Soal
1. Apa maksudnya Gereja Yesus Kristus berciri satu, kudus, katolik dan apostolik?
2. Sakramen menunjukkan tahap kehidupan rohani yang menyerupai tahap kehidupan
kodrati [lih. KGK 1210]. Jelaskan tahapan itu!
3. Apakah syarat penerimaan Sakramen Penguatan dari sisi pelayan sakramen dan
penerima sakramen?
4. Perayaan Ekaristi adalah puncak ungkapan iman Gereja. Apa maksudnya?
5. Halangan Perkawinan ada yang bersifat mutlak tidak bisa didispensasi, ada yang
bersifat berat (hanya bisa didispensasi oleh Sri Paus) dan ada yang agak ringan (bisa
didispensasi oleh Uskup). Sebutkan halangan itu!
Jawaban
1. Gereja Satu
Dasar: Satu iman, satu harapan, satu kasih, satu pembabtisan.
Kesatuan iman membentuk persekutuan hidup sakramental, satu warisan
apostolik, satu cinta kasih yang bersumber dari Kristus.
Kesatuan iman dalam banyak ungkapan dan perwujudan iman.
Gereja kudus
Kekudusan Gereja berasal dari kekudusan Kristus, tinggal di dalam Roh Kudus,
dan menuju pada kekudusan, yakni bersatu dengan Allah Tritunggal.
Bukan berarti setiap anggota Gereja itu kudus. Yesus sendiri mengakui para
anggotaNya terdiri dari yang baik dan yang berdosa (lih. Yoh 6:70). Gereja
menjadi kudus karena mempelai Kristus dan Tubuh-Nya sendiri
Gereja menjadi sumber kekudusan dan penjaga serta menyampaikan rahmat
Tuhan melalui sakramen- sakramen (lih. Ef 5:26).
Kekudusan Gereja dapat dilihat dari para anggotanya yang hidup di dalam rahmat
pengudusan, terutama mereka yang sungguh-sungguh menerapkan kekudusan itu
di dalam hidupnya, yakni para Kudus (lih. LG 42).
Gereja katolik
“Katolik”: “universal, meresapi segalanya.”
Gereja Katolik: diperuntukkan bagi semua orang, segala bangsa, tempat
dan zaman.
Kekatolikan menyatakan:
a) Keanggotaan Gereja yang terbuka
b) Totalitas dan kepenuhan iman akan Kristus yang diwartakan (meresapi
segalanya).
Gereja Apostolik
“Apostolik”: apostolus (Lat): rasul.
Gereja Apostolik: ajaran, tradisi, kepemimpinan Gereja didasarkan pada para
rasul (Ef 2:20)
“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan
sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang
dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai
batu penjuru.” (Ef 2:19-20)
2.
Tahap Kehidupan Kodrati Tahap kehidupan rohani
3. Pelayan Sakramen
Uskup atau imam yang ditugaskan atau diberi kuasa oleb Uskup (mis. Romo
Vikaris Jendral), dalam kasus bahaya mati, hukum Gereja menetapkan bahwa
setiap imam dapat menerimakannya.
Mengapa sakramen ini diterimakan oleh Uskup ?
Dengan menerima sakramen Krisma secara resmi orang itu mendapat tugas untuk
ikut serta dalam karya Gereja: melanjutkan karya penyelamatan Allah secara
kelihatan dan historis, yakni dengan mewartakan lnjil dan memberi kesaksian
tentang Kristus, baik secara lesan maupun dengan perbuatan. Karena hal itu
merupakan penugasan resmi maka dengan sendirinya sakramen Krisma harus
diberikan oleh pemimpin jemaat, yakni uskup setempat. Juga dalam keadaan
darurat, dengan pelbagai cara, uskup selalu terli-bat dalam penerimaan sakramen
ini. Misalnya: hariya dapat dilaksanakan oleh imam (mewakili uskup) dengan
minyak yang telah diberkati oleh uskup.
Penerima Sakramen
Ad validitatem :
a. Sudah dibabtis dan belum menerima Krisma
b. Mempunyai intensi untuk menerimanya (kalau sudah dewasa).
Ad liceitatem :
Dalam keadaan normal;
a. Usia tertentu yang ditetapkan oleh uskup atau konperensi uskup.
b. Tahu mengenai makna sakramen Krisma dengan konsekuensinya dan rela
hidup sesuai dengan tuntutan Krisma.
c. Berada dalarn keadaan rahrnat (= tidak berada dalam dosa besar yang
belum diampuni dengan sakramen tobat).
Dalam keadaan bahaya mati syarat umur batal, yang lain kalau bisa diusahakan
untuk dipenuhi.
Pada usia berapa sebaiknya menerima sakramen ini ?
Bergantung pada ketentuan yang berlaku setempat. Namun secara teologis bisa
dipahami kalau sakramen ini diberikan pada orang Katolik yang telah dewasa
karena tugas dan tanggung jawab yang dituntut dari sakramen ini mengandaikan
kedewasaan berpikir dan bertindak. Tetapi juga masuk akal kalau diberikan ketika
seorang anak kecil dibabtis, karena sakramen ini mengungkapkan dan
memerlncikan satu segi yang telah ada pada upacara inisiasi, yakni keterlibatan
dalam tugas perutusan Gereja.