Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN STUDI LAPANGAN

Tantangan dan Peluang Pelayanan Gereja Selama Masa Pandemi Covid-19


HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
Distrik II Silindung

Disusun Oleh:
Nama : Rynaldi Mahardika Situmeang
NIM : 20.3576
Semester : III
Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Raulina Siagian
Pdt. Dr. Sanggam M. L. Siahaan, M. Th
Pdt. Morhan Doloksaribu, M. Th

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA HKBP


Pematangsiantar
2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus kepala Gereja yang telah memberikan
kasih penyertaan-Nya serta segala berkat, rahmat dan perlindungan-Nya, sehingga Penulis
mampu melakukan tugas dan tanggungjawabnya sebagai mahasiswa STT HKBP
Pematangsiantar dalam menyelesaikan laporan Studi Lapangan ini. Penulis menyadari bahwa
segala sesuatunya tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa penyertaan-Nya dalam
menghadapi dan menjalankan tanggungjawab yang diberikan dalam melayani-Nya melalui
mata kuliah Studi Lapangan ini.
Beragam kesan yang Penulis dapatkan ketika melaksanakan Studi Lapangan di HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I. Kiranya apa yang Penulis amati, teliti, dan analisa dalam
laporan ini dapat menjadi bekal dalam pelayanan di kemudian harinya. Penulis juga
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu,
dengan beralaskan kerendahan hati, Penulis masih membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari Bapak/ Ibu Dosen Pengampu demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata,
Penulis mengucapkan terima kasih.
Sipoholon, 31 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi Lapangan merupakan suatu mata kuliah wajib di STT HKBP Pematangsiantar
bagi program Strata 1 (S1). Mata kuliah ini mulai diberlakukan pada semester III dan saat ini
diampu oleh tiga Dosen sebagai bagian dari team teaching, yakni Pdt. Dr. Raulina Siagian,
Pdt. Dr. Sanggam M. L. Siahaan, M.Th dan Pdt. Morhan Doloksaribu, M. Th. Adapun tujuan
dari Studi Lapangan ini adalah untuk dapat mengenal dan mengamati kegiatan apa saja yang
dilakukan Gereja dan jemaat selama pandemi Covid-19, dengan tema yang diangkat yakni
“Tantangan dan Peluang Gereja Selama Pandemi Covid-19” dalam bidang Koinonia,
Marturia dan Diakonia. Hal ini dilakukan dalam rangka menjalankan Tri-Dharma Perguruan
Tinggi, yakni pengajaran, pengabdian dan penelitian.
Dalam hal ini, STT HKBP Pematangsiantar melalui team teaching memberikan
wewenang kepada mahasiswa/i untuk melakukan Studi Lapangan di Gereja asal karena
situasi yang tidak memungkinkan bagi mahasiswa/i untuk bepergian ke luar. Sehubungan
dengan hal itu, Penulis pada akhirnya memutuskan untuk melakukan Studi Lapangan di
HKBP Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung, yang dipimpin oleh Bapak
Pdt. Amir Sitorus, M. Div.
Selama kegiatan Studi Lapangan dilakukan, Penulis melihat beragam kegiatan
pelayanan Gereja yang terpaksa terhenti akibat pandemi Covid-19. Hal ini dapat ditemukan
dalam ketiga tugas panggilan Gereja, yakni Koinonia, Marturia dan Diakonia. Namun, karena
pentingnya untuk membangun persekutuan rohani yang baik, melaksanakan tugas pekabaran
Injil dan memberikan pelayanan diakonial kepada jemaat, mengharuskan Gereja untuk
menjalankan kembali kegiatan yang sempat dihentikan, tentunya dengan tetap patuh terhadap
protokol kesehatan.
Dalam penyusunan laporan mengenai kegiatan Studi Lapangan yang dilakukan,
Penulis mencoba membaca masalah yang ditemukan dari tiga sudut pandang, yakni biblika,
pengajaran dan praktika. Ketiganya dianggap perlu karena masalah-masalah yang diangkat
Penulis dalam laporan ini perlu diberikan penyelesaian secara kompleks, utamanya dalam
upaya perefleksian kebijakan-kebijakan yang solutif di dalam Gereja. Dan pada akhirnya,
Penulis memberikan beberapa usulan, berupa program-program kegiatan yang mungkin dapat
dilakukan sebagai solusi atas berbagai tantangan yang Gereja hadapi selama masa pandemi
Covid-19 ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan-rumusan masalah yang dapat Penulis ungkapkan dalam laporan ini adalah
sebagai berikut.
a. Apa saja tantangan yang Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I hadapi
dalam aktivitas pelayanannya (Koinonia, Marturia dan Diakonia) selama masa
pandemi Covid-19?
b. Bagaimana Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I dapat melihat pandemi
Covid-19 bukan hanya sebagai tantangan, melainkan juga peluang dalam aktivitas
pelayanan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
a. Sebagai bukti pertanggungjawaban atas pelaksanaan Studi Lapangan di HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I.
b. Untuk memberikan gambaran tantangan yang Gereja HKBP Simanungkalit Ressort
Sipoholon I hadapi dalam aktivitas pelayanannya selama pandemi Covid-19.
c. Untuk memberikan beberapa usul kebijakan alternatif kepada Gereja HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I sebagai solusi atas tantangan dalam pelayanannya
dalam masa pandemi Covid-19.
BAGIAN II
Data Demografi
2.1 Lokasi Studi Lapangan
Gereja yang menjadi tempat Penulis melakukan Studi Lapangan adalah HKBP
Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung.
2.2 Sejarah Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
HKBP Simanungkalit merupakan hasil perluasan dan pengembangan pelayanan dari
Desa Lumban Soit-Lumban Sundul, yakni ketika Ephorus Dr. I. L. Nommensen mengutus
Pdt. August Mohri untuk melayani di Desa Lumban Soit pada tanggal 7 Mei 1870. Dari sini
kemudian tersebar penginjilan ke Desa Lumban Baringin, Desa Situmeang dan Desa
Simanungkalit. Terdapat banyak tantangan yang dihadapi oleh Pdt. August Mohri, tetapi oleh
karena kesabaran dan kelemahlembutannya dalam memberitakan Injil, akhirnya banyak
orang yang mulai tertarik dengan penginjilannya. Pada tahun 1879, warga Desa
Simanungkalit sudah ada yang bersedia yang bersedia untuk dibaptis. Tiga tahun kemudian,
semakin banyak orang yang tertarik untuk ikut dibaptis yang mengakibatkan Pdt. August
Mohri harus dibantu oleh Guru Epharaem Lumbantobing dan Guru Bartimeus Panggabean
dalam memberitakan Injil.
Pada hari Minggu, 2 Mei 1881 tepatnya saat Minggu Jubilate dilakukan pembaptisan
di Desa Simanungkalit, yakni kepada Raja Wilhem Simanungkalit, Raja Zakarias
Simanungkalit, Raja Jakobus Simanungkalit, dan Raja Ompu Bintatar Simanungkalit. Pada
Minggu inilah Pdt. August Mohri menetapkan HKBP Simanungkalit menjadi suatu Gereja,
meskipun belum memiliki gedung Gereja sendiri dan pada saat itulah HKBP Simanungkalit
ditetapkan sebagai gereja yang pertama berdiri di Desa Simanungkalit.
Karena masih belum meiliki gedung Gereja, kebaktian Minggu dilaksanakan di rumah
Josua Simanungkalit dan rumah Raja Zakarias Simanungkalit. Selanjutnya, para raja di
Simanungkalit melaksanakan rapat untuk mendiskusikan tentang pembangunan gedung
Gereja. Hasilnya, gedung Gereja dibangun di antara kampung (huta) Raja Zakarias
Simanungkalit dan Raja Hiras Simanungkalit. Hal ini tidak bertahan lama oleh karena adanya
persoalan di antara mereka, sehingga kebaktian Minggu terpaksa dilaksanakan kembali di
rumah-rumah jemaat.
Pada tahun 1885 gedung Gereja kembali di bangun di Dusun Tornauli, yang mana
tanah ini diserahkan ke HKBP secara adat dan tanah inilah yang menjadi cikal bakal tempat
berdirinya gedung gereja HKBP Simanungkalit hingga saat ini. Adapun nama-nama keluarga
yang menyerahkan tanah tersebut adalah:
- Pomparan ni Ompu Sidalian dari Desa Jamburnauli
- Pomparan ni Guru Somangula dari Desa Banjarginjang-Pulo Godang
- Pomparan ni Guru Sodumpangon dari Desa Lumban Rang
- Pomparan ni Marbungaraja dari Desa Lumban Julu
Gr. Kaspar Simanungkalit adalah Guru Huria yang pertama kali ditetapkan
(diojakhon) di HKBP Simanungkalit. Dengan membangun persekutuan yang baik dengan
masyarakat di sana, pada tahun 1890 pembabtisan kembali dilayankan kepada 5 orang yaitu
Parimbulu Simanungkalit, Ompu Sanga Simanungkalit, Ama ni Limpun Simanungkalit, Ama
ni Dimpuan Simanungkalit, dan Ompu Raja Doli Simanungkalit. Selama 19 tahun melayani
di Sipoholon Pdt. August Mohri disebut sebagai “Apostel ni Halak Sipoholon”
Pada tahun 1890, Ephorus Dr. I. L. Nommensen menetapkan Pdt. Heinrich Culemann
untuk melanjutkan pelayanan Pendeta August Mohri di Sipoholon dan tinggal di Desa
Lumban Soit-Lumban Sundul. Namun dengan alasan kesehatan yang sedikit terganggu, Pdt.
Heinrich meminta untuk tinggal di Desa Simanungkalit. Pada tanggal 2 Maret 1898 Pdt.
Heinrich Culemann pindah dari Desa Lumban Soit ke Desa Simanungkalit dan pada tanggal
inilah HKBP Simanungkalit ditetapkan menjadi Huria Sabungan (Ressort). Untuk
mengembangkan pendidikan masyarakat Simanungkalit, pada tahun 1899 Pdt. Heinrich
Culemann mendirikan sekolah di Simanungkalit berukuran 15 x 45 meter. Dengan berdirinya
sekolah ini, maka masyarakat di Desa Simanungkalit turut berkembang dalam bidang
pendidikan, pertanian dan peternakan dan membuat Desa Simanungkalit dikenal dengan
istilah “pargodungan.”
2.3 Letak Geografis dan Astronomis HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
HKBP Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung terletak di Desa
Simanungkalit, Ressort Sipoholon, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara,
Provinsi Sumatera Utara.
Secara geografis, HKBP Simanungkalit dapat dipetakan sebagai berikut.
Utara : GKPI Situmeang, Ressort Sipoholon I
Timur : GKPI Pasar Sipoholon
Selatan : HKBP Simanungkalit Dangsina
Barat : SD Swasta HKBP Sipoholon
Secara astronomis, HKBP Simanungkalit berada pada koordinat 2°03'28.4" di Utara
dan 98°56'19.8" di Selatan.
2.4 Statistik HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
Gereja HKBP Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung terdiri atas
276 KK (Kepala Keluarga) yang dibagi ke dalam 10 lingkungan, yaitu:
2.4.1 Database HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
KETERANGAN Jum
No LINGKUNGAN KK lah
Ama Ina Remaja/ Naposo Anak-Anak
Pria Wanit Pria Wanit
a a
1 Sosor Gambiri/ 22 14 18 9 10 7 11 69
Lumban Julu
2 Pulo Godang 17 17 16 6 5 9 6 59
3 Jambur Nauli 8 7 10 7 8 6 7 45
4 Lumban Rang 37 26 36 15 18 20 18 133
5 Banjar Ginjang 36 23 36 20 21 15 17 132
6 Seminarium 14 11 14 5 9 15 16 70
7 Pasar Sipoholon 32 22 31 21 31 27 16 148
8 Tornauli/Lumban 32 20 32 14 13 29 26 134
Tonga-tonga
9 Lumban Siantar/
Parbuntian/
40 23 36 31 18 23 20 151
Tanjung Bunga/
Parhehean
10 Banjar Tonga/
Lumban Pinasa/
Huta 36 21 33 17 18 32 29 150
Bagasan/Lumban
Gorat
Total 276 182 258 142 148 168 155 1091

2.4.2 Pelayan Tahbisan dan Calon Pelayan di HKBP Simanungkalit Ressort


Sipoholon I
No NAMA KETERANGAN
1. Pdt. Amir Sitorus, M. Div Pendeta Ressort
2. Gr. Dody Kasih Napitupulu, S. Pd. K Guru Huria
3. C. Diak. Rika Ayu Napitupulu, S. Ag Calon Diakones
4. St. Tongam Simanungkalit Banjar Tonga/ Lumban Pinasa/ Huta
Bagasan/ Lumban Gorat
5. St. Nelson Sinaga Lumban Siantar/ Parbuntian/ Tanjung
Bunga/ Parhehean
6. St. Nahot Simanungkalit Sosor Gambiri/ Lumban Julu
7. St. Jona Simanungkalit Tornauli/ Lumban Tonga-tonga
8. St. Makmur Simanungkalit Banjar Tonga/ Lumban Pinasa/Huta
Bagasan/ Lumban Gorat
9. St. Brian Simanungkalit Jambur Nauli
10 St. Drs. Hulman Purba Seminarium
.
11 St. Ramlan Sihombing Pasar Sipoholon
.
12 St. Parsaoran Simanungkalit Tornauli/ Lumban Tonga-tonga
.
13 St. Humisar Simanungkalit Lumban Rang
.
14 St. Jonson Simanungkalit Banjar Ginjang
.
15 St. Manigor Simanjuntak, S. Pd Pulo Godang
.
16 C. St. Untung Sihotang Sosor Gambiri/ Lumban Julu
.
17 C. St. Harris Simanungkalit Lumban Siantar/ Parbuntian/Tanjung
. Bunga/ Parhehean

2.5 Program Kerja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I Tahun 2021


2.5.1 Peribadahan
a. Sekolah Minggu
Kebaktian Sekolah Minggu dilaksanakan setiap Minggu pada pukul 07.30
WIB- 08.30 WIB yang dilayani oleh 16 orang Guru Sekolah Minggu yang berasal
dari Naposo Bulung, mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia HKBP
Pematangsiantar, mahasiswa Sekolah Tinggi Guru Huria HKBP, mahasiswa
Sekolah Tinggi Bibelvrow, dan mahasiswa Sekolah Tinggi Diakones. Banyaknya
anak Sekolah Minggu yang hadir dalam setiap Minggunya berkisar 150 orang.
Berhubung situasi sekarang masih terjebak dalam pandemi Covid 19, berbagai
kegiatan anak-anak Sekolah Minggu seperti Partangiangan Sekolah Minggu
dihentikan untuk sementara.
b. Kebaktian Umum
Berhubung pandemi Covid-19 belum selesai, kebaktian Mingu (Umum) di
HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I dibagi menjadi II sesi, yakni Minggu
Pagi yang dimulai pada pukul 09.00 WIB dan Minggu Siang yang dimulai pada
pukul 10.30 WIB. Banyaknya jemaat yang hadir dalam setiap sesi ibadah berkisar
150-200 orang.
2.5.2 Partangiangan Lingkungan
Partangiangan Lingkungan dilaksanakan setiap hari Rabu di dua lingkungan
sekaligus dalam setiap Minggunya. Partisipasi jemaat dalam Partangiangan
Lingkungan cenderung sangat minim khususnya kaum Bapak (Ama). Rata-rata
Jemaat yang hadir hanya sekitar 20-40 orang. Kebaktian ini dipimpin oleh
pelayan full-timer (Pendeta, Guru Huria, dan Diakones) dan penatua (sintua).
Berhubung jemaat HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I mayoritasnya
adalah petani dan berhubung sedang dalam masa panen, Partangiangan
Lingkungan dihentikan untuk sementara waktu.

2.5.3 Patanakhon Hata ni Debata (PHD) dan Latihan Koor


a. Lansia
PHD dan Latihan Koor Lansia dilaksanakan setiap hari Selasa pukul 08.00
WIB dipimpin oleh Pendeta Ressort, Guru Huria dan Calon Diakones secara
bergantian dalam setiap Minggunya. Anggota kategorial Lansia berjumlah 60
orang, namun yang secara rutin hadir dalam PHD dan latihan koor hanya sekitar
40 orang. Sebelum PHD dan Latihan Koor dilaksanakan, Lansia terlebih dulu
melakukan senam di depan Gereja dan mengikuti pemeriksaan kesehatan dari
Bidan Desa.
b. Ina Kamis
PHD dan Latihan Koor Ina Kamis dilaksanakan setiap hari Kamis pukul 16.00
WIB. Anggota kategorial Ina Kamis berjumlah sekitar 50 orang, namun yang
hadir dalam PHD dan Latihan Koor hanya sekitar 20-25 orang.
c. Ina Anugerah
Latihan Koor Ina Anugerah dilaksanakan setiap hari Kamis pukul 19.00 WIB
di rumah salah satu anggota punguan secara bergantian. Anggota kategorial Ina
Anugerah berjumlah 22 orang.
d. Ina Gloria
Latihan Koor Ina Gloria dilaksanakan setiap hari Selasa pukul 20.00 WIB di
rumah St. S. Br. Ompusunggu. Anggota kategorial Ina Gloria ini berjumlah 25
orang.
e. Koor Ama Immanuel dan Koor Ama
Latihan Koor Ama Immanuel dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 20.00 WIB
di rumah salah satu anggota secara bergiliran. Anggota kategorial Ama Immanuel
berjumlah 25 orang. Sementara Koor Ama atau yang sering disebut sebagai Koor
Ama na Matua hanya mempersiapkan koornya sebelum ibadah Minggu di ruangan
Konsistori, karena 80% anggotanya adalah parhalado.
f. PHD dan Latihan Koor Remaja/ Naposobulung
Latihan Koor Remaja/ Naposobulung dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul
19.30 WIB di Gereja dengan didahului oleh latihan musik pada pukul 19.00 WIB.
Anggota kategorial Remaja/ Naposobulung berjumlah sekitar 60 orang, yang
mayoritasnya masih berada di tingkat SMA. Sementara itu, PHD yang biasanya
dilaksanakan pada hari Rabu dalam acara Partangiangan Remaja/ Naposobulung
dihentikan untuk sementara sejak dua tiga bulan sebelumnya karena situasi
pandemi Covid-19.
2.5.4 Pelayanan Diakonia Sosial
a. Menjenguk orang sakit
b. Memberi Penghiburan (Mangapuli)
c. Memberikan bantuan sosial
d. Memberikan pengajaran di TK Rehoboth
e. Menyediakan/ Memfasilitasi pelaksanaan “vaksinasi”
2.5.6 Sermon Distrik
Mengikuti dan mempersiapkan bahan Sermon Distrik yang dilaksanakan
setiap hari Rabu pukul 10.00 wib di Kantor Distrik HKBP sesuai dengan jadwal yang
sudah ditetapkan.
2.5.7 Sermon Ressort
Mengikuti dan mempersiapkan bahan Sermon Ressort yang dilaksanakan
setiap hari Jumat pukul 16.00 WIB setiap dua minggu sekali di tempat yang
bergantian, yaitu gereja HKBP Simanungkalit dan pagarannya HKBP Simanungkalit
Dangsina beserta HKBP Simanungkalit Parjulu.
2.6 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik Masyarakat Simanungkalit
a. Kondisi Sosial
Masyarakat di Desa Simanungkalit tergolong masyarakat homogen, di mana secara
dominan terdiri dari suku Batak Toba dan berasal dari tradisi kultural yang sama. Begitu
juga dari segi agama, di mana 100% masyarakat Desa Simanungkalit ini menganut agama
Kristen Protestan, dan mayoritas dari mereka terdaftar menjadi jemaat di HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I, hanya beberapa saja yang terdaftar di Gereja lain,
seperti HKI Sipoholon, GKPI Sipoholon dan sebagainya.
b. Kondisi Ekonomi
Masyarakat di Desa Simanungkalit, khususnya yang terdaftar menjadi jemaat di
HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I, sebagian besarnya bekerja sebagai Petani. Hal
ini dapat dilihat setiap paginya, ketika masyarakat akan berbondong-bondong untuk pergi
ke sawah bekerja. Padi merupakan sumber mata pencaharian utama mereka. Cabai,
jagung, kacang, dan umbi-umbian merupakan tanaman selingan di kala selesai panen.
Dari segi pemenuhan kebutuhan hidupnya, terlihat bahwa semua keluarga di Desa
Simanungkalit mayoritas tergolong keluarga sejahtera. Mereka yang hanya bermodalkan
cangkul di setiap paginya dan pulang pada sore harinya mampu untuk bertahan hidup dan
serba berkecukupan. Bahkan, ada di antaranya yang berhasil menyekolahkan anaknya
hingga menjadi Tentara, TNI, PNS, Pendeta, Guru Huria, Diakones, Bibelvrow, dan
sebagainya hanya dengan bertani. Namun meskipun demikian, kehidupan perekonomian
masyarakat masih tergolong kepada ekonomi menengah.
c. Kondisi Politik
Secara jelas dapat dilihat bahwa masyarakat, bahkan Gereja bersahabat baik dengan
pemerintah. Hal itu dapat dilihat dengan keikutsertaan masyarakat dalam setiap program
yang pemerintah adakan di sini, baik itu oleh Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, atau
bahkan oleh perangkat Desa. Dalam masyarakat tidak ditemukan adanya kubu-kubu
politik yang menjurus kepada adanya perasaan saling benci satu sama lain. Semuanya
hidup bergandengan dan saling mendukung demi kebaikan bersama.
Begitu juga dengan Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I yang juga
membina hubungan yang baik dengan pemerintah. Hal itu dilihat dari hadirnya Bupati
Drs. Nikson Nababan selaku Bupati Kabupaten Tapanuli Utara pada acara peresmian
Rumah Pendeta di tahun kemarin. Begitu juga ketika Gereja mendapat surat dari
Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara dan FORKOPIMDA terkait pemberlakuan
PPKM dan Monitoring Ibadah Minggu, Amang Pdt. Amir Sitorus, M.Div langsung
mengadakan rapat dengan Parhalado pada 24 Juli 2021 di pagi harinya untuk
menindaklanjuti surat yang diterima. Hal itu dapat menunjukkan bahwa Gereja dan
Pemerintah tentunya saling bersinergi demi terciptanya hubungan yang baik satu sama
lain.
2.7 Analisis Sosial
Jemaat HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I yang mayoritasnya adalah marga
Simanungkalit merupakan keturunan dari beberapa ompu yang sampai saat ini masih terjaga
dalam hubungan kekerabatan. Oleh karena itu, faktor adat dan budaya sangatlah
mempengaruhi kehidupan jemaat dalam sehari-harinya, begitu juga dengan kehidupan sosial
di Gereja. Penulis mencoba memberikan analisis mengenai kehidupan sosial jemaat dengan
menggunakan teori SWOT, yakni sebagai berikut.
a. Strength (Kekuatan)
HKBP Simanungkalit adalah Gereja tertua di Sipoholon, yang sudah genap
berumur 140 tahun. Dari sejarah berdirinya Gereja ini, terlihat bahwa masyarakat
Simanungkalit memiliki andil yang sangat besar, di mana antusiasme mereka dalam
menyambut baik kedatangan para missionaris sehingga pertumbuhan jemaat Gereja
sangatlah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat karena hampir seluruh penduduk
Desa Simanungkalit adalah jemaat HKBP Simanungkalit.
Keterbukaan masyarakat Desa Simanungkalit akan kedatangan Injil menjadi
salah satu faktor perkembangan pendidikan di sini, di mana sudah terdapat TK, SD,
SMP dan SMA yang setiap tahunnya banyak meluluskan mahasiswa/i berprestasi.
Bukan hanya itu, buah dari penginjilan juga dapat terlihat dalam perkembangan
spiritualitas jemaat, di mana anak-anak Desa Simanungkalit sudah banyak yang
tergerak dan berhasil menjadi seorang Pendeta, Guru Huria, Bibelvrow, Diakones,
dan Sintua).
b. Weakness (Kelemahan)
Sebagai masyarakat yang berasal dari keturunan satu ompu dan tanah yang
masih diakui sebagai tanah adat menyebabkan banyak dari antara jemaat yang sulit
untuk menerima kehadiran marga lain, dalam arti bersifat inklusif. Hal ini tentunya
mengarah kepada adanya perilaku diskriminatif terhadap orang-orang yang datang
dari luar dan tak jarang sering kali Penulis temukan ujaran-ujaran sarkasme yang
dilontarkan oleh marga asli desa ini kepada marga pendatang. Hal itu tentu
menandakan adanya cara pandang yang tertutup yang jika terus dipertahankan akan
membuat jemaat HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I sulit untuk berkembang.
c. Opportunity (Peluang)
Terdapat tiga peluang dalam pelayanan Gereja HKBP Simanungkalit Ressort
Sipoholon I yang akan Penulis uraikan, yakni sebagai berikut.
- Adanya kesempatan untuk meningkatkan mutu pelayanan di HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I.
- Adanya peluang untuk melakukan berbagai kegiatan pengembangan jemaat, baik
itu dalam bidang ekonomi, agrarian dan sebagainya sebagai bagian dari
community development.
- Adanya peluang untuk membangun komunikasi yang baik antara pelayan tahbisan
di HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I dengan anak rantau Simanungkalit
dalam upaya pembangunan.
d. Threat (Ancaman)
Terdapat suatu ancaman yang dapat terlihat dengan jelas dalam kehidupan
berjemaat di HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I, di mana partisipasi Remaja/
Naposobulung yang ikut dalam punguan sangat minim. Banyak Remaja/
Naposobulung Gereja yang tidak mencintai Gerejanya dan lebih memilih untuk
nongkrong di Cafe, Warung Tuak, Restoran, dan sebagainya. Hal ini tentu lebih
mengarah kepada adanya sosialisasi yang salah dari orangtua kepada anak. Orangtua
harus memberikan perhatian penuh kepada anak dalam perkembangan
spiritualitasnya. Sejak dini, orangtua sudah harus mengarahkan anaknya untuk selalu
hadir dalam kegiatan-kegiatan persekutuan dalam Gereja, hingga saat sudah remaja
nantinya, si anak juga turut hadir dalam kegiatan punguan Remaja/ Naposobulung. Ini
penting bagi setiap anak karena ilah-ilah zaman sekarang akan mempengaruhi anak-
anak sekarang untuk terlibat dalam berbagai bentuk kenakalan remaja, terlebih
mereka yang masih temperamental/ labil.
BAGIAN III
Data Deskripsi
3.1 Koinonia: Tantangan dan Peluang Pelayanan Remaja/ Naposobulung Selama Masa
Pandemi Covid-19
Koinonia merupakan tugas pertama dari tiga bagian Tritugas Gereja. Koinonia berasal
dari bahasa Yunani, yakni koinonein yang berarti bersekutu; koinonos yang berarti teman,
sekutu. Jadi, secara harafiah koinonia memiliki arti persekutuan. Persekutuan berarti suatu
perkumpulan yang di mana terdapat dasar dan tujuan yang jelas. Sama halnya seperti
koinonia yang merupakan persekutuan yang mempunyai dasar dan tujuan yang berasal dari
Yesus Kristus. Dasar dan tujuan ini tidak dapat diganti dengan dasar dan tujuan lain. Apabila
persekutuan ini mengganti dasar yang sudah diletakkan oleh dan di dalam Yesus Kristus,
maka persekutuan ini akan kehilangan hakikatnya dan secara asasi bukan persekutuan
(koinonia) lagi. Persekutuan koinonia dialaskan atas dasar Baptisan, Firman Allah dan
Perjamuan Kudus. Dengan dasar itu, anggota Gereja haruslah saling memperdulikan dan
dikumpulkan bersama dalam komunitas kudus yang nyata.
Berbicara mengenai persekutuan kategorial Remaja/ Naposobulung HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I di Gereja, normalnya mereka melakukan tiga bentuk
kegiatan persekutuan, yakni Latihan Koor setiap hari Sabtunya, Partangiangan setiap hari
Rabu (satu kali dalam satu bulan) di salah satu rumah anggota Remaja/ Naposobulung dan
Patanakhon Hata ni Debata (PHD) atau PA setiap hari Sabtunya. Namun, setelah pandemi
Covid-19 mewabah, kegiatan persekutuan Remaja/ Naposobulung seperti Partangiangan dan
PHD atau PA terpaksa harus dihentikan sampai sekarang. Jadi, hanya dalam Latihan Koor-
lah Remaja/ Naposobulung mampu bersama-sama berkumpul setiap hari Sabtunya untuk
mempersiapkan pujian yang akan dibawakan pada ibadah Minggu. Terlepas dari persekutuan
yang biasa dan rutin dilakukan melalui tiga kegiatan tadi, beberapa Remaja/ Naposobulung
termasuk Penulis sendiri selalu mencari waktu untuk dapat berkumpul bersama, baik hanya
sekadar berbincang di rumah Amang Guru Huria. Hal ini penting agar persekutuan di antara
Remaja/ Naposobulung tetap dapat terjalin dengan baik.
Penulis melakukan wawancara dengan Ketua BPH Remaja/ Naposobulung, yakni
Efriana Simanungkalit mengenai kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang sudah terhenti.
Beliau menganggap bahwa pandemi Covid-19 ini di satu sisi memberikan tantangan bagi
Remaja/ Naposo Bulung, di mana mereka harus menahan diri untuk tidak berkumpul, seperti
dalam Partangiangan atau PHD/ PA. Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi Remaja/ Naposo
Bulung yang benar-benar rindu untuk dapat berkumpul dan bersekutu bersama dengan
teman-teman yang lain. Beliau beranggapan bahwa ketika berkumpul dan bersekutu dengan
teman-teman Remaja/ Naposobulung, keinginan untuk ikut terpengaruh dengan ilah-ilah
zaman yang sering kali menghasut akan tersisihkan. Hal ini tentu didukung oleh Gereja yang
selalu memfasilitasi persekutuan dan program kerja Remaja/ Naposobulung, di mana Gereja
tentunya dapat menjembatani remaja masa kini untuk mampu berkumpul dan melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif.
Di lain sisi, selain memberikan tantangan, Beliau melihat bahwa pandemi Covid-19
ini bukan jadi penghalang bagi Remaja/ Naposobulung untuk tetap dapat bersekutu.
Misalnya, Partangiangan dan PHD/ PA yang dihentikan sampai sekarang karena alasan
pandemi Covid-19 mendorong kita untuk mampu tetap bersekutu walaupun tidak dalam
perjumpaan secara langsung. Dengan kemajuan zaman sekarang, berbagai pertemuan sudah
dapat dilakukan secara online melalui media Zoom, Google Meet, Microsoft Teams,
BlueJeans, Zoho Meeting, dan sebagainya. Beliau berpendapat bahwa sudah saatnya Remaja/
Naposobulung mampu memanfaatkan kemajuan zaman untuk hal-hal yang benar-benar
bermanfaat, seperti persekutuan ini. Lanjutnya, Remaja/ Naposobulung juga melalui BPH
sudah merancang program-program yang dilakukan secara semi-virtual dan semua anggota
Remaja/ Naposobulung dapat terlibat di dalamnya. Adapun program-program yang akan
dijalankan ke depannya, yakni Ibadah Bersama, Persekutuan Doa, Partangiangan, PHD/ PA,
Kuis Alkitab, dan Nonton Bersama (film inspiratif). Seperti apa yang dikatakan dalam Ibrani
10: 25 “Janganah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti
dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”, hendaklah kita untuk tidak pernah
melupakan persekutuan dengan alasan apapun.
Sebagai program tambahan, atas inisiatif dari Remaja/ Naposobulung HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I, melalui Partangiangan Remaja/Naposobulung HKBP
Ressort Sipoholon I, yang dipimpin langsung oleh Amang Pdt. Amir Sitorus, M. Div selaku
Pendeta Ressort, pada Jumat, 16 Juli 2021 telah disepakati berbagai program yang akan
dijalankan di tahun ini. Hal ini dianggap benar-benar perlu dilakukan karena sempat
terhentinya berbagai aktivitas persekutuan di dalam Gereja, sehingga muncul kerinduan
semua anggota untuk dapat berkumpul bersama teman-teman yang lain. Melalui kegiatan ini,
kiranya persekutuan Remaja/ Naposo Bulung tidak hanya tercipta dalam tingkat huria saja,
melainkan dapat terwujud dalam tingkat ressort.

3.2 Marturia: Tantangan dan Peluang Pelayanan Ama/ Ina Selama Masa Pandemi
Covid-19
Marturia merupakan tugas kedua dari tiga bagian Tritugas Gereja. Marturia berasal
dari bahasa Yunani, yakni marturia yang berarti kesaksian dan marturein yang berarti
bersaksi. Marturia merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas Gereja
dalam melaksanakan tugas imannya. Hal ini dapat dilihat dalam seksi Pekabaran Injil dan
Musik. Lebih jelas, aktivitas marturia dapat dilihat dalam peribadahan, di mana hal itu
dilakukan dalam rangka memberikan kesaksian iman. Ibadah koinonia yang berpusat atas
dasar Baptisan, Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus bukan bertujuan hanya untuk
persekutuan itu secara eksklusif, tetapi harus mampu melahirkan komitmen untuk
memberitakan dan menyaksikan berita keselamatan kepada semua makhluk.
Dalam Gereja HKBP Simanungkalit, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan
sebagai realisasi dari marturia. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Ibadah
Untuk kategorial Ama/ Ina, aktivitas pelayanannya dalam bidang Marturia
dapat dilihat dari keikutsertaannya dalam peribadahan. Sebelum masa pandemi
Covid-19, terlihat bahwa partisipasi kaum Ama dalam peribadahan sangat minim,
hanya sekitar 50 orang. Apalagi ketika sudah memasuki masa pandemi, kaum Ama
yang mengikuti peribadahan hanya berkisar 20-30 orang saja. Berbeda dengan kaum
Ina yang sangat mendominasi peribadahan. Sebelum masa pandemi Covid-19, kaum
Ina yang hadir dalam peribadahan rata-rata 150 orang per-minggunya. Begitu juga
dengan masa sesudah pandemi, tidak terlalu terlihat perbedaan yang muncul dari sisi
kehadiran, dalam arti sebelum dan sesudah pandemi Covid-19, partisipasi kaum Ina
dalam peribadahan cenderung tetap.
2. Pelayanan Musik
Untuk bidang Pelayanan Musik, hanya kaum Ama saja yang turut ambil
bagian dalam bidang ini. Di antaranya adalah Amang St. Tongam Simanungkalit dan
Amang St. Jona Simanungkalit yang aktif menjadi bagian dari Tim Musik HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I. Tampaknya, masa pandemi Covid-19 ini tidak
terlalu memberikan pengaruh yang signifikan dalam aktifitas Pelayanan Musik.
3. Koor
Untuk bidang Koor, kaum Ina lebih mendominasi dibandingkan kaum Ama.
Dalam peribadahan terlihat bahwa kaum Ina memiliki tiga punguan Koor, yakni Ina
Kamis, Ina Gloria dan Ina Anugerah. Sementara itu, kaum Ama hanya memiliki dua
punguan koor yakni Ama Immanuel dan Ama. Di masa pandemi ini, tentunya
program latihan dan berbagai perkumpulan lain dari punguan Koor ini mengalami
beberapa hambatan. Sebagai satu contoh, latihan Koor Ina Kamis yang biasanya
dihadiri oleh hamper seluruh anggotanya, kini hanya diikuti oleh beberapa orang saja.
Hal ini disebabkan oleh adanya ketakutan masing-masing Ina terhadap penyebaran
virus Covid-19 melalui adanya interaksi secara langsung dengan orang lain. Begitu
juga yang terjadi dengan punguan Koor yang lain, berbagai kegiatan yang rutin
dilakukan setiap minggunya harus terpaksa ditiadakan atau paling tidak hanya diikuti
oleh sedikit orang.
Dapat terlihat bahwa pandem Covid-19 sekarang tidak terlalu memberikan pengaruh
yang signifikan dalam aktivitas pelayanan kategorial Ama/ Ina dalam bidang Marturia.
Berbagai perjumpaan-perjumpaan, seperti ibadah Minggu, pelayanan musik, koor,
partangiangan, PHD, dan sebagainya hanya mempengaruhi sedikit jumlah kehadiran Ama
dan Ina, tidak membuat kegiatan-kegiatan itu menjadi terhenti. Dengan kata lain, semangat
kategorial untuk Ama/ Ina dalam bersaksi sangat besar, meski dalam situasi pandemi
sekalipun, sama seperti apa yang Yesus katakana “Karena itu pegilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius 28:19-20)
3.3 Diakonia: Tantangan dan Peluang Pelayanan Parhalado Selama Masa Pandemi
Covid-19
Diakoinia merupakan tugas ketiga dari tiga bagian Tritugas Gereja. Diakonia berasal
dari bahasa Yunani, yakni diakonia yang berati pelayanan, sedangkan orang yang
melakukannya disebut sebagai pelayan atau diakonos. Pemberitaan dan kesaksian seperti
yang dijelaskan dalam bagian Marturia tidaklah selalu dilaksanakan dalam bentuk perkataan,
tetapi juga dengan perbuatan atau pelayanan diakonial. Perlu diingat bahwa ada kalanya suara
perbuatan lebih nyaring gaungnya dari pada perkataan. Untuk itulah dengan tindakan, maka
Injil juga dapat diberitakan dan didengar oleh orang-orang tuli. Perkataan, kehidupan dan
tindakan diakonial yang diberikan kepada orang lain dengan dasar Tuhan Yesus Kristus juga
adalah marturia. Oleh karenanya, diakonia adalah bagian integral dari misi Gereja.
Gereja dalam memberikan pelayanan diakonial harus mencakup beberapa aspek,
yakni sebagai berikut.

1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Community Care
3. Bidang Kesehatan
4. Bidang Pengembangan Masyarakat (Community Development)
5. Bidang Pelayanan Kerohanian
6. Bidang Pemberdayaan Ekonomi
Dengan melibatkan keenam aspek tersebut, khususnya dalam pelayanan diakonial di
masa post-modern ini, Gereja akan dapat berfungsi sebagai agen transformasi di tengah
masyarakat sebagai wujud karya keselamatan Yesus Kristus. Oleh karenanya, Gereja melalui
harus mampu memberikan tindakan-tindakan yang mencakup upaya-upaya pemahaman akar
penyebab keprihatinan sosial sekaligus pengembangan prakarsa pemberdayaan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Di Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I, terdapat beberapa kegiatan
pelayanan diakonial yang diberikan oleh Parhalado terhadap jemaat. Meskipun situasi di
pandemi Covid-19 sekarang yang memaksa kita semua untuk lebih banyak mengurung diri di
rumah, Parhalado HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I tetap menjalankan pelayanan
diakonial kepada jemaat sebagai bagian dari tugas panggilan Gereja. Adapun pelayanan-
pelayaan diakonial yang Parhalado berikan dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Bidang Pendidikan
Untuk bidang Pendidikan, Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
melalui Parhalado telah mendirikan sebuah TK tepat di sebelah kanan bangunan
Gereja, yakni TK Rehoboth, yang didirikan pada tahun 2009 oleh Pdt. Adventus
Lumbantobing, S.Th. Keterlibatan Parhalado dalam memberikan pelayanan diakonial
kepada peserta didik dapat dilihat dari peran Inang Diakones sebagai Pengajar/
Tenaga Pendidik di TK tersebut. Dengan komitmen untuk menjadikan sekolah
tersebut sebagai lembaga pendidikan yang bermutu untuk dapat menghasilkan lulusan
yang beriman, berilmu dan berpengabdian, seluruh Parhalado, meliputi Pendeta
Ressort selaku Ketua Yayasan, Guru Huria beserta Sintua memberikan perhatian
penuh dalam upaya pengembangannya. Dalam masa pandemi Covid-19 ini, telihat
bahwa kegiatan pembelajaran di TK Rehoboth masih tetap dilaksanakan, namun
dengan beberapa penyesuaian seperti pengaturan tempat duduk yang berjarak,
penyediaan fasilitas untuk mencuci tangan dan kewajiban untuk memakai masker
selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Parhalado HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I juga turut memberikan
perhatiannya dalam bidang Musik, di mana Amang Gr. Dody Kasih Napitupulu, S.
Pd. K memberikan pelatihan Buku Logu kepada beberapa anak Sekolah Minggu yang
memang bersedia untuk belajar setiap hari Rabunya. Selama dua Minggu ini, terlihat
Simon Simanungkalit dan Josie Simanungkalit sudah mampu untuk memainkan lagu
Buku Logu, meskipun masih menggunakan nada dasar C. Besar harapan, program ini
senantiasa bisa berjalan, meskipun penyebaran Covid-19 yang semakin meningkat
memaksa kita untuk tetap berdiam diri. Hal ini tentu perlu dan penting untuk
dipertahankan, agar proses regenerasi tim musik HKBP Simanungkalit Ressort
Sipoholon I dapat terlihat setiap tahunnya.
Selain itu, sebagai bentuk apresiasi terhadap jemaat yang berprestasi, Gereja
HKBP Simanungkalit Sipoholon I setiap bulan Desembernya memberikan hadiah
berupa buku. Hal ini tentu akan memberikan motivasi tersendiri bagi setiap siswa-
siswi yang terdaftar menjadi jemaat di Gereja HKBP Simanungkalit untuk berlomba-
lomba menjadi juara di sekolah. Bukankah dipanggil ke depan karena menjadi juara
adalah kebanggan bagi orangtua?
b. Bidang Community Care
Untuk bidang Community Care, Februari 2021 kemarin, Gereja HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I melalui C. Diak. Vivi Melda Wati Sitorus, S. Ag
bersama anggota Parguru Malua telah melakukan pelayanan diakonial kepada orang
buta dan cacat di Panti Hephata, Laguboti. Adapun pelayanan diakonial yang
dilaksanakan di sana adalah dengan memberikan bantuan berupa bahan-bahan
makanan sebagai wujud peduli kepada teman-teman di sana.
c. Bidang Kesehatan
Untuk bidang Kesehatan, Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I
atas izin Amang Pdt. Amir Sitorus, M. Div telah sukses melaksanakan program
Vaksinasi pada tanggal 22 Juni 2021, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Tapanuli
Utara, dan dilanjutkan dengan pemberian vaksin kedua pada tanggal 19 Juli 2021.
Dalam hal ini, Gereja menyediakan tempat bagi seluruh masyarakat untuk dapat
mengikuti program Vaksinasi tersebut, tanpa memandang berasal dari Gereja mana.
Selain itu, dalam lingkungan Pargodungan, terdapat Poskesdes di sekitar Gereja yang
rutin memberikan pelayanan kesehatan kepada kaum Lansia setiap minggunya saat
PHD dilaksanakan pada pagi harinya.

d. Bidang Pengembangan Masyarakat (Community Development)


Untuk bidang Pengembangan Masyarakat, peran Parhalado HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I dalam memberikan pelayanan diakonial dalam
bidang ini belum dapat terlihat. Namun, jika memungkinkan, Gereja dapat saja
semakin memperluas pelayanan dengan mengkoordinasi pembentukan dan
pengembangan kelembagaan kelompok masyarkat di jemaat-jemaat. Sebagai contoh,
Gereja dapat mendirikan Kelompok Tani sebagai jembatan dalam membangun rasa
solidaritas sesama anggota dan sekaligus dapat dijadikan sebagai badan koordinasi,
mengingat mayoritas pekerjaan jemaat di sini adalah bertani.
e. Bidang Pelayanan Kerohanian
Untuk bidang Pelayanan Kerohanian, Gereja HKBP Simanungkalit Ressort
Sipoholon I melalui Parhalado melaksanakan berbagai pelayanan diakonial, seperti
mengunjungi orang sakit dan memberikan penghiburan (ulaon mangapuli) kepada
keluarga yang ditinggalkan. Hal ini dilakukan sebagai realisasi dari tugas Parhalado
Gereja untuk dapat memberikan penghiburan sama seperti apa yang Tuhan berikan.
Terlihat bahwa pandemi Covid-19 sekarang tidak terlalu memberikan pengaruh yang
besar terhadap pelayanan diakonial Parhalado dalam bidang ini.
f. Bidang Pemberdayaan Ekonomi
Untuk bidang Pemberdayaan Ekonomi, Gereja HKBP Simanungkalit Ressort
Sipoholon I melalui Parhalado kurang memperhatikan bidang ini. Padahal, bisa saja
Gereja membentuk unit-unit pelayanan baru, seperti gerakan CUM HKBP yang
terbentuk atas ide Dr. A. M. Ambarita untuk melatih para manager dari kalangan
pelayan HKBP. Apalagi di situasi pandemi Covid-19 sekarang, Gereja HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I melalui Parhalado dapat membentuk Unit Usaha
Gereja, di mana bertujuan untuk mengelola lahan-lahan kosong yang berada di sekitar
bangunan Gereja.
Dalam perjalanan berdirinya Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I,
pelayanan diakonial secara gradual mengalami perkembangan. Meskipun agak sedikit lamban
dan cenderung kurang berkembang pesat serta kurang inovatif. Dengan adanya pandemi
Covid-19 ini, peluang untuk memajukan peran sosial Gereja HKBP Simanungkalit di
masyarakat semakin terbuka akibat munculnya beberapa keprihatinan sosial. Jemaat akan
selalu mencari kehadiran Gereja dalam setiap kesusahan mereka. Untuk itu, perlu adanya
pengembangan masyarakat, baik itu oleh Parhalado sendiri. Jika jemaat sudah memiliki ilmu,
pengetahuan, wawasan, modal serta dukungan moral dan motivasi dari Gereja, percayalah
bahwa Gereja akan hadir bukan hanya sebagai “pembual” saja, tetap hadir sebagai mitra dan
sahabat yang turut serta hadir dalam setiap keprihatinan yang jemaat hadapi (Lukas 4:18-20
dan Markus 16:15).
BAGIAN IV
USUL DAN SARAN
Untuk bidang Koinonia, Penulis mempunyai beberapa usulan kepada Gereja yang
mungkin perlu untuk dilakukan, tentunya dengan memberikan perhatian khusus kepada
aktivitas pelayanan di masa pandemi Covid-19 ini, yakni sebagai berikut.
1. Pembinaan Khusus Remaja/ Naposobulung Gereja HKBP Simanungkalit
Tujuan: Sebagai sosialisasi akan pentingnya bergabung dalam punguan Remaja/
Naposobulung kepada seluruh remaja Gereja.
2. Ibadah Bersama Secara Virtual
Tujuan: Sebagai kegiatan alternatif jika peribadahan diberhentikan untuk sementara
waktu akibat situasi pandemi Covid-19.
3. PHD dan PA Secara Virtual
Tujuan: Sebagai bagian dari kegiatan persekutuan rohani Remaja/ Naposobulung di
masa pandemi Covid-19.
4. Acara Menonton Bersama dalam Gereja atau onsite
Tujuan: Sebagai bagian dari perjumpaan-perjumpaan kreatif Remaja/ Naposobulung
dalam pertumbuhan kerohanian setiap anggota.
5. Kuis Alkitab
Tujuan: Sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan restorasi ingatan Remaja/
Naposobulung akan berbagai hal dalam Alkitab yang mulai dilupakan untuk sekarang.
6. Perjumpaan Kreatif setiap Minggu
Tujuan: Untuk memebentuk rasa solidaritas sesama anggota Remaja/ Naposobulung
dengan adanya kegiatan rutin setiap minggunya.

Sementara itu, untuk bidang Diakonia, Penulis mempunyai beberapa usulan berupa
program yang mungkin bisa dilaksanakan ke depannya.
1. Penanaman Kentang, Bawang atau Jahe Berkualitas Unggul di Lahan Kosong
Sekitar Gereja
Tujuan: Mendatangakan cash flow untuk program-program Gereja dan sebagai
sampel bagi pemberdayaan jemaat HKBP Simanungkalit.
2. Pembentukan Kelompok Tani
Tujuan: Jemaat HKBP Simanungkalit yang mayoritasnya adalah Petani dapat
dikoordinasi dalam satu badan.

3. Pelatihan Pelayan Tahbisan


Tujuan: Menjadi tempat bagi pelayan tahbisan di HKBP Simanungkalit agar lebih
paham bidang-bidang apa saja yang dapat dijadikan sebagai bagian dari pelayanan
diakonial.
BAGIAN V
PENUTUP
Pandemi Covid-19 nampaknya tidak terlalu memberikan pengaruh yang signifikan
dalam pelbagai aktivitas pelayanan Gereja HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I.
Tatkala, situasi sekarang hanya mendatangkan rasa ketakutan yang mendalam bagi jemaat.
Namun terlihat semangat mereka untuk bersekutu, bersaksi dan melayani mampu
mengalahkan segala ketakutan yang mereka miliki.
Berbagai program tiap kategorial, baik itu Remaja/ Naposobulung, Ama/ Ina dan
Parhalado memang tak sedikit yang terpaksa dihentikan untuk sementara. Namun dengan
munculnya tantangan-tantangan tersebut, kerinduan jemaat akan perjumpaan-perjumpaan
yang biasanya mereka lakukan memaksa mereka untuk mencari berbagai alternatif, yang
tentunya bukanlah kebijakan-kebijakan “licik” yang terlepas dari kendali protokol kesehatan.
Jika ibadah setiap Minggu sudah dapat dilaksanakan kembali, maka besar harapan berbagai
kegiatan-kegiatan yang sempat terhenti juga dapat dilaksanakan kembali. Otomatis, setiap
jemaat harus memutar otak untuk dapat mengakali bagaimana mereka dapat menciptakan
perjumpaan-perjumpaan kreatif, sebut saja Partangiangan. Dengan kemajuan zaman
sekarang, apakah mungkin untuk melakukan Partangiangan secara virtual? Ya, memang
mungkin, tetapi apakah rasanya sama dengan Partangiangan yang dilakukan secara langsung
atau tatap muka? Tidak, rasanya pasti berbeda. Untuk itulah, ada saatnya kita harus mampu
untuk bersyukur atas berbagai perjumpaan-perjumpaan yang masih bisa kita lakukan hingga
saat ini, bahkan jika itu dilaksanakan secara online sekalipun. Apapun dan bagaimanapun
perjumpaan-perjumpaan yang kita laksanakan, asalkan tujuannya memang jelas untuk dapat
bersekutu, bersaksi dan melayani Tuhan, dan mencapai tujuan yang representatif.
LAMPIRAN
Lampiran Wawancara
Narasumber 1
Nama : Gr. Dody Kasih Napitupulu, S. Pd. K
Alamat : Jambur Nauli, Desa Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung
Waktu : 30 Juli 2021, Pukul 10.0 WIB

Penulis : Horas, Selamat Pagi, Amang Guru.


Narasumber : Horas, Selamat Pagi juga, Dek.
Penulis : Pertama, saya mengucapkan terima kasih kepada Amang Guru karena telah
memberikan waktu kepada saya untuk melakukan wawancara kepada Amang saat ini. Saya
ingin mengetahui pendapat Amang Guru mengenai kondisi sekarang, di mana pandemi
Covid-19 sekarang sangat menimbulkan ketakutan masyarakat, khususnya jemaat Gereja
HKBP Simanungkalit. Adakah perubahan yang Amang Guru lihat terhadap berbagai aktivitas
pelayanan Gereja di masa pandemi Covid-19 sekarang?
Narasumber : Pertanyaan yang bagus, Dek. Begini, untuk aktivitas pelayanan Gereja
HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I, berbagai bidang pelayanan Gereja tidak terlalu
mendapatkan pengaruh yang signifikan. Boleh Adek lihat sendiri, di mana hanya
Partangiangan saja yang memang betul-betul dihentikan sampai sekarang. Ibadah Minggu toh
masih tetap berjalan, latihan koor masih berjalan, ibadah Sekolah Minggu masih berjalan,
kunjungan terhadap orang sakit masih berjalan, ulaon mangapuli masih berjalan, dan
sebagainya. Jadi sudah terlihat kan? Bersyukur daerah kita tidak termasuk dalam zona Merah.
Penulis : Iya, Amang. Saya juga melihat begitu. Terus sampai kapan Partangiangan ini
akan dihentikan? Adakah kebijakan solutif dari Parhalado untuk mengakalinya?
Narasumber : Tentu ada, Dek. Kemarin saya lihat di HKBP Menteng, Partangiangan sudah
dilakukan secara virtual, melalui aplikasi Zoom. Ke depannya, entah itu bulan Agustus, kita
sudah mulai menjalankan Partangiangan secara virtual, tentunya harus berdasarkan
kesepakatan Amang Pendeta Ressort dan semua Sintua.
Penulis : Kemarin sudah keluar aturan dari Pemerintah mengenai PPKM Level 3.
Apakah menurut Aamang itu juga tidak terlalu memberikan pengaruh yang signifikan kepada
aktivitas pelayanan Gereja?
Narasumber : Kalau menurut saya pribadi, aktivitas pelayanan, khususnya Koinonia,
Marturia dan Diakonia masih bisa berjalan asalkan ibadah Minggu masih bisa dilaksanakan
onsite. Kita berharap saja semoga semua kebijakan-kebijakan Pemerintah tidak membuat
peribadahan di Gereja kita menjadi terhenti. Sensasinya tentu berbeda toh apabila beribadah
dari rumah saja.
Penulis : Baiklah, Amang. Saya rasa, semua yang saya butuhkan untuk keperluan studi
lapangan saya kali ini sudah lengkap. Terima kasih atas waktunya, Amang.
Narasumber : Baik, sama-sama.
Narasumber 2
Nama : Efriana Frista Simanungkalit
Alamat : Seminarium Sipoholon
Waktu : 26 Juni 2021, Pukul 19.00 WIB

Penulis : Horas, selamat malam, kak Friska.


