Anda di halaman 1dari 2

RESENSI BUKU

Judul Buku : Dinamika Hidup Menggereja di Paroki, Vikariat dan Keuskupan Agung Medan
Penulis : Dr. Togar Nainggolan (P. Herman Nainggolan, OFM Cap)
Penerbit : Bina Media Perintis
Tahun Terbit : 2022

Suatu sumbangan penting bagi Gereja khususnya Keuskupan Agung Medan (KAM) kembali
diberikan oleh P. Herman Nainggolan, OFM Cap. Sumbangan penting yang dimaksud ialah sebuah
buku berjudul “Dinamika Hidup Menggereja di Paroki, Vikariat, dan Keuskupan Agung Medan”. Buku
ini menjadi sangat penting karena terbit tepat di saat Gereja Universal tengah mengupayakan
semakin terwujudnya Gereja Sinodal. Sikap “mendengar dengan hati” adalah satu unsur penting
yang semestinya ada dalam Gereja Sinodal. Dan buku yang ditulis oleh P. Herman ini kiranya menjadi
sarana bagi Gereja untuk “mendengar” situasi konkret perihal hidup menggereja di KAM.

Situasi konkret itu yang “diperdengarkan” lewat buku ini adalah hasil dari berbagai
penelitian baik itu penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan yang dilakukan oleh P.
Herman selama kurun waktu 10 tahun yaitu tahun 2007 hingga 2017. Penelitian dilaksanakan
terhadap berbagai paroki, vikariat dan juga keluarga-keluarga Katolik yang ada di KAM. Faktanya
KAM memiliki konteks pastoral yang cukup beragam lantaran adanya berbagai latar belakang
kebudayaan di wilayah-wilayahnya. Karena itu biarpun sama-sama di wilayah KAM, ternyata wilayah
yang satu dengan wilayah lain memiliki kekhasan konteks pastoralnya. Buku ini menyajikan kepada
para pembaca kekayaan keragaman itu.

Pada bab pertama dan kedua P. Herman memaparkan perihal dinamika hidup menggereja
di wilayah Vikariat St. Yakobus Rasul Tanah Karo. Sejak dimulai oleh P. Elpidius van Duijnhoven, OFM
Cap terjadi perkembangan Gereja yang sangat pesat di wilayah Tanah Karo. P. Herman melihat
bahwa ada beberapa tantangan dan peluang yang perlu diperhatikan agar perkembangan Gereja di
Tanah Karo tetap berlangsung.

Selanjutnya pada bab ketiga, penulis memaparkan dinamika hidup menggereja di wilayah
Tapanuli. Di bab ini para pembaca akan melihat metode-metode khas para misionaris Katolik di
Tapanuli. Metode khas inilah yang membuat misi para misionaris Katolik berhasil meskipun para
misionaris Protestan sudah lebih dulu hadir di Tapanuli. Metode yang dimaksudkan misalnya bahwa
para misionaris Katolik itu tidak melarang pelaksanaan adat masyarakat setempat sejauh tidak
bertentangan dengan iman. Selain itu metode yang khas dari para misionaris Katolik ini adalah
pendekatan khas mereka terhadap orang sederhana dan miskin.

Bab keempat dan kelima dalam buku ini membahas perihal dinamika hidup menggereja di
Vikariat St. Thomas Rasul Samosir. Ditampilkan hasil penelitian lapangan yang pernah dilakukan
dalam rangka evaluasi hidup menggereja pada perayaan Yubileum 75 tahun Gereja Katolik di
Samosir. Dari hasil penelitian tersebut disadari bahwa ada beberapa hal yang mesti diberi perhatian
khusus oleh Gereja di Samosir saat ini misalnya kepedulian terhadap lingkungan hidup dan juga
relasi Gereja Katolik dengan berbagai denominasi Gereja Protestan dan dengan elemen masyarakat
lainnya.

Dalam bab keenam hingga kedelapan dibahas perihal dinamika hidup menggereja di wilayah
Kota Medan. Ada dua hal yang menonjol dalam kehidupan menggereja di Kota Medan yaitu
pesatnya pertumbuhan umat Katolik ketimbang di wilayah Tapanuli maupun kota-kota lain dan juga
ciri pluralitas baik etnis, agama maupun budaya yang mewarnai situasi menggereja di Kota Medan.
Dalam bagian ini P. Herman menyajikan hasil penelitian lapangan terhadap hidup menggereja di dua
paroki di Kota Medan yaitu Paroki Padre Pio Helvetia dan juga Paroki St. Antonius Padua Hayam
Wuruk.

Pada bab kesembilan P. Herman menyajikan keadaan keluarga-keluarga Katolik di KAM


berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilakukannya dalam rangka Sinode VI KAM tahun 2016.
Dari hasil penelitian ini beberapa hal perlu mendapat perhatian untuk peningkatan mutu beriman
keluarga Katolik misalnya aspek pengetahuan dan pendalaman iman di keluarga-keluarga, juga
keadaan ekonomi keluarga Katolik di KAM, dan relasi keluarga Katolik di KAM dengan adat istiadat.

Bab kesepuluh menyajikan hal yang juga cukup menarik yaitu hasil penelitian P. Herman
terkait kurangnya kehadiran kaum bapak di Gereja dan doa lingkungan. Ditemukan beberapa hal
yang diyakini sebagai penyebabnya misalnya kurangnya pengetahuan akan agama Katolik,
kurangnya kreativitas dalam kegiatan Gereja, dan berbagai alasan lainnya termasuk alasan ekonomi
dan budaya. Oleh karena itu P. Herman dalam buku ini menawarkan beberapa solusi yang kiranya
dapat meningkatkan kehadiran kaum Bapak tersebut.

Pada bab terakhir dari buku ini, P. Herman menerangkan perihal interkulturasi iman yang
merupakan langkah lebih jauh dari proses inkulturasi. Interkulturasi berarti relasi dialogal antara
adat dan iman Kristen. Dalam dialog tersebut ada prinsip saling menghargai dan saling memperkaya.
Interkulturasi diyakini oleh P. Herman menjadi sangat aktual dilakukan di KAM ini agar adat dan
agama dapat bersama-sama menjadi jalan hidup dan kehidupan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Uskup Agung Medan Mgr. Kornelius Sipayung, OFM
Cap pada kata pengantarnya bahwa memang temuan yang disajikan dalam buku ini menjadi
informasi penting untuk mengetahui situasi Gereja KAM saat ini. Dengannya akan dilihat apakah
Gereja KAM telah maju atau belum maju dalam hidup menggereja. Karena itu sudah sepantasnyalah
Gereja KAM khususnya para petugas pastoral yang melayani di wilayah KAM ini baik itu dari dalam
atau luar wilayah KAM membaca buku ini agar sungguh mengenal situasi hidup menggereja di KAM
yang beragam dan khas. Dengan membacanya diharapkan mereka pun dapat merancang serta
melaksanakan program pastoral yang relevan untuk Gereja KAM. Salah satunya ialah menggalakkan
katakese secara lebih serius dan sesuai zaman.

Buku ini juga kiranya menggerakkan para pembaca khususnya para petugas pastoral di KAM
untuk memberi perhatian khusus dalam pembinaan kaum muda. Dan satu poin penting yang juga
disuarakan oleh buku ini adalah peningkatan program pengembangan sosial ekonomi demi
menolong umat KAM yang berdasarkan penelitian kebanyakan termasuk dalam golongan ekonomi
lemah. Pembenahan-pembenahan itu memang sangat diperlukan agar Kerajaan Allah semakin
dialami khususnya di wilayah KAM.

Sdr. Arie Saragih, OFM Cap

Anda mungkin juga menyukai