Abstract Abstrak
This research found the model of Hasil penelitian model pemberdayaan Gereja
St. Albertus Agung Jetis dan Gereja Hati Santa
empowerment in“St. Albertus Agung” Jetis Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran di Kota
Church and “Hati Santa Perawan Maria Tak Yogyakarta menunjukan bahwa pengelolaan
Bercela” Kumetiran Churchin Yogyakarta kedua rumah ibadat digariskan secara hirarkis
mulai dari Uskup (Keuskupan), diturunkan lagi
shows that the management of both kepada Kevikepan (perwakilan uskup dengan
synagogues has been put in a hierarchical wilayah tertentu), kemudian dilaksanakan dalam
structure starting from the Diocese, to paroki oleh pastor paroki beserta jajarannya.
Pola ini merupakan kekhasan Katolik, dan
the Vicariate (bishop representatives with
pola organisasinya sama untuk Paroki-Paroki.
specific region), and then to the parish by Perbedaannya, berjalan tidaknya organisasi
parish priests and his officials. This pattern is Paroki tergantung kepemimpinan dan kreativitas
a typical of Catholicism, and the same pattern Pastor Paroki.
of organization applies also to the parish. The Pemberdayaan ekonomi umat untuk kedua
difference is on the way of the organization gereja di atas tidak begitu kelihatan. Adapun
upaya yang difasilitasi adalah berupa pelatihan-
operates, which depends on the leadership pelatihan kepada umat untuk menambah
and creativity of the Parish Priest. penghasilan mereka misalnya, berdagang.
Ada juga pemberian pinjaman dana dengan
Meanwhile the economic empowerment of keringanan pembayaran cicilan seperti yang
the people to the church is not too visible. The dilakukan di paroki Santo Albertus Jetis
Yogyakarta. Pemberdayaan ekonomi umat pada
main reason is the economic empowerment umumnya bersifat karitatif.
of the people is mostly oriented to charity.
Whereas, the church facilitates some Bantuan yang diterima oleh kedua gereja tersebut
adalah berupa hibah barang/peralatan seperti
trainings like trade training to enhance their sarana wireless/sound system, dan bantuan
income. For other programs, the church also sejumlah dana untuk kegiatan pembinaan
provides funds with mortgage payment relief orang muda Katolik. Pada awal tahun Dewan
Paroki Pleno merencanakan program pelayanan
as has been practiced in the parish of Santo pastoral paroki dan pada akhir tahun Dewan
Albertus Jetis Yogyakarta. The provision of Paroki Pleno melakukan evaluasi dan refleksi
this fund is caricative in naure. pelayanan pastoral atas semua program dan
kegiatan dalam setahun.
The donation that the two churches receive Kesadaran untuk terlibat dalam melayani umat
consists of gwriless and sound systems and dan menyumbangkan tenaga, dana dan waktu
some funds for the youth councelling. In the untuk terlibat dalam pembangunan iman umat
paroki tanpa gaji atau honor, ini menjadi faktor
beginning of the year, the church planned to pendukung keberadaan kedua gereja tersebut.
establish pastoral services and they evaluate Sedangkan faktor penghambatnya adalah masih
the program by the end of the year as an rendahnya kesediaan sebagian jemaat gereja
overall evaluation for the whole program. dalam memberikan dana kolekte, tidak seimbang
jika dibanding dengan gaya hidup mereka.
Keywords: Diocese, Vicariate, the parish Kata kunci: Keuskupan, Kevikepan, Pastor
priest, Eucharisti, and charitable. Paroki, Ekaristi, dan Karitatif.
Agung Semarang diketuai oleh Uskup sendiri (Hukum Gereja Katoliki, KHK.
Metropolit yang adalah Uskup Agung 515). Dalam paroki itu, umat menjadi
untuk memimpin wilayah keuskupan warga gereja melalui baptisan. Di dalam
yang ditentukan dan disetujui oleh Paus Paroki terdapat pembinaan iman umat
(Bdk. Hukum Gereja Katolik, KHK. Kan. dan karya pelayanan dilaksanakan
435). Untuk meningkatkan efektivitas dan pelayanan kepada orang sakit, orang-
efisiensi pelayanan kegembalaan, maka orang yang tua, dan kaum kecil, lemah,
Keuskupan Agung Semarang dibagi miskin, tersingkir dan difabel. Pusat
menjadi 4 wilayah kevikepan yaitu kehidupan paroki adalah perayaan
Ekaristi dan pewartaan Sabda Allah.
