Anda di halaman 1dari 4

Komisi Pendidikan (KOM-DIK)

Pendidikan adalah perangkat keuskupan yang membantu karya penggembalaan Uskup dalam
bidang pendidikan. Ketua: Br. Heribertus Sumarjo, FIC. Pelayanan dengan cara:

menyiapkan kebijakan, ketentuan, peraturan tentang penyelenggaraan pendidikan di Keuskupan


dan melaksanakannya agar tujuan pendidikan Katolik tercapai

memperhatikan, mengusahakan koordinasi dan memberi pendampingan pendidikan dari tingkat


dasar sampai dengan pendidikan tinggi supaya semakin “berjiwa Katolik”

membantu perkembangan dan ketrampilan petugas yayasan, sekolah, dan peserta didik serta
orang Katolik di lembaga-lembaga pendidikan yang bukan Katolik, khususnya dalam hal iman,
penghayatan nilai Kristiani, sehingga menjadi agen perubahan sosial

bekerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta dalam komunikasi dengan MPK KAJ

memperhatikan saran Komisi Pendidikan KWI dan menyesuaikannya dengan kondisi KAJ serta
menyampaikan saran, usul, dan pertimbangan kepada Komisi Pendidikan KWI

Anggota Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Jakarta (Komdik KAJ), Ignatius Budi Santoso,
meminta agar guru-guru Katolik tidak terlena dengan kejayaan sekolah Katolik yang dulu
dikenal memiliki kualitas yang baik, namun mendorong lembaga pendidikan Katolik yang
berkualitas untuk mempertahankan dan bila perlu meningkatkan kualitas itu.

Budi Santoso berbicara dalam talk show di aula Paroki Santo Gregorius Agung, Kutabi,
Tangerang, yang berlangsung dua hari, 23-24 Agustus 2014. “KAJ melalui Komdik KAJ sangat
mendukung seluruh kegiatan guru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan serta terus-
menerus, meningkatkan mutu pelayanan baik dan lebih prima,” jelasnya.

Bukti dukungan itu, jelasnya, adalah pembangunan gedung Sentra Belajar Guru (SBG) di
Bekasi. “Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo melalui Komdik KAJ secara terus-menerus
menyelenggarakan pelatihan bagi para guru Katolik dari setiap dekenat guna mengajak mereka
untuk terus belajar,” kata Budi Santoso. KAJ memiliki delapan dekenat : Tangerang, Bekasi,
Jakarta Barat I, Jakarta Barat II, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat.

Pegiat Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) itu juga mencatat bahwa saat ini
sekolah-sekolah lain lebih “cepat lari” daripada sekolah-sekolah Katolik. “Karena itu para guru
sekolah Katolik diharapkan terus-menerus belajar melalui berbagai pelatihan.”

Pembina SBG itu lebih lanjut mengatakan bahwa lembaga itu merupakan jawaban atas
kegelisahan para guru Katolik yang mengabdi di sekolah-sekolah Katolik dan non-Katolik di
Jakarta. “Melalui pelatihan, seminar, dan diskusi di SBG, para guru Katolik meningkatkan
kualitas diri serta membagikan pengalaman positif kepada sesama guru Katolik lainnya,”
jelasnya.

Dengan pelatihan bertajuk “Strive For Excellence,” yang terinspirasi dari buku “The Seven
Habits of Highly Effective People,” diharapkan para guru Katolik mempunyai paradigma
berpikir yang benar bahwa kehidupan pribadi, profesional, serta pelayanan umat mesti dijalankan
dengan seimbang dan dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Hampir setiap bulan talk show dan seminar dilakukan untuk para guru Katolik. ”Saya berharap
agar pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di setiap dekenat bisa memberikan pembekalan bagi
para guru,” kata kepala sekolah SMK Strada Jakarta itu.

Seorang pengajar Katolik di sebuah sekolah swasta, Rosalia Ruwiyani, berharap agar pelatihan
itu tidak dilaksanakan setiap hari Sabtu, karena pada hari itu masih banyak guru Katolik harus
menjalankan tugas rutin mengajar. (Konradus R. Mangu)
Wadah Inspirasi Guru Katolik
Kamis, 10 April 2014 13:00 WIB

HIDUPKATOLIK.com - Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo berpesan,


agar pendidikan sedapat mungkin diupayakan bagi anak-anak masa kini,
sehingga mereka bisa memperoleh pendidikan yang lebih baik. Demikian
diungkapkan Mgr Suharyo saat memimpin perayaan Ekaristi peresmian Sentra
Belajar Guru (SBG) di aula Mazzarello Paroki St Yohanes Bosco Danau Sunter,
Jakarta Utara, Sabtu, 22/3. Di hadapan sekitar 350 guru Katolik di Dekenat
Jakarta Utara, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Mgr Suharyo berharap, “Melalui SBG ini, para guru Katolik
dapat menimba semangat dan inspirasi untuk memberikan nilai-nilai pendidikan kristiani kepada anak-
anak didik.”

Keistimewaan pendidikan kristiani, lanjut Mgr Suharyo, terletak pada inspirasi iman yang mendasari
pendidikan itu. “Maka, guru juga harus menjadi ‘Kristus-Kristus kecil’ pada jaman sekarang,” tegasMgr
Suharyo.

SBG Dekenat Jakarta Utara ini merupakan wadah bagi para guru yang bertujuan untuk memberikan
bantuan animasi, inspirasi, fasilitasi, dan koordinasi di wilayah Dekanat Jakarta Utara. Koordinator SBG
Dekenat Jakarta Utara yang dilantik dalam perayaan Ekaristi ini, Antonius Sukirdi, berharap, agar para
guru mau terlibat aktif dalam memanfaatkan sentra belajar ini. “Banyak potensi guru yang bisa
dikembangkan melalui SBG ini. Selain itu, wadah ini bisa menjadi sarana bagi Keuskupan untuk
memberikan reksa pastoral kepada para guru,” harapnya.

Kepala Sekolah SD St Anna Jakarta Utara, Gregorius Nardiatmanta, yang hadir dalam acara ini
mengatakan, “SBG ini juga diharapkan bisa menjadi sarana mencurahkan beragam keluhan para
pendidik.”
PAROKIKRANJI.ORG - Komisi Pendidikan (Komdik) KAJ mengadakan kunjungan
kerja ke Paroki Kranji dan Stasi Harapan Indah yang dipimpin oleh Bruder
Heribertus Sumarjo, FIC beserta Pater Gion, OFM dan Ibu Marie Sidharta
bekerjasama dengan Seksi Pendidikan Paroki Kranji dan Stasi Harapan
Indah menyosialisasikan Nota Pastoral dan Ajaran Sosial Gereja kepada
para guru katolik dan Insan Pendidikan Katolik pada hari Minggu, 19
Oktober 2014 dimulai pukul 08.00 s/d 13.00 WIB bertempat di Gedung
Pastoral lt.2 Paroki Kranji – St. Mikael.

Kegiatan kunjungan kerja tersebut merupakan salah satu program kerja dari
Komisi Pendidikan KAJ ke seluruh Paroki/Stasi maupun ke Lembaga
Pendidikan Katolik yang ada di Keuskupan Agung Jakarta. Hal ini
dilakukan agar para guru maupun Insan Pendidikan Katolik dapat
kembali merefleksi diri apakah dalam menjalankan tugas mengajar
selama ini sudah mengimplementasikan Nota Pastoral KWI 2008 tentang
Inti Lembaga Pendidikan Katolik maupun Nilai- nilai Ajaran Sosial
Gereja.

Berdasarkan absensi pada daftar hadir, jumlah peserta sebanyak 64 guru/tenaga


kependidikan dari jenjang SD - Perguruan Tinggi, dari Paroki Kranji 61
orang dan Stasi 3 orang, para peserta setelah registrasi mendapat bahan
materi berupa 6 buku + 1 Jilid Buku Pengimplementasian Nota Pastoral
KWI 2008 tentang Lembaga Pendidikan Katolik. Tepat pukul 08.30 acara
dimulai diawali dengan doa pembukaan dan dilanjutkan dengan kata
sambutan yang pertama oleh Bp. Benny Paeno selaku Ketua Seksi
Pendidikan Paroki sekaligus sebagai Ketua Panitia dan dilanjutkan oleh
Bp. Agustinus Suhartoyo selaku Wakil Ketua Dewan Paroki Kranji.
Mewakili Pastor Kepala Paroki, beliau mengucapkan banyak terima kasih
atas kunjungan kerja Komisi Pendidikan KAJ untuk menyapa dan
membekali para guru dan Insan Pendidikan Katolik yang ada di Paroki
maupun Stasi. Setelah selesai sambutan, maka dimulailah acara
sosialisasi untuk

Sesi I tentang Ajaran Sosial Gereja yang dibawakan oleh Pater Gion, OFM; materi
yang ditekankan antara lain tentang Nilai-nilai Ajaran Sosial Gereja yaitu:

1. Membela martabat manusia, menghargai hak-haknya, membangun


keluarga dan kebebasan beragama
2. Bertujuan untuk kesejahteraan umum
3. Solidaritas, mendukung partisipasi dan kerjasama di dalam kelompok dan
antar kelompok masyarakat
4. Subsidiaritas, memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat
5. Mengutamakan/berpihak pada kaum miskin
Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan tanya-jawab sampai dengan
pukul 10.00 dan diadakan coffee break kurang lebih 30 menit.

Setelah coffee break, tepat pukul 10.30 dilanjutkan Sesi II tentang Nota Pastoral
yang dibawakan oleh Bruder Heribertus Sumarjo, FIC selaku Ketua
Komisi Pendidikan KAJ, materi yang ditekankan antara lain tentang Nilai
Inti Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) meliputi:

1. Setia pencerdasan kehidupan bangsa


2. Setia Ciri Khas Katolik
3. Setia Spiritualitas Pendiri
4. Setia Pewartaan Kabar Gembira
5. Unggul dalam pendampingan kaum muda
6. Lebih berpihak kepada yang miskin

Dalam setiap sesi para peserta sangat antusius untuk bertanya sehingga
pertemuan tersebut sungguh hidup sehingga tanpa terasa waktu sudah
menunjukkan pukul 13.00 WIB, maka sebagai kesimpulan akhir para
guru mengharapkan agar pertemuan semacam ini minimal setiap tahun
dapat diselenggarakan. Tepat pukul 13.00 WIB acara ditutup dengan doa
penutup dan dilanjutkan ramah-tamah dengan makan siang dan
pembagian door prize.

Anda mungkin juga menyukai