Anda di halaman 1dari 18

Page |1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menuntun
dan membimbing penulis, sehingga penulis bisa melaksanakan dan menyelesaikan Weekend
Patoral dengan baik. Begitu banyak pengalaman suka dan duka yang penulis alami. Namun itu
semua penulis rasakan sebagai satu pelajaran yang baru, juga wujud cinta Tuhan yang dihadirkan
lewat umat. Masa weekend Pastoral telah memberikan sebuah makna hidup dan banyak
pengalaman dan pembelajaran tersendiri penulis secara pribadi untuk bagaimana dapat hidup di
tengah-tengah umat. Melewati suka dan duka, penulis berusaha untuk merasakan kehidupan
umat stasi sawangan dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Penulis juga sangat merasa
bersyukur kepada Tuhan atas kasih dan campur tangan-Nya selama menjalani masa weekend
pastoral, sehingga penulis dapat membuat dan menyelesaikan laporan weekend ini dengan baik.

Terima kasih pula, tak lupa penulis sampaikan kepada para staf pembina Seminari Tinggi
Hati Kudus Pineleng, terutama Pastora Amri Wuritimur, Pr selaku Rektor seminari seklaigus
moderator tingkat IV Serta Paastor Paroki St. Antonius de Padua Airmadidi, Pastor Johanis
Pinontoan, Pr, frater pastoral, Frater Dandi Papoto, beserta seluruh DPP paroki dan seluruh Umat
paroki, terlebih khususnya, umat stasi St. Theresia Sawangan yang telah menerima dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan weekend pastoral, demi menunjang
perjalanan panggilan penulis sebagai calon imam. Sebab, bagi penulis melalui saat-saat seperti
inilah seorang calon imam dapat diajarkan untuk tidak melupakan pelayanan bagi umat untuk
lebih mendekatkan mereka dengan Tuhan.

Akhirnya, penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga karya tulis ini dapat membantu pembaca
untuk mengetahui situasi dan kondisi umat di stasi St. Theresia Sawangan, Paroki St. Antonius
de Padua Airmadidi.
Page |2

BAB I

 Latar belakang

Weekend Pastoral Merupakan kegiatan yang dimasukkan dalam program komunitas


Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng yang menyesuaikan dengan program dari kampus STF-SP.
Kegiatan ini ditujukkan kepada setiap mahasiswa tingkat 4 atau semester 8 untuk dibagi dan di
untus ke beberapa paroki yang telah dipercayakan dan mempraktekkan segala pelajaran yang
telah diterima. Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap akhir pekan selama dua semester berjalan,
yakni semester 7 dan semester 8, namun kebijakan dari seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng
hanya berlaku pada akhir pekan kedua dan keempat dalam bulan berjalan. Inti dari kegiatan ini,
agar setiap frater dapat mengenal umat dari segi latar belakangnya, pendidikan, kehidupan
menggeraja dan masyarakat, serta masalah-masalah yang dialami di paroki atau stasi tempat
dimana frater tersebut melakukan kegiatan Weekend Pastoral.

Bertolak dari penjelasan di atas, penulis sendiri ditempatkan pada satu paroki di salah
satu Kevikepan Tonsea, yakni Paroki St. Antonius de Padua Airmadidi. Paroki tersebut memiliki
4 stasi, yakni stasi St. Paulus Mikki Sukur, Stasi St. Theresa Sawangan, St. Antonius Sampiri,
dan Stasi Tanggari. Kini Penulis dipercayakan oleh pastor paroki, RD. Johanis Pinontoan untuk
ber-weekend pastoral pada stasi St. Theresa Sawangan. Di situ, penulis mulai berkenalan dengan
setiap anggota stasi yang dan juga mulai menjalankan setiap kegiatan bertolak dari pedoman
yang telah ditentukan dalam pertemuan bersama dengan pastor Rektor, RD. Amrosius
Wuritimur. Hal-hal yang dituntut, yakni, melakukan kunjungan ke rumah-rumah umat dan harus
mengenal mereke semua, melakukan katekese kepada umat secara keseluruhan maupun
kelompok-kelompok kategorial yang ada, serta memimpin ibadat. Nah, kegiatan-kegiatan ini
bukan saja menjadi target pencapaian tetapi sekaligus memberikan pelajaran agar menjadi
terbiasa jika menghadapi umat.

 Rumusan Masalah
 Bagaimana keadan umat Stasi St. Thesia Sawangan
Page |3

 Bagaimana cara penulis membuat pendekatan dengan umat stasi St. Theresia
Sawangan
 Kelebihan dan kekurangan dari umat stasi santa Theresia Sawangan

BAB II

Keadaan Umat Stasi St. Thesia Sawangan

1. Letak Stasi

Seperti sudah dijelaskan pada bagian halaman latar belakang bahwa stasi St. Theresa
Sawangan-Airmadidi merupakan salah satu stasi yang masuk dalam paroki St. Antonius de
Padua Airmadidi. Letak stasi ini tidak terlalu jauh dari stasi induk karena jarak tempuhnya hanya
membutuhkan waktu ± 15 menit dari stasi induk, jika menggunakan motor dengan kecepatan
40/km.

1.1. Keadaan Umat di Desa Sawangan

Berbeda dengan umat paroki dari segi jumlah, stasi Sawangan-Airmadidi sudah pasti
memiliki jumlah umat yang sedikit jika dibandingkan dengan jumlah umat di stasi induk. Stasi
St. Theresa Sawangan memiliki jumlah KK, yakni dua puluh tiga KK, yang terdiri dari dua
wilayah rohani (Wilayah rohani St. Sesilia dan St. Stefanus). Sebenarnya, jika dilihat dari jumlah
jiwa yang ada di desa Sawangan-Airmadidi sendiri, bia mencapai ribuan jiwa. Namun
kebanyakan beragama non-Katolik (GMIM, Tabernakel, Pentakosta, dan Islam). Meski
demikian, hubungan antara masyarakat setempat dengan umat stasi sendiri sangat baik. Sebab
bagi mereka, agama merupakan urusan personal dan yang terpenting adalah kehidupan
bermasyarakat. Bahkan kebiasaan masyarakat di desa Sawangan sendiri, yakni melakukan ibadat
di setiap gereja yang ada pada setiap hari rabu di minggu terakhir bulan berjalan. Hal itu
dilakukan agar mereka dapat saling membangun keharmonisan antar umat beragama. Meski
tergolong minoritas, namun hal itu tidak menjadi semangat umat untuk mengambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan menggereja dan juga organisasi seperti, WKRI, KBK, OMK, Sekami dan
remaja.

1.2. Tabel Keluarga

Wilayah Rohani St. Aloysius


Page |4

N Nama Keluarga
O
1 Kamagi-Montung
2 Sangari-Tetengean
3 Maramis-Sigarlaki
4 Sigarlaki-Salea
5 Reeng-Potale
6 Harsono-Sadila
7 Lengkong-Akay
8 Maramis-Sembel
9 Kaunang-Pongayou
10 Tangkilisan-Sigarlaki
11 Kamagi-Asegaf
12 Akay-Wuisan

Wilayah Rohani Justinus

NO Nama Keluarga
1 Prasetyo-Kalalo
2 Oley-Untu
3 Maramis-Goheima
4 Lengkong-Akay
5 Oley-Mandagi
6 Kambey-Rawu
7 Sigarlaki-Palealu
8 Sigarlaki-Karamoy
9 Datu-Kaunang
10 Kel. Ibu Margareta Karundeng
12 Sageh-Karu
Page |5

2. Struktur Organisasi Dewan Stasi St. Theresia Sawangan


1. Ketua : Ibu Deisy Montung, S. Pd
2. Sekretasi : Lucia Tetengean
3. Bedahara : Ansye A. Kalalo
4. Penasehat : Joudy Datu
5. Seksi Liturgi : Jein Salea
Anggota 1. Meira Ayu Theresia Prasetyo, S. Tr. Kom
2. Cchristofora Felyciana Cindy Kamagi
6. Seksi Katekese: : Febe Elien Sigarlaki
Anggota 1. Marina Potale
2. Yenny Pelealu
7. Seksi PSE : Vicky Hanny Maramis
Anggota 1. Harsono
2. Lucky Agus Herman Sangari
3. Handri Sigarlakii
Kostor : Theresia Rawung

3. Keadaan Kelompok-Kelompok Kategorial

Jika dilihat dari jumlah KK pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa umat stasi St.
Theresa Sawangan tergolong dalam stasi yang dapat dibilang kecil dengan jumlah umat yang
sedikit. Namun tidak menjadi pengahalang bagi mereka untuk terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok kategorial seperti: Kaum Bapak Katolik (KBK), Wanita Katolik Republik Indonesia
(WKRI), Orang Muda Katolik (OMK), Serikat Kepausan Anak-Anak Misioner (SEKAMI).
Meski jumlah anggota dari setiap kelompok kategorialnya sedikit, seperti OMK yang hanya
berjumlah 4 orang, dan Sekami yang hanya 16 orang, namun mereka selalu aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang telah mereka programkan. Begitupun seperti KBK dan WKRI, mereka selalu
menjalankan program-program yang telah dirancang sebelumnya. Dan hal inilah yang menjadi
kebanggaan bagi mereka.

3.1. KBK St. Carolus Boromes cabang Sawangan


Page |6

Dari sejumlah KK yang ada di stasi ini, yang hanya terlibat aktif dalam KBK, yakni
hanya tujuh orang. Namun yang penulis banggakan dari mereka, yakni mereka selalu membuat
pertemuan untuk membahas program-program mereka yang telah dirancang sebelumnya. Dan
mereka selalu terlibat aktif pula jika dipercayakan sebagai penanggung jawab liturgi pada hari
minggu.

3.2. WKRI Sta. Elisabeth dari Hungaria Ranting Sawangan

Sudah tidak diragukan lagi soal kelompok kategorial yang satu ini. WKRI ranting
sawangan, meskipun tidak dengan jumlah yang besar, namun mereka selalu kompak. Bahakan
mereka selalu terlibat aktif dalam hidup bermasyarakat dan menggereja. Mereka juga rajin
malakukan kunjungan-kunjungan kasih bagi setiap anggota umat yang sedang dalam keadaan
sakit atau terkenah musibah laiinya sakit. Dan pastinya, jika ditanya soal kepercayaan/tanggung
jawab dalam segala hal, mereka selalu mengambil bagian paling depan.

3.3. Orang Muda Katolik Stasi Sawang

Jumlah anggota Orang Muda Katolik di stasi sawangan hanya empat orang, yang terdiri
dari dua orang pria dan dua orang wanita. Dengan jumlah seperti ini, untuk melakukan
pertemuan-pertemuan pun mereka tidak melakukannya. Hal itu membuat penulis untuk
berinisiatif mengambil tindakan bagi mereka supaya setiap hari minggu kedua dalam bulan
berjalan sesuai dengan jadawal weekend, sesudah ibadat hari minggu penulis selalu
mengumpulkan mereka. untuk sharing/berbagi cerita pengalaman, pendapat, dsb. Sehingga
dengan begitu, mereka dapat dianggap dan aktif.

3.4. Sekami Stasi Sawangan

Meski berbeda dengan jumlah sekami di paroki, sekami di stasi sawangan hanya
berjumlah 16 orang. kelompok ini sangat aktif dan dibantu oleh dua orang pembimbing sekami
yakni, ketua stasi san sekretaris stasi. Mereka selalu melakukan pertemuan rutin untuk ibadat
sekami bersama. Penulis juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyanyi di depan
Page |7

altar setelah komoni seperti yang dilakukan sekami pada umumnya, ketika pemimpin yang
bertugas memimpin ibadat hari minggu di stasi.

4. Keadaan Keluarga-Keluarga di Stasi Sawangn

Penulis mengakui bahwa selama ± 10 melakukan weekend pastoral di Paroki St.


Antonius de Padua Airmadidi, tepatnya di stasi Santa Theresia Sawangan, masih banyak
keluarga-keluarga yang penulis tidak dapat melakukan kunjungan kepada mereka. Namun
sebelumnya penulis sudah mengonfiramasi kepada beberapa keluarga untuk melakukan
kunjungan tapi ada beberapa yang secara tidak langsung menolak dengan memberi alasan bahwa
rumah mereka lagi berantakan, ada pula yang mengatakan bahwa mereka sibuk. Hal itulah yang
membuat penulis sibuk untuk melakukan kunjungan. Namun ada beberapa yang dari keluarga
yang menerima saya dengan baik.

Mereka antara lain:

 Keluarga dari Bapak Ronald Oley dan ibu Deby Untu.

