Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGAMA

“YESUS GURU AGUNG”

DISUSUN OLEH:
DWI FERNANDA DOA

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Yesus Guru Agung”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah pendidikan Kristen.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempunaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Kupang, 15 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

a. KARAKTER YESUS SEBAGAI GURU AGAMA


b. TELADAN YESUS SEBAGAI GURU AGAMA
c. METODE-METODE MENGAJAR YESUS
d. YESUS SEBAGAI RABBI DALAM INJIL YOHANES

BAB III KESIMPULAN


BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran Yesus Kristus di dunia ini dan kematian-Nya, tidak ada seorang pun yang
menyangkal hal tersebut.  Bahkan kelahiran-Nya yang adi kodrati atau supra alami itu telah
dinubuatkan jauh ratusan tahun sebelum kelahiran-Nya oleh para nabi.  Jadi, pribadi Yesus
merupakan sebuah pribadi yang istimewa karena ialah Allah yang turun dari surga dan menjadi
serupa dengan manusia.  “Yesus tepat sekali bagi pekerjaan mengajar.  Tidak ada orang yang
lebih  tepat untuk tugas ini daripada Yesus.  Yesus benar-benar seorang guru yang sempurna,
baik dari segi ilahi ataupun insane”.  Sehingga, pastilah Ia memiliki karakter yang sempurna dan
layak dijadikan patokan untuk guru dimasa kini. 

Pengertian guru secara umum menurut Wikipedia Indonesia, “Guru adalah pendidik dan
pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal.
Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga
dianggap seorang guru”. Selain itu, guru sendiri memiliki peranan penting didalam dunia
pendidikan karena posisinya yang penting dan vital dalam pendidikan. Pengertian kata agung
secara umum jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, sesuatu hal yang dianggap
besar, mulia, serta luhur dan itu semua terdapat didalam diri pribadi Yesus Kristus.

Dari semua penjelasan di atas jika disimpulkan, maka pengertian dari Guru Agung adalah
seorang pengajar dan pendidik yang mememiliki karakter yang dapat menjadi teladan bagi
peserta didiknya dan pengajar itu memiliki nilai yang mulia dan luhur dalam dirinya sehingga
kewibawaannya dapat terpancar dari perilakunya dan pembawaannya.  Dari pengertian-
pengertian tersebut, semua hal itu terdapat dan ada didalam pribadi Yesus Kristus, sehingga, Ia
sangat tepat untuk menyandang gelar seorang Guru Agung.
BAB II
PEMBAHASAN
Yesus adalah guru yang Agung. Sebagai orang percaya, kita mengakuinya. Bagi banyak
orang pada masa sekarang, guru merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan. Informasi ilmu
pengetahuan yang disampaikan guru dapat membantu seseorang dalam menjalankan profesi yang
ditekuninya. Namun, guru tidak memiliki otoritas dalam kehidupan. Perkembangan teknologi
memampukan kita untuk mendapatkan informasi dari perspektif yang berbeda dari yang
disampaikan oleh seorang guru. Sehingga, pada akhirnya keputusan ada pada diri kita, apa
kebenaran yang kita mau terima, termasuk dalam keputusan dalam kehidupan keseharian kita.
Kita menjadi penentu terhadap apa yang kita pikir benar dalam hidup dan bagaimana
melakukannya. Dalam konteks yang seperti ini, kita merenungkan arti Yesus sebagai guru yang
Agung. Injil Yohanes menuliskan Yesus sebagai rabi, yang artinya guru (Yoh. 1:38). sebagai
guru Yesus mengajarkan mengenai kehidupan dan jalan keselamatan, kebenaran yang paling
utama dan paling penting dalam kehidupan manusia. Kita merasa tahu bagaimana seharusnya
kita hidup. Namun, sebagai manusia berdosa, kita pada dasarnya punya pemahaman yang tidak
tepat mengenai bagaimanakah seharusnya kita hidup. Kita perlu diajarkan kebenaran.

Guru Yesus tidaklah seperti guru kebanyakan. Kesaksian yang diberikan oleh keempat
Injil menunjukkan bahwa Guru Yesus mengajarkan kebenaran yang membuat orang yang
mendengarkannya takjub pada pengajaran-Nya (Mat. 7:28-29, Mark. 11:18, Luk. 4:31-32; Yoh.
7:14-15). Dia adalah Guru yang memiliki otoritas. Yohanes dalam kata pengantar Injilnya
menuliskan kebenaran bahwa Yesus adalah Allah (Yoh. 1:1-18). Allah yang menciptakan
manusia, yang berarti Dia juga yang tahu bagaimanakah seharusnya manusia hidup. Oleh karena
itu ajaran-Nya adalah benar. Sehingga, ketika Dia mengajar, Dia dapat mengatakan kepada
manusia bahwa yang Dia sampaikan adalah benar. Dalam Injil Yohanes, kita berulangkali
membaca ketika Tuhan Yesus mengajar, Dia mengatakan “Amin, amin, Aku berkata kepadamu”
(seperti yang tertulis dalam Yoh. 13:16, 20, yang diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Indonesia
“Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya …”). Kata “amin” berarti apa yang diucapkannya adalah
sesuatu yang benar dan tidak ada keraguan terhadap apa yang disampaikan.

