Anda di halaman 1dari 13

Bab I

Konsep Pelayanan Terhadap Lansia

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional adalah semakin


meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia
harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk usia lanjut terus
meningkat dari tahun ke tahun. Penduduk lanjut usia yaitu yang berusia lebih dari
60 tahun tumbuh dengan sangat cepat ,bahkan tercepat dibanding kelompok usia
lainnya. Perkirakan Komnas Lansia bahwa mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan
jumlah penduduk lanjut usia, sudah terjadi.1  Crimmins melaporkan bahwa dalam
dekade abad 21 ini terjadi kecenderungan peningkatan usia harapan hidup yang
cukup besar, hal ini disebabkan terjadi penurunan angka kematian sekitar 1%
dalam setiap tahunnnya pada lansia. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan telah memicu timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat,
dengan meningkatkan angka harapan hidup.

Pengertian Lansia

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa
ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan
adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun.Lansia (Lanjut Usia) adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lansia berasal dari dua kata yaitu


lanjut dan usia yang berarti berumur atau berusia panjang. Akan tetapi secara
biologis, penduduk Lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

1 Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Komnas


Lansia. Jakarta
2 Ronald Hutapea, Sehat dan Ceria Diusia Senja: (Jakarta :PT Rhineka Cipta, 2005) hal
35
kematian. Hal ini disebabkan olehterjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan serta sistem organ pada tubuh.

Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Saparinah


(1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok
umur yang mencapai tahap pensiun. Pada tahap ini akan mengalami berbagai
penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Perubahan
yang terjadi pada lansia antara lain: Perubahan jasmani , perubahan pada sistem
saraf , perubahan panca indera , perubahan intelektual, perubahan emosional ,
perubahan sosial,  perubahan kehidupan keluarga, dan perubahan spiritual.

Lansia sering menimbulkan kekuatiran hidup yang sangat dalam, hal ini
disebabkan karena masa tua adalah masa semakin menurunnya daya tahan dan
kemampuan fisik dan psikis sehingga dia mempunyai tingkat ketergantungan
yang tinggi akan orang lain.3 Pada saat seseorang memasuki masa tua banyak
orang yang belum siap untuk menerimanya. Ini terlihat kebanyakan orang yang
menjadi gelisah ketika mereka berumur 60 tahun, karena di usia ini tanda-tanda
usia tua seperti kerut diwajah, rambut yang memutih, gangguan kesehatan dan
berkurangnya tenaga menjadikan mereka merasa dirinya tidak seperti dulu
lagi.Demikian juga ada orang yang menolak kenyataan bahwa mereka sudah
memasuki usia tua dengan berpakaian dan bertingkah laku seperti orang muda.
Ada pula orang yang menjadi acuh tak acuh pada penampilanya dan menghadapi
kenyataan tersebut dengan keluh kesah.

Dari kemunduran fungsi organik sebagai bagian dari keberadaan lansia


yang tertertulis dalam Alkitab dalam Kejadian 5: 1-11(tentang umur manusia),
Kejadian 12 (tentang usia orang yang lebih mendekati kewajaran, contoh
Abraham), Kejadian 47 (tentang Yakub di masa tuanya) dan Ul 34:7 (tentang
Musa), Mazmur 90:10, Pengkhotbah 12:1; 1 Samuel 12:2, Mazmur
71:18.  Perubahan yang terjadi pada lansia sepenuhnya didukung oleh pemaparan

3 Elizabeth Hurlock, B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. (Jakarta: Eriangga, 1980) hal 67
Alkitab. Dalam hal ini Alkitab juga mendukung akan perubahan yang terjadi pada
lansia sebagai suatu fase yang harus dilalui sebagi berkat Tuhan.

·         Menkes Nafsiah Mboi pada pembukaan Launching Pengembangan Program


Peduli Lanjut Usia di Jakarta Maret 2013 mengakui bahwa kementerian belum
memiliki data yang memadai masalah kesehatan pada lanjut usia karena survei
dan penelitian yang terkait dengan lanjut usia masih sangat terbatas.

