Anda di halaman 1dari 8

"Selamat menempuh hidup baru” ucapan itulah yang sering kita sampaikan

kepada seseorang atau pasangan yang memasuki hidup pernikahan.  Mengapa


disebut hidup baru ketika memasuki pernikahan? Bukankah hidup orang itu
antara sebelum dan sesudah menikah masih sama juga? Ternyata yang
dimaksud dari ucapan itu adalah sebuah perubahan status dari yang sendiri
menjadi berdua, dari kekasih menjadi suami/isteri.

Sesungguhnya memasuki pernikahan bukan hanya menyangkut soal status yang


berubah, tapi juga dalam gaya hidup, aktivitas, pengambilan keputusan dan lain
sebagainya. Menikah, bukan sekedar pesta meriah. Menikah, bukan sekedar
sarana belajar memasak atau menyamakan hobi dan kegemaran. Tapi menikah
adalah penyatuan dua manusia: pria dan wanita. Dari anatomi saja, pria dan
wanita sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Menikah adalah
menyatukan dua isi kepala, dua ide, dua impian menjadi sesuatu yang besar tak
hanya untuk kita, pasangan dan keluarga namun juga untuk orang lain di sekitar.
Karena itu menikah tak hanya sekedar perubahan status tapi juga gaya hidup
karena dengan menikah maka kita memutuskan berlabuh di satu pantai, ketika
ratusan kapal pesiar gemerlap memanggil-manggil. Kita belajar untuk
menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan.  Kita membutuhkan hati
yang lapang untuk melebur kata ‘aku’ dan ‘kamu’ menjadi ‘kita’..

Hal menempuh hidup baru bukan hanya ketika seseorang menikah. Dalam
hubungannya dengan iman maka menempuh hidup baru juga terkait dengan
keputusan untuk ikut Yesus. Seorang yang Percaya kepada Tuhan bukan hanya
stutusnya yang berubah, tetapi juga gaya kehidupannya seharusnya berubah.
Bukankan Rasul Paulus berkata “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia
adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah
mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan
pendamaian itu kepada kami”( II Kor 5:17-18).
Menjadi ciptaan baru menekankan status seorang yang dulunya sebagai orang
yang berdosa, namun sekarang telah mengalami pendamaian melalui penebusan
dan penyucian dari Tuhan Yesus Kristus. Juga gaya kehidupannya harus
berubah. Fokus hidupnya bukan lagi dirinya sendiri tetapi terfokus kepada
Allah. Kehendak serta rencana Allah yang harus menjadi prioritas dalam hidup
ini.
Kehidupan kita yang berubah karena diubahkan Tuhan seharusnya menjadi
suatu momentum kesaksian hidup yang mempengaruhi dan mengubah
kehidupan orang – orang disekitar kita. Paulus yang diubahkan dari seorang
yang anti Tuhan Yesus dan menjadi seorang pengikut Kristus yang setia.
Marilah kita tanyakan pada diri kita masing-masing, Apakah status kita sebagai
orang Kristen sudah berpadanan dengan gaya kehidupan kita sebagai pengikut
Kristus? Sudahkah kita melakukan sesuatu perubahan bagi Tuhan dilingkungan
dimana kita hidup? Mungkin itu ditengah anggota keluarga, Sanak Saudara,
ataupun ditengah lingkungan pekerjaan kita? Bila sudah, maka marilah kita
tetap kerjakan dengan setia, dan bila belum marilah kita memulainya selagi
masih ada kesempatan, karena kesempatan tidak selalu ada. 

Ketika kita mengalami perubahan status dari jomblo menjadi menikah maka
marilah kita belajar saling setia meskipun dunia sekitar kita menampilkan gaya
hidup tidak setia. Jalanilah kehidupan rumah tangga Kristen dengan mengingat
bahwa bukan hanya status menikah yang kita miliki tapi juga status sebagai
ciptaan baru. Selamat menempuh hidup baru. Tuhan memberkati
Kalau membeli suatu benda atau barang biasanya kita mendapat nota atau
kwitansi pembelian. Dalam kwitansi itu dijelaskan berapa harga barang yang
kita beli dan dari siapa kita membeli. Kadangkala pada suatu produk yang kita
beli terutama makanan kaleng ada batas masa berlaku misalnya sampai bulan
apa dan tahun berapa, sesudah batas waktu itu makanan yang kita beli sudah
kadaluwarsa.

