Anda di halaman 1dari 5

Sakramen Krisma atau juga dikenal Sakramen Penguatan merupakan tanda kedewasaan iman

seseorang. Penerimaan Sakramen Krisma melengkapi rahmat pembaptisan dan


menyempurnakan inisiasi. Melalui Sakramen Krisma, seseorang diikat secara lebih kuat dan
sempurna dengan Gereja serta diperkaya dengan daya kekuatan Roh Kudus. Konsekuensi
dari sakramen Krisma adalah tanggung jawab iman dan semakin wajib untuk
menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus.

Rahmat dalam Sakramen Krisma:

1. Menjadikan kita sungguh Anak Allah.


2. Menyatukan lebih teguh dengan Kristus.
3. Menambahkan karunia Roh Kudus ke dalam diri kita.
4. Mengikat kita lebih sempurna dengan Gereja.
5. Menganugerahkan kepada kita kekuatan Roh Kudus.

Materi dan Forma Sakramen Krisma:


Materi: Minyak Krisma (minyak zaitun)
Forma: Semoga dimaterai oleh karunia Allah dan Roh Kudus

Share this:

 Share

Like this:

Krisma
April 27, 2013 Gereja Katolik dan Kegiatannya, Sakramen, Sakramen Inisiasi Kristen, Tugas
Gereja Ajaran, Baptis, Gereja, Inisiasi, Katolik, Krisma, Kristen, Kristus, Menjadi Saksi,
Paska, Pembaptisan, Penguatan, Pengurapan, Pengutusan, Pentekosta, Roh Kudus, Sakramen,
Saksi, Tertulianus, Utusan, Yesus

Menurut buku liturgi, “proses inisiasi Kristen dilanjutkan dalam sakramen krisma. Dalam
sakramen krisma itu orang beriman menerima Roh Kudus yang pada hari Pentekosta diutus
Tuhan kepada para rasul. Berkat anugerah Roh Kudus ini, orang beriman menjadi lebih
serupa dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi kesaksian tentang Kristus, demi
pembangunan tubuh-Nya dalam iman dan cinta kasih”. Di sini terletak kesulitan sakramen
krisma: Roh Kudus itu sudah diterima dalam pembaptisan, yang merupakan kelahiran
kembali dari air dan Roh (lih. Yoh 3:6; Kis 2:38).

Peristiwa Paska dan Pentekosta

Perlu diperhatikan bahwa dalam sakramen Krisma orang beriman “diperkaya dengan daya
kekuatan Roh Kudus yang istimewa” (LG 11). Keistimewaan itu ditunjuk dengan
pengkhususan Roh Kudus, yang pada hari Pentekosta diutus Tuhan kepada para rasul.
Pembaptisan dan Krisma dibedakan (dan berhubungan!) seperti Paska dan Pentekosta. Pada
hari Paska, Allah “membangkitkan Kristus dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di
sebelah kanan-Nya di surga” (Ef 1:20). Kemudian pada hari Pentekosta, Kristus “sesudah Ia
ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus, maka mencurahkan-Nya”
kepada para rasul (Kis 2:33) dengan tujuan agar “kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, kamu
akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung
bumi” (Kis 1:8). Paska berarti Yesus dengan ke-manusiaan-Nya masuk ke dalam kemuliaan
ilahi. Pentekosta berarti Roh Kudus, “yang keluar dari Bapa” (Yoh 15:27), diutus ke dalam
dunia.

“Perbedaan arah” ini juga kentara dalam kedua kisah mengenai kenaikan Yesus ke surga.
Pada akhir Injilnya Lukas menceriterakan bagaimana Yesus “memberkati mereka. Dan ketika
Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga” (Luk 24:50-
51). Sebaliknya pada awal Kisah Para Rasul dikatakan: “Kamu akan menjadi saksi-Ku.
Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia dan awan menutup-Nya dari pandangan
mereka” (Kis 1:9). Masih ditambahkan teguran dua malaikat: “Hai orang Galilea,
mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?” (Kis 1:11). Mereka diutus ke dunia, maka
harus melihat ke depan, tidak ke atas.

Begitu juga dengan Pembaptisan dan Krisma. Pembaptisan, yang disebut “pintu” (LG 11)
untuk “masuk menjadi anggota umat Allah” (PO 5), mengarah ke dalam. Sebaliknya Krisma,
yang mewajibkan orang “menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang
sejati” (LG 11), mengarah ke luar. Tentu saja “dengan baptis dan penguatan/krisma orang
ditugaskan untuk kerasulan” (LG 33; lih. AG 36). Dengan demikian, kelihatan bahwa inisiasi
merupakan proses: masuk kemudian diutus. Tentu saja, seseorang tidak masuk Gereja untuk
“mapan” di situ, melainkan supaya diutus. Oleh karena itu kedua sakramen bersama membuat
orang menjadi anggota Gereja dalam arti penuh. Tetapi karena arahnya yang berbeda, kedua
sakramen ini pantas dibedakan,

Pembaptisan dan Krisma

Dalam buku Inisiasi Kristen dikatakan bahwa ketiga sakramen inisiasi (Pembaptisan, Krisma,
dan Ekaristi) sebaiknya dirayakan bersama-sama dalam satu upacara, sedapat-dapatnya pada
malam Paska. Namun upacara Krisma boleh juga dirayakan pada akhir masa mistagogi
(pengantar ke dalam praktik kehidupan Kristiani), misalnya pada hari raya Pentekosta.
Ketetapan ini bukan hanya perkara praktis atau soal pembagian waktu. Masalah satu atau dua
upacara mencerminkan sejarah upacara Krisma, yang masih dapat dilihat pada upacara
sekarang. Di atas sudah dikatakan bahwa baptisan baru, sesudah pembaptisan, diurapi. Itu
sudah menjadi kebiasaan kuno, barangkali mulai abad ketiga. Tetapi ditetapkan bahwa
pengurapan itu hanya dilakukan “jika tidak mungkin sakramen Krisma dirayakan dalam
upacara ini”. Rupa-rupanya ada hubungan antara pengurapan sesudah pembaptisan dan
sakramen Krisma. Sejarah ini tidak seluruhnya jelas.

Semula memang seluruh upacara inisiasi dilakukan oleh uskup (sebab pada waktu itu hampir
setiap “paroki” dikepalai oleh seorang uskup). Dalam abad-abad berikut tetap ada pengurapan
oleh uskup, yang disebut Krisma, tetapi juga ada pengurapan oleh imam (atau petugas lain)
langsung sesudah pembaptisan. Krisma dipandang sebagai sakramen, sedangkan pengurapan
oleh imam merupakan sakramentali. Ketika semua itu masih dilakukan oleh uskup, terang
ada satu upacara, dan juga dipandang sebagai satu sakramen, yakni sakramen inisiasi.
Dengan adanya dua upacara juga timbul kesadaran bahwa ada dua sakramen, yakni Baptis
dan Krisma. Maka sekarang timbul pertanyaan: dua sakramen atau satu sakramen? Tidak ada
jawaban yang jelas atas pertanyaan itu, lebih-lebih karena Perjanjian Baru tidak mengenal
upacara pengurapan dalam hubungan dengan pembaptisan, entah langsung sesudahnya entah
lebih kemudian.

Sering kali Kis 8:14-17 (Petrus dan Yohanes yang meletakkan tangan atas orang yang baru
dibaptis oleh Filipus) dan 19:1-7 (Paulus yang meletakkan tangan atas orang yang hanya
menerima pembaptisan Yohanes), dilihat sebagai “awal” sakramen Krisma, karena yang
melakukannya adalah rasul-rasul dan karena diberikan Roh Kudus. Tetapi barangkali harus
dikatakan bahwa dengan upacara itu para rasul mau “melengkapi” pembaptisan yang telah
diterima. Kalau orang yang dibaptis belum menerima Roh Kudus, pembaptisan belum
lengkap. Kiranya di sini Pembaptisan dan Krisma justru tidak dibedakan.

Kesadaran ini baru muncul pada zaman Tertulianus (160-220). Bersama dengan itu
berkembang terus arti Pentekosta sebagai saat Gereja mendapat perutusannya dari Tuhan
yang mulia. Perkembangan dalam pemahaman akan arti perutusan itu serta penguatan khusus
untuk itu oleh Roh Kudus, terungkap juga dalam liturgi inisiasi. Dua upacara dalam inisiasi
memang baru dikenal sejak abad ketiga, tetapi kesadaran akan perbedaan antara Paska dan
Pentekosta sudah ada dalam Kitab Suci (lih. Yoh 7:39 “Roh belum datang, karena Yesus
belum dimuliakan”). Menghubungkan dua tahap dalam proses kelahiran Gereja dengan
proses inisiasi, baru terjadi dalam perkembangan tradisi Gereja. Tahap kedua inisiasi
sekarang disebut “Krisma”, guna membedakan pengurapan itu dari pembaptisan. Kedua
sakramen ini dibedakan menurut kekhususan upacaranya. Lama sekali Krisma disebut
“sakramen penguatan”. Nama itu tidak ada sangkut-pautnya dengan upacara liturgisnya,
tetapi menunjuk kepada isi dan artinya: dikuatkan untuk tampil sebagai saksi Kristus, baik
dengan perkataan maupun (terutama) dengan corak kehidupan.

Share this:

 Share

Like this:

Tiga Tahap Inisiasi Kristen


April 26, 2013 Gereja Katolik dan Kegiatannya, Sakramen, Sakramen Inisiasi Kristen, Tugas
Gereja Ajaran, Baptis, Calon Baptis, Ekaristi, Gereja, Inisiasi Kristen, Katakumen,
Katekumenat, Katolik, Krisma, Sakramen, Sakramen Inisiasi, Simpatisan, Tahap Inisiasi,
Tiga Tahap Inisiasi

Menjadi orang Kristen merupakan suatu proses, tahap demi tahap. Langkah pertama ialah
katekumenat, yakni masa persiapan dengan pelajaran-pelajaran dan upacara-upacara kecil
yang bersifat sakramentali. Pada zaman dahulu para katekumen tidak diperbolehkan ikut
perayaan Ekaristi. Baru sesudah dibaptis mereka boleh ikut perayaan Ekaristi. Maka
pembaptisan pun dipandang sebagai suatu langkah yang amat penting dalam proses inisiasi
itu. Sesudah pembaptisan mereka dihadapkan pada bapa uskup, yang meletakkan tangan atas
mereka dan mengurapi mereka. Karena mereka diurapi dengan krisma, yakni “minyak zaitun
atau minyak lain yang diperas dari tetumbuhan” (KHK kan. 847), upacara ini kemudian
disebut “krisma”. Sesudah itu mereka baru diperbolehkan mengambil bagian dalam perayaan
Ekaristi, yang dipandang sebagai langkah terakhir dalam proses inisiasi itu.
Dengan demikian ada tiga sakramen dalam proses menjadi orang Kristen, yakni Pembaptisan,
Krisma dan Ekaristi, yang karenanya disebut “sakramen-sakramen inisiasi”. Dalam arti yang
sesungguhnya Ekaristi tidak termasuk inisiasi, selain bila diikuti untuk pertama kalinya. Bila
selanjutnya orang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi lagi, itu sudah bukan “inisiasi”
lagi, sebab Ekaristi adalah tujuan dan sekaligus langkah terakhir dari seluruh proses inisiasi
Kristen.

Dalam perkembangan lebih lanjut ketiga sakramen inisiasi dipisahkan satu dari yang lain.
Banyak orang dibaptis beberapa hari sesudah lahir (baptis bayi). Sakramen Krisma baru
diterima bila sudah menjadi remaja. Pada waktu itu orang biasanya sudah menerima “komuni
pertama” dan telah lama ikut perayaan Ekaristi. Dengan demikian bukan hanya urut-
urutannya diubah, tetapi juga sudah tidak terasa adanya hubungan antara ketiga sakramen itu.
Dan karena orang sudah diterima ke dalam Gereja sebagai seorang bayi, maka Ekaristi dan
Krisma, tidak lagi dialami sebagai “sakramen inisiasi”.

Tata cara perayaan inisiasi Kristen sekarang ditetapkan dalam buku resmi liturgi “Inisiasi
Kristen” untuk Gereja Indonesia dari tahun 1977, sebagai berikut:

“Inisiasi Kristen mengikuti suatu pola yang kurang lebih sama, di mana dapat dibedakan
tahap-tahap berikut:
Tahap 1 : Dari “simpatisan” menjadi “katekumen”;
Tahap 2 : Dari “katekumen” menjadi “calon baptis”;
Tahap 3 : Dari “calon baptis” menjadi “baptisan baru”.
Maka hampir dengan sendirinya inisiasi Kristen mendapat susunan sebagai berikut:
(a) Masa pra-katekumenat untuk para simpatisan.

(1) Tahap pertama: Upacara pelantikan menjadi katekumen.

(b) Masa katekumenat untuk para katekumen.

(2) Tahap kedua: Upacara pemilihan sebagai calon baptis.

(c) Masa persiapan terakhir untuk para calon baptis yang terpilih.

(3) Tahap ketiga: Upacara sakramen-sakramen inisiasi.

(d) Masa pendalaman iman (mistagogi) untuk para baptisan baru.”

Selanjutnya diberikan keterangan sebagai berikut:

“Tahap pertama ialah, bila seorang simpatisan sungguh mulai bertobat dan beriman, sehingga
ia dapat diterima oleh umat setempat dalam katekumenat. Dalam suatu upacara ia dilantik
menjadi katekumen.

Tahap kedua ialah, bila iman seorang katekumen sudah berkembang sedemikian, sehingga ia
diizinkan menyiapkan diri akan sakramen-sakramen inisiasi.

Tahap ketiga ialah, bila persiapan terakhir sudah selesai dan calon itu diperkenankan
menerima sakramen-sakramen inisiasi (Pembaptisan, Krisma, dan Ekaristi pertama),
sehingga ia menjadi anggota penuh dalam Gereja.”
Khususnya mengenai “sakramen-sakramen inisiasi” dikatakan:

“Perayaan sakramen-sakramen inisiasi merupakan tahap ketiga dan terakhir dalam proses
inisiasi Kristen. Dalam sakramen-sakramen itu para “pilihan” diikutsertakan dalam misteri
Paska Kristus, mereka mati terhadap dosa, sehingga manusia lama dikuburkan, dan mereka
bangkit bersama Kristus sebagai manusia baru, dilahirkan kembali dan diangkat sebagai anak
Allah. Mereka dilengkapi dengan kekuatan Roh Kudus dan digabungkan pada umat beriman
yang bersama-sama menuju kerajaan Allah yang abadi.”

Ulasan di bawah ini akan terbatas pada “tahap ketiga”, ialah sakramen-sakramen inisiasi
sendiri. “Ekaristi pertama” hanya berarti bahwa “baptisan baru” untuk pertama kalinya boleh
ikut serta dengan perayaan Ekaristi, tidak merupakan suatu sakramen atau upacara tersendiri.
Maka yang akan dibicarakan hanyalah kedua sakramen inisiasi yang lain, yakni Pembaptisan
dan Krisma.

Anda mungkin juga menyukai