Selain itu, Guru Yesus bukan hanya mengajarkan kebenaran, tetapi Dia juga menghidupi
kebenaran. Kebenaran Allah bukanlah kebenaran yang tidak dapat dilakukan dalam kehidupan
manusia. Yesus yang adalah Allah, menjadi manusia dan hidup bersama dengan manusia. Dia
bukan hanya mengajarkan kebenaran, tetapi Dia juga mempraktikkan kebenaran dan menyatakan
kepada manusia bahwa kebenaran yang Dia ajarkan itu dapat berlaku dalam kehidupan manusia.
Ada banyak contoh yang Dia sampaikan, salah satunya adalah dalam peristiwa pencucian kaki
pada perjamuan makan malam terakhir yang kita baca dalam Yoh. 13. Guru Yesus mengajarkan
kepada murid-muridnya yang bertengkar mengenai siapakah yang terbesar di antara mereka
(Luk. 22:24) arti relasi yang seharunya terjadi di antara murid-muridnya, yaitu saling melayani.
Guru Yesus mengajarkan dengan melakukan tindakan yang tidak pernah disangka para murid-
Nya, yaitu mencuci kaki mereka yang kotor dan berdebu, pekerjaan yang hanya dilakukan oleh
seorang budak. Yesus mengajarkan arti dari saling merendahkan diri dan melayani.

A. Karakter Yesus sebagai Guru Agung


1. Teladan pribadi mendidik
Hal yang paling penting dalam mengajar adalah memiliki tujuan yang jelas, seperti yang
diungkapkan oleh Price, “Salah satu hal yang sangat penting dalam hal mengajar ialah
tujuan yangn jelas dan khas.” Sehingga, para pengajar banyak yang merasa tidak
bersemangat dan tidak memiliki tujuan dan sasaran yang jelas.  Tapi tidak dengan Yesus,
“Ia tidak pernah mengajar semata-mata karena Ia harus mengajar.  Ia selalu mempunyai
tujuan-tujuan yang akan dicapai-Nya.  Ia benar-benar tahu apa yang di kehendaki-Nya,
dan berusaha untuk mencapainya.  Ia tahu arah tujuan-Nya dan dengan gigih bergerak
kearah itu.” jika, setiap pendidik mampu untuk seperti yang Yesus lakukan maka akan
dapat memberi dampak yang postif bagi peserta didik karena dapat menjadi teladan yang
baik. “Ketika seorang masih kanak-kanak, ia miliki kemungkinan yang sangat besar
untuk kita bentuk.  Mereka sangat cepat untuk meniru orang lain, khususnya orang-orang
yang mereka kagumi”.  Hal inilah yang medorong setiap pendidik untuk menjadi teladan
bagi para peserta didiknya karena mereka meniru apa yang mereka lihat dan meniru
setiap orang yang mereka kagumi.  Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki
karakter seperti Yesus sehingga dapat dijadikan teladan dan contoh bagi peserta
didiknya.
2. Sifat rohani pendidik
“Di dalam setiap kepribadian ada sifat rohani yang melampaui sifat natural
biasa.  Kerohanian yang bersifat supranatural ini menjadikan kita harus bersikap sangat
serius di dalam masalah pendidikan. Kita mendidik orang dan bukan binatang untuk
mencari nafkah, bukan untuk bermain sirkus.  Kita mendidik manusia yang harus
bertanggung jawab secara rohani dihadapan Tuhan yang berencana kekal bagi
mereka.  Oleh karena itu, kita mendidik karakter-karakter yang bersifat spritual dan
supranatural.  Ini merupakan keunikan dan signifikan pendidikan manusia.”

3. Jiwa pendidik yang berkorban


“Kasih tidak dapat dididik melalui cara filsafat, kasih tidak bisa dibahas di dalam sebuah
skripsi.  Kasih hanya bisa dimengerti melalui kematian Kristus untuk menjadi contoh
bagaimana mengabdi dan melayani sesama, bahkan Ia rela mati bagi murid-Nya.” dan
dengan pengorbanan-Nya Ia mengenalkan apa itu artinya kasih yang
sesungguhnya.  “Manusia tahu bagaimana menjalankan komunikasi dalam relasi antar
pribadi dengan dunia ini dengan cinta yang ada dan dinyatakan oleh diri Kristus, yang
telah berkorban bagi kita, untuk menjangkau sesama manusia, berkorban bagi orang lain,
melayani mereka.  Inilah yang akan mambentuk Karakter Kristen.”

B. Teladan Yesus sebagai guru Agung


Tuhan Yesus Kristus disebut guru agung karena pengajaran-Nya disertai dengan kuasa dan
mujizat, dan hubungan antar sesama menekankan kasih (Matius 22:37-40) merupakan ajaran
yang luar biasa tiada bandingannya inti dari pengajaran-Nya berpusatkan diri-Nya sendiri.
Selama menjadi manusia tinggal diantara manusia dan mengajarkan teladan yang luar biasa
yaitu mengajar para murid, Tuhan Yesus membenarkan panggilan para murid bahwa diri-
nya guru dan Tuhan, Nikodemus guru agama orang Yahudi mengakui Tuhan
Yesus adalah guru yang agung, untuk itu Dia telah membenarkan manusia yang berdosa
dengan jalan satusatunya menuju keselamatan, untuk itu manusia harus menerima-Nya
sebagai Tuhan dan juru selamatnya. Tuhan ketika mengajar para murid yang belum percaya
kepada-Nya dengan sabar dan kasih yang diajarkan-Nya, para murid memiliki karakter yang
berbeda, pekerjaan yang berbeda dan tentunya lingkungan yang berbeda membutuhkan
metode yang berbeda-beda untuk mengenal dan memahami para murid.
Metode pengajaran-Nya mengajar bukan hal yang mudah membutuhkan pengorbanan,
waktu, tenaga, anggaran, dan pemikiran, mengajar suatu proses belajar mengajar tugas dari
guru agar adanya perubahan yang terjadi dengan murid yang diajar perubahan pengetahuan
karakter, Tuhan Yesus mengajarkan orang yang tidak percaya, yang tidak diperhatikan dan
dianggap bodoh oleh dunia diubah oleh-Nya menjadi percaya dan menjadi orang yang
sangat perhasil dan berguna. Murid-murid sangat melakukan apa yang dikatakan oleh-Nya
bahkan rela melakukan untuk mengajar orang lain, Rasul Paulus murid Tuhan Yesus yang
tidak mengenal dan menganiaya umat Tuhan tetapi setelah mendapat panggilan menjadi
murid yang sangat berhasil.

C. Metode-metode mengajar Yesus


Dalam melaksanakan pengajaran-Nya Yesus menggunakan metode-metode pembelajaran
secara kreatif. Semua metode yang digunakan masih sangat cocok diterapkan pada
pendidikan Kristen untuk anak didik pada zaman ini.  Nainggolan[ mengatakan ada beberapa
metode yang dipakai Yesus dalam mengajar yaitu metode ceramah, metode bercerita,
metode Tanya jawab, dan metode diskusi.
Sedangkan Silitonga mengidentifikasikan beberapa metode yang dipakai oleh Yesus yaitu:
1. Yesus menggunakan metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan Yesus
dalam  pengajaran-Nya.   Melalui   metode   ini   Yesus   dapat menyampaikan
informasi pengajaran-Nya secara langsung. Contoh kegiatan pengajaran yang
dilakukan Yesus dengan memakai metode ceramah yaitu ketika Yesus berkhotbah
dan mengajar di atas bukit (Mat 5:1-2), Yesus mengajar di tepi danau (Mark 4:1-2),
dan Yesus mengajar di Bait Allah (Yoh 7:14-15).
2. Yesus menggunakan metode Tanya jawab
Dalam mengajar Yesus sering memberikan pertanyaan kepada anak didik-Nya.
Contoh kegiatan pengajaran Yesus dengan menggunakan metode tanya jawab yaitu
Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya (Mat 16:13-17), ketika pemimpin Yahudi
bertanya kepada Yesus (Luk 18:18-27) dan percakapan Yesus dengan Nikodemus
(Yoh 3:1-21).
3. Yesus menggunakan metode simulasi
Dengan metode ini Yesus menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura dalam
proses belajar agar murid-murid-Nya memperoleh suatu pemahaman tentang prinsip
atau keterampilan tertentu. Contoh metode simulasi yang pernah dipakai Yesus yaitu
Yesus masuk ke Yerusalem dengan mengendarai Keledai, Yesus memperagakan
Perjamuan Malam.
4. Metode penugasan
Yesus mengutus 70 murid ke setiap kota dan memberikan tugas kepada mereka
untuk memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit (Luk. 9:1-12). Dan Yesus
juga mengutus semua orang percaya untuk memberitakan injil dalam Amanat Agung
(Mat 28:19-20).

D. Yesus sebagai Rabbi dalam Injil Yohanes


Hubungan diantara Yesus sebagai rabi dan para pengikut-Nya sebagai murid-murid-Nya
terus dinyatakan dalam Injil Yohanes. Hubungan guru-murid yang begitu dekat dapat dilihat
dalam peristiwa murid-murid pergi membeli makanan untuk guru mereka (4:8,27,31-34),
pertanyaan mereka tentang kebutaan orang buta (9:2), kepedulian mereka akan keselamatan
guru mereka (11:8), kehadiran Yesus dalam membangkitkan Lazarus (11:28), dan dalam
peristiwa kebangkitan-Nya (20:16).
Yesus dipanggil dan diterima sebagai rabi bukan hanya oleh murid-murid-Nya, tetapi juga
oleh Nikodemus (3:2), para pemimpin Yahudi (8:4), dan orang banyak (6:25). Dalam
kasus  Nikodemus,  ia  boleh  dikatakan  mewakili  orang-orang  banyak  (bdk.  6:25)
mengidentifikasikan Yesus sebagai guru yang diutus dan disertai Allah ketika menyaksikan
tanda-tanda yang dilakukan oleh-Nya, walaupun ia mungkin memahami-Nya hanya sebatas
guru (manusia) seperti para nabi, yang diutus dan disertai oleh Allah. Namun demikian,
pernyataannya mengindikasikan bahwa ia telah melihat perbedaan di antara Yesus dan para
rabi Yahudi yang lain karena kuasa yang dimiliki-Nya dalam melaksanakan perbuatan
tanda-tanda dan mungkin juga perkataan-perkataan yang disampaikan-Nya. Yesus memang
berbeda dengan para rabi Yahudi, karena Ia menyadari akan keberadaan-Nya sebagai
seorang yang diutus oleh Bapa dan otoritas rohani yang dimiliki-Nya daripada pada latihan
rabinis. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang pada zaman-Nya telah mengakui Yesus
sebagai seorang guru agama, walaupun Ia tidak belajar dari seorang rabi (guru) secara
formal.
Ajaran Yesus sebagai guru jelas berasal dari Bapa yang telah mengutus Dia (7:16). Karena
itu, dalam Injil Yohanes Ia seringkali mengatakan bahwa segala sesuatu yang telah Ia lihat
dan dengar daripada Bapa (baik di surga sebelum inkarnasi maupun selama di dunia melalui
persekutuan doa-Nya yang terus menerus dengan Bapa), itulah yang Ia sampaikan kepada
para pendengar-Nya dan murid-murid-Nya (5:30; 8:26,38,40; 14:24; 15:15). Ia tidak pernah
mencari hormat bagi diri-Nya sendiri, melainkan datang untuk menyatakan, menghormati,
memuliakan, dan melaksanakan kehendak atau tugas Bapa yang harus Ia selesaikan melalui
kematian dan kebangkitan-Nya. Jadi, boleh dikatakan Yesus sebagai guru (rabi) belajar dari
Bapa-Nya sendiri, selain Ia mungkin mendapatkan pendidikan tidak formal dari Yusuf dan
Maria. Bahkan dalam Yoh. 13:13-14, Yesus sendiri menegaskan diri-Nya sebagai seorang
guru ketika memberikan teladan dalam membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai persiapan
bagi kematian-Nya yang mendatang. Jadi, Yesus dikarakteristikkan sebagai seorang guru
bukan hanya oleh para karakter lain, tetapi juga oleh Yesus sendiri melalui pesan dan
pengajaran berotoritas yang disampaikan-Nya (bdk. Mat. 7:29: Mrk. 1:22; Luk. 24:19) dan
teladan yang diberikan dalam melayani murid-murid-Nya. Yesus juga dipanggil sebagai rabi
karena Ia mempunyai murid-murid yang mengikuti-Nya, pengajaran, dan teladan-Nya.

BAB III
KESIMPULAN
Dari semua pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik atau seorang
guru pada era masa kini harus memiliki sebuah pegangan atau pedoman dalam ia
mengajar.  Semua pegangan dan pedoman itu hanya bisa didapatkan dalam pribadi Yesus
Kristus, yaitu dalam karakternya yang maha sempurna dan merupakan sebuah standard dan
patokan yang mutlak bagi setiap guru di era modern ini.

Anda mungkin juga menyukai