Ini sangat berbeda dengan pernikahan, pada saat menikah pasangan akan
beroleh surat nikah, di dalam surat nikah tercantum dengan siapa menikah, ayah
dan ibu dari pasangan kita, kapan diberkati dalam pernikahan kudus, dan jelas
sekali tidak dicantumkan masa berlaku pernikahan tersebut. Tidak ada masa
kadaluwarsa untuk pernikahan. Karena itu ada ungkapan : saat belum menikah
pilihlah diantara banyak pilihan tetapi sesudah menikah terimalah apa adanya.
Kehidupan pernikahan Kristen mesti dilandasi dengan Kesetiaan. Pada zaman
ini, kesetiaan sangat mahal sebab perilaku tidak setia ada dimana-mana.
Perceraian dan perselingkuhan dalam kehidupan pernikahan Kristen seolah
menjadi biasa-biasa. Tapi dibalik prilaku tidak setia yang makin marak, kita
diajak untuk belajar untuk menjadi setia. Ingatlah bahwa dunia ini bisa berputar
dan terus berjalan karena kesetiaan. Bumi setia berputar pada porosnya,
matahari setia terbit di pagi hari tanpa pernah absen. Hujan dan panas setia
menyambangi bumi supaya kehidupan dapat berlangsung. Organ-organ tubuh
kita bekerja siang malam dengan sinergi yang mengagumkan dan setia supaya
tubuh kita terus hidup. Lalu banyak orang di sekeliling kita begitu setia
menjalankan tugasnya walau tugas itu selalu sama dan harus dilakukan setiap
hari tanpa putus, misalnya seorang ibu yang harus selalu memasak untuk
keluarga.

Demikianlah kesetiaan adalah barang mahal yang tak ternilai harganya yang
menopang seluruh kehidupan umat manusia. Di saat kejenuhan atau kebosanan
melanda, ingatlah akan Tuhan yang tidak pernah bosan memelihara manusia.
Peliharalah kesadaran akan rasa syukur atas hidup, dan betapa kehidupan ini
dapat terus berjalan karena ditopang oleh pilar-pilar kesetiaan. Semoga ini
menyemangati kita untuk menikmati kehidupan pernikahan dan menjaganya
sebaik-baiknya. Sehingga kebahagiaan yang dicita-citakan banyak orang dari
sebuah kehidupan pernikahan, dapat mencapai tujuannya yang hakiki, yaitu
kebahagiaan yang dicita-citakan Tuhan sendiri bagi manusia ciptaan yang
dikasihiNya.
Merpati adalah burung yang tidak pernah mendua hati. Coba perhatikan, apakah
ada merpati yang suka berganti pasangan? Jawabannya adalah “tidak”!
Pasangannya cukup 1 seumur hidupnya. Merpati adalah burung yang tahu
kemana dia harus pulang. Betapapun merpati terbang jauh, dia tidak pernah
tersesat untuk pulang. Pernahkah ada merpati yang pulang ke rumah lain?
Jawabannya adalah “tidak”! Merpati adalah burung yang romantis. Coba
perhatikan ketika sang jantan bertalu-talu memberikan pujian, sementara sang
betina tertunduk malu. Pernahkah kita melihat mereka saling mencaci?
Jawabannya, “tidak”!
Burung merpati tahu bagaimana pentingnya bekerja sama. Coba perhatikan
ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling
silih berganti membawa ranting untuk sarang anak-anak mereka. Apabila sang
betina mengerami, sang jantan berjaga di luar kandang. Dan apabila sang
betina kelelahan, sang jantan gantian mengerami. Pernahkah kita melihat
mereka saling melempar pekerjaannya? Jawabannya, “tidak”! Merpati adalah
burung yang tidak mempunyai empedu, ia tidak menyimpan “kepahitan”
sehingga tidak menyimpan dendam. Jika seekor burung merpati bisa
melakukan seperti itu, mengapa manusia tidak bisa? Hidup itu indah jika kita
saling mengerti, berbagi, dan menghargai! Tuhan memberkati
BEKERJA SAMA MELAYANI TUHAN
Bacaan Alkitab : Keluaran 17:8-16

