Oleh:
NIM : 190101198
GRUP/SEMESTER : E/VI
Identitas Buku
Penerbit: Andi
Cetakan Ke: 5 4 3 2 1
Tahun: 24 23 22 21 20
BAB I
PENDAHULUAN
Langkah awal diajukan definisi penelaahan Alkitab untuk menyamakan persepsi memahami arti,
dan tujuan kegiatan penelaahan Alkitab. Penelaahan tergolong metode ilmiah karena dikategorikan
sebagai usaha-usaha sengaja katalisator dan naradidik mewujudkan penelaahan untuk mencapai tujuan
mulia berdasarkan firman Tuhan.
Desain tematik tunggal menggunakan tema terbagi dalam lima model yakni model humble,
medium, eke, uphill, mingle sama-sama bersumber dari bahan tertulis khotbah.
Desain topikal jamak menggunakan beberapa topik dikelompokkan dalam empat model yakni
model medium, eke, uphill, dan mingle. Keempat model bersumber dari dua bagian yakni pertama,
tematik meliputi tema dan sub tema dialihkan konteksnya dalam pembelajaran utuh dengan cara
membentuk beberapa topik. Kedua, membentuk beberapa topik berdasarkan nas atau perikop atau
makalah, buku cetak, buku elektronik, dan aneka sumber lainnya tetap berpatokan pada acuan norma atau
acuan kanonik yakni Alkitab.
Desain sintesis multirounded menggunakan topik dikelompokkan dalam empat model yakni
medium, eke, uphill, dan mingle. Sumber desain ini lebih luas dari pada sumber tematik dan topikal,
karena menggunakan makalah, buku cetak, buku elektronik, dan aneka sumber lainnya.
BAB II
BAB III
DESAIN TEMATIK, TOPIKAL, DAN SINTESIS
A. Latar Belakang Desain
Acuan mendesain tematik, topikal. dan sintesis terdiri dari empat bahan tertulis
yakni kotbah, renungan, dan makalah, buku cetak dan elektronik tanpa mengubah arti,
makna, dan tujuan yang terdapat di dalamnya. Tugas katalisator mengalihkan konteks
acuan dalam kegiatan penelaahan nas Alkitab tanpa terpisah dari komponen-komponen
pada sistem penelaahan Alkitab dengan memanfaatkan aneka sumber tertulis dan
nontertulis.
Tenney dalam Andreas B. Subagyo mengemukakan sepuluh metode penye lidikan
Alkitab yakni:
1) metode sintesis,
2) metode kritis,
3) metode biografis.
4) metode historis,
5) metode teologis,
6) metode retoris,
7) metode topikal,
8) metode analitis,
9) metode perbandingan,
10) metode devosional. Dua dari antara sepuluh metode ini yakni metode topikal dan
metode sintesis dimanfaatkan mengkaji dan mengembangkan bahan penelaahan
Alkitab tertulis.
B. Desain Tematik
Desain tematik tunggal menggunakan tema terbagi dalam lima model yakni
model humble, medium, eke, uphill, mingle sama-sama bersumber dari bahan tertulis
khotbah.
Desain tematik tunggal membuat bentuk, pola, atau model menjadi satu bertujuan
untuk memusatkan (membulatkan) kegiatan penelaahan Alkitab, artinya satu tema sama
untuk semua kelompok dalam satu kegiatan, dan dilaksanakan pada rentang waktu
singkat
.
1. Model Humble
Model tematik humble disingkat "model humble" bisa disebut "humble" diartikan
dengan tema dan subtema "sederhana, atau rendah. Sederhana berarti tidak banyak
seluk-beluknya, tidak banyak pernak pernik atau tidak sulit dimengerti.
Kesederhanaan humble memiliki ciri yakni pertama, menurut bentuknya
"tunggal" hanya satu tema dinamakan humble tunggal terbagi dalam beberapa
subtema sederhama. Kedua, menurut sifat menyesuaikan dengan fase usia masa
anak-anak. Ketiga, menurut gaya; menarik perhatian anak-anak. Keempat. lugas
terdiri dari pokok-pokok saja.
2. Model Medium
Model medium adalah bentuk atau pola yang berukuran sedang, Pada prinsipnya
model medium dibentuk untuk kalangan remaja tidak termasuk bagi fase usia masa
anak-anak dan tidak cocok bagi fase usia masa dewasa dan manula (jompo), karena
model medium dibentuk berukuran sedang, atau disebut setengah matang.
3. Model Eke
Tematik eke diperuntukkan bagi fase usia dewasa yang mengalami banyak
masalah atau tantangan hidup baik dewasa berumah tangga maupun dewasa berumah
tangga.
4. Model Uphill
Model Uphill diperuntukan bagi fase jompo (manula) masa sulit sehingga
membutuhkan model Uphill artinya sulit, perjuangan hidup sangat terbatas, berat.
Pada usia ini, mereka tidak lagi mengalami pertumbuhan dan perkembangan
melainkan melainkan penurunan dalam segi fisik dan psikis.
5. Model Mingle
Tematik mingle atau model campuran ini diperuntukan untuk sekelompok atau
lebih naradidik bersama-sama mengikuti serangkaian proses kegiatan penelaahan nas
alkitab berdasarkan model humble, medium, eke, dan uphill. Model ini terdiri dari
keluarga inti maupun keluarga besar.
C. Desain Topikal
Kamus Indict memberi arti topic adalah pokok pembicaraan yang hangat pada
hari ini sedang ramai dibicarakan, sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memberi arti topikalisasi adalah pengubahan salah satu unsur kalimat menjadi topik,
sedangkan topikalitas diartikan "menjadi topik."
Topik diangkat dari pembicaraan teraktual yang sedang terjadi di tengah
masyarakat, menjadi pokok pembicaraan terkrusial pada kegiatan tertentu, termasuk pada
kegiatan penelaahan Alkitab.
Senada dengan Rick Warren, Tenney 1957-21 dalam Andreas B. Subagyo
mengemukakan sepuluh metode penyelidikan Alkitab yakni 1) metode sintesis, 2)
metode kritis, 3) metode biografis, 4) metode historis, 5) metode teologis, 6) metode
retoris, 7) metode topikal, 8) metode analitis, 9) metode perbandingan, 10) metode
devosional."
Topikal terkini adalah menghubungkan dengan pengalaman h pengalaman terkini,
pokok pembicaraan teraktual sedang ramai dibicarakan menjadi pokok telaah.
a. Menentukan topik berdasarkan nas sejajar
b. MenYarikan bentuk topikal jamak
Desain topikal jamak memiliki Tiga sumber mendesain topikal yakni tematik dan
subtematik, nas seje serta perikop Desain topikal bersumber dari tema dan subtema
tidak berbeda dengan desain tematik di atas, sedangkan desain topikal bersumber dari
na sejajar dapat dilakukan dengan langkah-langkah: Pertama, menghimpun nas
sejajar melalui aplikasi elektronik Alkitab antara lain program Alkitab ver 27, atau
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II, dan lain-lain. Kedua membaca secara
teliti (saksama) dan menguasai content. Ketiga, membuat topik.
D. Desain sintesis
Desain sintesis multirounded menggunakan topik dikelompokkan dalam empat
model yakni medium, eke, uphill, dan mingle. Sumber desain ini lebih luas dari pada
sumber tematik dan topikal, karena menggunakan makalah, buku cetak, buku elektronik,
dan aneka sumber lainnya.
Sintesis multirounded diartikan membutuhkan berbagai informasi sehingga
menjadi kesatuan menyeluruh.
BAB IV
SISTEM PENELAAHAN ALKITAB
Selanjutnya mengemas bahan sistem penelaahan Alkitab terdiri dari tujuh komponen
yakni,
1) membentuk tematik, topikal, dan sintesis,
2) merumuskan tujuan.
3) membuat materi,
4) menentukan metode,
5) menetapkan media.
6) menelaah nas Alkitab, dan
7) melaksanakan evaluasi.
BAB V
METODE PENELAAHAN DAN MIXTURE
BAB VI
SLOLA merupakan singkatan dari Simbol, Lambang, Or (tanda), Lukisan/ gambar, dan Alat asli
dan tiruan. Singkatan ini tidak ditemukan di seluruh kamus bahasa sehari-hari atau ensiklopedi
Alkitab. Karena berasal dari singkatan media fisik alat dengar pandang Yesus sebagai Rabi dalam
pembelajaran. Slola dimanfaatkan sebagai sarana fisik pembelajaran dalam rangka mempercepat
penguasaan materi.
BAB VII
EVALUASI NONTES
A. Pengertian Nontes
Menurut Anas Sudijono mendefinisikan evaluasi nontes adalah penilaian hasil
belajar peserta didik dilakukan tanpa "menguji" peserta didik secara tertulis, melainkan
menggunakan pengamatan (observasi), wawancara (interview), angket (questioner), dan
meneliti dokumen (documentary).
menurut Nitko Brookhart dalam Suyanto, dan Asep Djihad, adalah suatu proses
penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa.'
BAB VIII
KESIMPULAN
Penelaahan Alkitab dalam tiga desain yakni desain tematik tunggal, desain topikal jamak, dan
desain multirounded. Ketiga desain menyesuaikan dengan karakteristik fase usia naradidik masa anak-
anak. prasekolah, masa sekolah, remaja pemuda, dewasa belum berkeluarga, dewasa berkeluarga, dan
masa usia senja pada manusia lanjut usia atau disebut usia lanjut atau kaum jompo.
Desain tematik tunggal, topikal jamak, dan sintesis multirounded dengan menggunakan tujuh
sistem penelaahan Alkitab. Tujuh sistem itu yakni 1) membentuk tematik, topikal, dan sintesis, 2)
merumuskan tujuan, 3) membuat materi, 4) menentukan metode, 5) menetapkan media, 6) menelaah nas
Alkitab, dan 7) melaksanakan evaluasi.
RPA berisi perencanaan dan seperangkat kegiatan siap saji pada penelaahan Alkitab. Fungsi-
fungsiRPAmempermudahperencanaanhinggapelaksanaan.Olehkarenaitu,setiapkatalisatorwajibmempersia
pkansebelummenyelengggarakanserangkaianproseskegiatanpenelaahanAlkitab.
Kelompok I
Metode penelaahan Alkitab tidak terlepas dari kegiatan penelaahan Alkitab dalam bentuk
pembelajaran untuk memahami arti, makna, dan tujuan nats masing-masing kitab pada Alkitab Perjanjian
Lama(PL) dan Perjanjian Baru (PB) .Metode penelaahan Alkitab tidak semata hanya diartikan cara-cara
menyajikan bahan pembelajaran pada peserta naradidik.
1. Penelaahan Alkitab dapat diperhitungkan untuk digunakan dalam dunia pendidikan, sekalipun
penelahaan Alkitab masih sangat jarang dilakukam di sekolah tetapi Metode PA juga dapat menolong
para siswa-siswi untuk dapat belajar Firman Tuhan dengan baik.
2. Penelaahan Alkitab ketika diikuti dengan benar dan diajarkan dengan baik maka kehidupan anak itu
akan berubah lewat pertolongan roh kudus anak. Karena hanya roh kuduslah yang mampu mengubah
setiap karakter dalam pribadi setiap orang
3. Dengan adanya PA yang dilaksanakan di sekolah, memberikan pengaruh yang baik kepada siswa-siswi
khususnya dalam pembentukan karakter emosi, kelompok teman sebaya, kejujuran, dan kedisiplinan.
Kelompok II
Model Tematik
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB1) mendefinisikan tématik adalah ber sangkutan dengan
tema, sedangkan tema adalah pokok pikiran: dasar cerita yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar
mengarang, menggubah sajak.
Dalam desain Tematik terdapat 5 model-model desain, berikut ini adalah kelima model
tersebut :
1. Model Humble
2. Model Medium
3. Model eke
4. Model uphill
5. Model mingle
Kelompok III
Desain Topikal
Dalam kamus Indict, yang dimaksud dengan topic merupakan pokok pembicaraan yang hangat
pada hari ini sedang dibicarakan. Jika kita lihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan
bahwa pengertian topikalisasi itu merupakan pengubahan salah satu unsur kalimat menjadi topik,
sedangkan topikalitas diartikan “menjadi topik”.
Jika disebut teraktualisasi, berarti adalah sedang menjadi pembicaraan orang banyak, jadi model
topikal ini ditentukan berdasarkan pokok pembicaraan yang teraktual menentukan topik kegiatan
terkrusial yakni topik genting, menentukan, meskipun rumit, sulit sekali tetapi diupayakan ditelaah.
Model tematik dikembangkan dari tema dan subtema khotbah dan renungan yang dialihkan konteksnya
dalam pembelajaran utuh melalui penelaahan nas Alkitab.
Namun Rick Warren mengemukakan bahwa topik dapat dikembangkan dalam banyak tema,
berbeda dengan topik diangkat dari pembicaraan teraktual, yang sedang terjadi di tengah masyarakat,
menjadi pokok pembicaraan terkrusial.
1. Topikal Terkini
Antara desain tematik dan topikal memiliki persamaan meliputi; memiliki empat model,
bersumber dari nas Alkitab, mendapat dukugnan dari buku bahan cetak dan elektronik.
Kelompok IV
Desain Sintesis
Kelompok V
Sistem penelaahan Alkitab
1. Sistem penelaahan
Sistem penelaahan merupakan sistem buatan atau suatu alat untuk mengerti wahyu yang
berasal dari Firman Tuhan yang berbentuk Alkitab.
2. Pengertian Sistem.
Pengertian sistem adalah perangkat unsur yang teratur saling berkaitan membentuk
totalitas, perangkat unsur biasanya disebut komponen-komponen diurutkan secara teratur dalam
bentuk totalitas tanpa acak, tetapi menetap saling berkaitan antara komponen yang satu dengan
komponen lainnya.
3. Pengertian Penelaahan.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata penelaahan berasal dari kata dasar
“telaah” yang artinya penyelidikan; kajian; pemeriksaan; penelitian. Jika ditambahkan awalan
me-, menjadi menelaah yang berarti mempelajari; menyelidik; mengkaji; memeriksa; menilik.
Kata penelaahan sendiri berarti proses, cara, perbuatan menelaah. Jadi, kata penelaahan dapat
diartikan sebagai proses/perbuatan/cara mempelajari, menyelidik, mengakaji, memeriksa,
menilik..
tujuh komponen pelaahan Alkitab:
1. Desain tematik tunggal, topikal jamak, dan sintesis, multirounded.
2. merumuskan tujuan
3. membuat materi
4. menentukan metode
5. menetapkan media.
6. menelaah nas Alkitab,
7. melaksanakan evaluasi
Kelompok VI
Metode Penelaahan PA yang pernah dilakukan Yesus diidentifikasi dalam kata “ada
tertulis” merujuk terhadap sumber belajar.
1. Sayembara
Pengertian sayembara adalah perlombaan tulisan teologi ilmiah sesuai nas atau perikop
2. Sharing
Pengertian metode sharing adalah berbagai pengetahuan Alkitab dan perjuangan tokoh,
penginjilan dan pelaku sejarah.
3. Smugness
saling bertukar informasi dan berbagi pengalaman rohani melalui kegiatan yang terdiri dari antara
lain:
6. Model Lane
7. Model Jigsaw
Kelompok VII
SLOLA merupakan singkatan dari Simbol, Lambang. Or (tanda), Lukisan/ gambar, dan Alat asli
dan tiruan. Singkatan ini tidak ditemukan di seluruh kamus bahasa sehari-hari atau ensiklopedi Alkitab.
Karena berasal dari singkatan media fisik alat dengar pandang Yesus sebagai Rabi dalam pembelajaran,
SLOLA dimanfaatkan sebagai sarana fisik pembelajaran dalam rangka percepatan penguasaan sejumlah
tujuan pembelajaran bagi murid-murid dan pengikut-pengikut setia yang dominan tersedia atau ada di
lingkungan setempat. Namun, SLOLA membutuhkan knowledge alkitabiah untuk mampa mencirikan,
mengembangkan, membuat (mengadakan) dan memanfaatkan dalam deskripsi-deskripsi instruksional
(indikator) pembelajaran. SLOLA membutuhkan semua itu bagi percepatan proses atas legatas k
mendapatkan hasil pembelajaran.
Memanfaatkan media yang tersedia di lingkungan setempat akan bermakna, sehab media yang
tidak dikenal sebelumnya ketika dimana pada saat terjadi proses pembelajaran, masih membutuhkan
penjela penjelasan tentang media itu. Pemanfaatan media yang ada di lingkungan leb efisien dan efektif
apabila telah dikenal sebelumnya. Hal itu tidak asing lagh peserta didik atau pendengar, bahkan sudah
familiar hingga memungk dapat mempercepat proses penguasaan terhadap sejumlah tujues pembelajara
yang ditetapkan sebelumnya.
Kelompok VIII
EVALUASI NONTES
Penggunaan alat ukur nontes dipergunakan untuk menilai hasil dan proses penelaahan Alkitab
berdasarkan pengamatan.
Alat evaluasi nontes lebih sesuai dipergunakan untuk menilai aspek sikap. minat,
perhatian, meskipun dapat dipergunakan untuk mengukur penguasaan tujuan pada ranah
psikiomotorik dan kognitif setiap terjadi penelaahan.
Questioner(Angket) tergolong alat pengumpulan data atau informasi berisi daftar pertanyaan atau
pernyataan.
Skala sikap, Zainal Arifin mengemukakan: dalam mengukur sikap, guru hendaknya
memerhatikan tiga komponen sikap, yaitu (1) kognisi, yaitu berkenan dengan pengetahuan
peserta didik tentang objek, (2) afeksi, yaitu berkenan dengan perasaan peserta didik terhadap
objek, dan (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap
objek.
Skala penilaian, Pengertian skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi
yang dipergunakan untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah
laku individu.
Observasi, Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan meng
adakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Observasi tidak hanya dipergunakan untuk
penilaian, termasuk alat penelitian khususnya penelitian kualitatif untuk mengetahui informasi
dan berbagai fenomena berupa pertistiwa atau tindakan. Zainal Abidin mendefinisikan observasi
adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sederhana maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Check List (Daftar Cek), Daftar cek terhadap subjek dan aspek-aspek pengamatan
terhadap kejadian pada saat berlangsungnya serangkaian proses penelaahan Alkitab. Daftak cek
kepada naradidik, dan aspek-aspek sikap atau perilaku masing masing terdiri dari: Amat Baik
(AB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K), dan Amat Kurang (AK).
Kelompok IX
Hari/Tanggal : ........................
Tempat : ......................
Waktu : Pkl........s/d................
Tema : ...........................................................................................................*)
Subtema : ..........................................................................................................*)
Topik : ........................................................................................................*)
7. Desain :............................................................................................................
8. Model :..........................................................................................................
MerumuskanTujuan :
1)................................................................................
2)..................................................................................
3)..................................................................................
2)..................................................................................
3)...............................................................................
e. Kegiatan Penelaahan
1. Bernyanyi :
2. Pengantar :
3. Inti :
f. Melaksanakan Evaluasi :
Teknik Penilaian :
Instrumen :
.....-..-20....
Katalistor,
(___________________)
BAB I
Di dalam bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai desain yang akan dipaparkan di bab
selanjutnya, menurut saya itu sudah baik.
BAB II
Dalam bab II ini saya banyak menemukan kalimat yang terulang-ulang, tentu dengan adanya
kalimat yang berulang akan membuat pembaca merasa mudah bosan dalam membaca. Lalu dalam bab ini
saya temukan beberapa pengertian katalisator terpisah, menurut saya lebih baik semua pengertian
katalisator digabung saja, supaya pembaca juga tidak bingung.
BAB III
Bab ini membahas mengenai jenis-jenis desain, dalam pemaparan materi ini sangat bagus.
Namun. Jika dalam penulisan buku yang terlalu rapat dapat membuat pembaca merasakan sakit mata.
BAB IV
Bab ini membahas mengenai sistem penelaahan Alkitab dan menurut saya dalam bab ini sudah
sangat jelas dan baik.
BAB V
Bab ini membahas mengenai metode penelaahan dan mixture, dalam penjeasan isi materinya
bagus dan jelas
BAB VI
Dalam bab ini menjelaskan tentang mediaslola dan teknologi, dalam penggunaan bahasanya
menurut saya tidak terlalu mudah dipahami, karena penggunaan kalimat yang hampir-hampir sama dan
tulisan yang terlalu rapat.
BAB VII
Pada bab ini menjelaskn mengenai evaluasi nontes, yang dapat saya kritik hanyalah penggunaan
tanda baca yang terkadang tidak pas dan kata-kata yang typo.
BAB VIII
Bab ini membahas tentang contoh pelaksanaan penelaahan dan tujuan dibuatnya RPA dan sudah
sangat jelas dengan adanya pengertian dan contohnya sekaligus.