Anda di halaman 1dari 24

RESUME BUKU DESAIN & METODE PENELAAHAN ALKITAB, KESIMPULAN

KELOMPOK DAN KRITIK BUKU SETIAP BAB

Oleh:

NAMA : Krisdayanti Ritonga

NIM : 190101198

GRUP/SEMESTER : E/VI

MATA KULIAH : Metoade Penelaahan Alkitab di sekolah dan jemaat

DOSEN PENGAMPU : Ronny Simatupang, M.Pdk


RESUME BUKU

Identitas Buku

Nama Buku: Desain Metode Penelaahan Alkitab

Penulis: Hasudungan Simatupang & Ronny Simatupang

Penerbit: Andi

Desain Sampul: Tri Widyatmaka

Cetakan Ke: 5 4 3 2 1

Tahun: 24 23 22 21 20

BAB I

PENDAHULUAN

Langkah awal diajukan definisi penelaahan Alkitab untuk menyamakan persepsi memahami arti,
dan tujuan kegiatan penelaahan Alkitab. Penelaahan tergolong metode ilmiah karena dikategorikan
sebagai usaha-usaha sengaja katalisator dan naradidik mewujudkan penelaahan untuk mencapai tujuan
mulia berdasarkan firman Tuhan.

Desain tematik tunggal menggunakan tema terbagi dalam lima model yakni model humble,
medium, eke, uphill, mingle sama-sama bersumber dari bahan tertulis khotbah.

Desain topikal jamak menggunakan beberapa topik dikelompokkan dalam empat model yakni
model medium, eke, uphill, dan mingle. Keempat model bersumber dari dua bagian yakni pertama,
tematik meliputi tema dan sub tema dialihkan konteksnya dalam pembelajaran utuh dengan cara
membentuk beberapa topik. Kedua, membentuk beberapa topik berdasarkan nas atau perikop atau
makalah, buku cetak, buku elektronik, dan aneka sumber lainnya tetap berpatokan pada acuan norma atau
acuan kanonik yakni Alkitab.

Desain sintesis multirounded menggunakan topik dikelompokkan dalam empat model yakni
medium, eke, uphill, dan mingle. Sumber desain ini lebih luas dari pada sumber tematik dan topikal,
karena menggunakan makalah, buku cetak, buku elektronik, dan aneka sumber lainnya.
BAB II

PENGERTIAN METODE PENELAAHAN ALKITAB

A. Pengertian Metode Penelaahan Alkitab


Metode Penelaahan Alkitab adalah tidak terlepas dari kegiatan penelaahan Alkitab dalam
bentuk pembelajaran untuk memahami arti, makna, dan tujuan nas masing-masing kitab pada
Alkitab Perjanjian Lama (PL), dan Perjanjian Baru (PB).
Sebutan "naradidik" menunjukkan peserta penelaahan Alkitab pada usia prasekolah hingga masa
manula sering disebut dalam tulisan ini usia lanjut, dan jompo secara bersama-sama dapat
mengikuti kegiatan penelaahan Alkitab. Sebutan pemimpin PA adalah katalisator Katalisator
diartikan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan terjadinya perubahan dan
menimbulkan kejadian baru.
Berdasarkan paparan di atas diajukan definisi desain dan metode pene laahan Alkitab adalah
perencanaan dan cara-cara menyajikan bahan yang terdiri dari tematik, topikal, sintesis dalam
serangk aian proses kegiatan menelaah nas Alkitab.
1. Menentukan Nas
Pembuatan khotbah, renungan singkat, termasuk penelaahan (menyesuaikan atau
mencocokkan) dengan ukuran atau acuan norma dalam satu perikop. Pemilihan nas
berdasarkan pertimbangan tertentu paling sedikit tiga bagian utama sangat fundamen
(mendasar) meliputi: latar belakang penelaahan, karakteristik naradidik penelaah, tujuan
penelaahan.
2. Integrasi Berbagai Aneka Sumber
Metode Penelaahan Alkitab tidak berdiri sendiri dari metode teologis termasuk metode
ilmiah disiplin ilmu lainnya. Keduanya dipadukan dalam pendekatan holistis diartikan
dengan penelaahan Alkitab berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai suatu kesatuan
lebih daripada sekadar kumpulan bagian" bagian untuk memperkaya telaah hingga siap saji.

