Anda di halaman 1dari 26

1 Tesalonika 2:1-8 (TB)

1 Kamu sendiri pun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah
sia-sia.

2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun
dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada
kamu dalam perjuangan yang berat.

3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak
disertai tipu daya.

4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami,
karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan
Allah yang menguji hati kita.

5 Karena kami tidak pernah bermulut manis — hal itu kamu ketahui — dan tidak pernah mempunyai
maksud loba yang tersembunyi — Allah adalah saksi --

6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang
lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.

7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati
anaknya.

8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah
dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.

https://alkitab.app/v/d803c243fa2c
1 Tesalonik 2:1-8 (TOBA)

1 (I.) Ai nang hamu, ale angka dongan, marbinoto do: Ndada na magopo haroronami tu hamu.

2 Ai dung jolo huta on hami na marporsuk dohot na marsipal di huta Pilippi (songon na binotomuna),
dapotan hiras ni roha do hami mangasahon Debatanami laho mangkatahon tu hamu barita na uli na
sian Debata, nang pe godang paraloon.

3 Ai ndada na lilu manang mangansi manang marangkal hami laho mamodai hamu.

4 Alai songon halak angka naung tau di roha ni Debata do hami, gabe hasahatan ni barita na uli i,
songon i do huhatahon hami; ndada songon angka na mambuat roha ni jolma, naeng hami tahe
halomoan ni roha ni Debata na manigati rohanami.

5 Ai diboto hamu do: Ndang dung hami marhata lemeslemes, ndang dung hami marbisukbisuk
mambuat arta; Debata do sitindangi disi.

6 Ndang manjalahi sangap hami sian jolma, manang sian hamu, manang sian angka na asing pe, atik
pe tarbahen hami do nian marhatongamon, ala apostel ni Kristus hami.

7 Alai basar do hami di tongatongamuna songon inaina na pauliuli gellengna.

8 Songon i do sian sihol ni rohanami di hamu huhalashon hami do mangalehon tu hamu barita na uli
na sian Debata; lobi tahe, dohot ma antong dirinami, ala naung huhaholongi hami hamu.

https://alkitab.app/v/04cb3609206b
https://youtu.be/UOBN9FRnpnU?si=OCuR8IfRw7EkXMYJ

MINGGU 29 OKT 2023

KARENA PERTOLONGAN ALLAH

1 Tesalonika 2:1-8

Pelayanan Paulus di Tesalonika

2:1 Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah
sia-sia. 2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di
Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil
Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.:3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan
atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. 2:4 Sebaliknya, karena Allah
telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil k kepada kami, karena itulah kami
berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati
kita. 2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah
mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi 2:6 juga tidak pernah kami mencari
pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat
demikian sebagai rasul-rasul Kristus. 2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti
seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya 2:8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar
akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan
kamu, karena kamu telah kami kasihi.

Saudaraku,

Dalam pemberitaan Injil, Rasul Paulus menghadapi banyak tantangan. Kadang kala ia harus
meninggalkan kota di mana ia melayani karena beratnya tantangan yang ia hadapi. Namun dia
menghindar bukan karena takut, namun dia mengingat akan pesan Yesus dalam Matius 10:23a,
“Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain;”

Saudaraku, dalam penginjilan nyawalah taruhan nya karena bukankah Yesus Kristus menyerahkan
nyawanya utk kita agar diperdamaikan dgn Allah dan kitapun memperoleh Anugrah keselamatan.

Anugerah keselamatan adalah pemberian Allah yang sangat berharga dan terbesar kepada setiap
kita yang sesungguhnya tidak layak menerimanya karena keberadaan kita sebagai orang berdosa.
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa.” (Rom.5:8).

Saudaraku,

Melalui perikop ini kita belajar bagaimana Paulus menanggapi pemberitaan palsu tersebut, dengan
pernyataan bahwa kedatangan Paulus yang pertama kali ke Tesalonika untuk memberitakan Kabar
Baik tidaklah sia-sia, artinya mencapai tujuannya atau dengan kata lain ada hasilnya.

Mengapa berhasil? Karena pertolongan Allah kitapun bisa berhasil dlm pelayanan bukan karena
kepandaian kita tapi karena pertolongan Tuhan kita berjalan ditengah hutan dan kita masih hidup
sampai saat ini itukarena pertolongan Tuhan.

Saudaraku jadilah pelayan yg melayani tampa pamrih tampa dibayarpun kita harus tetap melayani
dan blm pernah saya dengar seorang penginjil mati kelaparan sekalipun ia ditengah hutan belantara
karena didlm hutan Tuhan sdh mempersiapkan makanan yg cukup dan jangan mengeluh mintak
imbalan atas pelayananmu jangan pikirkan perutmu berdoalah mintalah pertolongan Roh Kudus. Jika
engkau masih mengeluh dlm pelayanan mu buanglah jubahmu dan berbisnislah sesuka hatimu.

*Roma 14:17-18 - Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal
kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus
dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

Tuhan Yesus memberkati. Selamat hari minggu.


MELAYANI APA ADANYA

1 Tesalonika 2:6-8 “Juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun
dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. Tetapi kami
berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah
dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.”

MELAYANI memerlukan kasih sayang seperti seorang ibu mengasuh anaknya. Tanpa kasih yang tulus,
semua pelayanan akan menjadi beban dan terasa gersang. Kasih sayang itu kita teladani dari
pengasihan Tuhan Yesus yang menyelamatkan kita.

Ketika kita melayani, maka yang utama dan pihak yang dipentingkan adalah mereka yang kita layani.
Orientasi pelayanan bukan pada pelayan, melainkan kepada mereka yang kita layani. Lebih dari itu,
yang kita layani bukan pula manusia, tetapi Tuhan dengan segala kehendak-Nya.

Tuhan menyerahkan tugas mulia ini kepada kita, sebab Dia menganggap kita layak. Tuhan
mempercayakan Injil kepada kita untuk melakukan pelayanan yang menyukakan Tuhan Sipenguji
hati. Dalam pelaksanaannya kita tidak boleh asal-asalan, berpura-pura baik dan dengan maksud
loba, atau untuk mencari pujian. Dan atas semua perlakuan kita, Kristus menjadi saksi pelayanan
kita.

Saudaraku. Pelayanan bangsa, negara, usaha, gereja dan keluarga, atau pelayanan apa pun haruslah
pengasuhan yang membidani kehidupan baru. Yang kita bagikan dalam pelayanan itu bukan hanya
pengetahua, kebajikan dan tidak cukup berbagi cerita atau kesaksian, tetapi yang kita bagikan adalah
hidup kita sendiri dengan tulus.

Apabila kita melayani dengan kasih yang tulus dan murni, kita akan selalu bergairah melakukannya.
Di sana ada sukacita dan optimisme, bahwa pelayanan itu diberkati Tuhan. Dan kepuasan hati kita
adalah bila pelayanan kita didengarkan dan diterima sebagai firman yang hidup dan berkuasa
memberikan hikmat dan menuntunnya kepada keselamatan.

Mari, jadikan pelayanan dan pengabdianmu itu bekerja dan berkuasa atas hidupmu dan kehidupn
yang kita layani. Firman atau materipelayanan itu tidak hanya pemberitaan dan kesaksian, tetapi
juga pengajaran, teguran, tuntunan dan pemberdayaan hidup oleh kasih karunia Allah. Amin.

