Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Menjadi seorang hamba Tuhan atau yang biasa disebut dengan Pendeta bukanlah hal
yang mudah. Dan untuk mencapai itu, di dalam sinode kerukunan Gereja Masehi Protestan
Indonesia (KGMPI), seorang harus melalui proses yang panjang. Proses pertama yang harus
dilalui adalah menempuh pendidikan. Theology, setelah lulus dari S1, seseorang harus
melewati masa Vikarist selama kurang lebih 2 tahun, kemudian diteguhkan untuk menjadi
seorang pendeta. Dalam menjalani masa Vikarist, setiap Vikarist ditempatkan di jemaat oleh
sinode dan wajib membuat laporan triwulan untuk diserahkan ke sinode. Selama menjalani
masa Vikarist ada banyak pengalaman yang penulis dapatkan. Persoalan yang timbul dalam
jemaat serta keterlibatan penulis dalam menyelesaikan persoalan merupakan satu pengalaman
yang sangat bermanfaat ketika dalam pelayanan dan untuk palayanan kedepannya.

Laporan pelayanan ini ditulis dalam rangka melaporkan kegitan pelayanan Vikarist
sebagaimana yang diatur oleh sinode kepada setiap tenaga vikarist. Dalam laporan ini ada
berbagai kegiatan yang dilakukan vikarist berkaitan dengan pelayanan yang antara lain
mengupas secara singkat tentang sejarah Gereja KGMPI di wilayah XVI, keadaan jemaat
yang dilayani, kerohanian jemaat, program pelayanan serta masalah yang dihadapi dalam
jemaat dan ditutup dengan kesimpulan dan saran.

Hanya berkat dan pertolongan Tuhanlah akhirnya penulis dapat menjalani masa
Vikarist selama kurang lebih 10 bulan di tahun yang pertama. Akhirnya segala pujian dan
hormat hanya bagi Tuhan Yesus, yang merupakan pendong bagi penulis dalam
menyelesaikan masalah ini.
BAB II

SEJARAH SINGKAT GEREJA

Berdirinya KGMPI Kalvari Talengen berawal dari gejolak yang terjadi dalam tubuh
GMIST karena kasus tanah yang ditinggalkan oleh zending Belanda yang diserahkan kepada
Sinode GMIST yang menurut warga/ anggota Jemaat, tanah tersebut adalah milik nenek
moyang mereka yang dirampas oleh Pendeta zending Belanda, yang bernama Steller (Alm)
dengan keluarga penjajah.

Kasus ini memuncak pada bulan maret 1062, yang mengakibatkan beberapa orang
warga jemaat dijeblosan ke dalam penjara, dan salah satunya adalah ketua jemaat Bpk.Nezar
Medellu (Alm) yang waktu itu statusnya sebagai guru jemaat di Talengen. Peritiwa tersebut
mengakibatkan sebagian warga jemaat GMIST Talengen (kurang lebih 160 KK) menyatakan
diri keluar dari GMIST dan bergabung dengan jemat RAPRI di Tamako pada buan Mei 1962.

Pengurus RAPRI Tamako (Dewan organisasi dan dewan Gereja) menerima pernyataan
untuk bergabung, namun harus melalui proses secara teliti sesuai AD da ART gereja RAPRI.
Selama menunggu proses tersebut, warga jemaat tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan
gerejawi (ibadah minggu dan kelompok rumah tangga), tanpa induk organisasi (tidak ke
GMIST dan belum ke RAPRI), namun komunikasi Talengen-Tamako tetap berjalan lancar ke
arah penggabungan jemaat talengen dengan RAPRI Tamako. Setelah melewati proses &
perjalanan yang panjang, akhirnya keluarlah keputusan pengurus RAPRO Tamako untuk
meresmikan jemaat RAPRI Talengen. Berdasarkan keputusan dimaksud, maka pada tanggal
28 September 1963 diresmikanlah jemaat RAPRI Talengen, dan acara peresmian ini disusul
dengan kegiatan-kegaitan pelayanan Sakremen yaitu :

1. Perjamuan Kudus
2. Baptisan
3. Peneguhan Pendeta & Majelis Jemaat
4. Peneguhan Nikah
5. Peneguhan Sidi Baru

Sebagai Pendeta yang pertama di Jemaat RAPRI Talengen, yang ditahbiskan pada waktu
itu adalah Pdt.Nesar Medellu (Alm), lengkap dengan staf majelis jemaatnya.
Kegiatan pelayanan yang dilakukan sehubugan dengan peresmian jemaat waktu menyita
waktu sampai 2hari yaitutanggal 28 s/d 29 September 1963, dan dikoordinir oleh
Pdt.Z.Manansang (Alm) selaku ketua umum dewan gereja RAPRI, dibantu oleh beberapa
orang pendeta lainnya.

Sejalan dengan perkembangan & pertumbuhan gereja, maka sejak bulan Desember 1972,
(setelah penggabungan GMPI dan RAPRI di depatemen Agama), namum jemaat RAPRI
Talengen pun berubah menjadi “jemaat GMPI yayasan RAPRI” Talengen. Pada bulan
Oktober 1975, Pdt.Paulus Maluegha (Alm) dari Manadi berkunjung ke jemaat Talengen &
beberapa jemaat lain di Sangihe dalam ranga sosialisasi proses penggabungan GMPI &
RAPRI yang bakal dibahas dalam sidang Raya I di jemaat GMPI Bahu/Sario-Manado, pada
kunjungan tersebut Pdt. Paulus Mawegha sempat memberi saran kepada BPH & Majelis
jemaat, supaya jemaat Talengen harus mempunyai nama khusus jemaat, sebagaimana jemaat-
jemaat yang tersebar di kota Manado.

Dengan adanya saran ini maka majelis/BPH jemaat mengadakan musyawarah bersama
Pdt. Paulus Mawegha untuk membicarakan & merumuskan nama buat jemaat “GMPI
yayasan RAPRI “Talengen”.

Dalam musyawarah tersebut munculah 2 usus tentang pemberian nama jemaat Talengen
yaitu:

1. Jemaat GMPI yayasan KAPRI Talengen diberi nama “Golgota” karena letak &
tempat bangunan gedung ibadah agak di atas bukit kecil.
2. Sejalan dengan usul pertama, maka sesuai dengan letak & tepat bangunan, gedug
ibadah serta sesuai pula dengan sejarah gereja/ jemaat Talengen, ada anggota jemaat
yang mengusulkan nama Kalvari.

Pdt. Mawegha (Alm) menerima baik usul tersebut dan untuk nama yang akan dipakai
menurut beliau sebaiknya ditentukan melalui undian, dan nama yang terpilih lewat hasil
undian adalah Kalvari, sejak saat itu jemaat Talengen pun menggantungkan papan nama
sekalipu bersifat sementara yaitu “Jemaat Kalvari Talengen”.

Setelah diadakannya Sidang Raya II “GMPI yayasan RAPRI” tanggal 25 s/d 30 Juni 1980
di Talengen, dan berhasil merumuskan nama Penggabungan GMPI & RAPRI yang akan
didaftarkan di Departemen Agama, seluruh jemaat GMPI di kota Manado dan sekitarnya dan
seluruh jemaat RAPRI di Kepualauan Sangihe harus menerima nama gereja yang baru yaitu
“Kerukunan Gereja Masehi Protestan Indonesia” terhitung mulai tanggal 1 Juli 1980, dengan
nama Gereja hasil Sidang Raya II yaitu :

Kerukunan Gereja Masehi Protestan Indonesia (KGMPI)

Jemaat “Kalvari” Talengan.

(dikutip dari buku sejarah singkat Gereja KGMPI oleh Pnt.J.Kakampu)

 Keadaan Jemaat/ Gereja yang dilayani


1. Nama Gereja yang dilayani
Setelah kurang lebih 4 bulan penulus berada di jemaat Sesaluhang Bungalawang,
punulis melanjutkan kembali tugas pelayanan di jemaat KGMPI Kalvari Talengen
yang dimulai dari bulan Juli-Oktober 2019.
Jemaat KGMPI Kalvari Talengen dipimpin oleh Pnt. A.G.Kansil, S.Pd sebagai
Ketua Jemaat, yang dibantu oleh 22 orang majelis, 1 orang Pendeta dan 2 orang
Kostor, yang memiliku bagian-bagian dalam pelayanan.

N NAMA JABATAN
O
1 Pdt. M.Mandahari, S.Th Pendeta Jemaat/ Wilayah
2 Pnt. A.G.Kansil, S.Pd Ketua Jemaat
3 Pnt. E.D.Lahopang, S.Pd Penasehat Jemaat
4 Pnt. J.W.Mansauda, A.Ma.Pd Penasehat Jemaat
5 Pnt. A.D.Kakampu, S.Pd
6 Pnt. CH.Mansauda Sekretaris Jemaat I
7 Pnt. A.R.Makahinsade, S.Pd Sekretaris Jemaat II
8 Pnt. N.K.Managha, S.Pd Bendahara Jemaat I
9 Pnt. D.I.Lahopang Bendahara Jemaat II
10 Pnt. R.M.Malaihang Koordinator KLP I
11 Dkn. T.k.Gunena Sekretaris
12 Pnt. I.M.Philip Bendahara
13 Pnt. E.Y.M.Sahnggamu Koordinator II
14 Dkn. G.K.Sirih Sekretaris
15 Pnt. D.I.Lahopang Bendahara
16 Pnt. W.Dalope Koordinator Pelka Bapak
17 Pnt. E.Manikome Sekretaris
18 Bpk. J. Mangumpaus Bendahara
19 Pnt. S.Manoppo Koordinator Pelka Pemuda
20 Pnt. M.Y.Dalope, SKM Sekretaris
21 Ningsi Defretes Bendahara
22 Pnt. E.T.Dalope Koordinator Pelka Remaja
23 Junifer Mansauda Sekretaris
24 M. Manganggung Bendahara
25 Pnt. I.M.Philip Koordinator SM
26 J. Matantu Sekretaris
27 A. Basar Bendahara

2. Jumlah Jemaat
Jemaat KGMPI Kalvari Talengen berjumlah kurang lebih 43 K dengan 115 Jiwa

3. Kerohanian Jemaat
Berdasarkan pengamatan penulis selama menjalani masa Vikarist kurang lebih 3
bulan, kerohanian jemaat cukup baik dan sangat antusian dalam mengikuti semua
kegiatan ibadah, walaupun masih ada sebagian yang kurang dan tidak aktif dalam
setiap kegiatan ibadah baik di gereja maupun persekutuan lainnya karena faktor
kesibukan atau pekerjaan, dan masih belum mau membuka hati untuk lebih sugguh-
sungguh hidup di dalam Tuhan.
Faktor-faktor inilah yang membuat jemaat tidak aktif dalam setiap kegiatan ibadah
baik di gereka maupun persekutuan lainnya.
BAB III
PROGRAM PELAYANAN

KGMPI Kalvari Talengen memiliki program pelayanan yang rutin yakni ibadah
kategorial.
Selama menjalankan tugas pelayanan di jemaat ini, penulis dilibatkan dalam
beberapa kegiatan pelayanan antara lain :

1. Ibadah umum pada hari Minggu


Ibdah Minggu dilaksanakan pada pukul 09.00 wita sampai selesai. Dalam
pelayanan ini penulis dilibatkan dalam hal memimpin ibadah Minggu pagi
dengan jadwal yang diatur majelis, dan terkadang menggantikan Khadim yang
berhalangan.
2. Ibadah Sekolah Minggu
Dilaksanakan setiap hari Minggu pagi pukul 07.30 wita, dan anak-anak yang
hadir kurang lebih 10 orang.
Dalam pelayanan ini penulis tidak dilibatkan, karena jadwal sudah diatur oleh
pengurus sekolah minggu.
3. Ibadah Pemuda
Ibadah pemuda dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 05.00 sore.
Dalam pelayanan ini penulis tidak dilibatkan karena jadwal diatur oleh pengurus
pemuda.
4. Pelka Ibu
Dilaksanakan setiap hari Minggu setelah selesai ibadah kolom dimulai pada
pukul 12.30 wita, yang hadir kurang lebih 10-15 orang.
Dalam pelayanan ini penulis dilibatkan dalam hal penyampaian Firman
(khotbah).
5. Pelka Bapak
Dilaksanakan setiap hari Minggu selesai ibadah kolom pada pukul 12.30 wita,
jumlah kehadiran di masing-masing kolom dari pengamatan penulis kurang lebih
10 orang.
Dalam pelayanan ini penulis dilibatkan dalam hal penyampaian Firman
(khotbah).
6. Ibadah Kolom
Dilihat dari jumlah KK yang ada dalam jemaat, maka jemaat Kalvari Talengen
dibagi menjadi 2 kolom yang terdiri dari kolom 1 dan 2.
Ibadah kolom dilaksanakan setiap hari minggu selesai ibadah gereja pada pukul
12.00 wita. Jumlah yang hadir sekitar 15-20 orang di masing-masing kolom.
Dalam pelayanan ini penulis dilibatkan dalam hal penyampaian firman (khotbah).

Adapun program tambahan yang lain yaitu :


 Kunjungan hari ulang tahun
Pelayanan yang dilibatkan adalah memimpin ibadah (khotbah)
 Kunjungan orang sakit (dirumah maupun rumah sakit)
Palayanan yang dilibatkan sebagai pembawa Firman dan mendoakan orang sakit.
 Pelayanan malam penghiburan
Pelayanan yang dilibatkan sebagai pembawa Firman (khotbah)

A. Faktor pendukung dan penghambat

1. Faktor Pendukung
 Kepercayaan yang diberikan untuk melayani dalam persekutuan-persekutuan
yang ada di jemaat dan adanya sikap penerimaan yang baik kepada tenaga
vikarist.
 Adanya kerjasama yang baik dan juga rekan sekerja yang kompak dalam
pelayanan.
 Dukungan yang besar dari majelis dan jemaan yang telah mendoakan dan
memberi perhatian dalam setiap kegiatan pelayanan.

2. Faktor Penghambat
 Kurangnya kesadaran dari sebagian anggota jemaat dalam hal beribadah karena
faktor kesibukan dan masih acuh tak acuk dengan persekutuan.

B. Masalah yang ditemui dalam pelayanan


Dari pengamatan penulis selama kurang lebih 4 bulan, hampur tidak ada masalah yang
timbul dalam jemaat, karena hubungan antara pelayan dan jemaat sangat kompak,
sehingga semuanya berjalan dengan baik dan lancar baik dalam persekutuan maupun
pelayanana.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengamatan penulis selama kurang lebih 3 bulan di jemaat ini, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut :
 Hubungan / kerjasama sesama pelayan sangat baik.
(baik pendeta maupun majelis)
 Kebersamaan terjalin sangat baik di dalam jemaat
 Adanya kerindua jemaat akan kehadiran kembali setiap hamba Tuhan baik
mahasiswa praktek maupun vikarist untuk membantu pelayanan di jemaat.

Ada banyak pengalaman yang penulis dapatkan selama menjalani tugas pelayanan
kurang lebih 4 bulan di jemaat ini.

Mengenal lebih dekat rekan sepelayanan bahkan dengan jemaat, merupakan pengalaman
yang sangat berharga bagi penulis, dan ada banyak pengalaman yang ditemui dalam
pelayanan baik suka maupun duka.

Namun penulis tetap bersyukur kepada Tuhan yang telah memimpin serta menolong
penulis sehingga akhirnya boleh menyelesaikan pelayanan 3 bulan ini dan juga dapat
membuat laporan pelayanan. Tentunya masih banyak kekurangan di dalamnya dan
penulis berharap agar dapat dimaklumi.

B. Saran
 Untuk jemaat diadakan latihan tiap hari sabtu atau hari-hari tertentu sesuai
kesepakatan bersama, khusus untuk yang bertugas atara lain kesaksian pujian
maupun pemandu pujian alasannya agar ketika tampil tidak ragu-ragu, tetapi
memberi yang terbaik dan tidak mengganggu jalannya ibadah.
 Perlu adanya pelatihan musik di gereja, alasannya pemain musik gereja masih
terbatas.
 Untuk jemaat/ majelis yang terlibat pelayanan setiap ibadah Minggu pagi, baik
pemandu pujian, pembawa pujian dan pemain musik.
Alasannya supaya dapat tampil maksimal dan memberi yang terbaik dalam melayani
pekerjaan Tuhan.
C. Lampiran (data statistik jemaat)
KGMPI Kavari Talengen
Jemaat KGMPI Kalvari Talengen memilih jumlah jemaat kurang lebih 43 kepala
keluarga dengan jiwa yang terdiri dari :
1. Laki-laki : 30 orang
2. Perempuan : 35 orang
3. Dewasa : 65 orang
4. Pemuda : 21 orang
5. Anak-anak : 22 orang
6. Lansia : 16 orang
7. Manikah : 65 orang
8. Belum menikah : 2 orang
9. Sidi : 96 orang
10. Belum sidi : 8 orang
11. Baptis : 127 orang
12. Belum baptis : 2 orang

(dikutip dari buku register jemaat)

Anda mungkin juga menyukai