Dengan bekerja sama kita dapat melakukan lebih banyak daripada yang dapat
kita kerjakan sendiri. Ibarat satu tim sepak bola. Bagus tidaknya tim sepakbola
itu bukan hanya tergantung pada satu atau dua pemain saja, tetapi tergantung
pada bagaimana kerjasama tim sebagai satu kesatuan. Memang benar bahwa
ada beberapa pemain kunci yang akan sangat menentukan aliran serangan dan
kekuatan pertahanan dalam tim itu, tetapi pemain-pemain kunci tidak akan bisa
berbuat banyak jika pemain lainnya bermain dengann buruk. Bukan hanya itu
Bpk/Ibu/Sdr, bahkan dukungan dari suporter atau penonton juga menjadi nyawa
tambahan tersendiri bagi tim yang bermain. Semua itu adalah satu kesatuan,
satu unit, yang mesti bersinergi satu sama lain untuk mencapai keberhasilan
sebuah tim.
Saudara - saudara yang dikasihi Tuhan
Pembacaan kita saat ini mengisahkan tentang peperangan orang Israel melawan
Amalek dalam perjalanan keluar dari Mesir menuju Kanaan. Amalek menjadi
bangsa pertama yang berperang melawan Israel di Padang Gurun. Sebenarnya
dari segi asal – usul , orang Amalek adalah keturunan Esau. Itu berarti Amalek
masih memiliki hubungan darah dengan Israel. Tetapi di Rafidim sesudah
peristiwa umat Israel memberontak dan bersungut-sungut soal air, orang
Amalek berperang melawan Israel. Satu masalah dari dalam yaitu soal air sudah
selesai tetapi datang lagi masalah dari luar. Tidak jauh – jauh karena justru
datang dari Amalek yang masih memiliki hubungan darah.

Menghadapi penyerangan Amalek, Musa sebagai pemimpin memberi arahan


yang jelas kepada Israel. Ada satu tujuan yang hendak dicapai bersama yaitu:
Kemenangan atas orang Amalek. Satu tujuan itu dilaksanakan dengan
satu hati, sebab kemenangan yang menjadi tujuan bukanlah kemenangan Musa
saja sebagai pemimpin, bukan juga kemenangan Yosua saja sebagai panglima
perang, bukan pula kemenangan Harun saja sebagai Imam, tetapi kemenangan
seluruh umat Israel di dalam Allah. Oleh sebab itu kemenangan itu menjadi
kerinduan, tekad dan tujuan.
Musa memerintahkan Yosua, memilih prajurit perang dan
memimpin  peperangan itu. Sementara Musa, Harun dan Hur naik ke bukit.
Dengan tongkat Allah ditangannya, Musa mengangkat tangan. Bila Musa
mengangkat tangan maka Israel menjadi lebih kuat, tetapi bila Musa lelah dan
menurunkan tangan maka Amaleklah yang lebih kuat. Dalam keadaan seperti
itu, Harun dan Hur tidak hanya menonton saja, mereka bertindak, mengambil
batu agar Musa bisa duduk di situ dan kemudian mereka menopang tangan
Musa sehingga Musa tidak menjadi lelah, tangan Musa tetap terangkat sehingga
Yosua bersama orang Israel yang berperang dapat mengalahkan orang Amalek.
Israel menang atas Amalek.

Maka dapat disebut Bpk/Ibu/Sdr bahwa kemenangan  Israel adalah kemenangan


sebuah tim yang solid. Yosua, Musa, Harun, Hur dan semua orang Israel
bersatupadu, saling menopang, saling melengkapi, bekerja sama. Bersama-
sama mereka bergerak maju ke medan perang; Ada yg berperang, ada yg berdoa
mohon pertolongan Tuhan. Mereka maju bersama dengan tugas masing-masing
yang berbeda dan dibawah panji Allah yang menyertai mereka, maka  mereka
dapat memenangkan peperangan itu.