@ Jakarta. Kamis, 28 September 2017 Pdt. Dr. M. Frans Ladestam Sinaga


Renungan Khotbah

1 Tesalonika 2 : 1 - 8

Menyenangkan Hati Allah

Pelayanan terbaik rumah sakit tentu akan memuaskan dan menyenangkan hati para pasien,
termasuk keluarganya. Kualitas pelayanan ini yang menentukan tingkat loyalitas para pasien pada
rumah sakit.

Siapa sih yang mau diperlakukan tidak baik padahal mereka harus bayar untuk perlakuan tersebut?

Sekalipun pasien mengandalkan fasilitas kesehatan dari pemerintah yang memiliki maksud terbaik,
siapa juga yang mau dirinya dilayani oleh pihak yang memiliki maksud terburuk? Tidak ada yang
mau.

Namun Allah juga turut merasakan pelayanan terbaik dari siapa pun dan untuk siapa pun,
sebenarnya.

Yesus pernah menyinggung ini dalam ceritanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40).

Tentu Tuhan tidak bermaksud bahwa pelayanan terburuk lah yang Ia harapkan dari orang-orang
yang melayani. Justru pelayanan terbaiklah yang Tuhan inginkan. Itu sebabnya saya pernah berpesan
pada adik saya yang sekarang ini melayani sebagai dokter untuk melayani pasien seperti sedang
melayani Allah.

Paulus dalam perikop Khotbah dalam 1 Tesalonika 2:1-8, khususnya ayat 4 juga menyinggung
kembali penekanan di atas.

Dan lagi dalam perikop ini Paulus menegaskan kembali beberapa aspek lain yang juga terkait dengan
Matius 25:40 tersebut:
1. ALLAH YANG MENGUTUS UNTUK MELAKUKAN TUGAS PEKERJAAN DAN PELAYANAN DI DUNIA INI.

Barangkali orang akan lebih mudah berpikir bahwa karir dan pekerjaannya itu berasal dari inisiatif
dan keinginannya sendiri. Namun tidak demikian adanya. Ini bukan soal cita-cita rasul Paulus atau
pun keinginan orang atas dirinya. Paulus bahkan tidak membayangkan bahwa dia akan menjadi
orang percaya. Cita-citanya waktu itu adalah memberangus orang Kristen. Dan maksud yang keluar
darinya itu akhirnya dicampakkan karena Allah telah ‘memberangusnya’. Keinginan dan cita-cita
pribadi digantikan dengan keinginan dan kehendak Allah.

2. KITA MELAYANI UNTUK MENYUKAKAN HATI ALLAH.

Pelayanan utamanya bukan untuk menyenangkan hati manusia. Ritme dan kualitas pelayanan
ditentukan untuk tujuan menyenangkan hati Allah. Apakah isi hati manusia? ia memiliki begitu
banyak keinginan dan maksud yang bertentangan dengan Allah. Bagaimana mungkin ketika kita
berusaha menyenangkan hati manusia juga akan menyenangkan hati Allah? Dengan demikian,
sekalipun melayani sesama adalah juga melayani Allah, tetapi menyenangkan hati sesama belum
tentu juga menyenangkan hati Allah.

3. CARA KITA MELAYANI JUGA SETURUT DENGAN CARA ALLAH MELAYANI.

Ketika pekerjaan dan pelayanan di utus oleh selain Allah, maka maksud, tujuan, motivasi, kualitas
dan teknis melakukan pekerjaan dan pelayanan akan dapat kita duga. Gembala upahan akan bergiat
saat ada mandor dan upah yang baik untuk pekerjaan mereka. Tapi ketika situasi mulai berbahaya,
domba-dombanya akan ditinggal sendirian menghadapi bahaya. Namun gembala yang baik akan
bekerja dengan hati dan kasih sayang, “seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya”.
Seorang ibu dengan kasih sayang yang besar akan merelakan hidupnya bagi anak-anaknya. Demikian
juga yang kelihatan dalam apa yang Allah lakukan melalui Yesus Kristus Tuhan kita. Hendaklah kita
bekerja dan melayani dengan cara demikian.

Mari, layanilah sesama seperti melayani Allah – dengan cara mana Ia melayani kita. Itu perintahNya,
itu menyenangkanNya.

Amin. ( JKBK )
Renungan Minggu XIX Setelah Trinitatis Minggu, 26 Oktober 2014

Topik: “MENYUKAKAN ALLAH YANG MENGUJI HATI”

Ev: 1 Tesalonika 2:1-8 ; Ep. Mazmur 1: 1-6

1. MOTIVASI dan MENGHAYATI PANGGILAN PELAYANAN dan PENGINJILAN ( ay. 1-4). Karena apa
melayani dan menginjili? Ada 5 hal, yaitu:

a). Kehendak Allah. b). Pengutusan Kristus. c). Dorongan kasih Kristus. d). Merasa Berhutang. e).
Pengharapan di akhir zaman.

2. SIKAP HIDUP SEORANG PELAYAN TUHAN (ay. 5-8)

* tidak pernah bermulut manis * tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi * tidak
pernah mencari pujian dari manusia. * berlaku ramah, sama seperti seorang ibu mengasuh dan
merawati anaknya * rela membagi Injil Allah dan juga membagi hidup karena kasih yang besar.

3. BERANI dan MURNI dalam melayani TUHAN dan sesama.

Bertujuan dan Memperoleh “Tiga Yang Terbesar” di dalam hidup: makin mengenal, mengasihi dan
melayani Tuhan di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.

Selamat BERIBADAH dan BERKHOTBAH.


The Praise of man Fades. Praise from God is Enduring (I TESSALONIKA 2:1-8)

KHOTBAH MINGGU 29 OKTOBER 2023

Pdt. Rastol Hasibuan, MTh

2:1 Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah
sia-sia.

2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi,
namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah
kepada kamu dalam perjuangan yang berat.

2:3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak
disertai tipu daya.

2:4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami,
karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia melainkan untuk menyukakan
Allah yang menguji hati kita.

2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah mempunyai
maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi

2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang
lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.

2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati
anaknya.

2:8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah
dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri u dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.

1. Dalam nats ini kita melihat pembelaan Paulus atas kerasulannya dan pelayanannya kepada orang-
orang Tesalonika. Mengapa Paulus mempertahankan tindakan dan pelayanannya? Dia membela
tindakan dan pelayanannya karena setidaknya dua alasan. Pertama, orang-orang Yahudi yang datang
untuk mengisi kekosongan setelah dia meninggalkan Tessalonika menyerangnya. Mereka memfitnah
nama dan perilakunya. Bahkan mereka mengatakan yang diinginkan Paulus hanyalah uang orang
Tesalonika. Dia bahkan bukan seorang rasul. Khotbahnya tentang kasih karunia Allah merupakan
topeng di balik keserakahan yang ia sembunyikan. Bukankah banyak pelayan menyembunyikan
keserakahan mereka dengan jubah? Bukankah banyak pemimpin menyembunyikan motivasi
keserakahan mereka? Kedua, kita diingatkan tentang teologi imitasi Pauline. Dia membela
pelayanannya sehingga kita dapat memahami apa yang merupakan perilaku yang tepat saat kita
terlibat dalam pelayanan juga. Paulus mulai menguraikan - --pelayanannya dengan mengunakan kata
TIDAK:

• Pelayanan mereka TIDAK sia-sia (2:1).

• Hal ini TIDAK ditandai dengan kesalahan, kenajisan, atau penipuan (2:3).
• Khotbah mereka TIDAK ditujukan untuk menyenangkan manusia, (2:4).

• Mereka TIDAK menggunakan sanjungan (2:5a).

• Mereka TIDAK serakah (2:5b).

• Mereka TIDAK mencari kemuliaan pribadi (2:6).

2. Paulus terus mendorong orang-orang Tesalonika dengan mengingatkan mereka akan


pelayanannya kepada mereka, dan bahwa tujuannya dalam mengkhotbahkan Injil bukanlah
menyenangkan orang, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Ini adalah cara untuk memenangkan
hadiah yang bertahan untuk selamanya. Pujian manusia memudar. Pujian dari Tuhan itu bertahan
lama. Kesempatan terbesar dalam hidup ini adalah hidup dengan setia, menyenangkan Tuhan
daripada manusia.

Paulus dan teman-temannya menderita pemukulan dan pemenjaraan di Filipi. Kemudian mereka
dikejar keluar kota dari Tesalonika. Tapi tidak ada yang menghalangi pengabdian mereka untuk
mengkhotbahkan kabar baik. Mereka telah dipercayakan dengan Injil, dan itulah yang memaksa
mereka untuk berkhotbah, walaupun itu membahayakan diri mereka sendiri. Dia dan Timotius dan
Silas mengajarkan Injil, bukan menyenangkan orang, tetapi menyenangkan hati Tuhan yang menguji
hati kita. Sekali lagi tujuan mereka adalah untuk menyenangkan Tuhan, bukan orang lain. Jika tujuan
mereka untuk menyenangkan orang maka mereka tidak akan mengkhotbahkan Injil sejak awal,
karena ke mana pun mereka pergi itu akan membawa mereka kesulitan.

3. Paulus mengingatkan orang-orang Tesalonika bahwa dia tidak datang dengan khotbah yang
menyanjung. Dia menceritakan apa yang dia dan orang-orang Tesalonika itu sendiri alami bersama.
Mereka mengenal Paulus, meskipun waktu mereka bersama singkat sebelum dia diusir. Paulus juga
tidak berkhotbah dengan dalih keserakahan. Dia tidak mendapatkan nilai material dari Tesalonika.
Dia tidak dibayar atau diberikan properti sebagai imbalan untuk berkhotbah kepada mereka. Tuhan
adalah saksi apa yang diklaim Paulus dalam membela diri-Nya, Tuhan mengetahui kebenaran
tentang apa yang Dia perbuat, karena Tuhan yang memeriksa hati manusia.

Sangat penting bagi kita untuk menjalani kehidupan murni, jujur dan terus terang dalam semua
urusan kita sehingga ketika kita difitnah, kita juga akan memiliki pembelaan. Saat kita tumbuh
mematuhi perintah Tuhan, kita akan menuai apa yang telah kita tabur. Kita akan mendapatkan
manfaat besar saat kita tunduk kepada orang tua kita. Ini akan sangat membantu kita untuk belajar
tunduk pada pemerintahan Tuhan atas kita. Injil itu adalah kabar baik bagi orang-orang percaya
tetapi membawa kesulitan kepada para pengkhotbah. Khotbah yang murni sering kali menimbulkan
pertentangan, karena jalan Allah bertentangan dengan jalan dunia. Khotbah yang murni sering kali
bertentangan dengan kepentingan uang. Ketika orang-orang kaya dan berkuasa yakin bahwa
kepentingan mereka terancam, mereka mengerahkan sumber daya mereka untuk melawan
ancaman tersebut.
4. Sementara rasul menderita karena pelayanan, dia masih berkhotbah dengan berani karena itu
bukan dari dia tetapi dari Tuhan. Paulus tidak takut pada manusia karena dia tahu pesan ini berasal
dari Tuhan. Dia dan yang lainnya berani karena mereka memiliki kepercayaan penuh pada Injil.
Paulus memberi tahu kita bahwa kita memiliki keberanian karena Tuhan menyatakan Injil kepada
kita.

Kita harus berbicara Injil Allah dengan orang lain juga. Kita akan, tidak diragukan lagi, pasti akan
menghadapi oposisi. Kemampuan menghadapi oposisi karena Injil adalah pesan-Nya bukan milik
kita. Maukah kita berbicara Injil kepada orang lain? Apakah kita akan berbicara Injil kepada orang
lain bahkan di tengah-tengah kesengsaraan dan oposisi?

5. Kita menemukan bahwa hanya memberitakan Injil tidak sepenuhnya disetujui oleh Tuhan tetapi
kita harus melakukannya dengan motif murni. Ada orang memberitakan Injil dengan motif tidak
murni. Paulus mengatakan dengan tegas; “kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--
dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi juga tidak pernah
kami mencari pujian dari manusia. Apa itu sanjungan/pujian? Sanjungan adalah musik di telinga
orang berdosa. Sanjungan adalah kata -kata yang sangat baik dan menawan. Ini adalah kata -kata
yang ingin kita dengar karena itu adalah kata -kata yang baik tentang kita. Kita menyukai kepuasan
instan. Tujuan dari penyanjung adalah untuk mendapatkan keuntungan. Sanjungan adalah seni
mengatakan hal-hal baik tentang orang lain—atau mengatakan hal-hal yang ingin didengar orang
lain—dengan tujuan mendapatkan sesuatu dari orang tersebut. Singkatnya, sanjungan bersifat
menipu dan mementingkan diri sendiri—dilakukan demi keuntungan pribadi. Paulus mengatakan
bahwa dia dan rekan-rekannya tidak menggunakan sanjungan. Jemaat Tesalonika mengetahui
bahwa hal ini benar. Paulus bukan ingin menjadi selebriti. Saat kita berusaha melayani Kristus dan
melakukan pelayanan, kita bisa melakukannya untuk kemuliaan kita. Tapi Paulus tidak. Apa motivasi
Anda saat melayani?

6. Daripada menggunakan sanjungan, Paulus justru menyampaikan kebenaran ilahi yang sering kali
menyinggung perasaan orang. Pendekatannya adalah kebalikan dari sanjungan. Ada guru dan
pengkhotbah palsu saat ini yang menggunakan metode ini. Mereka membanjiri kita dengan
pujian/sanjungan, penipuan, dan keserakahan. Motif mereka adalah keuntungan finansial.

Kata Yunani loba adalah pleonexia, ini berarti ketamakan atau keserakahan. Ketamakan adalah
keinginan yang berlebihan terhadap sesuatu yang menjadi milik orang lain—keinginan yang begitu
kuat sehingga berpotensi memprovokasi orang yang tamak untuk melakukan apa pun yang
diperlukan untuk mendapatkan objek yang diinginkan. Orang yang tamak sering kali menggunakan
kepura-puraan untuk membuat mereka tampak lebih ramah dari yang sebenarnya. Kalau tidak,
orang-orang tidak akan ada hubungannya dengan mereka.

Paul mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya tidak pernah berpura-pura menyembunyikan
keserakahan yang membara—karena mereka tidak pernah serakah. Bukti yang kuat adalah fakta
bahwa Paulus “bekerja siang dan malam, supaya jangan membebani siapa pun di antara kamu” (1
Tesalonika 2:9; 2 Tesalonika 3:8). Ia bekerja sebagai pembuat tenda untuk membiayai hidupnya
sendiri (Kisah Para Rasul 18:3).

Injil sejati harus menghancurkan kita dan mengubur kita ketika kita melihat kejelasan dosa kita. Itu
harus menyampaikan fakta bahwa kita seharusnya tidak merasa nyaman dengan diri sendiri karena
sama sekali tidak ada yang baik di sana. Perasaan yang baik datang setelah kita menyadari bahwa itu
semua adalah milik Kristus dan ada banyak hal yang baik dalam dirinya. Dia adalah kebaikan dan
kebenaran kita.

Kita tidak boleh menggunakan orang untuk keuntungan egois. Kita tidak boleh berbicara Injil yang
terhubung dengan sanjungan. Berhati-hatilah, ketika seseorang mulai memuji kita, mereka biasanya
ingin mendapatkan sesuatu dari kita.

7. Apakah Anda melihat perbedaan antara Paulus dan guru palsu? Paulus benar-benar merawat
mereka dan mencintai mereka. Guru-guru palsu hanya menggunakannya untuk keuntungan egois.
Para misionaris benar-benar peduli dengan pendengarnya. Paulus menulis bahwa mereka lembut di
antara mereka. Lembut seperti seorang ibu dengan bayi perawatannya. Dia lembut, perhatian, baik,
dan peduli dengan kesejahteraan mereka, berbeda dengan guru palsu yang hanya peduli pada diri
mereka sendiri dan menggunakan orang-orang ini sebagai batu loncatan untuk mendapatkan
kekayaan dan ketenaran. Paulus kemudian menyatakan; “kami berlaku ramah di antara kamu, sama
seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang
besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri
dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.”

Gambaran yang Paulus, Silvanus, dan Timotius gunakan adalah gambaran seorang perawat yang
merawat anak-anak kecil (2:7) dan, kemudian, orang tua, yang menyemangati mereka — bahkan
memohon kepada mereka — untuk menjalani kehidupan yang layak bagi Allah (2 :11).

8. Paulus dan rekan-rekannya prihatin terhadap kesejahteraan orang-orang Kristen di Tesalonika.


Kepedulian mereka seperti seorang ibu demi kesejahteraan bayinya. Tentu saja ini menjadi
gambaran yang kuat, karena pengabdian para ibu terhadap bayinya cenderung total. Seorang ibu
yang harus memilih antara hidupnya dan kehidupan bayinya hampir selalu mengorbankan nyawanya
sendiri untuk menyelamatkan bayinya. Bukannya menggunakan jemaat untuk melayani dirinya
sendiri, dia memberikan dirinya untuk melayani mereka. Sungguh menyenangkan bahwa seorang
pria yang tangguh dan maskulin seperti rasul Paulus menggunakan metafora feminin ini. Begitulah
cara Paulus menggambarkan dirinya sebagai umat Allah. Itu juga yang harus kita cita-citakan. Sangat
mudah bagi kita untuk hanya melayani diri sendiri, mengabaikan kebutuhan orang lain. Tuhan
memanggil kita untuk melakukan kasih yang berkorban demi Injil. Kebenaran tanpa cinta bukanlah
kebenaran sejati, cinta tanpa kebenaran tentu saja bukanlah cinta.

Beberapa pemimpin Kristen menjadi egois dan otokratis. Semakin otoritas mereka ditantang,
semakin mereka menegaskannya. Kita semua perlu lebih memupuk, dalam pelayanan pastoral kita,
kelembutan, cinta dan pengorbanan diri seorang ibu. Tuhan memanggil kita untuk menjadi ibu bagi
orang-orang di sekitar kita. Dia memberitahu kita untuk memberikan hidup kita dengan penuh kasih.
Untuk melakukannya bahkan di tempat yang menyakitkan. Dan Tuhan akan menggunakannya.
Pengajaran harus muncul dari kasih sayang. Ajaran Paulus ketika dia berada di sana – dan ajarannya
dalam kata-kata ini di sini – jelas berasal dari kasih yang mendalam terhadap orang-orang
Tesalonika. Itulah jenis pelayanan yang Tuhan panggil untuk kita lakukan. Itulah yang dilakukan
Paulus - terlepas dari apa yang dikatakan para haters. Tuhan memanggil kita untuk melakukan
pelayanan yang penuh pengorbanan. Paulus menunjukkan kepada kita visi pelayanan Kristen di sini.
Dia memberi kita dua aspek pelayanan kita dalam ayat ini: Dengan berani menyampaikan Injil-Nya,
berapapun biayanya. Berikan hidup Anda dengan penuh kasih, melebihi apa yang menyakitkan.
Amin.

CALIFORNIA 26 OKTOBER 2023


Renungan hari Minggu :

*TENTANG APAKAH INI?*

Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah
dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu.

(1 Tesalonika 2:8)

*Kasih. *Pengampunan. *Belas kasihan.

*Kasih karunia. *Kebaikan. *Kepedulian. *Kebaikan hati. *Kemurahan.

Siapakah di dunia ini yang akan menentang sifat-sifat ini? Siapa yang dapat menentang kekuatan
positif semacam itu dalam kehidupan seseorang? Dengan kata lain, siapa yang akan menentang
orang-orang Kristen? Siapa yang dapat menyebut orang-orang Kristen dengan sebutan- sebutan
buruk, menganggap mereka berbahaya, sehingga orang berusaha merentangkan jarak sejauh
mungkin dengan orang-orang Kristen?

Siapa? Banyak orang. Tetapi mengapa? Karena dalam diri orang-orang Kristen yang mereka kenal,
mereka tidak lagi menemukan kasih, pengampunan, kebaikan hati, belas kasihan, kasih karunia, dan
kemurahan.

Mereka tidak dapat melihat Kristus dan segala sifat-Nya ketika berada di hadapan kita, orang Kristen.
Manakala kita mengikuti keinginan sendiri atau bikin gara-gara, mereka akan segera melihat
kebencian dan bukan kasih kita, dendam dan bukan pengampunan kita, sikap acuh tak acuh dan
bukan kepedulian kita, kekasaran dan bukan kebaikan kita. Padahal, kehidupan kita perlu senantiasa
mewartakan pesan dari Allah yang harus kita sampaikan

(1 Tesalonika 2:1-12).

Kekristenan selalu berbicara tentang Kristus dan anugerah hidup kekal-Nya yang penuh kasih,
pengampunan, dan belas kasihan. Segala hal lain yang tidak sejalan dengan hal-hal ini akan
menyesatkan orang lain.

_Kekristenan ialah tentang Yesus. Biarlah Dia bersinar melalui kehidupan Anda sehingga orang lain
dapat melihat Dia._
✍🏼 HIDUPLAH SEDEMIKIAN RUPA

SEHINGGA ORANG LAIN INGIN MENGENAL JURUSELAMAT ANDA LEWAT ANDA.

Selamat hr minggu.

Salam antusias.

AMSAL 🙏🙏🙏

Tuhan Yesus memberkati


Bagiku tingkat keprofesionalan itu berada pada 2 hal :

1. Ketika kita menyadari bahwa apa yg kita kerjakan (tanggung jawab) kita saat ini adalah "karena
Allah yg mempercayakannya"

2. Ketika kita mengerjakannya "untuk menyukakan Allah yg menguji hati manusia"

Terlalu lelah dan sampai kapanpun tidak akan pernah sempurna, jika bekerja hny untuk menyukakan
hati manusia, sebab apa yg indah menurut si A belum tentu indah menurut si B.

Terima kasih firman Tuhan yg telah mengajarku (1 Tessalonika 2:1-8).

Selamat hari Minggu,, :)


SPIRIT PELAYANAN

1 Tessalonika 2:1-8

Draft Catatan Kotbah Minggu, 26 Oktober 2014

“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)

Dalam sejarah gereja mula-mula, kita kenal suatu ungkapan: “semakin dibabat, semakin merambat.”
Ungkapan ini merupakan suatu istilah dalam menggambarkan realitas perkembangan gereja mula-
mula. Mereka mendapat tantangan, ancaman, anianya dan martyr namun sedikit pun tak membuat
mereka undur dari beriman kepada Yesus Kristus. Tantangan itu bukan saja datang dari Yahudi, tapi
dari masyarakat umum dan khususnya kekaisaran Romawi yang senantiasa menunding persekutuan
orang percaya sebagai kelompok teror yang menggerogoti pemerintahan kekaisaran Romawi.
Sedemikian bencinya Pemerintahan Romawi akan orang percaya hingga mereka terus dianiaya,
dikejar bahkan martyr menjadi tontonan si stadion berhadapan dengan singa dan banyak juga yang
dibakar hidup-hidup menjadi obor di jalan. Itulah pahitnya menjadi pengikut Yesus di masa sejarah
gereja mula-mula.

Sekalipun sedemikian dahsyatnya tantangan itu, bahwa jumlah orang yang percaya kepada Yesus
Kristus tidak berkurang, justru semakin bertambah. Pengejaran terhadap orang percaya menjadi
cara Allah untuk mempercepat pekabaran Injil ke mana mereka berlari dari pengejaran dan
penganiayaan. Habis gelap terbitlah terang; masa penganiayaanpun berlalu setelah ada Edik Milano
yang menerima Agama Kristen sebagai agama resmi di wilayah kekaisaran Romawi.

Menjadi pertanyaan bagi kita spirit apa atau semangat apa yang membuat gereja mula-mula
bertahan seperti itu? Kuncinya adalah karena rasul-rasul telah menunjukkan teladan dalam ha l itu
dan tentu atas pertolongan dan perlindungan Roh Kudus bagi setiap orang percaya sebagaimana
digambarkan dalam Kisah Para rasul.

Berkaitan dengan kotbah minggu ini, dari 1 Tes 2:1-8, Paulus menjelaskan Spirit Pelayanannya
kepada jemaat Tessalonika. Spirit pelayanan Paulus itu digambarkan dalam tiga unsur penting, yaitu:

01. Tak Surut Oleh Tantangan

Paulus dan murid-muridnya berlari dari satu desa ke desa lain untuk memberitakan Injil. Bagi Paulus
upaya memberitakan Injil ini adalah hutang yang harus ditebus dan Injil harus sampai ke ujung bumi
sebelum Kristus datang. Inilah spirit Paulus, bahwa Injil harus diberitakan sebeleum kedatanganNya,
karena itu baginya waktu hanya tinggal sedikit dunia yang belum dijangkau Injil masih banyak. Paulus
berkunjung dari kota ke suatu kota, desa ke desa lain agar Injil diberitakan. Dia tidak memiliki
ketakutan atau mengeluh terhadap apa yang menghambat dan menganiaya dia dalam Pemberitaan
Injil. Dalam perikop ini Paulus menjelaskan penganiayaan dan hambatan yang dialaminya di
Filipi(Baca Kisah Rasul 16: 13-18, 19-40). Di Filipi Paulus menyembuhkan perempuan yang dirasuki
roh, namun Paulus dituding menjadi pembuat onar. Pemerintah setempat menangkap dan
memenjarakan Paulus. Bukan hanya itu namun mereka diikat dan dibelenggu di penjara bagian
tengah agar tidak bisa melepaskan diri. Namun apa yang terjadi, pada saat itu ada gempa bumi yang
hebat sehingga sendi-sendi pintu penjara terbu membuat Paulus dan Silas dapat keluar dari penjara.
Hal yang paling luar biasa, penjaga penjara akhirnya takjub dan meminta petunjuk dari Paulus
perihal apa yang dia harus lakukan agar dia selamat. Paulus menjawab: “percayalah kepda Tuhan
Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31).

Apa yang menarik disini, Paulus menegaskan bahwa tantangan, hambatan, penolakan dan
penganiayaan tak akan menghentikan pemberitaan Injil. Kekuatan manusia dan kekuasaaan
penguasa tak akan mampu mengehntikan Pemberitaan Injil. Segala belenggu yang diikatkan oleh
manusia kepada Pemberita Injil akan tanggal dan runtuh dengan sendirinya oleh Kuasa Kristus.

Spirit seperti itulah yang mesti dialami oleh pelayanan masa kini, tak akan surut oleh tantangan
apapun, melainkan dengan semngat pemberitaan segala tantangan itu akan diruntuhkan oleh
Kristus.

02. Pemberitaan; Menyukakan Hati Tuhan

Spirit pelayanan adalah menyukakan hati Tuhan. Inilah hal kedua yang ditegaskan oleh Paulus dari
kotbah minggu ini bahwa Pemberitaan Injil semata-mata untuk menyukakan hati Tuhan. Paulus
mengecam keras sikap dan perbuatan para pemberita lain yang tidak murni, bertujuan untuk
menyenangkan hati manusia, bahkan dengan segala tipu daya dilakukan atas nama pelayanan
namun bukan pada tujuan yang murni. Paulus menegaskan ini karena ada pemberita yang berusaha
menjatuhkan Paulus dengan pemberitaannya. Di sini Paulus memberikan apologi tentang
pemberitaannya bahwa sesungguhnya penugasan Pemberitaan Paulus adalah

Kepercayaan yang diberkan oleh Yesus Kristus kepada Paulus: “”karena Allah telah menganggap
kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk
menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tes 2:4).

Perihal bagaimana Kristus menangkap Paulus menjadi pemberita Injil dapat kita baca di Kisah rasul
9, 1-19a; kisah pertobatan saulus menjadi Paulus dan sekaligus pengutusan Paulus menjadi
Pemberita Injil. Demikian halnya dalam Gal 1:12 disebutkan: “karena aku bukan menerimanya dari
manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku tetapi aku menerimanya oleh
penyataan Yesus Kristus. Dan tidak kalah pentingnya Paulus menjelaskan bahwa penerimaannya
menjadi rasul adalah melalui suatu penampakan (1 Kor 15: 8: “dan yang paling akhir dari semuanya
Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”

Dari kisah pemanggilan dan pengutusannya menjadi rasul, Paulus bermaksud murni yaitu bertujuan
untuk menyukakan hati Tuhan.
Tentu banyak refleksi yang mungkin kita kembangkan dari sini perihal tujuan Pemberitaan dan
tujuan Pelayanan. Mari singkirkan tujuan-tujuan picisan dalam pelayanan dan pemberitaan apakah
itu demi popularitas, harga diri, atau maksud lainnya. Semua pelayanan dan pemberitaan kita mari
kita pusatkan untuk menyukakan Tuhan.

03. Dalam Pemberitaan: ada kasih sayang dan pengasuhan

Ada suatu istilah menarik dari Paulus sebagai rasul dan jemaat asuhan hasil penginjilannya; yaitu
semacam hubungan seorang ibu terhadap anaknya. Ibu yang memelihara, membesarkan dan
mendidik anak-anaknya di dalam kasih dan pemeliharaan pengasuhan yang baik agar bertumbuh
menjadi dewasa. Jadi hubungan ini ada kasih sayang dan pengasuhan hingga mandiri. “Tetapi kami
berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawi anaknya.” (1 Tes
2:7)

Analogi ini sangat menarik sebagai kritik terhadap kalim “pemberita Injil” yang terkesan hanya
sebagai penabur saja mengabaikan unsur pengasuhan dan pemeliharaan persekutuan. Ada
pengkotbah yang menaburkan Injil dimana-mana dan menyatakan pelayanannya telah dimana-
mana. Baiklah itu benar dan kita terima sebagai tugas pemberitaan, namun Tugas Pemberitaan
dalam kotbah ini bukan hanya menabur, namun Paulus dalam kotbah ini ada kasih sayang, ada
pengasuhan dan pemeliharan iman agar bertumbuh hingga jemaat yang dewasa.

Jemaat yang bertumbuh dan menjadi dewasa jika dipupuk dan dipelihara dengan kasih sayang.
Mungkin bisa juga kita menarik suatu refleksi di bulan oktober ini HKBP telah mencapai 153 tahun
bertumbuh dalam pengasuhan persekutuan apakah kita telah menjadi dewasa. Atau mungkin skop
gereja masing-masing, perlu evaluasi akan kasih sayang dan pengasuhan; sudah sejauh manakah
kasih sayang dan pengasuhan kita dalam rangka bertumbuh bersama menjadi jemaat yang dewasa
hingga saat ini? Atau sebaliknya yang terjadi semakin kering dan gersangnya kasih sayang, dan
kepedulian semakin kerdil atau berlomba untuk mencapai tujuan popularitas diri yang sia-sia?
Kotbah ini mengajak kita kembali agar hidup dalam kasih sayang dan saling merawat dan
memelihara persekutuan yang bertumbuh di dalam iman hingga dewasa.

Penutup:

Jika kita perhatikan dalam suatu Opening Ceremony atau Pembukaan Olimpiade atau Pekan Olah
Raga selalu ada penyalaan Api. Api olimpiade yang biasanya diambil dari api bumi alami yang
menyala, Api ini terus dibawa oleh atlet hingga dinyalakan pada opening ceremony. Ini adalah
bertujuan dalam seluruh pertandingan dan perlombaan ibarat api yang menyala demikianlah spirit
para atlet menyala hingga menuntaskan segala pertandingan dan perlombaan. Demikian halnya
dalam pelayanan kita masing-masing, hendaklah spirit api pelayanan kita tidak padam tetapi terus
menyala hingga berakhir di garis finis.

“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)
MARHIRAS NI ROHA MANGHATAHON BARITA NA ULI MANGASAHON DEBATA.

Horas ma di hita. Selamat Ari Minggu XXI dung Trinitatis (29 Oktober 2023). Las ma rohanta
marsomba tu Tuhanta sadarion huhut tumangihon hata-Na sihangoluhononta. Disoarahon hata
Debata do tu hita sadarion na dienet sian Surat ni apostel Paulus na parjolo tu huria Tessalonika, 1
Tessalonika 2: 1-8, asa ganup angka na porsea di Jesus marhiras ni roha manghatahon barita na uli i
mangasahon Debata. Laho mangulahon on dilehon apostel Paulus do tiruan di hita, songon na
dibaritahon di turpukta on. Borat do tantangan na niadopan ni apostel Paulus laho mamaritahon
barita na uli i di huta Tessalonik. Godang do paraloan diadopi lumobi sian halak Jahudi na marsogo ni
roha di si Paulus dohot di barita nauli na hinatahonna di huta i. Dialuhon halak Jahudi i marsogo ni
roha do apostel Paulus dohot angka donganna tu panggomgomi ni luat i, songon siboan poda
sipaotooto na mangaliluhon gabe tubu hagaoron di tongatonga ni na torop. Alai ala ni na
mangasahon Debata do ibana mangulahon i, ndada mangasahon gogo dohot hamaloonna sambing,
ndang sumurut hiras ni rohana na marbarita na uli i. Dipasupasupasu Debata do ulaonna i, gabe
ndang magopo halojaonna mamaritahon barita na uli i di huta Tessalonika, gabe jongjong do disi
sada huria. Torop do angka na porsea di Jesus dohot di barita na uli na hinatahonna i. Turpuk on i ma
patoguhon roha ni angka halak Kristen di huria i, asa lam togu roha dohot haporseaon nasida
mangihuthon barita na uli naung pinasahat ni apostel Paulus i tu nasida. Pangulaonna mamaritahon
barita na uli i di huta Tessalonik gabe tiruan .ma i di sude angka parbarita na uli nang di sude halak
Kristen laho manghangoluhon barita na uli i.

1. Marhiras ni roha mamaritahon barita na uli mangasahon Debata. Di na taripar si Paulus rap
dohot si Silas sian luat Asia tu Makedonia di Eropa hombar tu pangidoan ni sahalak Makedonia na
niida ni si Paulus di bagasan tondina (Ulaon 16: 9), parjolo ma diebati nasida huta Filipi, i ma huta
sabungan ni provinsi Makedonia i. Alai di huta Filipi manaon na porsuk situtu do nasida sahat ro di
na dihurunghon, ala adong pangisi ni huta i na marsogo ni roha mida nasida. Dialuhon do nasida tu
panguhum, songon siboan hagunturon tu huta i. Alai dipamasa Debata do halongangan paluahon
nasida sian hurungan i marhite lalo na gogo na mambahen tarbungka pintu ni hurungan i. Alai nang
pe naung ungkap pintu ni hurungan ndang olo nasida haruar songon i, ingkon panguhum i do na
paluahon nasida huhut mandok na so sintong na tinuduhon ni halak tu nasida. Dung dipalua
panguhum ni huta Pilipi i nasida gabe tamba ma hiras ni roha nasida mamaritahon barita na uli i.
Ditadinghon nasida ma huta Pilipi i gabe borhat ma nasida tu huta na asing di luat Makedonia i, i ma
huta Tessalonik. Hiras ni roha nasida i ndada marharoroan sian diri ni si Paulus dohot angka
donganna hatiha i, alai marharoroan sian Tuhan na marsuru nasida laho mamaritahon barita na uli i
do. Pos do roha nasida, mangasahon Debata, tung pe adong tantangan, manang ragam ni
haporsuhon na boi mangambati barita na uli i, ndang sumurut hiras ni roha nasida, ai marharoroan
sian Debata do barita na uli i. Ala Debata do na marsuru ibana mamaritahon barita na uli i, pos do
rohana, sai parrohaan jala pargogoan ni Debata do ibana laho mangulahon i. Jala on do tongtong
tiruan di sude angka na porsea, na so jadi mabiar manghatindanhon haporseaon dohot hasintongan
ni hata ni Debata di parngoluonna siganup ari.

2. Ndang songon na mambuat roha ni jolma alai ingkon mambahen halomoan ni roha ni Debata do.
Ndang adong sangkap ni apostel Paulus laho mangalului pangomoan manang hasangapon tu dirina
di na laho mamaritahon barita na uli. Hibul do rohana mamelehon dirina, sahat tu na rade manaon
na porsuk asa sahat barita na uli i, i ma barita haluaon na pinatupa ni Jesus tu sandok jolma. Molo
adong na na mangarujumi ibana songon angka guruguru filsafat hatiha i na maniganigahon
parbinotoanna tu angka natorop laho mangalului pangomoan manang papunguhon arta asa mamora
ibana, ndang songon i anggo si Paulus. Gariada hatiha i ndang olo ibana mansusai na mambege
pangajarionna i marhite na mamungut hepeng, alai ibana sandiri do na mangalului haporluaanna
siganup ari marhite hapandean na adong di ibana hatiha i ma na manonun abit ni tenda (kemah).
Diboto ibana do songon apostel ibana patut do nian boi ibana mangan sian angka na hinobasanna
marhite barita na uli i. Alai ndang diulahon ibana songon i, alai panogunoguon do pe diulahon ibana
paima lam matoras haporseaon ni angka naung gabe siihuthon Kristus i. Sandok dia na mambahen
halomoan ni roha ni Debata i do diulahon. Ndang adong sangkapna mangaliluhon halak na umbege
pangajarionna, manang mambahen angkalangkal sipaotooto. Alai hibul do ibana rap dohot angka
donganna parbarita na uli mambahen halomoan ni roha ni Debata, ndada halomoan ni roha ni jolma.
On do na patut sijagahonon ni angka parbarita na uli, nang angka parjamita pe, na so jadi marhata
lemeslemes, na mabuat roha ni jolma manang mangalap pujipujian tu dirina. Molo songon i nunga
dikorbanhon barita na uli i, laho mangalului sangap tu diri manang pangomoan tu diri.

3. Basar songon inaina na paturehon gellengna. Dipatuduhon si Paulus do panghobasionna


mamaritahon barita na uli i di huta Tessalonik, songon inaina na tongtong basar laho patureturehon
anakhonna. Dihaholongi do huria i sian sandok rohana, sahat ro di na maneahon ngoluna, marhite
na manaon godang haporsuhon asal ma sahat barita na uli i tu pangisi ni huta i. Manaon halojaon
dohot hasusaan do ibana, marhite na loja mulaulaon arian dohot borngin asa unang gabe boban na
pasorathon ibana rap dohot angka dongganna di huria i. Tangkas do pangulaon ni apostel i dibereng
huria i, umbahen torop na olo manjalo barita na uli i jala porsea di Jesus. Disaksihon nasida do
parsitutuon ni apostel i, disaksihon nang halojaonna, ias ni rohana, habadiaonna, dohot holong ni
rohana di huria. Songon holong ni sada ina patureture gellengnna, songon i do holong ni roha ni
parbarita uli di huria i. Diparmudumudu, diajari, ditogu jala dihophop do huria i sian holong ni roha
na polin. Holong ni roha i do mangonjar haradeon ni angka parbarita na uli laho mamelehon sandok
ngoluna. Aha na niulahon ni apostel Paulus dohot angka donganna mamaritahon barita na uli gabe
tiruan ma di sude parbarita na uli ro di sude halak Kristen laho mambaritahon dohot
manghangoluhon barita na uli i sahat tu tingkion ro di salelenglelengna. Ai sude angka halak Kristen
tarjou do gabe parbarita na uli, ndada ingkon sai marhite hata, alai lumobi do marhite parange dohot
pangulaon. Gabe parbarita na uli do halak Kristen, molo dihangoluhon barita na uli naung sahat tu
ibana, gabe tontong tiruan di parange na denggan dohot haporseaon.

_________________

1 Tesalonik 2:1-8

1 Ai nang hamu, ale angka dongan, marbinoto do: Ndada na magopo haroronami tu hamu.

2 Ai dung jolo huta on hami na marporsuk dohot na marsipal di huta Pilippi (songon na binotomuna),
dapotan hiras ni roha do hami mangasahon Debatanami laho mangkatahon tu hamu barita na uli na
sian Debata, nang pe godang paraloan.

3 Ai ndada na lilu manang mangansi manang marangkal hami laho mamodai hamu.

4 Alai songon halak angka naung tau di roha ni Debata do hami, gabe hasahatan ni Barita na Uli i,
songon i do huhatahon hami; ndada songon angka na mambuat roha ni jolma, naeng hami tahe
halomoan ni roha ni Debata na manigati rohanami.
5 Ai diboto hamu do: Ndang dung hami marhata lemeslemes, ndang dung hami marbisukbisuk
mambuat arta; Debata do sitindangi disi.

6 Ndang manjalahi sangap hami sian jolma, manang sian hamu, manang sian angka na asing pe, atik
pe tarbahen hami do nian marhatongamon, ala apostel ni Kristus hami.

7 Alai basar do hami di tongatongamuna songon inaina na pauliuli gellengna.

8 Songon i do sian sihol ni rohanami di hamu huhalashon hami do mangalehon tu hamu Barita na Uli
na sian Debata; lobi tahe, dohot ma antong dirinami, ala naung huhaholongi hami hamu.
https://m.facebook.com/story.php?
story_fbid=pfbid02SyUCcL2MHS2nkNmz9s19e3UfoJfoD8wHfu1kLvdUGABYmxDZevUWaDrJ1W88kzi
Yl&id=100063523332048&sfnsn=wiwspmo&mibextid=RUbZ1f

Kotbah Minggu XXI Stlh Trinitatis

Minggu, 29 Oktober 2023

Ev. 1 Tessalonika 2:1-8

*SPIRIT MEMBERITAKAN INJIL DENGAN PERTOLONGAN TUHAN*

“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)

Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mangajak kita untuk tetap penuh
semangat melayani Tuhan. Pengorbanan, pengabdian dan persembahan hidup missionaris yang
memberitakan Injil merupakan dupa yang harum bagi Tuhan. Pengabdian mereka menjadi teladan
bagi kita dan mendorong gereja terus bertumbuh memberitakan Injil ke seluruh dunia.

Dalam sejarah gereja mula-mula, kita kenal suatu ungkapan: “semakin dibabat, semakin merambat.”
Ungkapan ini merupakan suatu istilah dalam menggambarkan realitas perkembangan gereja mula-
mula. Mereka mendapat tantanga, ancaman, anianya dan martyr namun sedikit pun tak membuat
mereka undur dari beriman kepada Yesus Kristus. Tantangan itu bukan saja datang dari Yahudi, tapi
dari masyarakat umum dan khususnya kekaisaran Romawi yang senantiasa menunding persekutuan
orang percaya sebagai kelompok teror yang menggerogoti pemerintahan kekaisaran Romawi.
Sedemikian bencinya Pemerintahan Romawi akan orang percaya hingga mereka terus dianiaya,
dikerjar bahkan martyr menjadi tontonan si stadion berhadapan dengan singa dan banyak juga yang
dibakar hidup-hidup menjadi obor di jalan. Itulah pahitnya menjadi pengikut Yesus di masa sejarah
gereja mula-mula.

Sekalipun sedemikian dahsyatnya tantangan itu, bahwa jumlah orang yang percaya kepada Yesus
Kristus tidak berkurang, justru semakin bertambah. Pengejaran terhadap orang percaya menjadi
cara Allah untuk mempercepat pekabaran Injil ke mana mereka berlari dari pengejaran dan
penganiayaan. Habis gelap terbitlah terang; masa penganiayaanpun berlalu setelah tiga ratus tahun
lebih dengan ada Edik Milano yang menerima Agama Kristen sebagai agama resmi di wilayah
kekaisaran Romawi.
Menjadi pertanyaan bagi kita spirit apa atau semangat apa yang membuat gereja mula-mula
bertahan seperti itu? Kuncinya adalah karena rasul-rasul telah menunjukkan teladan dalam ha l itu
dan tentu atas pertolongan dan perlindungan Roh Kudus bagi setiap orang percaya sebagaimana
digambarkan dalam Kisah Para rasul.

Berkaitan dengan kotbah minggu ini, dari 1 Tes 2:1-8, Paulus menjelaskan Spirit Pelayanannya
kepada jemaat Tessalonika. Spirit pelayanan Paulus itu digambarkan dalam tiga unsur penting, yaitu:

*01. Tak Surut Oleh Tantangan*

Paulus dan murid-muridnya berlari dari satu desa ke desa lain untuk memberitakan Injil. Bagi Paulus
upaya memberitakan Injil ini adalah hutang yang harus ditebus dan Injil harus sampai ke ujung bumi
sebelum Kristus datang. Inilah spirit Paulus, bahwa Injil harus diberitakan sebeleum kedatanganNya,
karena itu baginya waktu hanya tinggal sedikit dunia yang belum dijangkau Injil masih banyak. Paulus
berkunjung dari kota ke suatu kota, desa ke desa lain agar Injil diberitakan. Dia tidak memiliki
ketakutan atau mengeluh terhadap apa yang menghambat dan menganiaya dia dalam Pemberitaan
Injil. Dalam perikop ini Paulus menjelaskan penganiayaan dan hambatan yang dialaminya di
Filipi(Baca Kisah Rasul 16: 13-18, 19-40). Di Filipi Paulus menyembuhkan perempuan yang dirasuki
roh, namun Paulus dituding menjadi pembuat onar. Pemerintah setempat menangkap dan
memenjarakan Paulus. Bukan hanya itu namun mereka diikat dan dibelenggu di penjara bagian
tengah agar tidak bisa melepaskan diri. Namun apa yang terjadi, pada saat itu ada gempa bumi yang
hebat sehingga sendi-sendi pintu penjara terbu membuat Paulus dan Silas dapat keluar dari penjara.
Hal yang paling luar biasa, penjaga penjara akhirnya takjub dan meminta petunjuk dari Paulus
perihal apa yang dia harus lakukan agar dia selamat. Paulus menjawab: “percayalah kepda Tuhan
Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31).

Apa yang menarik disini, Paulus menegaskan bahwa tantangan, hambatan, penolakan dan
penganiayaan tak akan menghentikan pemberitaan Injil. Kekuatan manusia dan kekuasaaan
penguasa tak akan mampu mengehntikan Pemberitaan Injil. Segala belenggu yang diikatkan oleh
manusia kepada Pemberita Injil akan tanggal dan runtuh dengan sendirinya oleh Kuasa Kristus.

Spirit seperti itulah yang mesti dialami oleh pelayanan masa kini, tak akan surut oleh tantangan
apapun, melainkan dengan semngat pemberitaan segala tantangan itu akan diruntuhkan oleh
Kristus.

*02. Pemberitaan; Menyukakan Hati Tuhan*

Spirit pelayanan adalah menyukakan hati Tuhan. Inilah hal kedua yang ditegaskan oleh Paulus dari
kotbah minggu ini bahwa Pemberitaan Injil semata-mata untuk menyukakan hati Tuhan. Paulus
mengecam keras sikap dan perbuatan para pemberita lain yang tidak murni, bertujuan untuk
menyenangkan hati manusia, bahkan dengan segala tipu daya dilakukan atas nama pelayanan
namun bukan pada tujuan yang murni. Paulus menegaskan ini karena ada pemberita yang berusaha
menjatuhkan Paulus dengan pemberitaannya. Di sini Paulus memberikan apologi tentang
pemberitaannya bahwa sesungguhnya penugasan Pemberitaan Paulus adalah
Kepercayaan yang diberkan oleh Yesus Kristus kepada Paulus: “”karena Allah telah menganggap
kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk
menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tes 2:4).

Perihal bagaimana Kristus menangkap Paulus menjadi pemberita Injil dapat kita baca di Kisah rasul
9, 1-19a; kisah pertobatan saulus menjadi Paulus dan sekaligus pengutusan Paulus menjadi
Pemberita Injil. Demikian halnya dalam Gal 1:12 disebutkan: “karena aku bukan menerimanya dari
manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku tetapi aku menerimanya oleh
penyataan Yesus Kristus. Dan tidak kalah pentingnya Paulus menjelaskan bahwa penerimaannya
menjadi rasul adalah melalui suatu penampakan (1 Kor 15: 8: “dan yang paling akhir dari semuanya
Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”

Dari kisah pemanggilan dan pengutusannya menjadi rasul, Paulus bermaksud murni yaitu bertujuan
untuk menyukakan hati Tuhan.

Tentu banyak refleksi yang mungkin kita kembangkan dari sini perihal tujuan Pemberitaan dan
tujuan Pelayanan. Mari singkirkan tujuan-tujuan picisan dalam pelayanan dan pemberitaan apakah
itu demi popularitas, harga diri, atau maksud lainnya. Semua pelayanan dan pemberitaan kita mari
kita pusatkan untuk menyukakan Tuhan.

*03. Pemberitaan: ada kasih sayang dan pengasuhan*

Ada suatu istilah menarik dari Paulus sebagai rasul dan jemaat asuhan hasil penginjilannya; yaitu
semacam hubungan seorang ibu terhadap anaknya. Ibu yang memelihara, membesarkan dan
mendidik anak-anaknya di dalam kasih dan pemeliharaan pengasuhan yang baik agar bertumbuh
menjadi dewasa. Jadi hubungan ini ada kasih sayang dan pengasuhan hingga mandiri. “Tetapi kami
berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawi anaknya.” (1 Tes
2:7)

Analogi ini sangat menarik sebagai kritik terhadap kalim “pemberita Injil” yang terkesan hanya
sebagai penabur saja mengabaikan unsur pengasuhan dan pemeliharaan persekutuan. Ada
pengkotbah yang menaburkan Injil dimana-mana dan menyatakan pelayanannya telah dimana-
mana. Baiklah itu benar dan kita terima sebagai tugas pemberitaan, namun Tugas Pemberitaan
dalam kotbah ini bukan hanya menabur, namun Paulus dalam kotbah ini ada kasih sayang, ada
pengasuhan dan pemeliharan iman agar bertumbuh hingga jemaat yang dewasa.

Jemaat yang bertumbuh dan menjadi dewasa jika dipupuk dan dipelihara dengan kasih sayang.
Mungkin bisa juga kita menarik suatu refleksi di bulan oktober ini HKBP telah mencapai 135 tahun
bertumbuh dalam pengasuhan persekutuan apakah kita telah menjadi dewasa. Atau mungkin skop
gereja masing-masing, perlu evaluasi akan kasih sayang dan pengasuhan; sudah sejauh manakah
kasih sayang dan pengasuhan kita dalam rangka bertumbuh bersama menjadi jemaat yang dewasa
hingga saat ini? Atau sebaliknya yang terjadi semakin kering dan gersangnya kasih sayang, dan
kepedulian semakin kerdil atau berlomba untuk mencapai tujuan popularitas diri yang sia-sia?
Kotbah ini mengajak kita kembali agar hidup dalam kasih sayang dan saling merawat dan
memelihara persekutuan yang bertumbuh di dalam iman hingga dewasa.
*Penutup:*

Jika kita perhatikan dalam suatu Opening Ceremony atau Pembukaan Olimpiade atau Pekan Olah
Raga selalu ada penyalaan Api. Api olimpiade yang biasanya diambil dari api bumi alami yang
menyala, Api ini terus dibawa oleh atlet hingga dinyalakan pada opening ceremony. Ini adalah
bertujuan dalam seluruh pertandingan dan perlombaan ibarat api yang menyala demikianlah spirit
para atlet menyala hingga menuntaskan segala pertandingan dan perlombaan. Demikian halnya
dalam pelayanan kita masing-masing, hendaklah spirit api pelayanan kita tidak padam tetapi terus
menyala hingga berakhir di garis finis.

“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)

Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Anda mungkin juga menyukai