Anda di halaman 1dari 25

Mewujudkan Peradaban Kasih dengan menjadi Gembala yang Berbau Domba

melalui Tiga Tugas Imamat Kristus di Paroki Kotabaru

(Observasi Kepemimpinan Pastor Paroki St. Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta)

1. Pengantar

Paroki St. Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta merupakan salah satu paroki tua
yang diresmikan tanggal 26 September 1926 oleh Mgr. Antonius van Velsen, S.J., Uskup
Jakarta yang membawahi Jawa Tengah dan DIY. Nama pelindung St. Antonius Padua
disematkan atas permintaan pemberi nama dari Belanda. Secara administratif, paroki ini
terletak di teritori Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta Timur, Keuskupan Agung
Semarang (KAS). Lokasi tepatnya di Jl. Abubakar Ali No. 1, Yogyakarta. Adapun batas-
batas gerejawi paroki ini adalah sebagai berikut. Sebelah utara berbatasan dengan Paroki St.
Albertus Magnus Jetis dan Paroki Keluarga Kudus Banteng, sebelah timur berbatasan dengan
Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung dan Paroki Kristus Raja Baciro, sebelah selatan
berbatasan dengan Paroki St. Yusuf Bintaran dan Paroki Fransiskus Xaverius Kidul Loji,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Paroki Hati Santa Maria Tak Bercela Kumetiran.1

Berdasarkan data umat paroki tahun 2022, jumlah umat Katolik yang berdomisili di
Paroki Kotabaru ialah 3.159 jiwa dan 1.534 keluarga. Mereka dibagi ke dalam 5 wilayah dan
24 lingkungan.2 Semua wilayah di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru tidak ada yang
mempunyai kapel. Letak geografis yang sangat strategis di tengah kota ini serta dikelilingi
sekolah-sekolah seperti SMA Stella Duce, kampus Pendikkat Sanata Dharma, SMAN 3,
SMPN 5, UGM, UKDW membuat Paroki Kotabaru banyak dihadiri oleh para umat
pendatang saat mengadakan Perayaan Ekaristi, khususnya oleh para mahasiswa, siswa, dan
pekerja yang tinggal di sekitar paroki serta umat-umat dari paroki lain yang ingin sekadar
merasakan suasana Ekaristi di tengah kota. Maka dari itu, tidak mengherankan jika rata-rata
jumlah umat yang hadir pada Perayaan Ekaristi Mingguan bisa mencapai 9.000-11.000
umat.3

Jika dibandingkan dengan jumlah umat asli yang berdomisili di teritori Paroki
Kotabaru, tentu jumlah umat pendatang mencapai hampir tiga kali lipat lebih banyak. Itulah

1
Paroki Kotabaru. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Pastoral Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
(Yogyakarta, 2021), 30.
2
Data Sekretariat Paroki St. Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta; Paroki Kotabaru. Pedoman Pelaksanaan
Pelayanan Pastoral Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru (Yogyakarta, 2021), 32.
3
Paroki Kotabaru, 2023, “Sejarah Gereja”, dalam < https://parokikotabaru.org/sejarah-gereja/>.

1
sebabnya, sejak tahun 2000, oleh Romo Yohanes Rasul Widadaprayitna, S.J. Paroki Kotabaru
memberi penekanan baru dalam reksa pastoralnya menjadi “Gereja Terbuka”, yaitu Gereja
yang tidak dibatasi oleh lingkungan-lingkungan teritorial. 4 Sebagai “Gereja Terbuka”,
konsekuensinya Paroki Kotabaru membuka pintu bagi siapa saja yang ingin terlibat dalam
seluruh pelayanan dan kegiatan Gereja, mulai dari putra-putri altar (papita), lektor, kor
prodiakon, penghias altar, OMK, petugas Kobar Digital Service (KDS), sampai ke pelayanan
patalaks (petugas tata laksana). Sebagai bentuk konkret dari upaya penerapan konsep “Gereja
Terbuka”, gedung gereja Paroki Kotabaru dibuka setiap hari dari pukul 05.00 sampai dengan
pukul 20.00 WIB bagi umat yang datang untuk berdoa. 5 Lebih jauh lagi, menyelami dan
mengenal lebih dekat aktivitas harian di pastoran akan terlihat bahwa “Gereja terbuka”
ternyata tidak terbatas pada pelayanan altar-liturgi. Pastoran Kotabaru
menjadi “jujugan” para pasien yang dirawat di RS Panti Rapih, RS Bethesda, RS Sardjito,
RS DKT Dr. Sostarto yang ingin mendapatkan pelayanan sakramen; belum yang menyangkut
urusan ekonomi, sosial, pendidikan, keluarga, dll. “Tambahnya urusan” ini bukan dirasa
sebagai beban, tetapi lebih merupakan kelimpahan berkat dari pilihan menjadi “Gereja
terbuka” tadi. Sebagaimana diharapkan Bapa Suci Fransiskus, semoga “pintu-pintu” Gereja
Kotabaru selalu dalam keadaan terbuka sewaktu ada orang yang mau masuk untuk berdoa
atau ada orang yang ingin kembali dari perjalanan:

“Gereja dipanggil untuk menjadi rumah Bapa, dengan pintu-pintu yang selalu
terbuka. Satu tanda nyata dari keterbukaan seperti itu adalah bahwa pintu-pintu
gereja kita hendaknya selalu terbuka, sehingga jika ada seseorang, digerakkan oleh
Roh, datang ke sana mencari Allah, ia tidak akan mendapati sebuah pintu yang
tertutup…” (EG 47).

Dengan mencanangkan “Gereja Terbuka”, peran Pastor Paroki yang secara resmi
diberi tugas oleh Uskup Agung KAS untuk menjalankan reksa pastoral6 di Paroki Kotabaru
pun juga perlu menyesuaikan diri. Untuk saat ini, Paroki Kotabaru dilayani oleh Romo
Macarius Maharsono Probho, SJ. Dalam menjalankan perannya, Romo Maharsono dibantu
oleh Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ sebagai Pastor Vikaris, serta didampingi
Romo Florentinus Hasto Rosariyanto, SJ. yang mempunyai tugas utama sebagai dosen

4
Paroki Kotabaru. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Pastoral Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
(Yogyakarta, 2021), 21.
5
Albertus Hani Rudi Hartoko, SJ, Profil Paroki SJ (Yogyakarta: Kanisius, 2013), 168.
6
Keuskupan Agung Semarang, Pedoman Dasar Pelayanan Pastoral Paroki Keuskupan Agung Semarang
(Semarang: KAS, 2020), pasal 5, nomor 1.

2
teologi di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma. Ketiga imam ini saling bahu-
membahu menjalankan tugas imamat Kristus (Tria Munera Christi), yakni sebagai nabi atau
guru dengan tugas mengajar (munus docendi), sebagai raja atau gembala dengan tugas
menggembalakan (munus pascendi/regendi), dan sebagai imam dengan tugas menguduskan
(munus sanctificandi) dalam reksa pastoral di Paroki Kotabaru.7

Seperti apa kebijakan dan pelaksanaan tugas imamat Kristus yang dihayati oleh Pastor
Paroki Kotabaru? Dalam tulisan ini, hendak kami paparkan profil kebijakan dan pelaksanaan
tugas pastor paroki dalam tiga tugas imamat Kristus berdasarkan hasil observasi dan metode
wawancara baik dengan Pastor Paroki maupun umat di Paroki Kotabaru.

2. Tugas Mengajar (Munus Docendi)

Tugas mengajar dipercayakan oleh Kristus kepada Gereja. Gereja mempunyai tugas
untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa.8 Seperti para nabi, menjadi imam bukan
pertama-tama suatu jabatan atau status, tetapi atas dasar panggilan kharismatis dari Allah
(mis. Am. 7:14-15). Para imam sebagai pembantu uskup—tidak terkecuali Pastor Paroki
Kotabaru—pun terikat oleh tanggung jawab dalam mengemban tugas mengajar ini. Di Paroki
Kotabaru, tugas mengajar dilaksanakan secara konkret melalui pelayanan sabda, pengajaran
kateketik, perhatian pada sekolah-sekolah di teritori Kotabaru, dan pengajaran Spiritualitas
Ignatian. Berikut ini adalah gambaran umum kebijakan dan pelaksanaan tugas mengajar yang
diemban oleh Pastor Paroki Kotabaru

2.1. Pelayanan Sabda

Di Paroki Kotabaru, tugas mengajar ini dilaksanakan oleh Pastor Paroki (bersama
dengan Pastor Vikaris Paroki)—Romo Mahar, Romo Fajar, dan Romo Hasto—pertama-tama
lewat pelayanan sabda. Secara khusus, pelayanan sabda ini dilakukan dalam setiap
kesempatan homili pada saat Perayaan Ekaristi bersama dengan umat. Di Paroki Kotabaru,
Perayaan Ekaristi Harian diadakan tiga kali sehari dari hari Senin sampai dengan Sabtu, yakni
pada pukul 05.30, 06.05, dan 17.30 WIB. Khusus pada hari Sabtu, Perayaan Ekaristi Harian
hanya diadakan pada pukul 05.30 dan 06.05 WIB. Sementara itu, setelah pandemi Covid-19
surut, Perayaan Ekaristi Mingguan sedikit diubah dari tujuh kali menjadi enam kali, mulai
dari hari Sabtu (16.30 dan 18.30 WIB) hingga Minggu (07.00. 09.00. 16.30, dan 18.30 WIB).
Kini, Perayaan Ekaristi live streaming ditiadakan supaya umat kembali aktif mengikuti misa
di Gereja karena hakekat misa itu diadakan untuk memenuhi kebutuhan rohani umat yang
7
Bdk. Lumen Gentium (LG) 21.28.
8
Bdk. Kan. 747 §1.

3
kala itu tidak bisa ke Gereja.9 Kini misa yang diunggah di kanal YouTube hanya Ekaristi
pukul 09.00, dan itu pun berupa siaran tunda dengan maksud supaya umat mempunyai
kesempatan mendengarkan kembali sabda dan homili yang dibawakan.

Menurut Romo Mahar, homili dalam setiap Perayaan Ekaristi, terutama Perayaan
Ekaristi Mingguan, harus disiapkan dengan baik. Inilah yang selalu terus diupayakan oleh
para imam yang melayani umat Kotabaru meskipun hal itu membutuhkan banyak waktu
untuk belajar, berdoa, berefleksi, dan membangun kreativitas pastoral. 10 Sepemahaman
dengan itu, Romo Fajar berpendapat bahwa homili harus dapat menjadi bekal bagi umat
untuk menjalani kehidupan sehari-hari. “Selama satu minggu, umat paroki sudah menantikan
kesempatan mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja. Bisa dibayangkan jika dalam kesempatan
homili Misa Mingguan, mereka tidak mendapat pesan apapun,” tutur Romo Fajar.11

Pada kesempatan Misa Harian, homili Romo juga tidak kalah penting. Beberapa umat
yang sekarang mulai kembali hadir dalam Misa Harian bahkan merasa justru banyak
mendapat inspirasi dari homili Romo saat Misa Harian. Ibu Eka—salah satu umat yang kerap
hadir dalam Perayaan Ekaristi harian sore merasa diperkaya dalam banyak hal melalui homili
para imam yang mempersembahkan Ekaristi. “Terkadang, homili romo mengandung unsur
teologis, terutama ketika Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Hasto yang tinggal di
Pastoran Kotabaru. Terkadang, mengandung unsur moral yang dibungkus dengan jokes
ringan,” tutur Ibu Eka.12

Bagi Romo Mahar dan Romo Fajar, di samping semua upaya pelayanan sabda lewat
homili, pelayanan sabda yang paling utama terjadi dalam perjumpaan langsung secara
personal antara Pastor Paroki dan umat.13 Maka dari itu, integritas dan kualitas hidup Pastor
Paroki sangat perlu dijaga. Dengan memiliki integritas dan kualitas manusiawi yang baik,
pelayanan sabda Allah akan makin berdaya guna kepada umat paroki.

2.2. Pengajaran Kateketik

Bentuk pengajaran lain yang dihadirkan selain pelayanan sabda melalui homili adalah
katekese digital yang bisa diakses melalui laman parokikotabaru.org, Podcast, Instagram
gerejakotabaru, Facebook, kanal YouTube, TikTok, maupun teks misa yang bisa diunduh
melalui QR code, yang semua ini masih berhubungan tugas mengajar di Paroki Kotabaru.
9
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, S.J., 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
10
Evangelii Gaudium (EG) 145. Bdk. Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret
2023, pukul 10.00 WIB.
11
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
12
Wawancara dengan Ibu Eka, 15 Maret 2023, pukul 13.00 WIB.
13
Bdk. EG 127.

4
Untuk keperluan ini Romo paroki bekerja sama dengan kelompok anak muda yang tergabung
dalam Kobar Digital Service (KDS). Penyelenggaraan katekese model ini sejatinya tidak
hanya seputar keperluan liturgi, tetapi juga untuk mengangkat isu-isu sosial atau aktual yang
terjadi di masyarakat. Menurut Romo Mahar, kelemahannya adalah rendahnya semangat
misioner dan ada keengganan untuk masuk dunia digital secara kreatif demi menghasilkan
buah. Ini jelas menjadi tantangan bagi prompang, frater, dan dewan. Romo Mahar
melontarkan pertanyaan, “What is the best service that we can offer to them?” “Kaum muda
dan digital jelas perlu diperhatikan karena mereka adalah kelompok umat yang paling banyak
datang ke Kotabaru,” lanjut Romo Mahar.14 Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah
semuanya diserahkan ke paroki sehingga ada yang tidak mau ambil bagian untuk berpastoral,
khususnya bagi kaum muda, padahal hal itu menjadi bagian pengajaran kateketik yang
penting.

Baik Romo Mahar maupun Romo Fajar sama-sama melibatkan diri dalam kegiatan
pengajaran kateketik di paroki. Menurut Romo Fajar, ruang mengajar di paroki itu selalu ada
meskipun tidak selalu formal. Misalnya memberi perhatian pada anak-anak yang datang ke
Perayaan Ekaristi dengan memberikan berkat di dahi. Biasanya ketika memberi berkat, ia
didampingi papita sehingga mereka dapat melihat dan akhirnya tertarik untuk terlibat.
Kedekatan dengan mereka perlu didesain agar anak mengalami Tuhan dengan bahagia. Peran
Pastor Paroki dalam pengajaran kateketik ialah sebagai penjamin kualitas pengajaran. Baik
pengetahuan maupun pengalaman Pastor Paroki diandaikan mencukupi untuk menjaga
kualitas kebenaran ajaran iman dalam kateketik.

Selain informal, pengajaran iman secara formal kepada umat dilakukan secara
berjenjang, mulai dari jenjang anak-anak (Pendampingan Iman Anak/PIA), jenjang remaja
(Remaja Katolik Kotabaru/RKK), jenjang orang muda (Pendampingan Iman Orang
Muda/PIOM), jenjang dewasa (Pendampingan Iman Orang Dewasa/PIOD), Catholic
Parenting, dan jenjang usia lanjut (Pendampingan Iman Usia Lanjut/PIUL, Warasemedi). 15
Setiap kegiatan pengajaran iman berjenjang itu sebagian besar justru dilakukan oleh para
katekis dan pendamping awam. Tugas Pastor Paroki lebih ke arah pengajaran kepada para
katekis dan pendamping. Dalam menjalankan perannya, Pastor Paroki kerap menempuh cara
berbagi pengetahuan dan pengalaman. Tidak jarang pula, Pastor Paroki mendatangkan
tenaga-tenaga ahli yang mumpuni untuk menjaga kualitas pengajaran para katekis dan

14
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, S.J., 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
15
Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Pastoral Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta 2021, hlm. 51.

5
pendamping iman, misalnya para tenaga pengajar Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma (Pendikkat USD) atau Pusat Pastoral Yogyakarta (PPY).

2.3. Perhatian pada Sekolah-sekolah (Katolik dan non-Katolik)

Tugas mengajar lainnya dijalankan dengan memberi perhatian pada sekolah-sekolah


Katolik yang berada dalam teritori Paroki Kotabaru. Prioritas utama yang masuk dalam
lingkup perhatian Pastor Paroki Kotabaru ialah sekolah-sekolah yang berada di bawah
Yayasan Kanisius, antara lain: TK-SD Kanisius Kotabaru dan SD-SMP Kanisius Gayam,
juga sekolah lain TPA/TK Graha Asih.16 Dalam reksa pastoral, sekolah-sekolah ini menjadi
tanggung jawab Paroki Kotabaru. Khusus untuk sekolah-sekolah Kanisius, dalam beberapa
kesempatan, Pastor Paroki pernah membantu secara finansial guna mencukupi biaya
operasional pendidikan di sana dan juga membantu mempromosikan kepada keluarga-
keluarga Katolik untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah Kanisius.17

Prioritas kedua diberikan kepada sekolah-sekolah Katolik yang dikelola oleh para
religius yang ada di teritori Paroki Kotabaru, antara lain: SMA Stella Duce 1 dan SMA Stella
Duce 2.18 Sesungguhnya, Pastor Paroki tidak memberi pendampingan sekolah-sekolah
tersebut secara langsung dalam segi administratif karena mereka sudah punya yayasan yang
mengelola. Akan tetapi, dalam kesempatan-kesempatan tertentu, Pastor Paroki memberikan
pelayanan rohani seperti Misa Pembukaan Tahun Ajaran Baru, Misa Pelajar Bulanan, Misa
Menjelang Ujian Akhir Semester, Misa Jumat Pertama, dan pelayanan sakramen tobat pada
masa Prapaskah dan Adven di sekolah-sekolah tersebut.19

Sementara itu, prioritas ketiga diberikan kepada seluruh siswa dan siswi Katolik yang
belajar baik di sekolah swasta maupun negeri, misalnya: para siswa dan siswi Katolik di
SMA Bopkri 1, SMA Bopkri 2, SMA N 3, SMP N 5, dan lain sebagainya. Di sekolah-sekolah
tersebut, ada banyak siswa dan siswi Katolik yang tentu kurang mendapatkan pendampingan
iman Katolik sebanyak mereka yang belajar di sekolah-sekolah Katolik. Bahkan, beberapa
sekolah tersebut tidak memiliki guru agama Katolik yang tetap. Berhadapan dengan situasi
semacam ini, Pastor Paroki tidak tinggal diam. Sejak tahun 2018, Paroki Kotabaru melayani
Misa Pelajar sebulan sekali bagi para siswa dan siswi Katolik yang belajar di sekolah-sekolah
negeri. Tempat dilangsungkannya Misa Pelajar tersebut ialah di Gereja Kotabaru. Sebagai
catatan, selama dan setelah masa pandemi ini, pendampingan kepada para siswa dan siswi di
16
Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Pastoral Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta 2021, hlm. 34.
17
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
18
Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Pastoral Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta 2021, hlm. 34.
19
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

6
sekolah negeri kurang terjadwal dengan baik. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah dan
perlu dicarikan solusi yang kreatif agak mereka terlayani kembali.20

Perhatian Pastor Paroki Kotabaru pada sekolah-sekolah tersebut di atas dewasa ini
mulai meluas hingga mencakup pelayanan sakramental. Beberapa siswa dan siswi yang
sebagian besar berasal dari luar Paroki Kotabaru belum menerima sakramen-sakramen
inisiasi. Menyikapi persoalan tersebut, pihak Pastor Paroki bekerja sama dengan para
pengelola sekolah mendaftar dan mengurus proses persiapan, pelaksanaan, hingga pasca
pelaksanaan penerimaan sakramen-sakramen inisiasi.21

2.4. Pengajaran Spiritualitas Ignatian

Kekhasan Paroki Kotabaru dalam kebijakan dan pelaksanaan tugas mengajar terletak
pada pengajaran Spiritualitas Ignatian kepada umat yang dilakukan secara berjenjang. Hal ini
tidak lepas dari profil gembala umat Paroki Kotabaru yang adalah pelayan tertahbis dari Ordo
Serikat Yesus (SJ) yang sangat menghidupi Spiritualitas Ignatian dalam hidup mereka sehari-
hari. Sebagai contoh, setiap Jumat diadakan kegiatan Meditasi-Kontemplasi Ignatian yang
didampingi oleh Romo Mahar dan dibantu oleh beberapa rekan awam yang sudah pernah
mengalami meditasi atau kontemplasi. Selain itu, selama sebulan sekali ada tema-tema
Ignatian yang dibawakan dalam homili. Biasanya dilakukan pada Perayaan Ekaristi di hari
Jumat minggu ketiga.22

Makin hari, pengajaran Spiritualitas Ignatian di Paroki Kotabaru makin diminati. Oleh
sebab itu, Pastor Paroki membagi pengajaran ke dalam tiga kelompok menurut usia. Ada
kelompok Ignatian for Kids yang memfasilitasi pengajaran semangat-semangat Ignatian pada
anak-anak, ada kelompok Ignatian for Teens (remaja), dan juga Ignatian for Adults (orang
dewasa).23

3. Tugas Menggembalakan (Munus Pascendi/Regendi)

Di samping tugas mengajar yang menjadi kewajiban para imam, ada juga tugas
menggembalakan. Tugas menggembalakan ini dalam arti tertentu menjadi bagian utama
dalam pelayanan Pastor Paroki di mana pun, tidak terkecuali di Paroki Kotabaru. Pastor
Paroki jelas-jelas menjadi garda terdepan yang paling memainkan peran dalam seluruh tata
penggembalaan. Secara umum, tugas menggembalakan ini ditempuh oleh Pastor Paroki

20
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
21
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
22
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
23
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

7
Kotabaru dengan semangat sentire cum ecclesia, pastoral Ignatian, pastoral berbasis data, dan
mendorong Gereja untuk terlibat dalam masyarakat.

3.1. Sentire cum Ecclesia

Dalam menjalankan tugas menggembalakan umat, Pastor Paroki dengan cukup ketat
mengikuti seluruh arah gerak pastoral yang dicanangkan oleh KAS. Hal ini sangat disadari
oleh Pastor Paroki sebagai landasan penggembalaan yang utama guna tetap mampu bertindak
bijaksana, terutama ketika harus membuat keputusan dan menerapkan kebijakan yang terkait
dengan paroki.

Ada suatu masa di mana Paroki Kotabaru dianggap “berbeda” dibandingkan dengan
paroki-paroki lain di KAS. Anggapan ini sayangnya lebih bernuansa negatif dalam arti bahwa
terkadang (bahkan juga sering kali) kebijakan dan pelaksanaan tugas menggembalakan yang
ditempuh oleh Pastor Paroki Kotabaru berbeda dengan arah gerak pastoral keuskupan.
Terkait dengan anggapan tersebut, Romo Mahar menegaskan bahwa para imam yang
bertugas untuk menggembalakan umat Kotabaru 100% memiliki semangat sentire cum
ecclesia—sehati-sebudi dan serasa-sepikiran dengan Gereja lokal (keuskupan). Semangat
inilah yang hendak lebih dieksplisitkan pada masa penggembalaan Romo Mahar selama tujuh
tahun terakhir ini.24

Seluruh tata penggembalaan di Paroki Kotabaru untuk saat ini dibuat searah dengan
reksa pastoral KAS sebagaimana terumus dalam Rencana Induk KAS, Arah Dasar Umat
Allah KAS 2021-2025, dan Pedoman Dasar Pelayanan Pastoral Paroki KAS 2020. Salah satu
contohnya ialah dengan menyusun dan menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Pastoral Paroki (P5). Dengan P5 tersebut, kualitas tugas menggembalakan yang diemban
oleh Pastor Paroki Kotabaru dapat sewaktu-waktu dikontrol dan diperbaiki jika belum sesuai.

3.2. Pastoral Ignatian

Keselarasan reksa pastoral Paroki Kotabaru dengan KAS sama sekali tidak
menghilangkan kekhasan paroki sesuai dengan konteks setempat, melainkan justru
memperkaya. Sebagai paroki yang dikelola oleh para imam Yesuit, tata penggembalaan di
Paroki Kotabaru tetap memiliki nuansa Spiritualitas Ignatian yang kuat. Hal ini tampak dalam
rumusan visi Paroki Kotabaru, yakni “Dengan semangat Ignatian, Gereja St. Antonius Padua
Kotabaru mewujudkan peradaban kasih dengan menjadi Gereja yang inklusif, inovatif, dan
transformatif, demi kesejahteraan masyarakat multikultural.” Jika dicermati secara teliti,

24
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

8
rumusan visi tersebut mengandung perpaduan antara semangat Ignatian dan arah gerak
pastoral KAS yang ingin menjadi Gereja inklusif, inovatif, dan transformatif. Visi tersebut
diperjuangkan oleh Romo Mahar dan juga Romo Fajar di setiap kegiatan Gereja Kotabaru.25

Ketika ditanya, “Apa kekhasan penggembalaan di Paroki St. Antonius Padua


Kotabaru?” Romo Mahar menjawab bahwa kekhasan penggembalaan di paroki ini terletak
pada penerapan semangat-semangat Latihan Rohani St. Ignatius Loyola. Sebagai Pastor
Paroki, Romo Mahars tentu perlu merancang strategi pastoral. Cara bertindak yang ditempuh
oleh Romo Mahars adalah merancang strategi pastoral yang berlandaskan pada Latihan
Rohani. Sebagai contoh, beliau menerapkan proses discretio spirituum (pembedaan roh) yang
mengarah pada electio (pengambilan keputusan) dalam upaya mengambil keputusan-
keputusan penting di paroki, misalnya ketika hendak memilih ketua lingkungan atau ketua
wilayah. Dari proses discretio spirituum dan electio ini muncul turunan untuk membuat suatu
metode pemilihan, misalnya berdasarkan kualitas manusiawinya, melihat kenyataan
hidupnya, mendengarkan suara Allah lewat doa sebelum pemilihan, hingga menanyakan
apakah yang bersangkutan siap dipilih atau tidak.26 Sementara itu, Romo Fajar menambahkan
bahwa orang muda di Paroki Kotabaru cukup banyak, tentunya ini menjadi peluang untuk
mengenalkan spiritualitas Ignatian maupun spiritualitas pelindung Gereja.27

Mulai Juli 2015, sudah dilakukan secara rutin novena spiritualitas Ignatian di semua
lingkungan supaya nilai-nilai spiritualitas St. Ignatius Loyola makin dikenali umat. Proses
novena dipandu oleh Komunitas Christian Life Community (CLC), Komunitas Sahabat Yesus
(KSY), para frater Kolsani, dan tarekat Fideles Compagnes De Jesus (FCY). Selain
menerapkan discretio spirituum dalam tugas menggembalakan umat, Pastor Paroki juga
menerapkan Preferensi Kerasulan Universal28 yang dicanangkan oleh Pater Jenderal Serikat
Yesus, Pater Arturo Marcelino Sosa Abascal, SJ pada 2019 yang lalu. Sesuai dengan anjuran
Pater Jenderal, Pastor Paroki Kotabaru dituntut untuk memenuhi empat tugas pokok, yakni
(1) membantu umat memperdalam hidup doa kembali, (2) menemani orang yang
termarjinalkan, tersingkir, dalam kemiskinan dan orang yang dilanggar martabatnya demi
mewujudkan rekonsiliasi dan keadilan, (3) berjalan bersama orang muda demi menciptakan
masa depan berpengharapan, dan (4) memelihara lingkungan hidup.29

25
Paroki Kotabaru, 2023, “Visi dan Misi Paroki”, dalam <https://parokikotabaru.org/visi-misi/>.
26
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
27
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
28
Lebih dikenal sebagai Universal Apostolic Preferences (UAPs). Lih. <https://www.jesuits.global/uap/>.
29
Paroki Kotabaru, 2023, “umkmkobar”, dalam <https://parokikotabaru.org/visi-misi/>.

9
Dari keempat tugas penggembalaan tersebut, Paroki Kotabaru menekankan perhatian
pada pendampingan orang muda dan pendidikan anak-anak. Pertimbangan utamanya,
sebagian besar umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi dan aktif dalam kegiatan-kegiatan
lain di Kotabaru adalah orang muda. Maka dari itu, Pastor Paroki mencoba untuk memberi
tempat dan kesempatan bagi orang muda untuk menghayati dan mengembangkan iman
mereka melalui Gereja Kotabaru.

Menurut Romo Mahar, orang muda Katolik (OMK) yang asli berdomisili di Paroki
Kotabaru sebenarnya kurang terperhatikan. Selama ini, dengan konsep “Gereja Terbuka”
yang diterapkan oleh Paroki Kotabaru, banyak umat—termasuk OMK—yang berasal dari
luar teritori paroki terlibat aktif dalam pelayanan dan kegiatan Gereja. Akan tetapi, hal ini
malah justru menyingkirkan OMK yang berasal dari paroki ini. Melihat keprihatinan ini,
Romo Mahar mencoba melakukan riset dan mengumpulkan kembali orang muda Katolik,
terutama yang berasal dari teritori Paroki Kotabaru selama kurang lebih tiga tahun.
Kemudian, beliau mulai menerapkan kebijakan mendorong dan memprioritaskan OMK asli
Kotabaru. Mereka dilibatkan dalam mengambil keputusan dan dalam pelayan pastoral, seperti
dalam pelayanan registrasi Misa selama masa pandemi, masuk dalam tim KOMSOS, media,
dan bidang pelayanan sosial. Untuk saat ini, orang muda Katolik di Paroki Kotabaru dapat
terlibat secara intensif dalam komunitas-komunitas kategorial dan teritorial.30

3.3. Pastoral Berbasis Data

Dalam karya pastoral Gereja, umat dilayani kehidupan rohaninya secara langsung
dengan program-program rohani. Dalam hal ini, dari para petugas pastoral, Gereja dituntut
kepekaan lebih dalam membaca kebutuhan rohani umat yang dilayani. 31 Kebutuhan rohani
umat adalah kebutuhan yang tidak kasat mata sehingga perlu konfirmasi supaya tidak salah
alamat dan salah sasaran. Dalam konteks ini, gerakan pastoral berbasis data mendapat
relevansinya dan memang dalam dunia saat ini dibutuhkan, terutama dalam lingkup Gereja.
Umat tumbuh dalam dunia yang terus berkembang sehingga kebutuhan-kebutuhannya pun
terus berubah termasuk kebutuhan rohaninya sehingga konfirmasi pada umat sebelum
menyusun program pastoral, kini menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Dengan kata lain, pengambilan dan pengolahan data umat menjadi bagian tak terpisahkan
dari penyusunan program pastoral Gereja saat ini. Dalam wawancara dengan Romo Mahar,
30
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
31
Hipolitus Kewuel, “Memahami Pastoral Berbasis Data untuk Melayani Umat Lebih Baik,” (Artikel Online),
tersedia dari
https://www.academia.edu/31113813/MEMAHAMI_PASTORAL_BERBASIS_DATA_UNTUK_MELAYANI
_UMAT_LEBIH_BAIK; diakses pada 25 April 2023.

10
SJ secara khusus pada bagian pelayanan kepada orang miskin, ketersediaan data memiliki
peran penting:

Option for the poor atau suara orang miskin menjadi perhatian utama. Dalam Alkitab
dikatakan bahwa Allah sangat mendengarkan suara orang miskin. Pelayanan ini dibantu
dengan data umat dari setiap lingkungan (penghasilan, tanggungan, beban). Kita juga
mengajak bahwa lingkungan tempat di mana orang itu berada menjadi tanggung jawab
moral lingkungan agar menjadi layak.32

Dalam pastoral berbasis data, masing-masing kategori umat berdasarkan usia perlu
didalami karakter dan kebutuhan konkret agar Gereja dapat melayani mereka dengan tepat
sasaran dan tepat guna. Caranya, para petugas pastoral Gereja harus membuka diri untuk
mendengarkan masukan dari para profesional keilmuan tertentu guna merumuskan karakter
dan kebutuhan khas masing-masing kelompok usia tersebut, seperti teolog, ahli pastoral,
psikolog, ahli Kitab Suci, ahli moral, ahli Hukum Gereja, ahli komunikasi, dan beberapa ahli
lain yang dipandang perlu. Dari hasil diskusi dan dengar pendapat dengan para profesional
itu, tugas para petugas pastoral Gereja adalah mendeskripsikan karakter masing-masing
kelompok usia itu serta mendalami secara konkret kebutuhan-kebutuhan riil mereka. Dari
situlah para petugas pastoral Gereja mendapat pondasi untuk memikirkan program-program
pastoral yang kemudian diturunkan menjadi jenis-jenis kegiatan yang akan dijalankan dalam
dinamika hidup menggereja.

3.4. Protokol Perlindungan Anak-anak dan Orang Dewasa Rentan

Belasan tahun yang lalu, ketika Gereja Katolik di berbagai tempat di dunia digempur
oleh isu pelecehan, Gereja dengan gagap-gagap mencoba menanggapi serangan itu dengan
berbagai reaksi. Untuk mencegah kasus-kasus semacam ini terjadi lagi, Paroki Kotabaru
sebagai bagian dari Gereja dan kehadiran Serikat Yesus di tengah umat yang padat, mencoba
menanggapi keprihatinan Gereja semesta serta Serikat Yesus ini. Dengan medan pelayanan
yang cukup khas, Paroki Kotabaru telah menjadi sebuah paroki terbuka untuk umat dari
berbagai kalangan dan tempat asal. Di paroki ini terbuka ruang-ruang perjumpaan pelayanan
yang lebar serta ruang-ruang pelayanan kategorial yang keragamannya tinggi. Dengan situasi
ini, Paroki Kotabaru membuat sebuah pedoman perlindungan anak dan dewasa rentan yang
menjadi pedoman bagi individu-individu serta kelompok-kelompok dalam menjalankan
pelayanan dan kegiatan pastoral di paroki ini.

32
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

11
Pedoman ini dibuat sebagai upaya dari Paroki Kotabaru untuk memberikan
perlindungan bagi anak-anak dan dewasa rentan untuk mencegah terjadinya berbagai tindak
pelecehan dan kekerasan, eksploitasi dan perundungan yang melibatkan anak-anak dan
dewasa rentan.33 Pedoman ini dilandaskan pada martabat manusia dan kasih Allah kepada
anak-anak. Manusia sendiri diciptakan secitra dengan Allah (Kej. 1:27) sehingga harus
dihargai dan dihormati. Anak-anak secara khusus juga memiliki tempat istimewa dalam hati
Yesus, “Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak
kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Luk. 18:17). Kutipan ini menunjukkan kewajiban
Gereja untuk memastikan bahwa siapa pun, terutama anak-anak, sungguh diterima, dijaga,
dan dilindungi dengan cara-cara yang sesuai dengan tempat utama mereka dalam hidup
Gereja.

3.5. Menjadi Gereja yang Terlibat

Salah satu hal pokok dalam tugas penggembalaan umat Paroki Kotabaru ialah adanya
upaya untuk mendorong umat paroki menjadi Gereja yang terlibat dalam masyarakat. Paroki
Kotabaru mendorong umat untuk terlibat secara langsung di dalam kehidupan masyarakat
dalam berbagai bentuk, misalnya di kegiatan-kegiatan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga
(RW), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan
masih banyak lagi. Menurut data Paroki Kotabaru tahun 2023 ada 372 umat yang terlibat
dalam kegiatan atau kepengurusan di masyarakat. Keterlibatan umat di dalam kegiatan
kemasyarakatan ini merupakan salah satu cara untuk menghidupi iman Katolik. Harapan
yang ada di dalam benak Pastor Paroki dengan adanya dorongan bagi umat untuk terlibat di
masyarakat ini ialah supaya pertumbuhan iman yang dialami umat dapat diwartakan secara
luas. Dengan demikian, diseminasi semangat-semangat Kristiani pun makin meluas.

Selain terlibat dalam kegiatan-kegiatan maupun organisasi-organisasi


kemasyarakatan, Paroki Kotabaru juga berupaya untuk mengembangkan perekonomian umat,
terutama mereka yang masuk ke dalam kategori kelompok menengah ke bawah. Perlu
diketahui bahwa sebenarnya sebagian besar umat asli Kotabaru masuk dalam kategori
keadaan ekonomi menengah atau bahkan menengah ke bawah. Fakta ini sering terabaikan
mengingat adanya banyak umat pendatang yang lebih aktif tampil dan menunjukkan diri
sebagai masyarakat kategori menengah ke atas.

Menanggapi situasi ekonomi umat asli yang tergolong menengah ke bawah, Romo
Mahar bersama dengan Tim Pelayanan Paroki menginisiasi gerakan Usaha Mikro Kecil dan
33
Paroki Kotabaru, Protokol Perlindungan Anak-anak dan Orang Dewasa Rentan (Yogyakarta, 2022), 1.

12
Menengah (UMKM), yang meliputi usaha makanan dan minuman, kecantikan, fashion,
rumah tangga, dll.34 Gerakan ini sudah dimulai bahkan sebelum pandemi Covid-19 merebak.
Selama masa pandemi ini, gerakan UMKM ini menurun. Kini, sesudah angka kasus pandemi
melandai, Pastor Paroki ingin kembali menggalakkan gerakan pelayanan sosial umat melalui
UMKM seperti sedia kala sebelum pandemi. Salah satu kebijakan yang masuk ke dalam
rencana ialah mendorong umat-umat lain yang berkecukupan secara ekonomi untuk
membantu gerakan UMKM, misalnya dengan nglarisi (membeli dagangan) umat-umat
menengah ke bawah.35

Perhatian Pastor Paroki pada umat yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir amat
besar. Selain membantu mengembangkan perekonomian umat yang lemah melalui Credit
Union (CU) Cindelaras36, Pastor Paroki bekerja sama dengan Tim Pangruktilaya
mengupayakan pembelian tanah dan kuburan untuk membantu pemakaman warga yang
kurang mampu. Urusan perawatan jenazah hingga pemakaman bagi umat yang tinggal di
perkotaan bukanlah hal yang murah. Di samping itu, ada kegiatan sega mubeng (membagi-
bagi nasi dan lauk pada orang-orang jalanan, tukang becak, gelandangan, pengemis) tiap
Sabtu pagi. Tiap dua bulan sekali diadakan pula pembagian sembako kepada mereka yang
membutuhkan. Melalui kegiatan ini, orang diajak untuk mandiri (sembako dibeli dengan
harga semampunya). Artinya, apa yang mereka terima juga berasal dari keringat sendiri.
Kadang selama itu, jika berbicara bantuan asosiasinya adalah gratis, tetapi di sini tidak ada
unsur sharing-nya. Selain itu, ada Bedah Rumah. Kegiatan ini kebanyakan bukan dalam
bentuk dana, tetapi dalam bentuk barang. Setiap orang yang ingin menyumbang, memilih
barang apa yang ingin disumbang (semen, pasir, bata, besi, atap, rangka).

Mengenai pelayanan kesehatan, di Paroki Kotabaru juga diadakan Layanan Kasih


Kesehatan (LKK). Kita tahu bahwa pemerintah sudah mendorong dan menyediakan layanan
kesehatan (BPJS, KIS, dll.). Akan tetapi, masih ada orang yang tidak mampu menjangkau itu.
Maka, LKK yang terdiri dari dokter, perawat, dan relawan menjadi tim yang memperhatikan
hal itu. Dalam layanan ini ada imamat pelayanan dan pelayan rohani (sakramen dan berkat).
Kegiatan ini menjadi sarana yang baik untuk partisipasi umat. Keragaman dan kemampuan
orang untuk saling membantu menunjukkan komunio umat yang bergerak dan bekerja.

4. Tugas Menguduskan (Munus Sanctificandi)

34
Paroki Kotabaru, 2023, “Visi dan Misi Paroki”, dalam < https://umkmkobar.com/product/>.
35
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
36
Paroki Kotabaru. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Pastoral Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru
(Yogyakarta, 2021), 23.

13
Bagi Pastor Paroki Kotabaru, prinsip yang harus dipegang dalam tugas menguduskan
ialah membawa wajah Allah yang murah hati kepada umat. Tugas menguduskan ini menjadi
semacam tugas pokok yang mutlak harus dilakukan oleh Pastor Paroki, terutama dalam
pelayanan sakramen-sakramen yang hanya dilakukan oleh pelayan tertahbis.

4.1. Pelayanan Sakramen Inisiasi

Untuk mendukung kelancaran pelayanan sakramen inisiasi (baptis, komuni pertama,


dan penguatan), Pastor Paroki bersama dengan Dewan Paroki membentuk Tim Kerja
Sakramen Inisiasi. Tim kerja ini terdiri atas para penanggung jawab pendampingan dan
pelaksanaan sakramen baptis, komuni pertama, dan penguatan. Peran Pastor Paroki lebih
sebagai semacam pengawas dan tentunya pelayan sakramen di hari penerimaan.

Khusus untuk penerimaan sakramen baptis bayi, Pastor Paroki menyediakan waktu
sebulan sekali, tepatnya pada Perayaan Ekaristi hari Minggu (setiap minggu keempat) pukul
09.00 WIB. Sebagai persiapan, pada minggu pertama hingga minggu ketiga, diadakan
kegiatan pendampingan berupa sarasehan atau rekoleksi bagi para orang tua yang hendak
membaptiskan anak-anak mereka. Dalam kesempatan itu, Pastor Paroki menyempatkan untuk
hadir paling tidak sekali dan memberi semacam peneguhan bagi para orang tua. Baru sesudah
itu, pada minggu keempat, dilaksanakanlah Perayaan Ekaristi yang di dalamnya terdapat
penerimaan sakramen baptis.

Untuk pelayanan sakramen baptis dewasa, juga rutin dilakukan dua kali dalam
setahun, yakni pada Malam Paskah dan dua minggu sebelum Hari Raya Natal. Selama
pandemi ini, pelayanan baptis dewasa menjadi tidak teratur. Kadang-kadang pelayanan baptis
dewasa ini juga dilakukan dalam Perayaan Ekaristi Hari Minggu Biasa.

Pelayanan sakramen komuni pertama di luar masa pandemi biasanya diadakan setiap
tahun, yakni di bulan Juni. Sementara itu, pelayanan sakramen penguatan dilakukan sekali
dalam dua tahun. Terkait dengan pelaksanaan sakramen komuni dan sakramen penguatan ini,
Pastor Paroki dibantu oleh para ketua lingkungan mendaftar umat paroki yang belum
menerima kedua sakramen ini.

4.2. Pelayanan Sakramen Ekaristi

Ekaristi adalah pusat, cinta kasih pastoral, dan kesatuan hidup seorang imam. Melalui
Ekaristi, imam menemukan isyarat-isyarat yang menentukan bagi jalan menuju kekudusan
dan memang untuk itulah ia menerima panggilan khusus. Kongregasi Klerus, dalam
Direktorium tentang Pelayanan dan Hidup Para Imam (1994) menegaskan:

14
Ekaristi, yakni kenangan sacramental wafat dan kebangkitan Kristus, representasi
yang sejati dan efektif kurban penebusan yang tunggal, sumber dan puncak hidup
Kristiani dalam seluruh evangelisasi, merupakan awal, upaya, dan tujuan pelayanan
imam, sebab ‘semua pelayanan gerejawi dan karya kerasulan berkaitan dengan
Ekaristi dan terarahkan kepadanya’. Imam ditahbiskan untuk melestarikan Kurban
Kudus. Demikianlah dengan cara yang paling jelas ia menampilkan jati dirinya (art.
48; bdk. PO 5).

Dalam wawancara dengan Rm. Mahar, SJ dan juga Rm. Fajar, SJ, keduanya
memberikan pendapat yang serupa mengenai Ekaristi:

Motivasi harus dilihat dalam pola relasi: apa yang saya alami dengan Tuhan. Khasnya
adalah hidup Ekaristis (bersumber dari Ekaristi). Peristiwa hidup ini mengantar
peristiwa atau pengalaman harian kepada Ekaristi. Misalnya dalam pengalaman bagi-
bagi makanan. Ketika merayakan Ekaristi, imam mengatakan “Inilah tubuh-Ku,
makanlah!”. Mereka yang ambil bagian dalam peristiwa itu juga tertantang untuk
ambil bagian dalam hidup Ekaristi. Ada undangan kepada inilah tubuh-Ku. Kalau
belum merasakan hal itu, mintalah bagian itu kepada Tuhan. Motivasi itu tampak
dalam memberi waktu kepada umat (apakah saya bisa memberikan diri kepada orang
lain).37

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya Ekaristi bagi kehidupan beriman umat,
maka Paroki Kotabaru menyelenggarakan Ekaristi Anak (EKA) setiap bulan, Ekaristi Remaja
setiap 2 bulan sekali, Ekaristi Kaum Muda (EKM) setiap bulan, dan Ekaristi Lansia minimal
1 kali setahun. Hal ini menjadi sarana bagi umat untuk menyadari bahwa hidup mereka
dijiwai oleh Roh yang berasal dan bersumber dari Ekaristi.

4.3. Pelayanan Sakramen Tobat

Pelayanan sakramen tobat secara rutin diberikan kepada umat setiap hari Jumat sore
sebelum Perayaan Ekaristi harian. Pastor Paroki menyediakan waktu sekitar 30 menit sampai
satu jam di ruang pengakuan. Di luar masa pandemi, umat secara bebas diperbolehkan untuk
datang mengaku dosa pada hari Jumat sore tersebut. Di waktu-waktu khusus, misalnya di
Masa Prapaskah atau di Masa Adven, Pastor Paroki juga melayani sakramen tobat. Pada
masa-masa khusus ini, pelayanan yang diberikan bukan hanya di gereja saja, tetapi juga di
setiap lingkungan terutama untuk umat lansia.

37
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 2 Mei 2022, pukul 08.30 WIB.

15
4.4. Pelayanan Sakramen Perkawinan

Pelayanan sakramen perkawinan senantiasa diberikan kepada setiap pasangan yang


dengan penuh kebebasan datang dan memohon supaya perkawinan mereka diuruskan mulai
dari persiapan (kursus perkawinan dan penyelidikan kanonik), pelaksanaan, dan periode-
periode awal pasca perkawinan. Pada tahap persiapan, terutama ketika memasuki masa
kursus perkawinan, Pastor Paroki memberikan pendampingan yang serius, bahkan dengan
cara mengundang tenaga ahli, baik itu klerus, biarawan, biarawati, maupun awam yang
berpengalaman dalam pendampingan pasangan. Bagi mereka yang sudah mendaftar hendak
melangsungkan perkawinan di Paroki Kotabaru, diberikan pendampingan setiap hari Sabtu.

Sementara itu, pendampingan pun masih diberikan kepada keluarga-keluarga muda di


tahun-tahun awal mengarungi bahtera rumah tangga. Hal ini dilandasi oleh keprihatinan
Pastor Paroki bahwa di Paroki Kotabaru sering terjadi permasalahan hidup berkeluarga yang
pada akhirnya berujung pada bubarnya perkawinan. Menanggapi keprihatinan ini, Pastor
Paroki berinisiatif untuk mengadakan kegiatan rutin pembaruan janji perkawinan dalam
kesempatan Misa Mingguan (setiap minggu keempat). Harapannya, para keluarga baru selalu
ingat dengan janji dan komitmen yang pernah mereka ucapkan pada saat saling menerimakan
sakramen perkawinan.

4.5. Pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Di antara pelayanan-pelayanan sakramen lainnya, pelayanan sakramen pengurapan


orang sakit adalah salah satu hal yang mutlak harus dipenuhi oleh Pastor Paroki Kotabaru. Di
sinilah letak implementasi kehendak untuk memberikan pelayanan cuma-cuma kepada umat.
Menurut Romo Fajar, Pastor Paroki sudah sejak semula berada dalam situasi terikat oleh
kewajiban moral untuk memberikan pelayanan sakramen ini. Oleh sebab itu, kapan pun
diminta oleh umat yang membutuhkan, Pastor Paroki Kotabaru akan berangkat. Bahkan
seandainya tidak bisa sama sekali untuk melayani, Pastor Paroki akan mengusahakan untuk
mencari rekan imam (biasanya dari Kolese St. Ignatius) sampai ketemu guna tetap
memberikan pelayanan sakramen ini.

Pelayanan sakramen pengurapan orang sakit ini dilaksanakan dengan cara bekerja
sama dengan pihak-pihak rumah sakit yang berada di teritori Kotabaru, seperti RS Panti
Rapih, RS Bethesda, RS Sardjito, dan RS Dr. Sutarto. Di RS Panti Rapih, secara khusus ada
semacam tim yang siap sedia berkoordinasi dengan Pastor Paroki ketika ada pasien yang
dalam kondisi kritis. Di RS Bethesda, Pastor Paroki bekerja sama dengan seorang pendeta

16
yang bertugas sebagai semacam kapelan di sana. Pendeta ini juga kerap kali menghubungi
Pastor Paroki ketika ada umat Katolik yang membutuhkan sakramen pengurapan orang sakit.

5. Tantangan Pastoral dan Strategi yang Ditempuh

Dalam pelayanan pastoral di Paroki Kotabaru, tidak dapat dipungkiri bahwa para
imam juga menghadapi berbagai tantangan, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam
diri sendiri. Meskipun demikian, tantangan tersebut tidak menjadi hal yang menghambat
pelayanan, melainkan menjadikan para imam semakin kreatif dalam menyusun strategi
pelayanan. Berikut ini adalah beberapa tantangan pastoral yang dihadapi oleh para imam di
Paroki Kotabaru beserta strategi untuk menghadapinya.

5.1. Permintaan Pelayanan Aksidental Sangat Tinggi

Para imam di Paroki Kotabaru banyak disibukkan oleh pelayanan yang sifatnya
aksidental, yaitu pelayanan seputar orang sakit, orang meninggal, orang melahirkan, orang
menikah, dan sebagainya. Permintaan pelayanan aksidental yang cukup menguras tenaga
adalah permintaan pelayanan minyak suci. Di sekitar wilayah Paroki Kotabaru berdiri
beberapa Rumah Sakit, seperti Panti Rapih, DKT, Lempuyangan Wangi, Bethesda, Sardjito,
dan Dr. Sutarto. Meskipun tidak semua pelayanan minyak suci dari berbagai rumah sakit
tersebut dilayani oleh para imam Paroki Kotabaru, namun faktanya permintaan pelayanan
minyak suci di Paroki sangat banyak. Selain minyak suci, permintaan pelayanan yang bersifat
ritual juga banyak, seperti peringatan seputar kematian, yaitu: peringatan 7 hari, 40 hari, 100
hari, dan 1000 hari. Tingginya permintaan pelayanan tersebut menuntut keterampilan
manajemen waktu yang sangat baik dari para imam.

Tingginya permintaan pelayanan yang aksidental itu memang menjadi salah satu
tantangan bagi para imam di Kotabaru, namun hal itu tidak menjadi alasan bagi mereka untuk
melayani secara asal-asalan. Justru sebaliknya, hal ini kemudian dimanfaatkan sebagai sarana
untuk menghayati hidup Ekaristis. Di sinilah para imam benar-benar ditantang untuk
memberikan “tubuhnya”, memberikan waktu dan tenaganya, memberikan seluruh hidupnya
bagi umat yang dilayani. Pelayanan-pelayanan yang padat itu menjadi sumber inspirasi,
menjadi “ruang pewahyuan” di mana Allah berkarya secara nyata. Apa yang dipikirkan oleh
imam maupun apa yang hendak dikatakan oleh Tuhan menjadi konkret dalam pelayanan. Apa
yang biasanya hanya dibayangkan dalam kontemplasi menjadi nyata dalam pelayanan dan
perjumpaan.

17
Tantangan besar bagi kehidupan seorang imam di Paroki itu memang adalah soal
mengatur waktu. Pelayanan aksidental ada begitu banyak, sehingga membutuhkan energi
yang banyak pula. Kemudian kita mungkin bertanya: “Energinya dari mana?” Bagi Romo
Mahar, energi seorang imam dalam konteks pelayanan adalah dari Allah sendiri. Oleh karena
itu, kesediaan untuk memberi waktu untuk berdoa secara pribadi adalah suatu keharusan bagi
seorang imam. “Kalau ada seorang imam mengatakan saya imam, tetapi tidak punya waktu
untuk berdoa pribadi, bagaimana mungkin? Karya pastoral tanpa doa hanyalah acara. Kalau
tidak berdoa maka kegiatan sepanjang hari adalah acara, bukan pelayanan!”.38 Romo Fajar
menambahkan bahwa energi itu juga berasal dari perjumpaan dengan orang-orang yang
dilayani. Dengan melihat orang yang dilayani merasa terbantu, seorang imam juga akan
kembali dengan energi dan semangat yang baru.39

Lebih dalam lagi, banyaknya permintaan pastoral yang ada itu dimanfaatkan oleh para
imam di Paroki Kotabaru sebagai kesempatan untuk berkatekese, membina, dan mengolah
iman umat. Misalnya, misa seputar kematian: 7 hari, 40 hari, 100 hari, maupun 1000 hari itu
menjadi peristiwa yang baik untuk katekese umat. Bagi Romo Mahar, misa seputar kematian
menjadi kesempatan paling indah bagi Gereja untuk mengajarkan kepada semua orang yang
datang tentang ajaran Gereja, baik itu tentang kematian, tentang Yesus yang bangkit, dan
lain-lain. “Kalau misa di Gereja hanya orang Katolik, tetapi misa kematian tidak hanya orang
Katolik yang datang. Semua orang datang”.40 Permintaan pelayanan yang padat itu kemudian
tidak dilayani seadanya, namun justru menciptakan ruang-ruang katekese yang baik. Mereka
yang datang untuk menerima Sakramen Baptis, Komuni Pertama, Krisma, dan Perkawinan
juga dibina secara khusus melalui pelatihan-pelatihan, pendalaman iman, dan retret.

Tentu saja untuk melaksanakan semua itu, para imam di Paroki Kotabaru tidak
bekerja sendiri. Untuk itulah dikembangkan juga support system yang mendukung jalannya
karya-karya pastoral. Untuk tujuan itu dibentuklah Dewan Paroki, Prodiakon, Katekis Paroki,
dan organ-organ lainnya yang saling mendukung dan bekerja sama dalam melaksanakan
karya-karya pastoral. Sebelum diberi delegasi, kelompok-kelompok ini juga dibekali dengan
berbagai keterampilan yang perlu untuk karya pastoral yang akan mereka emban.

5.2. Semangat Misioner Orang Katolik Sangat Rendah

Salah satu keprihatinan terbesar yang diungkapkan oleh Romo Mahar adalah
kurangnya semangat misioner orang-orang Katolik, terlebih khusus orang-orang muda. Di
38
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
39
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
40
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

18
dunia yang sangat modern ini, orang Katolik itu masih kuper (kurang pergaulan). Orang-
orang Katolik, terutama orang-orang muda masih enggan untuk masuk dalam dunia digital
secara kreatif untuk menghasilkan buah. “Di Paroki Kotabaru, Sabtu Minggu itu minimal ada
lima ribu orang muda tanpa diundang datang ke Gereja. Ini market yang luar biasa. What is
the best service you can offer to them? Apa yang bisa diberikan kepada mereka sehingga
mereka bisa lebih teguh dalam iman, lebih kreatif, lebih berkualitas?” 41 Bagi Romo Mahar,
kesempatan ini belum dimanfaatkan dengan sangat baik. Belum ada orang Katolik yang
berani berbuat sesuatu, bahkan ketika ladang pastoral yang begitu luas, begitu terbuka ada di
depan matanya. Orang Katolik masih sangat tergantung kepada Pastor Paroki. Seolah-olah
semua karya pastoral itu urusan Pastor Paroki. Sebagai umat, mereka hanya datang ke Gereja
untuk misa.

Bagi Romo Mahar, karya-karya pastoral itu harus didesain sedemikian rupa sehingga
orang-orang tertarik untuk terlibat (pastoral by design). Berpastoral itu sederhana, namun
perlu dipikirkan secara matang apa benefit yang didapatkan. Romo Mahar memberi contoh
sederhana: “Ketika saya melihat banyak anak-anak yang datang misa di gereja, saya memakai
jubah dan berdiri di pintu gerbang untuk menyambut mereka”. 42 Bagi Romo Mahar anak-
anak itu perlu diberi perhatian khusus. Tugas para imam dan pelayan pastoral adalah
bagaimana membuat anak-anak merasa senang ke gereja. Memori kebahagiaan yang mereka
alami di usia dini itu akan terekam dalam memori mereka hingga dewasa. Oleh karena itu,
jangan sampai yang terekam dalam memori mereka adalah “Gereja itu kaku”, “Gereja itu
banyak aturan”, “Gereja itu menakutkan”, dan “Gereja itu tidak menyenangkan”. “Tuhan itu
jangan dipakai untuk menakut-nakuti, nanti dimarahi Tuhan, nanti dimarahi romo!”.43

Selain menyambut anak-anak, Romo Mahar juga mendesain agar pada saat berkat
bathuk (dahi), misdinar mendampingi imam yang memberi berkat. Berkat bathuk itu menjadi
saat yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak ketika datang ke gereja. “Ketika romo memberi
berkat, dia didampingi putra-putri altar (PPA), di sebelah kiri dan kanan. Alasannya
sederhana, supaya anak-anak melihat ada PPA, mereka tertarik, suatu saat saya juga ingin
menjadi seperti mereka. Pada gilirannya mereka juga akan berpikir tentang panggilan”.44

Contoh-contoh sederhana yang diberikan Romo Mahar ini mau menunjukkan bahwa
berpastoral itu perlu dimulai dengan hal-hal yang sederhana. Berpastoral itu tidak harus

41
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
42
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
43
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
44
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

19
selalu ditandai dengan kegiatan yang heboh, yang spektakuler, yang dahsyat. Melalui hal-hal
sederhana, kita bisa berpastoral. Meskipun sederhana, pastoral itu perlu dipikirkan terlebih
dahulu, perlu didesain sedemikian rupa agar memberi manfaat yang benar-benar baik. Imam
dan para pelayan pastoral masih perlu belajar dan mengembangkan semangat misioner agar
semakin jeli melihat kesempatan-kesempatan yang ada dan memanfaatkannya dengan sebaik-
baiknya.

Kemampuan untuk melihat peluang-peluang ini juga ditekankan oleh Romo Fajar.
Bagi Romo Fajar, seorang pelayan pastoral itu harus mampu melihat adanya peluang-peluang
lain (third way).45 Ketika kemampuan itu tidak dimiliki oleh seorang pelayan pastoral, karya-
karya pastoral akan mengalami kemandekan. Romo Fajar menceritakan pengalamannya
sewaktu bertugas di Paroki Baturoto, di mana ia menghadapi umat yang mengalami kesulitan
ekonomi. Pada saat krisis ekonomi itu, mereka berusaha memberdayakan masyarakat dengan
membuat program Kambing Bergulir. “Jadi, saya beri kamu kambing betina. Nanti kalau
kambingnya beranak, anaknya kamu ambil, kambing betinanya kasih ke orang lain. Nanti
ketika kambingnya beranak, anaknya mereka ambil, betinanya dikasih orang lain lagi. Jadi
bergulir terus”.46 Bagi Romo Fajar, kemampuan untuk melihat peluang-peluang ini sangat
dibutuhkan sebagai pelayan pastoral.

6. Ketrampilan Imam yang Relevan

Sebagai persekutuan murid-murid Kristus, Gereja terus membina hubungan


berkelanjutan dengan Kristus, Sang Guru, yang terus mengarahkannya melalui Roh-Nya.
Demikianlah imam-imam sebagai murid yang paling dekat dengan Kristus selalu berada
dalam proses belajar yang tiada henti. Dalam proses belajar itu, para imam (terutama calon
imam) perlu mengembangkan berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan dalam
berpastoral, terutama keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan tugas sebagai nabi,
imam, dan raja dalam konteks zaman ini. Berikut ini kami merangkum beberapa keterampilan
dasar yang perlu dikembangkan oleh seorang calon imam berdasarkan hasil wawancara
bersama Romo Mahar dan Romo Fajar di Paroki Kotabaru.

6.1. Keterampilan Mendengarkan

Menurut Romo Mahar, keterampilan utama yang perlu bagi seorang imam adalah
keterampilan “mendengarkan”.47 Ada banyak orang datang ke Pastoran yang butuh dibantu,

45
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
46
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
47
Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, 15 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

20
butuh didengarkan, butuh diteguhkan. Untuk membantu mereka, keterampilan mendengarkan
ini yang paling dibutuhkan. Sementara itu, biasanya konflik-konflik yang terjadi dalam
kelompok itu banyak diakibatkan oleh kurangnya keterampilan untuk mendengarkan. Dalam
sebuah rapat atau pertemuan, biasanya semua orang ingin berbicara. Seolah-olah mereka
yang paling banyak bicaralah yang paling hebat. Akan tetapi, kita justru biasa menemukan
fakta bahwa mereka yang paling banyak bicaralah yang paling bodoh, yang paling sombong,
dan yang paling negatif.

Keterampilan mendengarkan merupakan keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh


seorang imam. “Mendengarkan” berarti sungguh-sungguh mendengarkan, tanpa adanya
keinginan untuk mengadili atau menginterogasi. Biasanya, ketika mendengarkan orang
berbicara, kita sibuk berpikir atau menyusun strategi untuk mengajukan pertanyaan
berikutnya. Jika demikian, kita tidak benar-benar sedang mendengarkan. Mendengarkan
berarti memahami lawan bicara. Hal itu terwujud dalam kemampuan untuk mengatakan ulang
apa yang dikatakan orang lain. Lebih dalam lagi, kita mampu membaca kebutuhan dan
perasaan lawan bicara kita. Jika kita tidak mampu menangkap, membaca kebutuhan, perasaan
orang lain, orang akan merasakan bahwa kita tidak sungguh-sungguh mendengarkan dan
tidak memberi bantuan baginya. Sebaliknya, apabila kita memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh kepada lawan bicara kita, mereka akan merasa dihargai dan benar-benar
terbantu dengan kehadiran kita.

6.2. Appreciative Communication

Bagi Romo Mahar, salah satu keterampilan lain yang perlu dimiliki oleh seorang
imam adalah appreciative communication.48 Entah disadari atau tidak, dalam banyak hal kita
lebih mudah untuk mengkritik, menghakimi, atau mengadili orang lain daripada memberi
apresiasi atau pujian. Padahal, dalam pelayanan pastoral seorang imam tidak bisa bekerja
sendiri. Dalam melaksanakan karya-karya pastoral, seorang imam membutuhkan bantuan
banyak orang. Itulah sebabnya kita perlu membangun support system, membentuk tim
pelayanan pastoral yang saling mendukung. Dalam mewujudkan hal itu, seorang imam,
sebagai seorang gembala yang baik perlu menjamin agar relasi yang tercipta di dalam tim itu
benar-benar baik dan sehat. Salah satu keterampilan yang dibutuhkan seorang gembala yang
baik adalah keterampilan komunikasi yang sehat, yang membangun, yang meneguhkan, dan
yang tidak melukai.

48
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

21
Dalam masyarakat kita, ada kepercayaan bahwa untuk semua konflik dapat
diselesaikan dengan kekuasaan. Namun, hal ini tidak bisa kita terapkan di dalam Gereja.
Gereja ini tidak dibangun berdasarkan gaji atau upah, melainkan berdasarkan Roh Kudus
yang menggerakkan hati setiap orang untuk melayani. Mereka yang aktif di Gereja, mereka
yang melibatkan diri dalam karya-karya pastoral itu tidak digaji. Mereka tidak bekerja
berdasarkan upah, tetapi berdasarkan pelayanan. Oleh karena itu, seorang imam harus
bersikap bijaksana. Jangan sampai orang-orang yang datang dengan motivasi untuk melayani
itu terluka, kecewa, dan menjauh dari Gereja karena tidak menemukan kedamaian dalam
kata-kata gembalanya. Oleh karena itu, seorang imam perlu melatih manajemen konflik tanpa
kekerasan. Seorang imam perlu melatih komunikasi yang membesarkan hati (non-violence
communication).

6.3. Safeguardings

Salah satu hal yang menjadi keprihatinan Gereja akhir-akhir ini adalah maraknya
kasus sexsual abuse dalam Gereja. Oleh karena itu menurut Romo Fajar, salah satu
keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang imam adalah keterampilan safeguardings:
menjaga diri dalam berelasi, terutama dalam relasi dengan anak-anak dan dewasa rentan.
“Jadi, safeguarding itu perlu diketahui dulu. Kalau di paroki itu kan berjumpa dengan anak-
anak yang kadang-kadang nempel gitu aja sama romonya. Tiba-tiba lari meluk. Sejauh itu di
ruang publik dan si anak yang melakukan, masih bisa dimungkinkan”. 49 Intinya, keterampilan
safeguarding itu sangat membantu untuk menjaga imam maupun anak-anak dan dewasa
rentan dalam berelasi untuk tidak melampaui batas.

Keterampilan safeguarding tidak hanya terbatas pada relasi dengan anak-anak dan
dewasa rentan. Romo Fajar mengingatkan bahwa yang juga perlu dijaga adalah agar jangan
sampai relasi imam dengan umat tertentu menjadi saling tergantung. 50 Safeguarding juga
bukan berarti membangun tembok atau jurang pemisah. Safeguarding lebih tepatnya
diartikan sebagai keterampilan membangun relasi yang sehat dengan siapa saja tanpa merasa
canggung, tanpa merasa kaku. Kita bisa berkomunikasi secara lugas dengan lawan jenis,
dengan orang tua, dengan yang seusia, dengan yang lebih muda, bahkan dengan anak-anak.
Justru ketika kita kaku, mereka akan menjauh. “Kalau menjauh ya, siapa yang akan kita
layani?”.51 Pada akhirnya, kemampuan ini akan membuat siapa saja yang kita layani akan

49
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
50
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.
51
Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ, 16 Maret 2023, pukul 10.00 WIB.

22
merasa at home. Di mana pun seorang imam ditempatkan, tempat itu akan menjadi rumah
bagi siapa saja yang ada di situ.

7. Penutup

Menjadi gembala yang baik adalah yang penuh kasih dalam melayani dan mengerti
umat seperti apa yang Paus Fransiskus sarikan dalam istilah “Gembala beraroma domba”.
Artinya kesucian dan kedalaman iman para gembala mempunyai dua dimensi yang tak
terpisahkan, yaitu berbau Allah sekaligus berbau domba. Berbau Allah karena imam supaya
mampu menjalani pelayanan pastoral dengan efektif, hendaknya memasuki hubungan khusus
dan mendalam dengan Kristus Sang Gembala Baik. Dan disebut gembala baik jikalau kita
beraroma domba, artinya akrab dan mengenali kebutuhan orang-orang yang dilayani serta
mempunyai data-data konkret tentang dunia. Untuk itu, imam yang baik juga imam yang
beraroma masa depan. Artinya ia bertindak antisipatif, mengarah ke masa datang demi
menjadi agen harapan bagi orang-orang di sekitarnya. Salah satu yang penting dalam
merancang masa depan adalah memiliki data yang valid dan terukur. Kalau kita beraroma
Allah dan domba, maka otomatis kita akan menjadi insan yang beraroma masa depan.

Oleh karena itu, seorang imam dipanggil untuk menjadi gembala yang baik.
“Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yohanes 10:11).
Seorang gembala yang baik mendasarkan pelayanannya pada kasih yang begitu besar, yang
bahkan rela mengurbankan diri, mengurbankan seluruh hidupnya, mengurbankan nyawanya
demi kawanannya. Pelayanan yang penuh kasih ini telah nyata dalam hidup para imam di
Paroki Kotabaru. Pelayanan yang penuh kasih itu bersumber dari Ekaristi dan memuncak
dalam Ekaristi, di mana ketika imam mempersembahkan Tubuh dan Darah Kristus, ia
diundang untuk juga mempersembahkan seluruh hidupnya, sebagaimana kata-kata institusi:
“Inilah Tubuh-Ku dan inilah Darah-Ku yang dipersembahkan bagimu!”. Undangan itu pun
tidak hanya berhenti pada ritus, tetapi benar-benar dihidupi dalam pelayanan sehari-hari. Di
tengah padatnya pelayanan di Paroki Kotabaru, para imam tetap menyempatkan diri untuk
berdoa dan menimba energi dari Tuhan yang memanggil mereka untuk menyerahkan seluruh
hidup mereka demi pelayanan yang penuh kasih.

Daftar Pustaka

Sumber Buku
Adisusanto SJ, F.X., dan Bernadeta Harini Tri Prasanti, penerj. Evangelii Gaudium:
Sukacita Injil. Diedit oleh Martin Harun, OFM dan T. Krispurwana Cahyadi
SJ. Jakarta: Dokpen KWI, 2014.

23
Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. Rencana Induk KAS 2016-2035.
Semarang: KAS, 2015.

Hani Rudi Hartoko, Albertus. Profil Paroki SJ. Yogyakarta: Kanisius, 2013.

Hardawiryana R., penerj. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Penerbit OBOR, 2017.

Keuskupan Agung Semarang, Pedoman Dasar Pelayanan Pastoral Paroki


Keuskupan Agung Semarang. Semarang: KAS, 2020.

Paroki Kotabaru. Protokol Perlindungan Anak-anak dan Orang Dewasa Rentan.


Yogyakarta, 2022.

Paroki Kotabaru. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Pastoral Paroki Santo Antonius


Padua Kotabaru. Yogyakarta, 2021.

R.D. Robertus Rubiyatmoko (Peny.). Kitab Hukum Kanonik: Edisi Resmi Bahasa
Indonesia (Revisi II). Jakarta: Konferensi Waligereja Indonesia, 2016.

Sumber Situs Jejaring


Hipolitus Kewuel. “Memahami Pastoral Berbasis Data untuk Melayani Umat Lebih
Baik,” (Artikel Online), tersedia dari
https://www.academia.edu/31113813/MEMAHAMI_PASTORAL_BERBASI
S_DATA UNTUK_MELAYANI_UMAT_LEBIH_BAIK; diakses pada 25
April 2023.

Paroki Kotabaru. 2023. “Sejarah Gereja”. Dalam < https://parokikotabaru.org/sejarah-


gereja/>. Diakses pada 4 April 2023, pukul 19.00.

Paroki Kotabaru. 2023. “umkmkobar”. Dalam < https://umkmkobar.com/product/>.


Diakses pada 4 April 2023, pukul 21.00.

Paroki Kotabaru. 2023. “Visi dan Misi Paroki”. Dalam


<https://parokikotabaru.org/visi-misi/>. Diakses pada 4 April 2023, pukul
21.00.

Sumber Wawancara
Wawancara dengan Ibu Maria Magdalena Eka Rahayu. 15 Maret 2023. Pukul 13.00
WIB.

Wawancara dengan Romo Macarius Maharsono Probho, SJ. 15 Maret 2023. Pukul
10.00 WIB.

Wawancara dengan Romo Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, SJ. 16 Maret 2023.
Pukul 10.00 WIB.

24
25

Anda mungkin juga menyukai