·         Hasil Sensus Penduduk tahun 2010: Indonesia termasuk lima besar negara
dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia     

Tidak mudah menghabiskan masa tua di Indonesia. Hal itu diakibatkan


ketiadaan sistem jaminan sosial membuat kesejahteraan warga Lansia di Indonesia
amat rendah. Menurut laporan HelpAge International (satu lembaga nirlaba yang
bermarkas di London) sekaitan dengan Hari Warga Lanjut Usia Internasional 1
Oktober 2014 , mengeluarkan suatu Indeks Warga Lanjut Usia Global (Global
AgeWatch Index) yang melakukan survei tentang negara ternyaman di dunia bagi
kaum lansia tahun ini menempatkan Indonesia pada urutan 71 dari 96 negara yang
disurvei.4 Indonesia jauh di bawah  Thailand (ke-36), Philipina (ke-34), dan
Vietnam (ke-45). Singapura dan Malaysia negara yang nyaman untuk lansia di
Asia Tenggara. Negara nomor satu yang menjamin para orang tua itu adalah
Norwegia. Negara buat orang tua paling sengsara yaitu Afghanistan. Menjadi tua
di Indonesia tidak mudah karena buruknya jaminan pendapatan, layanan
kesehatan, layanan pendidikan/pekerjaan, dan lingkungan yang
mendukung. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi.

Harapan hidup untuk warga Indonesia  setelah melewati usia 60 tahun adalah


18 tahun, dengan harapan hidup sehat selama 14,3 tahun . Hanya 8,1 persen warga
di atas 65 tahun yang punya pensiun. Rendahnya warga punya pensiun karena
mayoritas warga bekerja di sektor informal yang tak punya jaminan pensiun.
Sebagian warga masih menganut nilai dan filosophi merawat orangtua . Nilai itu
membuat indeks dukungan lingkungan bagi warga lanjut usia di Indonesia tinggi.

4 ibid
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Lanjut usia
merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam
proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh
sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 60 tahun sampai
meninggal.5 Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang
telah disebut lanjut usia. WHOmenggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :

v  Lansia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,

v  Lansia (elderly) 60 -74 tahun,

v  Lansia tua (old) 75 – 90 tahun

v  usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 

Bab II

Tantangan

Menjadi tua adalah pilihan bukan nasib, demikian menurut Romo


Endaryono ketika memberi pencerahan di Adi Yuswa MBK. Motivator Dr. Paul
Yosopandoyo bahwa sebelum menjadi tua itu perlu persiapan agar nanti di masa
tua bisa seperti Sunset, matahari menjelang senja yang indah dipandang dari
sudut mana saja.Ini pandangan sangat ideal. Namun kenyataannya menjalani
masa tua di Indonesia itu ternyata tidak mudah.

Kemensos juga mencatat terdapat 1,8 juta jiwa Penyandang Masalah


Kesejahteraan Sosial (PMKS) ` unregister` dan dipastikan akan mendapatkan
Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS). Dalam rangka untuk memberikan perlindungan dan jaminan
pelayanan sosial bagi kalangan lanjut usia (lansia) dilakukan melalui pendekatan

a.        panti (day care)

b.      nonpanti (home care)

5 Hanna Santoso “Memahami Krisis Lanjut Usia” .(Jakarta: BPK GM,1999) hal 95
Pelayanan kepada mereka itu merupakan keharusan yang dilakukan
pemerintah.Mensos berharap, kaum jompo atau orang lansia tidak dikirim ke
panti. Kaum jompo atau orang lanjut usia sepenuhnya menjadi tanggung jawab
keluarga. "Kehadiran para lansia di panti lansia merupkan opsi terakhir. Sebab,
tetap sepenuhnya tangung jawab berada di dalam keluarga," demikian kata
Mensos Khofifah Indar Parawansa.6

Budaya timur, lansia  dirawat keluarga seperti anak, cucu, sanak saudara


bahkan kerabat . Ikut membantu memelihara dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Perhatian dan pertolongan keluarga sangatlah dibutuhkan
oleh lansia dalam menjalani masa tuanya. Perhatian dan pertolongan keluarga
bukan saja karenalansiamembutuhkannya, juga  sudah seharusnya setiap anak
harus memperhatikan dan memelihara orang tuanya. (Kel 20:12). Semua
ini dilakukan bukan hanya  senang hati, juga dengan rendah hati dan penuh hornat
sambil menyadari, kita melakukannya di hadapan Allah.

Dengan terjadinya pertumbuhan pesat jumlah Lansia di negeri kita, yang


berdampak ke berbagai aspek,  harus disikapi dengan bijaksana. Gereja maupun
lembaga-lembaga Kristen lainnya tidak bisa berdiam diri.Tidak cukup hanya
berdoa dan menghiburkan. Tapi harus ada aksi nyata yang bersifat strategis.

Bab III

PERAN  PAK

1.      Defenisi

PAK adalah usaha gereja untuk membina kehidupan iman dari anggota-
anggotanya dan semua orang yang dipercayakan kepada pemeliharaan gereja dari
semua golongan umur dengan berbagai cara dan bentuk, misalnya dengan
pengajaran dan latihan keterampilan demi terwujudnya iman Kristen dalam
kehidupan mereka.

6 Richard L. Morgan., Tetap Ceria di Usia Senja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999)


hal 120
Menurut rumusan Redaksi PAK PGI:  PAK adalah usaha sengaja gereja untuk
menolong orang dari semua golongan umur yang dipercayakan kepada
pemeliharaannya untuk menjawab penyataan Allah dalam Yesus Kristus, Alkitab
dan kehidupan Gereja, supaya mereka di bawah pimpinan Roh Kudus dapat
diperlengkapi guna melayani Tuhan di tengah-tengah keluarga, gereja,
masyarakat, dan dunia alam.

PAK adalah kegiatan yang berusaha atau bertujuan untuk mengembangkan


seluruh potensi (kemampuan)  anak didik (baik anak-anak, remaja, pemuda
maupun dewasa-keluarga) kepada ketaatan dan pengabdian kepada Allah dan
FirmanNya sesuai dengan ajaran agama Kristen yang berdasarkan Alkitab
(Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).7  Ketaatan dan pengabdian mana
dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, sekolah, tempat
bekerja, gereja, jemaat maupun di dalam masyarakat pada umumnya.

Dari rumusan di atas, dapat kita pahami  secara substansial bahwa PAK itu
adalah usaha gereja.Artinya pembelajaran PAK itu adalah tanggung jawab
sepenuhnya dari gereja sebagai pemegang Amanat Agung Tuhan Yesus  (Mat 28 :
19-20), baik pembelajaran PAK yang terlaksana di gereja lokal, di dalam
keluarga, maupun konteks masyarakat dan sekolah. Gereja tidak dapat
melepaskan diri dari tanggung jawabnya terhadap hal ini. Kalau di Indonesia ,
pembelajaran PAK menjadi bagian dari Kurikulum Pendidikan Nasional,
sehingga dalam pelaksanaannya  pemerintah Indonesia menjadi mitra gereja
dalam mewujudkan amanat dimaksud, itu adalah suatu kebaikan yang kita
syukuri.

2.      PAK atau PWG

Sejak tahun 50-an gereja-gereja di Indonesia mengenal dua istilah baru, yaitu
PAK (Pendidikan Agama Kristen) dan PWG (Pembinaan Warga Gereja). Itu
belum berarti bahwa pengertian di balik kedua istilah itu telah dipahami secara
benar. Orang cenderung mengasosiasikan PAK dengan Sekolah Minggu, anak

7 ibid
kecil atau pelajaran agama di sekolah. Pengertian PWG pun dipahami secara
keliru. Orang mengerti bahwa PWG adalah kursus untuk menjadi “pendeta mini”
yang pandai memimpin renungan.

PAK merupakan cabang ilmu “baru” di Indonesia. Mulai dikenal setelah


Indonesia merdeka. PAK dalam tradisi berbahasa Inggris disebut Christian
Education, atau Christian Religious Education (CRE),  adalah berakar dari tradisi
gereja Inggris dan Amerika. Inggris, karena dari sanalah Bapak Sekolah Minggu
(Sunday School) Robert Raikers. Akan tetapi pembelajaran PAK berkembang
seutuhnya di Amerika, khususnya pada gereja Methodis, Baptis, dan gereja Injili
lainnya, Pentakosta dan New Pentakosta yang sering disebut Kharismatik.

Di Indonesia, sejak awal masuknya Badan Misi Protestan adalah berasal


dari kawasan Eropa Kontinental, yakni Belanda,  Jerman. Gereja-gereja hasil misi
dari Eropa kontinental ini hampir tidak mengenal istilah PAK. Tapi justru yang
dikembangkan dalam pengajaran kepada kedewasaan gereja lokal adalah
Pembinaan Warga Gereja (PWG). Itulah sebabnya , sejak dari awal mula berdiri
sekolah-sekolah Teologi di bumi Nusantara , mata kuliah PWG sudah menjadi
bagian dari kurikulumnya. Tujuannya tentu memperlengkapi para calon pendeta
supaya mendewasakan jemaat (Ef 4:11-12)

Pendidikan Agama Kristen atau Christian Religious Education mulai


dikenal gereja-gereja di Indonesia, ketika beberapa misionaris gereja-gereja Baptis
dan Methodis dari Inggris dan Amerika masuk ke tanah air kita. Antara lain, misi
Baptis yang dibawa masuk semasa Sir Jhon Rafless menjadi Gubernur Jenderal
Inggris yangg saat itu berpusat di Malacca di mana wilayah kekuasaannya sempat
sampaike Nusantara.8 Utusan Misionaris Baptis yang terkenal tercatat pernah
melayani ke Tanah Batak, adalah Burton dan Ward pada tahun 1824. Mereka
mundur karena Inggris menarik diri dari Sumatera. Sepuluh tahun kemudian 1834,
Misi Baptis Amerika mengutus dua orang missionaris, Munson dan Layman,
masuk  lagi ke Tanah Batak , dengan berjalan kaki dari Sibolga menuju Silindung.
Di perjalanan itulah, tepatnya di desa Lobu Pining, mereka dibunuh masyarakat
setempat. Mereka mati martir. “Darah orang martir menjadi benih gereja” ,

8 Hanna Santoso “Memahami Krisis Lanjut Usia” .(Jakarta: BPK GM,1999) hal 105
demikian dinyatakan Bapa Gereja Tertulianus pada abad ke-4. Darah misionaris
Baptis menjadi benih , sehingga gereja- gereja Protestan yang bertumbuh dan
berkembang besar di Tanah Batak. Terpujilah nama Tuhan.

Gereja – gereja Baptis secara konsisten menerapkan Sunday School.


Sekolah Minggu yang benar-benar sekolah pada hari Minggu, di mana kelas-kelas
pembelajaran di mulai dari kelas pratama untuk kanak-kanak hingga kelas
manula. Ada kurikulumnya, ada kepala sekolah, guru, buku raport, dsb. Tercatat,
mantan Presiden Jimmi Carter, walau sudah berusia 80-an tahun masih aktif
sebagai guru Sekolah Minggu Baptis untuk kelas Lansia . Berbeda dengan apa
yang dikenal Sekolah Minggu pada  umumnya di Indonesia, di mana pada
prakteknya Sekolah Minggu itu adalah ibadah Anak-anak.

Dalam pelaksanaan PAK , gereja sebagai pemegang mandat Amanat


Agung Tuhan Yesus,  berinsiatif, kreatif, dan inovatif memprakarsai, adanya “
ruang” untuk memperlengkapi setiap orang pecaya dari segala umur, agar
mereka  dimampukan mengemban perintah Firman Tuhan”  untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi
pembangunan tubuh Kristus,sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman
dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus..”(Ef.4:12-13)

 Ada begitu panjang kurun waktu pembelajaran  PAK terhadap seseorang yang


percaya, sejak kandungan hingga Lansia. Tugas PAK adalah mengisi ruang
tersebut secara merata dan maksimal. Selama ini dikenal di gereja pelayanan PAK
bersifat kategorial. Tapi penekanannya lebih condong kepada  anak,  remaja,
dan  pemuda. Sebagai mensikapi tantangan zaman,  gereja perlu mengusahakan
terobosan-terobosan  yang kreatif dan inovatif dalam pelayanan PAK ini,
sehingga nuansa pemuridan yang menonjol. Dan akan hal pelayanan kategorial
tersebut perlu ada diversifikasi, sehingga bukan hanya pembelajaran PAK
terhadap anak, remaja dan pemuda dan untukpranikah, seperti lajimnnya selama
ini ada di gereja, melainkan juga  ada  kelas-kelas-kelas pemuridan/pembelajaran
PAK untuk memperlengkapi antara lain  :
·         Ibu-ibu  hamil