Pasangan ini dianugerahi kedua orang anak perempuan. Anak perempuan pertama
bernama, Teresia Oley, sering dipanggil Tere, berusia 10 tahun. Anak kedua bernama, Clara
Oley, biasa dipaggil Lala. Bapak Ronald atau yang sering dikenal sebagai Pak Onal, bekerja
sebagai distributor barang-barang jualan kios seperti ciki, minuman-minuman berkemasan dan
snack-snack, untuk disalurkan kepada pedagang di daerah Halmahera utara, yang telah mejadi
langganannya. Pekerjaan ini biasa disebut dengan istilah kanvas. Ibu Deby sendiri bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Namun pada bulan April 2023 mereka sekeluarga berpindah domisili
ke Negara Amerika Serikat (USA).

 Keluarga dari Bapak Eki Maramis dan Ibu Nona Sigarlaki.

Pasangan suami istri ini memiliki 4 orang anak yang terdiri dari 3 laki-laki dan 1 orang
perempuan. Mereka adalah: Valen maramis, Rio Maramis, Jill Maramis dan Vena Maramais.
Kini, anak pertama dan kedua mereka telah memiliki pasangannya masing-masing dan
mempunyai masing-masing 1 orang anak. Valen Maramis memiliki Pasangan bernama Angel
Goehima, dan anak mereka bernama Louis Maramis, dan Rio Maramis memiliki pasangan
bernama Bella Sembel. Kedua pasangan ini meski sudah dikaruniai 1 orang anak perempuan
Page |8

yang cacntik bernama Felli Maramis, namun mereka belum diberkati dalam ikatan perkawinan
yang sah baik secara sipil dan gereja. Jill bekerja sebagai tukang kanvasi, dan Vena baru lulus
SMP dan sementara mempersiapkan idi untuk masuk dalam jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA).

 Keluarga dari Bapak Wahyudi Prasetyo dan Ibu Ansye Kalalo

Sepasang suami istri ini dikaruniai dua orang anak yakni, Juan Prasetyo dan Ayu
Prasetyo. Kedua-duanya telah meyelesaikan studi dan mendapatkan gelar dari kampus mereka
masing-masing. Kini, Juan Prasetyo telah bekerja di kapal pesiar. Keluarga ini, banyak menjadi
panutan dan buah bibir positif di tengah umat karena mereka dianggap yang paling harmonis
mewakili keluarga-keluarga yang ada. Bapak Yudi sendiri bekerja sebagai satpam di salah satu
Bank BRI yang ada di daerah Airmadidi. Dan ibu Ansye bekerja sebagai tukang jahit. Meski
demikian, mereka sangat senang jika sosok biarawan/i atau pun calon imam maupun imam
berkunjung ke rumahnya.

Dengan demikian, penulis hanya mengambil 3 keluarga sebagai bukti penulis memang
benar-benar mengunjungi umat yang berada di stasi sawangan, tempat dimana penulis
melakukan weekend pastoral.

5. Strategi Pendekatan dengan Umat

Kesan pertama ketika penulis berada di tempat weekend, yakni stasi St. Theresia
Sawangan, yakni penulis merasa bahagia karena antusias umat yang senang dan menyambut
penulis dengan senyuman dan teguran bersifaat sapaan tanpa ragu dan malu. Namun menjelang
beberpa bulan, penulis ingin mengetahui apa yang disukai oleh umat tersebut agar penulis boleh
lebih dekat menjalin keakraban dengan mereka. Mungkin bawaan penulis yang memiliki sikap
pemalu dan ragu-ragu, membuat penulis agak kesulitan untuk membangun relasi lebih dekat
dengan umat stasi yang ada. Hingga pada akhirnya, penulis men-sharing-kan hal tersebut denga
pastor Angki Kandunmas yang pada waktu itu sudah lebih dahulu betugas membantu pastor
Johanis Pinontoan di paroki. Dan masukan yang sangat bagus diberikan oleh pastor Angky
kepada penulis untuk diterapkan. Saran yang diberikan, yakni jika penulis ingin dekat dengan
umat maka lihat dari beberapa segi; pertama, apa yang paling disukai oleh ibu-ibu. Apa yang
Page |9

paling disukai oleh kaum bapak, dan yang ketiga, penulis harus mengetahui apa yang paling
disukai oleh OMK, dan anak-anak sekami.

