Anda di halaman 1dari 6

Doa Bapa Kami

Bapa kami yang ada di surga,


dimuliakanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu,
di atas bumi seperti di dalam surga.
Berikanlah kami rezeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni
yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Amin.

=========================================

Jangan mengatakan BAPA


kalau sehari-hari tidak berlaku sebagai anak

Jangan mengatakan KAMI


kalau engkau hidup tersendiri dalam egoismemu

Jangan mengatakan YANG ADA DI SURGA


kalau hanya memikirkan hal-hal duniawi

Jangan mengatakan DIMULIAKANLAH NAMAMU


kalau tidak menghormatiNya

Jangan mengatakan JADILAH KEHENDAKMU


kalau tidak mau menerimanya bila ternyata adalah berat dan pahit

Jangan mengatakan BERILAH KAMI REJEKI PADA HARI INI


kalau tidak prihatin akan mereka yang lapar, orang buta huruf dan
tanpa harapan untuk besok

Jangan mengatakan AMPUNILAH KESALAHAN KAMI


kalau masih menyimpan kebencian terhadap saudaramu

Jangan mengatakan JANGANLAH MASUKAN KAMI KE DALAM


PERCOBAAN
kalau masih bermaksud berbuat dosa

Jangan mengatakan BEBASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT


kalau tidak berani mengambil posisi melawan kejahatan

Jangan mengatakan AMEN


kalau tidak menganggap serius setiap kata dalam doa BAPA KAMI

Kenapa doa bapa kami berbeda?


diambil dr sebuah milis:

Dear Friends...

ada sebuah pertanyaan yang agak membuat saya berpikir. Pertanyaan tersebut adalah
kenapa doa Bapa Kami di Katolik tidak sama dengan yang ada di Alkitab? dan kenapa
juga kata-kata terakhir ("karna engkaulah yang empunya kerajaan surga.....") tidak
disebutkan?
Pertanyaan tersebut sering diajukan oleh umat kristen dari denominasi2 protestan. Dan
jujur aja saya sampai sekarang belum tau apa sebabnya doa Bapa Kami di Gereja Katolik
itu berbeda.
Ada yang bisa membantu saya menemukan jawabannya?

............ ......... ........

trus gimana dengan kata2 "berilah kami rejeki pada hari ini"? bukankah di alkitab bahasa
indonesia yang qta punya gak seperti itu? Trus dimana doa asli yang kamu sebut? apakah
di manuskrip awal alkitab dalam bahasa yunani atau dalam vulgate? tolong doooongg....

-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawaban:

Setelah ada sekian banyak jawaban, kalau masih juga ada yang mengganjal atau belum
puas, saya menyumbangkan tambahan pertimbangan atau informasi sekitar Doa Bapa
Kami (BK), atau Doa Tuhan itu. (Pertanyaan Albee saya kumplkan di bawah)
Pertama, soal mengapa rumusan Doa BK yang dipakai di Gereja Katolik (GK) kok tidak
sama dengan yang di Alkitab.
a. Menjawab pertanyaan tersebut tidak serta merta mudah dan menyelesaikan soal.
Karena dalam Alkitab pun ada dua versi doa BK yang keduanya inti pokoknya sama,
tetapi kelengkapan katanya tidak sama. Bandingkan Mat 6:9-13 dg Luk 11:2-4.
Maka yang dimaksudkan dengan istilah "menurut Alkitab" atau menurut Injil itu yang
mana?
b. Kalau kemudian menyoal "kenapa juga kata-kata terakhir ("karna engkaulah yang
empunya kerajaan surga.....") tidak disebutkan?" --- Jawabannya masih bisa sama. Doa
BK versi Lukas memang tidak ada tambahan itu. Dus kalau jaman awal Gereja Perdana,
saat para penulis suci itu menuliskan manuskrip yang sekarang kita sebut Injil itu juga
telah terjadi perbedaan, karena yang satu memasukkan kata itu dan yang lain tidak, maka
tidak cukup alasan untuk menyimpulkan doa dari GK tidak setia kepada Alkitab dan BK
gereja lainnya setia, hanya karena kata yang ada dalam Mateus itu saja. Doa tanpa "karna
engkaulah yang empunya kerajaan surga....." masih tetap biblis, atau tidak berlawanan
dengan yang ada dalam Alkitab.

Kedua, soal bunyi doa BK versi GK "berilah kami rejeki pada hari ini" .... tidak cocok
dengan Alkitab?
Mungkin lebih tepat kesimpulan itu seharusnya berbunyi: Kok doa BK yang dipakai GK
Indonesia tidak sama dengan doa BK yang ada dalam Alkitab bahasa Indonesia
sekarang?
Jawabannya rumit, ruwet dan panjang. Karena menyangkut sejarah perkembangan gereja
dan kerjasama terjemahan Alkitab antara LBI dan LAI; dan di samping itu juga soal
pembaharuan penterjemahan bunyi teks Alkitab secara kontekstual sesuai dengan
perkembangan pola bahasa masyarakat real. Maksud saya, versi terjemahan Alkitab
dalam bahasa Indonesia ini saja ada banyak sekali. Yang hasil kerjasama saja ada banyak.
Belum lagi bahwa dahulu LBI memiliki terjemahan sendiri dan LAI atau penerbit Alkitab
lain juga memiliki terjemahan sendiri. Nah tidak serta merta kalau ada terjemahan baru
Alkitab lalu semua gereja harus dan mau mengubah doa BK yang sudah mereka pakai
agar sama dengan terjemahan baru itu.
Mengapa saya menjawab seperti itu.
Persoalan pokoknya memang terletak pada soal penterjemahan itu dan siapa yang
menterjemahkan. Dalam GK yang menterjemahkan doa-doa Liturgis adalah Komisi atau
Panitia Liturgi yang memperhitungkan rasa religiusitas masyarakat setempat. Sementara
Komisi yang membawahi bidang pengadaan Kitabsuci mempunyai standard
penterjemahan yang berbeda, karena tulisan itu pun dimaksudkan untuk sasaran dan
kemungkinan efek yang timbul yang berbeda pun menjadi pertimbangan di dalamnya.

Simpelnya. Kalau kita simak doa BK yang dipakai dalam GK di luar Indonesia kita akan
menemukan bahwa isinya amat Biblis.
Contoh:
- Inggris: "give us this day our daily bread"
- Italia: "Daci oggi il nostro pane quotidiano"
- Latin: "Panem nostrum cotidiaanum da nobis hodie"
atau kalau di GK Indonesia tetapi dalam bahasa Jawa: "Abdi dalem sami nyadong paring
Dalem rejeki kangge sapunika" atau terjemahan baru "Kawula sami nyuwun rejeki
kangge sapunika"

Nah, siapa yang pakar menterjemahkan kalimat-kalimat di atas, silahkan. Dan rasanya
semua masih biblis: berilah kami hari ini rejeki kami; berilah kami hari ini roti (rejeki,
makanan) harian kami. Berilah kami rejeki untuk hari ini. ......

Lalu mengapa kok yang dipakai dalam GK hari ini beda dengan yang dipakai di GK luar
itu?
Sekali lagi problemnya untuk menterjemahkan suatu doa, suatu komunikasi iman kita
manusia kepada Allah, maka harus melihat konteks iman atau rasa dan pola hidup
religiusitas setempat. Doa dalam liturgi bisa menjadi lebih luwes dari format hukum atau
Kitab. Begitulah adanya.

Kalau sempat menonton film "Bethelehem van Java" - saat para misionaris datang ke
Indonesia di abad 19 pun belum tersedia Alkitab lengkap dalam bahasa Indonesia seperti
sekarang. Sementara umat membutuhkan doa yang langsung harus tersedia untuk dipakai.
Dipakai mengajar dan mengajari berdoa dan meneruskan nilai dan isi iman. Maka romo
Van Lith pun membuat terjemahan. Ternyata terjemahan romo misionaris di Muntilan itu
beda dengan yang di Mendut. Kok bisa? Ya memang karena waktu itu belum ada Komisi
Liturgi kayak sekarang. Belum ada buku doa yang telah diresmikan oleh Uskup atau
otoritas resmi gerejawi lain. Maka para misionaris dengan niat baik mencoba untuk
menterjemahkan doa yang ada di negara asal mereka.
Nah, penguasaan bahasa, penguasaan rasa budaya akan mempengaruhi bunyi dan
kelengkapan kalimat dalam suatu terjemahan. Dan itulah terjemahan. Tidak bisa
menggunakan kamus dan kaku-kakuan.
Bandingkan kalau kita lihat film Barat yang diputar di Indonesia kita akan menemukan
terjemahan bukan harafiah, tetapi komunikasi aktual. Seruan "Jesus" atau "Oh my God" -
-- lha diterjemahkan "Astaga" - kan? Apakah salah? Apakah si penterjemah tidak tahu
padanan 4 kata itu dalam bahasa Indonesia?
Itulah terjemahan! Kalau seruan di film itu diterjemahkan "Yesus" atau "O Allahku" -
malah ekspresi real yang mereka sampaikan keliru, karena bunyi seruan "O Allahku" di
Indonesia adalah doa; sementara di aktor itu sedang berseru biasa saja tanpa mikirin
Allah. Maka terjemahan "astaga" adalah terjemahan jitu.

Demikian tambahan masukan saya. Semoga tidak menambah bingung.


Akhirnya, tradisi doa GK yang berkembang di Indonesia ya memang itulah bunyi
rumusan doa BK. Isi di dalamnya masih sama dan tepat sesuai dengan rasa rohani dan
pola komunikasi kita orang Indonesia.
salam dan doa,

Yohanes Samiran SCJ

DOA BAPA KAMI KATOLIK BEDA DENGAN PROTESTAN. KENAPA ?

Posted by liturgiekaristi on March 29, 2011

Rate This

Pertanyaan umat :

Salam
saya ingin mendalami agama saya ini:
1. Mengapa Doa Bapa Kami Katholik berbeda dengan Doa Bapa Kami Protestan, tetapi
ketika saya cari di Alkitab, doa Bapa Kami Katholik malah tidak ada?

PENCERAHAN DARI SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI


GEREJA KATOLIK INDONESIA

Tentang TEKS DOA BAPA KAMI dalam Perayaan Ekaristi.


Teks LITURGIS vs teks BIBLIS?

1) Kita mengenal Doa BAPA KAMI. Selain ditemukan dalam teks upacara liturgis
Perayaan Ekaristi, ini juga dapat ditemukan di Kitab Suci. Kalau ditelusuri dengan
baik, pasti dengan mudah ditemukan KE-TIDAKPERSIS-AN. Teks LITURGIS tidak
mentah-mentah diambil begitu saja dari Teks KITAB SUCI. Teks liturgis tetap
bercorak biblis, namun tak berarti copy-paste dari teks Kitab Suci.

2) Coba perhatikan juga Bacaan I, II, Injil. Teks liturgis untuk Bacaan Firman Tuhan
(yaitu: Lectionarium dan Evangeliarium), memang DIAMBIL DARI KITAB SUCI,
namun TELAH DISESUAIKAN untuk keperluan upacara liturgis. Bandingkan apa yang
dibaca oleh lektor/imam dan yang Anda baca sendiri langsung dari Kitab Suci.

3) Perhatikan juga penyesuaian liturgis lainnya: Aklamasi umat ketika imam


menunjukkan Tubuh Kristus (dan Piala Kudus) kepada umat. Ketika itu umat ber-
aklamasi: Ya Tuhan, saya tidak pantas ENGKAU datang kepada saya, tetapi
bersabdalah saja maka saya akan sembuh.
Rumusan itu MERUPAKAN PENYESUAIAN dari teks Mat 8:8 yang berkata Tuan,
aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka
hambaku itu akan sembuh.

4) Demikian juga dengan rumusan liturgis untuk Doa Bapa Kami. Adapun, doa ini versi
Injil Matius (6:9-13) lebih panjang daripada versi Injil Lukas (11:2-4). Dan, menurut para
ahli Kitab Suci, terdapat indikasi bahwa kalimat terakhir pada Mat 6:13, yaitu yang
dituliskan dalam tanda kurung (Karena Engkaulah . Amin) bukan berasal dari
penulis asli, melainkan dari editor-kemudian.

5) Untuk KEPERLUAN liturgis dan dalam KERANGKA liturgis sebagai satu-tindakan-


utuh yang dilaksanakan bersama-sama, maka teks-teks biblis tentang doa yang diajarkan
Yesus, juga dipakai, dengan disertai PENYESUAIAN-PENYESUAIAN liturgis yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun, seturut ketentuan, KWI sebagai konferensi uskup setempat adalah diberikan
kewenangan dan bertanggungjawab atas penyesuaian teks-teks liturgis dalam wilayah
Indonesia.

6) Tentang RUMUSAN RESMI-BAKU KATOLIK dan TERJEMAHAN Indonesia.


Rumusan resmi-baku doa Bapa Kami adalah rumusan sebagaimana ada dalam Missale
Romanum.
Sedangkan terjemahan resminya, atau rumusan baku dalam Gereja Katolik Indonesia,
itulah sebagaimana yang ada dalam Tata Perayaan Ekaristi.

7) Rumusan yang BERBEDA dari apa yang ada dalam TPE resmi (misalnya rumusan yg
ditemukan dalam macam-macam TEKS NYANYIAN yang rumusan/formulasinya sudah
DIMODIFIKASI), BUKANLAH rumusan baku-baku resmi Katolik Indonesia. Sebagai
nyanyian itu mungkin bagus, tapi sebagai suatu rumusan, itu BUKAN rumusan baku
Katolik Indonesia.

8) RUMUSAN RESMI/BAKU KATOLIK ditulis dalam Bahasa Latin:


Pater noster, qui es in caelis; sanctificetur nomen tuum; adveniat regnum tuum; fiat
voluntas tua, sicut in caelo et in terra.
Panem nostrum cotidianum da nobis hodie; et dimitte nobis debita nostra, sicut et nos
dimittimus debitoribus nostris; et ne nos inducas in tentationem; sed libera nos a malo.

9) Dalam PERAYAAN EKARISTI, Doa Bapa Kami di-AMIN-kan oleh seluruh umat
SETELAH DOA DAMAI selesai dibawakan oleh IMAM atas sama seluruh umat.

10) JADI, dalam upacara-upacara liturgis, Gereja memakai rumusan-rumusan doa,


sapaan, aklamasi, dll yang DIGALI DARI kekayaan Firman Allah dalam Kitab Suci.

Semoga bermanfaat
Salam, ZTT

Doa Bapa Kami (6) - Berilah Kami Rezeki pada Hari Ini

Lamtarida Simbolon, O.Carm | 6 Dec 2013, 15:07

Yesus mengajar kita berdoa: Berilah kami rezeki pada hari ini. Teks Matius
(terjemahan LAI) berbunyi, "Berikanlah kami hari ini makanan kami yang secukupnya."
(Mat 6:11). Dan Lukas (LAI) berbunyi, "Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang
secukupnya." (Luk 11:3). Doa Bapa Kami bahasa Indonesia versi Katolik berbunyi
"Berilah kami rejeki pada hari ini." Tentu tema ini bisa menjadi bahan pengajaran yang
panjang. Yang bisa dikatakan secara ringkas di sini sebagai berikut.

Pertama, masalah terjemahan. Terjemahan selalu merupakan tafsiran. Tidak ada


terjemahan yang sempurna untuk mengungkapkan makna asli dari suatu bahasa. Kata
yang dipakai (menurut para ahli) ialah roti (bread), bukan makanan. Terjemahan Katolik
Indonesia dipakai: berilah kami rezeki pada hari ini, sementara terjemahan Protestan pada
umumnya dipakai: berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Mengapa
Katolik menggunakan kata rezeki dan bukan makanan? Lagi-lagi soal terjemahan. Bapa
Kami versi Inggris berbunyi "Give us this day our daily bread". Kalau kita terjemahkan
ke Bahasa Indonesia: Berilah kami hari ini roti harian kami. Tentu akan sangat aneh,
tidak cocok dengan konteks Indonesia karena makanan harian kita bukan roti melainkan
nasi. Roti diterjemahkan menjadi rezeki, karena kata ini lebih tepat mewakili makna asli
dari kata roti.

Kedua, rezeki jasmani. Dalam tradisi Katolik, kata rezeki ini ditafsirkan sebagai seluruh
kebutuhan kita, baik jasmani maupun rohani. Kita membutuhkan kebutuhan-kebutuhan
jasmani untuk hidup, pangan, sandang, papan. Yesus mengajar kita untuk memohon
rezeki itu kepada Bapa. Bukankah kita sudah secara alami mendapatkan semua itu?
Begitulah pikiran banyak orang. Akan tetapi, dalam kaca mata iman, pada kahirnya
semua itu berasal dari Allah. Adakah sesuatu yang kita cipta murni dari usaha kita
sendiri? TIDAK! Semuanya itu disediakan Bapa yang di surga! Sawah-ladang
menumbuhkan tanaman yang menjadi sumber hidup kita. Hutan menumbuhkan
pepohonan, alam menyediakan tambang dll. yang menjadi sumber properti kita. Tidak
ada satu pun yang kita miliki murni dari usaha kita sendiri. Maka Yesus mengajari kita
bergantung kepada Bapa: berilah kami rezeki pada hari ini atau setiap hari.

Ketiga, rezeki rohani. Kita bukan hanya lapar makanan jasmani, tetapi juga makanan
rohani. Kita membutuhkan Sabda Tuhan dan Tubuh Kristus untuk kehidupan kita, karena
manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut
Allah. (Mat 4:4). Betapa banyak orang yang mengalami kelaparan rohani pada saat ini.
Ada yang gerejanya ditutup, ada yang diteror saat beribadat, ada yang tidak peduli
dengan roti rohani, dsb. Yesus mengajar kita berdoa memohon rezeki itu. Kita juga
membutuhkan Tubuh Kristus untuk kehidupan kita, karena Yesuslah roti hidup yang
turun dari surga (Yoh 6) dan Dia berkata "Tubuh-Ku benar-benar makanan, dan darah-Ku
benar-benar minuman." (Yoh 6:55). Dengan berdoa "Berilah kami rezeki pada hari ini"
Yesus mengajar kita bergantung kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai