Anda di halaman 1dari 6

INISIASI KRISTIANI

A.  Doa Pembuka/Nyanyian
(Pembina meminta seorang peserta untuk membuka pertemuan dengan doa)

B.  Pengantar
Baptis — Krisma — Ekaristi disebut pula SAKRAMEN INISIASI: artinya tiga serangkai
yang mengukuhkan seseorang menjadi anggota penuh dari Gereja. Dengan dibaptis, orang secara
resmi menjadi anggota Gereja; dengan Krisma keanggotaannya dikukuhkan; dengan Ekaristi
pengukuhan itu dirayakan: Gereja "makan bersama" merayakan masuknya anggota-anggota
baru. Baptis dan Krisma sebenarnya hanya ingin memberi tekanan khusus kepada dua aspek dari
misteri yang sama, yakni inisiasi. Dalam pembaptisan pencurahan air mendapat tekanan khusus
sebagai lambang bahwa calon baptis menerima hidup baru dan diterima sebagai anggota jemaah.
Sedangkan Krisma ingin memberi tekanan istimewa kepada Roh Kudus. Artinya calon krisma
diajak lebih menyadari dan menghayati kehadiran Roh Kudus dalam diri mereka; mereka harus
semakin dijiwai oleh Roh Kudus, Roh Kristus sendiri, yang menjiwai seluruh jemaah Kristen
dan kegiatannya.
Dengan Sakramen Krisma dijelaskan bahwa orang yang sudah dibaptis kini dikukuhkan
sebagai anggota penuh jemaah, turut bertanggung jawab atas kesejahteraan umat, dan mendapat
kedudukan serta peranan yang sama seperti semua warga lainnya. la memperoleh hak dan
kewajiban menjadi salah satu tenaga penyelamat, baik penyelamat diri sendiri maupun
penyelamat masyarakat.
Menurut buku liturgi, "proses inisiasi Kristen dilanjutkan dalam sakramen krisma. Dalam
sakramen krisma itu orang beriman menerima Roh Kudus yang pada hari Pentekosta diutus
Tuhan kepada para rasul serta anugerah Roh Kudus ini, orang beriman menjadi lebih serupa
dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan
tubuh-Nya dalam iman dan cinta kasih.
Begitu juga dengan Pembaptisan dan Krisma. Pembaptisan, Yang disebut "pintu" (LG
11) untuk "masuk menjadi anggota umat Allah" (PO 5), mengarah ke dalam. Sebaliknya Krisma,
yang mewajibkan orang "menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Krisus yang sejati"
(LG 11), mengarah ke luar. Tentu saja "dengan baptis dan penguatan/krisma orang ditugaskan
untuk kerasulan" (LG 33; lih. AG 36). Dengan demikian, kelihatan bahwa inisiasi merupakan
proses: masuk kemudian diutus. Tentp, saja, seseorang tidak masuk Gereja untuk "mapan" di
situ, melainkan supaya diutus. Oleh karena itu kedua sakramen bersama membuat orang
menjadi, anggota Gereja dalam arti penuh. Tetapi karena arahnya yang berbeda, kedua sakramen
ini pantas dibedakan.

C.  Materi Pokok
Sakramen sebagaimana dipahami oleh Gereja Katolik, adalah tanda yang terlihat, yang
dapat ditangkap oleh panca indera, yang dilembagakan oleh Yesus dan dipercayakan
kepada Gereja, sebagai sarana yang dengannya rahmat dari Allah dinyatakan melalui tanda yang
diterimakan, yang membantu penerimanya untuk berkembang dalam kekudusan, dan
berkontribusi kepada pertumbuhan Gereja dalam amal-kasih dan kesaksian (bdk. KHK, Kan.
840).
Gereja Katolik mengajarkan bahwa dampak dari suatu sakramen itu ada, yaitu ex opere
operato (oleh kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa
memperhitungkan kekudusan pribadi pelayan yang melayankannya. Tetapi kurang layaknya
kondisi penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat menghalangi
efektivitas sakramen itu baginya; sakramen memerlukan adanya iman meskipun kata-kata dan
elemen-elemen ritualnya berdampak menyuburkan, menguatkan, dan memberi ekspresi bagi
iman (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 224).
Dalam gereja katolik ada tiga sakramen yang disebut sebagai sakramen inisiasi, ketiga
sakramen ini merupakan sakramen yang menandakan bahwa sorang katolik telah sah menjadi
anggota penuh gereja dan terlibat penuh dalam tri tugas gereja. Kata inisiasi sendiri berasal dari
bahasa Latin Inire yang berarti masuk ke dalam. Jadi, inisiasi adalah perayaan ritus yang menjadi
tanda masuknya seorang yang diterima masuknya seseorang dalam sebuah kelompok dan juga
tanda diterima menjadi dewasa. Melalui inisisi kristiani dalam gereja katolik, orang resmi
menjadi anggota gereja, yang tampak nyata dalam peristiwa pembaptisan. Adapun sakramen-
sakramen yang ada dalam inisiasi Gereja Katolik adalah :

1.    SAKRAMEN BAPTIS
Sakramen Baptis adalah sakramen pertama yang diterima oleh seseorang yang hendak
menjadi anggota Gereja Katolik. Sakramen Baptis adalah sakramen pertama dalam inisiasi
Katolik. Inisiasi adalah penerimaan seseorang masuk ke dalam atau menjadi anggota kelompok
tertentu. Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan
dari hukum akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian
dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui “rahmat yang menguduskan” (rahmat pembenaran
yang mempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya). Pembaptisan
juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan
komunio (persekutuan) antar semua orang Kristen.
            Sakramen baptis ini merupakan gerbang sakramen-sakramen, yang perlu untuk
keselamatan, entah diterima secara nyata ataupun dalam kerinduan, dengan mana manusia
dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan
gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus setelah dimateraikan yang tak terhapuskan, dan
hanya diterima secara sah dengan pembasuhan air sungguh serta bersama rumusan-rumusan
kata-kata yang diwajibkan ( bdk. KHK, Kan. 849 ).
Dalam penerimaan sakramen baptis harus melewati 3 Tahap Inisiasi (pembaptisan) Katolik,
sebagai berikut :
1)      Masa pra-katekumenat/simpatisan menjadi Katekumen; (Masa pemurnian motivasi calon,
dituntut pertobatan dan iman).
2)      Masa katekumen menjadi calon baptis; (Masa perkembangan iman calon baptis, merupakan
masa pengajaran dan pembinaan iman).
3)      Masa calon baptis menjadi Baptisan Baru; (Masa persiapan baptisan dan penerimaan menjadi
anggota Gereja Katolik).
4)      Sesudah dibaptis, para baptisan baru menerima atau mengalami masa pembinaaan iman sebagai
baptisan baru yang disebut mistagogi. Untuk dibaptis, seseorang harus percaya dan beriman
kepada Kristus. Percaya kepada Kristus berarti hidup sesuai dengan ajaran Kristus dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui sakramen baptis seseorang dilahirkan kembali dalam air dan roh.
Lilin bernyala yang diterima oleh baptisan baru dalam upacara sakramen baptis merupakan
lambang baptisan baru yang sudah diterangi oleh Kristus dan harus senantiasa berusaha hidup
dalam terang Kristus.
Perayaan dan Pelayan Baptis
            Sakramen baptis dalam Gereja Katolik, hendaknya dirayakan menurut tata perayaan
dalam buku-buku liturgi yang disetujui, kecuali dalam keadaan darurat, dimana seorang pelayan
baptis harus menggunakan forma dan materia yang sudah ditentukan menurut hukum gereja,
sebagai tanda sahnya pembaptisan tersebut. Pelayan baptis dalam perayaan baptis yang
dirayakan pada dasarnya haruslah para kaum tertahbis, seperti uskup, pastor, dan diakon yang
disebut dsebagai pelayan biasa. Namun bilamana pelayan biasa tidak dapat hadir atau ada
halangan, baptisan bisa dilaksanakan secara licit oleh katekis atau orang lain yang ditugaskan
oleh Ordinaris wilayah, bahkan dalam keadaan darurat siapapun yang menpunyai maksud
semstinya dengan forma dan materia yang sudah ditentukan menurut hukum gereja ( bdk. KHK,
Kan. 861 $ 2). Namun harus diingat juga bilamana tidak dalam keadaan darurat tidak seorangpun
diijinkan melakukan pembaptisan tanpa seijin Ordinaris wilayah.
Calon Baptis dan Wali Baptis
            Calon baptis pada umumnya ialah setiap dan hanya manusia yang belum dibaptis. Baik
itu dewasa maupun banyi. Bilamana ia seorang dewasa ia harus mempunyai niat sungguh yang
diutarakan untuk menerima sakramen baptis tersebut, dan harus mendapatkan pengajaran
mengenai kebenaran iman kristiani dan kewajiban-kewajiban kristiani dan telah teruji dalam
hidup kristiani melalui katekumenat ( bdk. KHK, Kan.865 $ 1 ). Apabila calon baptisnya seorang
bayi, maka orang tualah yang bertanggung jawab penuh untuk pendidikan dan pembinaan
imannya, selain dari pihak Gereja. Seorang calon baptis haruslah memilih wali baptisnya, yang
dipilih sendiri ataupun oleh orang tuanya. Wali baptis haruslah katolik yang sudah menerima
sakramen-sakramen inisiasi dalam gereja katolik, berusia 16 tahun ke atas, tidak terkena
hukuman kanonik, dan bukan ayah adan ibu dari calon baptis.

Materi dan Forma Sakramen Baptis


Materi: Air, kain putih, lilin (dan sarana lain yang menunjang, yang sifatnya tidak wajib)
Forma: Aku membaptis kamu, dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus

Buah atau Rahmat Sakramen Baptis:


1)      Mendapat pengampunan dari segala dosa, baik dosa asal maupun dosa yang dibuatnya.
2)      Menjadi ciptaan baru dan dilantik menjadi anak Allah.
3)    Memperoleh rahmat pengudusan yang membuatnya sanggup semakin percaya kepada Allah,
berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya. Membuatnya hidup di bawah bimbingan dan
dorongan Roh Kudus. Membuatnya sanggup bertumbuh dalam kebaikan.
4)      Digabungkan menjadi Anggota Gereja, sebagai bagian dari Tubuh Mistik Kristus.
5)      Dimateraikan secara kekal dalam sebuah materai rohani yang tak terhapuskan, sebagai bagian
dari Kristus.

Macam-macam Baptisan:
1)      Baptisan Bayi: Baptisan yang diterima saat masih bayi.
2)      Baptisan Dewasa: Baptisan yang diterima saat sudah dewasa.
3)     Baptisan Rindu: Saat seseorang ingin dibaptis dan ingin menjadi anggota Gereja Katolik,
menjalani masa katekumenat namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal. Maka ia sudah
menerima Baptisan Rindu.
4)      Baptisan Darah: Saat seseorang ingin dibaptis dan ingin menjadi anggota Gereja Katolik,
menjalani masa katekumenat namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal karena membela
imannya.