Setelah mendengarkan masukan dari pastor Angki Kandunmas, penulis mulai mencari
tahu apa yang disukai oleh mereka. dan akhirnya, penulis menemukan bahwa untuk bisa dekat
dengan ibu-ibu, maka penulis harus bisa joget lagu-lagu yang berbauh senam, seperti lagu meti
kei, lagu let me be there, lagu tobelo, dll. Namun yang menjadi kesulitan yakni penulis tidak
terlalu suka dengan joget-joget. Tapi penulis berusaha untuk latihan lagu-lagu yang ada dan pada
akhirnya penulis bisa mengajari mereka. Dan hal tak terduga terjadi, yakni para ibu senang dan
selalu meminta kepada penulis untuk melatih mereka jika ada waktu luang. Dan disitulah terjadi
kedekatan antara penulis dengan para. Berbeda dengan kaum kamu ibu, untuk melakukan
pendekatan dengan bapak-bapak, mereka lebih suka karaoke dan diselingi dengan miras (cap
tikus). Hal ini membuat penulis kesulitan sebab penulis tidak suka dengan miras. Namun budaya
di daerah ini memang demikian dan kebiasaan bapak-bapak seperti itu, maka penulis berusaha
untuk menyesuaikan dengan semuanya itu. Strategi mendekatkan diri dengan bapak-bapak dan
cara itu bukan saja berhasil tetapi memberi dampak positif. Sebab pengalam penulis ada seorang
bapak yang jarang masuk gereja. Namun setelah menggabungkan diri dengan bapak tersebut dan
para bapak lainnya untuk karaoke bersama di awal tahun yang baru akhirnya dia mulai
menceritakan alasannya jarang masuk Gereja. Melalui beberapa masukan dan saran dari penulis,
bapak tersebut akhirnya tiap hari minggu selalu hadir di dalam Gereja untuk mengikuti Perayaan
Sabda ataupun Perayaan Ekaristi.

Lantas bagaimana dengan OMK dan Sekami? Untuk dapat membangun realsi dengan
OMK, pastor Angki menyarankan kepada saya untuk sering mengumpulkan mereka dan men-
sharing-kan serta menceritakan pengalaman-pengalaman unik yang berkesan serta libatkan
mereka dalam liturgi gereja. Dan hal terbeut berhasil. Penulis mulai mendekatkan diri dengan
omk, mengajak mereka melakukan pertemuan kecil-kecilan serta melakukan apa yang dikatakan
pastor Angki. Dan akhirnya, tanpa meminta mereka sering menawarkan diri untuk menjadi
petugas liturgi bahkan ketika tidak ada pertemuan-pertemuan, mereka selalu bertanya-tanya,
sebab kata mereka, jika ada pertemuan-pertemuan membuat mereka merasa bahagia dan senang
walau hanya beberapa orang saja. Yang terakhir melakukan pendekatan dengan anak-anak
sekami. Penulis menemukan cara untuk membangun relasi bersama mereka yakni, menceritakan
P a g e | 10

cerita santo-santa, berkumpul dan bernyanyi bersama dapat membuat mereka bahagia dan
merasa lebih dekat dengan penulis.

6. Mendekatkan Umat dengan Tuhan Lewat Adorasi

Setelah membangun relasi dengan umat melalui beberapa cara dan akihirnya penulis
mulai mengajak umat untuk lebih dekat dengan melalui adorasi bersama. Penulis ingin agar umat
dapat mampu mengenal Tuhan lebih dalam melalui keheningan. Karena melalui keheninganlah
Tuhan hadir. Hal yang tak terduga, terdengar isak tangis dari beberapa ibu. Penulis akhirnya
merasa bersalah karena tidak mampu membawa mereka lebih dekat dengan Tuhan. Namun
setelah adorasi, seorang ibu menjelaskan alasan kenapa dia menangis, katanaya dia sudah lama
tidak mendapatkan momen keheningan seperti ini, sehingga ia sangat terharu. Penulis mengakui
bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam diri penulis. Namun penulis berusaha untuk
memberikan segala yang terbaik kepada umat sebagai bentuk balas budi kepada umat yang telah
dengan susah payah membiayai penulis yang berada di tempat ini.

7. Memberikan Pelatihan-pelatihan

Sadar akan kekurangan yang masih terjadi di tengah umat, maka penulis berusaha untuk
memberikan pelatihan-pelatihan seperti, tata acara membaca Kitab suci, sikap-sikap liturgi dan
juga mengajari umat untuk menyanyi embolisme pada TPE yang baru. Hal itu memang sudah
menjadi tanggung jawab dan tugas dari penulis sendiri. Tetapi, lebih daripada itu umat masih
sangat cenderung terikat dengan TPE lama, jadi tidak dapat hanya memberikan pelatihan sekali.
Terkadang selesai ibadat pada hari minggu, penulis haru secara ulang-ulang memberikan
penjelasan kepada umat tentang tata cara liturgi menurut TPE yang baru. Penulis juga
mengingatkan akan sikap-sikap liturgi. Saat kapan harus duduk, berdiri danbn berlutut.

8. Menjalin Kerukunan dengan Para Pemimpin Jemaat Kristen

Umat Stasi santa Theresia Sawangan memiliki jumlah umat yang tegolong minoritas di
desa sawangan sendiri. Karena itu, agar setiap kegiatan keagamaan yang nantinya akan dibuat di
P a g e | 11

luar Gereja tidak diganggu oleh hal-hal yang tak terduga, maka penulis berinisitif untuk
membangun relasi dengan jemaat-jemaat Kristen pada umumnya, dan juga menjalin relasi
dengan para pendeta yang bersada di sana, melalui ibadat ekumene. Hal ini bertujuan agar
penulis sendiri bole membangun relasi yang baik dengan mereka, tetapi juga dapat menunjang
kegiatan-kegatan gerejani untuk bisa berjalan dengan lancar. Awal ketika mulai membangun
relasi dengan para pendeta dan jemaat Kristen di desa sawangan, pemimpin mulai merasa ragu
dan sedikit malu, jangan-jangan nanti penulis ditolak, diusir, dll. Tapi mereka semua sangat baik
dan menerima penulis dengan penuh senyuman dan kehangatan. Hingga akhirnya penulis bisa
membangun relasi dengan mereka. Saat ada acara-acara besar keagamaan seperti Paskah, mereka
mengundang penulis untuk ikut hadir dalam kegiatan yang mereka selenggarakan di Gereja
GMM Abraham Sawangan. Dan penulis merasa sangat senang boleh mengambil bagian bersama
mereka.

9. Berkunjung dan Mendoakan Orang Sakit Bersama Sekami

Sebelumnya, penulis membuat satu program yang akan dijalankan, yakni mengunjungi
orang sakit. Namun ternyata, hal itu telah diprogramkan oleh para Pembina sekami yang ada.
Sehungga penulis menyesuaikan dengan sekami. Penulis dan sekami mengunjungi orang sakit
yang merupakan suami dari ibu Kostor yang bernama Bapak Dayat. Beliau memiliki riwayat
sakit yang cukup serius, mengakibatkan sehingga beliau harus beristirahat terus di rumah, dan
tak bisa ke Gereja. Karena itu, setelah selesai ibadat pada hari minggu, penulis mengusulkan
kepada para pembina sekami untuk pergi mengunjungi orang sakit yang berada di stasi. Dan
kami mendengar bahwa bapak Dayat sedang sakit. Sehingga kami memutuskan untuk
mengunjung beliau dirumahnya bersama dengan anak-anak sekami yang ada. Di sana, kami
mendoakan dan bercerita dengan beliau. Sesudah itu, ada yang beberapa anak sekami yang
melucu di depan beliau dengan tujuan untuk menghibur beliau yang sementara sakit.

10. Mengunjungi Waruga

Setelah cukup lama penulis menjalankan kegiatan weekend pastoral di stasi St. Theresia
Sawangan, rasanya cukup kurang untuk penulis tidak mengunjungi satu tempat wisarta cagar
P a g e | 12

alam yang sangat terkenal di sana. Akhirnya, penulis meminta kepada seorang umat yang
bernama Pak Handri untuk mengantar penulis berkunjung ke wisata cagar alam yang dikenal
dengan nama Waruga. Saat berada di tempat tersebut, beliauyang sangat paham dengan sejarah
Waruga mulai menjelaskan kepada penulis apa itu Waruga. Beliau menjelaskan bahwa; waruga
merupakan sebuah kuburan tua yang terbuat dari batu berbentuk segitiga. Setiap kuburan,
memiliki ciri khas dan latar belakangnya tersendiri. Wisata waruga yang berada di desa
Sawangan letaknya tidak jauh dari Gereja Katolik, hanya ± 100 m. Waruga tersebut merupakan
waruga yang pertama dan tertua di daerah Sulawesi Utara. Banyak wisatawan dari luar negeri
yang berkunjung ke desa tersebut hanya untuk ingin dapat melihat wisata Waruga.

Meski demikian, pada malam hari, banyak anak muda yang berkunjung, rekreasi di
sekitaran waruga tersebut. Kata mereka, tempat itu tidak angker. Bahkan ada yang sampai
tertidur di tempat itu. Banyak cerita sejarah peninggalan yang berbauh mistis dari kuburan
tersebut. Diceritakan bahwa, latar belakang adanya kuburan waruga, berasal dari tat acara orang-
orang Kolonial Belanda pada zaman dahulu yang membuat itu. Kuburan itu, berdiri seperti
rumah-rumah kecil. Sehingga dapat dipastikan bahwa orang yang telah meninggal, otomatis
dikubur dan dimasukan dalam waruga tidak dengan cara tidur melintang melainkan dimakamkan
dengan cara mayat di posisikan berlutut. Kebiasaan itu hilang setelah masuknya bangsa Portugis
dan terjadinya wabah yang diperkirakan berasal dari kuburan tersebut. Akhirnya diputuskan
untuk orang mati dikuburkan dengan layak dan dengan cara ditidurkan seperti yang dilakukan
pada umumnya.
P a g e | 13

BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Weekend Pastoral merupakan sebuah kegiatan dimana setiap frater maupun katektik
diutus dari kampus ke paroki-paroki untuk mengalami kehidupan umat. Kegiatan itu juga
bertujuan agar setiap mahasiswa yang diutus baik frater maupun kateketik mampu memahami
keadaan umat dan memberikan sumbangsi-sumbangsi positif kepada mereka. Hal ini diharpakan
pula agar bak para frater maupun para kateketik yang diutus untuk dapat memberikan subangsi
yang baik dengan menambah kekayaan iman umat kepada Tuhan dan mendekatkan mereka
kepada-Nya. Namun bukan saja itu yang diharapkan. Tapi lebih dari pada itu, tentu dirapakan
pula agar ada hal-hal positif yang dapat maahasiswa weekend pastoral dapat mengambilnya dari
umat agar bole menjadi bilanglah bekal, sehingga nantinya berada dan hidup di tengah-tengah
umat, mahasiswa bole menerpkan apa yang baik itu.

Menjalani hidup di tengah-tengah umat, bukanlah satu hal yang mudah. Namun akan
mudah jika semuanya itu dijalankan dengan tulus dan penuh tanggung jawab. menjalani
kehidupan bersama di tengah-tengah umat tentu tidak selalu berjalan mulus baik adanya. Tetapi
ada pula masalah-masalah yang terjadi di tengah umat yang harus dimaklumi dan juga harus
memberikan jalan tengah. Hidup menggereja di tengah umat, tidaklah gampang. Tapi sebagai
seorang pemimpin umat, haruslah berani untuk menunjukkan sikap yang baik seperti yang
dilakukan oleh Kristus sendri yang dapat menjadi pedoman bagi orang lain.
P a g e | 14

REFLEKSI

Stasi Sta. Theresia Sawangan, merupakan tempat dimana saya melakukan Weekend
Pastoral selama ± sepuluh bulan. Tentu selama menjalani masa weekend Pastoral, ada banyak
pengalaman yang saya dapatkan. Menjalani hidup bersama dengan umat, tentu sangat berbeda
jika hidup bersama dengan teman-teman frater di seminari. Di tengah umat yang minoritas, saya
diharuskan untuk dapat menjaga wibawa sebagai seorang frater. Tentu mengenai hal ini, saya
ingat akan pesan dari pastor Costan Ohoira sewaktu masih berada di Tahun Orientasi Rohani
Pondok Emaus. Beliau mengatakan bahwa; “Jika kalian berada di tengah-tengah umat, jangan
pernah merasa bangga karena ingat ada 50% yang tidak senang dengan Kehadiranmu.
Sebaliknya jangan sedih jika ada sedikit masalah yang dialami karena ada 50% orang yang
senang dengan kehadiranmu”. Dan hal ini saya tanamkan jika berada di tengah-tengah umat.
Menjaga wibawa dan status merupakan bagian dari tanggung jawab saya. Namun saya sadar
sering kali secara tak sadar, saya melakukan keslahan-kesalahan kecil secara tidak sengaja. Tapi
saya selalu menjadikan itu sebagai pelajaran. Seringkali tanpa sadar dan meluap begitu saja, saya
memarahi umat. Saya sadar seharusnya kehadiran saya untuk mengajari mereka apa yang saya
ketahui, bukan justru memarahi mereka.

Selama menjalani masa weekend, dan melalui banayk pengalaman yang saya dapat, serta
setelah melihat kehidupan umat, menajadi seorang frater atau pastor itu lebih enak. Tidak sedikit
keluarga-keluarga muda di stasi yang keluarganya jarang terlihat harmonis. Hal ini saya dapat
melihatnya, dari mata kepala sendiri. Dan hal inilah yang mebuat saya semakin percaya bahwa,
ternyata saya tidak salah memilih untuk menjadi seorang calon imam. Ternyata menjalani
kehidupan berkeluarga, tidak segampang yang dipikirkan oleh kebanyakan orang. Menikah dan
P a g e | 15

menjalani hubungan rumah tangga, ternyata lebih sulit daripada menajlani status atau menjalani
kehidupan sebagai frater atau pastor pada umumnya, pengalaman ini yang membuat saya untuk
semakin kokoh mempertahankan panggilan. Bahkan satu waktu, ada seorang anak muda yang
baru saja bercerai dengan istrinya yang beru satu tahun menikah, dia bertanya kepada saya
gambaran kehidupan di seminari pada umumnya, dan juga dia bertanya apakah dia masih boleh
untuk masuk seminari. Mendengar hal tersebut, saya merasa sedih dan spoantan bertanya dalam
diri, serumit itukah kehidupan rumah tangganya sampai belum lama menikah dan belum lama
berpisah dengan istrinya, dia harus memilih untuk masuk seminari? Walaupun kalaudipikirkan
mungkin dia hanya menjadikan seminari sebagai tempat pelarian. Tapi saya berpikir yang lain
bahwa, begitu banyak kerinduan orang di luar sana untuk masuk seminari, tetapi saya di seminari
terkadang tidak taat mengikuti aturan hidup yang ada. Seharusnya saya bersyukur bahwa dari
sekina banyak orang di luar sana yang ingin masuk seminari, saya salah satu yang dipanggil
Tuhan untuk menjalani panggilan ini. Dan kini saya sadar dan seharusnya saya bersyukur bisa
menjalani hidup sebagai seorang frater.

Banyak hal berkesan yang telah dibuat oleh umat stasi Sawangan dari sekian banyak hal
itu, saya belajar dari mereka untuk menghargai orang lain. Walaupun kebanyakan umat di sana,
hanya tamatan SMP dan SMA, namun yang membuat saya belajar dari mereka yakni sopan
santun dan tanggung jawab serta cara menegur orang. kebiasaan umat di sawangan, mereka
sangat sopan terhadap satu dengan yang lain, dimana jika ada orang yang bertemu mereka,
seklipun tidak kenal mereka akan tetap beresikap ramah dengan senyuman ketika bertatapan
muka dengan orang lain. Di sisi lain, mereka sangat aktif dan penuh tanggung jawab dalam
menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan. Hal ini pula menjadi satu teguran kepada, saya
bahwa sering kali saya sering lalai dalam tanggung jawab yang dipercayakan. Namun melalui
pengalaman ini, saya belajar untuk lebih berani bertanggung jawab. terutama bertannggung
jawab terhadap tugas yang dipercayakan. Bagi mereka, tanggung jawab terhadap kepercayaan
yang diberikan orang lain, merupakan bentuk rasa pengharggaan kepada orang yang memberikan
kepercayaan. Sebab jika tanggung jawab dijalankan dengan baik, maka semua orang akan senang
terhadap kita.
P a g e | 16

 Lampiran

Ket. Foto bersama KBK, WKRI, SEKAMI, dan OMK


P a g e | 17

Ket. Foto bersama Para pemimpin agama Kristen (non-Katolik )di Gereja Katolik St. Theresia
Sawangan (selesai ibadat ekumene)

Ket. Misa pembaptisan anak-anak dari pasangan yang menikah secara Katolik. Bapak Ronny dan
Ibu Jein
P a g e | 18

Ket. Ibadat Minggu Palma, Kamis, Putih dan Jumat Agung

Anda mungkin juga menyukai