·         para keluarga muda

·         para keluarga yang menghadapi anak remaja

·         para keluarga yang dalam menghadapi usia pensiun

·         ibu-ibu para janda

·         kepada para lansia

Untuk menjawab tantangan pembelajaran di atas, maka gereja dalam arti


lembaga bersama ahli-ahli di bidang PAK dan Teologi, Psikologi, ahli terkait
lainnya, perlu bekerjasama merumuskan kurikulum pembelajarannya  yang
tentunya dikembangkan berdasarkan kajian teologisdan philosophis gereja
tersebut.

Secara khusus berbicara tentang  pelayanan PAK kepada Lansia adalah urgen


ditangani secara trategis, karena sesuai perkembangan pesat jumlah Lansia seiring
dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. Pada
prinsipnya pola yang berlaku di tengah-tengah masyarakat Kristen di Indonesia
bahwa kehidupan Lansia ditanggungjawabi oleh keluarga. Kehadiran Panti Jompo
atau sejenisnya belum menjadi solusi utama. Sebab pada umumnya masyarakat
Batak Kristen beranggapan adalah tanggung jawabnya untuk memelihara
orangtuanya hingga akhir hidupnya. Kalau ada keluarga yang menitipkan
Lansianya ke Panti Jompo, masih ada anggapan bahwa tindakan itu seperti
“mambuangkan” orangtuanya. Keluarga itu dianggap tidak menghormati
orangtuanya lagi.

Saya percaya, anggapan itu tidak benar. Kehadiran panti jompo atau
sejenisnya, yang dikelola dengan berdasarkan kasih Kristus menjadi solusi atas
pergumulan Lansia . Ketika Lansia ada bersama keluarga , di mana anak dan
cucunya sibuk dengan berbagai bisnis dan pekerjaan lainnya, maka mereka sering
mengalami kesepian, merasa terabaikan, tidak ada teman curhat, dsb. Panti, Pos
Pelayanan Orangtua Sejahtera, atau paguyuban Lansia, saya percaya bisa menjadi
solusi. Para Lansia dalam pertemuan-pertemuan, maupun dalam keseharian
mereka di panti , setiap hari ada waktu untuk berbagi cerita dan pengalaman.
Masih ada banyak aktivitas yang menghasilkan bisa mereka kerjakan.
Menghabiskan usia mereka di dalam takut akan Tuhan adalah hal urgen yang
harus kita lakukan. Jangan sampai Lansia meninggal dalam ketidakpercayaan
kepada Tuhan sebagai akibat dari ketidakpedulian kita. Di sinilah pelayanan PAK
Lansia mengambil peran penting. Setiap warga gereja , atau masyarakat pada
umumnya, kiranya perlu diperlengkapi bagaimana mengasuh Lansia dalam
presfektif kristiani dan humanis.

PAK kepada Lansia pada S1 ,  teorinya tidak dipisahkan dari lingkup PAK
dewasa/keluarga. Dalam pembelajaannya, selain teori dan diskusi di kelas, para
mahasiswa diperlengkapi dengan pengalaman lapangan melalui praktek mengajar
PAK anak, remaja/pemuda di kelas, survey lapangan, maupun  PPL di semester
akhir. Sementara mata kuliah PAK Lansia, dimunculkan di S2 Program Magister
Pendidikan untuk 2 SKS sebagai suatu kajian.

Mata Kuliah PAK Lansia melakukan kajian  terhadap teori dan masalah-


masalah di sekitar pelayanan PAK kepada Lansia (Lanjut Usia) . Kajian terhadap
keberadaanLansia ini akan ditinjau dari berbagai aspek; antara lain dari sisi
teologis, filosophis ,sosial budaya, psikologis, Konseling pastoral, kesehatan. Dan
dilanjutkan dengan bentuk-bentuk pelayanan PAK praktis yang dapat dilakukan
kepada para lansia di gereja, masyarakat, maupun dalam konteks keluarga.

Tujuan : Diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi mengkaji, menganalisis,


dan melakukan inovasi terhadap  prakasis   pelayanan PAK kepada para manula,
baik di gereja, masyarakat, maupun dalam keluarga.

Sebagai sesuatu ilmu yang akademis tapi juga praktis,  PAK Lansia


seyogianya terus menerus harus diadakan kajian dan penelitian  mendalam untuk
pengembangan ke depan. Pengembangan itu bukan hanya menyangkut kepada
pengembangan secara akademis melalui peningkatan prodi maupun program
pascasarjana PAK yang tentunya membawa kepada pusaran penelitian-penelitian
yang mendalam yang akan tersajikan di jurnal-jurnal nasional terakreditasi secara
nasional maupun internasional. Di pihak lain, akan terus dilakukan pengembangan
kurikulum PAK, baik di gereja maupun dalam konteks pendidikan nasional.
Untuk itu, para praktisi maupun para pakar di bidang PAK hendaknya sehati
melakukan terobosan pengembangan  dan kajian teologi, filosophi, kurikulum,
pendekatan, strategi, metode , kegiatan pembelajaran serta evaluasinya. Sehingga
PAK kiranya semakin membumi di Indonesia.

3. Pendekatan  PAK

Menurut Jack L. Seymour dan Donald E. Miller dalam Contemporery


Approaches Christian Education,  mengemukakan adanya beberapa pendekatan
Pendidikan Agama  Kristen yang biasa berkembang saat ini , yaitu :

Pertama, Pengajaran Agama  Kristen. Tujuannya adalah membantu


peserta didik dalam perjumpamaannya dengan tradisi kristiani dan Wahyu Allah
untuk memahmi , memikirkan, meyakini dan mengambil keputusan berdasarkan
isi pengajarannya. Pendekatan ini menekankan pola belajar  teratur atau terencana.

Kedua, persekutuan dan ibadah. Tujuannya adalah membantu umat untuk


memahmi  dan menghayati arti dari menjadi umat Allah dan umat beriman di
dalam dunia ini. Strategi belajar mengajar berakar pada kehidupan dan
pengalaman mereka sebagai gereja Tuhan.

Ketiga , pengembangan spiritual. Tujuan utama dalam pendekatan ini ialah


membantu peserta didik berpartisipasi dalam tradisi imannya, supaya mereka
menjadi orang  Kristen yang dewasa. Pembebasan, tujuan pendekatan ini adalah
mendorong umat untuk menghayati gaya hidup kristiani dalam upaya bersama-
sama mewujudkan perubahan dunia ke arah yang lebih manusiawi.
Keempat,penafsiran, bertujuan untuk membantu sesorang mempelajari
keterampilan berkenaan dengan tradisi iman dengan pengalaman nyata kehidupan
sehari-hari.

Firman Tuhan: "Mata yang mengolok-olok ayah dan enggan mendengarkan ibu
akan dipatuk gagak lemah dan dimakan anak rajawali." (Amsal 31:17)
Menghormati orangtua adalah perintah Tuhan; jadi, lakukanlah demi Tuhan!

Bab IV

Bentuk pelayanan PAK kepada Lansia

1.      Ibadah bersama Lansia

2.      Kunjungan rumah

3.      Doa

4.      Pembagian traktat atau panduan doa dan renungan

5.      Kunjungan dan doa kepada lansia di panti jompo

6.      Pendampingan saat sakit

7.      Membuka Posko persekutuan Lansia

8.      Membuka Posyandu Lansia

Kesimpulan

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan
adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.

Pelayanan kepada lansia merupakan keharusan yang dilakukan oleh pemerintah.


Mensos berharap, kaum jompo atau orang lansia tidak dikirim ke panti.

Secara khusus berbicara tentang  pelayanan PAK kepada Lansia adalah urgen


ditangani secara trategis, karena sesuai perkembangan pesat jumlah Lansia seiring
dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat.
Daftar Kepustakaan

1.      Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia


2009. Komnas Lansia. Jakarta

2.      Ronald Hutapea, Sehat dan Ceria Diusia Senja: PT Rhineka Cipta, Jakarta,


2005

3.      Elizabeth Hurlock, B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Eriangga, 1980

4.      Hanna Santoso “Memahami Krisis Lanjut Usia” .Jakarta. BPK GM

5.      Richard L. Morgan., Tetap Ceria di Usia Senja,  Jakarta: BPK-Gunung Mulia,


1999.

Anda mungkin juga menyukai