Narasumber : Horas juga, Dek. Ada perlu apa?
Penulis : Begini, kak. Saya perlu melakukan wawancara kepada Kakak selaku Ketua
BPH Remaja/ Naposobulung HKBP Simanungkalit Ressort Sipoholon I dalam rangka
pengumpulan data Studi Lapangan saya. Bolehkah saya meminta waktu Kakak sebentar?
Narasumber : Tentu saja boleh, Dek. Silahkan tanyakan saja apa yang mau Adek tanya.
Penulis : Baik, Kak. Untuk pertanyaan pertama, apa saja kegiatan-kegiatan Remaja/
Naposobulung yang terdampak pandemi Covid-19?
Narasumber : Oooo, kalau itu tentu ada beberapa kegiatan yang terpaksa dihentikan untuk
sementara waktu, seperti Partangiangan Remaja/ Naposobulung setiap hari Rabunya (1x
sebulan), PHD dan PA dan latihan Koor. Situasi pandemi sekarang sangat membatasi ruang
gerak Remaja/ Naposobulung untuk dapat berkumpul bersama. Adek pasti taulah bagaimana
kekhawatiran setiap orang akan penyebaran virus ini. Jadi, untuk sementara waktu, sampai
keadaan kembali membaik, kegiatan-kegiatan tadi harus dihentikan.
Penulis : Begitu ternyata, Kak. Tapi apakah masalah-masalah yang Kakak sebutkan
tadi tidak membuat BPH Remaja/ Naposobulung HKBP Simanungkalit untuk memutar otak
supaya perjumpaan-perjumpaan dengan teman yang lain bisa dilaksanakan kembali?
Narasumber : Tentunya kami selaku BPH sudah memikirkan ini. Sebut saja jika
Partangiangan Remaja/ Naposobulung dapat kita laksanakan melalui aplikasi Zoom setiap
bulannya. Tapi saya rasa, itu akan mengurangi nilai dari perjumpaan itu sendiri. Selalu ada
kerinduan untuk dapat berkumpul dan bercengkrama secara langsung dengan teman-teman
yang lain.
Penulis : Memang begitu, Kak. Tapi untuk masalah pandemi sekarang, sepertinya
tidak boleh ada intervensi lagi. Kalau memang perjumpaan-perjumpaan dilarang oleh
pemerintah karena mengundang kerumunan, terpaksa segalanya harus kita lakukan secara
virtual.
Narasumber : Betul, Dek. Kami sudah mencoba mengkomunikasikan ini dengan teman-
teman yang lain. Semoga saja apa yang telah kami susun sebagai program kerja Remaja/
Naposobulung dalam masa pandemi Covid-19 ini dapat berjalan dengan baik, tanpa adanya
hambatan. Dalam forum, kami juga sudah mendiskusikan hal ini, yakni dalam coffe-break
yang dilaksanakan oleh PPND Distrik II Silindung kemarin. Berbagai perjumpaan yang
biasanya kita lakukan secara langsung dan onsite harus kita laksanakan secara online. Untuk
itu, kami akan membentuk tim khusus dalam mempersiapkan segala sesuatu yang harus
dipersiapkan kedepannya agar program ini dapat berjalan. Sebagai generasi milenial,
tentunya berbagai kemajuan zaman harus mampu kita manfaatkan dengan baik, khususnya
dalam upaya membentuk persekutuan dengan teman-teman yang lain. Besar harapan, apa
yang telah kami susun dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan dukungan dari Gereja.
Penulis : Baiklah, kak. Saya rasa semua yang Kakak sebutkan tadi sudah cukup jelas.
Semoga apa yang Kakak harapakan demi kemajuan Remaja/ Naposobulung HKBP
Simanungkalit Ressort Sipoholon I dapat terealisasi. Terima kasih atas waktunya, Kak.
Narasumber : Sama-sama, Dek.
Narasumber 3
Nama : Drs. Bisuk Bijaksana Hasudungan Situmeang, S.Pd
Alamat : Lumban Siantar Jae, Desa Situmeang Hasundutan
Waktu : 31 Juli 2021, Pukul 20:56 WIB

Penulis : Selamat malam, Amang. Izin mengganggu waktunya, Amang.


Narasumber : Iya, ada apa, Amang?
Penulis : Saya ingin melakukan wawancara dengan Amang. Hal ini saya lakukan
dalam rangka pengumpulan data Studi Lapangan saya, Amang.
Narasumber : Oke, tentu saja boleh. Langsung saja tanya apa yang perlu. Saya ada urusan
sebentar lagi.
Penulis : Baik, Amang. Pertanyaan saya yang pertama. Amang selaku anggota dari
punguan Ama Immanuel apakah merasa terdampak dengan adanya pandemi Covid-19?
Narasumber : Bagaimana ya? Kegiatan yang punguan Ama Immanuel lakukan hanyalah
latihan Koor di setiap hari Sabtu. Di masa pandemi sekarang, kami masih rutin melakukan
perjumpaan setiap hari Sabtunya, yakni di rumah salah satu anggota punguan Ama Immanuel
secara silih berganti. Entah bagaimana itu bisa terjadi. Kami tidak terlalu takut untuk bertemu
secara langsung di masa pandemi sekarang. Buktinya, saya masih sehat-sehat saja sekarang.
Asalkan tetap mematuhi prokes. Jadi, jika Adek bertanya apakah kegiatan Ama Immanuel
terpengaruh situasi pandemi Covid-19? Jawabannya adalah tidak terlalu memberikan
pengaruh yang signifikan.
Penulis : Begitu, ya Amang.
Narasumber : Ya, lanjut.
Penulis : Biasanya, Amang dan yang lain ketika berjumpa setiap hari Sabtunya, berapa
lama? Apakah pandemi Covid-19 ini membuat perjumpaan Amang dengan yang lain
dipersingkat?
Narasumber : Hahaha, tidak. Biasanya kami awali dulu dengan latihan Koor. Setelah
selesai, kami lanjut minum tuak dengan tambul yang sudah disediakan oleh orang rumah.
Jadi perjumpaan kami tidak terlalu formal hahaha.
Penulis : Hehehe, enak sekali Amang perjumpaannya. Baiklah Amang, saya rasa
sudah cukup bagi saya dalam wawancara ini. Terima kasih untuk Amang karena telah
memberikan waktunya.
Narasumber : Sama-sama. Saya pergi dulu ya.
Lampiran Foto

Gambar 1: “Situasi peribadahan pada hari Minggunya”

Gambar 2: “Situasi kebaktian Anak Sekolah Minggu pada hari Minggunya”


Gambar 3: “Partangiangan Remaja/ Naposobulung HKBP Simanungkalit sa-Ressort”

Lembar Pengesahan
Dengan dilampirkannya Lembar Pengesahan ini, menerangkan bahwa peserta Studi

Lapangan:

Nama : Rynaldi Mahardika Situmeang

NIM : 20.3576

Semester : III

Mata Kuliah : Studi Lapangan

Benar telah mengadakan dan menyelesaikan Studi Lapangan pada tanggal 22 Juni-31

Juli 2020 di HKBP Simanungkalit, Ressort Sipoholon I, Distrik II Silindung yang beralamat

di Desa Simanungkalit, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera

Utara.

Laporan ini disusun sebagai laporan Studi Lapangan yang akan diserahkan kepada

Team Teaching STT HKBP Pematangsiantar dengan persetujuan dan pengesahan oleh:
Sipoholon, Agustus 2021

Pendeta Ressort

Pdt. Amir Sitorus, M. Div

Anda mungkin juga menyukai