B. Empat Kunci Integrasi


1. Kegiatan Tanpa Perubahan
Kegiatan penelaahan Alkitab mencita-citakan terjadinya perubahan baru dari kebiasaan-
kebiasaan ke arah tertentu. Pengertian kegiatan tanpa perubahan pada pokok pembahasan ini
di tujukan kepada tugas katalisator yang tidak perlu mengubah arti, makna, dan tujuan yang
tertera pada naskah tertulis khotbah, renungan (siraman rohani), atau makalah dan buku cetak
dalam rangka mempersiapkan bahan bahan penelaahan Alkitab.
2. Mempertahankan Kkebiasaan
Pada hakikatnya, pelaksanaan penelaahan Alkitab spesifik, dan khas berkat teori lanjutan
setelah pelayanan khotbah, renungan, dan penyajian makalah selesai disampaikan.
Penelaahan dipersiapkan menuju perubahan atau menimbulkan kejadian baru atau
mempercepat suatu peristiwa atau proses implikasi dan aplikasi inti tujuan khotbah,
renungan, dan makalah berdasarkan kebutuhan.
3. Mempermudah Implementasi
Implementasi merupakan bentuk kegiatan membuat pola penelaahan Alkitab termasuk
alat tertentu dikenal di lingkungan pendidikan dan pem belajaran yakni "media
pembelajaran." Bila dikaitkan dengan bentuk atau pola pelaksanaan penelaahan Alkitab, tentu
berhubungan desain. Dengan demikian, pola dapat diartikan, sistem, cara kerja, dan bentuk
(struktur) yang tetap." Pola berstruktur dimaksud dalam tulisan ini adalah bentuk sistem kerja
dan hubungannya dengan struktur tetap yang digunakan dalam penelaahan Alkitab.
4. Aplikasi Penelaahan Alkitab
Definisi aplikasi penelaahan Alkitab adalah penggunaan atau penerapan khotbah,
renungan, makalah, buku cetak dan elektronik dalam bentuk praktik tematik, topikal, dan
sintesis pada saat melangsungkan serangkaian proses pendaahan Alkitab. Definisi ini
mengandung makna kemampuan memperoleh pengetahuan sekaligus keterampilan
mempraktikkan nas-nas telaahan yang terdapat dalam kitab-kitab Alkitab sesuai
peruntukannya.

BAB III
DESAIN TEMATIK, TOPIKAL, DAN SINTESIS
A. Latar Belakang Desain
Acuan mendesain tematik, topikal. dan sintesis terdiri dari empat bahan tertulis
yakni kotbah, renungan, dan makalah, buku cetak dan elektronik tanpa mengubah arti,
makna, dan tujuan yang terdapat di dalamnya. Tugas katalisator mengalihkan konteks
acuan dalam kegiatan penelaahan nas Alkitab tanpa terpisah dari komponen-komponen
pada sistem penelaahan Alkitab dengan memanfaatkan aneka sumber tertulis dan
nontertulis.
Tenney dalam Andreas B. Subagyo mengemukakan sepuluh metode penye lidikan
Alkitab yakni:
1) metode sintesis,
2) metode kritis,
3) metode biografis.
4) metode historis,
5) metode teologis,
6) metode retoris,
7) metode topikal,
8) metode analitis,
9) metode perbandingan,
10) metode devosional. Dua dari antara sepuluh metode ini yakni metode topikal dan
metode sintesis dimanfaatkan mengkaji dan mengembangkan bahan penelaahan
Alkitab tertulis.
B. Desain Tematik
Desain tematik tunggal menggunakan tema terbagi dalam lima model yakni
model humble, medium, eke, uphill, mingle sama-sama bersumber dari bahan tertulis
khotbah.
Desain tematik tunggal membuat bentuk, pola, atau model menjadi satu bertujuan
untuk memusatkan (membulatkan) kegiatan penelaahan Alkitab, artinya satu tema sama
untuk semua kelompok dalam satu kegiatan, dan dilaksanakan pada rentang waktu
singkat

.
1. Model Humble
Model tematik humble disingkat "model humble" bisa disebut "humble" diartikan
dengan tema dan subtema "sederhana, atau rendah. Sederhana berarti tidak banyak
seluk-beluknya, tidak banyak pernak pernik atau tidak sulit dimengerti.
Kesederhanaan humble memiliki ciri yakni pertama, menurut bentuknya
"tunggal" hanya satu tema dinamakan humble tunggal terbagi dalam beberapa
subtema sederhama. Kedua, menurut sifat menyesuaikan dengan fase usia masa
anak-anak. Ketiga, menurut gaya; menarik perhatian anak-anak. Keempat. lugas
terdiri dari pokok-pokok saja.
2. Model Medium
Model medium adalah bentuk atau pola yang berukuran sedang, Pada prinsipnya
model medium dibentuk untuk kalangan remaja tidak termasuk bagi fase usia masa
anak-anak dan tidak cocok bagi fase usia masa dewasa dan manula (jompo), karena
model medium dibentuk berukuran sedang, atau disebut setengah matang.
3. Model Eke
Tematik eke diperuntukkan bagi fase usia dewasa yang mengalami banyak
masalah atau tantangan hidup baik dewasa berumah tangga maupun dewasa berumah
tangga.
4. Model Uphill
Model Uphill diperuntukan bagi fase jompo (manula) masa sulit sehingga
membutuhkan model Uphill artinya sulit, perjuangan hidup sangat terbatas, berat.
Pada usia ini, mereka tidak lagi mengalami pertumbuhan dan perkembangan
melainkan melainkan penurunan dalam segi fisik dan psikis.
5. Model Mingle
Tematik mingle atau model campuran ini diperuntukan untuk sekelompok atau
lebih naradidik bersama-sama mengikuti serangkaian proses kegiatan penelaahan nas
alkitab berdasarkan model humble, medium, eke, dan uphill. Model ini terdiri dari
keluarga inti maupun keluarga besar.
C. Desain Topikal
Kamus Indict memberi arti topic adalah pokok pembicaraan yang hangat pada
hari ini sedang ramai dibicarakan, sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memberi arti topikalisasi adalah pengubahan salah satu unsur kalimat menjadi topik,
sedangkan topikalitas diartikan "menjadi topik."
Topik diangkat dari pembicaraan teraktual yang sedang terjadi di tengah
masyarakat, menjadi pokok pembicaraan terkrusial pada kegiatan tertentu, termasuk pada
kegiatan penelaahan Alkitab.
Senada dengan Rick Warren, Tenney 1957-21 dalam Andreas B. Subagyo
mengemukakan sepuluh metode penyelidikan Alkitab yakni 1) metode sintesis, 2)
metode kritis, 3) metode biografis, 4) metode historis, 5) metode teologis, 6) metode
retoris, 7) metode topikal, 8) metode analitis, 9) metode perbandingan, 10) metode
devosional."
Topikal terkini adalah menghubungkan dengan pengalaman h pengalaman terkini,
pokok pembicaraan teraktual sedang ramai dibicarakan menjadi pokok telaah.
a. Menentukan topik berdasarkan nas sejajar
b. MenYarikan bentuk topikal jamak
Desain topikal jamak memiliki Tiga sumber mendesain topikal yakni tematik dan
subtematik, nas seje serta perikop Desain topikal bersumber dari tema dan subtema
tidak berbeda dengan desain tematik di atas, sedangkan desain topikal bersumber dari
na sejajar dapat dilakukan dengan langkah-langkah: Pertama, menghimpun nas
sejajar melalui aplikasi elektronik Alkitab antara lain program Alkitab ver 27, atau
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II, dan lain-lain. Kedua membaca secara
teliti (saksama) dan menguasai content. Ketiga, membuat topik.
D. Desain sintesis
Desain sintesis multirounded menggunakan topik dikelompokkan dalam empat
model yakni medium, eke, uphill, dan mingle. Sumber desain ini lebih luas dari pada
sumber tematik dan topikal, karena menggunakan makalah, buku cetak, buku elektronik,
dan aneka sumber lainnya.
Sintesis multirounded diartikan membutuhkan berbagai informasi sehingga
menjadi kesatuan menyeluruh.

BAB IV
SISTEM PENELAAHAN ALKITAB

A. Sistematis Penelaahan Alkitab


1. Pengertian sistem
Sistem adalah perangkat unsur yang teratur saling berkaitan membentuk
totalitas. Sistem dapat dibedakan dari dua bentuk yakni sistem alami dan sistem
buatan.
2. Sistem buatan penelaahan Alkitab
Sistem penelaahan Alkitab berbentuk buatan umat Tuhan untuk
mencapai tujuan dari serangkaian proses kegiatan penelaahan Alkitab. Tetapi
urutannya tidak boleh berubah-ubah.
B. Tujuan Komponen Sistem Penelaahan Alkitab
Sebelum mengubah konteks, terlebih dahulu menguasai bahan
dengan cara:
1) membaca nas tertulis,
2) mendengar pelayanan khotbah,’renungan, penyajian makalah, dan memanfaatkan
buku cetak dan elektronik.
3) menguasai arti, makna, tujuan khotbah, renungan, makalah, buku cetak dan
elektronik
4) merencanakan pengalihan acuan konteks ke dalam tematik’tunggal, topikal jamak,
sintesis multirounded,
5) membuat bahan tertulis dalam bentuk tematik tunggal, topikal jamak, dan sintesis
multirounded.

Selanjutnya mengemas bahan sistem penelaahan Alkitab terdiri dari tujuh komponen
yakni,
1) membentuk tematik, topikal, dan sintesis,
2) merumuskan tujuan.
3) membuat materi,
4) menentukan metode,
5) menetapkan media.
6) menelaah nas Alkitab, dan
7) melaksanakan evaluasi.
BAB V
METODE PENELAAHAN DAN MIXTURE

A. Penelaahan Alkitab dan retreat


Retreat adalah metode penelaahan spesifik karena diartikan dengan tempat
bersejarah, rekreasi iman ke tempat tertentu atau kunjungan ke tempat terjadinya
peristiwa atau sejarah Alkitabiah. Seperti: tempat wafatnya Tuhan Yesus, sejarah
gereja dan perjalanan tokoh dan penginjilan.
1. Pelaksanaan kunjungan
2. Napak Tilas
B. Metode Penelaahan Alkitab
Metode Penelaahan PA yang pernah dilakukan Yesus diidentifikasi
dalam kata "ada tertulis" merujuk terhadap sumber belajar. Sesuai dengan
ketentuan bahwa rabi diwajibkan menguasai 613 mitzvot" dikenal pada saat ini
menguasai bahan ajar. Langkah-langkah pelaksanaan PA adalah persiapan,
pelaksanaan, dan hasil.
Metode Penelaahan Alkitab
a. Metode Diskusi
1. Membentuk organisasi kelompok
2. Proses diskusi kkelompok
b. Metode Tanya jawab
Bertanya sangat penting karena memengaruhi perolehan nilai harian atau
semester. Konsep proses penelaahan kaum Yahudi ditandai dengan bertanya.
Apabila tidak bertanya, berarti proses belajar (kegiatan belajar) berlangsung
monolog (satu arah).
c. Metode Cerita
Cerita diartikan dengan tuturan tentang terjadinya suatu hal (peristiwa,
kejadian, dan sebagainya), karangan yang menuturkan perbuatan,
pengalaman, atau penderitaan orang kejadian dan sebagainya (baik yang
sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka), lakon yang
diwujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup (sandiwara, wayang,
dan sebagainya), omong kosong dongengan (yang tidak benar), merupakan
jenis-jenis cerita yang tidak dapat dipisahkan dari padanya suatu kisah cerdas
dan menarik, dan hal ini dapat dilakukan dalam proses penelaahan.
Isi Alkitab Perjanjian Baru dan Perjanjinan Lama dapat disampaikan
kepada naradidik dalam bentuk cerita termasuk pertumbuhan gereja dan
kehidupan umat Kristen masa silam.
C. Metode Penelaahan Mixture
Metode penelaahan mixture dikatakan campuran tidak sama penger tiannya
dengan mencampur cairan berbentuk mikser yaitu alat adonan pengaduk.
Mencampur dalam arti memvariasikan dua atau tiga metode penelaahan Alkitab
sekaligus. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan naradidik dari kegiatan
membosankan, memengaruhi rasa tertarik pada saat terjadi penelaahan.
1. Sayembara
2. Sharing
3. Smugness

BAB VI

MEDIA SLOLA DAN TEKNOLOGI

A. Asal Usul SLOLA

SLOLA merupakan singkatan dari Simbol, Lambang, Or (tanda), Lukisan/ gambar, dan Alat asli
dan tiruan. Singkatan ini tidak ditemukan di seluruh kamus bahasa sehari-hari atau ensiklopedi
Alkitab. Karena berasal dari singkatan media fisik alat dengar pandang Yesus sebagai Rabi dalam
pembelajaran. Slola dimanfaatkan sebagai sarana fisik pembelajaran dalam rangka mempercepat
penguasaan materi.

B. Menyediakan dan Memanfaatkan Slola dan Teknologi


1. Menyediakan Slola
Menyediakan SLOLA membutuhkan kerja sama dengan semua pihak yang
berkepentingan atau orang yang memberi perhatian khusus termasuk pemerhati yang
berkenan memberi sumbangan pemikiran bahkan mendesain sesuai bidang dan keahlian
untuk mendapatkan media pembelajaran Teologi Praktis Kristen.
2. Memanfaatkan Teknologi Audio Visual
Memanfaatkan jasa tehnologi modern yang dikenal dengan tehnologi canggi baik yang
didesain sendiri atau memanfaatkan desainer program tertentu. Teknologi ini selanjutnya
disosialisasikan kepada pengguna (guru/dosen, peserta didik/mahasiswa pendengar dan
simpatisan), atau dapat diakses di internet atau dibeli dalam bentuk CD.
3. Multi Media Berbasis Komputer
Pemanfaatan multimedia dalam presentasi ini biasanya menggunakan perang kat lunak
yang paling tersohor, yakni PowerPoint yang dikembangkan oleh Microsoft Inc.
4. internet
Internet (interconnection and networking) adalah jaringan global yang menghubungkan
jutaan komputer di seluruh dunia. Komputer yang tersambung ke internet menyediakan
informasi yang terbuka untuk umum, sehingga pemakai internet akan dapat menggunakan
komputer kapan saja, dan dari mana saja di belahan bumi ini untuk mengirim berita,
memperoleh informasi ataupun mentransfer data.

BAB VII
EVALUASI NONTES

A. Pengertian Nontes
Menurut Anas Sudijono mendefinisikan evaluasi nontes adalah penilaian hasil
belajar peserta didik dilakukan tanpa "menguji" peserta didik secara tertulis, melainkan
menggunakan pengamatan (observasi), wawancara (interview), angket (questioner), dan
meneliti dokumen (documentary).
menurut Nitko Brookhart dalam Suyanto, dan Asep Djihad, adalah suatu proses
penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa.'

B. Instrumen Evaluasi Nontes


Alat evaluasi nontes lebih sesuai dipergunakan untuk menilai aspek sikap. minat,
perhatian, meskipun dapat dipergunakan untuk mengukur penguasaan tujuan pada ranah
psikiomotorik dan kognitif setiap terjadi penelaahan.
1. Wawancara, Wawancana merupakan teknik pengumpulan informasi atau data tentang
perencanaan, proses, penilaian penelaahan Alkitab.
2. Questioner(Angket) tergolong alat pengumpulan data atau informasi berisi daftar
pertanyaan atau pernyataan.
3. Skala sikap, Zainal Arifin mengemukakan: dalam mengukur sikap, guru hendaknya
memerhatikan tiga komponen sikap, yaitu (1) kognisi, yaitu berkenan dengan
pengetahuan peserta didik tentang objek, (2) afeksi, yaitu berkenan dengan perasaan
peserta didik terhadap objek, dan (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan
berperilaku peserta didik terhadap objek.
4. Skala penilaian, Pengertian skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman
observasi yang dipergunakan untuk mengumpulkan data individu dengan
menggolongkan, menilai tingkah laku individu.
5. Observasi, Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan
meng adakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Observasi tidak hanya
dipergunakan untuk penilaian, termasuk alat penelitian khususnya penelitian
kualitatif untuk mengetahui informasi dan berbagai fenomena berupa pertistiwa atau
tindakan. Zainal Abidin mendefinisikan observasi adalah suatu proses pengamatan
dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai
fenomena, baik dalam situasi sederhana maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
6. Check List (Daftar Cek), Daftar cek terhadap subjek dan aspek-aspek pengamatan
terhadap kejadian pada saat berlangsungnya serangkaian proses penelaahan Alkitab.
Daftak cek kepada naradidik, dan aspek-aspek sikap atau perilaku masing masing
terdiri dari: Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K), dan Amat Kurang
(AK).

BAB VIII

PELAKSANAAN PENELAAHAN ALKITAB

A. Pengantar Pelaksanaan Penelaahan Alkitab


Bagi sebahagian kecil kalangan mengatakan penelaahan Alkitab dapat dilaksanakan
dalam bentuk khotbah, renungan, atau siraman rohani. Pendapat ini keliru, sebab penelaahan
Alkitab tidak sama dengan ketiga hal di atas. Namun, tidak disangkal ketiga hal tersebut termasuk
penelaahan Alkitab.
Penelaahan Alkitab tidak hanya berada di gereja atau di lingkungannya, bahkan sangat
diadakan di luar gereja, di lingkungannya atau di luar lingkungan gereja. Di luar lingkungan
gereja seperti di lembaga formal, informal, dan nonformal sangat baik dilaksanakan Desain tentu
membutuhkan pertimbangan khusus antara lain karakteristik naradidik Pertimbangan khusus ini
diarahkan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan mendasar berdasarkan nas Alkitab.
B. Format Pelaksanaan Penelaahan Alkitab
Format pelaksanaan penelaahan Alkitab ditentukan berdasarkan tujuh kom ponen sistem
penelaahan Alkitab masing-masing desain tematik tunggal model humble, medium, eke, uphill,
mingle, dan desain topikal jamak model medium, eke, uphill, mingle, dan desain sintesis
multirounded model medium, eke, dan uphill, mingle. Format ini sengaja dirancang untuk
mengatur dan mempertahankan keseragaman penelaahan Alkitab pada seluruh desain dan model.
Fungsi-fungsi RPA mempermudah perencanaan hingga pelaksanaan. Oleh karena itu, setiap
katalisator wajib mempersiapkan sebelum menyelengggarakan serangkaian proses kegiatan
penelaahan Alkitab. Fungsi-fungsi RPA ini meliputi planning Pada saat melaksanakan
serangkaian proses kegiatan penelaahan, RPA berfungsi sebagai organizing, agar kegiatan
penelaahan mudah dilaksanakan berfungsi actuating RPA berfungsi sebagai controlling yaitu
mengarahkan kegiatan untuk mencapai hasil penelaahan. Pada akhir kegiatan dilaksanakan nontes
dinamakan eValuating.
C. Petunjuk Pengisian Format RPA
1. Menentukan tanggal pelaksanaan
2. Menentukan tempat pelaksanaan
3. Menentukan waktu pelaksanaan
4. Menentukan tema dan subtema
5. Menentukan topik
6. Membuat desain dan model penelaahan Alkitab
7. Merumuskan tujuan
8. Membuat materi
9. Menentukan metode
10. Menentukan media
11. Melaksanakan evaluasi.
BAB IX

KESIMPULAN

Penelaahan Alkitab dalam tiga desain yakni desain tematik tunggal, desain topikal jamak, dan
desain multirounded. Ketiga desain menyesuaikan dengan karakteristik fase usia naradidik masa anak-
anak. prasekolah, masa sekolah, remaja pemuda, dewasa belum berkeluarga, dewasa berkeluarga, dan
masa usia senja pada manusia lanjut usia atau disebut usia lanjut atau kaum jompo.

Desain tematik tunggal, topikal jamak, dan sintesis multirounded dengan menggunakan tujuh
sistem penelaahan Alkitab. Tujuh sistem itu yakni 1) membentuk tematik, topikal, dan sintesis, 2)
merumuskan tujuan, 3) membuat materi, 4) menentukan metode, 5) menetapkan media, 6) menelaah nas
Alkitab, dan 7) melaksanakan evaluasi.

RPA berisi perencanaan dan seperangkat kegiatan siap saji pada penelaahan Alkitab. Fungsi-
fungsiRPAmempermudahperencanaanhinggapelaksanaan.Olehkarenaitu,setiapkatalisatorwajibmempersia
pkansebelummenyelengggarakanserangkaianproseskegiatanpenelaahanAlkitab.

Kesimpulan Setiap Kelompok

Kelompok I

Pengertian metode penelaahan Alkitab

Metode penelaahan Alkitab tidak terlepas dari kegiatan penelaahan Alkitab dalam bentuk
pembelajaran untuk memahami arti, makna, dan tujuan nats masing-masing kitab pada Alkitab Perjanjian
Lama(PL) dan Perjanjian Baru (PB) .Metode penelaahan Alkitab tidak semata hanya diartikan cara-cara
menyajikan bahan pembelajaran pada peserta naradidik.

1. Penelaahan Alkitab dapat diperhitungkan untuk digunakan dalam dunia pendidikan, sekalipun
penelahaan Alkitab masih sangat jarang dilakukam di sekolah tetapi Metode PA juga dapat menolong
para siswa-siswi untuk dapat belajar Firman Tuhan dengan baik.

2. Penelaahan Alkitab ketika diikuti dengan benar dan diajarkan dengan baik maka kehidupan anak itu
akan berubah lewat pertolongan roh kudus anak. Karena hanya roh kuduslah yang mampu mengubah
setiap karakter dalam pribadi setiap orang

3. Dengan adanya PA yang dilaksanakan di sekolah, memberikan pengaruh yang baik kepada siswa-siswi
khususnya dalam pembentukan karakter emosi, kelompok teman sebaya, kejujuran, dan kedisiplinan.

Kelompok II

Model Tematik

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB1) mendefinisikan tématik adalah ber sangkutan dengan
tema, sedangkan tema adalah pokok pikiran: dasar cerita yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar
mengarang, menggubah sajak.

A. Model-Model Desain Tematik

Dalam desain Tematik terdapat 5 model-model desain, berikut ini adalah kelima model
tersebut :

1. Model Humble
2. Model Medium
3. Model eke
4. Model uphill
5. Model mingle

Kelompok III

Desain Topikal
Dalam kamus Indict, yang dimaksud dengan topic merupakan pokok pembicaraan yang hangat
pada hari ini sedang dibicarakan. Jika kita lihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan
bahwa pengertian topikalisasi itu merupakan pengubahan salah satu unsur kalimat menjadi topik,
sedangkan topikalitas diartikan “menjadi topik”.

Jika disebut teraktualisasi, berarti adalah sedang menjadi pembicaraan orang banyak, jadi model
topikal ini ditentukan berdasarkan pokok pembicaraan yang teraktual menentukan topik kegiatan
terkrusial yakni topik genting, menentukan, meskipun rumit, sulit sekali tetapi diupayakan ditelaah.
Model tematik dikembangkan dari tema dan subtema khotbah dan renungan yang dialihkan konteksnya
dalam pembelajaran utuh melalui penelaahan nas Alkitab.

Namun Rick Warren mengemukakan bahwa topik dapat dikembangkan dalam banyak tema,
berbeda dengan topik diangkat dari pembicaraan teraktual, yang sedang terjadi di tengah masyarakat,
menjadi pokok pembicaraan terkrusial.

Macam-macam Desain Topikal

1. Topikal Terkini

Topikal menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman terkini, pokok pembicaraan teraktual


sedang ramai dibicarakan menjadi pokok telaah terkrusial dibahas oleh nara didik.

2. Desain Topikal Jamak

Antara desain tematik dan topikal memiliki persamaan meliputi; memiliki empat model,
bersumber dari nas Alkitab, mendapat dukugnan dari buku bahan cetak dan elektronik.

Kelompok IV

Desain Sintesis

A. Desain Sintesis adalah proses perencanaan atau perancangan suatu panduan.


Sintesis multirounded diartikan sebagai mengutuhkan berbagai informasi sehingga
menjadi kesatuan menyeluruh titik informasi dari berbagai lingkungan, masyarakat, termasuk
berdasarkan aneka sumber moral,lisan, dan tertulis.
Desain sintesis multirounded membatasi usia,artinya sintesis multirounded tidak cocok
untuk anak-anak prasekolah,dan anak-anak masa sekolah, sebab desanya lengkap dengan
kompleks. Lebih efisien dan efektif desain sintesis bagi remaja\pemuda hingga masa tua. Namun,
desain ini tetap membutuhkan transliterasi penelahaan nas alkitab, untuk menyesuaikan ddengan
fase usia remaja,dewasa,dan usia lanjut.

Kelompok V
Sistem penelaahan Alkitab

1. Sistem penelaahan
Sistem penelaahan merupakan sistem buatan atau suatu alat untuk mengerti wahyu yang
berasal dari Firman Tuhan yang berbentuk Alkitab.
2. Pengertian Sistem.
Pengertian sistem adalah perangkat unsur yang teratur saling berkaitan membentuk
totalitas, perangkat unsur biasanya disebut komponen-komponen diurutkan secara teratur dalam
bentuk totalitas tanpa acak, tetapi menetap saling berkaitan antara komponen yang satu dengan
komponen lainnya.
3. Pengertian Penelaahan.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penelaahan berasal dari kata dasar
“telaah” yang artinya penyelidikan; kajian; pemeriksaan; penelitian. Jika ditambahkan awalan
me-, menjadi menelaah yang berarti mempelajari; menyelidik; mengkaji; memeriksa; menilik.
Kata penelaahan sendiri berarti proses, cara, perbuatan menelaah. Jadi, kata penelaahan dapat
diartikan sebagai proses/perbuatan/cara mempelajari, menyelidik, mengakaji, memeriksa,
menilik..
tujuh komponen pelaahan Alkitab:
1. Desain tematik tunggal, topikal jamak, dan sintesis, multirounded.
2. merumuskan tujuan
3. membuat materi
4. menentukan metode
5. menetapkan media.
6. menelaah nas Alkitab,
7. melaksanakan evaluasi

Kelompok VI

Metode penelaahan dan mixture

A. Metode Penelaahan Alkitab

Metode Penelaahan PA yang pernah dilakukan Yesus diidentifikasi dalam kata “ada
tertulis” merujuk terhadap sumber belajar.

1. Langkah-langkah pelaksanaan PA berdasarkan rangkaian pengalaman penelaahan Kerabian


Yesus dalam melaksanakan metode penelaahan ini sesuai informasi yang diperoleh dari nas-nas
Kitab Injil dilakukan upaya mengurutkan kembali untuk memperoleh informasi tentang
sistematika pelaksanaan PA berdasarkan kitab Injil setelah dilakukan explore selanjutnya
dipaparkan tiga tahap pelaksanaannya terdiri dari : persiapan pelaksanaan dan perolehan hasil.

2. Metode Penelaahan Alkitab

Metode Diskusi, tanya jawab dan cerita

B. Metode Penelaahan Mixture

1. Sayembara

Pengertian sayembara adalah perlombaan tulisan teologi ilmiah sesuai nas atau perikop

2. Sharing

Pengertian metode sharing adalah berbagai pengetahuan Alkitab dan perjuangan tokoh,
penginjilan dan pelaku sejarah.

3. Smugness

Faturahman pupuh mendefenisikan metode pembelajaran sebagai cara-cara menyajikan


bahan pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

saling bertukar informasi dan berbagi pengalaman rohani melalui kegiatan yang terdiri dari antara
lain:

1. Aksara Bermakna Alkitab


2. Merangkai Urutan Kata Nas Alkitab

3. Rebutan Entitle Nas

4. Rebutan Apace Nas

5. Baca Indah Rewrite Nas Alkitab

6. Model Lane

7. Model Jigsaw

Kelompok VII

Media Slola dan Teknologi

SLOLA merupakan singkatan dari Simbol, Lambang. Or (tanda), Lukisan/ gambar, dan Alat asli
dan tiruan. Singkatan ini tidak ditemukan di seluruh kamus bahasa sehari-hari atau ensiklopedi Alkitab.
Karena berasal dari singkatan media fisik alat dengar pandang Yesus sebagai Rabi dalam pembelajaran,
SLOLA dimanfaatkan sebagai sarana fisik pembelajaran dalam rangka percepatan penguasaan sejumlah
tujuan pembelajaran bagi murid-murid dan pengikut-pengikut setia yang dominan tersedia atau ada di
lingkungan setempat. Namun, SLOLA membutuhkan knowledge alkitabiah untuk mampa mencirikan,
mengembangkan, membuat (mengadakan) dan memanfaatkan dalam deskripsi-deskripsi instruksional
(indikator) pembelajaran. SLOLA membutuhkan semua itu bagi percepatan proses atas legatas k
mendapatkan hasil pembelajaran.

Memanfaatkan media yang tersedia di lingkungan setempat akan bermakna, sehab media yang
tidak dikenal sebelumnya ketika dimana pada saat terjadi proses pembelajaran, masih membutuhkan
penjela penjelasan tentang media itu. Pemanfaatan media yang ada di lingkungan leb efisien dan efektif
apabila telah dikenal sebelumnya. Hal itu tidak asing lagh peserta didik atau pendengar, bahkan sudah
familiar hingga memungk dapat mempercepat proses penguasaan terhadap sejumlah tujues pembelajara
yang ditetapkan sebelumnya.

Kelompok VIII

EVALUASI NONTES

1. Pengertian evaluasi nontes


Definisi evaluasi menurut Nitko Brookhart dalam Suyanto, dan Asep Djihad, adalah suatu proses
penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Evaluasi merupakan salah satu
rangkaian kegiatan meningkatkan kualitas proses dan hasil, termasuk di dalamnya meningkatkan kualitas
serangkaian proses kegiatan dan hasil penelaahan Alkitab berbentuk perilaku.

Penggunaan alat ukur nontes dipergunakan untuk menilai hasil dan proses penelaahan Alkitab
berdasarkan pengamatan.

Instrumen Evaluasi Nontes

Alat evaluasi nontes lebih sesuai dipergunakan untuk menilai aspek sikap. minat,
perhatian, meskipun dapat dipergunakan untuk mengukur penguasaan tujuan pada ranah
psikiomotorik dan kognitif setiap terjadi penelaahan.

Wawancara, Wawancana merupakan teknik pengumpulan informasi atau data tentang


perencanaan, proses, penilaian penelaahan Alkitab.

Questioner(Angket) tergolong alat pengumpulan data atau informasi berisi daftar pertanyaan atau
pernyataan.

Skala sikap, Zainal Arifin mengemukakan: dalam mengukur sikap, guru hendaknya
memerhatikan tiga komponen sikap, yaitu (1) kognisi, yaitu berkenan dengan pengetahuan
peserta didik tentang objek, (2) afeksi, yaitu berkenan dengan perasaan peserta didik terhadap
objek, dan (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap
objek.

Skala penilaian, Pengertian skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi
yang dipergunakan untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah
laku individu.

Observasi, Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan meng
adakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Observasi tidak hanya dipergunakan untuk
penilaian, termasuk alat penelitian khususnya penelitian kualitatif untuk mengetahui informasi
dan berbagai fenomena berupa pertistiwa atau tindakan. Zainal Abidin mendefinisikan observasi
adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sederhana maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu.

Check List (Daftar Cek), Daftar cek terhadap subjek dan aspek-aspek pengamatan
terhadap kejadian pada saat berlangsungnya serangkaian proses penelaahan Alkitab. Daftak cek
kepada naradidik, dan aspek-aspek sikap atau perilaku masing masing terdiri dari: Amat Baik
(AB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K), dan Amat Kurang (AK).

Kelompok IX

PELAKSANAAN PENELAAHAN ALKITAB

A. Pengantar Pelaksanaa Penelahaan Alkitab (PA)


PA yaitu kegiatan yang dilakukan dalam bentuk pembelajaran untuk membahas Firman
Tuhan, baik dalam bentuk khotbah atau seminar tertentu.
B. Format Pelaksanaan Penelaahan Alkitab
Format pelaksanaan penelaahan Alkitab ditentukan berdasarkan tujuh kom ponen sistem
penelaahan Alkitab masing-masing desain tematik tunggal, model humble, medium, eke, uphill,
mingle, dan desain topikal jamak model medium, eke, uphill, mingle, dan desain sintesis
multirounded model medium, eke, dan uphill, mingle.

Adapun Petunjuk Pengisian Format RPA

Rencana Penelaahaan Alkitab (RPA)

Hari/Tanggal : ........................

Tempat : ......................

Waktu : Pkl........s/d................

Tema : ...........................................................................................................*)

Subtema : ..........................................................................................................*)

Topik : ........................................................................................................*)

7. Desain :............................................................................................................

8. Model :..........................................................................................................
MerumuskanTujuan :

1)................................................................................

2)..................................................................................

3)..................................................................................

b. Membuat Materi : 1).................................................................................

2)..................................................................................

3)...............................................................................

c. Menentukan Metode :.....................................................................................

d. Menetapkan Media :....................................................................................

e. Kegiatan Penelaahan

1. Bernyanyi :

2. Pengantar :

3. Inti :

4. Penutup dan Doa :

f. Melaksanakan Evaluasi :

Teknik Penilaian :

Instrumen :

.....-..-20....

Katalistor,

(___________________)

KRITIK SETIAP BAB

BAB I
Di dalam bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai desain yang akan dipaparkan di bab
selanjutnya, menurut saya itu sudah baik.

BAB II

Dalam bab II ini saya banyak menemukan kalimat yang terulang-ulang, tentu dengan adanya
kalimat yang berulang akan membuat pembaca merasa mudah bosan dalam membaca. Lalu dalam bab ini
saya temukan beberapa pengertian katalisator terpisah, menurut saya lebih baik semua pengertian
katalisator digabung saja, supaya pembaca juga tidak bingung.

BAB III

Bab ini membahas mengenai jenis-jenis desain, dalam pemaparan materi ini sangat bagus.
Namun. Jika dalam penulisan buku yang terlalu rapat dapat membuat pembaca merasakan sakit mata.

BAB IV

Bab ini membahas mengenai sistem penelaahan Alkitab dan menurut saya dalam bab ini sudah
sangat jelas dan baik.

BAB V

Bab ini membahas mengenai metode penelaahan dan mixture, dalam penjeasan isi materinya
bagus dan jelas

BAB VI

Dalam bab ini menjelaskan tentang mediaslola dan teknologi, dalam penggunaan bahasanya
menurut saya tidak terlalu mudah dipahami, karena penggunaan kalimat yang hampir-hampir sama dan
tulisan yang terlalu rapat.

BAB VII

Pada bab ini menjelaskn mengenai evaluasi nontes, yang dapat saya kritik hanyalah penggunaan
tanda baca yang terkadang tidak pas dan kata-kata yang typo.

BAB VIII
Bab ini membahas tentang contoh pelaksanaan penelaahan dan tujuan dibuatnya RPA dan sudah
sangat jelas dengan adanya pengertian dan contohnya sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai