Disusun Oleh:
Nama : Rynaldi Mahardika Situmeang
NIM : 20.3576
Semester : III
Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Raulina Siagian
Pdt. Dr. Sanggam M. L. Siahaan, M. Th
Pdt. Morhan Doloksaribu, M. Th
Penulis
DAFTAR ISI
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi Lapangan merupakan suatu mata kuliah wajib di STT HKBP Pematangsiantar
bagi program Strata 1 (S1). Mata kuliah ini mulai diberlakukan pada semester III dan saat ini
diampu oleh tiga Dosen sebagai bagian dari team teaching, yakni Pdt. Dr. Raulina Siagian,
Pdt. Dr. Sanggam M. L. Siahaan, M.Th dan Pdt. Morhan Doloksaribu, M. Th. Adapun tujuan
dari Studi Lapangan ini adalah untuk dapat mengenal dan mengamati kegiatan apa saja yang
dilakukan Gereja dan jemaat selama pandemi Covid-19, dengan tema yang diangkat yakni
“Tantangan dan Peluang Gereja Selama Pandemi Covid-19” dalam bidang Koinonia,
Marturia dan Diakonia. Hal ini dilakukan dalam rangka menjalankan Tri-Dharma Perguruan
Tinggi, yakni pengajaran, pengabdian dan penelitian.
Dalam hal ini, STT HKBP Pematangsiantar melalui team teaching memberikan
wewenang kepada mahasiswa/i untuk melakukan Studi Lapangan di Gereja asal karena
situasi yang tidak memungkinkan bagi mahasiswa/i untuk bepergian ke luar. Sehubungan
dengan hal itu, Penulis pada akhirnya memutuskan untuk melakukan Studi Lapangan di
HKBP Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung, yang dipimpin oleh Bapak
Pdt. Amir Sitorus, M. Div.
Selama kegiatan Studi Lapangan dilakukan, Penulis melihat beragam kegiatan
pelayanan Gereja yang terpaksa terhenti akibat pandemi Covid-19. Hal ini dapat ditemukan
dalam ketiga tugas panggilan Gereja, yakni Koinonia, Marturia dan Diakonia. Namun, karena
pentingnya untuk membangun persekutuan rohani yang baik, melaksanakan tugas pekabaran
Injil dan memberikan pelayanan diakonial kepada jemaat, mengharuskan Gereja untuk
menjalankan kembali kegiatan yang sempat dihentikan, tentunya dengan tetap patuh terhadap
protokol kesehatan.
Dalam penyusunan laporan mengenai kegiatan Studi Lapangan yang dilakukan,
Penulis mencoba membaca masalah yang ditemukan dari tiga sudut pandang, yakni biblika,
pengajaran dan praktika. Ketiganya dianggap perlu karena masalah-masalah yang diangkat
Penulis dalam laporan ini perlu diberikan penyelesaian secara kompleks, utamanya dalam
upaya perefleksian kebijakan-kebijakan yang solutif di dalam Gereja. Dan pada akhirnya,
Penulis memberikan beberapa usulan, berupa program-program kegiatan yang mungkin dapat
dilakukan sebagai solusi atas berbagai tantangan yang Gereja hadapi selama masa pandemi
Covid-19 ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan-rumusan masalah yang dapat Penulis ungkapkan dalam laporan ini adalah
sebagai berikut.
a. Apa saja tantangan yang Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I hadapi
dalam aktivitas pelayanannya (Koinonia, Marturia dan Diakonia) selama masa
pandemi Covid-19?
b. Bagaimana Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I dapat melihat pandemi
Covid-19 bukan hanya sebagai tantangan, melainkan juga peluang dalam aktivitas
pelayanan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
a. Sebagai bukti pertanggungjawaban atas pelaksanaan Studi Lapangan di HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I.
b. Untuk memberikan gambaran tantangan yang Gereja HKBP Simanungkalit Ressort
Sipoholon I hadapi dalam aktivitas pelayanannya selama pandemi Covid-19.
c. Untuk memberikan beberapa usul kebijakan alternatif kepada Gereja HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I sebagai solusi atas tantangan dalam pelayanannya
dalam masa pandemi Covid-19.
BAGIAN II
Data Demografi
2.1 Lokasi Studi Lapangan
Gereja yang menjadi tempat Penulis melakukan Studi Lapangan adalah HKBP
Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung.
2.2 Sejarah Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
HKBP Simanungkalit merupakan hasil perluasan dan pengembangan pelayanan dari
Desa Lumban Soit-Lumban Sundul, yakni ketika Ephorus Dr. I. L. Nommensen mengutus
Pdt. August Mohri untuk melayani di Desa Lumban Soit pada tanggal 7 Mei 1870. Dari sini
kemudian tersebar penginjilan ke Desa Lumban Baringin, Desa Situmeang dan Desa
Simanungkalit. Terdapat banyak tantangan yang dihadapi oleh Pdt. August Mohri, tetapi oleh
karena kesabaran dan kelemahlembutannya dalam memberitakan Injil, akhirnya banyak
orang yang mulai tertarik dengan penginjilannya. Pada tahun 1879, warga Desa
Simanungkalit sudah ada yang bersedia yang bersedia untuk dibaptis. Tiga tahun kemudian,
semakin banyak orang yang tertarik untuk ikut dibaptis yang mengakibatkan Pdt. August
Mohri harus dibantu oleh Guru Epharaem Lumbantobing dan Guru Bartimeus Panggabean
dalam memberitakan Injil.
Pada hari Minggu, 2 Mei 1881 tepatnya saat Minggu Jubilate dilakukan pembaptisan
di Desa Simanungkalit, yakni kepada Raja Wilhem Simanungkalit, Raja Zakarias
Simanungkalit, Raja Jakobus Simanungkalit, dan Raja Ompu Bintatar Simanungkalit. Pada
Minggu inilah Pdt. August Mohri menetapkan HKBP Simanungkalit menjadi suatu Gereja,
meskipun belum memiliki gedung Gereja sendiri dan pada saat itulah HKBP Simanungkalit
ditetapkan sebagai gereja yang pertama berdiri di Desa Simanungkalit.
Karena masih belum meiliki gedung Gereja, kebaktian Minggu dilaksanakan di rumah
Josua Simanungkalit dan rumah Raja Zakarias Simanungkalit. Selanjutnya, para raja di
Simanungkalit melaksanakan rapat untuk mendiskusikan tentang pembangunan gedung
Gereja. Hasilnya, gedung Gereja dibangun di antara kampung (huta) Raja Zakarias
Simanungkalit dan Raja Hiras Simanungkalit. Hal ini tidak bertahan lama oleh karena adanya
persoalan di antara mereka, sehingga kebaktian Minggu terpaksa dilaksanakan kembali di
rumah-rumah jemaat.
Pada tahun 1885 gedung Gereja kembali di bangun di Dusun Tornauli, yang mana
tanah ini diserahkan ke HKBP secara adat dan tanah inilah yang menjadi cikal bakal tempat
berdirinya gedung gereja HKBP Simanungkalit hingga saat ini. Adapun nama-nama keluarga
yang menyerahkan tanah tersebut adalah:
- Pomparan ni Ompu Sidalian dari Desa Jamburnauli
- Pomparan ni Guru Somangula dari Desa Banjarginjang-Pulo Godang
- Pomparan ni Guru Sodumpangon dari Desa Lumban Rang
- Pomparan ni Marbungaraja dari Desa Lumban Julu
Gr. Kaspar Simanungkalit adalah Guru Huria yang pertama kali ditetapkan
(diojakhon) di HKBP Simanungkalit. Dengan membangun persekutuan yang baik dengan
masyarakat di sana, pada tahun 1890 pembabtisan kembali dilayankan kepada 5 orang yaitu
Parimbulu Simanungkalit, Ompu Sanga Simanungkalit, Ama ni Limpun Simanungkalit, Ama
ni Dimpuan Simanungkalit, dan Ompu Raja Doli Simanungkalit. Selama 19 tahun melayani
di Sipoholon Pdt. August Mohri disebut sebagai “Apostel ni Halak Sipoholon”
Pada tahun 1890, Ephorus Dr. I. L. Nommensen menetapkan Pdt. Heinrich Culemann
untuk melanjutkan pelayanan Pendeta August Mohri di Sipoholon dan tinggal di Desa
Lumban Soit-Lumban Sundul. Namun dengan alasan kesehatan yang sedikit terganggu, Pdt.
Heinrich meminta untuk tinggal di Desa Simanungkalit. Pada tanggal 2 Maret 1898 Pdt.
Heinrich Culemann pindah dari Desa Lumban Soit ke Desa Simanungkalit dan pada tanggal
inilah HKBP Simanungkalit ditetapkan menjadi Huria Sabungan (Ressort). Untuk
mengembangkan pendidikan masyarakat Simanungkalit, pada tahun 1899 Pdt. Heinrich
Culemann mendirikan sekolah di Simanungkalit berukuran 15 x 45 meter. Dengan berdirinya
sekolah ini, maka masyarakat di Desa Simanungkalit turut berkembang dalam bidang
pendidikan, pertanian dan peternakan dan membuat Desa Simanungkalit dikenal dengan
istilah “pargodungan.”
2.3 Letak Geografis dan Astronomis HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
HKBP Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung terletak di Desa
Simanungkalit, Ressort Sipoholon, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara,
Provinsi Sumatera Utara.
Secara geografis, HKBP Simanungkalit dapat dipetakan sebagai berikut.
Utara : GKPI Situmeang, Ressort Sipoholon I
Timur : GKPI Pasar Sipoholon
Selatan : HKBP Simanungkalit Dangsina
Barat : SD Swasta HKBP Sipoholon
Secara astronomis, HKBP Simanungkalit berada pada koordinat 2°03'28.4" di Utara
dan 98°56'19.8" di Selatan.
2.4 Statistik HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
Gereja HKBP Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung terdiri atas
276 KK (Kepala Keluarga) yang dibagi ke dalam 10 lingkungan, yaitu:
2.4.1 Database HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
KETERANGAN Jum
No LINGKUNGAN KK lah
Ama Ina Remaja/ Naposo Anak-Anak
Pria Wanit Pria Wanit
a a
1 Sosor Gambiri/ 22 14 18 9 10 7 11 69
Lumban Julu
2 Pulo Godang 17 17 16 6 5 9 6 59
3 Jambur Nauli 8 7 10 7 8 6 7 45
4 Lumban Rang 37 26 36 15 18 20 18 133
5 Banjar Ginjang 36 23 36 20 21 15 17 132
6 Seminarium 14 11 14 5 9 15 16 70
7 Pasar Sipoholon 32 22 31 21 31 27 16 148
8 Tornauli/Lumban 32 20 32 14 13 29 26 134
Tonga-tonga
9 Lumban Siantar/
Parbuntian/
40 23 36 31 18 23 20 151
Tanjung Bunga/
Parhehean
10 Banjar Tonga/
Lumban Pinasa/
Huta 36 21 33 17 18 32 29 150
Bagasan/Lumban
Gorat
Total 276 182 258 142 148 168 155 1091
3.2 Marturia: Tantangan dan Peluang Pelayanan Ama/ Ina Selama Masa Pandemi
Covid-19
Marturia merupakan tugas kedua dari tiga bagian Tritugas Gereja. Marturia berasal
dari bahasa Yunani, yakni marturia yang berarti kesaksian dan marturein yang berarti
bersaksi. Marturia merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas Gereja
dalam melaksanakan tugas imannya. Hal ini dapat dilihat dalam seksi Pekabaran Injil dan
Musik. Lebih jelas, aktivitas marturia dapat dilihat dalam peribadahan, di mana hal itu
dilakukan dalam rangka memberikan kesaksian iman. Ibadah koinonia yang berpusat atas
dasar Baptisan, Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus bukan bertujuan hanya untuk
persekutuan itu secara eksklusif, tetapi harus mampu melahirkan komitmen untuk
memberitakan dan menyaksikan berita keselamatan kepada semua makhluk.
Dalam Gereja HKBP Simanungkalit, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan
sebagai realisasi dari marturia. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Ibadah
Untuk kategorial Ama/ Ina, aktivitas pelayanannya dalam bidang Marturia
dapat dilihat dari keikutsertaannya dalam peribadahan. Sebelum masa pandemi
Covid-19, terlihat bahwa partisipasi kaum Ama dalam peribadahan sangat minim,
hanya sekitar 50 orang. Apalagi ketika sudah memasuki masa pandemi, kaum Ama
yang mengikuti peribadahan hanya berkisar 20-30 orang saja. Berbeda dengan kaum
Ina yang sangat mendominasi peribadahan. Sebelum masa pandemi Covid-19, kaum
Ina yang hadir dalam peribadahan rata-rata 150 orang per-minggunya. Begitu juga
dengan masa sesudah pandemi, tidak terlalu terlihat perbedaan yang muncul dari sisi
kehadiran, dalam arti sebelum dan sesudah pandemi Covid-19, partisipasi kaum Ina
dalam peribadahan cenderung tetap.
2. Pelayanan Musik
Untuk bidang Pelayanan Musik, hanya kaum Ama saja yang turut ambil
bagian dalam bidang ini. Di antaranya adalah Amang St. Tongam Simanungkalit dan
Amang St. Jona Simanungkalit yang aktif menjadi bagian dari Tim Musik HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I. Tampaknya, masa pandemi Covid-19 ini tidak
terlalu memberikan pengaruh yang signifikan dalam aktifitas Pelayanan Musik.
3. Koor
Untuk bidang Koor, kaum Ina lebih mendominasi dibandingkan kaum Ama.
Dalam peribadahan terlihat bahwa kaum Ina memiliki tiga punguan Koor, yakni Ina
Kamis, Ina Gloria dan Ina Anugerah. Sementara itu, kaum Ama hanya memiliki dua
punguan koor yakni Ama Immanuel dan Ama. Di masa pandemi ini, tentunya
program latihan dan berbagai perkumpulan lain dari punguan Koor ini mengalami
beberapa hambatan. Sebagai satu contoh, latihan Koor Ina Kamis yang biasanya
dihadiri oleh hamper seluruh anggotanya, kini hanya diikuti oleh beberapa orang saja.
Hal ini disebabkan oleh adanya ketakutan masing-masing Ina terhadap penyebaran
virus Covid-19 melalui adanya interaksi secara langsung dengan orang lain. Begitu
juga yang terjadi dengan punguan Koor yang lain, berbagai kegiatan yang rutin
dilakukan setiap minggunya harus terpaksa ditiadakan atau paling tidak hanya diikuti
oleh sedikit orang.
Dapat terlihat bahwa pandem Covid-19 sekarang tidak terlalu memberikan pengaruh
yang signifikan dalam aktivitas pelayanan kategorial Ama/ Ina dalam bidang Marturia.
Berbagai perjumpaan-perjumpaan, seperti ibadah Minggu, pelayanan musik, koor,
partangiangan, PHD, dan sebagainya hanya mempengaruhi sedikit jumlah kehadiran Ama
dan Ina, tidak membuat kegiatan-kegiatan itu menjadi terhenti. Dengan kata lain, semangat
kategorial untuk Ama/ Ina dalam bersaksi sangat besar, meski dalam situasi pandemi
sekalipun, sama seperti apa yang Yesus katakana “Karena itu pegilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius 28:19-20)
3.3 Diakonia: Tantangan dan Peluang Pelayanan Parhalado Selama Masa Pandemi
Covid-19
Diakoinia merupakan tugas ketiga dari tiga bagian Tritugas Gereja. Diakonia berasal
dari bahasa Yunani, yakni diakonia yang berati pelayanan, sedangkan orang yang
melakukannya disebut sebagai pelayan atau diakonos. Pemberitaan dan kesaksian seperti
yang dijelaskan dalam bagian Marturia tidaklah selalu dilaksanakan dalam bentuk perkataan,
tetapi juga dengan perbuatan atau pelayanan diakonial. Perlu diingat bahwa ada kalanya suara
perbuatan lebih nyaring gaungnya dari pada perkataan. Untuk itulah dengan tindakan, maka
Injil juga dapat diberitakan dan didengar oleh orang-orang tuli. Perkataan, kehidupan dan
tindakan diakonial yang diberikan kepada orang lain dengan dasar Tuhan Yesus Kristus juga
adalah marturia. Oleh karenanya, diakonia adalah bagian integral dari misi Gereja.
Gereja dalam memberikan pelayanan diakonial harus mencakup beberapa aspek,
yakni sebagai berikut.
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Community Care
3. Bidang Kesehatan
4. Bidang Pengembangan Masyarakat (Community Development)
5. Bidang Pelayanan Kerohanian
6. Bidang Pemberdayaan Ekonomi
Dengan melibatkan keenam aspek tersebut, khususnya dalam pelayanan diakonial di
masa post-modern ini, Gereja akan dapat berfungsi sebagai agen transformasi di tengah
masyarakat sebagai wujud karya keselamatan Yesus Kristus. Oleh karenanya, Gereja melalui
harus mampu memberikan tindakan-tindakan yang mencakup upaya-upaya pemahaman akar
penyebab keprihatinan sosial sekaligus pengembangan prakarsa pemberdayaan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Di Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I, terdapat beberapa kegiatan
pelayanan diakonial yang diberikan oleh Parhalado terhadap jemaat. Meskipun situasi di
pandemi Covid-19 sekarang yang memaksa kita semua untuk lebih banyak mengurung diri di
rumah, Parhalado HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I tetap menjalankan pelayanan
diakonial kepada jemaat sebagai bagian dari tugas panggilan Gereja. Adapun pelayanan-
pelayaan diakonial yang Parhalado berikan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bidang Pendidikan
Untuk bidang Pendidikan, Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
melalui Parhalado telah mendirikan sebuah TK tepat di sebelah kanan bangunan
Gereja, yakni TK Rehoboth, yang didirikan pada tahun 2009 oleh Pdt. Adventus
Lumbantobing, S.Th. Keterlibatan Parhalado dalam memberikan pelayanan diakonial
kepada peserta didik dapat dilihat dari peran Inang Diakones sebagai Pengajar/
Tenaga Pendidik di TK tersebut. Dengan komitmen untuk menjadikan sekolah
tersebut sebagai lembaga pendidikan yang bermutu untuk dapat menghasilkan lulusan
yang beriman, berilmu dan berpengabdian, seluruh Parhalado, meliputi Pendeta
Ressort selaku Ketua Yayasan, Guru Huria beserta Sintua memberikan perhatian
penuh dalam upaya pengembangannya. Dalam masa pandemi Covid-19 ini, telihat
bahwa kegiatan pembelajaran di TK Rehoboth masih tetap dilaksanakan, namun
dengan beberapa penyesuaian seperti pengaturan tempat duduk yang berjarak,
penyediaan fasilitas untuk mencuci tangan dan kewajiban untuk memakai masker
selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Parhalado HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I juga turut memberikan
perhatiannya dalam bidang Musik, di mana Amang Gr. Dody Kasih Napitupulu, S.
Pd. K memberikan pelatihan Buku Logu kepada beberapa anak Sekolah Minggu yang
memang bersedia untuk belajar setiap hari Rabunya. Selama dua Minggu ini, terlihat
Simon Simanungkalit dan Josie Simanungkalit sudah mampu untuk memainkan lagu
Buku Logu, meskipun masih menggunakan nada dasar C. Besar harapan, program ini
senantiasa bisa berjalan, meskipun penyebaran Covid-19 yang semakin meningkat
memaksa kita untuk tetap berdiam diri. Hal ini tentu perlu dan penting untuk
dipertahankan, agar proses regenerasi tim musik HKBP Simanungkalit Ressort
Sipoholon I dapat terlihat setiap tahunnya.
Selain itu, sebagai bentuk apresiasi terhadap jemaat yang berprestasi, Gereja
HKBP Simanungkalit Sipoholon I setiap bulan Desembernya memberikan hadiah
berupa buku. Hal ini tentu akan memberikan motivasi tersendiri bagi setiap siswa-
siswi yang terdaftar menjadi jemaat di Gereja HKBP Simanungkalit untuk berlomba-
lomba menjadi juara di sekolah. Bukankah dipanggil ke depan karena menjadi juara
adalah kebanggan bagi orangtua?
b. Bidang Community Care
Untuk bidang Community Care, Februari 2021 kemarin, Gereja HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I melalui C. Diak. Vivi Melda Wati Sitorus, S. Ag
bersama anggota Parguru Malua telah melakukan pelayanan diakonial kepada orang
buta dan cacat di Panti Hephata, Laguboti. Adapun pelayanan diakonial yang
dilaksanakan di sana adalah dengan memberikan bantuan berupa bahan-bahan
makanan sebagai wujud peduli kepada teman-teman di sana.
c. Bidang Kesehatan
Untuk bidang Kesehatan, Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
atas izin Amang Pdt. Amir Sitorus, M. Div telah sukses melaksanakan program
Vaksinasi pada tanggal 22 Juni 2021, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Tapanuli
Utara, dan dilanjutkan dengan pemberian vaksin kedua pada tanggal 19 Juli 2021.
Dalam hal ini, Gereja menyediakan tempat bagi seluruh masyarakat untuk dapat
mengikuti program Vaksinasi tersebut, tanpa memandang berasal dari Gereja mana.
Selain itu, dalam lingkungan Pargodungan, terdapat Poskesdes di sekitar Gereja yang
rutin memberikan pelayanan kesehatan kepada kaum Lansia setiap minggunya saat
PHD dilaksanakan pada pagi harinya.
Sementara itu, untuk bidang Diakonia, Penulis mempunyai beberapa usulan berupa
program yang mungkin bisa dilaksanakan ke depannya.
1. Penanaman Kentang, Bawang atau Jahe Berkualitas Unggul di Lahan Kosong
Sekitar Gereja
Tujuan: Mendatangakan cash flow untuk program-program Gereja dan sebagai
sampel bagi pemberdayaan jemaat HKBP Simanungkalit.
2. Pembentukan Kelompok Tani
Tujuan: Jemaat HKBP Simanungkalit yang mayoritasnya adalah Petani dapat
dikoordinasi dalam satu badan.
Lembar Pengesahan
Dengan dilampirkannya Lembar Pengesahan ini, menerangkan bahwa peserta Studi
Lapangan:
NIM : 20.3576
Semester : III
Benar telah mengadakan dan menyelesaikan Studi Lapangan pada tanggal 22 Juni-31
Juli 2020 di HKBP Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung yang beralamat
Utara.
Laporan ini disusun sebagai laporan Studi Lapangan yang akan diserahkan kepada
Team Teaching STT HKBP Pematangsiantar dengan persetujuan dan pengesahan oleh:
Sipoholon, Agustus 2021
Pendeta Ressort