2.    SAKRAMEN EKARISTI
Perayaan Ekaristi diimani sebagai “sumber dan puncak” kehidupan Kristiani. Di
dalamnya terdapat tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah kepada umat beriman,
karena terdapat kehadiran dan pengorbanan Yesus Kristus dalam rupa Tubuh dan Darah-Nya
atau Sakramen Ekaristi. Ekaristi juga menjadi tindakan penyembahan yang paling istimewa oleh
umat beriman kepada Allah. Ekaristi juga menjadi representasi umat beriman terhubung dengan
liturgi di surga. Betapa pentingnya sakramen ini sehingga partisipasi dalam perayaan Ekaristi
(Misa) dipandang sebagai kewajiban pada setiap hari Minggu dan hari raya khusus, serta
dianjurkan untuk hari-hari lainnya.
Sakramen Ekaristi berasal dari Yesus sendiri. Dalam Perjamuan Terakhir bersama para
murid, Yesus mengucap syukur dan memberikan pesan-Nya: Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan
bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku. Ia juga berkata: Cawan ini adalah
perjanjian baru oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Ia juga memberikan perintah untuk
melakukan hal itu sebagai kenangan akan diri-Nya: Perbuatlah ini menjadi peringatan akan
Daku. Perjamuan Tuhan diteruskan oleh Gereja dalam perjamuan Ekaristi. Perjamuan Ekaristi
adalah peringatan syukur untuk mengenangkan dan sekaligus menghadirkan kembali Yesus yang
mempersembahkan diri-Nya dalam kematian di salib demi keselamatan manusia, sesuai dengan
perintah Yesus.
Melalui Ekaristi, kita mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus (Komuni
Suci) serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya. Roti dan anggur ditransformasi menjadi
Tubuh dan Darah Kristus. Perubahan ini disebut transubstansiasi. Hanya uskup atau imam yang
dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri.
Skema besar Perayaan Ekaristi terdiri dari:
Ritus Pembukaan
Liturgi Sabda
Liturgi Ekaristi
Ritus Penutup

Materi dan Forma Sakramen Ekaristi:


Materi: Roti dan Anggur
Forma: “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan
Aku”. “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagimu. Perbuatlah
ini menjadi peringatan akan Daku”.

3.    SAKRAMEN KRISMA
Menurut buku liturgi, “proses inisiasi Kristen dilanjutkan dalam sakramen krisma. Dalam
sakramen krisma itu orang beriman menerima Roh Kudus yang pada hari Pentekosta diutus
Tuhan kepada para rasul. Berkat anugerah Roh Kudus ini, orang beriman menjadi lebih serupa
dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan
tubuh-Nya dalam iman dan cinta kasih”. Di sini terletak kesulitan sakramen krisma: Roh Kudus
itu sudah diterima dalam pembaptisan, yang merupakan kelahiran kembali dari air dan Roh (lih.
Yoh 3:6; Kis 2:38).
Sakramen Krisma adalah salah satu dari tiga sakramen inisiasi Kristen yaitu Baptis,
Krisma dan Ekaristi. Sakramen Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kis 8:16-17 "Sebab Roh
Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam
nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka
menerima Roh Kudus."  dan dari Kis 19:5-6 "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi
diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas
mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa
roh dan bernubuat". dari kedua kutipan ini jelas bahwa Sakramen Krisma membutuhkan
penumpangan tangan untuk mengundang Roh Kudus.
Di dalam sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat
secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja. bandingkan dengan para rasul yang menerima
Roh Kudus saat Pantekosta, sebelum peristiwa Pantekosta mereka sudah menerima Roh Kudus
(lihat Yoh 20:22) tetapi mereka baru 'aktif' sesudah Pantekosta. Demikian juga  halnya dengan
kita karena sebenarnya Roh Kuduspun sudah kita terima saat Permandian, yaitu Roh yang
menjadikan kita Anak-Anak Allah, dan yang membersihkan kita dari Dosa Asal (lebih Jelasnya
lihat tentang Sakramen Babtis). Itulah disebutkan bahwa Sakramen Babtis adalah Sakramen
Paskah dan Sakramen Krisma adalah Sakramen Pantekosta.
Dalam Sakramen Krisma juga ada Pengurapan dengan minyak Krisma yang berarti kita
yang sudah menerima Krisma Dikuduskan, Dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan
tugas perutusan kita sebagai umat beriman (bdk 1 Samuel 10:1;1Samuel 16:13;  1 Raj 1:39).
Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai, Tanda
bahwa kita ini milik Allah. Dengan menerima Krisma berarti berarti kita dinilai sudah dewasa
dalam Iman, dilantik menjadi saksi Iman dan terlibat penuh dalam Gereja.
Sakramen krisma adalah sakramen yang meneguhkan, menguatkan kembali iman
seseorang dan mengobarkan semangat Roh Kudus yang diterima saar dibaptis. Untuk menandai
kedewasaan sseorang secara imani, maka diberikan Sakramen Krisma kepada orang tersebut.
Sakramen Krisma mencurahkan serta mempersatukan kita lebih sempurna dengan
Gereja. Sakramen Krisma dapat disebut juga Sakramen Penguatan. Sakramen Penguatan juga
disebut Sakramen Roh Kudus karena dalam sakramen ini Roh Kudus menjiwai orang beriman
atas cara yang istimewa dan memampukannya untuk menjadi pewarta kabar sukacita Kristus
bagi banyak orang. Orang beriman Kristiani yang telah menerima Sakramen Krisma akan
dipenuhi Roh Kudus dan beroleh kekuatan iman serta terpanggil untuk :
1)      Menjadi dewasa akan dalam iman, harapan dan kasih
2)      Mau terlibat dalam Gereja umat Allah
3)      Bersedia menjadi saksi Kristus yang menampakkan iman dan kebenaran kepada semua orang
4)      Mampu menjadi ragi, terang dan garam dunia di dalam masyarakat, dan melakukan kebaikan,
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kelemahlembutan, kemurahan hati, kesetiaan,
kejujuran, penguasaan diri, supaya semakin banyak orang mengalami cinta dan kehadiran Allah.

Oleh karena Pembaptisan, Ekaristi, dan Penguatan membentuk satu kesatuan maka “
umat beriman …. diwajibkan menerima sakramen itu tepat pada waktunya” ( Kitab Hukum
Kanonik, kanon 890). Tanpa penguatan dan pembaptisan, sakramen pembaptisan memang sah
dan berhasil guna, namun inisiasi Kristen masih belum lengkap ( KGK, Art, 1306 )
Dalam ritus latin sakramen penguatan diberikan “ melalui pengurapan dengan krisma di dahi
dengan peletakan tangan dan dengan perkataan : “ Semoga dimaterai oleh karunia Allah, Roh
Kudus” ( KGK, Art. 1299-1300 ). Pemberi penguatan yang sebenarnya adalah Uskup ( KGK,
Art. 1312 ). Berkat Sakramen Krisma, kita terikat pada Gereja secara lebih sempurna dan
diperkaya dengan daya kekuatan Roh Kudus yang istimewa. Dengan demikian, kita diwajibkan
untuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati, dengan perkataan
maupun perbuatan (Lumen Gentium art. 11)

D.  Diskusi
Bentuk sebuah kelompok (terdiri dari 2-4 orang) lalu diskusikan lah beberapa hal di
bawah ini :
1.      Menurut kalian mengapa inisiasi kristiani sangat penting dalam Gereja Katolik?
2.      Jelaskan mengenai ketiga sakramen yang masuk dalam inisiasi kristiani?
3.      Menurut pendapat kalian sebagai seorang katolik yang sudah menerima inisiasi kristiani, apa
saja tugas dan tanggung jawab kita, dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, dan menggereja.
(jawaban dari pertanyaan diskusi bisa dipaparkan dalam bentuk pleno setiap kelompo, sesuai waktu dan kondisi yang ada)

E.  Doa Penutup/Nyanyian
( kembali seorang peserta menutup pertemuan dengan doa/nyanyian)

Anda mungkin juga menyukai