Anda di halaman 1dari 23

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah

Anak merupakan bagian terpenting sebagai penerus bangsa terutama dalam gereja. Sejak

manusaia ada pendidikan pun sudah ada. Gereja pun sudah mempunyai sitem pendidikan dan salah

satunya adalah pendidikan sekolah Minggu. Pengajaran terhadap anak bukan pekerjaan sampingan

gereja melainkan pekerjaan pokok. Gereja harus mengajarkan pemberitakan injil jika tidak

dilakukan maka tidak dapat dikatakan sebagai gereja yang utuh. Banyak gereja yang telah

mengabaikan tanggung jawabnya terhadap anak, mengabaikan tugas panggilanya.

Dalam hal ini spiritualitas seorang anak untuk memuji dan memuliakan Tuhan sudah jarang

dirasakan oleh anak-anak. Di mana di berbagai kalangan, anak-anak pergi ke gereja hanya

semboyan atau simbolis saja, karena kebiasaan dan dorongan dari orangtua mereka. Membangun

spiritualitas melalui kegiatan bisa meningkatkan semangat mereka untuk memuji Tuhan dan

memuliakan namaNya. Walaupun anak-anak masih kecil, akan tetapi mereka harus diajarkan

mengenai firman Tuhan dan mengaplikasikannya di dlaam hidup mereka. Semangat dan daya

juang sanagt prioritas dan harus di bangun di dalam diri anak-anak, agar anak-anak bisa menjadi

anak-anak yang tumbuh di dalam imannya. Ketika mereka tumbuh di daam iman, mereka akan

hidup di dalam kasih yang dari Yesus Kristus. Karena dalam Markus 10, Yesus sangat

memperhatikan anak-anak dan merangkul mereka.

Perlunya strategi untuk anak sekolah minggu gereja HKBP Immanuel ressort Kuta Jaya dalam

meningkatkan spiritualitas anak sekolah minggu. Dimana dalam melakukan strategi untuk
meningkatkan spiritualitas anak sekolah minggu, anak dapat dapat menumbuhkan spiritualitas

anak sekolah minggu dalam menjalani dan menghayati anak Firman Tuhan.

1.2.Alasan pemilihan judul

Selama penulis menjalankan praktek lapangan yang ke dua di HKBP Immanuel Ressort

Rogate penulis melihat bahwa kurangnya spiritualitas anak sekolah minggu yang terlihat dari

keaktifannya dalam tanya jawab, Kreatifannya, serta penghafalan ayat. Hal ini nampak ketika

penulis berada ditempat saat ibadah sekolah minggu. Seharusnya tiap minggunya anak sudah

memiliki peningkatan spiritualitasnya yang sudah diajarin oleh pelayan guru sekolah minggu

dengan memberitakan Firman Tuhan serta lagu puji-pujian yang sudah di ajarkan kepada mereka.

Hal ini menjadi pertanyaan apakah dalam hal ini karena memang minat guru sekolah minggu yang

tidak ada atau karena pengetahuan yang kurang sehingga sulit untuk meningkatkan pelayanannya

terhadap anak dan apakah memang dari seorang anaknya yang kurang semangat dalam mengikuti

kebaktian sekolah minggu?

Hal ini lah yang membuat penulis memilih judul “Startegi Meningkatkan Spiritualitas

Anak Sekolah Minggu di HKBP Immanuel ”. Karena penulis tertarik dan ingin mengetahui

bagaimana anak dalam mengikuti kebaktian sekolah minggunya setiap minggunya. Kemudian apa

yang menjadi penyebab kurang aktif, kreatif dan semangat anak sekolah minggu dalam ibadah.

Hal ini akan mempengaruhi atau memiliki dampak bagi kehidupannya sehari-hari dan di masa

yang akan datang.


1.3.Rumusan masalah

Dengan melihat kenyataan selama mengikuti praktek lapangan yang ke II, maka penulis

merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1.3.1. Bagimana Startegi Meningkatkan Spiritualitas Anak Sekolah Minggu di HKBP Immanuel?

1.3.2. Sejauh mana anak sekolah minggu menerapkan pengajaran dari sekolah minggu dalam

kehidupannya?

1.3.3. Sejauh mana guru sekolah minggu mengetahui kreativitas anak sekolah minggu?

1.4.Batasan penulisan

Dalam penulisan pemenuhan tugas dalam menjalankan praktek lapangan ke II penulis

membahas tentang Startegi Meningkatkan Spiritualitas Anak Sekolah Minggu di HKBP

Immanuel Ressort Rogate tetapi penulis melihat bahwa cakupan tentang bahasan ini sangat luas

sehingga penilis membatasinya hanya pada anak sekolah minggu HKBP Immanuel Ressort Rogate

di horong 3.

1.5.Metode penulisan

Dalam penulisan pemenuhan tugas pada saat melakukan praktek lapangan yang ke II,

penulis memakai literatur atau kepustakaan dengan buku-buku sebagai refrensi untuk menambah

pengetahuan akan pemenuhan tugas dan juga metode penelitian berdasarkan observasi selama

pratek lapangan dan wawancara kepada Guru Sekolah Minggu, Anak Sekolah Minggu.

1.6.Tujuan penulisan
Untuk dapat memberikan pemahaman pentingnya spiritualitas anak sekolah minggu serta

bagiamana startegi untuk meningkatkan spiritualitas Anak Sekolah Minggu di HKBP Immanuel,

agar dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari dan dapat menjadi bekal hidupnya karena

anak adalah pennerus dalam gereja.

1.7.Hipotesis

Spiritualitas anak dapat dilihat dari penerapannya dikehidupan sehari-hari dan ajaran yang

dilakukan pelayan sekolah minggu tiap minggunya yang mereka dapatkan. Spiritualitas anak

sekolah minggu juga dapat dilihat melalui metode gereja pakai untuk bercerita, apakah

berdasarkan cerita alkitab saja tanpa aktivias dan alat peraga dan melalui peranan guru sekolah

minggu dalam pelayanannya di tiap minggunya kepada anak.

1.8.Sistematika penulisan

Pemenuhan tugas akhir selama praktek lapangan ke II kurang lebih dua bulan, tugas ini

terdapat 5 bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa bagian. Untuk mempermudah penulisan

maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, bab ini merupakan pengantar singkat untuk menguraikan isi dari karya tulis

ini. Dengan memaparkan latarbelakang masalah, alasan pemilihan judul, rumusan masalah,

batasan penulisan, tujuan penulisan, hipotesis dan sistematika penulisan.

Bab II: Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai sejarah singkat atau selayang pandang

dari HKBP Immanuel Kuta Jaya Ressort Rogate Distik XXI Banten.

Bab III: Bab ini membahas teori-teori yang berhubungan dan mendukung hasil dari penemuan

dilapangan.
Bab IV: Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian atau analisis selama

menjalankan praktek lapangan II yang dilakukan di HKBP Immanuel Kuta Jaya Ressort Rogate

Distik XXI Banten.

Bab V: Bab ini merupakan penutup atau kesimpulan dari semua isi pembehasan dalam tulisan

pemenuhan tugas ini.

Bab II

Deskripsi Situasi

Sejarah singkat HKBP Immanuel Kuta Jaya Ressort Rogate


1.1.Selayang pandang HKBP Immanuel Kuta Jaya

HKBP Immanuel Kuta Jaya adalah salah satu pagaran dari HKBP Ressort Rogate , distrik

XXI Banten. Gereja ini dipimpin oleh Amang St.Budiman Tambun. Gereja HKBP Imanuel ini

terletak diantara ruko-ruko lainnya. Gereja HKBP Immanuel didirikan pada tahun 2009. Pada

bulan Oktober 2008, mereka ada berencana membuat tempat beribadah. Pertemuan pertama

dirumah keluarga J.Hutabarat/Br. Samosir yang dihadiri 8 orang terdiri dari St. Elman Tambun,

St. Budiman, St. Bachtiar Silalahi, Jonipa Hutabarat, Anton Sagala, Rudy Lumban Tobing, alm.

Lismen Aritonang, Eden Panjaitan. Pertemuan mereka pertama sudah memilki kesepakatan utnuk

membentuk satu wadah tempat beribadah. Pertemuan kedua dengan rumah yang sama yang

dihadiri 10 orang dengan orang yang sama ditambah dengan St. Musalim Tarihoran dan St.

Soufenir Rajagukguk. Mulai saat itu hampir setiap malam terus mengadakan pertemuan.

Saat itu mereka menemui ketua RT di Bumi Indah dan Pak Jaro, Pak jaro sangat respek

dan beberapa kali pertemuan didapat kata sepakat untuk mengontrak ruko di Bumi Indah. Mereka

memberikan biaya ke pak Jaro untuk merenovasi ruko tersebut hingga layak untuk ditempati.

Ketika hendak ingin dipakai ruko yang telah selesai itu untuk melakukan Ibadah I dalam rangka

menyambut hari Natal, tepat hari Jumat, banyak orang yang datang mnyerbu dan menyegel serta

memberikan tulisan tidak boleh Ibadah. Selanjutnya mereka melakukan diskusi untuk mencari

solusi karena ruko Bumi Indah gagal sebagai tempat Ibadah. Amang St. Musalim Tarihoran/ Br.

Sitohang bersedia untuk memberikan tanah yang disamping rumahnya dibangun utnuk tempat

ibadah di perum Wisma Mas Blok B1 No. 1. Pada saat itu juga merek meminta izin kepada ketua

RT, untuk membangun ibadah tersebut dan ketua RT mengizinkan.

Dengan gerak cepat mreka melakukan pembersihan tempat sambil mengumpulkan uang

untuk pembangunan dengan kemurahan hati ruas dan sintua menyisihkan pendapatan untuk ibadah
dengan ukuran 5 x 20m2 dibangun denganbaik dan layak. Sekitar 3 bulan lamanya Januari-Mart

2009, warga keberatan tidak boleh ditempat tersebut ibadah bahkan sampai ketua RT diganti.

Ibadah dilakukan kedua kali dirumah St. Bachtiar Silalahi Villa Tangerang Elok Blok A 22 No.

32. Mereka menemui Pak Haji untuk meminta disediakan tempat untuk melaksanakan ibadah. Pak

Haji menyanggupi memberikan tempat di Perum Regency II yaitu tanggal 12 April 2009 dan

dilaksanakan 2x minggu dan selanjutny warga keberatan. Rapat untuk mencari solusi terus

diadakan sampai dapat kesimpulan mencari ruko, ternyata ada yang kosong di ruko Regency II

Blok AA dan dikontrakan selama 2 tahun serta ibadah dimulai tanggal 19 April 2009. Sambil

berjalan ibadah mereka membentuk satu team untk meminta tanda persetujuan dari ketua RT

ditempat ruko dan kemudian meminta tanda tangan Persetujuan dari warga kampung sekitar dan

Pak Haji. Dan juga mereka rapat mencari nama Dan disepakati nama gereja HKBP IMMANUEL

KUTA JAYA.

Berakhirnya 2 tahun beribadah di ruko kontrakan sewa kontrak telah berakhir. Senin

tanggal 03 Januari 2011 parhalado dan jemaat mengadakan rapat yang dihadiri 18 orang dan

disepakati untuk membeli ruko, mengadakan tok-tok ripe, pinjaman perseorangan, nama pembeli

dan pengembalian pinjaman. Setelah membentuk panitia kecil pada tanggal 26 April 2011 ada

ruko yang dijual panita sepakat memberikan DP terlebih dahulu, parhalado dan panitia tersebut

mengadakan rapat utnuk mencari nama yang menjadi pembeli ruko. Dengan sepakat bersama atas

nama Rosma Samosir. Selama 10 tahun HKBP Immanuel Kuta Jaya mencicil ruko tersebut

Sehingga parhalado dan jemaat dapat beribadah di ruko tersebut.

Peribadahan di ruko Blok AB No. 38 Ruko Regency II dimulai pada tanggal 02 Juni 2011

sampai sekarang. Jemaat pertama sebanyak 70 KK pada saat itu.


Gereja HKBP Imanuel Kuta Jaya memiliki tiga punguan koor, yaitu punguann Ina ,

punguan Ama dan punguan gabungan. HKBP Immanuel Kuta Jaya memiliki 7 (Tujuh) pelayan

sintua dan 3 guru Sekolah minggu. Adapun pelayanan rutin yang dilakukan di HKBP Immanuel

adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan kepada anak sekolah minggu

2. Pelayanan kepada kaum Ina dan Ama

3. Partangiangan

Jemaat HKBP Lumban Motung sebanyak 73 KK, dan hampir semua KK bekerja

wiraswasta dan bekerja di pabrik. Dilihat dari jarak gereja HKBP Immanuel Kuta Jaya memiliki

jarak yang cukup jauh dari rumah jemaat.

2.2. keadaan jemaat dan budaya/ bahasa yang digunakan

Jemaat HKBP Immanuel Kuta Jaya 99% terdiri dari suku batak hal ini terlihat dari bahasa

sehari-hari yang mereka gunakan. Jemaat HKBP Immanuel Kuta Jaya masih begitu erat dengan

adat istiadat mereka, hal ini terlihat ketika saya mengadakan praktek lapangan ke II. Suku yang

berada dalam kawasan gereja dan jemaat adalah suku yang berbeda beda ada batak, jawa, dan

sebagainya sehingga mereka juga sangat menghargai tutur sapa dan adat yang berlaku. Jemaat

disini setiap harinya mengunakan bahasa batak dan juga kadang bahasa Indonesia demikian juga

halnya dalam peribadahan. Didalam peribadahan HKBP Immanuel Kuta Jaya mengunakan bahasa

Indonesia tiap minggu pertama dan minggu selanjutnya bahasa Batak.

2.3. Geografis dan Statistik jumlah jemaat di gereja HKBP Immanuel Kuta Jaya.
Letak geoggrafis gereja HKBP Immanuel Kuta Jaya Ressort Rogate, yang berada di Ruko

Regency II Blok AB No 38, Gelam Jaya Pasar Kemis Tangerang. Gereja ini berdekatan dengan

GPDI dan GKPS .

Gereja HKBP Immanuel Kutajaya mempunyai angota jemaat yang cukup banyak. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah jemaat yang hadir saat ibadah hari minggu. gereja HKBP Immanuel Kuta

Jaya memiliki pelayan sebagai berikut:

Uluan huria : Sintua B. Tambun

Parhalado : 6 orang

Guru sekolah minggu : 3 orang

Statistik jumlah jemaat di gereja HKBP Immanuel Kuta Jaya:

Warga Jemaat Jumlah

Kaum Bapak 66 Jiwa

Kaum Ibu 68 Jiwa

Pemuda/pemudi 34 Jiwa

Anak Sekolah Minggu 84 Jiwa (laki-laki = 46 jiwa perempuan = 38 jiwa)

Jumlah KK 73 Jiwa

Jumlah Jiwa 252 Jiwa

BAB III.

Strategi Meningkatkan Spiritualitas Anak Sekolah Minggu HKBP Immanuel Ressort

Rogate Banten
3.1.Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas berasal dari kata spirituality yang merupakan kata benda turunan dari kata sifat

spiritual. Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa

Latin, spiritus, yang berarti napas. Selain itu kata spiritus dapat mengandung arti sebuah bentuk

alkohol yang dimurnikan, sehingga spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni. Dalam

hubungan dengan pribadi (self), kata spiritual bisa diartikan sebagai energi kehidupan, yang

membuat kita dapat hidup, bernapas dan bergerak, termasuk pikiran, perasaan, tindakan dan

karakter kita pada tataran konseptual.1 Maka dari itu berarti bahwa spritus yang berarti nafas,

keteguhan hati, kekuatan jiwa dan hidup. Sedangkan dalam kata sifat spirit diartikan sebagai suatu

hubungan yang terhubung dengan yang suci atau yang berhubungan dengan fenomena atau

makhluk supranatural. Maka dengan demikian spiritualitas dapat diartikan sebagai suatu

kepercayaan dasar bahwa adanya suatu kekuatan besar yang mengatur alam semesta, terdapat

tujuan bagi segala sesutu dan bagi setiap orang bagi yang memiliki spiritualitas tinggi dan menjadi

suatu dasar patokan dalam penghayatan iman serta memiliki semangat untuk melakukannya dalam

kesehariannya. Perasaan tentang betapa buruknya mengenai segala sesuatu selalu ada jalan keluar

serta ada rencana yang agung yang membimbing seluruh kehidupan. Spiritualitas terkait dengan

keperdulian, harapan, kebaikan, cinta, dan optimisme.2

Spiritualitas merupakan sebuah istilah yang sangat umum dan dipergunakan untuk segala

keperluan. Spiritualitas adalah kualitas hidup seseorang sebagai hasil dari kedalaman

pemahamannya tentang Allah secara utuh. Spiritualitas juga adalah gaya hidup sehari-hari yang

1
Jr. Ralph W dan Krauss S. Hood, Religion, Spirituality, Conduct of life: Manners Customs, International Series in
the Psychology of religion. Vol 16, 2013. P. 8-9
2
Sanerya Hendrawan, Spiritual Managent, (Bandung; PT. Mirzan Pustaka Anggota IKAPI), 2009. Hlm: 18-19.
merupakan buah dari hubungan kita dengan Yesus, kedekatan atau keakraban hubungan kita

dengan Yesus secara transenden yang ditampakkan dalam sikap hidup kita terhadap orang-orang

yang adalah imanensi atau perwujudan kehadiran Yesus.3

Di dalam kehidupan umat Kristiani sangat perlu untuk menyadari bahwa pentingnya

spiritualitas, sama halnya dengan pernyataan yang menyatakan bahwa “pelita tanpa minyak akan

padam” demikian juga dengan kehidupan tanpa spiritualitas akan dingin dan beku. Spiritualitas

Kristiani tidak mendorong orang Kristen untuk berorientasi keatas dan meninggalkan kenyataan

serta persoalan dunia. Namun, sebaliknya spiritualitas Kristiani justru memberi spirit baru untuk

berani masuk ke dalam dunia dengan segala permasalahan. Istilah spiritualitas lebih menekankan

kepada spirit atau semangat hidup yang diperoleh dengan perjumpaan dengan Tuhan. Spirit

tersebut mempengaruhi dan mengalir dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan memampukan

manusia untuk hidup dan berjuang di tengah-tengah kenyataan.4

3.2.Pengertian Anak

3.2.1. Pengertian Anak secara umum

Usia seseorang merupakan salah satu tolak ukur dalam kajian hukum untuk menentukan

kualifikasi pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya. Anak merupakan satu-satunya

penerus bangsa yang mempunyai tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia nak adalah keturunan yang kedua dari orang tua. Ini juga

disebut sebagai orang yang masih kecil. Dalam pengertian yang lain, anak adalah suatu individu

yang belum dapat berdiri sendiri. Hidupnya masih bergantung kepada orang tua dan orang-orang

3
Andar Ismail, selamat menabur, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, hlm 106.
4
Widi Artanto, Gereja dan Misi-Nya (mewujudkan kehadiran gereja dan misi-Nya di Indonesia),
(Yogyakarta;Yayasan Taman Pusaka Kristen Indonesia), 2015. Hlm: 110-111.
yang ada di sekitarnya.5 Anak adalah pribadi yang masih polos dan peka terhadapm rangsangan

yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Sehingga orang yang terdekat sangat mempengaruhi

perkembangan anak tersebut. Yang artinya anak harus dididik, diajar, dan dibina oleh orang

dewasa kearah yang positif karena anak-anak masih percya terhadap apa yang dikatakan orang

dewasa.6

Anak sering disebut dibawah umur 18 tahun, dan anak juga masih membutuhkan kehadiran

orangtua atau orang-orang yang bertangung jawab yaitu orang dewasa sebagai wakil anak dalam

memberikan kebutuhan setiap hari sampai pada akhinrnya anak itu tumbuh dan denga sendirinya

bisa memenuhi kebutuhan sendiri.7

3.2.2. Perspektif Gereja Terhadap Anak

Melalui persatuan Gereja Indonesia PGI dan konfeni-konfensi, sudah lama para pemimpin

berusaha menyadarkan jemaat akan pelayanan bagi anak-anak terkusus pelayanan sekolah minggu

sebagai bagian integral dari rencana asuhan Kristen Gereja namun kenyataan menunjukan bahwa

gereja belum sepenuhnya memahami peranan dan tangung jawabnya atas pendidikan agama

Kristen bagi anak-anak. Hal tersebut tampak antar alain dari kenyataan-kenyatan berikut:

1. Masih kurang perhatian/ tangung jawab Gereja terhadap pelayanan anak, dapat dilihat

belum tergambarnya pelayanan Sekolah Minggu dalam Struktur yang jelas dibeberapa

Gereja.

2. Dibeberapa Gereja lainya kedudukan pelayanan Sekolah Minggu sudah tergambar dalam

struktur tapi belum efektif dalam gerak operasionalnya.

5
Anton Moelino, kamus besar Bahasa Indonesia,Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1989, hlm 32.
6
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan teori perkembangan anak, Jakarta, BPKK Gunung Mulia, 2006, hlm 16.
7
Tri Budiarjo, Anak-anak generasi Terpingirkan, Yogyakarta, Andi, 2010, hlm XI.
3. Di bberapa Gereja belum ada kurikulum yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

pelayanan anak-anak. Dibeberapa Gereja lainya sudah ada kurikulum yang dibuat sendiri-

sendiri.

4. Jumlah tenaga pelayanan anak-anak sekolah minggu yang tidak seimbang dengan jumlah

murid (anak-anak) yang dilayani. Disamping itu kualitas pelayan, baik dedikasi maupun

kemampuan terbatas.8

3.3.Sejarah Sekolah Minggu

9
Raikes adalah seorang pemrakarsa suatu rencana untuk mendidik anak miskin pada hari

Minggu. Pada tahun 1780 ia pergi ke rumah seorang tukang kebun yang letaknya di kampung

dekat pabrik pengolahan peniti. Kebanyakan pekerjanya adalah anak. istri si tukang kebun

mengeluh tentang kenakalan anak pada hari Minggu kemudian dia memohon dengan sangat agar

Raikes berbuat sesuatu. Raikes mengambil keputusan, dan ia dengan rela menggaji beberapa kaum

ibu untuk mengajar anak-anak yang ia antar kepadanya pada hari Minggu. Pada hari Minggu, anak-

anak juga dibawa ke gereja untuk beribadah. Sehabis kebaktian, para pengajar membawa mereka

ke rumahnya lagi tempat mereka diajari dan menghafal katekhismus bagi mereka yang sudah

mempu membaca.

8
Robert R. Boehlke, sejarah perkembangan pikiran dan praktek pendidikan Agama Kristen, Jakarta, BPK Gunung
Mulia, 2015, hlm 804.
9
Robert R. Bohlke. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen : Dari Yohanes Amos
Comenius sampai perkembangan PAK di Indonesia, Jakarta, BPK Gunung Mulia 2003: hlm. 380. Raikes (1735-1811)
berasal dari keluarga yang tidak pernah dibebani kemiskinan. Menikah 23 Desember 1767 dengan Anne Trigge.
Sebagai penerbit Gloucester Journal meneruskan keprihatinan ayahnya terhadap nasib buruk rakyat jelata dan
narapidana. Pendirian Sekolah Minggu merupakan salah satu jawaban sederhana terhadap dampak negatif dari
Revolusi Industri atas diri kaum buruh yang dimulai di Inggris, khususnya para buruh yang masih muda sekali. Pada
buruh ini merupakan hasil dari “masyarakat mesin” baru. Dalam pendirian Sekolah Minggu, Raikes dibantu oleh
Thomas Stock, pendeta jemaat Saint John the Baptist. Mereka menyampaikan gagasan Sekolah Minggu itu kepada
gubernur Gloucester dan juga kepada seluruh masyarakat baik penghuni pondok di desa maupun sang raja di istana.
Memang pada awalnya penemuannya bersifat pelayanan setempat saja; namun ia menjadikannya sebagai
pelayanan yang bersifat nasional. Atas dasar inilah para pengagum Raikes mengklaim gelar “Bapak Pendiri Sekolah
Minggu”.
Karena hasilnya semakin meningkat, maka Raikes pun membuka Sekolah Minggu di tempat

lain termasuk di jemaatnya sendiri, yakni Saint Mary de Crypt.Sehingga dengan usah keras Raikes,

sejumlah pendeta yang melayani jemaat-jemaat juga telah beusaha memprakarsai pembaruan di

antara anak-anak yang berasal dari keluarga kelas bawah melalui pendirian Sekolah Minggu untuk

memanfaatkan hari Tuhan demi maksud pengajaran.10 Pada awalnya, anak-anak diantar oleh

orangtua mereka masing-masing ke gedung gereja untuk beribadah dengan maksud supaya para

orangtua tidak diganggu oleh anak mereka dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini membawa

dampak positif terhadap perkembangan spiritual dan moral anak. Anak-anak jauh lebih beradab

dibanding dengan sebelumnya. Kebiasaan buruk yang dulunya berlaku di antara mereka, sedikit-

banyaknya mulai diatasi.

Untuk Sekolah Minggu pertama, bahan pelajaran cenderung berasal dari Inggris,

khususnya karena di Inggris Sekolah Minggu melayani anak-anak yang menjadi korban dari

Revolusi Industri. Orang yang terlibat dalam gerakan Sekolah Minggu memiliki semangat yang

besar. Mereka sedang mengambil bagian dalam pelayanan yang mutlak dan penting.

3.3.1. Latar belakang Kebaktian Anak/Sekolah Minggu

Hampir di semua gereja ada PAK untuk anak-anak; ada yang menamakannya Kebaktian Anak,

dan ada juga yang menamakannya dengan Sekolah Minggu. Perlu diketahui bahwa istilah

Kebaktian Anak berarti kegiatan ini sama seperti kebaktian umum yang diadakan setiap hari

10
Ibid,. hlm. 384-386.
Minggu; karena pesertanya anak-anak. Di dalamnya anak beribadah, berbakti kepada Tuhan; ada

unsur-unsur liturgi yang dipakai, seperti nyanyian, doa, pemberitaan Firman, persembahan syukur.

Sedangkan istilah Sekolah Minggu menunjukkan unsur-unsur pendidikan yang

dipakai, misalnya murid, guru, materi/bahan, proses belajar-mengajar dengan tujuan yang jelas

dan operasional, yang semuanya termasuk bagian dari kurikulum.11 Dengan memahami kedua

alasan tersebut, ternyata masing-masing tidak keliru, sebab kebaktian dan sekolah, ada di dalam

pendidikan anak.

3.4.Peran dan fungsi Sekolah Minggu

Peran dan fungsi sekolah Minggu merupakan dua aspek yang saling berkaitan. Peran

tersebut tidak dapat terwujud bila fungsinya tidak dapat dilaksanakan pengelola dan guru harus

memahami dan mengupayakan agar sekolah minggu dapat berjalan sesuai peranya dan bermanfaat

sesuai fungsinya.

Ada enam peran sekolah minggu:

1. Pusat pendidikan non-formal

Sekolah minggu berfungsi untuk mengubah sikap dan tingkah murid. Perubahan terjadi secara

bertahap dalam proses belajar memahami kebenaran firman Allah. Proses ini ibarat membangun

rumah Allah pada diri murid mulai fondasi, tembok, atap dan dilengkapi sarana lainya. Fondasi

yang kokoh untuk mengenal dan mengandalkan Yesus yang penuh kasih. Membangun rumah

Allah pada diri juga berarti membuat murid menjadi angota tubuh Kristus.

11
Lihat Tabita Kartika Christiani, “Pendidikan Anak: Penting Tetapi Disepelekankah?” dalam Andar Ismail, Ajarlah
Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar PAK, Jakarta, BPK Gunung Mulia 1999: hlm. 126-127.
Proses pendidikan terjadi sepanjang masa. Ini berarti murid Yesus tidak berhenti belajar

sampai Tuhan Yesus memangil. Anak Sekolah Minggu belajar menjadi angota tubuh sampai

benar-benar berfungsi sesuai pengetahuan, keterampilan, sikap dan talenta yang dimilikinya.

Sekolah Minggu mendidik murid untuk disiplin, bangun pagi tepat waktu, berdoa, membaca

Alkitab, memberi persembahan, dan membaca pelajaran. Melatih murid untuk saling toleransi,

mengasihi, menghagai, dan bertanggung jawab.

2. Ujung tombak pekabaran injil

Murid-murid Sekolah minggu yang sudah di ubah sikapnya dan siap menjadi pelayan Tuhan

adalah ujung tombak pekabaran injil. Tujuan pekabaran injil yaitu menjadikan semua bangsa

murid Tuhan Yesus. Sebagai ujung tombak pekabaran injil, Sekolah Minggu harus dipelihara dan

dimanfaatkan secara maksimal.

3. Alat penjangkau

Ujung tombak pekabar injil merupakan alat penjangkau setiap individu yang sudah atau belum

mengenal Yesus dan yang sudah atau belum mengenal Yesus dan yang sudah atau belum percaya

kepada Yesus. Alat penjangkau yang efektif berupaya menciptakan kegiatan yang diarahkan untuk

memenuhi kebutuhan dan untuk menarik target individu yang akan dijangkau.

4. Penyalur berkat

Kehadiran sekolah minggu harus dirasakan berkatnya oleh masyarakat sekitar yang

mempunyai latar belakang dan kehidupan yang beraneka ragam. Berkat-berkat sekolah minggu

yang disalurkan kepada sesama umat manusia dapat berupa doa.12

12
Sutanto leo, kiat sukses mengelola dan mengajar SM, Yogyakarta, ANDI, 2008, hlm 11-22.
BAB IV

Analisis Strategi Meningkatkan Spiritualitas Anak Sekolah Minggu HKBP Immanuel

Ressort Rogate Banten

1.1. Metode cerita Anak Sekolah Minggu


Metode cerita salah satu kegiatan yang bisa menigkatkan spiritualitas bagi anak sekolah

minggu. Dalam hal ini anak sekolah minggu dibekali dengan cerita Alkitab yang pernah mereka

dengar dengan metode mengajar yang digunakan ialah story talling. Salah satu kisah Alkitab yang

dibawakan oleh Guru Sekolah Minggu dengan menggunakan bahasa sederhana yang sesuai

dengan usia anak. Setiap anak, diwajibkan untuk berperan aktif untuk mendengarkan. Dengan

begitu, Guru Sekolah Minggu menggunakan cara yang mudah dalam menggunaan metode sory

talling.

Bercerita atau story talling adalah metode yang paling tua yang telah dipakai oleh manusia.

Ini memang dapat digunakan untuk segala usia. Namun, bagi anak usia 5-12 tahun bercerita bukan

sesuatu yang terlalu menarik. Mereka biasanya akan lebih tertarik pada apa yang dilihat. Gambar,

alat peraga, dan bahkan terkadang anak pratama menyukai bila guru melibatkan mereka dalam

mengerjakan sebuah tugas. Roll in play dapat digunkan dalam bercerita, drama, panggung boneka,

turi-turian dan banyak lagi sehingga dapat anak-anak tidak bosan dengan metode cerita yang

disampaikan. Ketika guru yang mengajar tidak hanya bercerita atau ceramah, tetapi juga

memasukan unsur didikan atau didache didalamnya dengan metode dua arah yang melibatkan anak

aktif dalam kegiatan Sekolah Minggu.

Ketika Guru Sekolah Minggu memberikan nats khotbah, anak-anak sekolah minggu dapat,

membukanya dan membacanya bersama atau secara begantian dengan guru sekolah minggunya.

Ketika anak-anak membaca Alkitabnya, para guru Sekolah Minggu mengajari anak bagaimana

cara membuka Alkitab dengan baik dan benar. Setiap bercerta dapat bertanya kepada anak sekolah

minggu untuk menjadi pengetahuan pemula dimana tertulis ayat cerita pada hari minggu di bagian

PL atau bagain PB. Dalam pemahaman anak sekolah minggu HKBP Immanuel, sudah mengenal

kitab PL dan PB akan tetapi perlu juga diulang-ulang agar dapat selalu teliti membuka Alkitab.
Ketika ada yang belum bisa membuka bisa diajarkan untuk membuka Alkitab sehingga bisa

membantu mereka untuk memahami isi Alkitab dan letak kitab-kitab yang terdapat di dalam

Alkitab.

Anak-anak dapat diberi pertanyaan setelah cerita Guru Sekolah Minggi sesuai dengan cerita

yang disampaikan tadi, agar anak-anak dapat teliti dan fokus untuk mendengarnya. Dalam hal ini

anak dapat mengingat dan menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya sesuai dengan cerita atau

story talling yang sudah disampaikan. Anak-anak juga dapat dilatih dan diajarkan untuk bertindak

sesuai dengan yang di ingin Tuhan Yesus Krsitus. Misalnya mengasihi sesama teman, anak-anak

dapat diajarkan bagaimana mengasihi sesama temannya dengan mempraktikannya di depan

sebagai contoh. Agar anak—anak dapat dapat menerapkannya disekolah ataupun di

lingkungannya, sehingga spiritualitas yang ada padanya semakin meningkat.

1.2.Bernyanyi

Bernyanyi, ini merupakan kegiatan yang sangat disukai oleh anak sekolah minggu HKBP

Pseperti biasanya tak kalah dengan HKBP Immanuel. Setiap minggunya, anak-anak sekolah

minggu HKBP Immanuel bernyanyi sebelum ibadah sama seperti sekolah minggu lainnya. Anak-

anak senang di kasih lagu-lagu baru dan mau unuk ikut belajar bersama-sama menyanyikan lagu

baru tersebut. Ini terlihat ketika anak-anak diajak bernyanyi, mereka rata-rata bernyanyi, ketika

diajak tepuk tangan mereka juga lebih banyak tepuk tangan. Ketika mereka diajak melompat

mereka rata-rata melompat. Nyanyian yang dibarangi dengan gerakan merupakan suatu hal yang

membuat anak sekolah minggu HKBP Immanuel tumbuh dalam imannya. Selain mereka

menyanyikan lagu tersebut, mereka juga mengekspresikan iman mereka dengan gerekan mereka.
Dalam situasi keramaian mereka bisa mengekspresikan diri mereka bersama-sama dnegan teman

mereka. kebersamaan itu tampak ketika mereka bersama.

Lagu baru yang dinyanyikan sekarang ketika minggu depannya diajak untuk bernyanyi

kembali, mereka ingat meskipun sedikit lupa tetapi ketika dipelajari bersama mereka mau bersama

sama belajar. Selain itu banyak lagu yang syairnya sama dengan nada yang berbeda dan bervariasi.

Awalnya mereka bingung karena lagu yang diajarkan sebelumnya dengan Guru Sekolah Minggu

yang lain, berbeda dengan sekarang akan tetapi tidak mempersalahkan mereka untuk belajar

bernyanyi memuji Tuhan.

1.3.Mengajar untuk berdoa

Doa adalah suatu hak istimewa kita yang sebenarnya Tuhan berikan untuk setiap anak-

anakNya. Allah menghendaki adanya hubungan yang erat dengan anak-anakNya. Dan satu cara

yang Allah inginkan untuk membangun hubungan tersebut adalah DOA. Tidak hanya dirumah

dengan orang tua saja anak dapat diajari untuk berdoa, akan teapi dalam sekolah minggu juga perlu

adanya pengajaran untuk berdoa. Anak-anak dapat memahami bahwasanya tujuan dari beerdoa

adalah saat di mana anak memohon "Bapanya yang di Surga" melindungi dia, menjaga dia dan

memelihara dia, sehingga ia dapat hidup sehat, dalam keluarga yang sehat, dan ia dapat bertumbuh

dengan baik. Anak-anak juga dapat memahami berdoa itu mudah dan menyenangkan, sehingga

anak tidak perlu takut berdoa. Semua dapat dipelajari di gereja melalui sekolah minggu yang

diajarkan oleh Guru Sekolah Minggunya.

Anak perlu dibiasakan berdoa sejak kecil, kalau menunggu mereka remaja baru diajarkan

berdoa mungkin ada rasa malu atau rasa segan bagi anak-anak tersebut. Karena itu perlu

mengajarkan anak berdoa sejak dini, sejak kecil. Seperti Tuhan Yesus yang mengajarkan doa
kepada murid-muridnya yaitu doa “Bapa Kami di Surga” yang selalu kita ucapkan diakhir doa

syafaat, akhir ibadah dan lainnya, begitu juga Guru Sekolah Minggu yang mengajarkan anak-

anaknya berdoa agar imannya dapat bertumbuh.

Ketika anak-anak sudah tidak asing lagi yang namanya berdoa maka anak-anak sekolah

minggu dapat berani memimpin doa di ibadah sekolah minggu, sekolah bahkan dirumah sendiri

sehingga banyak pun orang yang ia lihat dia tetap berani dalam memimpin doa. Doa yang diajarkan

kepada anak-anak sekolah minggu bisa diajarkan melalui hal yang kecil seperti doa mau makan,

mau tidur, bangun tidur, pergi sekolah, mau belajar, dan sebagainya. agar secara perlahan-lahan

anak sekolah minggu dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya.

1.4.Kreativitas

Melatih anak untuk temukan atau meningkatkan potensinya dengan beragam aktivitas kreatif

bukan sekedar mampu dilaksanakan dirumah atau sekolah umum saja. Sekolah minggu juga

mampu bertindak aktif dalam soal ini. Aktivitas kreatif dalam sekolah minggu sudah pasti bukan

hanya sebatas menggali potensi diri anak, namun yang paling penting bagaimana anak-anak belajar

terkait Tuhan serta kebenaran firman-Nya lewat aktivitas itu.

Pengembangan kreativitas sangat penting dikembangkan oleh anak-anak sekolah minggu

Karena kreativitas sangat berpengaruh sekali dalam pengembangan aspek-aspek perkembangan

anak-anak sekolah minggu, apabila kreativitas anak tidak di kembangkan maka kemampuan

kecerdasan dan kelancaran dalam berfikir anak tidak berkembang karena untuk menciptakan suatu

produk dan bakat kreativitas yang tinggi di perlukan kecerdasan yang cukup tinggi pula. Misalnya,

ketika anak di minta untuk membuat sesuatu dari bentuk- bentuk persegi, kalau anak membuat
persegi itu menjadi rumah, buku, kotak obat, atau peti maka hal ini menunjukkan kelancaran anak

mengungkapkan ide karena ide yang di hasilkan bervariasi.

Anak-anak belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta

kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat menyenangi

bermain, seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan ingin bermain, dan lebih

dari itu, mereka ingin bermain sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin. Dalam hal ini dapat

memberikan ide atau kesempatan kepada anak-anak untuk belajar kreatif melalui aktivitas di

sekolah minggu. Kreativitas dan bakat pada diri anak perlunya dipupuk dan dikembangkan.

Menggali potensi dengan belajar terkait tentang Firman Tuhan dengan kreativitas dan bakat yang

dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif,

kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan

kualitas kehidupannya dan meingkatkan spiritualitas yang ada pada dirinya.

1.5.Sadar anak akan kebersihan

Menerapkan pola hidup yang baik pada anak adalah salah satu tanggung jawab yang harus

dilakukan oleh orang dewasa, baik dirumah sekolah, lingkungan sosial bahkan sekolah minggu.

Layaknya sebuah iman yang harus diterapkan sejak kecil pada seseorang, maka menerapkan rasa

cinta akan kebersihan pun harus dilakukan sejak anak kecil. Karena bisa jadi kebersihan yang

buruk akan membuat sifat anak menjadi buruk. Karena meski untuk bisa mencintai kebersihan

harus datang dari niat hati tiap-tiap orang, namun mencintai kebersihan juga dapat diajarkan

melalui proses membiasakan diri sejak seseorang masih kecil.

Pembiasaan atau menyadarkan anak sekolah minggu untuk hidup bersih harus diberikan sejak

dini. Tidak hanya di rumah, sekolah, tapi juga di sekolah minggu. Karena dengan hidup bersih,
hidup menjadi sehat. Pembiasaan tersebut juga dapat melatih anak-anak untuk bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri. Membuat mereka lebih peka atau peduli pada lingkungan mereka berada.

Misalnya dengan caa sederhana yaitu membiasakan membuang sampah pada tempatnya dan tidak

membuang secara sembarangan dan mengingatkan temannya untk membuang sampah pada

tempatnya jika ia lupa.

Anak-anak harus dibiasakan dari sekarang untuk terbiasa melakukan kebersihan agar rasa

peduli kebersihan pada anak menjadi hal yang selalu dia tanamkan hingga dewasa, dengan

pengertian kepada mereka bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, bahwa kebersihan adalah

tanggung jawab setiap orang. Kebiasaan hidup bersih juga akan membantu anak memeiliki

pemikiran yang cemerlang. Pemikiran seperti ini akan mendorong anak untuk melakukan sesuatu

dengan baik dan selalu aktif. Anak yang aktif dan dinamis akan membuat anak lebih mudah untuk

belajar dan berprestasi dan meningkatkan imannya kepada Tuhan serta spiritualitasnya.

Anda mungkin juga menyukai