DISUSUN OLEH:
NIM : 2081515
PRODI : SI TEOLOGI
LEWA-SUMBA TIMUR
2019
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh Pendeta Mentor dan Dosen
Pembimbing sebagai bukti bahwa Mahasiswa PPL II atas nama Margaretha Bani
telah menyelesaikan masa PPL II di GKS Jemaat Walakari.
Pdt. Rambu Ana Maeri, M.Th Pdt. Jefri Runuwali, S.si teol
Mengetahui :
Puji dan Syukur penulis panjatkan pada hadirat Tuhan yang Maha Kuasa,
dimana atas penyertaanNya penulis dapat melaksanakan Praktek Pendidikan
Lapangan II di GKS WALAKARI selama dua bulan ini, sehingga penulis boleh
dapat menyelesaikannya dengan baik, aman dan damai, atas berkat dan
pertolongan Tuhan serta dukungan dari jemaat Walakari.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek Pendidikan Lapangan II merupakan bagian integral
kurikulum program studi strata satu teologi di STT-GKS. Mata kuliah ini
dikategorikan dalam rumpun mata kuliah kelompok perilaku berkarya
yang ditempuh setelah menempuh tiga tahun studi dan telah
menyelesaikan mata kuliah bersyarat. PPL II adalah sarana bagi
mhasiswa/i jenjang strata satu teologi untuk menerapkan pengetahuan
teoritik dalam bidang teologi pada tataran praktis, yakni bersentuhan
dengan realita jemaat. PPL II merupakan proses pembelajaran bagi
mahasiswa/i teologi sebagai calon pendeta untuk mengamati seluruh aspek
pelayanan gereja, mengenal dan memahami struktur organisasi dan
kepemimpinan dalam gereja, dan melakukan analisa terhadap berbagai
bentuk pelayanan gereja serta terlibat langsung dalam pelayanan gereja.
PPL II adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di jemaat-
jemaat GKS. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan teoretik yang diperolehnya di kelas ke
dalam kegiatan praktek di lapangan, sehingga pengetahuan dan
ketrampilan yang diperolehnya dapat berdaya guna dan mampu
bersentuhan dengan realitas kehidupan gereja dan masyarakat.
Pelaksanaan PPL II merupakan tahapan praktek pertam dan
merupakan lanjutan dari mata kuliah PPL I. PPL II memiliki bobot 2 sks
dan hanya bisa diikuti oleh mahasiswa yang telah menyelesaikan PPL I
dan semua mata kuliah bersyarat yang ditetapkan dalam kurikulum
program studi teologi. Pelaksanaan PPL II ini berada dalam tanggung
jawab ketua program studi teologi, dosen pembimbing dan pendeta
mentor. Pendeta mentor adalah pendeta jemaat di tempat mahasiswa
melaksanakan PPL II. Dosen pembimbing adalah dosen STT-GKS yang
dipercayakan untuk mengadakan suvervisi kepada mahasiswa yang sedang
melaksanakan PPL II di jemaat-jemaat.
Dalam pelaksanaan PPL II ini, ketua program studi teologi, dosen
pembimbing dan pendeta mentor serta mahasiswa diharapkan untuk saling
berkomunikasi sehingga kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan secara
terpadu. Mahasiswa diwajibkan mengadakan pertemuan dan menjalin
relasi dengan pendeta mentor agar memahami objek belajarnya.
PPL II merupakan tahap pengenalan lanjutan akan pelayanan bagi
mahasiswa program studi teologi/kependetaan. Dalam melaksanakan PPL
II, mahasiswa akan dipersiapkan secara matang untuk memahami makna
panggilan Tuhan yang harus diaplikasikan dalam pelayanan jemaat dan
masyarakat. Selain itu, melalui PPL II mahasiswa program studi
teologi/kependetaan dibentuk untuk memiliki penghayatan akan panggilan
Tuhan terhadap gereja dan kehidupan bergereja dengan berbagai
dinamikanya serta lingkup pelayanannya.
B. Tujuan
1. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dan
menerapkan kreatifitas dalam pelayanan kategorial (komisi bapak, ibu,
pemuda, remaja dan anak), bidang-bidang yang ada dalam jemaat.
2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menemukan hubungan
atau kesenjangan antara teori (konsep, ilmu teologi) dengan apa yang
terjadi dalam praktek (realitas di jemaat).
3. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan
pengetahuan teoritis dalam bidang teologi dan teologi ke dalam
praktek nyata.
4. Membekali mahasiswa teologi sebagai calon pelayan gereja dengan
pemahaman dan pengenalan yang memadai terhadap seluruh aspek
pelayanan gereja.
5. Menciptakan calon-calon pelayan gereja yang berkualitas dalam
pelayanan gereja dan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
c. Darurat 2 Buah
c. Darurat 1 Buah
Baik 1 Buah
15 Alat Sakramen:
A. KATEGORI PELAYANAN
1. Ibadah
a. Ibadah Minggu
b. Ibadah Rumah Tangga
c. Ibadah Komisi
d. Ibadah Pengucapan Syukur
e. Pengebumian
2. Perkunjungan Jemaat dan Pelayanan Pastoral
Melakukan konseling pastoral lewat perkunjungan ke rumah jemaat.
B. EVALUASI TERHADAP PELAYANAN YANG DILAKUKAN
DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SWOT (KEKUATAN,
KELEMAHAN, ANCAMAN, PELUANG)
a) Kekuatan
Jemaat Walakari menjadi salah satu jemaat ditengah-tengah
keberagaman. Artinya bahwa, selain jemaat Walakari ada juga
berbagai gereja denominasi lain seperti GBI, GKII, Gereja Bebas,
Reformasi, katolik dan bahkan Islam. Hal yang menarik yang
dipelajari adalah hidup bertoleransi yang sangat baik. Sekalipun
beragam tetapi relasi antar agama atau jemaat sangat baik, tidak
ada konflik antar agama bahkan mampu hidup bersama dengan
perbedaan. Ini menjadi kekuatan untuk bertumbuh dan membangun
kerjasama dalam pertumbuhan iman.
b) Kelemahan
Jemaat Walakari adalah salah satu jemaat yang cukup banyak
jumlah warga jemaatnya yaitu sekitar 2 ribu lebih jiwa. Selain
warga jemaat yang banyak, jemaat Walakari memiliki wilayah
pelayanan yang sangat luas yaitu 6 desa, dengan kondisi wilayah
pelayanan yang tidak dapat di jangkau hanya dengan satu orang
pelayan (pendeta). Hal ini yang kemudian membuat pelayanan
menjadi tidak efektif.
c) Ancaman
Dengan tidak berjalannya pelayanan kategorial dengan baik
terlebih pada kategorial anak, hal ini akan menjadi ancaman bagi
pertumbuhan dan perkembangan masa mendatang bagi jemaat
Walakari. Selain itu, pendapat atau anggapan bahwa pelayanan
atau ibadah bukanlah suatu kebutuhan menjadi salah satu faktor
lambat atau lemahnya pertumbuhan iman. Hal ini nampak dari
tingkat kehadiran dalam ibadah minggu. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa, jika ibadah dianggap bukanlah suatu kebutuhan
maka akan sulit untuk adanya doa bersama, ibadah malam dan lain
sebagainya dalam keluarga.
d) Peluang
Dengan adanya kerjasama jemaat dengan GKI Couyudan, hal ini
menjadi peluang bagi jemaat untuk terus mendukung
pelayanannya. Seperti pelatihan guru sekolah minggu, pembinaan
majelis jemaat, dan lain sebagainya. Dengan demikian, ini akan
menjadi peluang untuk membangun jemaat dengan lebih baik.
Banyak hal yang dapat dipelajari dan diterapkan ditengah-tengah
kehidupan jemaat. Selain itu, kekayaan alam yang dimiliki,
seperti;hasil laut, pertanian, peternakan, jika dikelola dengan baik
akan sangat menjadikan jemaat Walakari mengalami pertumbuhan
yang baik ke depannya.
C. REFLEKSI TEOLOGIS
Terpanggil untuk bekerja di ladang Tuhan adalah suatu tugas
sangat mulia dan sekaligus menjadi tugas yang tidak mudah. Ketika
menjalani tugas sebagai seorang pelayan banyak persoalan dan tantangan
yang harus di hadapi.
Selama 2 bulan menjalani masa praktek di Jemaat Walakari,
penulis benar-benar menyadari bahwa menjadi seorang pelayan Tuhan itu
tidak mudah dan semua yang dihadapi tidak semuanya sesuai dengan
keinginan kita. Jemaat Walakari adalah jemaat yang memberikan begitu
banyak pelajaran dan pengalaman yang begitu berharga bagi penulis baik
dari jemaat maupun dari pelayan. Di sinilah penulis menyadari bahwa ada
salib yang dipikul dan adanya penyangkalan diri yang mungkin
sebelumnya tidak begitu disadari oleh penulis.
Konsep yang ada selama ini dalam pikiran bahwa menjadi seorang
pelayan Tuhan itu gampang dan semuanya akan baik-baik saja karena kita
seorang pelayan Tuhan, sedikit demi sedikit mulai dapat dipahami dengan
baik. Dari hal ini penulis belajar bahwa persiapan diri itu sangat penting.
Artinya bahwa, selalu ingatkan diri sebagai pelayan bahwa kita akan
berhadapan dengan orang yang menyukai kita dan yang tidak menyukai
kita, tidak semua berjalan sesuai dengan keinginan kita dan lain-lain.
Sehingga ketika kita sudah mempersiapkan diri dengan baik, kita tidak
akan kecewa, putus asah dan mungkin juga tidak melayani dengan baik.
Dengan semua persoalan dan pergumulan yang ada dalam
pelayanan Jemaat Walakari, penulis belajar bahwa ada hal yanng harus
diperhatikan oleh seorang pelayan dan yang dilayani (jemaat). Menyadari
bahwa kata ‘pelayan’ itu adalah seorang yang melayani dengan ramah,
bersahabat serta melayani dengan penuh ketulusan dan keiklasan,
demikianlah setiap pelayan Tuhan dalam melayani. Sehingga dalam
pelayanan itu menjadi kekuatan bagi setiap pelayan Tuhan.
Pelayan Tuhan harus yakin dan percaya bahwa pemanggilan dan
pengutusan Tuhan itu bersamaan dengan penyertaan-Nya, pemeliharaan-
Nya dan perlindungan-Nya, sebab Tuhan tetap menyertai Mereka yang
diutusNya sampai pada akhir Zaman (Matius 18:19-20).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. PPL II adalah proses belajar dalam jemaat untuk mengenal dan
mendapat pengalaman dalam mempersiapkan diri untuk menjadi
pelayan Tuhan. Dengan demikian semua pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan PPL II ini harus sungguh-sungguh bekerja
dalam setiap tugas dan tanggungjawab masing-masing.
2. Menjadi seorang pelayan Tuhan bukanlah hal yang mudah. akan
ada banyak tantangan dan persoalan yang dihadapi dalam
pelayanan. Itulah salib dan penyangkalan diri yang kita ambil.
Dengan demikian, persiapan diri itu sangat penting.
3. Wilayah pelayanan yang luas, jumlah jemaat yang banyak,
kehadiran yang kurang dalam ibadah, kondisi jalan dan wilayah
yang jauh dari perkotaan, dan lain sebagainnya, kiranya ini tidak
menjadi penghalang bagi pelayan Tuhan untuk pergi menyatakan
Injil bagi semua orang.
B. SARAN
a. Bagi Jemaat Walakari
1) Pelayanan adalah bukan untuk kepentingan kita sebagai
manusia, tetapi yang penting adalah untuk Tuhan.
Sehingga, pelayanan harus dilakukan dengan baik.
2) Dengan kondisi wilayah pelayanan yang sangat luas tentu
pelayanan tidak dapat efektif. Oleh karena itu, sebaiknya
program kerja majelis dan komisi itu ada, karena itu juga
dapat mendukung pelayanan yang efektif.