhan fisik. Dalam buku tersebut dijelaskan
bahwa setiap dari kita memiliki bahasa kasih yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, seorang istri yang sudah dilimpahi banyak hadiah oleh suaminya
bisa saja masih merasa bahwa suaminya belum sepenuhnya mengasihinya.
Karena ternyata bahasa kasih sang istri adalah kebersamaan yang
berkualitas. Ia lebih senang ketika suami pulang dari kantor/pekerjaan
bersedia meluangkan waktunya untuk duduk berduaan sambil berbincang-
bincang dengannya. (ditiro nasang mo biasa yo Indosiar – suara hati istri)
yanna sengke2 mo muanena, diputarlah lagu, kumenangis membayangkan
betapa kejamnya… artinya wanita itu bahkan pria juga butuh dikasihi,
saling mengasihi.

Memperhatikan seseorang atau keluarga kita sendiri bisa jadi pekerjaan


yang tidak mudah. Namun, bukankah kasih itu rela berkorban? Demikian
pula dengan memberi perhatian, dibutuhkan juga usaha yang tidak sedikit.
Baik dalam meluangkan waktu, tenaga, dan kesungguhan hati. Mungkin
kita juga perlu mengalahkan ego demi menunjukkan bukti kasih kita. Meski
demikian, ketahuilah, tidak akan ada yang sia-sia dalam menabur benih
cinta kasih. Dengan memberikan perhatian kita, bahkan saling
memperhatikan, kita akan semakin mengerti apa sebenarnya bahasa kasih
yang paling dibutuhkan anggota keluarga kita. Sehingga kita pun dapat
memberikan yang terbaik satu sama lain. Pada akhirnya, benih itu akan
bertumbuh subur dan menghasilkan keluarga yang harmonis di dalam
Tuhan.

Setia
Kesetiaan sering diumpamakan seperti kalung. Amsal 3:3 mengatakan,
"Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu
pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu...." Jangan sampai kesetiaan
meninggalkan engkau di waktu siang ataupun malam. Allah senang dengan
kesetiaan, karena Ia sendiri setia. 1 Yohanes 1:9 mengatakan, "Jika kita
mengaku dosa, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."
Setialah sampai mati karena kepadamu akan dikaruniakan mahkota lain.
Pada waktu menikah saudara menghadap pendeta supaya diberkati. Di
hadapan pendeta saudara berjanji untuk setia satu dengan yang lain, dan
saling mengasihi baik di kala susah maupun senang, di kala kekurangan
maupun kecukupan, dalam keadaan sakit ataupun sehat. Pokoknya setia
sampai mati. Eh, tidak berapa lama kemudian sudah saling cekcok sehingga
sang istri dengan anak pulang ke rumah orangtuanya.

Kita perlu belajar untuk mengenakan kesetiaan sepanjang umur kita karena
kesetiaan dapat menjaga rumah kita agar tidak roboh. Di Belanda sana
orang-orang masih tetap setia sampai mereka menjadi kakek nenek. Mereka
sore-sore berjalan-jalan berdampingan dengan mesra. Kakek pegang
tongkat, nenek tuntun anjing, sama-sama menikmati udara segar. Itulah
yang namanya setia sampai mati. Di Indonesia kita jarang melihat kakek
nenek jalan bergandengan tangan. Di Indonesia kita jarang melihat
pasangan yang masih muda jalan bergandengan tangan. Suami merasa malu
untuk menggandeng tangan istri, tetapi kalau menggandeng wanita lain
tidak malu. Kenapa bisa begitu? Karena kesetiaan sudah meninggalkan
dirinya. Kalungkanlah kesetiaan pada lehermu dan tuliskan pada loh
hatimu. Jangan sampai kesetiaan meninggalkan hidupmu supaya rumah
tanggamu berdiri teguh, tahan terhadap angin dan badai.

Jadi untuk membangun keluarga yang kokoh kita perlu mendasarinya


dengan memusatkan keluarga pada Kristus. Kalau Dia menjadi pusat hidup
kita, dia juga akan menyertai kita di mana pun kita berada, maka hidup kita
akan aman dan rumah tangga kita akan berdiri dengan kokoh. Selain itu kita
juga perlu mendasarinya dengan kasih dan kesetiaan. Istri, suami, anak-
anak, semua anggota keluarga butuh kasih dengan masing-masing bahasa
kasihnya. Kasih juga penting agar seorang suami dan istri tetap saling setia.

Jadi untuk menjaga keutuhan kelurga, kita memerlukan dua kekuatan yang
bekerja saling mendukung yaitu kekuatan Allah dan juga peran serta
manusia itu sendiri. Kekuatan Allah yang menjadi dasar serta pusatnya, dan
peran manusia adalah saling mengasihi dan setia.

Semoga firman Tuhan yang singkat ini, menjadi dasar bagi kita semua
(terlebih bagi sy yg blm berumah tangga) untuk mendasari keluarga kita
dengan Kristus serta dengan kasih dan kesetiaan.

Anda mungkin juga menyukai