Anda di halaman 1dari 23

Syallom sahabat Renungan Kasih

1)Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.
30)Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan TUHAN
dipuji-puji.
Shallom sahabat RSU. Wow... tema renungan kita hari ini adalah SPECIAL EDITION. Kenapa
saya katakan edisi khusus? Ya, karena berkaitan dengan kaum Hawa yang layak tuk diangkat dan
diberikan semangat untuk menjalankan tanggung jawab. Baik yang sedang mempersiapkan diri
untuk masuk dalam dunia keluarga atau yang sudah berkeluarga.
SAYA BELUM BERKELUARGA. NAMUN SAYA JUGA HERAN DENGAN DIRI SAYA,
MENGAPA SAYA HARUS MEMBAGIKAN RENUNGAN INI? AWALNYA SAYA COBA
UNTUK MENGGANTINYA. NAMUN HATI SAYA MENOLAK DAN HARUS
MEMBAGIKAN RENUNGAN INI. LALU SAYA BERPIKIR BAHWA ADA YANG AKAN
TUHAN KUATKAN DARI RENUNGAN INI. ENTAH ITU PARA IBU, CALON IBU
RUMAH TANGGA ATAU JUGA PARA SUAMI DAN JUGA PARA CALON SUAMI. SAYA
TIDAK TAU DAN HANYA TERUS BERDOA AGAR RENUNGA INI SESUAI DENGAN
KEHENDAK TUHAN.
HALO IBU-IBU.../KAUM HAWA... TUHAN MEMPERHATIKANMU... ^_^
Wanita adalah 1 pribadi yang khusus diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi pendamping seorang
lelaki. Seorang lelaki tidak akan merasa lengkap hidupnya bila pada usia matang dan ingin
berkeluarga tetapi tidak memiliki seorang pendamping hidup yang sepadan dengan wanita yang
diidamkan.
Para lelaki boleh saja memiliki kriteria calon istri atau istri yang diidamkan (cantik, tubuh yang
indah/molek, dsb). Namun perlu disadari bahwa TERNYATA letak kekuatan calon istri dan yang
sudah menjadi seorang ibu rumah tangga adalah TAKUT AKAN TUHAN (ay. 30). JANGAN
SALAH! INI ADALAH UNGKAPAN/PENGAKUAN DARI SEORANG PRIA YANG SUDAH
BERKELUARGA DAN YANG MEMPERHATIKAN ISTRINYA/PARA WANITA YANG
BERTANGGUNG JAWAB DALAM KELUARGA LHO...! NAMANYA ADALAH BAPAK
LEMUEL, RAJA MASA (31:1). Ini hasil didikan ibunya. Wow... ternyta peran ibu sangat besar
dalam masa depan sang anak yang dilahirkannya. Inilah luar biasanya perempuan2 yang takut
akan Tuhan dan terlebih yang sudah memikul tanggung jawab sebagai istri dalam keluarga.
Tuhan memberkati kalian semua.
Pada Amsal 31: 10 dikatakan: Istri yang cakap siapakah yang akan mendapatkannya?
Wow... pertanyaan yang sangat menantang. Maksudnya seperti ini. Setiap lelaki memilih calon

istri bukan sekedar membangun rumah tangga saja. Namun menemukan 1 pendamping yang
benar2 bijaksana untuk menolong hidupnya sebagai kepala keluarga. Masalahnya, ada seorang
istri yang taunya suaminya itu kerja enak dan dapat mencukupkan semua kebutuhan keluarga.
Ada yang hanya menuntut tanpa mengimbangi dengan memberi semangat dan mandiri (bukan
melupakan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga ya... ^_^). Idealnya dalam ayat 10 ini
adalah seorang lelaki mendambakan seorang istri yang cakap. Cakap dalam hal apa?
Seorang istri yang cakap adalah seorang istri yang:
1. Belajar memahami hati suami (11)
2. Dia berusaha berlaku baik untuk sang suami, tetapi masih diijinkan untuk mengungkapkan
keberatan2nya pada suami/mengkomunikasikan masalah dengan suami dengan cara baik2 (12)
3. Memahami suami dan mandiri. Bukan sekedar asal terima jadi (13)
4. Bertanggung jawab atas kebutuhan suami. Melayani keperluan suami. Menyediakan makanan
untuk suami. Tanggung jawab keperluan suami ini tidak diserahkan kepada pembantu. Tetapi
dilakukan sendiri sebagai seorang istri yang baik (15a)
5. Bila memiliki pembantu, selalu memberitahukan tugas dan tanggung jawab kepada
pembantunya. Apa yang harus dikerjakan mereka dan batasan-batasan yang harus mereka
perhatikan (15b)
6. Dia adalah istri yang cekatan. Memperhatikan peluang2 yang ada untuk membantu
peekonomian keluarga (16, 18)
7. Dia menjaga keluarganya dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya dan berbuat baik atas
sekitarnya dengan menolong yang kurang mampu/memiliki masalah (Namun harus bijak. Tidak
boleh membantu orang yang berpura-pura). Ini adalah langkah yang baik. Karena dia menabur
benih yang baik untuk sewaktu-waktu memiliki masalah. Keluarganya juga akan ditolong oleh
orang lain juga. Bila keluarga diijinkan Tuhan mengalami masalah, lingkungan sekitar tidak
bersorak-sorak. Tetapi akan datang dan menghibur (20)
8. Terus belajar untuk mengatur waktu, kerja dan tanggung jawab untuk keluarga. Sehingga
semua yang berkaitan dengan keperluan-keperluan keluarga di masa depan telah dipersiapkan
dengan baik (21, 22)
9. Menjaga nama baik suami. Bisa berkaitan dengan memperhatikan cara berpakaian suami
waktu akan menghadiri acara-acara tertentu atau akan pergi ketempat kerja. Seperti contohnya:
Pa, kayaknya lebih cocok kalau bajunya pake yang warna hitam garis2 kemarin deh. Dan
dasinya yang warna ini. Gimana? Lalu melayani suami dalam rumah. Sehingga keluarga
menjadi berkat bagi banyak orang. Kalau bertengkar tidak harus koar2 sehingga tentangga
mendengar dan berkata wah, pak Ribut Syalom sengsara hidupnya. Punya istri bawel, manja,
banyak tingkah, dll. Ini adalah kegagalan seorang istri untuk menjadi cakap bagi suami (23)
10. Mampu memfungsikan apa yang dia miliki untuk mengumpulkan penghasilan-penghasilan
kecil bagi masa depan keluarga/anak-anaknya (24-25)
11. Bijaksana saat berada dilingkungan sosial (Dalam bertuturkata. Ini ada kaitannya dengan no.
9). Selain itu dia juga pendidik yang baik untuk anak-anaknya. Dengan selalu bertutur lembut
baik saat mendidik maupun menegur/mendisiplin (Bukan berarti lemah). (26)

12. Sadar dan bertanggung jawab atas tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga (27)
13. Akan disayang/dikasihi oleh anak-anaknya (28a)
14. Suaminya juga akan memperhatikan kerajinannya dan berbahagia memiliki istri yang cakap
(28b dan 29)
15. Secara langsung atau tidak langsung. Semua perbuatan dan tanggung jawabnya yang
dilakukan dengan benar akan mendapatkan pujian dari lingkungan (tetangganya) bahkan oleh
keluarganya sendiri yang mengasihinya (31)
JADI:
WANITA/ISTRI YANG CAKAP APAKAH WANITA/ISTRI YANG MEMILIKI WAJAH
CANTIK DAN BERTUBUH MOLEK?
Itu bukan 1 dasar yang kuat. Tetapi istri/wanita yang cakap adalah yang takut akan TUHAN.
Karena, bila dia takut akan TUHAN. Pasti dia akan melakukan semua tanggung jawabnya
dengan tekun.
RENUNGKAN KEMBALI AMSAL 31:10 DAN 30. INI ADALAH FAKTA.
Bagi suami2 silahkan terus memuji istri2 anda (MAAF, SAYA BELUM BERKELUARGA.
NAMUN INI ADALAH HATI SAYA YANG INGIN MEMBAGIKAN RENUNGAN INI ^_^)
Dan untuk istri2/ibu-ibu semua. Saya mendukung semuanya untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga dalam takut akan TUHAN.
Percayalah bahwa suami ibu-ibu semua mencintai dan bangga pada ibu-ibu semua bukan karena
wajah dan bentuk tubuh ibu yang mempesona (walau tidak dipungkiri bahwa sering lelaki/suami
itu memilih). Namun dalam takut akan TUHAN dan cakap dalam melaksanakan tanggung jawab
sebagai ibu rumah tangga yang baik. Itulah letak kekuatan ibu-ibu semua untuk dicintai sang
suami. KALAU TIDAK DEMIKIAN, ARTINYA IBU-IBU PERLU BERDOA SECARA
PRIBADI UNTUK SUAMI IBU ^_^
1 HAL YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN ADALAH IBU-IBU/WANITA ITU ADALAH
PENOLONG LELAKI! (KEJADIAN 2: 18)
JADI WANITA ITU TANGGUH DAN HEBAT.
SELAMAT MELAYANI KELUARGA DALAM TAKUT AKAN TUHAN.
JERIH LELAH IBU-IBU SEMUA DIPERHITUNGKAN OLEH TUHAN UNTUK SESUATU
YANG INDAH BAGI IBU DAN KELUARGA.

Oleh : Ira T. Utary, S.Th.


Peranan wanita Kristen selalu menjadi pertanyaan yang menimbulkan pro dan kontra
dihubungkan dengan peranan wanita dalam keluarga, gereja maupun masyarakat apalagi jika
dihubungkan dengan apa yang dikatakan Alkitab tentang peranan wanita dan budaya yang
menjadi latar belakang wanita tersebut maupun budaya di mana wanita tersebut tinggal dan
bermasyarakat.
Alkitab menjelaskan bahwa wanita seperti juga pria diciptakan oleh Allah menurut gambar dan
rupaNya (Kej. 1:27), sehingga Alkitab harus menjadi pedoman bagi setiap wanita yang sedang
mencari makna dan eksistensinya di dunia ini. Di dalam Alkitab kita dapat membaca bahwa
Allah menciptakan wanita itu menurut gambar dan rupa Allah. Dalam Perjanjian Lama, Alkitab
mengungkapkan peranan wanita :
Kaum wanita dianggap bagian integral dari umat perjanjian itu sehingga laki-laki, perempuan
dan anak-anak berkumpul untuk bersama-sama mendengar pembacaan Taurat di hadapan umum
dan mengambil bagian dalam ibadah (mis. Ul. 31:12). Wanita-wanita yang setia kepada Tuhan
dan pemberani seperti Hana, Abigail, Naomi, Rut dan Ester dikagumi, dan secara terus menerus
dititikberatkan bahwa para janda harus diayomi.
Dalam Perjanjian Baru, Alkitab juga menceritakan bahwa Allah memakai kaum wanita dalam
sejarah dan rencana keselamatan yang Dia berikan melalui Yesus :
Yesus datang dengan kegenapan waktu, lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4). Dalam
perjalanan keliling Yesus dari kota ke kota, di samping para murid yang semuanya adalah pria, Ia
ditemani juga oleh sekelompok wanita yang telah disembuhkanNya dan melayani Dia dari
kekayaan mereka (Luk. 8:1). Sikap Yesus memulihkan martabat kaum wanita, Ia mengijinkan
seorang pelacur mendatangiNya dari belakang sewaktu hendak duduk makan, membasahi
kakiNya dengan air matanyamungkin Yesus orang pertama yang berlaku hormat terhadap
wanita ini (Luk. 7:36 dst)rasul Paulus dalam maklumat akbarnya tentang kebebasan
Kristianitidak ada laki-laki atau perempuan semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal.
3:28).
Dalam Alkitab sendiri pernyataan Paulus agar wanita berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan
ibadah (I Kor. 14:34) menimbulkan pro dan kontra pula, apalagi jika diteliti lebih lanjut dalam
prakteknya Paulus memiliki beberapa rekan sekerja wanita dalam usahanya memberitakan Injil
Kristus. Dalam Perjanjian Lama bangsa Israel pernah memiliki pemimpin wanita seperti Debora
sebagai hakim, dan dalam kitab Amsal ditulis puisi tentang pujian terhadap wanita yang memiliki
kekayaan karakter sehingga mampu berperan sebagai wanita yang cakap. Kekayaan karakter
inilah yang menjadi dasar sikap ingin melakukan yang terbaik yang perlu dimiliki wanita Kristen
masa kini sehingga dapat berperan dalam keluarga, gereja maupun masyarakat.
WANITA DALAM AMSAL 31:10-31
Amsal 31:10-31adalah perikop yang ditulis dalam bentuk puisi, setiap baitnya berisi gambaran
mengenai istri yang cakap yang memiliki kekayaan karakter dan peranan yang dapat
memberikan teladan bagi kaum wanita pada umumnya. Amsal sendiri adalah perumpamaan
orang pandai dengan menggunakan kata-kata singkat terpilih, dengan maksud untuk
merumuskan suatu hikmat dalam kalimat pendek guna membantu ingatan dan mendorong

mempelajarinya ..untuk kehidupan sehari-hari.


A. Karakter Wanita Menurut Amsal 31:10-31
Wanita yang cakap lyIx; chayil {khah-yil} hVai ishshah {ish-shaw} memiliki pengertian
wanita yang memiliki semua kebenaran, kehormatan dan kekuatan untuk melakukan semua halhal yang ada dalam Amsal ini. Kata yang sama dipakai juga dalam Amsal 12:4 dan Rut 3:11.
Wanita ini mempunyai nilai yang tinggi bahkan lebih dari permata, nilai yang sama diberikan
kepada hikmat (Ams. 3:15, 8:11).
Ayat 10 Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada
permata, ini merupakan pertanyaan retoris. Istri (wanita) yang cakap yang dimaksudkan disini
adalah wanita yang memiliki karakter, ada sekitar 5 karakter yang dapat menjadi teladan yang
perlu dimiliki seorang wanita Kristen untuk dapat berperan dalam kehidupan dan lingkungannya,
yaitu:
1. Dapat Dipercaya
Dalam ayat 11Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan
keuntungan, digunakan kata xj;B batach {baw-takh} safely trust, untuk menunjukkan
karakter dapat dipercaya sebagai satu karakter dasar yang berhubungan dengan kejujuran dan
integritas yang harus dimiliki wanita Kristen untuk dapat melakukan peranannya dengan baik ,
sehingga memberikan keuntungan yaitu jaminan kecukupan dan inspirasi kepercayaan. Jadi
karakter dapat dipercaya yang dimiliki wanita yang cakap memberkati wanita tersebut juga
orang lain.
2. Rajin
Ayat 13-19, 21-22, 24 dan 27, menunjukkan beberapa kata kerja yang menyiratkan karakter
rajin dari seorang wanita yang cakap, seperti :
a. Kata vrD darash {daw-rash} mencari, berarti mau berusaha, bekerja keras.
b. Kata hf[ `asah {aw-saw} senang bekerja dengan tangannya, berarti melakukan
pekerjaannya dengan hati yang senang karena dapat menyalurkan kreatifitas dan
kemampuannya.
c. Kata aAB bow {bo} ~x,l, lechem {lekh-em} mendatangkan makanan, kata ~Wq quwm
{koom} bangun kalau masih malam, kata !t;n nathan {naw-than} membagi-bagikan tugas,
berarti dalam kerajinannya sejak awal pagi ia dapat mendelegasikan tugas-tugas kepada orang
lain yang membantunya sehingga ia dapat melakukan tugas-tugas lain sesuai peranannya.
d. Kata ~m;z zamam {zaw-mam} [j;n nata` {naw-tah} to plant membeli sebuah ladang
ditanami , berarti dapat menggunakan waktu luangnya untuk mendapat pendapatan sendiri.
e. Kata rg:x chagar mengikat pinggangnya.., ..jarinya memegang pemintal.., ..membuat
pakaian.., berarti memiliki kesiapan kerja, semangat dan kekuatan untuk menyelesaikan
pekerjaannya, memiliki keteguhan hati dan keberanian juga kekuatan untuk melakukan aktifitas
yang memerlukan ketekunan.

