-
Bunda Kaum Papa-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
karena atas berkat-Nya, saya berhasil menyelesaikan karya tulis agama
ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada guru agama saya, Dra. Yulia Martijah, yang telah membimbing
dan memberikan tugas karya tulis ini sebagai pengganti ujian praktik
agama. Saya ucapkan terimakasih pula kepada kedua orangtua saya
yang telah mendukung saya dalam proses belajar.
Karya tulis ini telah saya buat dengan usaha dan kemampuan
semaksimal mungkin. Semoga karya tulis ini dapat memberikan teladan
bagi kita sebagai saksi Kristus untuk selalu menebarkan kasih kepada
sesama kita seperti yang telah dilakukan Bunda Teresa dalam karya-
karya pelayanannya. Semoga lewat karya tulis ini, kita dapat
menghayati kisah-kisah hidup Bunda Teresa dalam kehidupan sehari-
hari.
Terlepas dari semua itu, saya pun menyadari bahwa karya tulis ini
masih memiliki kekurangan dan untuk itu saya meminta maaf apabila
ada kesalahan kata atau informasi yang tak bisa saya pungkiri. Tak lupa
juga saya meminta kritik maupun saran yang membangun sehingga
karya tulis ini dapat berkembang lebih baik lagi di kemudian hari.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
Della Amanda
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................02
Penutup .................................................................................................12
Macedonia)
Kasih
Yohanes Paulus II
Yohanes Paulus II
AWAL PANGGILAN
Ketertarikannya dengan pelayanan terhadap sesama diawali dari
kehidupan misionaris dan pelayanan yang sering mereka lakukan di
Benggala. Saat berusia 12 tahun, Ia telah menetapkan pilihannya untuk
menjadi biarawati. Lalu tepat pada 15 Agustus 1928, Ia memantapkan
pilihannya itu ketika sedang berdoa di kuil Madonna Hitam di Letnice.
Di usianya yang ke-18, ia bergabung dengan Kesusteran Loreto
sebagai misionaris. Bersamaan dengan itu pula ia tidak pernah lagi
bertemu dengan keluarganya.
Di umur 18 tahun, Ia
meninggalkan rumah dan
bergabung bersama
Persaudaraan Loreto di
Rathfarnham, Irlandia, demi
menjadi misionaris. Pada
1929, di India, Bunda
Teresa memulai novisiat
(pendidikan) di Darjeelin. Di
sana, Ia belajar Bengali dan
dididik di Sekolah St
Teresa. Kemudian, Beliau
mengucapkan kaul religius
pada 24 Mei 1931 dan memilih nama Santa Therese de Lisieux,
pelindung bagi para misionaris. Namun karena salah satu biarawati di
biara sudah memilih nama itu, Bunda Teresa lalu menggantinya
dengan nama Teresa. Pada 14 Mei 1937, beliau mengucapkan kaul
keikhlasan sembari Ia menjadi guru di sekolah biara Loreto di Entally,
Kolkata Timur. Kemudian, Bunda Teresa mengabdi di sana hampir 20
tahun kemudian dilantik sebagai kepala sekolah pada 1944. Meski
menikmati pekerjaannya, dia cukup terganggu dengan kemiskinan di
BERPULANGNYA BUNDA
TERESA
Bunda Teresa mengalami serangan
jantung ketika mengunjungi Paus
Yohanes Paulus II di Roma, Italia, pada 1983. Terserang penyakit yang
sama enam tahun kemud ian, dia mendapatkan alat pacu jantung
buatan. Pada 1991, Bunda Teresa terserang pneumonia di Meksiko.
Bunda Teresa sempat menawarkan pengunduran diri sebagai Ketua
Missionaries of Charity. Namun, para suster menginginkannya
bertahan. April 1996, Bunda Teresa jatuh dan menderita patah tulang
selangka. Empat bulan berselang, malaria dan gagal jantung
menghampirinya. Pada 13 Maret 1997, Bunda Teresa benar-benar
mengundurkan diri sebagai Ketua Missionaries of Charity dan
meninggal pada 5 September 1997. Jenazahnya disemayamkan di St
Thomas, Kolkata, selama sepekan sebelum dimakamkan. Dia
mendapat pemakaman negara sebagai bentuk terima kasih atas
jasanya terhadap warga miskin.
PENUTUP
Demikian karya tulis mengenai Bunda Teresa. Semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga dapat menginspirasi
para pembaca untuk meneladani karya pelayanan Bunda Teresa.
Jangalah kita menjadi pengikut Kristus yang acuh tak acuh terhadap
sesama kita terutama kepada mereka yang sangat membutuhkan
pertolongan tangan kita. Tapi hendaklah kita ulurkan tangan kita seperti
yang Bunda Teresa lakukan.