1. Kevikepan Semarang
Pastor Paroki/Romo Paroki adalah
2. Kevikepan Kedu pemimpin (gembala) masing-masing
3. Kevikepan Yogyakarta paroki yang diserahkan kepada dirinya
dan menunaikan tugas kepemimpinan
4. Kevikepan Surakarta (reksa pastoral) jemaat yang dipercayakan
kepada dirinya di bawah otoritas Uskup
Keuskupan Agung Semarang
setempat yang dipanggil mengambil
untuk wilayah Kevikepan D.I. Yogyakarta
bagian dalam pelayanan Kristus, untuk
dipimpin seorang Romo Vikep, yang
menjalankan tugas-tugas mengajar,
wilayah kegembalaannya terdiri
menguduskan dan memimpin jemaat
dari 30, antara lain Paroki Kidul Loji,
dengan kerjasama dengan imam/pastor,
Paroki Babadan, Paroki Baciro, Paroki
diakon dan umat beriman kristiani awam
Banteng, Paroki Bantul, Paroki Bintaran,
menurut hukum gereja Katolik (Hukum
Paroki Boro, Paroki Gamping, Paroki
Gereja Katolik, KHK. Kan. 519)
Ganjuran, Paroki Jetis, Paroki Kalasan,
Paroki Kelor, Paroki Klepu, Paroki Perayaan Sakramen Ekaristi
Kotabaru, Paroki Kumetiran, Paroki adalah puncak dan sumber hidup rohani
Medari, Paroki Minomartani, Paroki Kristiani di mana perayaan tersebut untuk
Mlati, Paroki Nanggulan, Paroki Pakem, mengenang perjamuan malam terakhir
Paroki Pangkalan, Paroki Pringwulung, yang diadakah oleh Kristus. Dalam
Paroki Promasan, Paroki Pugeran, Paroki perjamuan itu Yesus mengumpamakan
Sedayu, Paroki Somohiran, Paroki Wates, tubuh dan darahNya dalam rupa roti dan
Paroki Wonosari, Paroki Pringgolayan, anggur yang dibagi-bagikan kepada para
dan Paroki Nandan. rasul. Perbuatan simbolis ini menunjukkan
bahwa Yesus mengorbankan tubuh
Kevikepan (vikaris episkopal)
dan darahNya (nyawaNya) untuk
merupakan pembagian wilayah
menyelamatkan semua orang. Dengan
pelayanan keuskupan yang terdiri paroki-
demikian perayaan Ekaristi merupakan
paroki yang dipimpin oleh seorang
perayaan kurban dan persembahan
wakil Uskup yang disebut Romo Vikep.
diri bagi orang lain, yang merupakan
Kevikepan Yogyakarta terdiri dari 33
panggilan semua orang kristiani untuk
Paroki. Salah satunya adalah Paroki Santo
memberikan diri membagikan kebaikan
Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Paroki
Tuhan. Sakramen Ekaristi sering disebut
adalah jemaat tertentu kaum beriman
sakramen cintakasih, lembang kesatuan,
kristiani yang dibentuk secara tetap dalam
ikatan cintakasih, perjamuan Paskah
gereja partikular dan yang reksa pastoral
(Konsili Vatikan II, SC art. 47)
(arah kegembalaan/kepemimpinannya)
di bawah otoritas Uskup diosesan/ Setiap paroki harus mengikuti
keuskupan, dipercayakan kepada pastor- ARAH DASAR PASTORAL (baca:
paroki sebagai gembala/pemimpinnya mirip GBHN RI) yang telah ditetapkan
dan statusnya belum dilepas. Hal itu oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan
semakin nyata dengan adanya Undang- cara pengangkatan bagi kepala Daerah
Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Tingkat II seperti yang lain.
Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di
Seiring dengan bergulirnya
mana D.I Yogyakarta sebagai Tingkat
era reformasi, tuntutan untuk
I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai
menyelenggarakan pemerintahan
Tingkat II yang menjadi bagian Daerah
di daerah secara otonom semakin
Istimewa Yogyakarta.
mengemuka, maka keluarlah Undang-
Selanjutnya Walikota kedua dijabat undang No. 22 Tahun 1999 tentang
oleh Mr. Soedarisman Poerwokusumo Pemerintahan Daerah yang mengatur
yang kedudukannya juga sebagai Badan kewenangan daerah menyelenggarakan
Pemerintah Harian serta merangkap otonomi daerah secara luas, nyata
menjadi Pimpinan Legislatif yang pada dan bertanggung jawab. Sesuai UU
waktu itu bernama DPR-GR dengan ini maka sebutan untuk Kotamadya
anggota 25 orang. DPRD Kota Yogyakarta Dati II Yogyakarta diubah menjadi
baru dibentuk pada 5 Mei 1958 dengan Kota Yogyakarta sedangkan untuk
anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu pemerintahannya disebut denan
1955. Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan
Walikota Yogyakarta sebagai Kepala
Dengan kembali ke UUD 1945 Daerahnya.
melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka
Kota Yogyakarta terletak di lembah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957
tiga sungai, yaitu Sungai Winongo,
diganti dengan Undang-Undang Nomor
Sungai Code (yang membelah kota dan
18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok
kebudayaan menjadi dua), dan Sungai
Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala
Gajahwong. Kota ini terletak pada
Daerah dan DPRD dipisahkan dan
jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari
dibentuk Wakil Kepala Daerah dan Badan
Semarang, dan 65 KM dari Surakarta,
Pemerintah Harian serta sebutan Kota pada jalur persimpangan Bandung-
Praja diganti Kotamadya Yogyakarta. Semarang-Surabaya-Pacitan. Kota ini
Atas dasar Tap MPRS Nomor memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl.
XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang- Meski terletak di lembah, kota ini jarang
Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang mengalami banjir karena sistem drainase
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. yang tertata rapi yang dibangun oleh
Berdasarkan Undang-undang tersebut, pemerintah kolonial, ditambah dengan
DIY merupakan Propinsi dan juga giatnya penambahan saluran air yang
dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.
Daerah Tingkat I yang dipimpin oleh
Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kota Yogyakarta telah terintegrasi
Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sejumlah kawasan disekitarnya,
dan Wakil Gubernur Kepala Daerah sehingga batas-batas administrasi sudah
Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat tidak terlalu menonjol. Untuk menjaga
oleh ketentuan masa jabatan, syarat keberlangsungan pengembangan
dan cara pengangkatan bagi Kepala kawasan ini, dibentuklah sekretariat
Daerah dan Wakil Kepala Daerah bersama Kartamantul (Yogyakarta,
lainnya, khususnya bagi beliau Sri Sultan Sleman, dan Bantul) yang mengurusi
Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka semua hal yang berkaitan dengan
Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya kawasan aglomerasi Yogyakarta dan
Yogyakarta merupakan daerah Tingkat daerah-daerah penyangga (Depok,
II yang dipimpin oleh Walikotamadya Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, dan
Kepala Daerah Tingkat II di mana terikat Banguntapan).
Pada awalnya, Stasi Jetis belum Atas prakarsa Rm. Carri dan
memiliki gedung gereja sendiri, sehingga tokoh-tokoh awam di wilayah Stasi Jetis
perayaan Ekaristi pada hari Minggu maka pada 8 Oktober 1963, dibentuklah
ataupun hari raya diselenggarakan di “Pengurus Gereja dan Papa-Miskin Room
rumah umat, di tempat umum ataupun Katolik Di Wilayah Gereja Albertus
di kantor instansi pemerintah yang Agung Soegijopranoto di Yogyakarta”
memungkinkan, seperti SMPN VI, SPG/ (PGPM) oleh pejabat Uskup Semarang,
SMA XI, STM Jetis dan kantor Balai Mgr. Justinus Darmojuwono. Akta
Penyamakan kulit di Jl. Diponegoro (kini: Notaris PGPM disahkan di hadapan
Rumah Makan “Sari Raja”). Notaris RM. Soeprapto pada tanggal 4
November 1963.
Pertengahan 1959, Stasi Jetis berada
dalam reksa pastoral Rm. Carlo Carri, SJ. Persoalan besar yang dihadapi oleh
Dengan telaten, Rm. Carri mengadakan PGPM ialah dimanakah akan didirikan
pendekatan dengan tokoh-tokoh awam di gedung gereja? Pengurus mulai melirik
Stasi Jetis untuk menjajaki kemungkinan beberapa tempat yang memungkinkan
mendirikan gereja di wilayah Jetis. Pada untuk mendirikan gereja. Beberapa
tanggal 15 Oktober 1960, di Jetis berdiri pilihan mulai bermunculan namun belum
Susteran Amal Kasih Darah Mulia dan ada yang sesuai. Di tengah kesibukan
diresmikan oleh Sr. Patricia, ADM sebagai mencari tanah itu, umat Stasi Jetis harus
provinsial. Atas kebaikan Suster-suster rela melepas kepergian Rm. Carri yang
ADM, umat Stasi Jetis diperbolehkan diangkat sebagai Sekretaris Keuskupan
mengadakan Perayaan Ekaristi di Kapel Agung Semarang. Sebagai penggantinya
Susteran. adalah Rm. H. Natasusila, Pr, mulai bulan
Agustus 1964.
Karena perkembangan umat
semakin pesat, maka untuk efektifitas Sementara itu, perkembangan umat
pendampingan dan reksa pastoral umat, semakin pesat. Hal itu karena lahirnya
Kring Bangirejo dimekarkan menjadi kring-kring baru, yakni Kring Karangwaru
dua kring, yakni Kring Blunyah dan dan Poncowinatan. Sedangkan Kring
Kring Bangirejo. Kring Jetis dimekarkan Gowongan dan Penumping yang
menjadi dua, yakni Kring Cokrokusuman sebelumnya menjadi bagian dari Paroki
dan Kring Cokrodiningratan. Mengingat Kumetiran digabungkan ke Jetis sehingga
alasan kedekatan teritorial, Kring Kricak Stasi Jetis saat itu mempunyai 12 kring.
yang sebelumnya menjadi wilayah Paroki Bertambahnya jumlah kring ini semakin
Kumetiran digabung menjadi bagian memperkuat keinginan umat untuk
Stasi Jetis. memiliki gedung gereja sendiri.
berupa dana membiayan uang sekolah dalam pembangunan iman umat paroki
atau uang sosial bagi yang sakit atau tanpa gaji atau honor. Sedangkan faktor
berduka. penghambatnya adalah kurangnya
disiplin umat pada pelaksanaan perayaan
Kesadaran umat cukup tinggi dalam Ekaristi: datang terlambat, pulang lebih
memberikan persembahan sukarela (iuran cepat, main HP saat ibadat, ada yang
bulanan) yang dikelola untuk memberi berpakaian tidak pantas dan berisik saat
penghidupan yang layak bagi para ibadat.
uskup/imam, pelaksanaan karya-karya
pembinaan iman umat dan pelaksanaan
karya amal kasih terutama bagi mereka
yang berkekurangan. Adapun bantuan Rekomendasi
yang diterima oleh Santo Albertus Jetis Segenap komponen yang
Yogyakarta dan paroki Santa Perawan berpengaruh pada masyarakat Katolik
Maria Tak Bercela adalah berupa hibah agar lebih mengintensifkan internalisasi
barang/peralatan seperti sarana wireless/ ajaran berderma kepada seluruh lapisan
sound system, dan bantuan sejumlah dana masyarakat Katolik, sehingga mereka
untuk kegiatan pembinaan orang muda dapat meningkatkan pengamalan apa
Katolik. Pada awal tahun Dewan Paroki yang ditetapkan dalam ajaran agama
Pleno merencanakan program pelayanan dan dapat meningkatkan pemberian
pastoral paroki, masukan umat, kondisi bantuan kepada masyarakat yang tidak
paroki dan pelayanan berdasarkan data mampu baik yang karitatif maupun
terkini. Dan pada akhir tahun Dewan pemberdayaan.
Paroki Pleno melakukan evaluasi dan
refleksi pelayanan pastoral atas semua Perlu pembinaan umat secara rutin
program dan kegiatan dalam setahun dan berkelanjutan melalui kunjungan
ke lingkungan-lingkungan secara rutin
Faktor pendukung diantaranya ketika Perayaan Ekaristi, maupun pada
adanya kesadaran untuk terlibat dalam saat-saat dibutuhkan jemaat.
melayani umat dan menyumbangkan
tenaga, dana dan waktu untuk terlibat ***
Bahan Pustaka
Mardiatmaja P.B.S & Weinata Sairin (Pengulas dan Editor). 50 Mutiara Pemikiran
Pendidikan Kristiani Untuk Bangsa, Jakarta: Ayub.
Modouw J, Pendidikan dan Peradaban Papua: Suatu Tinjauan Kritis Transformatif,
Yogyakarta: Bajawa Press, 2013.
Pertemuan Konsultasi Antara Pimpinan Gereja dan Tokoh Katolik se-Tanah Papua
Tahun 2007. Kesepakatan Timika, Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Soekanto Soerjono, Kamus Sosiologi, Cet. Ke-3, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993.