Dari kisah kisah kemenangan ini, ada beberapa pelajaran bagi kita selaku orang
percaya dimasa kini dalam kehidupan bersama sebagai Gereja, dalam kehidupan
berjemaat tapi juga dlm kehidupan keluarga secara khusus berkenan dengan
Hari ulang tahun jemaat yang ke 34 tahun
1. Kemenangan Israel terjadi karena Kuasa Allah. Dengan mengangkat
tangannya kepada Tuhan, Musa menunjukkan ketergantungan dan iman
kepada Allah. Kekuatan kita melaksanakan Tri Panggilan gereja
(Koinonia, Diakonia dan Marturia) selama 34 tahun karena kuasa Allah.
2. Doa menjadi kekuatan kita. Ketika Musa berhenti berdoa, berhentilah
pula aliran kuasa ilahi kepada umat-Nya. Kita tidak hanya membutuhkan
Allah saat anggota keluarga kita sakit, saat kita dirundung masalah.
Selama ini ada di dunia ini kita ibarat Isarel di padang gurun kehidupan,
kita mengahdapi persoalan silih berganti, dari luar dari dalam. Selama
kita ada di dunia ini, kita ada dalam peperangan bukan peperangan fisik
tapi peperangan melawan kemalasan, peperangan melawan dosa,
ketidakadilan. Kadang kala kita lelah, kita tidak berdaya tapi ada Tuhan
yang selalu menyatakan pertolonganNya. Karena itu hendaknya kita
terus-menerus mendekati Allah di dalam doa, iman, dan ketaatan. Satu-
satunya harapan kita untuk menang terletak di dalam terus-menerus
menghampiri takhta kasih karunia melalui Kristus, supaya kita dapat
menerima kuasa dan kasih karunia Allah untuk menolong dan menyertai
kita dalam perjalanan di padang gurun kehidupan kita. Jika Allah dipihak
kita siapakah lawan kita? Semua yang jadi tantangan dapat teratasi dan
tujuan dapat tercapai.
3. Allah memanggil kita untuk menjadi mitraNya. Menjadi mitra Allah
berarti Allah menjadikan kita rekan, kawan atau teman kerja-Nya (I
Korintus 3:9). Adalah hal yang luar biasa jika Sang Pencipta, mau bekerja
sama dengan ciptaan-Nya. Sang Penebus bekerja bersama yang
ditebusNya. Allah yang Mahakudus menjadikan kita manusia berdosa
sebagai kawan sekerja-Nya. Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya
kepada Allah saja dan menerima berkat-berkat-Nya, tetapi juga untuk
bekerja bersama Dia. Allah bekerja sejak awal dan sampai sekarang
(Kejadian 1, Yohanes 5:17, 9:4). Dan Dia mengajak kita mengambil
bagian atau berpartisipasi dalam pekerjaan-Nya mendatangkan kebaikan
dan kesejahteraan bagi dunia ini. Jika Allah menjadikan kita mitra-Nya,
ini berarti kita adalah orang yang dipercaya Allah, orang yang dianggap
mampu atau dianggap cakap untuk mengerjakan urusan Kerajaan Allah. 
4. Pekerjaan Allah membutuhkan kerja sama tim yang solid. Mari kita
wujudkan kebersamaan yang telah kita bangun selama 34 tahun menjadi
semakin solid dan kita semakin diperkaya melalui kebersamaan yang ada
dalam kehidupan kita saat ini. baik keluarga, tapi juga Jemaat, baik
sebagai anggota jemaat tapi juga majelis Jemaat, Kita ada utk saling
melengkapi dan saling menopang. Kita bukan hanya sama-sama bekerja
tetapi kita bekerja sama, kita bukan hanya sama-sama melayani tapi kita
melayani bersama.
5. Kerjasama menuntut kebersamaan, dan kebersamaan itu sendiri menuntut
keterbukaan, dan keterbukaan itu menuntut kepercayaan. Saling
mempercayai bahwa kita dapat bekerjasama, saling mengisi bukan
menguras, saling berbagi bukan menopoli, saling mengasihi bukan
menguasai. Kita dipanggil Tuhan untuk berkarya bersama dengan yang
lain. Ibu Teresa pernah mengatakan, “Anda bisa melakukan apa yang
tidak bisa saya lakukan. Saya bisa melakukan apa yang tidak dapat Anda
lakukan. Bersama-sama kita bisa melakukan hal-hal yang besar.” Oleh
karena itu, mari kita bergandengan tangan untuk melaksanakan panggilan
dan pengutusan Allah bagi kita semua. Selamat merayakan Hari Ulang
Tahun ke 34 Jemaat GKI Nazaret – Wagom Amin.
Tanggal 13 Juli 1986 - 13 Juli 2020 = 34 thn.

Anda mungkin juga menyukai