Menurut Dr. Gary Chapman dalam bukunya yang berjudul “Five Love
Languages”, ada lima jenis bahasa kasih yang perlu diketahui setiap orang
dalam sebuah hubungan. Bahasa-bahasa kasih itu adalah kata-kata manis,
waktu kebersamaan yang berkualitas, pemberian hadiah, tindakan melayani,
dan yang terakhir adalah sentuhan fisik. Dalam buku tersebut dijelaskan
bahwa setiap dari kita memiliki bahasa kasih yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, seorang istri yang sudah dilimpahi banyak hadiah oleh suaminya
bisa saja masih merasa bahwa suaminya belum sepenuhnya mengasihinya.
Karena ternyata bahasa kasih sang istri adalah kebersamaan yang
berkualitas. Ia lebih senang ketika suami pulang dari kantor/pekerjaan
bersedia meluangkan waktunya untuk duduk berduaan sambil berbincang-
bincang dengannya. (ditiro nasang mo biasa yo Indosiar – suara hati istri)
yanna sengke2 mo muanena, diputarlah lagu, kumenangis membayangkan
betapa kejamnya… artinya wanita itu bahkan pria juga butuh dikasihi,
saling mengasihi.
Setia
Kesetiaan sering diumpamakan seperti kalung. Amsal 3:3 mengatakan,
"Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu
pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu...." Jangan sampai kesetiaan
meninggalkan engkau di waktu siang ataupun malam. Allah senang dengan
kesetiaan, karena Ia sendiri setia. 1 Yohanes 1:9 mengatakan, "Jika kita
mengaku dosa, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."
Setialah sampai mati karena kepadamu akan dikaruniakan mahkota lain.
Pada waktu menikah saudara menghadap pendeta supaya diberkati. Di
hadapan pendeta saudara berjanji untuk setia satu dengan yang lain, dan
saling mengasihi baik di kala susah maupun senang, di kala kekurangan
maupun kecukupan, dalam keadaan sakit ataupun sehat. Pokoknya setia
sampai mati. Eh, tidak berapa lama kemudian sudah saling cekcok sehingga
sang istri dengan anak pulang ke rumah orangtuanya.
Kita perlu belajar untuk mengenakan kesetiaan sepanjang umur kita karena
kesetiaan dapat menjaga rumah kita agar tidak roboh. Di Belanda sana
orang-orang masih tetap setia sampai mereka menjadi kakek nenek. Mereka
sore-sore berjalan-jalan berdampingan dengan mesra. Kakek pegang
tongkat, nenek tuntun anjing, sama-sama menikmati udara segar. Itulah
yang namanya setia sampai mati. Di Indonesia kita jarang melihat kakek
nenek jalan bergandengan tangan. Di Indonesia kita jarang melihat
pasangan yang masih muda jalan bergandengan tangan. Suami merasa malu
untuk menggandeng tangan istri, tetapi kalau menggandeng wanita lain
tidak malu. Kenapa bisa begitu? Karena kesetiaan sudah meninggalkan
dirinya. Kalungkanlah kesetiaan pada lehermu dan tuliskan pada loh
hatimu. Jangan sampai kesetiaan meninggalkan hidupmu supaya rumah
tanggamu berdiri teguh, tahan terhadap angin dan badai.
Jadi untuk menjaga keutuhan kelurga, kita memerlukan dua kekuatan yang
bekerja saling mendukung yaitu kekuatan Allah dan juga peran serta
manusia itu sendiri. Kekuatan Allah yang menjadi dasar serta pusatnya, dan
peran manusia adalah saling mengasihi dan setia.
Semoga firman Tuhan yang singkat ini, menjadi dasar bagi kita semua
(terlebih bagi sy yg blm berumah tangga) untuk mendasari keluarga kita
dengan Kristus serta dengan kasih dan kesetiaan.