f. Kata hpc (tsaphah) mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan
tidak dimakannya, berarti mempunyai prinsip yang kuat dalam kerajinannya dimana dia hanya
mau makan hasil kerja kerasnya, bukan pemberian orang.
3. Murah Hati
Ayat 20 Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang
miskin. dimana hati yang murah adalah hati yang suka memberi , maka wanita Kristen yang
murah hati dapat memakai perasaannya untuk membuat dia berbuat sesuatu yang baik untuk
orang lain, menjadi berkat.
4. Berhikmat
Ayat 12 dan 25-26, kata Ia berbuat baik.. berarti mempunyai cukup hikmat untuk mengetahui
apa yang ia lakukan membawa kebaikkan, kata tertawa tentang hari depan berarti tidak
kuatir akan masa depan karena sudah merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatunya, kata
membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran lemah lembut ada di lidahnya.. dapat
dijabarkan wanita yang berhikmat ini dapat memakai pembicaraannya untuk mengajarkan
sesuatu kepada orang lain. Wanita berhikmat tahu kapan dia dapat mengucapkan sesuatu kapan
tidak, karena setiap pembicaraannya mencerminkan hikmat yang dia miliki.
5. Takut akan Tuhan
Kata takut akan Tuhan dipakai dalam awal dari kitab Amsal (1:7) sebagai kata kunci dari
memiliki hikmat. Perikop yang membahas wanita yang cakap menggunakan juga kata ini
(31:30). Wanita yang bijaksana adalah wanita yang takut akan Tuhan, karena takut akan Tuhan
adalah permulaan pengetahuan. Jadi wanita yang cakap perlu memiliki karakter yang paling
mendasar yaitu takut akan Tuhan sehingga ia punya cukup hikmat, punya kemurahan hati,
kerajinan yang bijaksana serta dapat dipercaya.
B. Problematika Peranan Wanita
Wanita memiliki peran ganda di dalam rumah tangganya dan di luar rumah. Peranan wanita
dalam keluarga meliputi; perannya sebagai istri yang menjadi penolong yang sepadan bagi
suaminya, sebagai seorang ibu yang memelihara dan mencukupi kebutuhan jasmani juga
kebutuhan rohani anak-anaknya, juga peran sebagai mertua dan menantu yang dapat saling
membangun dan memberkati keduanya.
Karier seorang wanita seringkali mempengaruhi peranannya dalam keluarga, sebab keduanya
menuntut waktu dan perhatian penuh, namun seorang wanita yang memiliki hubungan dekat
dengan Tuhan akan lebih peka dengan hikmat yang dimilikinya, kapan dia harus berperan dalam
keluarganya dan bagaimana ia harus meniti kariernya.
Peranan wanita dalam gereja sering menimbulkan pro dan kontra, menanggapi pernyataan Paulus

dalam 1Kor. 14:34 perlu dilihat konteksnya dimana konteks luas pembicaraan dalam surat
adalah soal karunia khusus jemaat. Karunia juga ada cara mainnya. Dalam konteks inilah
perempuan harus berdiam diri dalam jemaat. Jadi sama seperti orang-orang yang berbahasa
roh hendaklah berdiam diri dalam pertemuan jemaat jika tidak ada yang dapat memberikan
penafsirannya (I Kor. 14:28), dan seorang nabi harus berdiam diri jika seorang lain mendapat
penyataan (ay. 30), maka demikian pula wanita-wanita yang suka berbicara harus berdiam diri
dalam pertemuan-pertemuan jemaat jika ada yang hendak mereka tanyakan, mereka wajib
menanyakan itu kepada suami mereka sesampainya di rumah (I Kor. 14:34). Sebab (dan inilah
prinsip yang agaknya mengatur semua perilaku orang di gereja) Allah tidak menghendaki
kekacauan tapi damai sejahtera (ay.33). Dalam kenyataannya kaum wanita ikut berperan juga
dalam gereja karena harus diakui bahwa wanita telah membuktikan dedikasi mereka yang tidak
kepalang tanggung dalam pelayanan gerejawi, sebagai diakones atau sebagai ujung tombak
dalam pekabaran Injil.
Wanita yang mengerti panggilannya sebagai bagian dari Imamat rajani (1 Ptr. 2:9) menjadikan
panggilannya sebagai dasar dari peranannya dalam berjemaat, juga karunia rohani yang
dianugrahkan Allah memampukan seorang wanita Kristen dibawah otoritas Allah untuk ikut
ambil bagian dalam pelayanan yang sesuai dengan karunia rohani yang dimilikinya.
Peranan wanita dalam masyarakat memerlukan sikap melayani seperti yang diajarkan Yesus
Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Karena Anak
Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. (Mark. 10:43 dan 45).
Alkitab juga memberi teladan seperti Ester sebagai permaisuri yang memiliki sikap rela
berkorban sehingga menjadi pahlawan yang menyelamatkan bangsanya. Teladan lain adalah
Debora seorang nabiah yang menjadi hakim bangsa Israel memiliki kerendahan hati untuk
bekerja sama dengan pria (Barak) sebagai satu tim dalam kepemimpinannya.
KESIMPULAN
Amsal yang ditulis untuk menjadi penuntun dalam kehidupan sehari-hari diharapkan pula dapat
menuntun wanita Kristen masa kini dalam kehidupannya sehari-hari untuk dapat memiliki
karakter-karakter kristiani seperti yang dimiliki wanita yang cakap dalam Amsal 31:10-31seperti
dapat dipercaya, rajin, murah hati, berhikmat dan takut akan Tuhan, sehingga memampukan
seorang wanita Kristen untuk dapat berperan dalam keluarga, gereja dan masyarakat, dan
memberkati orang lain melalui peranannya itu.
Pembentukan karakter wanita Kristen dimulai ketika benih-benih iman yang timbul dari
pendengaran akan Firman Tuhan, mulai tumbuh dan melahirkan kehidupan yang takut akan
Tuhan yang menjadi dasar dari karakter kristiani yang dimiliki wanita Kristen. Iman yang
tumbuh menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23) dan hidup yang takut akan Tuhan menghasilkan
karakter-karakter kristiani dewasa, sehingga memampukan seorang wanita Kristen untuk
melakukan peranannya sesuai kehendak Allah.
Peran ganda seorang wanita sebaiknya mendorong kaum wanita untuk melakukan peranannya di
rumah tangga maupun di luar rumah dengan lebih baik, kerajinan dan pendelegasian menjadi

kuncinya, dimana prioritas dan keseimbangan diperlukan agar dapat melakukan peran ganda
seorang wanita.
Peranan wanita Kristen meliputi hubungan wanita tersebut dengan Tuhan yang menciptakannya,
menjaga hubungan yang baik dan teratur melalui doa dan saat teduh. Juga penerimaan akan diri
sendiri yang sudah diampuni Allah walaupun pernah membuat kesalahan atau keputusan salah di
masa lalu, karena Allah adalah setia dan adil (1Yoh. 1:9). Juga hubungan yang baik dengan
keluarga dan masyarakat, dapat menjadi dorongan bagi seorang wanita Kristen untuk melakukan
peranannya secara maksimal.
Sikap rela berkorban, kerendahan hati dan hati yang melayani sebaiknya menjadi ciri dari
seorang wanita Kristen dalam melakukan peranannya sehingga dapat menjadi berkat bagi
keluarga dan saudara seiman, dan kesaksian yang hidup bagi masyarakat sekitar.
Seperti buku resep untuk masakan atau buku manual untuk barang elektronik, wanita Kristen
masa kini dapat menjadikan Amsal 31:10-31 sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari
untuk bertumbuh dalam hidup yang takut akan Tuhan, yang menghasilkan karakter-karakter
kristiani seperti yang dimiliki wanita yang cakap, yang memampukan seorang wanita Kristen
dapat melakukan peranannya baik dalam keluarga, gereja maupun masyarakat.

Amsal 31:10-31

Dicari: Istri yang Cakap


Amsal 31:10-31

Sewaktu pacaran, katanya sih ... lelaki itu berhak untuk memilih dan perempuan itu berhak untuk
memutuskan ... lelaki memilih cewek mana yang dia mau dekati dan perempuan memutuskan
cowok mana yang dia pilih sebagai kekasih hatinya ...

Nah, kalau begitu .. saya mau tanya nih ke bapak dan ibu ...
Kira-kira, kenapa dulu itu ya ... dari berjuta-juta cewek yang bisa dipilih ... kenapa bapak
akhirnya memilih ibu??
Atau kita balik lah pertanyaannya .. dari berjuta-juta lelaki yang datang untuk mencuri hati ibu
dahulu ... kenapa akhirnya ibu memutuskan untuk memilih bapak, bukan yang lain???
"Ada sesuatu yang aku kagumi ... ada sesuatu yang hebat yang dimiliki dalam dirinya!"
Amsal 31:10-31
Isteri yang cakap siapakah akan
mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada perm
percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekuranga
baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepan
mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja de
serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatang

Dalam bahasa pe-Amsal kira-kira berbunyi seperti ini:


"Ada suatu kecakapan yang aku kagumi dari perempuan ini!"
Hari ini kita bersama-sama mau merenungkan tentang seorang istri yang cakap (wedew ... istri
yang disayang mertuanya pasti ini)
Seperti yang ada dalam ayat 10-12: Seorang istri yang dipercaya, dibanggakan, dikagumi,
dihormati, dihargai ... itu lebih daripada permata!
Akan tetapi sebelum kita share lebih lanjut lagi tentang hal ini ... kita perlu memahami terlebih
dahulu apa maksud dari pe-Amsal sewaktu dia berkata tentang istri yang cakap.
Yang menarik adalah bahasa Ibrani yang digunakan untuk kata "cakap" ini adalah "chayil" yang
artinya:
"Kekuatan, kemampuan dari suatu bala tentara - suatu kuasa yang besar dan hebat!
Sekaligus juga menggambarkan kerahiman seorang perempuan!"
Perpaduan yang luarbiasa: antara kekuatan dan kelemahlembutan yang luarbiasa berpadu untuk
menciptakan pribadi yang baru .. lebur menjadi satu di dalam diri seorang istri yang chayil cakap!!
Kalau begitu ... bagaimana sebenarnya gambaran pe-Amsal tentang seorang istri yang chayil cakap itu???

Ayat 13-20
Ia mencari bulu domba dan rami,
dan senang bekerja dengan tangannya.
Ia serupa kapal-kapal saudagar,
dari jauh ia mendatangkan makanannya.
Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-

bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.


Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur
ditanaminya.
Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan,
ia menguatkan lengannya.
Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan,
pada malam hari pelitanya tidak padam.
Tangannya ditaruhnya pada jentera,
jari-jarinya memegang pemintal.
Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.

Seorang istri yang chayil - cakap adalah


seorang istri yang bekerja - melayani dengan setulus hati .. no dumelan!
Bayangkan saja:
Subuh sebelum seisi rumah terjaga dari tidurnya, seorang istri yang chayil sudah bersibuk ria
mempersiapkan segala sesuatunya ... hingga malam menjelang ... tak kenal waktu - tak kenal
lelah ... menolong dan mengutamakan keluarganya terlebih dahulu di banding dirinya sendiri ...
hmmm ... luarbiasa!

Ayat 21-22
Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian
rangkap.
Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya.

Seorang istri yang chayil - cakap adalah


seorang istri yang cakap dalam membuat perencanaan!
Bayangkan saja:
Hari gini ... harga-harga semua naik sedangkan gaji belum tentu naik, perencanaan yang buruk =
ngap-ngap an di tengah bulan!!
Katanya sih ada 4 hal yang bisa kita rencanakan bersama ..
ada kebutuhan yang penting dan mendesak macam sembako, dll
ada kebutuhan yang penting tapi tidak mendesak macam mesin cuci, dll
ada kebutuhan yang gak penting tapi mendesak macam ikut trend mode
ada kebutuhan yang gak penting dan gak mendesak juga macam sepatu lagi, tas lagi!

Ayat 25
Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan.

Seorang istri yang chayil - cakap adalah


seorang istri yang punya semangat dan daya juang tinggi sebab dia
selalu optimis terhadap masa depan kehidupan keluarganya!

Untuk suaminya - ayat 23:


"Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri."
Dia selalu menyadari bahwa suaminya itu punya potensi .. so, kalau suaminya lagi down ... dia
akan selalu punya cara untuk membangkitkan kembali semangat, percaya dan iman suaminya
itu!
Untuk anak-anaknya - ayat 26-28:
Ia membuka mulutnya dengan hikmat,
pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.
Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya,
makanan kemalasan tidak dimakannya.
Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia,
pula suaminya memuji dia:
Memotivasi anak-anaknya biar bisa jadi orang semua! Biar di kata bawel kek, cerewet kek ... itu
semua rela dilakukan olehnya demi masa depan anak-anaknya.

Ayat 30
Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN
dipuji-puji.
Ini yang paling penting ...

Cakap tidak selalu sama dengan Cakep!!


Sebab istri yang cakap adalah istri yang takut akan Tuhan dan
mengenal cara Tuhan berkarya dan mencukupkan kebutuhan
keluarganya.
Kalau seseorang punya dasar yang terakhir ini, biasanya ... tiga bagian yang di awal itu jadi
bonusnya! Otomatis ada!

1. Cakap. amsal 31:10


2. Bertanggung jawab. amsal 31:11
3. berbuat baik. amsal 31:12
4. dapat dipercaya. amsal 31:12
5. cekatan. amsal 31:13
6. manajer rumah tangga yang baik. amsal 31:14,15
7. rajin bekerja.amsal31:16
8. kekuatan. amsal 31:17
9. tahan uji. amsal 31:18
10. suka bekerja. amsal 31:19
11. murah hati. amsal31:20
12. proaktif. amsal 31:21
13. berpakaian rapih. amsal 31:22
14. istri dari seorang suami yg baik. amsal 31:23
15. seorang yg berjiwa bisnis. amsal 31:24
16. terhormat. amsal 31:25
17. bijaksana. amsal 31:26a
18. ramah. amsal 31:26b
19. ibu teladan. amsal 31:27a
20. sibuk. amsal 31:27b
21.layak dipuji.amsal 31:28
22. wanita yang unggul & luar biasa. amsal31:29
23.takut akan Allah. amsals 31:30
24. kehidupannya berbuahkan kebenaran. amsal 31:31

Lukas 2;41-52

Khotbah Minggu 30 Desember 2012


Minggu Pertama Setelah Natal
MENGAPA KAMU MENCARI AKU?
(Luk 2:41-52)
Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku
harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Luk 2:49)
Bacaan lainnya berdasarkan Leksionari: 1Sam 2:18-20,26; Mzm 148; Kol 3:12-17
Untuk Nats Pembimbing, Berita Anugerah dan Petunjuk Hidup Baru dapat diambil dari pilihan
ini
Pendahuluan
Pertumbuhan Yesus sebagai anak tidak lepas dari peran Yusuf dan Maria sebagai orangtua
duniawiNya. Yusuf dan Maria selalu taat akan tradisi dan perintah Allah bagi umat Yahudi,
dimulai ketika Yesus disunat pada hari kedelapan (Luk 2: 21). Perayaan paskah dalam nats ini
adalah salah satu di antara tiga hari raya festival yang selalu dirayakan umat Yahudi dalam
setahun. Menurut hukum Yahudi, setiap laki-laki dewasa perlu pergi ke Jerusalem untuk ketiga
hari raya festival tersebut (Kel 23:14-17; Ul 16:16). Kali ini Yusuf dan Maria datang dalam
perayaan terpenting yakni paskah, yang kemudian diikuti selama seminggu dengan hari raya
tidak beragi. Paskah ini merupakan perayaan memperingati orang Israel dibebaskan dari Mesir
dan bebas dari hukuman Allah kepada anak sulung mereka (Kel 12:21-36).

Demikianlah kisah yang terjadi, Yesus yang sudah berusia 12 tahun dibawa oleh orangtuanya ke
Jerusalem karena dianggap sudah cukup besar dan dewasa serta di dalam pikiran orangtuaNya
mempersiapkan Dia sebagai anak Taurat. Bagi umat Yahudi, anak memasuki usia 13 tahun
dianggap sebagai anak Taurat, karena itu mereka terus belajar hukum-hukum Taurat hingga
beranjak dewasa.

Dari bacaan nats kita pada minggu ini ada beberapa hal yang bisa kita pelajari, yakni sbb:
Pertama: Tanggungjawab orangtua dalam pertumbuhan fisik dan rohani (ayat 41-42)
Sebagai seorang anak manusia, Yesus mengalami proses pertumbuhan fisik dan rohani. FisikNya
sangat sehat yang dibuktikan dengan keikutsertaanNya ke Jerusalem yang membutuhkan 4 5
hari perjalanan. Hal ini tentu tidak diperoleh seketika, melainkan memberi perhatian lewat
makanan dan juga kegiatan fisik sehingga tubuh Yesus sebagai anak bertumbuh baik dan sehat.
Tetapi di samping pertumbuhan fisik tersebut, Yusuf dan Maria juga memperhatikan
pertumbuhan rohani Yesus dengan mulai mengajarkan dan mengikutkan dalam acara-acara
rohani Yahudi tersebut, dan membiasakan ikut dalam pengajaran-pengajaran agama Yahudi
(Mzm 132:12). Hal inilah yang mungkin menjadi latar belakang kehadiran Yesus di Bait Allah
tersebut, malah Yesus tidak terlalu menikmati perayaan yang biasanya dilakukan dengan
carnaval mengelilingi kota, tetapi justru Dia masuk ke dalam Bait Allah untuk mendengar diskusi
para rabi dan ahli taurat.
Inilah yang menjadi tugas dan tanggungjawab orangtua di dalam membesarkan anak yang
dianugerahkan Tuhan kepada setiap keluarga. Memperhatikan pertumbuhan fisik melalui
makanan dan kegiatan fisik sehingga otot dan tubuh anak menjadi kuat seperti Yesus, sehingga
pada usia 12 tahun telah sanggup berjalan selama 4 -5 hari menuju Jerusalem. Demikian juga
dalam pertumbuhan rohani anak-anak, mereka sejak awal sudah harus diikutkan dalam kegiatan
gereja, seperti sekolah minggu, natal, dan paskah mencari telur, dsb sehingga mereka memiliki
kenangan yang baik dan positip sampai mereka memahami sendiri melalui proses belajar di
katekisasi nanti. Firman Tuhan mengingatkan kita akan pentingnya kedua pertumbuhan ini
(1Tim 4:8).
Alangkah senang hati orangtua, apabila anaknya dengan sukacita bisa menyanyikan, Ku mau
cinta Yesus selamanya.....
Kedua: Pentingnya pertumbuhan karakter bagi anak (ayat 44-45)
Tradisi perayaan paskah di zaman itu dirayakan dengan cara carnaval. Dalam arak-arakan itu
biasanya para lelaki berjalan di belakang untuk menjaga kaum wanitanya yang berjalan di depan

dari para pencopet dan pelaku jail lainnya. Yusuf dan Maria membiarkan Yesus berjalan sendiri
yang mungkin dengan kelompok lainnya. Di sini tampak bahwa sebagai orangtua, Yusuf dan
Maria, mereka mendidik kedewasaan Yesus dengan membiarkan Dia untuk berjalan sendiri.
Tetapi sikap ini juga harus disertai tanggungjawab dan pengawasan dari orangtua. Maka ketika
carnaval sudah meninggalkan kota Yerusalem, mereka baru menyadari Yesus tidak ada dalam
rombongan (perjalanan Nazaret ke Jerusalam itu 4-5 hari sehingga sering bermalam di jalan).
Sebagai orangtua, Yusuf dan Maria akhirnya memutuskan untuk kembali mencariNya.
Sebagaimana kita ketahui, memberi kepercayaan seperti ini akan menumbuhkan kematangan dan
sikap tanggungjawab bagi seorang anak. Kebiasaan sebagian orangtua untuk tidak memberi
kepercayaan agar anak lebih matang, biasanya justru akan membuat anak tersebut akan
semakin lambat dewasa dan mandiri. Pengalaman dan tantangan yang dialami dan dihadapi oleh
seorang anak dalam kesendiriannya, akan menempa dia menjadi anak yang tangguh. Inilah yang
membentuk karakter anak tersebut menjadi lebih siap dalam mengarungi kehidupan,
sebagaimana Yesus kita lihat sebagai manusia tidak pernah takut dalam menjalani pelayananNya.
Ia bertambah di dalam hikmat karena kasih karunia Allah ada di atas-Nya. Kodrat manusiawinya
juga sempurna, berkembang sempurna seperti yang diinginkan oleh Allah kepadaNya.
Ketiga: Kekuatiran yang bertanggungjawab dalam pertumbuhan (ayat 46-49)
Hal ketiga yang bisa dilihat, adanya kekuatiran dari Yusuf dan Maria. Mendidik anak dalam
kematangannya juga harus disertai pengawasan yang berlandasaskan kasih. Itulah yang terlihat
pada Yusuf dan Maria, ketika menyadari Yesus tidak bersama mereka. Keduanya langsung
kembali yang menunjukkan betapa tanggungjawab dan baiknya cinta kasih di antara mereka.
Kasih berbuahkan kedekatan. Bahkan ketika mereka menemukan Yesus ada di Bait Allah, unsur
kasih dan kedekatan ini terlihat dengan respon Maria yang tampak girang, tercengang (walau
sedikit marah) dengan mengatakan: Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap
kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau" (ayat 48). Jawaban Yesus juga sangat
sederhana tetapi matang: "Mengapa kamu mencari Aku? (ayat 49a). Kehangatan kasih sayang
itulah yang ikut mewarnai pertumbuhan Yesus, yang dalam perkembangannya kemudian Yesus
dalam pelayanan perasaanNya sangat peka terhadap orang lain, hati-Nya selalu penuh dengan
kehangatan kasih sayang. Itulah buah hubungan kasih sayang antara anak dan orangtua.
Maria yang menyadari Yesus adalah Anak Allah sangat kuatir akan keberadaan Yesus, yang tetap
merasa Yesus masih seorang anak kecil. Seorang ibu biasanya sangat sulit melihat
pertumbuhan anaknya yang semakin hari semakin besar, bahkan seolah-olah tidak rela semakin
dewasa. Ini juga sama halnya ketika kita memiliki seorang bawahan yang berkembang, kadang
ada rasa tidak menerima bawahan kita tersebut dipromosi menjadi pimpinan atau manager,
atau bekas mahasiswa kita menjadi dosen. Tetapi haruslah demikian, kita biarkan dengan
sukacita, bagaikan anak burung yang belajar terbang dengan sayapnya, melayang ke atas dan
terbang tinggi sebagaimana Allah merencanakan hal tersebut dalam kehidupannya.

Keempat: Belajar sebagai dasar pertumbuhan


Bait Allah sangat popular di wilayah Yudea sebagai tempat belajar. Rasul Paulus juga belajar di
tempat-tempat tersebut di bawah bimbingan gurunya Gamaliel (Kis 22:3). Pada masa paskah
biasanya topik yang didiskusikan adalah tentang kedatangan Mesias dan para peserta yang hadir
di Bait Allah umumnya para rabi-rabi terkenal ikut dalam diskusi seperti itu. Kita tahu bahwa
umat Yahudi sangat merindukan datangnya Mesias mengingat kerajaan Romawi yang menjajah
mereka begitu lama.
Di tempat inilah kemungkinan Yesus mulai menyadari diriNya sebagai Anak Allah. Itulah yang
membuat jawaban Yesus kemudian, Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam
rumah Bapa-Ku?" (ayat 49b). Yusuf dan Maria mungkin sedikit memahami apa arti kata di
rumah Bapaku(ayat 50). Mereka tahu akan hubungan yang khusus Yesus dengan Allah
sebagaimana peristiwa pesan-pesan malaikat tentang kehamilan dan peristiwa kelahiran Yesus.
Tetapi mereka belum tahu persis akan rencana Allah terhadap Yesus sehingga bagi mereka tetap
membesarkan Yesus beserta adik-adikNya laki-laki dan perempuan (Mat 13:55-56). Bagi mereka
Yesus adalah anak normal sebagaimana anak-anak lainnya dan tetap mengikuti pelajaranpelajaran Taurat. Nats ini menyimpulkan, Maria menyimpan semua perkara itu di dalam
hatinya (ayat 51), dalam arti Maria mepergumulkan dan merenungkan semua peristiwa tersebut.
Yesus menyadari ayah-ibunya adalah Yusuf dan Maria. Ia tetap respek terhadap keluarga dan
orangtuanya itu sehingga kemudian Yesus kembali ikut pulang ke Nazareth. Alkitab tidak
menjelaskan bagaimana Yesus bertumbuh selama 18 tahun kemudian. Namun, kita dapat lihat Ia
pasti senang dan terus rajin belajar firman Tuhan sebagaimana Ia perlihatkan di Jerusalem.
Demikian juga Ia belajar dan bertumbuh menjadi seorang tukang kayu dan membantu Yusuf,
ayah duniawiNya. Kesiapan ini juga yang membuat Ia dapat menggantikan Yusuf sebagai
sumber penghasilan dan kepala keluarga (Yusuf kemungkinan mati muda, lihat Mrk 3:31 dan
Mrk 6:3). Dia juga tidak memandang rendah pekerjaan tangan dan kasar. Yesus tetap dalam
kehidupan biasa, makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia (ayat 52), sampai Ia mulai dalam pelayanan penuhNya setelah
dibaptis di sungai Jordan sesuai dengan misi Allah kepadaNya.
Kesimpulan
Nats dalam minggu ini kita diajarkan tentang pertumbuhan Yesus sebagai anak manusia dan
hubungannya dengan Yusuf dan Maria, ayah-ibu duniawiNya. Kita diajarkan melalui kehidupan
Yesus akan tanggungjawab orangtua dalam pertumbuhan fisik dan rohani anak-anak. Demikian
juga dengan pentingnya pertumbuhan karakter bagi anak dengan memberi mereka
tanggungjawab dan kemandirian sejak awal. Memang kekuatiran selalu ada dalam pertumbuhan
tersebut, tetapi sepanjang itu dilakukan dengan penuh kasih dan tanggungjawab, maka hasilnya
akan selalu baik sebagaimana kita lihat dalam kehidupan Yesus. Yesus terus belajar dalam

kehidupannya sebagai dasar pertumbuhan pribadiNya sehingga siap menyongsong masa depan
pelayananNya. Mari kita terus belajar dari kehidupan Yesus.
Tuhan Yesus memberkati.

Di sini kita memiliki satu-satunya penggalan kisah yang dicatat berkenaan dengan
Juruselamat kita yang diberkati, mulai dari masa kecil-Nya sampai Ia menampilkan diri
di hadapan bangsa Israel pada usia dua puluh sembilan tahun. Oleh karena itu kita harus
memetik manfaat sebesar-besarnya dari semua yang sudah ada ini, karena sia-sialah saja
untuk mengharapkan keterangan lebih banyak daripada yang telah tercatat di sini.

Di sini diceritakan perihal:

I. Kepergian Kristus bersama orangtua-Nya ke Yerusalem pada hari raya Paskah (ay.
41-42).

. Kegiatan ini lazim mereka lakukan sesuai dengan hukum Taurat, walaupun harus
menempuh perjalanan jauh, dan lagi pula mereka itu miskin, sehingga tanpa mengencangkan ikat
pinggang, mungkin mereka tidak akan cukup mampu menanggung biaya perjalanan tersebut.
Perhatikanlah, aturan-aturan keagamaan yang dilakukan bersama-sama harus sering kita ikuti,
dan kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti
dibiasakan oleh beberapa orang. Kegiatan duniawi harus mengalah dan memberikan tempat

bagi hal-hal rohani. Dalam keluarga mereka, Yusuf dan Maria mempunyai seorang Anak yang
sebenarnya mampu mengajar mereka jauh lebih baik dibandingkan dengan semua rabi di
Yerusalem. Namun demikian, mereka pergi ke sana juga seperti yang lazim pada hari raya itu.
Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub,
demikian jugalah hendaknya kita. Kita cukup punya alasan untuk menduga bahwa Yusuf juga
pergi ke Yerusalem untuk menghadiri hari raya Pentakosta dan Pondok Daun, selain hari raya
Paskah, karena semua laki-laki harus hadir di sana sebanyak tiga kali dalam setahun,
sedangkan Maria cukup hadir pada hari raya Paskah, yaitu hari raya terbesar di antara ketiga
hari raya orang Yahudi. Lagi pula, hari raya Paskah mengandung lebih banyak makna Injil di
dalamnya.
o

. Yesus, yang telah berusia dua belas tahun, pergi bersama mereka. Para ulama
Yahudi mengatakan bahwa anak-anak yang telah menginjak usia dua belas tahun harus mulai
berpuasa sekali-sekali, sehingga mereka dapat belajar berpuasa pada hari pendamaian, dan
setelah itu pada usia ketiga belas, mereka dapat mulai menjadi seorang anak hukum Taurat,
artinya mulai wajib menjalankan tugas-tugas keanggotaan jemaat dewasa, sebagai kelanjutan
dari upacara penyunatan yang telah dilakukan ketika masih bayi pada saat ia dikukuhkan sebagai
seorang anak perjanjian. Tidak dikatakan di sini bahwa Yesus pergi untuk pertama kalinya ke
Yerusalem untuk beribadah pada hari raya itu. Mungkin Ia telah melakukannya selama beberapa
tahun sebelumnya, karena Ia memiliki roh dan kebijaksanaan yang melebihi usia-Nya, dan setiap
orang yang dapat mendengar dan mengerti harus hadir dalam ibadah raya tersebut (Neh. 8:3).
Demikianlah halnya, anak-anak yang lebih unggul dalam hal-hal lain harus diupayakan maju
dalam hal kerohanian. Anak-anak harus mengikuti ibadah raya demi kehormatan Kristus, dan Ia
berkenan dengan sorak hosana mereka. Anak-anak yang sejak kecil telah dipersembahkan
kepada Allah harus dibimbing untuk menghadiri Paskah Injil, yaitu Perjamuan Tuhan, ketika
sudah bertumbuh, sehingga dengan kemauan dan tindakan sendiri mereka akan mengikut Tuhan.

II. Kristus tinggal di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Dengan tinggal di
sana tanpa sepengetahuan orangtua-Nya, Ia bermaksud memberikan sebuah contoh awal tentang
tujuan kehidupan yang sudah disediakan bagi-Nya.

. Orangtua-Nya tidak kembali ke tempat asal mereka sebelum hari perayaan itu
berakhir. Mereka tetap tinggal di Yerusalem selama tujuh hari masa perayaan itu berlangsung,
meskipun sebenarnya mereka tidak diharuskan untuk tinggal melebihi dua hari pertama pada
masa perayaan itu. Sesudah dua hari pertama itu biasanya cukup banyak orang sudah pulang ke
tempat masing-masing. Perhatikanlah, sangat baik untuk tinggal sampai suatu ketentuan ibadah
itu usai, dan menjadi seperti mereka yang berkata, betapa bahagianya berada di tempat ini,
dan tidak tergesa-gesa pergi, seolah-olah kita seperti Dog, orang yang dikhususkan melayani
Tuhan.

. Anak itu tinggal di Yerusalem, bukan karena Ia enggan pulang atau merasa
malu berjalan bersama orangtua-Nya, tetapi karena Ia mempunyai pekerjaan yang harus
dikerjakan di sana. Ia ingin agar orangtua-Nya tahu bahwa Ia memiliki Bapa di Sorga, yang
harus lebih diperhatikan daripada mereka. Menghormati Bapa-Nya tidak boleh diartikan
sebagai tidak menghormati mereka. Beberapa dugaan yang muncul perihal mengapa Ia tetap
tinggal di Bait Allah mengatakan bahwa telah menjadi kebiasaan di antara orang-orang Yahudi

yang saleh untuk terlebih dahulu pergi ke Bait Allah dan menyembah Allah di sana pada pagi
hari sebelum mereka pulang. Di sanalah Ia berada, dan merasa terhibur sampai Ia ditemukan
kembali. Ada juga yang berpendapat bahwa mungkin Ia tinggal di rumah tempat mereka
menginap, atau di rumah teman-teman lain (Anak seperti Dia akan disukai oleh banyak orang,
dan setiap orang pasti akan berusaha menarik perhatian-Nya), dan dari sana Ia pergi ke Bait
Allah hanya pada saat-saat ibadah. Begitulah jadinya Ia tertinggal di sana. Betapa indahnya
melihat anak-anak muda bersedia tinggal di rumah Tuhan. Mereka akan menjadi seperti
Kristus.
o

. Orangtua-Nya telah berjalan sehari perjalanan jauhnya tanpa curiga bahwa Ia


tertinggal di Yerusalem, karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang
seperjalanan mereka (ay. 44). Pada saat-saat seperti itu, khususnya pada perjalanan hari
pertama, kerumunan orang sangat padat. Jalanan dipenuhi orang, karena itu mereka menyangka
bahwa Ia berjalan bersama beberapa tetangga mereka. Mereka lalu mencari Dia di antara
kaum keluarga dan kenalan mereka yang berjalan pulang ke kampung halaman mereka.
Tolong, apakah engkau melihat Anak kami? Atau, apakah engkau melihat Dia? Sama seperti
yang ditanyakan oleh mempelai perempuan, Apakah kamu melihat jantung hatiku? Yesus
ibarat permata yang layak dicari. Mereka tahu bahwa semua orang sangat ingin berjalan
bersama-Nya, dan Ia pun mau berbuat baik di antara kaum keluarga dan kenalan mereka,
tetapi di antara mereka pun, bapa dan ibu-Nya tidak menemukan Dia (ay. 45). Ada banyak,
bahkan terlampau banyak kaum keluarga dan kenalan kita, sehingga kita tidak dapat menghindar
untuk berbincang-bincang dengan mereka, namun, di antara mereka kita hanya menjumpai
sedikit keterangan mengenai Kristus atau bahkan tidak menemukan keterangan apa-apa. Ketika
tidak mendengar apa pun tentang keberadaan-Nya di sini atau di antara orang-orang lain yang
sedang dalam perjalanan, mereka masih tetap berharap akan berjumpa dengan-Nya di tempat
mereka akan menginap pada malam itu. Namun, bahkan di sana pun mereka tidak mendengar
kabar apa-apa mengenai Dia. Bandingkan keadaan ini dengan Ayub 23:8-9.

. Ketika pada malam hari mereka tidak dapat menemukan Dia di penginapan,
keesokan harinya kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Perhatikanlah,
mereka yang ingin menemukan Kristus harus terus mencari sampai mereka menemukannya,
karena pada akhirnya mereka yang mencari akan menemukan Dia, dan akan mendapat upah yang
melimpah. Mereka yang telah kehilangan penghiburan di dalam Kristus dan mulai menunjukkan
tanda-tanda kehilangan minat kepada-Nya, harus menguji diri sendiri, di mana, bilamana, dan
bagaimana mereka mulai kehilangan Dia. Mereka harus kembali lagi ke tempat terakhir mereka
bersama-Nya. Mereka harus ingat betapa dalamnya mereka telah jatuh. Bertobatlah, dan
lakukan lagi apa yang semula engkau lakukan, dan kembalilah kepada kasihmu yang
semula (Why. 2:4-5). Mereka yang telah kehilangan perkenalan mereka dengan Kristus dan
ingin menemukannya kembali, harus pergi ke Yerusalem, kota pertemuan raya kita, tempat
yang akan dipilih Tuhan untuk menegakkan nama-Nya di sana. Mereka harus rajin mengiringi
Dia secara teratur di dalam ibadah-ibadah dan ketetapan-Nya, dalam Paskah Injil. Di sanalah
mereka boleh berharap akan menemukan Dia.

. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia di Bait Allah, di dalam salah satu
ruangan Bait Allah yang digunakan oleh para alim ulama, bukan sebagai tempat untuk mengadili
perkara, tetapi lebih banyak digunakan sebagai ruang pertemuan atau tempat bersoal jawab. Di

sanalah mereka menemukan Dia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama (ay. 46), bukan
berdiri seperti seorang calon baptisan atau calon pengaku iman yang sedang diuji atau diajar
oleh mereka, karena Ia telah memiliki cukup pengetahuan dan kebijaksanaan untuk itu, sehingga
mereka pun menerima Dia duduk di antara mereka sebagai seorang rekan atau anggota
perkumpulan mereka. Hal ini merupakan contoh bahwa Ia bukan hanya penuh hikmat (ay. 40),
tetapi juga memiliki hasrat yang kuat untuk meningkatkan dan menyampaikan hikmat itu. Dalam
hal ini Ia menjadi contoh bagi anak-anak dan orang-orang muda, supaya mereka belajar dari
Kristus, untuk lebih suka berkumpul bersama teman-teman yang bisa menjadikan mereka lebih
baik lagi dan duduk di antara para alim ulama daripada duduk-duduk untuk hanya main-main
saja. Biarlah mereka mulai pada usia dua belas tahun dan lebih cepat lagi untuk mencari
pengetahuan dan bergaul dengan orang-orang yang dapat mengajar mereka. Kalau sedari muda
orang sudah menginginkan pengajaran, ini memberi pertanda yang penuh harapan dan
menjanjikan. Banyak anak muda seusia Kristus sekarang hanya bermain-main saja dengan anakanak kalau berada di Bait Allah, tetapi Kristus, Ia duduk dengan para alim ulama di
dalam Bait Allah.

(1) Ia mendengarkan mereka. Mereka yang ingin belajar hendaknya


cepat untuk mendengar.

(2) Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka; apakah


dalam kedudukan sebagai seorang guru (Ia memiliki wewenang seperti itu untuk bertanya) atau
sebagai seorang murid (Ia memiliki kerendahan hati seperti itu untuk bertanya), saya tidak tahu.
Bisa juga Ia bertanya sebagai sesama rekan atau sesama pencari kebenaran yang harus
menemukan sesuatu melalui pembahasan bersama yang panjang dan penuh persahabatan.

(3) Ia memberikan jawaban kepada mereka, jawaban yang sangat


mengejutkan dan memuaskan mereka (ay. 47). Kebijaksanaan dan kecerdasan-Nya tersirat dalam
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan-Nya dan dalam jawaban-jawaban yang Ia berikan,
sehingga semua orang yang mendengar Dia merasa sangat heran. Mereka belum pernah
mendengar seseorang yang masih begitu muda, juga dari antara para alim ulama mereka yang
paling hebat sekalipun, yang mampu berbicara dengan penuh pengertian seperti Dia. Sama
seperti Daud, Ia lebih berakal budi dari pada semua pengajarnya, ya, lebih mengerti dari
pada orang-orang tua (Mzm. 119:99-100). Sekarang Kristus menunjukkan sejumlah berkas
sinar kemuliaan-Nya, yang pada saat itu juga ditarik kembali. Ia memberikan mereka
merasakan sekecap (menurut Calvin) hikmat dan pengetahuan ilahi-Nya. Menurut saya,
penampilan Kristus di hadapan umum sebagai seorang guru di Bait Allah ini mirip dengan upaya
awal Musa membebaskan bangsa Israel sebagaimana dijelaskan oleh Stefanus. Dengan
membunuh orang Mesir itu, Musa menyangka bahwa saudara-saudaranya akan mengerti,
bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka (Kis. 7:24-25). Seharusnya mereka
dapat menerima petunjuk ini dan kemudian diselamatkan, tetapi mereka tidak mengerti. Begitu
pula dengan para alim ulama ini, sebenarnya mereka dapat menerima Kristus sekarang (setahu
saya) untuk memulai pekerjaan-Nya, namun, mereka hanya merasa heran dan tidak mengerti
petunjuk itu. Oleh karena itu, sama seperti Musa, Ia kembali memasuki keadaan yang penuh
ketidakjelasan lagi. Mereka tidak pernah mendengar tentang Dia lagi selama bertahun-tahun
setelah itu.

. Ibu-Nya membicarakan hal itu secara pribadi dengan-Nya. Ketika pertemuan


para alim ulama itu bubar, Ibu-Nya membawa Dia ke samping dan menanyakan hal itu dengan
penuh kelembutan dan kasih sayang (ay. 48). Yusuf dan Maria tercengang menemukan Dia di
tempat itu, mendapati bahwa Ia begitu dihormati karena diakui dan diperbolehkan duduk di
antara para alim ulama, serta begitu diperhatikan. Ayah-Nya tidak berkata apa-apa, sebab ia
menyadari bahwa ia hanyalah seorang ayah angkat.
o Tetapi:

(1) Ibu-Nya mengungkapkan betapa cemas hati mereka, "Nak,


mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Mengapa Engkau membuat kami
begitu ketakutan?" Mereka siap berkata seperti Yakub, ayah Yusuf, "Binatang buas telah
memakan-Nya," atau "Ia jatuh ke tangan musuh yang kejam, yang kemudian mengetahui bahwa
Ialah si anak kecil yang nyawa-Nya dicari-cari oleh Herodes beberapa tahun yang lalu." Kita bisa
menduga, mereka mengkhawatirkan Dia dengan ribuan khayalan, yang satu lebih menakutkan
daripada yang lain. "Sekarang, mengapa Engkau membuat kami ketakutan seperti ini? Bapa-Mu
dan aku dengan cemas mencari Engkau. Bukan hanya khawatir kehilangan Engkau, tetapi
juga mencemaskan diri kami sendiri kalau-kalau kami kurang hati-hati dalam membawa Engkau
bersama-sama dengan kami." Perhatikanlah, banyak orang hanya mengeluhkan kerugian mereka
karena menyangka telah kehilangan Kristus. Tetapi cucuran air mata Yusuf dan Maria tidak
menghalangi mereka untuk menabur. Mereka tidak hanya duduk dalam kesusahan dan berputus
asa, tetapi mereka merasa susah dan terus mencari. Perhatikanlah, jika kita ingin menemukan
Kristus, kita harus mencari Dia dengan rasa susah, merasa susah karena telah kehilangan Dia,
karena kita telah membuat Dia meninggalkan kita, dan kita harus segera mencari Dia. Pada
akhirnya, mereka yang mencari-cari Dia dengan rasa susah seperti ini akan menemukan Dia
dengan sukacita yang sangat besar.

(2) Dengan lembut Kristus menegur kekhawatiran mereka yang berlebihan


tentang Dia (ay. 49): "Mengapa kamu mencari Aku? Kamu harus percaya kepada-Ku, Aku
akan menyusul kamu pulang bila pekerjaan yang harus Aku kerjakan di sini telah selesai. Aku
tidak akan tersesat di Yerusalem. Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada, en tois tou
patros mou -- di dalam rumah Bapa-Ku?" Beberapa orang membaca seperti ini, "Di mana lagi
Sang Anak harus berada selain daripada tinggal selamanya di rumah Bapa? Di sanalah Aku
harus berada,"

[1] "Di bawah pemeliharaan dan perlindungan Bapa-Ku, karena


itu kamu harus meletakkan kekhawatiranmu tentang Aku kepada Bapa dan tidak menanggung
sendiri beban kekhawatiran itu." Kristus adalah sebuah anak panah runcing yang disembunyikan
dalam tabung panah Bapa-Nya (Yes. 49:2). Sama seperti itulah Ia menjaga jemaat-Nya, karena
itu janganlah kita meragukan dan kehilangan harapan atas pemeliharaan-Nya.

[2] "Dalam pekerjaan Bapa-Ku," (begitulah pengertian kita): "Aku


harus selalu mengerjakan pekerjaan Bapa-Ku, karena itu Aku tidak dapat pulang dengan segera
seperti kamu. Tidakkah kamu tahu? Belum mengertikah kamu tentang Aku, bahwa Aku telah
menyerahkan diri-Ku untuk pekerjaan Bapa, sehingga Aku harus melibatkan diri-Ku dalam
pekerjaan-Nya?" Dalam hal ini Ia meninggalkan sebuah contoh bagi kita. Karena sungguh

menyenangkan bagi anak-anak Allah, seperti halnya Kristus, untuk selalu berada di dalam
pekerjaan Bapa-Nya, dan menyisihkan semua pekerjaan lainnya demi pekerjaan Bapa. Firman
Kristus sekarang dapat kita pahami dengan sangat baik karena Ia telah menjelaskannya melalui
perbuatan dan perkataan-Nya. Inilah yang menjadi tujuan kedatangan-Nya ke dunia ini, makanan
dan minuman-Nya dalam dunia ini, yaitu melakukan kehendak Bapa-Nya dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya. Akan tetapi, pada saat itu kedua orangtua-Nya tidak mengerti apa yang
dikatakan-Nya kepada mereka (ay. 50). Mereka tidak mengerti pekerjaan apa yang harus Ia
lakukan di Bait Allah untuk Bapa-Nya. Mereka percaya bahwa Ia adalah Sang Mesias, yang akan
menjadi pemilik takhta Daud, bapa-Nya, sehingga mereka mengira bahwa seharusnya Ia berada
di istana raja dan bukan berada di Bait Allah. Mereka tidak mengerti tugas-Nya sebagai seorang
nabi, dan bahwa Ia harus melakukan banyak hal dengan jabatan-Nya ini.

Terakhir, di sinilah catatan tentang perjalanan mereka kembali ke


Nazaret. Kilasan kemuliaan-Nya saat itu hanya berlangsung
singkat. Sekarang semuanya telah berlalu. Ia tidak mendesak
orangtua-Nya untuk pindah dan menetap di Yerusalem atau untuk
membiarkan Ia tinggal di sana (meskipun Yerusalem adalah tempat
untuk meningkatkan diri dan menjadi pilihan utama, serta tempat
yang dapat memberikan peluang terbaik bagi-Nya untuk
menunjukkan hikmat-Nya), tetapi dengan penuh kesukarelaan Ia
kembali ke tempat persembunyian-Nya, tempat Ia dikuburkan
hidup-hidup selama bertahun-tahun. Tidak diragukan lagi bahwa Ia
tetap pergi tiga kali dalam setahun ke Yerusalem untuk beribadah
pada hari-hari raya, namun tidak diceritakan apakah Ia pergi ke
Bait Allah untuk berbincang-bincang kembali dengan para alim
ulama di sana. Mungkin saja. Tetapi, yang pasti kita diberitahukan
di sini:

. Bahwa Ia tunduk kepada orangtua-Nya. Meskipun Ia


pernah satu kali meninggalkan orangtua-Nya untuk menunjukkan bahwa Ia lebih daripada
seorang manusia biasa dan pergi untuk melakukan pekerjaan Bapa-Nya, Ia tidak melakukannya
lagi, setidaknya bertahun-tahun setelah kejadian itu. Sebaliknya, ia tunduk kepada mereka,
mematuhi perintah-perintah mereka, pergi dan datang seperti yang diarahkan mereka, dan seperti
yang mungkin demikian, Ia bekerja dengan ayah-Nya sebagai seorang tukang kayu. Dalam hal
ini Ia ingin memberikan contoh kepada anak-anak agar belajar memenuhi kewajiban dan
mematuhi orangtua mereka di dalam Tuhan. Karena lahir dari seorang perempuan, Ia dibuat
tunduk pada perintah Allah yang kelima, supaya dengan demikian Ia dapat mengajar keturunan
orang-orang yang setia agar meneladani Dia sebagai keturunan yang setia. Meskipun keadaan
orangtua-Nya miskin dan rendah, meskipun ayah-Nya hanyalah seorang ayah angkat, Ia tetap
tunduk kepada mereka. Meskipun Ia bertumbuh menjadi kuat dan penuh hikmat di dalam
Roh, bahkan meskipun Ia adalah Anak Allah, Ia tetap tunduk kepada orangtua-Nya. Jadi, kalau
Dia saja sudah demikian, bagaimana mungkin kita yang sudah bodoh dan lemah ini tidak mau
tunduk kepada orangtua kita?

. Bahwa ibu-Nya yang meskipun tidak dapat mengerti


sepenuhnya perkataan-perkataan Anaknya, menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya,

dan berharap pada suatu saat nanti ia akan mengerti sepenuhnya serta mengetahui bagaimana
memanfaatkannya. Meskipun kita mungkin mengabaikan perkataan-perkataan manusia yang
tidak jelas (Si non vis intelligi debes negligi -- jika tidak dapat dimengerti, artinya tidak ada
harganya), kita tidak boleh memperlakukan Firman Allah seperti itu. Sesuatu yang pada
mulanya tampak belum jelas, mungkin pada suatu saat nanti akan menjadi jelas, karena itu kita
harus menyimpannya untuk masa-masa selanjutnya (Yoh. 2:22). Mungkin kita dapat
menggunakannya pada suatu saat nanti, meskipun sekarang kita tidak mengerti kegunaannya.
Seorang pelajar menyimpan kaidah-kaidah tata bahasa yang sekarang masih belum dipahami di
dalam ingatannya, karena ia telah diberi tahu bahwa pada suatu saat nanti hal itu akan
bermanfaat baginya. Demikian jugalah yang harus kita lakukan dengan perkataan-perkataan
Kristus.

. Bahwa Yesus makin bertambah besar dan dikagumi (ay.


52): Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya. Tidak mungkin ada
penambahan dalam kesempurnaan natur ilahi-Nya, namun yang dimaksudkan di sini adalah
dalam natur kemanusiaan-Nya, tubuh-Nya menjadi makin bertambah tinggi dan besar, Ia makin
bertambah besar di masa pertumbuhan-Nya. Jiwa-Nya juga makin bertumbuh di dalam hikmat,
dan dalam semua kemampuan yang berkaitan dengan jiwa manusia. Meskipun Firman yang
Kekal telah menyatu sejak Ia masih ada di dalam kandungan ibu-Nya, sifat keilahian yang
tinggal di dalam diri-Nya mewujudkan diri pada sifat kemanusiaan-Nya secara bertahap, ad
modum recipientis -- sebanding dengan pertumbuhan kemampuan kemanusiaan-Nya.
Sementara kemampuan kejiwaan manusiawi-Nya bertumbuh makin bertambah besar, anugerah
yang diterima dari sifat ilahi juga semakin banyak diungkapkan keluar. Dikatakan bahwa Ia
makin dikasihi oleh Allah dan manusia, artinya semua hal yang Ia sampaikan dapat diterima
oleh Allah dan manusia. Dengan cara ini Kristus menyesuaikan diri-Nya dengan keadaan-Nya
yang hina karena Dia sedang merendahkan diri-Nya. Dia merendahkan diri-Nya sebagai seorang
bayi, seorang anak, seorang pemuda, supaya gambar Allah bersinar semakin cerah di dalam diriNya pada saat Ia tumbuh menjadi seorang pemuda, yang tentunya tidak akan sama seperti ketika
Ia masih menjadi seorang bayi atau seorang anak. Perhatikanlah, orang-orang muda yang
bertumbuh makin tinggi dan besar, juga harus bertumbuh di dalam hikmat, dan sementara
mereka bertumbuh di dalam hikmat, mereka juga akan semakin dikasihi Allah dan manusia.

Anda mungkin juga menyukai