Anda di halaman 1dari 6

Tugas Mandiri 3

Nama : Anna Maria Zevanya Tiatira Suryadi

NIM : 2210020110

Kelas : 2c Akuntansi

Tugas :

1. Mencari riwayat hidup dari nama pelindung anda, dan dari sejarahnya, kebaikan apa yang harus jadi
referensi.

2. Uraikan biogrfai singkat dari salah satu tokih dunia/nasioal/toko gereja

Dan kebaikannya

3. Ceritakan pandangan iman anda tentang kisah penciptaan manusia

Jawaban:

1. Nama Pelindung : St. Anna

St.Anna dan St.Yoakim adalah orangtua Santa Perawan Maria. Mereka hidup rukun, taat beribadah
kepada Tuhan dan melakukan banyak perbuatan baik. Namun demikian, ada satu hal yang membuat
mereka sedih; Tuhan belum memberi mereka seorang anak pun.

Selama bertahun-tahun, Anna memohon kepada Tuhan untuk memberinya anak. Ia berjanji untuk
mempersembahkan anaknya itu kelak kepada Tuhan. Ketika sudah lanjut umurnya, Tuhan menjawab
doa Anna dengan cara yang amat luar biasa, yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya.

Anak yang lahir bagi St. Yoakim dan St. Anna adalah Santa Perawan Maria Immaculata (=yang Dikandung
Tanpa Dosa). Perempuan yang paling kudus di antara semua perempuan ini akan menjadi Bunda Allah.
Anna merawat Maria kecil dengan penuh kasih sayang selama beberapa tahun. Kemudian
dipersembahkannya puterinya itu kepada Tuhan, seperti yang telah dijanjikannya. Maria tinggal di Bait
Allah di Yerusalem.Yoakim dan Anna melanjutkan kehidupan mereka dengan berdoa hingga tiba saatnya
Tuhan memanggil mereka pulang ke rumah Bapa di surga.

Umat Kristiani senantiasa menghormati St.Anna secara istimewa. Banyak gereja indah dibangun untuk
menghormatinya. Salah satunya yang mungkin paling terkenal adalah Gereja St. Anne de Beaupre di
Kanada. Banyak orang pergi ke sana sepanjang tahun untuk memohon bantuan doa St. Anna dalam
menanggung beban hidup mereka.

Anna adalah nama versi Yunani dan Latin dari nama Ibrani ‫( ַחּנָה‬Channah) yang berarti "mendukung"
atau "rahmat" atau “Berkat” .

2. Biografi Singkat Bunda Teresa:

Bunda Teresa Dilahirkan di Skopje, Albania pada 26 Agustus 1910, Bunda Teresa merupakan anak
bungsu dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang
saudara lelaki. Ketika dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Ia menerima pelayanan sakramen
pertamanya ketika berusia lima setengah tahun dan diteguhkan pada bulan November 1916.

Kehidupan Bunda Teresa

Ketika berusia delapan tahun, ayahnya meninggal dunia, dan meninggalkan keluarganya dengan
kesulitan finansial. Meski demikian, ibunya memelihara Gonxha dan ketiga saudaranya dengan penuh
kasih sayang. Drane Bojaxhiu, ibunya, sangat memengaruhi karakter dan panggilan pelayanan Gonxha.

Ketika memasuki usia remaja, Gonxha bergabung dalam kelompok pemuda jemaat lokalnya yang
bernama Sodality. Melalui keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor
Jesuit, Gonxha menjadi tertarik dalam hal misionari. Tampaknya hal inilah yang kemudian berperan
dalam dirinya sehingga pada usia tujuh belas, ia merespons panggilan Tuhan untuk menjadi biarawati
misionaris Katolik.
Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal
juga dengan nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan pelayanannya di India.
Ketika mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan dalam Sisters of Loretto, ia memilih nama Teresa dari
Santa Theresa Lisieux.

Suster Teresa pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang biarawati. Setelah
mengikrarkan komitmennya kepada Tuhan, ia pun mulai mengajar pada St. Mary’s High School di
Kalkuta. Di sana ia mengajarkan geografi dan katekisasi. Dan pada tahun 1944, ia menjadi kepala sekolah
St. Mary. Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Ia menderita TBC sehingga tidak bisa lagi mengajar.
Untuk memulihkan kesehatannya, ia pun dikirim ke Darjeeling.

Dalam kereta api yang tengah melaju menuju Darjeeling, Suster Teresa mendapat panggilan yang
berikut dari Tuhan; sebuah panggilan di antara banyak panggilan lain. Kala itu, ia merasakan belas kasih
bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus sendiri, merasuk dalam hatinya. Hal ini kemudian
menjadi kekuatan yang mendorong segenap hidupnya. Saat itu, 10 September 1946, disebut sebagai
“Hari Penuh Inspirasi” oleh Bunda Teresa.

Selama berbulan-bulan, ia mendapatkan sebuah visi bagaimana Kristus menyatakan kepedihan kaum
miskin yang ditolak, bagaimana Kristus menangisi mereka yang menolak Dia, bagaimana Ia ingin mereka
mengasihi-Nya.

Pada tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Suster Teresa untuk meninggalkan ordonya dan memulai
pelayanannya di bawah Keuskupan Kalkuta. Dan pada 17 Agustus 1948, untuk pertama kalinya ia
memakai pakaian putih yang dilengkapi dengan kain sari bergaris biru.

Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah pada 21 Desember 1948 di lingkungan yang
kumuh. Karena tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana ia
mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, di samping mengajarkan membaca dan
menulis pada anak-anak yang miskin. Selain itu, berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-
anak yang sakit ke rumahnya dan merawat mereka.

Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh
Bunda Teresa tatkala perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu,
melainkan juga dari berbagai organisasi gereja.
Pada 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary bergabung dengannya. Diinspirasi oleh gurunya
itu, ia membaktikan dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan. Segera saja
mereka menemukan begitu banyak pria, wanita, bahkan anak-anak yang sekarat. Mereka telantar di
jalan-jalan setelah ditolak oleh rumah sakit setempat. Tergerak oleh belas kasihan, Bunda Teresa dan
rekan barunya itu pun menyewa sebuah ruangan untuk merawat mereka yang sekarat.

Aktivitas Kemanusiaan

Pada tanggal 7 Oktober 1950, Missionary of Charity didirikan di Kalkuta. Mereka yang tergabung di
dalamnya pun semakin teguh untuk melayani dengan sepenuhnya memberi diri mereka untuk melayani
kaum termiskin di antara yang miskin. Mereka tidak pernah menerima pemberian materi apa pun
sebagai balasan atas pelayanan yang mereka lakukan.

Pada awal 1960-an, Bunda Teresa mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India.
Selain itu, pelayanan dari Missionary of Charity mulai melebarkan sayapnya di Venezuela (1965), yang
kemudian diikuti oleh pembukaan rumah-rumah di Ceylon, Tanzania Roma, dan Australia yang ditujukan
untuk merawat kaum miskin.

Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda
Teresa. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi
ini sendiri di setujui oleh Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969. Meskipun merupakan afiliasi Missionary of
Charity, asosiasi ini memiliki anggaran dasar tersendiri.

Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity
berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan 450 pusat pelayanan tersebar di seluruh dunia
untuk melayani orang-orang miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang
menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di Albania. Ia
juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS.

Berkat baktinya bagi mereka yang tertindas, Bunda Teresa pun mendapatkan berbagai penghargaan
kemanusiaan. Pada tahun 1979, ia menerima John XXIII International Prize for Peace. Penghargaan ini
diberikan langsung oleh Paus Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh penghargaan Good
Samaritan di Boston.
Setelah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun di India, tentu saja pemerintah India tidak
menutup mata akan pelayanannya. Maka pada tahun 1972, Bunda Teresa menerima Pandit Nehru Prize.
Setahun kemudian, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia terpilih untuk menerima
penghargaan tersebut dari dua ribu kandidat dari berbagai negara dan agama oleh juri dari sepuluh
kelompok agama di dunia.

Puncaknya ialah pada tahun 1979 tatkala ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Hadiah uang
sebesar $6.000 yang diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta. Hadiah tersebut
memungkinkannya untuk memberi makan ratusan orang selama setahun penuh. Ia berkata bahwa
penghargaan duniawi menjadi penting hanya ketika penghargaan tersebut dapat membantunya
menolong dunia yang membutuhkan.

Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama agi korban AIDS di New York.
Menyusul kemudian sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat
upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom.

Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Dipupuk di kampung halamannya, ia
mengawali pelayanan di India. Dari India, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di
antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban radiasi di Chernobyl, dan
korban gempa bumi di Armenia.

Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak mengizinkannya melakukan aktivitas yang
berlebihan, khususnya setelah serangan jantung pada 1989. Kesehatannya merosot, sebagian karena
usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya, sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke
berbagai penjuru dunia. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta
Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada 13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih
untuk meneruskan pelayanan Bunda Teresa.

Bunda Teresa akhirnya meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Berbagai
petinggi dari 23 negara menghadiri pemakamannya. Upacara pemakaman diadakan pada 13 September
1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas kebijakan Missionary of Charity,
sebagian besar yang menghadiri upacara tersebut adalah orang-orang yang selama ini dilayani oleh
Bunda Teresa.
Kebaikan yang dilakukan Bunda Teresa ialah:

Bunda Teresa, dikenal juga sebagai Santa Teresa dari Kolkata, merupakan seorang biarawati Katolik
Roma yang mengabdikan diri di India. Dia mendirikan kongregasi Missionaries of Charity, dan
mengabdikan dirinya untuk membantu kaum miskin dan orang yang sakit HIV/AIDS maupun TBC.

3. Pandangan saya terhadap kisah penciptaan manusia:

Manusia diciptakan Allah sebagai puncak ciptaannya yang ditandai dengan diciptakannya manusia pada
hari terakhir penciptaan, manusia diberikan hati nurani, akal Budi, dan kehendak bebas, serta manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri.

Sebagai manusia yang merupakan gambar dan Rupa Allah, kita sepatutnya mengikuti gambar dan rupa
Allah yaitu Allah Maha Oengampung, Berbelas Kasih, dan Pemelihara.

Dan sebagai makhluk yang merupakan puncak dari penciptaan Allah sendiri, maka manusia sepatutnya
merawat dan melestarikan alam yang segala isinya yang dititpkan oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai