Tim Penuusn
Pdt.Dr.Indu’ Yohanis Panggalo
Pdt.Dr.Henriaette T.Hutabarat Lebang
A.K.Sampe Asang, S.PAK,M.Pd
DR.Barbara Hopwood
Pdt.Tiku Rari,M.Th
Pdt.Johny Ma’dika,M.Th
Pdt.Suleman Allolinggi,M.Si
ii KATA PENGANTAR
Kita patut mengucap syukur bahwa jerih payah untuk menyususun bahan katekisasi dalam
lingkungan Gereja Toraja telah diberkati oleh Tuhan, sehingga membuahkan hasil berupa
sebuah buku yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan katekisasi dalam Gereja
Toraja.
Buku ini lahir dari sebuah kesadaran akan pentingnya memberi landasan iman yang kokoh bagi
pertumbuhan kualitas hidup generasi muda. Bertolak dari kesadaran semacam itu, Gereja Toraja
melalui Sidang Sinode Am Gereja Toraja XXI tahun 2001 di Palopo menugaskan Badan
Pekerja Sinode untuk segera menerbitkan bahan katekisasi yang telah lama dinanti-nantikan
oleh jemaat-jemaat. Setelah melalui proses penyempurnaan dan uji coba konsep bahan
katekisasi selama kurang lebih satu tahun, Tim Penyusun yang dikoordinir oleh Badan
Pembinaan Warga Gereja dan Pekabaran Injil (BPWG/PI) telah berhasil merampungkan bahan
tersebut sebagaimana yang ada di tagan anda sekarang, dengan judul: “Melangkah Lebih
Pasti: Bahan Pembelajaran Katekisasi.”
Dalam mepersiapkan bahan ini, tim penyusun membayangkan situasi peserta katekisasi sebagai
yang pada umumnya berusia sekitar 13-18 tahun. Tujuan utama dari proses pembelajaran lewat
katekisasi adalah membantu dan mendampingi para peserta atau katekisan untuk lebih
bertumbuh dalam imannya, sehingga mereka mampu melangkah ke depan dengan penuh
kepastian dan dalam ketaatan kepada Kristus. Diharapkan, kepastian keselamatan dalam Kristus
itulah yang menjadi dorongan dan kekuatan baginya untuk, tanpa ragu-ragu, mengambil
keputusan-keputusan iman dalam setiap langkah hidupnya. Lewat proses pembelajaran ini
diharapkan bahwa para katekisan akan terbantu dalam menumbuhkembangkan karakter
kristiani, sehingga mereka memiliki warna kekristenan yang jelas dan tidak mudah terombang-
ambing oleh rupa-rupa tawaran dan pengajaran menyesatkan dari dunia sekitarnya.
Untuk melatih para katekisan agar mampu mengambil keputusan-keputusan imannya sendiri,
maka mereka perlu terlibat secara aktif dalam proses katekisasi sebagai sebuah pembelajaran
khusus. Dalam rangka itu peranan guru katekisasi lebih sebagai pendamping yang memudahkan
proses pembalajaran. Untuk menunjang proses pembelajaran itulah buku ini dibuat. Buku ini
merupakan buku pegangan untuk murid yang hampir seluruhnya berbentuk lembaran kerja.
Kami menyampaikan penghargaan kepada segenap anggota Tim Penyusun bahan katekisasi ini,
atas semua upaya dan semangat kerjasama yang memungkinkan bahan ini dirampungkan.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada ilustrator yang telah turut melengkapi
penampilan bahan ini dengan ilustrasi dalam bentuk karikatur yang menarik. Demikian pula
sumbang saran dari para guru katekisasi, yang telah mengikuti pelatihan guru katekisasi yang
diadakan oleh BPWG/PI pada bulan Mei dan Juli 2002, telah bermnfaat dalam
menyempurnakan bahan ini. Kami tetap mengharapkan masukan dari para pemakai buku ini,
terutama untuk proses penyempurnaannya di masa yang akan datang.
Akhirnya kami mengucapkan selamat menggunakan bahan ini. Semoga Tuhan menolong kita
untuk melangkah lebih pasti dalam ketaatan kepada Kristus.
Oktober 2002
iii
SEKILAS TENTANG BUKU INI
Dalam sejarah kemandirian literatur Gereja Toraja, khususnya dalam hal katekisasi, buku
ini merupakan karya ketiga. Sebelumnya pernah ada buku , “Kerangka Katekisasi” yang cukup
lama dipakai sebagai pegangan utama guru katekisasi Gerja Toraja. Dan setelah melalui proses
yang cukup panjang akhirnya Buku Katekisasi Gereja Toraja yang pertama diterima dalam SSA
XXI tahun 2001. Tetapi dengan beberapa alasan yang lebih bersifat teknis-metodologis, SSA XXI
kembali merekomendasikan untuk segera menerbitkan buku tersebut, setelah melalui proses revisi,
modifikasi dan penyempurnaan bentuk dan tampilan.
Dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi SSA XXI dimaksud, BPS Gereja Toraja
melalui BPWG/PI segera membentuk Tim Penyusun yang sebagian besar anggotanya adalah
anggota Tim yang telah menghasilkan Buku Katekisasi yang disahkan dalam SSA XXI. Dalam
perjalanan kerjanya Tim yang baru ini berusaha maksimal untuk menyelesaikan tugasnya,
menjawab tuntutan SSA XXI, sekaligus berupaya menjawab tuntutan kebutuhan pendidikan
kerohanian yang berubah begitu cepat. Kalau buku yang ada di tangan anda sekarang terasa lebih
praktis dan sederhana, itu karena salah satu hal yang diupayakan oleh tim ialah bagaimana supaya
bahan yang dihasilkan dapat digunakan oleh, baik guru maupun murid dalam konteks masyarakat
yang membutuhkan bentuk-bentuk kegiatan yang ringan, menarik tetapi bermakna dalam. Selain
itu diusahakan pula supaya jumlah tatap muka yang diperlukan tidak terlalu banyak. Ini adalah
tugas yang paling berat dari tim: bagiamana menghasilkan meteri pembelajaran yang ringan,
sederhana dan menarik tetapi sekaligus tidak mengorbankan ajaran Gereja Toraja. Demikianlah
seluruh materi pembelajaran yang dipilih memang tidak mengikuti sistematika Pengakuan Gereja
Toraja, tetapi seluruhnya mengacu pada Pengakuan Gereja Toraja, sehingga yang terjadi ialah
bahwa Pengakuan Gereja Toraja menjiwai seluruh bahan.
Keempat, untuk mencapai tujuan katekisasi yang lebih terarah pada pembentukan karakter,
maka secara metodologis materi-materi pembelajaran dalam buku ini dirancang sedemikian rupa
untuk menjawab kebutuhan katekisan secara utuh dan menyeluruh. Dengan kata lain, bahan
diusahakan sedapat mungkin relevan bagi kehidupan katekisan, menyentuh seluruh aspek
kehidupannya. Kalau bahan ini dimulai dengan topik mengenai manusia, ini semata-mata untuk
menjawab kenyataan bahwa kita memang akan tertarik bila kita berbicara mengenai hal-hal yang
aktual dan terkait dengan diri kita sendiri. Lebih khusus lagi, para katekisan yang dibayangkan
sebagai remaja dan pemuda yang sedang dalam proses pencarian identitas, akan sangat tertarik bila
katekisasi dimulai dengan pertanyaan, “siapakah aku?” Asumsi psikologis semacam ini penting
untuk dipertimbangkan oleh guru, sebab sikap guru selama proses pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap sikap dan ketertarikan katekisan pada proses selanjutnya. Bila mereka
merasa bahwa kelas katekisasi menjadi komunitas yang cocok untuk memperjelas identitas
mereka, maka itu adalah awal keberhasilan. Dalam hal ini pengakuan dan penerimaan apa adanya
terhadap peserta katekisasi akan sangat membantu menciptakan suasana kondusif bagi proses
pembelajaran yang efektif.
Prinsip-prinsip dasar seperti diuraikan di atas mempunyai konsekuensi yang cukup luas. Bahkan,
dalam arti tertentu, ada semacam pergeseran paradigma katekisasi, tetapi pergeseran dimaksud itu
tidak mengubah esensi katekisasi sebagai pengajaran iman kristen. Secara umum pergeseran itu
dapat dilihat dalam matriks berikut ini:
ASPEK KAKTEKISASI
KATEKISASI PASKA SSA XXI
PERUBAHAN TRADISIONAL
Orientasi disiplin
Dogmatis, teologis, dan praktis Praksis-teologis
Lebih ke pembentukan
Orientasi tujuan Dominan ke aspek pengetahuan
sikap/karakter
Posisi guru Pengajar Pendamping/fasilitator
Posisi murid Masih dominan sebagai objek Subjek
Hubungan guru -
Subjek - objek Subjek-subjek
murid
- Berpusat pada guru - Berpusat pada murid
Pendekatan - Transfer pengetahuan dari guru - Murid mencari dan menemukan
ke murid sendiri
- Bervariasi
- Ceramah
- Seluruh bahan menekankan
Metode - Menghafal
partisipasi
- dilengkapi dengan ilustrasi
- Buku murid dalam bentuk modul
Bacaan untuk guru berupa buku
pembelajaran
Bentuk bahan teks
- Buku guru sebagai fasilitas
Dan kerangka katekisasi
tambahan untuk guru
Kurang dekat dengan bahasa
Bahasa Lebih dekat ke bahasa katekisan
katekisan
STRUKTUR BAHAN
Bahan katekisasi dalam buku ini dirancang untuk tiga puluh satu (31) kali pertemuan. Pertemuan
pertama dan terakhir merupakan tambahan khusus yang dianggap perlu berkaitan dengan upaya
menerapkan katekisasi sebagai sebuah proses pembelajaran khusus. Pertemuan pertama, yakni
perkenalan, merupakan proses awal yang dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat
komunitas/kelompok (community building), menumbuhkan motivasi untuk mengikuti keseluruhan
proses. Sedangkan pertemuan terakhir, yakni retreat, merupakan semacam puncak dari keseluruhan
vi
proses, yang di dalamnya peserta lagi mengalami suatu proses pematangan rohani secara khusus
dan intens.
Dua puluh delapan pertemuan lainnya terdiri dari empat topik besar yang dijabarkan ke dalam
beberapa sub topik. Empat topik besar yang dimaksudkan adalah (1) Manusia, (2) Allah, (3)
Gereja, dan (4) Lingkungan. Dan satu topik lain yang berdiri sendiri adalah mengenai zaman
akhir. Gambaran menyeluruh dapat dilihat dalam tabel berikut:
ALLAH
Kematian dan Kebangkitan Mati dan Bangkit Bersama Yesus
Kristus
Ia hadir, Meski Telah Hilang dari
Kenaikan Tuhan Yesus dan
Keturunan Roh Kudus Pandanganmu
Karya Roh Kudus Sungguh
Karya Roh Kudus (dalam
Jemaat mula-mula) Menakjubkan
Karya Roh Kudus (dalam Hidup Baru oleh Roh
hidup orang percaya)
Hanya Allah layak disembah Hanya Allah Layak Disembah
Visi dan misi Gereja Gereja Bukanlah Gedungnya
Sakramen Baptisan Bukan Airnya yang Penting
GEREJA
Sakramen Perjamuan Kudus Pesta Perdamaian
Ibadah Apa Arti Ibadahmu
vii
Hakekat dan pentingnya Berdoa dengan Benar
berdoa
1. Sebelum katekisasi dimulai guru sebaiknya telah menguasai seluruh bahan, menghayati jiwa
dari keseluruhan bahan, prinsip-prinsip dasar dan metodologi yang dikembangkan dalam setiap
materi pembelajaran. Dalam rangka itu guru juga perlu memperhatikan apa saja yang perlu
disiapkan untuk setiap pertemuan dan bagaimana kesinambungan dari satu bahan ke bahan
berikutnya.
2. Buku murid memang dimaksudkan untuk sekaligus menjadi lembaran kerja murid. Dalam
rangka itu perlu dipikirkan bagaimana bahan-bahan tersebut digandakan. Idealnya setiap murid
memiliki satu buku.
3. Meskipun dalam lembaran kerja murid dan dalam buku untuk guru telah dituliskan secara agak
lengkap tentang proses pembelajaran untuk setiap pertemuan, tetapi itu tidak dimaksudkan
untuk mematikan kreativitas guru. Karena itu guru dapat dan perlu mengembangkan sendiri
cara yang cocok untuk setiap situasi.
4. Sangat perlu untuk menggarisbawahi pentingnya menciptakan suatu spirit komunitas atau
semangat kelompok. Karena itu pada pertemuan-pertemuan pertama sangat diharapkan bahwa
guru mampu mendorong terciptanya suasana santai, suasana aman dan bersahabat.
viii
5. Salah satu konsekuensi dari metodologi yang dikembangkan dalam buku ini ialah bahwa akan
sering terjadi suasana kelas seolah-olah menjadi gaduh. Guru perlu sadar bahwa suasana
demikian adalah sesuatu yang sangat wajar. Ketenangan atau suasana sepi bisa merupakan
pertanda adanya ketegangan psikologis pada peserta. Dan kalau ini terjadi sulit untuk
mengharapkan tercapainya hasil pembelajaran yang diharapkan.
6. Setidaknya ada dua pertemuan yang akan diselenggarakan di luar gedung, bahkan jauh dari
lingkungan tempat tinggal murid. Pertemuan di maksud adalah pertemuan ke-24 dan pertemuan
ke-31 (terakhir). Ini perlu dipersiapkan sejak awal. Selain kedua pertemuan dimaksud guru
masih dapat mengatur bersama murid beberapa pertemuan lain yang dirasa perlu dilakukan di
luar gedung.
Beberapa catatan penting dalam rangka mengenal dan menggunakan buku ini kiranya
menolong setiap pemakai untuk memanfaatkannya secara kreatif dan maksimal. Jika seandainya
muncul kendala-kendala yang serius, berkaitan dengan pemakaian buku ini, kami akan sangat
menghargai jika hal semacam itu dikomunikasikan kepada kami melalui BPWG/PI. Semua itu
kami harap dapat menjadi umpan balik yang berharga untuk siapapun yang dipercayakan
mengembangkan bahan-bahan seperti ini di masa yang akan datang.
Oktober 2002
Tim Penyusun
ix
DAFTAR ISI
Keterangan Ilustrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
Sekilas tentang Buku Ini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
PERKENALAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB I MANUSIA
Siapakah Manusia? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Aku – Kau – Dia, Kita Semua Sama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Apakah Tugasmu? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
Dosa.......................................... 15
BAB II ALLAH
Dekat Allah Aku Tenang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
Firman Allah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
Tukang Kayu atau Mesias? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
Yesus dan Orang Miskin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
Pengampunan: Kesempatan untuk Berubah . . . . . . . . . . . . . 32
Yesus dan Aturan-aturan Agama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
Mati dan Bangkit Bersama Yesus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
Ia Hadir, Meski Telah Hilang dari Pandanganmu . . . . . . . . . 43
Karya Roh Kudus Sungguh Menakjubkan . . . . . . . . . . . . . . 46
Hidup Baru oleh Roh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
Hanya Allah Layak Disembah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
BAB III GEREJA
Gereja Bukanlah Gedungnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
Bukan Airnya yang Penting . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
Pesta Perdamaian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
x
Apa Arti Ibadahmu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Berdoa dengan Benar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72
xi
BAB I MANUSIA
Bagian ini secara umum dimaksudkan untuk menolong peserta menemukan dirinya sebagai
manusia. Pertama-tama mereka perlu menjadi sadar akan keadaannya sebagai manusia apa
adanya: manusia yang hebat tetapi sekaligus penuh keterbatasan, bahkan rapuh. Kesadaran
akan kemuliannya kiranya dapat dilihat sebagai bagian dari rencana Allah. Karena itu
mereka perlu menyadari maksud Tuhan untuk kehidupan mereka. Mereka perlu sadar
mengenai tugasnya untuk bekerja dan beribadah kepada Penciptanya. Pada akhirnya
katekisan kiranya memperoleh kesadaran bahwa dosa telah menjadi penghalang bagi
mereka untuk memenuhi maksud Allah.
Pada bagian ada empat sub topik (pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-5). Pada pertemuan
terakhir katekisan diharapkan dapat mengambil sikap terhadap keberdosaannya. Mereka
akan tertantang dengan pertanyaan, “dapatkah manusia yang telah berdosa itu
menyelamatkan dirinya?” Tanggapan terhadap masalah ini diharapkan akan mendorong
mereka mencari jawabnya pada pertemuan-pertemuan berikut.
1
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-511
23
Tugas Tambahan
Makin banyak kita mengenal orang makin besar dan luas kesempatan untuk
belajar. Misalnya, kita memperoleh pengetahuan serta menyimak makna
pengalaman orang lain yang kita kenal. Karena itu ada baiknya kalian
mengerjakan tugas ini di rumah: setiap orang mencatat data diri salah
seorang anggota Majelis Gereja, termasuk anggota keluarganya.
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-514
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan untuk pertemuan pertama ini dirancang untuk membantu proses awal
yang amat penting bagi kelanjutan pelaksanaan katekisasi. Sangat diharapkan
bahwa proses yang berlangsung akan membantu terbentuknya semangat
kelompok (komunitas) yang di dalamnya setiap peserta merasa menjadi
bagian penting, merasa aman untuk berekspresi, serta mampu saling
menerima. Jadi, tujuan pertemuan pertama ini adalah untuk memperjelas
3
Pemahaman
Jika peserta mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pemahamannya
beberapa hal berikut ini dapat membantu guru memberi penjelasan bila dirasa
perlu:
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-515
apakah harapan yang mereka tulis itu terpenuhi? Untuk itu kertas
tersebut sebaiknya ditulisi nama.
5
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2
♥ ____________________________________
Menurut saya, manusia adalah:
♥ ____________________________________
Karena __________________________
4
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2
Kej 1:26 :
Kej 2:7 :
Kej 2:21-23 :
Kej 3:22 :
Kej 6:3 :
Mzm 8:3-9 :
Yer 10:23 : “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk
menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa
untuk menetapkan langkahnya.”
Yer 17:5 : “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang
mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri,
dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN…!”
1. ……………..
2. ……………..
3. …………….
5
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2
1 2. 3.
4. 5. 6
6
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2
1 2 3
4 5 6
7
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2
Deskripsi
Dengan Sengaja bahan ini ditempatkan sebagai materi pembelajaran
pertama, menyusul materi perkenalan. Maksudnya, setelah mereka mengenal
diri, teman dan gurunya dari segi identitas biasa , peserta akan bergumul
secara mendalam mengenai dirinya sebagai manusia: hakekat dan keberadaan
manusia, terutama dalam terang kesaksian Alkitab. Mereka diharapkan dapat
menggali dan menemukan sendiri jawab atas pertanyaan ‘siapakah manusia?’
Di sini, pengalaman, pengamatan, dan refleksi atas diri sendiri, serta
penggalian isi Alkitab akan sangat menolong untuk memahami diri sendiri
sebagai manusia.
Bagian pertama mengenai manusia ini lebih diarahkan pada proses untuk
menemukan diri sebagai manusia yang memiliki kehebatan, potensi atau
bakat-bakat luar biasa . Tetapi pada saat yang sama katekisan menemukan
juga dirinya sebagai manusia yang memiliki kelemahan, keterbatasan, rapuh
dan karena itu potensial berbuat jahat, bahkan dapat menghancurkan diri
dan sesamanya.
Proses di kelas
Jika buku murid dijadikan kertas kerja, maka diharapkan guru lebih
berfungsi membantu proses kerja saja. Penjelasan diperlukan jika peserta
mengalami kesulitan memahami, atau kesulitan melakukan tugas-tugas yang
diminta.
8
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2
Pemahaman
Manusia adalah makhluk (ciptaan Allah) termulia dari segala ciptaan. Ia
diciptakan hampir sama seperti Allah, diciptakan menurut gambar dan citra
Allah: dikaruniai bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan unik dan istimewa
melampaui segala makhluk lainnya (Mz. 8). Manusia dikaruniai pula tanggung
jawab dan kemampuan untuk dapat membedakan yang benar dan yang salah,
yang baik dan yang buruk, yang lurus dan yang bengkok, yang baik dan yang
jahat. Segala perbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah (Pkh. 12:14, bnd. 11 : 9).
Pemahaman ini dapat dibagikan kepada peserta, jika dipandang perlu, setelah
mereka sendiri selesai menulis kesimpulannya atas pembacaan beberapa bagian
Alkitab.
9
Tugas Pertama:
Memahami Perbedaan
Katekisasi Gereja Toraja Pilih salah satu tugas di bawah ini ke
Pertemuan -3
(A atau B) untuk digumuli/dijawab
A. Menurut saudara mana yang
kurang pintar
B. Main peran : satu orang 'beda" (misalnya ada kelainan fisik) masuk
kelompok, dan kemudian yang lain mengejek dia. Setelah main peran
selesai, diskusikanlah dalam kelompok:
1.
Bagaimana perasaan orang yang diejek ?
2.
Mengapa manusia mau membeda-bedakan orang
8
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-3
2. Bagaimana sikap kita terhadap orang yang cacat mental atau sakit kusta
dsb. ?
9
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-3
a. Pilih satu orang kenalan saudara yang biasanya diremehkan dan coba
mendekati dia. Lakukanlah sesuatu untuk membangkitkan rasa bahwa ia
berharga bagi saudara.
UNTUK GURU
Tujuan
Tujuan dari bahan ini adalah:
Katekisan memperkokoh kesadarannya bahwa bahwa semua manusia sama
oleh karena semuanya diciptakan oleh Allah
Katekisan berlatih menggumuli sikap yang tepat kepada orang yang
‘berbeda’ dengan dirinya
10
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-3
Petunjuk Pelaksanaan
Tugas pertama: Memahami perbedaan
Pilih cara A atau B untuk merangsang pikiran peserta katekesasi. Jangan
menggurui mereka tetapi doronglah mereka berfikir sendiri. (5-10 menit)
• Kalau cara A, mereka memilih mana yang lebih baik menurut mereka,
dan kemudian mendiskusikan bersama.
• Kalau cara B guru meminta beberapa orang main peran (buatlah
sandiwara) selama dua tiga menit saja. Kemudian tanya kepada orang
yang main peran bagaimana perasaannya. Minta beberapa peserta
katekisasi memberi pendapat tentang dua pertanyaan yang
didiskusikan.
11
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-3
12
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4
17
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4
Untuk Apa? %
%
Bekerja
%
Memukul %
Tangan Merawat/menolong orang %
%
lain
Makan
…………..
Tahap kedua: Apa kata alkitab tentang kerja?
Bacalah bagian Alkitab di sbelah kiri, dan jodohkan dengan keterangan tentang
isinya di sebelah kanan. Setelah selesai mengerjakannya bandingkan hasil
pekerjaan anda dengan hasil pekerjaan teman anda di samping.
18
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4
Diskusi kelompok
Apakah anda setuju dengan pernyataan berikut? Jelaskan pendapat anda.
a. Bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan makan dan minum tidak sama
dengan bekerja untuk makan (2 Tes. 3:10, Ams. 12:11; 28:19)
b. Hidup bahagia dan langgeng akan tercipta jika manusia rajin bekerja
bukan hanya untuk
dirinya, melainkan
mengerjakan kehendak
Tuhan yang
menghidupkan. Hanya
dengan mengerjakan
pekerjaan Tuhan yaitu
kasih (Yoh. 15:12,
19
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4
13), maka kita bekerja untuk kesejahteraan orang lain dan kesejahteraan
segala mahluk.
Tahap ketiga:
Belajar pada si buta
Amatilah gambar di samping ini dan berilah komentar (seorang yang buta,
dengan gembira, sedang menanam bunga). Bagaimana kesan dan pendapat
anda tentang gambar tersebut.
Tugas lanjutan:
1. Lihat kembali daftar persentase penggunaan bagian tubuh anda,
apakah anda merasa ada yang harus dirobah? Jika ada, buatlah daftar
perubahan itu!
20
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4
21
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4
tubuhmu, janji mengenai tugas kita manusia, atau apapun yang ingin
anda katakan.
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan ini dimaksudkan untuk menolong para katekisan memperjelas
pemahaman dan menumbuhkan kesadaran kristiani mengenai kerja dan ibadah
sebagai kesatuan tugas manusia.
Tujuan
Diharapkan dengan proses belajar ini peserta membangun kesadaran bahwa:
(1) malas adalah sikap yang bertentangan dengan hakekat manusia, (2)
bekerja adalah ibadah, sehingga setiap orang mestinya bekerja untuk orang
lain juga, (3) diperbudak oleh pekerjaan adalah suatu penyimpangan.
Proses dikelas
1. Guru mempersilakan murid membaca dan mengerjakan sendiri tugas
pertama: bercermin diri . Hasilnya tidak perlu didiskusikan.
Membandingkan dengan hasil pekerjaan teman hanya untuk menyadarkan
bahwa kita bisa saja berbeda dalam menggunakan bagian-bagian tubuh
kita.
22
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4
23
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5
24
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5
diskusikanlah dengan
temanmu di samping
pertanyaan berikut.
1. Apakah menurut anda aborsi, copet, todong, rampok, korupsi, kolusi,
nepotisme, membunuh, judi, melacur, dan penyalahgunaan narkoba
adalah dosa?
2. Jika perbuatan tersebut anda anggap sebagai dosa, mengapa? Atau jika
anda menganggapnya bukan dosa, mengapa ?
Tugas kedua: Dosa menurut Alkitab
Bacalah Kej. 3 : 6 – 7, 16 – 17; Rom. 3 : 23, 6 : 23. Setelah itu
kerjakanlah sendiri-sendiri tugas berikut:
1. Daftarkanlah akibat-akibat dosa yang timbul sejak manusia jatuh ke dalam
kuasa dosa itu.
25
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5
1 5
2 6
3 7
4 8
26
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan ini dimaksudkan untuk menolong para katekisan memahami dan
menyadari betapa manusia yang luar biasa dan mulia itu ternyata sekaligus
adalah manusia yang amat terbatas. Oleh karena dosa maka ia bisa jahat dan
keji, buruk dan binasa. Secara sadar bahan ini ditempatkan pada bagian
terakhir pelajaran mengenai manusia untuk menyadarkan betapa manusia yang
berdosa itu sungguh-sungguh tidak berdaya, tak dapat menyelamatkan dirinya
sendiri. Dan, karena itu manusia membutuhkan kuasa di luar dirinya yaitu
Tuhan Allah. Jika proses berjalan dengan baik, maka diharapkan para
katekisan akan semakin tertarik untuk mempelajari bahan berikutnya yaitu
tentang Tuhan Allah.
27
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5
Pemahaman
Jika dirasa perlu guru dapat memberi penjelasan dengan menekankan hal-hal
berikut:
1. Hakekat dosa
Hakekat dosa dijelaskan dengan mendasarkannya pada mis. Kej. 3 dan 1
Yoh. 3 : 4. Perikop/ayat itu menjelaskan bahwa dosa adalah
pemberontakan manusia terhadap Allah dan sekaligus pemutusan hubungan
dengan Allah. Manusia jatuh ke dalam dosa sebagai akibat dari keputusan
yang lebih memilih kehendak hatinya dan bukan kehendak Allah.
Keputusan yang secara sukarela dan sengaja memberontak kepada Tuhan.
Tuhan sudah memberi petunjuk hidup/aturan hidup, tetapi manusia
dengan sengaja tidak taat kepada petunjuk/aturan itu. Dengan demikian
dosa dapat juga disebut sebagai pelanggaran hukum Allah.
2. Akibat Dosa
Sesudah itu guru memberi penjelasan singkat, bahwa akibat dari dosa
adalah maut. Manusia binasa karena dosa dan tak seorangpun yang dapat
luput dari dosa, bahkan tak mampu untuk mengatasi sendiri akibat yang
ditimbulkan oleh dosa.
28
BAB II
A L L A H
Pada bagian ini proses pembelajaran diharapkan dapat menuntun peserta untuk semakin
memperkokoh keyakinannya bahwa hanya Allah yang menciptakan hidup itu yang dapat
menyelamatkan hidup. Bagian kedua ini mulai dengan menawarkan solusi iman atas
pergumulan manusia tentang dosa yang mebinasakan hidup. Jika katekisan mengambil
sikap positif terhadap tawaran ini, maka selanjutnya mereka akan terdorong untuk belajar
dan bergumul lebih jauh tentang Allah, tentang bagaimana Allah bertindak dan berkarya
dalam sejarah, dalam hidupnya secara pribadi, tentang bagaimana merespon kebaikan Allah
itu.
Bagian ini terdiri dari 11 sub topik (pertemuan ke-6 sampai pertemuan ke-16) Pada akhir
bagian ini peserta diharapkan menjadi sadar juga bahwa ternyata seorang yang menerima
keselamatan dari Allah tidak menerima keselamatan untuk dirinya sendiri, melainkan pada
saat yang sama ia mendapat misi untuk meneruskan keselamatan itu kepada orang lain.
Keselamatan tidak menjadi urusan pribadi belaka, melainkan ia merupakan urusan bersama.
Bagaimana perkara keselamatan dari Allah itu dikerjakan dan dijalani oleh manusia, itulah
yang akan dibicarakan pada bagian ketiga.
Sekilas
Setelah peristiwa 11 September 2001, peristiwa
hancurnya gedung WTC (World Trade Centre atau Pusat
Perdagangan Dunia), banyak anak-anak di Amerika Serikat selalu merasa takut
akibat tindakan brutal dan sadis dari kaum teroris yang menabrakkan pesawat
ke gedung tersebut. Mereka tidak mau pergi sekolah seorang diri atau
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-6
bertemu dengan orang baru. Di Indonesia juga orang yang pernah mengalami
musibah serupa (misalnya musibah alam seperti gempa bumi atau musibah
sosial seperti kerusuhan dan penganiayaan) pasti menderita trauma dan susah
merasa tenang. Jika kita juga merenungkan bagaimana kejahatan makin kuat
di dunia ini, maka kita mungkin akan merasa tegang dan kuatir.
Siapa yang mampu mengatasi kejahatan ? Negara yang paling kuat di dunia
pada saat ini saja tiba-tiba diancam para teroris. Manusia memiliki banyak
cara untuk mengatasi pelbagai masalah, tetapi semua manusia berdosa dan
semua manusia akan mati. Siapa yang mengerti kehidupan kita dari nol
sampai akhir ? Dari A sampai Z ?
27
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-6
Amsal 3:5,6
Ulangan 6:4,5
Yohanes 14:15
28
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-6
UNTUK GURU
Deskripsi
Pertemuan keenam ini adalah permulaan bagian tentang Allah. Dalam
pertemuan 2-5 manusia sendiri menjadi pusat perhatian dan makin lama
makin nampak bagaimana dosa mempengaruhi kehidupan kita. Sekarang Allah
menjadi pusat perhatian dan kita mulai mengembangkan kesadaran bahwa
manusia tidak sanggup mengatasi masalah-masalah yang dia hadapi. Usaha
manusia untuk menciptakan dunia yang sempurna tidak dapat mengubah
kepribadian manusia dan kecenderungannya berbuat dosa. Hanya Allah yang
memiliki kuasa dan dapat menciptakan yang baru.
Tujuan
Tujuan dari pertemuan ini ada dua:
(a) mendorong keinginan para katekesan untuk mengetahui lebih banyak
tentang Allah.
(b) agar mereka bertekad untuk mengenal Allah secara pribadi.
Proses dalam kelas
Pendahuluan – minta satu orang membaca pendahuluan (sekilas). Kemudian
bertanya kalau mereka pernah merasa tegang dan kuatir karena ancaman
dunia
(Tidak perlu banyak waktu untuk bagian ini, paling lama 5-10 menit)
Tugas pertama: Dekat dengan Allah
Pembacaan Alkitab secara berbalasan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
membagi peserta menjadi dua kelompok, kemudian seluruh Mazmur 62 dibaca
secara balas-balasan. Setelah itu dilanjutkan dengan bersama-sama
membahas ayat 2.
29
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-6
Untuk diskusi kelompok bagilah peserta ke dalam kelompok kecil (4-6 orang).
Beri petunjuk yang singkat saja supaya. Sehubungan dengan pertanyaan nomor
guru dapat menjelaskan bahwa si Pemazmur memakai metafora untuk
mrnggambarkan Allah. Misalnya sebagai ‘gunung batu’ dan ‘kota benteng’
(Maz 62:3). Peserta perlu didorong untuk mencari metafora yang dapat
menggambarkan siapa Allah menurut dia. Guru diharapkan memberi perhatian
kepada setiap kelompok untuk mendengar pandangan mereka tentang Allah.
Pertanyaan dua mengantisipasi dua kemungkinan jawaban:
1. mau dekat dengan Allah kalau ada kesulitan—rajin berdoa minta Tuhan
menolong—dan jauh kalau semua baik-baik saja.
2. Mau dekat kalau merasa layak – jauh kalau sadar tentang dosa pribadi
dan tidak mau meninggalkan dosa tsb.
Tugas kedua: Kenal karena bergaul
Daftar ini belum lengkap. Tujuannya untuk menolong peserta mengingat
kembali kebesaran Allah. Kalau waktu cukup peserta ditanya apakah ia
ingat sifat-sifat lain dari Allah. Daftar ini tidak perlu dibahas.
Bagaimana bergaul dengan orang lain? Ada waktu dan ada komunikasi:
bicara bersama, main bersama, tulis surat, dsb.
Bagaimana bergaul dengan Allah ? Ada juga waktu dan komunikasi:
berdoa, baca firman, merenungkan kebaikan-Nya, memuji Dia dalam lagu,
berterima kasih kepada Dia kalau melihat keindahan ciptaan, dsb.
Tugas ketiga: Penerapan
Kegiatan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat. Boleh juga diganti
dengan penerapan yang lain yang membawa para peserta kepada suatu
ekspresi yang kreatif (misalnya: ciptakan lagu untuk Maz 96; tulis suatu
syair; kumpulkan foto dan gambar tentang keindahan alam, dsb.)
30
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7
memperkenalkan DiriNya?
Kalian mungkin sudah menemukan beberapa cara yang digunakan Allah untuk
memperkenalkan dirinya. Tetapi tahukah kalian bahwa semua itu belumlah
cukup bagi kita untuk dapat mengenalNya? Ternyata diperlukan penyataan
khusus, yaitu Firman Allah yang telah menjadi manusia, Yesus Kristus: jalan,
kebenaran, dan hidup (yoh. 3:16). Nah, untuk mengerti lebih jauh
bagaimana Allah menyatakan diri secara khusus, bacalah bagian Alkitab
berikut ini dan jawablah pertanyaan: “melalui apakah Allah menyatakan diri
menurut ayatayat tersebut?
Bacaan Alkitab Melalui apa Allah menyatakan diriNya?
31
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7
Ibr. 1:1-2
2 Petr. 1:21
Yoh. 5:39-40
Alkitab adalah Firman Allah dalam bentuk buku. Kita tidak boleh percaya
kepada Alkitab sebagai buku, melainkan kepada Yesus Kristus yang
disaksikannya. Karena itu Alkitab sebagai buku tidak mempunyai kekuatan
dalam dirinya sendiri. Sebagai buku, Alkitab tidak mempunyai kesaktian.
Jadi, Alkitab tidak boleh digunakan secara magis, seperti untuk menolak
penyakit atau mencegah bahaya. Hanya oleh kuasa Rohkudus-lah kita dapat
mengerti Firman Allah. Rohkudus yang meyakinkan kita untuk menerima
Firman Allah sebagai kekuatan yang membaharui dan menyelamatkan.
3 . 4 5 . 1 2 . . 6 . . 7 . 6 5 . 4 3 . . Fir-
man-Mu pe - li - ta, ba - gi ka - ki - ku dan seperti suluh
pada jalanku.
Firman Tuhan, firman Tuhan menerangi jalanku.
Firman Tuhan, firman Tuhan pelita hidupku.
Baca dan tulis inti ayat-ayat berikut ini yang menyatakan bahwa Firman
Allah adalah aturan hidup yang menyelamatkan! Tulislah inti dari setiap
bagian Alkitab tersebut. Apakah yang dikatakannya mengenai Firman Allah
sebagai aturan hidup yang menyelamatkan.
M i. 6:8 : __________________________________________________
33
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7
”.
aya kamu.
nci kamu”.
34
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7
36
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8
37
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8
Lacak Alkitab
Anda mungkin sudah tahu rumusan Pengakuan Gereja Toraja bahwa “Yesus
Kristus itulah Tuhan dan Jeruselamat.” (Kis 2:36; Kis 5:31). Tentu saja
rumusan itu dibuat berdasarkan pemahaman atas Alkitab. Tetapi, ingat
bahwa ada bagian Alkitab lain yang juga menjelaskan tentang identitas Yesus.
Supaya pemahaman anda makin kaya, bacalah beberapa nats ini dan
daftarkan nama-nama yang dipakai untuk Yesus. Kadang-kadang lebih dari
satu nama muncul dalam satu nats.
Luk 7:40
Bergaul dengan Yesus
Bagi anda, Yesus tentu bukan
lagi orang yang asing. Maukah
anda melihat kembali ke
belakang dan merenungkan
bagaimana anda mengenal dan
bagaimana anda bergaul dengan
Dia selama ini? Jawab
pertanyaan dan lakukanlah hal-
hal berikut:
38
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8
• Kata mana yang sering anda pakai untuk menyebut atau menyapa
Dia ? (sahabat, guru,
Jeruselamat, Tuhan, dsb.) Mengapa sebutan tersebut yang dipilih.
• Untuk makin mengenal kita harus makin bergaul (doa, baca Firman,
dsb.) Melalui cara apa anda mau mengembangkan pergaulan dengan
Yesus pada minggu depan ini ?
• Menyanyikan bersama KJ 453 (Yesus Kawan Yang Sejati)
UNTUK GURU
Deskripsi
Pertemuan ini adalah yang pertama tentang Yesus Kristus. Biasanya
peserta Katekesasi sudah sering dengar tentang kelahiran-Nya, tentang
39
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8
Tujuan
Tujuan pertemuan ke-8 ini adalah membantu dan mendorong peserta untuk
menggumuli identitas Yesus dan terus bertekad untuk bergaul dengan Dia
serta belajar dari Dia.
40
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8
Pemahaman
Guru dapat memberi tambahahan keterangan/penjelasan bila diperlukan.
Yohanes Pembaptis diakui masyarakat sebagai nabi dari Allah. Pengajaran
Yesus mungkin mirip dengan pengajaran Yohanes dan ada murid-murid
Yesus yang dulu mengikuti Yohanes. Yesus dianggap sebagai nabi karena ia
memanggil orang kembali kepada Allah dan hidup adil dengan sesamanya.
[Memang Yesus juga dapat disebut sebagai Nabi (Yoh 4:19), Imam (Ibr
4:14) dan Raja (Mat 21:4,5). Dia melebihi semua.]
Tugas Untuk Pertemuan ke-9
41
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8
42
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-9
Membagi pengalaman
43
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-9
tentang sikap
Yesus terhadap orang-orang miskin atau orang-orang yang tersisih:
Apa yang dapat kita lakukan?
Mungkin anda belum pernah mengalami yang namanya miskin, mungkin juga
sudah pernah. Tetapi tanpa mengalami langsung kita dapat merasakan
bagaimana penderitaan yang dialami oleh orang-orang miskin atau orang-orang
tersisih. Hati anda mungkin tergerak untuk menolong, tetapi sering sulit
oleh karena saudara sendiri merasa tidak mampu atau tidak tahu bagaimana
caranya. Belajar dari sikap Yesus dapat menolong anda untuk memahami
penderitaan mereka dan bagaimana menolong mereka.
44
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-9
UNTUK GURU
Persiapan
Untuk membahas topik ini, seminggu sebelum pertemuan, guru menugaskan
katekisan mengunjungi panti-panti sosial ( rumah singgah untuk anak
jalanan, panti asuhan anak yang biasanya menampung anak-anak yatimpiatu
), atau untuk bercakap-cakap dengan anak jalanan/gelandangan, pengemis.
Tugas ini bisa dilakukan oleh katekisan yang ada di kota-kota besar. Bagi
yang di desa atau kampung, guru dapat menugaskan katekisan untuk
mengamati kehidupan orang yang dianggap miskin yang ada di sekitarnya.
Proses dalam kelas
1. Membagi pengalaman
Untuk memulai pelajaran, guru memberi kesempatan kepada katekisan
untuk berbagi pengalaman. Mintalah mereka menceriterakan
pengalamannya masing-masing berdasarkan tugas yang diberikan
sebelumnya.
45
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-9
46
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10
Banyak kali kita memiliki sikap yang berbeda terhadap orang lain. Jika
seorang datang dengan naik
sepeda sikap kita mungkin
biasa-biasa saja. Tetapi jika
seorang datang dengan naik
mobil Marcedez mungkin sikap
kita menjadi luar biasa tetapi
penuh kepura-puraan. Coba
amati gambar di samping lalu
berilah komentar apa adanya
mengenai siapa, dan
bagaimanakah perihidup atau
sikap hidup kedua orang dalam
gambar itu. Percakapkanlah
dalam kelompok kecil (dua atau tiga orang saja) mengenai komentar anda
masing-masing. Percakapan juga dalam kelompok hal-hal yang biasa terjadi
dalam masyarakat mengenai kedua orang itu.
47
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10
Hukuman yang setimpal untuk dosa adalah maut (Roma 6:23). Tetapi
hanya Tuhanlah yang berhak untuk menghukum, dan hanya Tuhan pulalah
yang berhak membatalkan hukuman itu. Tindakan Tuhan itulah yang
dilakukan oleh Yesus: demi kasihNya Ia tidak menghukum melainkan
mengampuni. Dengan pengampunan
yang demikian manusia mendapat kesempatan untuk menikmati hidup
menurut jalan Tuhan yaitu tidak berbuat dosa (Yoh. 8:11)
Semua orang berdosa, kita semua berdosa, meskipun tidak semua orang
menyadari hal ini. Kalau anda menyadarinya sekarang, cobalah mendaftarkan
satu atau dua saja dari sekian banyak dosa yang menonjol dalam hidup anda.
Setelah itu nyatakanlah dengan menuliskan satu kalimat atau satu ungkapan
yang menggambarkan tekadmu untuk berubah.
Tugas lanjutan
Dari pada bingung di waktu senggang, mendingan kerjakan tugas berikut ini:
48
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan ini dimaksudkan untuk membantu peserta memahami salah satu sikap
dasar dan tindakan Yesus, yaitu mengampuni, sebagai suatu fakta yang telah
mengubah sejarah manusia. Sikap dan tindakan mengampuni itulah yang telah
memberi kesempatan kepada manusia untuk melihat dan menjalani sebuah
jalan kehidupan yang luar biasa dan baru sama sekali. Yang biasa ialah gigi
49
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10
ganti gigi, mata ganti mata, dan yang biasa ini pastilah mengakhiri riwayat
manusia.
Tujuan
Bahan pembelajaran ini bertujuan untuk menolong peserta memahami dan
menyadari betapa hidup ini masih ada dan memiliki arti karena Tuhan
mengerjakan pengampunan atas dosa manusia. Selain itu, proses belajar
dengan materi ini akan mengasah kepekaan nurani peserta sehingga mereka
tidak melupakan keberdosaannya tetapi sekaligus juga tidak terkurung dalam
rasa berdosa saja. Diharapkan mereka semakin sadar bahwa hanya karena
pengampunan, kita masih mendapat kesempatan untuk menikmati hidup yang
lebih baik, hidup menurut jalan Tuhan.
50
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10
Pemahaman
Setelah diskusi selesai, guru dapat menambahkan penjelasan, bila dianggap
perlu dengan menekankan:
Secara hakiki semua manusia sama di hadapan Yesus. Semuanya telah
berdosa, berdosa kepada Tuhan, sehingga jalan hidupnyapun ditentukan oleh
pengampunan dari Tuhan saja. Bagi Yesus bukan syariat agama yang akan
menyelamatkan manusia, tetapi semata-mata karena belaskasihan Allah yang
mengampuni. Hal pengampunan itu tidak hanya nyata dari sikap Yesus
terhadap manusia, tetapi juga dan terutama dalam kesediaanya untuk
berkorban sampai mati untuk menyempurnakan pengampunan itu. Yesus
harus mati sebagai tebusan (Gal. 3:10, 13, Ef. 4:9 , Roma 18:8,9)
51
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
Mrk 1:21 Yesus sering menyembah Allah di dalam rumah ibadah orang
Yahudi
Luk 22:15 Dia merayakan hari-hari raya orang Yahudi (sering dalam
Injil Yohanes) yang dianggap-Nya penting
Luk 2:47 Dia menghormati Bait Allah (Lihat juga Mrk 11:17; 14:47;
Mat 23:16-21)
Mat 17:24-25 Dia membayar pajak Bait Allah
Mat 5:23-24 Dia tidak mencela sistem korban
Mrk 6:56 Dia mengikuti kebiasaan orang-orang Yahudi, seperti memakai
jumbai jubah tradisional
Mat 14:19 Mengucapkan berkat sebelum makan (lihat juga Mat.
26:26)
Mat 4:2 Pada prinsipnya Dia tidak keberatan untuk berpuasa (lihat
juga Mrk 2:18-20)
52
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
Luk. 16:16
Mrk. 2:23-
27
Mrk. 7:5-8
Luk. 14:3-6
Apakah yang dapat saudara simpulkan dari sikap Yesus, sebagaimana saudara
baca dari bagian-bagian kitab Injil di atas? Tulislah dalam satu atau dua
kalimat kesimpulan saudara dalam kolom berikut:
53
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
1.
Kalau saudara pergi mengikuti kebaktian hari Minggu atau kebaktian
kebaktian lainnya bagimanakah perasaan saudara? Pernakah saudara
merasa terpaksa atau pergi hanya karena malu kepada tetangga?
2.
Buatlah satu daftar mengenai kebiasaan-kebiasaan beragama yang
54
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan ini bermaksud menolong peserta untuk secara jujur melihat kehidupan
beragamanya sendiri dan menyoroti kehidupan beragama di lingkungannya
dalam terang Firman Tuhan, terutama dengan mengacu pada sikap Yesus.
Tujuan
1. Peserta katekisasi memahami sikap Yesus terhadap aturan-aturan agama
dan membangun kesadaran keagamaan yang tepat, sehingga mereka dapat
menempatkan dan melakukan aturan-aturan agama secara benar dan
efektif.
2. Mendorong peserta untuk secara jujur mendeteksi kebiasaan beragama
yang legalistik dan formalistik, sehingga mereka juga terdorong untuk
menghayati dan melakukan aturan-aturan agama berlandaskan kasih sebagai
sesuatu yang spiritual, spontan dan nyata.
Pemahaman
1. Sikap Yesus yang seolah mendua
Kitab-kitab injil banyak memberi kesaksian tentang sikap positif dan sikap
loyal Yesus terhadap aturan-aturan agama Yahudi. Hal ini membuktikan
bahwa secara umum Yesus boleh dianggap sebagai penganut agama Yahudi
yang setia. Tetapi kita juga dapat melihat dengan jelas terjadinya perselisihan
yang hebat antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi tentang ketaatan
55
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
kepada hukum Musa. Yesus mempunyai sikap yang sangat bebas terhadap
beberapa kebiasaan Yahudi, misalnya:
56
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
57
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
58
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
lisan, adalah sikap yang baru. Kritik Yesus terhadap hukum Musa
sifatnya membangun, sama seperti yang dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Yesus menolak anggapan bahwa hukum lebih penting daripada
kebutuhankebutuhan manusia, dan Yesus menolak membiarkan hukum itu
merintangi pekerjaan-Nya sendiri di antara para pemungut cukai dan
orang-orang berdosa.
b. Yesus memanggil orang-orang untuk datang kepada sesuatu yang lebih
besar daripada hukum, sebab Yesus menganggap etika lebih penting
daripada upacara-upacara. Yesus juga menekankan bahwa yang paling
penting ialah agama yang bersifat rohani dan dalam, hati yang suci dan
kehendak yang menuju Allah (bnd. Mat 5:23-24).
c. Yesus meringkaskan segala hukum Musa itu dalam dua hukum yang
terutama. Dia mengartikan memahami bahwa kalau orang-orang mencoba
menaati kedua hukum ini, maka mereka boleh membiarkan semua hukum
lain.
d. Menurut Yesus, agama terdiri dari kepercayaan dan kasih kepada Allah
sebagai Bapa, yang mengampuni manusia dengan bebas. Oleh sebab itu
tidak ada tempat untuk sikap legalistis. Agama, menurut Yesus,
dibinasakan oleh orang-orang yang menindas kewibawaan sistem hukum.
e. Barangkali kita dapat mengerti dengan baik sikap Yesus yang bebas dan
kreatif, kalau kita menghubungkan sikap ini dengan perkataan-Nya bahwa
melalui diri-Nya sendiri dan melalui pekerjaan-Nya, Kerajaan Allah mulai
muncul di antara manusia. Bagi Yesus, hal yang terpenting ialah
pekerjaan-Nya sendiri, yaitu tugas-Nya untuk memperlihatkan Kerajaan
Allah yang sempurna, dengan menjadi Hamba Allah dan Hamba manusia,
dan juga memperlihatkan kasih Allah dan manusia dengan sempurna. Bagi
Yesus, tugas-Nya sebagai Hamba ialah kewajiban-Nya yang mutlak. Oleh
sebab itu hukum Musa tidak merupakan kewajiban-Nya yang terpenting.
Dengan demikian, ajaran dalam Mat. 12:5-8 rupa-rupanya berarti bahwa,
karena imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah sehingga
hukum Sabat boleh dilanggar juga oleh orang-orang yang melayani apa
yang melebihi Bait Allah. Ajaran dalam Luk. 13:10-17 berarti
59
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11
Kita harus mengerti bahwa Yesus, karena tugas-Nya sebagai Mesias, berhak
dan menerima tradisi keagamaan orang-orang Yahudi. Dalam tradisi itu Yesus
mendapat rangka kehidupan-Nya yang rohani, tetapi terhadap tradisi itu
Yesus bersikap bertentangan. Suatu kehidupan rohani yang baru dimulai oleh
Yesus, dan kehidupan rohani ini mengoyakkan agama yang lama, sama seperti
anggur yang baru mengoyakkan kantong kulit (kirbat) yang tua (bnd. Mrk
2:22). Yesus sendiri tidak memikirkan dan mengajarkan segala sesuatu yang
berasal dari prinsip-prinsip-Nya, sebab saat-Nya belum tepat. Rasul Pauluslah
yang kemudian banyak memberi perhatian atas hal ini dalam terang
pengalamannya “bertemu” dengan Yesus.
60
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-12
▪ Di mana Ia disalibkan?
______________________________________________
▪ Di mana Ia dikuburkan?
_____________________________________________
Mat. 27:63-64
61
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-12
Mrk. 8:31
II Kor. 5:21
Gal.3:13
Kol.1:20
Maknanya bagiku
Diskusikan dalam kelompok kecil dua pertanyaan berikut:
♣ Orang Kristen adalah orang yang telah mati dan bangkit bersama Kristus.
Lihat. I Kor.6:14; 15:14-17; II Kor. 4:14, Ibrani 9:14-15; Ef.2:1-4.
Diskusikanlah sifa/sikap yang mesti dikuburkan dan sifat/sikap yang mesti
ditumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai tanda bahwa kita telah
menerima karya penyelamatan dalam Yesus Kristus?
62
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-12
tidak menghargai kehidupan. Atau, dosa apa yang masih dilakukan oleh
orang
Kristen yang menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai pengorbanan
Yesus? Jelaskan!
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan mengenai kematian dan kebangkitan Yesus ini dirancang untuk
menuntun proses memahami Siapa Yesus dalam hubungannya dengan manusia
yang telah berdosa dan membutuhkan penebusan. Di harapkan seluruh proses
yang ditawarkan dapat membawa peserta pada perjumpaan yang lebih serius
dengan Yesus yang telah mati dan bangkit itu, sehingga merekapun
63
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-12
memiliki keberanian dan pengharapan dalam hidupnya, bahwa hidup ini tidak
sia-sia oleh karena kematian dan kebangkitan Kristus.
Tujuan
1. Peserta memperoleh kejelasan dan ketegasan mengenai fakta kematian
dan kebangkitan Kristus, bahwa keduanya sungguh-sungguh telah
terjadi.
2. Peserta memahami dan menyadari sendiri makna kematian dan
kebangkitan Kristus untuk kehidupannya.
3. Peserta mengembangkan kesadaran untuk berlatih dengan berani
mengaku dosanya serta membangun komitmen untuk mengubah jalan
hidupnya (memaknai pertobatan) Proses dalam kelas
Tahap pertama adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk melakukan
survei pemahaman. Biarkan peserta mengerjakannya masing-masing dengan
berdiam diri (tidak bicara). Pada tahap ini guru boleh menambahkan
pertanyaan yang dirasa perlu.
64
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13
Ketika Ia Pergi ….
65
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13
66
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13
UNTUK GURU
Ketika Ia Pergi...
67
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13
68
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13
69
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14
Sekilas
Apa yang kita ingat dari pertemuan yang lalu tentang Roh Kudus?
Mengapa Hari Pentakosta disebut hari kelahiran gereja? Kali ini kita akan
memberi perhatian khusus pada bagaimana Roh Kudus berkarya dalam
kehidupan jemaat mula-mula.
Kalau saudara secara sepintas membaca kitab Kisah Para Rasul kesan
pertama yang mungkin muncul adalah bahwa kitab ini penuh dengan kesaksian
tentang Roh Kudus. Memang, Kisah Para Rasul juga dapat disebut “Kisah
Roh Kudus”. Rasul-rasul dan semua orang percaya mengalami pekerjaan Roh
Kudus secara nyata dan selalu terkesan luar biasa. Sebenarnya Roh Kudus
adalah Allah sendiri yang hidup dan menguasai setiap orang yang percaya
kepada Yesus.
Tugas pertama
Perhatikanlah empat gambar dibawah ini. Masing-masing gambar dapat
dihubungkan dengan satu ceritera dari Kisah Para Rasul. Peserta membagi
diri menjadi empat kelompok dan masing-masing kelompok membaca satu
ceritera. Kemudian pilih gambar yang cocok untuk ceritera tersebut.
Setelah itu satu orang mewakili setiap kelompok menceriterakan kembali
untuk kelompok besar ceritera tersebut supaya semua dapat menikmati apa
yang pernah terjadi.
70
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14
71
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14
Tugas kedua
Masih dalam kelompok yang sama diskusikan lagi dua pertanyaan berikut ini:
1.Dari keempat ceritera ini, apa yang kita bisa pelajari tentang pekerjaan Roh
Kudus?
2.Dalam kaitan dengan karya Roh Kudus, hal apa yang paling penting
untuk kita alami dalam hidup kita sekarang? Mengapa hal itu dianggap
penting?
Tugas lanjutan
Hafalkan Kisah 2:46,47. Tetapi ingat yah! Ini bukan untuk ujian
semester, bukan pula untuk EBTANAS. Maksud tugas ini lebih penting
dari pada sekedar untuk dapat nilai. Ya, ini untuk membantu kita
UNTUK GURU
$ Ini adalah pertemuan kedua kita mempelajari tentang Roh Kudus. Pada
pertemuan pertama kita menggumulinya dengan memusatkan perhatian
pada kedatangannya sebagai pemenuhan janji Yesus yang telah naik ke
sorga. Penekanan pada pertemuan ini ialah pekerjaan Roh Kudus dalam
jemaat mula-mula. Dan pada pertemuan berikut pelajaran kita akan
72
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14
membahas tentang pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan setiap orang
yang percaya.
$ Kalau jumlah katekisan sedikit mintalah mereka membaca satu orang satu
perikop dan ceriterakan kembali setelah mencocockkannya dengan gambar
pilihan yang ada.
$ Kalau peserta katekisasi cukup berani dan waktu memungkinkan, setiap
ceritera dapat diperankan oleh kelompok yang membaca. Bisa juga
memakai “pantomim” yaitu main peran tanpa suara.
$ Pekerjaan Roh Kudus yang tercermin dari empat bagian kitab Kisah Rasul
yang dibaca dapat terlihat dari: (1) mujizat, (2) persekutuan orang yang
berdoa, memuji Tuhan dan saling memperhatikan, (3) keberanian bersaksi,
dan (4) kerelaan berkorban, penekanan kepada kejujuran, dsb.
$ Masalah Ananias dan Safira dapat membuat orang sangat heran.
Penekanan di sini ialah tentang pentingnya kejujuran karena Allah yang kudus
itu tidak mungkin dihampiri dengan kepura-puraan. Kalau kita mengikut
Dia, maka kejujuran menjadi sangat penting, mutlak perlu. Sekali lagi, Allah
yang kudus hanya dapat dihampiri dengan kejujuran.
$ Lebih baik kalau guru/pembimbing menolong peserta katekisasi menemukan
ide-ide sendiri. Ada baiknya mengakhiri diskusi dengan suatu kesimpulan
pelajaran, tetapi jangan terlalu panjang. Kalau peserta sedikit,
pembimbing guru dapat bertanya kepada mereka masing-masing apa yang
paling menarik tentang pekerjaan Roh Kudus dalam ceritera ceritera
tersebut.
$ Lagu ini mungkin baru, tetapi mudah dipelajari dan dapat dipakai beberapa
kali.
73
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14
74
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15
Sekilas
Suatu hari seorang pemuda Kristen yang aktif dalam
kegaiatan gerejawi menjadi begitu dongkol dan sakit hati
karena diejek oleh teman-tamannya ketika ia sedang
menolong orang yang tidak dikenalnya. Ia dongkol dan
sakit hati tetapi ia tidak berhenti menolong orang yang terluka parah
karena sepedanya menabrak tiang listrik. Ia dongkol disebut “sok saleh,”
tetapi ia tidak berhenti menolong.
Pada tempat lain ada seorang pemuda Kristen mengalami nasib yang sama. Ia
diejek oleh teman-temannya ketika ia dengan pakaian rapih sedang berjalan
menuju suatu tempat kebaktian sambil menjinjing sebuah Alkitab. Perasaan
malu bercampur marah bergolak di hatinya ketika teman-temannya berteriak,
“kemasukan Roh niye!” Tanpa berpikir panjang spontan saja ia mengumpat
teman-temannya itu sambil meneruskan perjalanannya. Sayangnya peristiwa
itu membuat ia enggan pergi mengikuti kebaktian lagi.
75
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15
Mungkin anda bingung dengan pengalaman pribadi anda sendiri atau bingung
melihat kenyataan-kenyataan di sekitar anda. Bukankah kejahatan selalu ada
bersamaan dengan adanya banyak orang yang juga selalu mengejar yang baik?
Mungkin anda bertanya “di manakah Roh?” Bukankah Roh Kudus telah
dicurahkan? Bagaimanakah sebenarnya Roh bekerja? Pertanyaan-pertanyaan ini
sulit, tetapi marilah kita bersama-sama menggumulinya dengan berpaling ke
Alkitab.
2. Mungkin ada yang anda anggap jelas tetapi teman yang lain
menganggapnya belum jelas. Sebaliknya, mungkin ada bagian yang tidak
jelas bagi anda tetapi teman anda menganggapnya jelas. Jika ini terjadi
maka diskusi dengan teman akan menolong anda untuk saling melengkapi.
3. Setelah berdiskusi tulislah dalam satu atau dua kalimat kesimpulan yang
dapat anda katakan mengenai pekerjaan Roh dalam hidup anda sendiri
sebagai orang yang percaya kepada Kristus.
Buah-buah Roh
1. Bacalah Gal. 5:16-26. Renungkan secara mendalam apa yang dikatakan
oleh Paulus dalam bagian Alkitab ini, kemudian tanyakan pada diri anda
76
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15
sendiri, “manakah teguran dan nasehat rasul Paulus yang mengena saya?”
Catatlah hasil perenungan anda dalam kolom berikut:
2. Apakah yang akan anda lakukan dalam waktu mendatang supaya hidup
anda semakin sesuai dengan keinginan Roh?
Sebuah kebodohan!
Apakah anda tahu hukum logika (silogisme) dari Aristoteles? Contoh
silogisme Aristoteles bisa demikian:
► Manusia selalu berusaha mengetahui.
► Aris selalu berusaha mengetahui.
► Jadi Aris adalah manusia.
Bisakah demikian:
► Orang yang dikuasai Roh akan berbicara dalam bahasa Roh
► Aris bisa berbahasa Roh
► Jadi, Aris adalah orang yang dikuasai oleh Roh?
77
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15
UNTUK GURU
Tujuan
Tujuan pembelajaran untuk materi ini adalah:
1. Membantu proses belajar bersama yang menuntun peserta untuk
menumbuhkan kesadaran serta memperkokoh keyakinannya bahwa Roh
Kudus terus berkarya secara bebas dalam hidup manusia melalui
caraNya sendiri.
2. Mendorong peserta untuk meningkatkan latihan-latihan rohani yang
dapat membantunya untuk menghayati karya Roh Kudus yang berkuasa
membaharui hidup setiap orang yang mempercayakan hidupnya kepada
Tuhan, setiap orang yang memiliki tekad iman untuk memulai hidup
baru.
78
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15
Referensi
Untuk memantapkan persiapan guru, maka sangat perlu mempelajari ulang
pikiran-pikiran Paulus mengenai empat hal yang terkait satu sama lain: (1)
hukum Taurat, (2) keinginan daging, (3) keinginan Roh dan kebebasan dalam
Roh, (4) hidup baru. Untuk hal ini Pengakuan Gereja Toraja, Bab V, perihal
Pengudusan sangat membantu persiapan guru.
agaimana mengetahui bahwa Roh Kudus bekerja pada seseorang? Bagaiamana
merasakan dan mengukur pekerjaan Roh? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak bis a
dijawab secara matematis dengan jawaban “begini” atau “begitu.” Mengapa?
Karena pekerjaan Roh tidak bisa dibatasi dan tidak bisa diukur dengan ukuran
tertentu, apa lagi dengan ukuran-ukuran yang bersifat indrawi. Pekerjaan Roh
Kudus tidak bisa dimengerti dengan logika (silogisme) Aristoteles.
Marilah sekarang kita meninggalkan s oal kebaktian dan berpikir tentang soal
etika. Salah satu nama yang tertua untuk orang-orang Kristen ialah Jalan
Tuhan (lih Kis 9:2); hal itu antara lain berarti bahwa mereka ternyata
sudah menyerahkan diri dan takluk kepada suatu cara hidup yang baru. Kalau
begitu, apakah para rasul menetapkan suatu buku undang-undang moral bagi
orang-orang yang telah bertobat, semacam pola kelakuan Kristen? Tentunya
Paulus telah berbuat demikian - Lih 1 Tes 4:1 dan 2 Tes 3:6, dan
perhatikan penunjukan dalam Rm 6:17 kepada suatu pola pengajaran yang
tradisional. Pasti ia bukanlah orang pertama yang berbuat sedemikian. Tradisi
moral manakah itu? Sekarang umum disetujui bahwa bagian-bagian etis dalam
surat-surat rasuli (mis 1 Tes 4:1-12; 5:12-22; Gal 5:13-6:10; Kol 3:1-4:6
79
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15
dan perikop yang serupa dalam 1 Ptr, Surat Ibrani, dll) memelihara sebagian
dari tradisi moral itu. Sebagian besar adalah etika elementer yang tidak
bersifat khusus Kristen, dan sebagian juga adalah pra-Kristen. Teguran untuk
berpisah sama sekali dari hidup yan lama; perintah-perintah untuk
memelihara kejujuran, kemurnian, ketulusan, kehidupan sederhana, dan bekerja
keras; peraturanperaturan tentang kehidupan keluarga yang sopan - inilah
bahan-bahan pokoknya. Pentingnya etika dasar semacam ini tidak sulit
dipahami, asalkan mengingat latar belakang nonkristen dari banyak orang yang
bertobat. Dengan demikian apakah tidak bisa diharapkan bahwa orang-orang
Kristen pertama mencari pedoman kehidupan mereka dalam ajaran Yesus
sendiri?
Sekali lagi kita dapat bertolak dari cara Paulus memakai ajaran Yesus untuk
mendapatkan cara dan etika orang Kristen sebelumnya. Ketika ia
diperhadapkan dengan persoalan yang sukar dalam kehidupan sehari-hari,
biasanya Paulus memecahkannya dengan menggunakan perkataan Tuhan, jika ia
mengetahuinya. Ada suatu contoh dalam 1 Kor 7:10. Lagipula, ketika
diselidiki bagian-bagian suratnya yang bersifat etis - terutama Rm 12-14 -
terdapat banyak gema perkataan Yesus .
Seandainya orang-orang Kristen sebelum Paulus berpaling kepada Tuhan
untuk ajaran-ajaran moral, di mana ada bukti untuk itu? Jawabannya
sederhana saja: Dalam tradisi sinoptis dari perkataan-perkataan Yesus. Hal
utama yang sudah diajarkan oleh para pengeritik bentuk sastra kepada kita
ialah bahwa injil-injil ini adalah sumber-sumber bagi ajaran gereja tertua itu,
bukan hanya bagi ajaran Yesus sendiri. Banyak perkataan Yesus sampai kepada
kita karena ada di dalamnya jawaban Tuhan mengenai masalah etis yang
hangat pada hari-hari pertama itu. Sebagai contoh: Orang-orang Kristen
pertama bertanya, Bagaimanakah sikap kita terhadap hari Sabat Yahudi?
Bimbingan terdapat dalam pernyataan-pernyataan Tuhan seperti Mrk 2:23,
dst; 3:1 dst; Luk 13:10-17.
Pada umumnya orang-orang Kristen membutuhkan juga prinsip-prinsip untuk
bertindak secara kristiani. Hal ini terpenuhi ketika mereka mengingat ajaran
80
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15
81
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-16
dan kejam menuntut pelaksanaan ibadah kaisar; siapa yang tidak menyembah
kaisar akan dibunuh dengan kejam. Begitulah yang pernah dialami oleh orang
Kristen mula-mula.
Kamu mungkin ingat bahwa salah satu alasan untuk membunuh Yesus adalah
karena ia menyebut diri, atau diakui sebagian orang, sebagai Raja (baca Yoh.
18:33). Tentu kita ingat tulisan yang tertera pada salib Kristus, ‘INRI’
yang bila diterjemahkan berarti Yesus dari Nazaret Raja orang Yahudi (Luk.
23:38). Tulisan itu merupakan sebuah ejekan terhadap Yesus yang mengaku
diri sebagai raja tetapi ia tidak dapat menolong diri sendiri, apalagi
menyelamatkan rakyatnya (Luk. 23:35-37). Pada hal tugas dan
tanggungjawab seorang raja adalah menjamin kehidupan rakyatnya, sehingga ia
layak menerima sembah sujud dari rakyatnya, seperti yang terjadi pada masa
Kaisar Augustus. Memang yang patut disembah adalah yang menentukan
hidup mati kita, yang memberikan kesejahteraan. Nah, seandainya kamu
sungguh-sungguh merasakan bahwa seorang raja telah melakukan kebaikan
untukmu apakah kamu akan menyembahnya? Apakah memang kaisar itulah
yang menentukan hidup mati kita?
Allah. Hal apakah yang Allah lakukan, yang tidak dapat dilakukan oleh
siapapun, sehingga hanya Ia yang layak disembah. Beberapa bagian Alkitab
berikut ini akan membantu kamu untuk memahami mengapa hanya Allah
yang patut disembah. Bacalah dan tuliskan dalam satu kalimat apa yang
kamu anggap inti dari bagian Alkitab tersebut.
______________ ____________________
__________________________ __________________________
Yes. 45:18-21
________________________________________________
Setelah membaca ayat-ayat tersebut di atas, pilihlah salah satu cara berikut
untuk mengungkapkan pernyataan isi hati atau penghayatan kamu mengenai
siapa yang layak disembah.
1. Buatlah satu puisi yang menyatakan pengakuan imanmu mengenai Allah
sebagai satu-satunya yang layak disembah
2. Buatlah satu pernyataan singkat yang mengungkapkan prinsip hidupmu
sebagai seorang yang menyembah Allah. Pernyataan bisa berupa motto,
semboyan, ungkapan berhikmat, atau yang lainnya.
3. Ambillah satu simbol dari apa saja untuk menjelaskan pemahaman dan
penghayatanmu mengenai Allah sebagai satu-satunya yang layak disembah.
83
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-16
Tugas Lanjutan
1. Amatilah hidupmu dan perihidup orang-orang disekitarmu. Apakah ada
tanda-tanda bahwa kamu sendiri atau orang lain disekitarmu cenderung
menyembah diri sendiri, menyembah materi (materialisme),
menyembah orang lain atau menyembah kuasa-kuasa lain di dunia ini?
Jika ada, daftarkanlah apa saja yang cenderung menjadi sembahan
manusia di masa kini.
2. Daftarkanlah sikap dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada pada dirimu
dan perlu ditinggalkan supaya kamu layak disebut penyembah Allah.
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan ini ditempatkan pada bagian akhir dari topik mengenai Allah. Jika
pelajaran-pelajaran sebelumnya berhasil, maka materi ini diharapkan
membantu peserta untuk mengungkapkan kesimpulan imannya mengenai
Allah, bahwa hanya Allah saja yang patut disembah. Artinya, bahan-bahan
sebelumnya menolong peserta untuk memperoleh alasan yang kuat yaitu
84
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-16
pengenalan akan sifat dan karya Allah, sehingga mereka mengambil kesimpulan
dan membangun komitmen untuk menyembah Allah saja.
Tujuan
1. Menuntun peserta untuk menemukan sendiri alasan-alasan iman yang
alkitabiah bagi pengambilan keputusan untuk menyembah Allah saja.
2. Melatih peserta untuk mengidentifikasi secara jelas
kecenderungankecenderungan manusia menyembah ilah lain. Ilah itu bisa
berupa orang tertentu yang diagungkan, bisa materi, bisa kekuasaan,
bisa kesenangan pribadi, atau yang lainnya.
3. Mendorong peserta untuk berani melihat dirinya sendiri, melihat
kebiasaan-kebiasaan atau kecenderungan buruk pada dirinya, yang
menghambatnya untuk menyembah Allah saja.
Proses di kelas
1. Mintalah salah seorang membacakan potongan artikel, ‘Menghormati
atau Menyembah?’ Setelah itu, mintalah mereka mendiskusikan dengan
teman di samping dua pertanyaan yang terdapat pada bagian akhir
potongan artikel tersebut.
2. Mintalah peserta untuk secara mandiri dan berdiam diri mengerjakan
tugas memahami Alkitab dan mengungkapkan penghayatannya melalui
berbagai bentuk ekspresi. Mintalah mereka memilih salah satu bentuk
ekspresi saja. Setelah mereka selesai bekerja sendiri-sendiri mintalah
mereka memperlihatkan, membacakan, atau menjeaskan pekerjaan
mereka. Jika dirasa perlu untuk diskusi, boleh menanyakan lebih lanjut
apa yang tersirat di balik ekspresi mereka. Tetapi berusahalah untuk
menjaga perasaan mereka, supaya mereka tidak merasa terpojok karena
pertanyaan yang diajukan.
3. Tugas lanjutan boleh dikerjakan bersama (khususnya nomor satu),
boleh dikerjakan secara perorangan. Tugas ini boleh dikerjakan di
rumah, boleh juga di kelas bila waktu masih tersedia.
85
BAB III G E R E J A
Kalau semua berjalan normal, seperti yang diharapkan pada akhir bagian kedua, maka kini
peserta katekisasi telah siap membuka wawasannya untuk melihat masalah-masalah secara
lebih luas, lebih dari pada memikirkan diri sendiri. Bagian ini akan membantu mereka
untuk menyadari keberadaannya sebagai warga gereja, warga dari sebuah persekutuan yang
dipanggil dari dunia dan diutus ke dalam dunia untuk menjadi teman sekerja Allah dalam
melaksanakan misi penyelamatan Allah bagi dunia ini.
Apakah gereja itu, bagaimana ia hidup dalam kehadirannya di tengah dunia, itulah yang
akan dibahas secara berturut-turut selama 7 kali pertemuan (pertemuan ke-17-23).
Pada akhir bagian ini peserta katekisasi diharapkan menjadi sadar bahwa Gereja yang kudus
dan Am itu hadir di mana-mana dan mengembangkan kehidupan kegerejaan secara
berbeda-beda menurut konteksnya. Kesadaran demikian kiranya mengingatkan peserta
bahwa gereja memang hadir untuk dunia nyata yang dihadapinya. Dan setiap orang
percaya, warga gereja, tidak berhenti pada kesibukan mengurus kehidupan bergerejanya
saja, sebab misi gereja adalah untuk dunia seluruhnya, untuk apa dan siapapun yang di luar
dirinya.
Karena itu sangat diharapkan bahwa katekisan akan terdorong mengenali konteks
kehidupan di mana ia hadir dan melatih diri untuk menghadapi setiap permasalahan yang
muncul dalam kerangka imannya kepada Allah. Iatulah yang akan dilakukan dan dipelajari
bersama pada bagian berikutnya (lingkungan).
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17
a. Bagaimana pendapat saudara tentang isi dari lagu Kidung Jemaat 257? Sebutlah beberapa
ayat Alkitab yang mendukung pendapat saudara!
Menilik kehidupan bergereja
Tak ada gunanya mengerti secara mendalam kalau pengertian itu tidak diwujudkan dalam
kehidupan nyata. Jadi ada baiknya belajar bersama tentang bagaimana seharusnya kita
mewujudkan kehidupan bergereja yang sejati. Nah, lanjutkanlah percakapan dalam
kelompok besar untuk membahas kasus berikut:
Di suatu tempat hiduplah suatu Jemaat yang beranggotakan 150 kepala keluarga,
kurang lebih 550 jiwa. Ketika anggotanya baru berjumlah 200 orang, dan gedung
gerejanya masih berupa gubuk bambu berukuran 6 X 12 meter, sebagian besar anggota
dewasa (rata-rata 85 orang) masih setia mengikuti kebaktian hari Minggu. Hidup
tolong-menolong, saling mengunjungi dan kerjasama untuk mendukung pelayanan
jemaat masih begitu nampak. Demikianlah Jemaat ini terus mengalami perkembangan,
terutama dari segi jumlah anggota, sampai anggotanya mencapai jumlah 150 KK.
Keadaan mulai berubah ketika pembangunan gedung gereja yang terbilang mewah
untuk ukuran semi kota. Ketika itu warga jemaat begitu bersemangat dan berlomba-
lomba, bahkan saling bersaing dalam memberi persembahan untuk pembangunan.
Alhasil, hanya dalam tempo 5 bulan gedung gereja yang berukuran 13 X 24 meter itu
selesai dengan baik, dan ibadah pengucapan syukurpun diadakan dengan acara yang
terbilang meriah. Apalagi dalam ibadah pengucapan syukur itu dilakukan pula acara
peneguhan Pendeta Jemaat, setelah sebelumnya Jemaat ini hanya dilayani oleh seorang
Pendeta yang melayani beberapa Jemaat. Rasanya agak aneh, bahwa pada tahun-
tahun kemudian terjadi perubahan yang mengecewakan. Semakin berkurang warga
Jemaat yang datang beribadah ke gedung gereja yang besar dan mewah itu. Ya,
semakin banyak bangku yang kosong, semakin banyak pula warga Jemaat yang terjun
ke medan judi, serta semangat kerja sama mulai merosot.
Kasus di atas tentulah bukan kisah nyata, tetapi anda sendiri bisa menilai apakah dalam kehidupan
bergereja kita sekarang ada kecenderungan yang mengarah ke keadaan seperti yang diceriterakan
di atas. Berilah komentar dan katakanlah apakah yang saudara pelajari dari kisah di atas?
84
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17
Tekad perubahan
Anda sudah bergumul banyak dan percakapan dalam kelompok kiranya mendorong saudara
untuk melihat hal-hal yang perlu dikembangkan. Kalau saudara masih tertarik di sini masih
ada dua tugas yang tidak kalah menariknya. Anda boleh mengerjakannya bersama dengan
teman, tetapi boleh juga dikerjakan sendiri-sendiri.
UNTUK GURU
85
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17
Deskripsi
Ini adalah materi pertama mengenai gereja. Setelah pembahasan mengenai Allah diakhiri
dengan topik, “Hanya Allah yang Patut Disembah,” katekisan kemudian ditantang dengan
suatu kenyataan lain, bahwa tugas dan panggilan kita tidak berakhir dengan mengakui
Allah sebagai satu-satunya yang patut disembah. Artinya, mengakui Allah berarti siap
menerima tanggungjawab untuk mengambil bagian dalam pekerjaan penyelamatan Allah
bagi dunia ini. Untuk itulah Gereja ada. Pada pertemuan pertama mengenai Gereja ini
perhatian dititikberatkan pada upaya untuk membantu katekisan memahami hakekat, visi
dan misi Gereja.
Judul yang diberikan, “Gereja bukanlah Gedungnya,” dimaksudkan untuk menyentak para
katekisan dengan sebuah tantangan nyata, bahwa orang Kristen sendiri sering melihat
gereja dalam pengertian gedung tempat beribadah. Sesungguhnya gereja adalah orang yang
bersekutu dalam nama Yesus, orang yang bertindak, bersaksi dan melayani demi nama
Kristus.
Tujuan
Tujuan dari pelajaran ini adalah:
1. Membantu peserta katekisasi untuk membangun pemahamannya sendiri mengenai hakekat,
visi dan misi Gereja berdasarkan kesaksian Alkitab.
2. Mendorong peserta untuk menumbuhkan kesadaran-kesadaran baru mengenai hidup
bergereja dan terdorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan gerejawi.
86
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17
Pemahaman
Ada kecenderungan banyak orang kristen untuk salah memakai statusnya sebagai anggota
gereja karena mereka beranggapan bahwa hanya gedung gereja yang harus tetap kudus
sementara dirinya sendiri hanya kudus ketika beribadah di gereja. Mereka seakanakan
merasa bukan bagian dari yang kudus itu bila berada di luar gereja. Sebagaimana
ungkapan-ungkapan dalam doa yang lebih sering mengucapkan di Rumah-Mu yang kudus
(gedung gereja) ketimbang diri kita yang adalah Bait Allah yang kudus. Padahal
berdasarkan Kejadian 12:1-3; Keluaran 19:5-6; Ulangan 4:20; 14:2;26:18; Titus 2:14; 1
Petrus 2:9, Gereja atau Umat Allah adalah persekutuan orang-orang percaya ((Mat. 16:18)
yang dipanggil, dipilih dan dikuduskan untuk menjadi berkat bagi semua orang. Dengan
demikian mestinya kapanpun dan dimanapun ia ada, ia adalah gereja yang kudus.
Gereja ini berada di dalam dan diutus ke dalam dunia untuk menjadi garam dan terang
(Mat. 5:14-16), walaupun kehadirannya tidak selalu mulus karena dunia tidak menyambut
dengan ramah, melainkan sering justru membencinya (Yoh. 15) dan juga karena domba
sedang berada di antara serigala (Luk. 10:3). Sekalipun demikian gereja tidak harus
menyerah karena dia diutus menjadi saksi.
Dalam rangka menjadi saksi itulah gereja harus mempunyai visi dan misi. Visi gereja jelas
pada panggilannya untuk menjadi berkat dan membawa keinsafan akan dosa, kebenaran
dan penghakiman (Yohanes 16:8-11). Visi itu antara lain ialah terwujudnya kehidupan
damai sejahtera yang Allah sediakan bagi semua orang dan segala bangsa di bumi ini.
Penyempurnaan visi di masa depan itu, hanya bisa dilihat oleh iman. Oleh visi yang dilihat
oleh iman itu, gereja didorong kepada suatu misi. Maka dalam rangka visi itulah gereja
dipanggil, dipilih dan dikuduskan untuk menjalankan misi menjadi berkat bagi semua
orang. Dengan singkat dapat dikatakan misi gereja adalah melanjutkan misi Kristus (Yoh.
17:18).
Visi yang benar harus datang dari Allah sendiri, yang selain mengakibatkan misi, juga
memberi mandat antara lain: memelihara dan mengusahakan pengelolaan bumi ini dengan
87
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17
baik (Kejadian 2:15), memberitakan kabar baik (Euaggelion), kabar kesukaan atau
keselamatan, dan memberkati bangsa-bangsa. Itulah sebabnya maka gereja adalah bahtera
Kerajaan Allah yang hidupnya dan pelayanannya menggambarkan kasih, persaudaraan,
damai sejahtera secara nyata. Wujud Kerajaan Allah itu dibangun oleh Allah sendiri. Jadi
kalau terjadi kegagalan mewujudkan kasih, persaudaraan dan damai sejahtera itu, jangan
lalu merasa kecewa seakan-akan wujud itu kita yang bangun, padahal kita hanyalah alat
yang seringkali tidak setia (Markus 8:34)
Jadi jelaslah bahwa gereja sebagai lembaga/institusi tidak mungkin melaksanakan misi
seperti itu. Yang bisa mewujudkannya ialah orangnya. Itulah sebabnya maka gereja
bukanlah gedungnya, tetapi orangnya.
88
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-18
Sekilas
Ada seorang kaya, direktur sebuah Bank memberikan hadiah kepada seorang sopir
pribadinya dalam jumlah uang yang cukup besar. Ia memberikannya dalam bentuk
selembar cek sambil berpesan, “jika kamu bermaksud mengambilnya belilah sebuah
meterai lalu tempelkan pada cek ini sebelum saya manandatanganinya.” Mungkin karena
kegembiraan yang berlebihan, maka pada saat ia kembali ke rumahnya ia langsung singgah
di Bank dan bermaksud mencairkan cek tersebut. Tetapi karena belum bermeterai dan
belum dibubuhi tandatangan, pelayan Bank tidak dapat mencairkan cek tersebut. Tentu saja
uang itu tetap merupakan miliknya, tetapi orang lain tidak akan tahu bahwa itu uangnya
selama cek tersebut belum dicairkan. Percakapkanlah, apa yang anda dapat simak dari
ceritera tersebut?
Yesus Dibaptis?
Bacalah Mat. 3:2. Ayat ini menyatakan bahwa Baptisan Yohanes adalah baptisan tobat.
Artinya, baptisan ini dilayankan kepada mereka yang menerima seruan tobat
(meninggalkan dosa). Percakapkanlah dalam kelompok, mengapa Yesus menerima baptisan
Yohanes, padahal Ia tidak berdosa.
89
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-18
Kor. 12:13 Berdasarkan ayat ini kita diingatkan bahwa baptisan menyatakan kepada
kita bahwa Roh dikaruniakan untuk mempersatukan kita sebagai tubuh
Kristus. Karena itu menurut saya:
d. a dan b benar
UNTUK GURU
Deskripsi
Pertemuan ke-18 ini merupakan pertemuan kedua yang membahas mengenai Gereja.
Setelah memahami apakah Gereja dalam arti sesungguhnya, khususnya dengan memahami
91
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-18
hakekatnya, visi dan misinya, maka bagian ini diharapkan menolong peserta memahami
keanggotaannya: bagaimana ia menjadi anggota gereja. Disini menjadi penting untuk
mendorong proses belajar yang menuntun peserta mengambil keputusan dengan sadar
untuk menjadi anggota gereja. Jika mereka telah menerima baptisan anak-anak, maka
proses belajar ini akan memperkokoh kesadaran mereka mengenai keanggotaannya, bahwa
ia benar-benar telah menjadi warga Kerjaaan Allah, sebagaimana dimeteraikan oleh
Baptisan Kudus.
Catatan Pemahaman
Jika peserta tidak menemukan apa yang dicari dalam ceritera fiksi (sekilas), maka guru
dapat menjelaskan makna ceritera tersebut sebagai berikut:
- pentingnya tanda (manusia membutuhkan tanda yang kelihatan atau terjangkau oleh
indranya)
- Menjelaskan juga bahwa yang lebih penting adalah apa yang ditandakan, apa isi
dari cek itu. Dalam ceritera di atas yang utama dan penting adalah kepemilikan
uang. Uang itu sudah merupakan miliknya karena sudah diberikan kepadanya, tetapi
tanpa tanda/meterai dan tanda tangan dari pemberi cek, orang lain tidak akan tahu
bahwa uang itu miliknya.
- Jika uang tidak dicairkan karena meterai belum ada, maka orang itu juga belum
dapat menikmati dengan sungguh arti uang itu atau pemberian tuannya itu. Juga,
selama uang itu belum cair, maka selama itu ia juga tidak bertanggungjawab atas
penggunaannya.
Jika murid tidak menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan mengenai baptisan atas diri
Yesus, maka guru menjelaskan bahwa Tuhan Yesus dibaptis bukan karena Ia berdosa,
melainkan supaya nyata bahwa Ia akan mengalami semua yang disimbolkan dengan
baptisan yaitu kematian dan kebangkitan.
92
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19
Tugas pertama:
1. Pernahkah anda merenungkan tentang perbedaan dan kesamaannya? Sekarang,
cobalah bandingkanlah suasana makan bersama yang terjadi di warung dengan
makan bersama yang dilakukan atas undangan seseorang pada suatu pesta. Apakah
yang berbeda?
2. Menurut anda, apakah Perjamuan Kudus yang dilakukan oleh gereja terjadi karena
undangan. Jika anda mengiakan, lalu siapakah yang mengundang?
Tugas kedua
93
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19
Diskusikanlah dalam kelompok besar kasus berikut ini: seorang yang sedang sakit sangat
ingin mengikuti perjamuan kudus karena ia beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya
merupakan akibat dari kesalahan tertentu yang telah dilakukannya. Dalam hati kecilnya ada
keyakinan bahwa dengan minum anggur dan makan roti Perjamuan Kudus, ia akan menjadi
sembuh. Bagaimana pendapat anda tentang pandangan demikian?
Amatilah gambar berikut ini dan bacalah 1 Tes. 5:13 . Apakah komentar anda tentang gambar
tersebut?
Tugas Lanjutan
Baca kembali 1 Kor. 11:23-25; bandingkan juga dengan Kel. 24:6-8. Baca juga Mat.
18:2,3; 19:14. Bagaimana pendapat anda sehubungan kebiasaan Gereja Toraja yang hanya
melayankan perjamuan Kudus untuk warga jemaat dewasa. Diskusikan pendapat anda
bersama orang tua di rumah, atau dengan siapa saja yang anda pilih.
94
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19
UNTUK GURU
Deskripsi
Pada pertemuan ini perhatian masih berpusat pada tradisi Gereja yang sangat alkitabiah,
sebagaimana halnya Babtisan Kudus. Penekanannya ialah bahwa Yesus sendiri yang
mengamanatkannya, tetapi tradisi ini akan kehilangan maknanya jika tidak dipahami dan
dihayati dengan benar. Untuk itu sangat perlu setiap anggota gereja memiliki pemahaman
yang tepat serta penghayatan yang mendalam mengenai tradisi ini.
Tujuan
1. Menuntun peserta pada pemahaman dan kesadaran bahwa Perjamuan Kudus
terutama dimaksudkan untuk menjadikan pendamaian Allah, yang dinyatakan
melalui pengorbanan Kristus, sebagai pengalaman nyata dalam hidup bersekutu.
2. Mendorong tumbuhnya kesadaran bahwa gambaran hidup damai dan sejahtera yang
dijanjikan Tuhan kepada setiap orang percaya, sebagaimana dirayakan dan dialami
dalam perjamuan kudus, mestinya menjasi nyata juga dalam kehidupan sehari-hari.
Tugas kedua
Untuk tugas kedua minta peserta mendiskusikan dalam kelompok (4-6 orang) empat
pertanyaan yang saling terkait setelah membaca beberapa bagian Alkitab yang diminta.
Tugas ketiga
Studi kasus ini penting untuk memperjelas makna Perjamuan Kudus yang sebenarnya.
Tugas lanjutan
Minta peserta untuk dengan sukarela mengerjakan tugas ini. Ini juga dimaksudkan untuk
mebiasakan peserta berdiskusi tentang Firman Allah bukan hanya pada kegaitan katekisasi,
melainkan kapan dan dimanapun diskusi pemahaman iman Kristen bisa dilakukan.
Pemahaman
Jika murid tidak dapat atau kurang mampu menemukan sendiri makna Perjamuan Kudus
melalui tugas-tugas yang diberikan, maka guru dapat memberi penjelasan seperlunya
dengan menekankan:
a. Melalui Perjamuan Kudus orang percaya selalu diingatkan bahwa dasar keberadaan
mereka sebagai anak Allah atau warga Kerajaan Allah adalah pengorbanan Kristus
yang dilambangkan dengan roti (tubuhNya) dan anggur (darahNya). Dalam hal ini, kata
kunci pertama ialah mengingat, yaitu mengingat pengorbanan tubuh Kristus melalui
tanda yang kelihatan dan dirasakan secara jasmani (I Kor. 11:23-25)
b. Dalam kaitan dengan tanda roti dan anggur, perlu dijelaskan bahwa Allah sendiri, di
dalam Yesus Kristus, berkenan memberi diriNya dialami secara rohaniah melalui
lambang-lambang yang bersifat jasmani (makan roti dan minum anggur). Dalam kasus
ini Tuhan memahami keadaan manusia sebagai mahlukNya yang membutuhkan
tandatanda kelihatan untuk memahami dan menghayati hal-hal yang bermakna dalam.
Pemahaman ini di dasarkan pada kesaksian Alkitab, bahwa Yesus sendiri yang
melakukannya dan mengamanatkannya untuk dilakukan sebagai bayangan dari suasana
hidup dalam Kerajaan Allah (Mat. 26:26-29, I Kor. 11:23-25)
c. Perdamaian Allah dengan manusia yang dinyatakan melalui perjamuan kudus, bukan
hanya kata-kata yang diberitakan, tetapi mesti menjadi pengalaman nyata dalam hidup
bersama (persekutuan). Maka, dalam perjamuan kuduslah menjadi nyata secara lebih
lengkap suasana perdamaian. Bandingkan falsafah orang Toraja mengenai makan dan
minum. Makan dan minum bersama merupakan wujud paling konkrit dari sebuah
perdamaian. Misalnya, pada saat orang Toraja mengadakan upacara pendamaian selalu
96
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19
ada hewan yang dipotong. Hewan itu selain merupakan kurban pendamaian, juga
menjadi makanan bersama. Untuk pendamaaian Allah dan manusia tidak ada satupun
kurban yang pantas selain pengurbanan Yesus sendiri.
d. Perjamuan Kudus juga mengingatkan setiap orang yang terlibat di dalamnya mengenai
perjanjian baru yang dimeteraikan dengan darahNya seperti dinyatakan secara simbolis
dalam anggur. Keterlibatan dalam PK merupakan bukti nyata adanya sukacita dan
keinginan untuk hidup berdasarkan perjanjian baru, dan sekaligus merupakan salah satu
bentuk kesaksian mengenai keselamatan di dalam Kristus (I Kor. 11:23-25).
e. Implikasi dari pemaknaan perjamuan seperti di atas adalah bahwa hidup orang Kristen
mesti selalu mencerminkan kedamaian yang ditopang dengan sikap saling mengampuni.
Dalam hal ini “mengingat” pengorbanan Kristus sekaligus merupakan dorongan untuk
melakukan yang diamanatkannya (berdamai dengan semua orang).
97
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-20
◊ Apa yang anda pahami mengenai ibadah? Apakah pemahaman anda cocok dengan yang
diungkapkan dalam lagu PKJ 264?
◊ Bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan, “bahwa ibadah yang sejati adalah
menyembah Allah dalam seluruh hidup?” Lihat Yoh 4:21-23, Rom 12:1-2.
◊ Lalu bagaimana pula pendapat anda mengenai orang yang rajin ikut ibadah-ibadah gereja
(kebaktian-kebaktian) tetapi sikap dan kelakuannya di luar ibadah sangat tidak terpuji,
bertentangan dengan kesucian ibadahnya?
Mengapa beribadah?
Bacalah ceritera berikut ini, lalu diskusikan pertanyaan-pertanyaan yang menyusulnya!
Suatu hari seorang Pendeta menegur salah seorang warga jemaatnya yang sudah lama
sekali tidak mengikuti kebaktian hari Minggu. Memang Pendetanya agak heran karena
orang ini sebelumnya adalah seorang Penatua yang cukup aktif. Entah apa dan
mengapa ia kemudian tidak lagi aktif dalam kegiatan gereja. Pendeta tersentak kaget
karena sapaannya segera dibalas dengan mengatakan, “Ah.. Pak Pendeta, biar kami
tidak ikut kebaktian di gereja, yang penting kami tetap beriman dan tidak berlaku
jahat.” Beberapa hari kemudian sang Pendeta berkunjung ke rumah orang ini. Kali ini
responnya lain. Dengan penuh keterbukaan ia menceriterakan sebab-musabab ia tidak
aktif lagi, antara lain karena ia merasa tidak dihargai dan karena salah seorang dari
Majelis Gereja dicurigai sebagai biang keladi dari ketidakterpilihannya lagi menjadi
Penatua.
1. Bagaimana komentar anda terhadap sikap warga jemaat yang diceriterakan di atas?
2. Menurut anda bagaimanakah pemahaman warga jemaat seperti itu mengenai ibadah?
Sebutkan beberapa bagian Alkitab yang mendukung pendapat saudara!
98
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-20
Anda tentu punya banyak pengalaman mengenai ibadah. Untuk memperoleh gambaran mengenai
pengalaman dan sikap anda tentang ibadah, kerjakanlah beberapa soal berikut:
A Gelisah
B Menyesal
C Biasa-biasa saja
3 Bagaimana perasaan anda kalau ikut kebaktian?
A Senang
B Kadang jenuh
C Biasa-biasa saja
D Terbeban
4 Apakah keaktifan mengikuti ibadah-ibadah jemaat mendorong anda melakukan yang baik?
A Ya
B Tidak
Apakah keaktifan mengikuti ibadah-ibadah jemaat membuat anda merasa dekat
dengan 5 Tuhan?
A Ya
B Kadang-kadang
UNTUK GURU
Deskripsi
Cukup banyak orang Kristen yang melihat agama sebagai urusan pribadi saja. Karena itu muncul
kecenderungan memisahkan antara ibadah-ibadah dalam jemaat dengan kehidupan nyata seharihari.
Bahan ini bermaksud menolong peserta katekisasi untuk membangun kesadaran dan sikap yang
benar tentang ibadah.
99
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-20
Tujuan
1. Melalui kegiatan pembelajaran ini katekisan diharapkan tertolong untuk memahami dan
menyadari bahwa sesungguhnya ibadah yang berpusat pada Yesus Kristus itu tidak terbatas
oleh waktu dan tempat, dan bahwa ibadah yang ditata dalam Gereja Toraja selalu
diupayakan agar kontekstual.
2. Mendorong pesertta untuk menanamkan kecintaan pada kegiatan-kegiatan ibadah sebagai
wujud nyata kesediaan membaktikan hidupnya bagi Tuhan dalam seluruh keberadaannya.
Pemahaman
Kita sudah biasa mendengar pemahaman yang berkembang mengenai hakekat gereja, bahwa gereja
lebih ditekankan pada kekudusan gedungnya, demikian pula dengan ibadah. Pemahaman yang lebih
berkembang ialah bahwa ibadah itu hanya terjadi dalam apa yang disebut
“kebaktian” (ibadah) yang ditata melalui liturgi-liturgi tertentu. Akibat dari pemahaman itu ialah
pengkotak-kotakan kehidupan, yaitu ada kehidupan beribadah yang kudus (di tempat
kebaktian( dan ada kehidupan di luar ibadah. Pemahaman itulah yang sebenarnya melatarbelakangi
ibadah umat Allah dalam PL.
Dalam PL, dalam kehidupan orang yahudi dikenal Bait Suci sebagai pusat peribadahan (tempat
beribadah kepada Allah( yang terdapat di Yerusalem. Tetapi sejak Yesus mengatakan kepada
perempuan samari:”kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di
Yerusalem, tetapi saatnya sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa
dalam Roh dan kebenaran (Yoh.4:21-24)”, maka sejka itu pemahaman dasar mengenai ibadah telah
berubah, yaitu bahwa ibadah tidak lagi dibatasi oelh tempat dan waktu.
Dengan demikian, pusat ibadah Kristen adalah Yesus Kristus. Dialah Imam besar di dalam kemah
sejati yang didirikan oleh Tuhan (Ibr.8:2) yaitu “Gereja-Nya” (dalam pengertian bahwa gereja
bukanlah gedungnya melainkan orangnya). Dasarnya ialah karena Yesus Kristus telah
menghapuskan yang pertama untuk menegakkan yang kedua (Ibr. 10:9,10).
Istilah ibadah dalam arti “kebaktian” untuk pertama kali kita temukan dalam PB dengan istilah
“leitourgei” yaitu dalam Kis.13:2. Leitourgein dalam arti “pelayan Kristus” kita temukan dalam
Roma 15:16. Tetapi juga ada yang berarti pelayanan/sumbangan/pemberian untuk saudarasaudara
di tempat lain (Roma 15:27; 2Kor. 9:12). Dalam Roma 13:6 berarti pelayan Allah. Dalam Filipi
2:25,30 berarti pelayan biasa untuk/terhadap sesama.
100
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-20
Jadi bisa disimpulkan bahwa menurut PB, ibadah dalam arti kebaktian dengan istilah leitourgein
adalah pelayanan kepada Allah dan sesama. Di dalam ibadah itu didemonstrasikan indahnya
hubungan dengan Allah dan dengan sesama. Oleh karena itu seluruh hidup kita adalah ibadah,
maka mestinya seluruh hidup adalah untuk melayani Allah dan sesama. Itulah ibadah yang sejati.
101
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuanke-21
Berdoa adalah pengalaman biasa bagi setiap orang Kristen, meskipun tidak semua orang pernah
memimpin doa atau melakukan doa seperti yang biasa dipahami yaitu: lipat tangan, tutup mata,
duduk atau beridiri dengan sopan lalu mengucapkan kata-kata doa. Sekedar untuk merenungkan
kembali bagaimana kebiasaan anda berdoa dan bagimana pemahaman anda sekarang mengenai doa,
maka ada baiknya untuk memulai pertemuan ini dengan membagi pengalaman dan pemahaman.
Untuk itu katakanlah dengan singkat pendapat anda atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
102
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuanke-21
a. Renunglah sejenak, apa yang telah anda percakapkan. Setelah itu tulislah dalam satu
kalimat atau ungkapan, apa yang anda ingin katakan tentang doa bagi orang Kristen.
b. Orang sering mengatakan, “doa adalah nafas hidup orang beriman.” Apa pendapat anda
tentang ungkapan tersebut.
Tugas Lanjutan
Buatlah daftar masalah-masalah/kesulitan yang anda sering alami dalam berdoa dan
coba diskusikan dengan orangtua atau Majelis Gereja, apakah mereka mengalami
hal yang sama. Percakapkanlah bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan itu.
103
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuanke-21
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan mengenai doa (pertemuan ke21- dan ke-22) sebenarnya dirancang dalam satu keutuhan.
Hanya karena pertimbangkan waktu, maka bahan ini dipelajari dalam dua kali peretemuan. Pada
pertemuan ke-21 prosesnya lebih diarahkan pada upaya mendampingi peserta untuk memperjelas
pemahaman dan memperdalam penghayatannya tentang doa bagi orang Kristen. Pada pertemuan ke-
22 bahan lebih dimaksudkan untuk membantu peserta membangun kesadaran mengenai pentingnya
kita terus belajar berdoa, mengikuti teladan Yesus. Pertemuan ke-22 lebih difokuskan pada upaya
memahami “Doa Bapa Kami” dan bagaimana menerapkan pemahaman atas Doa Bapa Kami dalam
kehidupan berdoa orang Kristen.
Tujuan:
1. Menuntun peserta untuk membangun pemahaman dan kesadaran mengenai hakekat dan
pentingnya doa.
2. Menuntun peserta untuk mengenali sikap yang benar dalam berdoa, dan mendorong mereka
untuk mengembangkan kebiasaan berdoa sebagai nafas iman (spiritualitas).
2. Tahap kedua adalah untuk menelaah isi Alkitab tentang hakekat (pengertian hakiki) dan
pentingnya doa bagi orang Kristen. Untuk tahap ini, khususnya pertanyaan kedua dan ketiga
peserta perlu dibagi ke dalam kelompok kecil (4 - 6 orang). Untuk pertanyaan pertama mintalah
mereka mempercakapkannya dengan teman di samping saja, setelah itu mereka masing-masing
membuat daftar sikap yang benar dan sikap yang salah dalam berdoa.
104
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuanke-21
3. Tahap ketiga sebenarnya mengajak peserta untuk membuat semacam kesimpulan yang sekaligus
merupakan komitmen mereka tentang doa. Mintalah mereka memilih salah satu saja dari tugas
yang ditawarkan.
4. Tugas lanjutan merupakan dorongan bagi peserta untuk meneruskan secara sukarela bergumul
tentang doa.
Pemahaman
Khusus untuk bagian mengenai hakekat doa (pertanyaan pertama pada tahap kedua) guru dapat
memberi tambahan penjelasan bila dirasa perlu dengan menekankan: Doa berarti menghidupkan
hubungan dengan Allah melalui komunikasi yang jujur dan apa adanya. Karena itu di dalam doa kita
menyampaikan apa saja. Doa Abraham, Elia dan Yesus merupakan contoh yang sangat jelas tentang
hal ini. Jadi doa, bukan pertama-tama permintaan untuk hal-hal yang kita butuhkan, tetapi doa pada
hakekatnya adalah berhubungan dengan Allah, menyampaikan secara terbuka keberadaan kita,
suasana hati kita, pergumulan-pergumulan kita. Karena itu terkabulnya doa tidak bisa dilihat pada
hasil-hasil konkrit dari permintaan-permintaan kita. Doa dilakukan bukan karena
keinginankeinginan duniawi, tetapi dilakukan karena iman, karena kita percaya bahwa Allah
mendengar dan menjawab doa-doa kita.
105
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-22
1. Yang paling sering dan paling banyak kukatakan dalam doa adalah:
a. Pujian kepada Tuhan
b. Ucapan syukur
c. Permintaan-permintaan atas berbagai kebutuhan
d. Pengakuan dosa
e. Minta pengampunan
3. Bagaimana kamu mengetahui atau merasakan bahwa doa membawa manfaat bagi kehidupanmu?
a. Setelah aku berdoa aku merasa aman, tenang dan bersemangat untuk meneruskan
perjalanan hidupku
b. Kalau aku merasa permintaan-permintaanku dipenuhi oleh Tuhan
c. Kalau aku berdoa aku sungguh merasa dekat dengan Tuhan
d. Kalau doa yang kulakukan mendorong aku melakukan yang baik
e. a dan b benar
f. a, c dan d benar
106
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-22
☺ Bagaimana kesan/pandangan saudara tentang Doa Bapa Kami yang hanya dipakai untuk
mengakhiri Doa syafaat?
a). Menulis sebuah Doa Syafaat dengan mengikuti Struktur Doa Bapa kami.
b). Menulis unsur-unsur Doa Bapa kami dalam bentuk populer.
UNTUK GURU
Deskripsi
Setelah murid memahami hal doa yang benar, maka mereka selanjutnya diharapkan terdorong
untuk mengembangkan kebiasaan berdoa sebagai nafas rohani mereka. Untuk maksud itu mereka
perlu dibantu untuk bersama-sama belajar berdoa secara aktual, apa adanya serta sesuai dengan doa
yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Tujuan
1. Mengajak peserta untuk bercermin diri melihat kebiasan-kebiasaan berdoanya, dan
menggumulinya dalam terang doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
2. Mendorong peserta untuk belajar dan berlatih berdoa, antara lain dengan membuat sebuah doa
syafaat.
Pemahaman
1. Struktur Doa Bapa Kami
Doa Bapa Kami terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
107
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-22
108
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-23
Berbagi pengalaman
Minggu lalu kita mendapat tugas untuk mengunjungi
salah satu gereja (yang bukan Gereja Toraja) pada
ibadah hari Minggu dan menulis pengalaman dan
pengamatan kita mengenai dua pokok utama: (1) Apa
yang sama dengan Gereja Toraja (misalnya dalam hal
liturgi, lagu/nyanyian, cara berdoa, dll). (2) Apa yang
berbeda. Sekarang ceriterakanlah pengalaman dan hasil
pengamatan anda! Setelah itu, diskusikanlah dua soal berikut:
1. Apakah anda bisa merasakan persekutuan dengan Tuhan dan persekutuan dengan sesama
yang hadir dalam kebaktian yang anda ikuti di gereja lain?
2. Apakah anda merasa ada yang menghalangi kita untuk bersekutu dengan saudara seiman
dari gereja lain? Kalau ada, apa itu? Bisakah ganjalan itu diatasi?
Realisasinya mana…..?
Mungkin selama ini kita kurang memberi perhatian pada masalah keesaan gereja karena kita
masing-masing sibuk dengan urusan gereja kita masing-masing. Mungkin kita juga pernah
mengalami masalah dengan gereja-gereja lain. Dan barangkali anda pernah mendengar ungkapan
sinis yang mengatakan, “para gembalapun berebut domba.”
Apakah menurut anda doa Tuhan Yesus tentang keesaan Gereja sudah dihayati dan
menjadi nyata dalam kehidupan bersama gereja-gereja yang ada di sekitar anda. Kalau
sudah, dalam bentuk apa keesaan itu sudah nyata? Kalau belum, apa kendalanya?
109
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-23
Seorang pemuda Gereja Toraja memutuskan untuk menikah dengan seorang pemudi yang
berasal dari Gereja Katolik. Mereka sudah lama berpacaran, dan niat nikahnya sudah
dipertimbangkan bersama secara matang. Mereka berdua juga tidak mempersoalkan tempat
pelaksanaan pemberkatan nikah. Bagi mereka Gereja Toraja dan Gereja Katolik sama-sama
gereja Kristus, Pastor atau Pendeta keduanya adalah hambah Kristus. Yang pasti mereka juga
sepakat untuk tetap menjadi anggota gerejanya masing-masing. Istilah mereka, “tetap satu
satu,” yang penting hidup damai bersama Kristus.
Masalah muncul ketika orangtua mereka sama-sama bertahan, mempertahankan tradisi
Gerejanya masing-masing. Kedua pihak menuntut supaya pemberkatan nikah dilaksanakan di
gereja asalnya. Masalahnya menjadi lebih runyam ketika ayah si laki-laki sempat mengatakan,
“sebagai anggota Majelis saya malu kalau anak saya menerima pemberkatan nikah di gereja
lain.” Sebaliknya ayah sang perempuan mengatakan, “sebagai tokoh Gereja Katolik saya juga
malu kalau anak saya harus diberkati di gereja lain, apalagi bagi kami nikah adalah sakramen.”
1. Apa komentar anda terhap sikap dari tokoh-tokoh yang ada dalam ceritera di atas?
Perempuan dan
lakilaki yang hendak
menikah
Orangtua laki-laki
Orangtua perempuan
2. Seandainya anda dimintai pertimbangan untuk menangani masalah tersebut, apa yang akan anda
usulkan? Catat beberapa ayat Alkitab yang mendukung usul anda!
UNTUK GURU
Deskripsi
Hal oikumene mungkin bukan topik yang menarik, oleh karena selama ini gereja-gereja memang
cenderung sibuk sendiri. Tetapi sangat penting untuk mengajak setiap warga gereja menyadari
bahwa soal ini penting digumuli oleh karena ternyata bagi dunia luar kehadiran gereja dengan
banyak denominasi sering menjadi batu sandungan. Bukan hanya itu, di antara gereja-gereja sendiri
110
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-23
memang sering juga muncul masalah yang mestinya tidak perlu terjadi. Bahan ini disediakan untuk
menolong katekisan menyadari betapa pentingnya mewujudkan keesaan gereja di tengah dunia yang
selalu diancam perpecahan ini.
Tujuan
1. Menolong peserta untuk bersama-sama membangun kesadaran oikumenis dalam dirinya
sendiri dan dalam kehidupan bergereja.
2. Mengajak peserta untuk berlatih mengembangkan sikap-sikap yang positif dan Alkitabiah
dalam menghadapi kenyataan bahwa gereja yang esa itu ternyata hadir di berbagai tempat
dengan cara dan tradisi yang berbeda-beda.
Pemahaman
Oikumene (bhs Yunani) yang artinya dunia (oikos=rumah) yang didiami. Ia telah menjadi istilah
khas gerejawi dalam rangka upaya gereja-gereja mengembangkan keesaannya di dunia ini, bahwa
sesungguhnya semua umat kristen di dunia adalah satu tubuh, dan Yesus Kristus adalah kepalanya.
Oikumene sebagai suatu gerakan keesaan akan terus dikumandangkan oleh gereja-gereja sambil
menyadari bahwa dalam perspektif global secara umum kita melihat adanya spektrum
(perkembangan pemikiran) teologi dengan posisi-posisi yang kadang-kadang sulit terjembatani satu
dengan yang lain. Tambahan pula, telah berbagai cara pandang tentang oikos (dunia) ciptaan Tuhan
yang kita huni bersama ini. Namun tujuan gerakan oikumene bukanlah untuk mematikan
kepelbagaian tetapi justru menghidupkannya.
Kenyataan bahwa memang kepelbagaian posisi teologi itu (secara garis besar: Konservatif -
Moderat - Progressif) telah menyebabkan adanya banyak gereja. Tetapi kepelbagaian itu haruslah
diterima sebagai karunia Tuhan, sebagaimana tubuh yang satu memiliki banyak anggota yang
mempunyai karunia berbeda-beda. Oleh karena itu hal terpenting dalam gerakan oikumene ialah
“kebersama-samaan.” Kebersama-samaan itu bertolak dari pengakuan bahwa “Yesus Kristus itulah
Tuhan dan Juruselamat.” (Lihat Mukadimah Pengakuan Gereja Toraja). Pengakuan itu
menunjukkan bahwa kita tidak perlu memandang seseorang dari gereja mana. Hanya dengan
demikian maka kepelbagaian karunia itu bisa berkembang dan dinikmati bersama sebagai satu tubuh
Kristus. Perdebatan dogmatis, mengapa dia kiri, mengapa kanan, barangkali merupakan keadaan
yang bisa disebut sebagai kesia-siaan.
Keesaan gereja bukanlah menurut pola dunia, melainkan seperti doa Tuhan Yesus, “supaya mereka
semua menjadi satu sama seperti ….,” seperti keesaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Yohanes
17:21-22). Oleh karena itu keesaan gereja bukanlah kesatuan yang seragam, yang mematikan
individualitas dan keunikan. Keesaan gereja adalah keesaan yang majemuk, yang memberi ruang
kebebasan dan kehidupan pada semua makhluk. Jadi dasarnya ialah persekutuan kasih (Yoh 13:34,
35). Oleh karena itu gereja adalah keluarga dan kawan sekerja Allah (Ef 2:19, 1
Kori 3:9a) yang dituntut hidup dalam kasih, sehati sepikir, dalam satu tujuan, dengan tidak mencari
kepentingan sendiri melainkan selalu berbuat untuk kepentingan orang lain juga ... (Fil 2:1-4).
Kristus menghendaki keesaan seperti dalam Efesus 4:3.
Gereja tidak mengenal pembeda-bedaan maupun pembatasan-pembatasan menurut kaidahkaidah
dunia ini (Galatia 3:28; 1 Korintus 11:7-12; Wahyu 7:9). Oleh karena itu sikap yang mestinya
dikembangkan ialah saling menerima, saling mengakui, dan saling menopang diantara gereja-gereja.
Salah satu gereja yang ada dalam gerakan oikumene itu ialah Gereja Toraja yang lahir pada tanggal
25 Maret 1947. Gereja Toraja adalah anggota PGIW (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia –
111
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-23
Wilayah di mana jemaatnya hadir), PGI (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia). Gereja Toraja
juga menjadi anggota dari CCA (Christian Conference of Asia), WCC (World Council of
Churches), juga anggota WARC (World Alliance of Reformed Churches), dan REC (Reformed
Ecumenical Council). Gereja Toraja sendiri terus mengembangkan sikap inklusif dalam rangka
melakukan kontekstualisasi teologi.
112
BAB IV LINGKUNGAN
Gereja bukan untuk dirinya sendiri, melainkan ia hadir untuk lingkungan sekitarnya. Itulah
dasar keyakinan yang dikembangkan dalam enam sub topik pada bagian ini. Di sini peserta
diharapkan dapat menegmbangkan keterbukaan dan keprihatinannya pada masalah apapun
yang terjadi di lingkungannya. Sebab justru dalam hubungannyalah dengan kenyataan di
sekitarnya iman mereka akan menjadi aktual dan teruji. Di alam nyata itulah mereka dapat
mewujudkan misi penyelamatan Allah yang sesungguhnya.
Dalam bagian ini enam sub topik yang dipilih ditetapkan dengan mempertimbangkan
konteks nyata yang sedang dihadapi oleh peserta: masalah pandangan manusia terhadap
alam semesta, yang mempengaruhi sikap manusia di dunia ini, masalah lingkungan hidup
yang telah dirusakkan oleh manusia, masalah hubungan antarmanusia dari berbagai
latarbelakang yang sering menjadi sumber konflik, masalah pluralitas agama yang sering
tidak ditangani secara tepat, masalah pergaulan dalam masyarakat yang cenderung semakin
merusak martabat manusia, dan masalah politik.
Enam kali pertemuan (pertemuan ke-24 sampai pertemuan ke-29) akan menuntun peserta
untuk tiba pada kesdaran bahwa hanya dengan melibatkan diri secara kristiani dalam setiap
permasalahan yang muncul, maka misi gereja untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan
Allah akan semakin terwujud.
Pada pertemuan akhir dari bagian ini peserta perlu menjadi sadar bahwa perjalanan gereja
tidak selesai dan berhenti di dunia yang nyata sekarang ini. Kenyataan bahwa di dunia ini
orang Kristenpun masih mengalami penderitaan, dan bahwa di dunia ini yang baik dan yang
jahat masih tetap ada secara bersamaan, mestinya mengingatkan kita bahwa kesempurnaan
hidup memang masih harus dinantikan. Pemenuhan segala janji Allah masih berada di masa
depan. Hal inilah yang akan dibicarakan pada pertemuan ke-31.
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-24
Tugas
pertama: Memahami sudut pandang yang berbeda
terhadap alam
semesta
Ada berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya alam semesta ini. Salah satu
teori di antara teori-teori yang ada mengatakan bahwa sebelum planet-planet ( termasuk
bumi ) terbentuk maka alam semesta ini dipenuhi oleh gumpalan kabut yang berputar.
Karena perputaran yang sangat cepat sehingga dari gumpalan kabut tersebut terbentuk
gumpalan-gumpalan yang lebih kecil yang tetap berputar. Gumpalan-gumpalan itulah
yang kemudian terbentuk sebagai planet-planet yang kita kenal sampai sekarang ini.
Gumpalan yang tersisa itulah matahari.
Teori lain mengatakan bahwa mulanya bumi ini hanya sebesar bola pingpong, lalu
kemudian berputar dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga semakin lama
semakin membesar. Demikian juga, planet-planet lainnya mengalami proses yang sama
hingga terbentuk seperti yang sekarang ini.
Di samping teori tentang terjadinya alam raya ini dengan planet-planetnya, maka
tentang terjadinya makhluk hiduppun kita mengenal berbagai teori. Salah satu dari
teoriteori itu adalah teori Darwin. Darwin terkenal dengan teori evolusinya. Menurut
teori Darwin semua makhluk hidup yang ada sekarang ini pada awalnya tidak seperti
yang kita saksikan sekarang ini. Bentuk yang sekarang adalah hasil perkembangan yang
mengalami evolusi. Prose evolusi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama, ribuan
bahkan jutaan tahun. dan proses evolusi tersebut akan tetap berlangsung.
110
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-24
§ Apakah yang dicipatakan pada, hari pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam?
PERTAMA ....
KEDUA ....
H KETIGA ....
A TUHAN
R MENCIPTAKAN
I KEEMPAT ....
KELIMA ....
KEENAM ....
Bandingkanlah proses penciptaan menurut Alkitab dengan proses terjadinya alam raya ini menurut
ilmu pengetahuan. Manakah dari kedua proses itu yang menurut anda yang layak dipercaya ?
Diskusikanlah dalam kelompok kecil, kemudian dalam kelompok besar.
1. Bacalah Mz. 104:10-30. Setelah itu bayangkanlah saudara sedang berada di atas puncak
gunung dan melayangkan pandangan anda ke berbagai penjuru. Bayangkan juga diri anda
sedang menatap ke langit, kemudian memandang lagi ke sekeliling anda. Merenunglah sejenak
lalu ungkapkanlah dalam kata-kata apa yang anda ingin katakan tentang alam semesta. Tulislah
itu pada sehelai kertas.
2. Nyanyikanlah bersama-sama Kidung Jemaat 64:1
UNTUK GURU
111
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-24
Deskripsi
Topik mengenai alam semesta merupakan bahasan pertama dalam bagian mengenai
LINGKUNGAN. Dengan sengaja topik ini ditempatkan pada bagian pertama untuk mengajak
peserta mulai menatap keluar dengan membuka wawasannya mengenai konteks luas dari misi
pelayanan Gereja, yaitu alam semesta. Dunia dengan segala isinya, alam semesta ini mesti dipahami
dengan benar supaya kita menerima dan memperlakukannya dengan benar pula. Pemahaman yang
jelas dan tegas akan menentukan perilaku kita terhadap alam ini.
Tujuan
1. Membantu peserta untuk menemukan pemahaman yang jelas dan pasti mengenai hakekat dan
proses terjadinya alam semesta, sehingga mereka tidak bingung menghadapi munculnya
berbagai pendapat tentang proses terjadinya alam semesta.
2. Mendorong peserta untuk mengembangkan sikap positif sebagai orang Kristen terhadap alam
semesta sebagai ciptaan Tuhan.
Pemahaman
Diharapkan guru dapat mengarahkan katekisan untuk memahami bahwa :
1. Satu hari penciptaan tidak sama dengan dua puluh empat jam. Hari-hari yang disebutkan dalam
kisah penciptaan yang dikisahkan dalam kitab Kejadian adalah proses.
2. Kalau dalam ilmu pengetahuan dipahami bahwa proses terjadinya alam semesta itu berlangsung
selama beratus-ratus tahun bahkan berjuta-juta tahun maka itu tidak berarti bertentangan dengan
proses penciptaan yang dikisahkan dalam kitab suci. Mesti dipercaya bahwa proses terjadinya
alam semesta dengan segala isinya tidaklah terjadi dengan sendirinya ( secara alamiah ),
melainkan kuasa Allah-lah yang ada di balik proses tersebut.
112
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25
Di lingkungan kami ……
113
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25
Akibat masa bodoh Cermati dengan saksama ceritera komik berikut ini (“Masa Bodoh”) lalu
diskusikanlah dalam kelompok kecil (4-6 orang) tiga pertanyaan berikut:
Ceritera Komik ini dikutip dari Ceritera
buku “ yang Patut Diperhatikan: Saranan Pembangun
,” StudSikap
io
A.V Puskat, Laboratorium STFK. “PRADNYAWIRA,” Yogyakarta: 1987
114
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25
115
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25
UNTUK GURU
Pengantar
Untuk memulai pelajaran ini guru memberi pengantar singkat, seperti :
Di antara manusia dan alam sekitar ada kesaling bergantungan dan saling memberi manfaat.
Dalam banyak hal manusia bergantung kepada alam sekitarnya, demikian sebaliknya alam
bergantung kepada manusia. Banyak kebutuhan hidup manusia yang bersumber dari alam
sekitarnya dan sebaliknya kelestarian alam bergantung kepada cara manusia mengelolanya.
Namun demikian sadar atau tidak manusia sering mengelola/memperlakukan alam sekitarnya
dengan tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan rusaknya ekosistem.
Di samping pengelolaan yang tidak bertanggungjawab terhadap alam yang mengakibatkan
kerusakan, manusia juga berulah mencemari alam dengan berbagai limbah sehingga
keseimbangan ekosistem terganggu. Sampah bertebaran di mana-mana, limbah pabrik dibuang
116
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25
Diharapkan bahwa di akhir pelajaran ada komitmen dari setiap peserta untuk menjaga dan
melestarikan alam sekitar dengan kegiatan yang jelas yang dapat dilakukan dengan mudah,
tanpa biaya (sedikit biaya) yang manfaatnya nyata bagi kehidupan manusia.
117
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-26
2. Imam-Imam adalah kelompok pemimpin agama di Israel yang sangat penting dan berpengaruh.
Mereka mempunyai tugas yang penting dalam Bait Allah untuk
mempersembahkan korban, mendoakan umat serta memberikan berkat bagi umat Tuhan.
ImamImam di Israel berasal dari suku Lewi. Oleh karena itu, mereka (imam dan orang Lewi)
tidak diragukan lagi kesetiaannya dalam hal ajaran agama. Apakah semua imam dan orang Lewi
secara otomatis adalah orang baik. Dan apakah orang yang bukan tokoh agama dengan
sendirinya kurang baik? Mari kita baca Luk. 10:25-30.
118
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-26
1. Selama ini apa yang menjadi pertimbangan anda dalam memilih teman yang
disukai dan juga ataupun menghindari orang yang tidak disukai?
2. Dalam hal apa anda pernah menyakiti orang lain baik yang sifatnya nyata
( fisik) maupun yang tidak kelihatan (hati, jiwa)?
3. Jika selama ini ada orang lain yang disakiti atau dibenci, apa yang anda harus
lakukan sekarang terhadap orang itu?
119
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-26
UNTUK GURU
Deskripsi
Pelajaran minggu lalu memusatkan perhatian pada tanggungjawab manusia terhadap lingkungan
lebih luas dari kehidupan manusia, lingkungan alam. Pada pertemuan ini perhatian dipusatkan pada
konteks yang lebih dekat, yaitu tanggungjawab manusia terhadap sesamanya manusia.
Penekanannya ialah penghayatan makna kemanusiaan dan prakteknya dalam kehidupan nyata.
Tujuan
Setelah selesai Proses Pembelajaran, katekisan diharapkan dapat:
1. Memiliki pemahaman yang jelas untuk menyikapi adanya sekat-sekat yang seringkali menjadi
penghambat dalam hidup bersama dengan orang lain.
2. Terdorong membangun sikap dan kepribadian Kristiani yang solider dengan orang lain tanpa
membedakan latar belakangnya.
120
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-27
1. Kelompok I membaca dan mendiskusikan apakah yang dikatakan tentang agama dalam
Gal 4:8-9
2. Kelompok II membaca dan mendiskusikan apakah yang dikatakan tentang agama dalam
Mat. 6:1-5
3. Kelompok III membaca dan mendiskusikan apakah yang dikatakan tentang agama dalam 2
Tim. 3:1-6.
121
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-27
Untuk ketiga tugas di atas, masing-masing kelompok mencatat hasil diskusinya untuk disampaikan
dalam kelompok besar (seluruh peserta). Jika ada hal yang dianggap kurang jelas lanjutkanlah
diskusi dalam kelompok besar.
Dalam Alkitab kita bisa membaca cukup banyak keterangan yang membuktikan bahwa agama bisa
menjadi sumber perselisihan. Elia pernah membunuh 450 nabi Baal, lalu raja Ahab dan Izebel
berbalik mengancam untuk membunuh Elia (I Raj. 18:22, 40; 19:1-2). Yesus juga sering berselisih
paham dengan orang Yahudi dalam soal-soal tradisi agama Yahudi (ingat kembali materi pelajaran
ke-11, “Yesus dan Aturan-aturan Agama.”). Dalam Gereja mula-mula sering juga muncul
ketegangan antar orang Kristen asal Yahudi dan orang Kristen asal bukan Yahudi. Mereka
bertengkar mengenai tradisi-tradisi agama, seperti masalah sunat (Kis. 15:1 dan 2), masalah
pemimpin (1 Kor. 3:1-9).
Bacalah Kis. 25:19, kemudian diskusikanlah apa sebabnya konfilk antar agama
muncul? Apakah konflik yang muncul itu bisa menjadi alasan kelompok agama yang
satu menyerang yang lainnya?
1. Bagaimana perasaan anda jika bertemu dengan teman dari agama lain?
2. Apakah anda merasakan adanya perbedaan sikap dan rasa dalam diri anda ketika berjumpa
dengan teman yang beragama lain dan ketika anda berjumpa dengan teman yang seagama
dengan anda? Jika ada perbedaan, mengapa?
122
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-27
Menurut pendapat saudara sekarang, apa dasar yang seharusnya menjadi patokan dalam bergaul
dengan teman-teman dari agama lain?
UNTUK GURU
Deskripsi
Pada pertemuan ini realitas kemajemukan agama ditempatkan sebagai konteks nyata kehidupan
para katekisan. Kemajemukan sebagai sebuah fakta yang tak terelakkan mengajak semua pihak,
semua kelompok keagamaan untuk meninjau sikap keagamaannya terhadap kelompok agama lain.
Dengan materi ini proses pembelajaran diharapkan membantu peserta untuk membangun sikap
yang tepat terhadap realitas kemajemukan agama: kesetiaan seseorang pada panggilan agamanya
tidak akan menghambat dia untuk hidup damai dengan siapapun.
Tujuan
1. Menolong peserta katekisasi untuk menumbuhkan atau memperkokoh kesadarannya
mengenai realitas kemajemukan.
2. Mendorong peserta untuk membangun keberanian dan ketulusan serta rasa aman untuk
bergaul dengan semua orang, dari kelompok agama manapun.
124
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-28
Mat 5:46-47;
11:19
Yak 2:1-3, 9
Yoh 15:13-15
125
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-28
yang kita jalin dasarnya pasti kasih. Kalau dasarnya adalah kasih, apakah aturan masih perlu?
Kalau ya, mengapa?
2. Salah satu bentuk pergaulan di kalangan remaja/pemuda adalah pacaran. Diskusikan dengan
temanmu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan berpacaran. Dalam berpacaran mesti ada
batasan mengenai yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Setujukah anda dengan
pernyataan ini? Jika Ya dalam hal apa tidak boleh? Untuk menguatkan pendapat kalian,
carilah satu atau dua ayat dalam Alkitab yang mendukung sikap kalian.
Memperbaiki pergaulan
Ada beberapa tingkatan pergaulan. Secara umum dapat dibagi dalam dua kategori: (1) pergaulan
biasa, dan (2) pergaulan khusus. Pergaulan biasa atau umum adalah pergaulan yang terjadi tanpa
maksud khusus dan terjadi secara wajar saja dengan siapapun. Sedangkan pergaulan khusus terjadi
di kalangan terbatas dan mempunyai maksud-maksud khusus. Pergaulan khusus ini masih dapat
dibagi dalam beberapa macam. Ada pergaulan akrab (persahabatan), ada pergaulan antar jenis
kelamin yang bersifat khusus. Pergaulan antar jenis kelamin yang bersifat khusus ini masih dapat
dibagi dalam tiga tingkatan: (1) pacaran, (2) tunangan, dan (3) nikah.
Baik hubungan biasa maupun hubungan khusus keduanya bisa terancam rusak atau merusak pihak
yang berhubungan. Karena itu sangat penting setiap orang menyadari hal-hal yang dapat merusak,
dan memiliki kemauan untuk memperbaiki hubungan yang rusak. Untuk melatih diri melakukan hal
ini kerjakanlah dua tugas berikut:
1. Daftarkanlah beberapa hal yang anda anggap musuh pergaulan atau yang dapat merusak
hubungan-hubungan dalam pergaulan.
1.
4. 7.
2.
5. 8.
6. 9.
3.
2. Coba ingat kembali siapa yang pernah anda sakiti hatinya atau yang paling anda benci.
Menurut anda bagaimana anda bisa membangun kembali hubungan yang harmonis dengan
orang tersebut? Apa yang anda akan lakukan?
UNTUK GURU
126
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-28
Deskripsi
Pergaulan dengan teman-teman adalah konteks khusus bagi para katekisan sebagai remaja atau
pemuda yang sedang bertumbuh. Secara alamiah mereka berada pada fase yang cukup kritis. Masa
ini cukup menentukan, terutama dalam kaitan dengan kemampuan mereka untuk mengelola
dorongan-dorongan psikis dan biologis, dan lebih khusus lagi dorongan-dorongan seks. Bahan ini
dirancang untuk menolong mereka menemukan prinsip-prinsip pergaulan yang bertanggungjawab,
yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam
membina hubungan, baik hubungan biasa maupun hubungan khusus.
Tujuan
1. Lebih memahami dan menghayati cara pergaulan yang bertanggung jawab.
2. Menyadari pengaruh buruk dari kelompok-kelompok/geng di kalangan Remaja/Pemuda.
3. Memiliki sikap yang jelas berdasarkan ajaran Kristen dalam membangun hubungan dengan
teman-temannya, termasuk hubungan dengan lawan jenis
2. Tahap kedua adalah tahap penelaahan Alkitab. Ini boleh dilakukan secara sendiri-sendiri, boleh
juga dengan kerja kelompok. Diskusi boleh dilanjutkan dalam kelompok besar, dan guru
diharapkan dapat mencatat beberapa kesimpulan dari hasil diskusi ini.
3. Tahap ketiga sebenarnya memberi kesempatan kepada peserta untuk belajar menerapkan
Firman Tuhan dalam pergaulan nyata mereka, khususnya dalam hal batasan-batasan pergaulan.
Pokok bahasan di sini adalah sesuatu yang aktual, sehingga peserta mungkin akan
memperlihatkan sikap antusias dalam diskusi. Usahakan supaya tujuan pembelajaran ini tidak
terlalu meluas. Ingatkan peserta bahwa masih ada kesempatan lain untuk membicarakan halhal
yang lebih khusus. Ada baiknya guru menawarkan kesediaannya untuk menerima kedatangan
peserta katekisasi untuk menyampaikan masalahnya.
4. Tahap terakhir adalah tahap penerapan. Di sini peserta diajak untuk mengidentifikasi hal-hal
yang dapat merusak pergaulan mereka atau merusak mereka dalam pergaulan. Mereka juga
diberi kesempatan untuk memikirkan bagaimana memperbaiki hubungan-hubungan yang rusak.
Akhiri tahap ini dengan meminta mereka membacakan 1 Kor 15:33.
127
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29
Sekilas
Pernahkah anda mendengar seorang
memperlihatkan sikap alergi terhadap
politik? Memang ada orang yang seperti itu
karena ia melulu melihat politik sebagai
urusan dunia yang kotor. Tetapi
sebenarnya politik bukanlah sesuatu
yang kotor dengan sendirinya. Kata politik
berasal dari kata Yunani, polis yang berarti Untuk para
kota. Dari kata dasar inilah muncul kata politikus
politik yang berarti pengaturan polis atau juga!!
pengaturan kota untuk kepentingan
bersama. Kalau begitu, mengapa kata
politik sudah sering diartikan salah?
Bacalah Luk. 20:19-26. Setelah itu simak pengantar berikut ini dan diskusikan pertanyaan yang
menyusulnya.
Pemimpin Yahudi: imam-imam kepala dan ahli Taurat datang kepada Yesus sementara Yesus
mengajar dan memberitakan Injil di Bait Allah. Mereka terganggu oleh kehadiran Yesus. Mereka
berupaya menjerat Yesus agar Yesus dapat diserahkan kepada pihak yang berwajib. “Apakah kami
diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar?” Itulah pertanyaan yang diajukan untuk menjerat
Yesus. Tahukah anda, bahwa pada saat itu orang Yahudi sebenarnya ingin menghindari membayar
pajak. Sebab, selain jumlahnya cukup besar, dengan membayar pajak mereka juga selalu diingatkan
bahwa mereka sebenarnya bukanlah tuan atas diri mereka sendiri; mereka adalah orang jajahan.
Jika Yesus menjawab “ya” atas pertanyaan itu, rakyat akan memberontak terhadapnya. Jika
mengatakan tidak, Ia bisa diserahkan kepada pemerintah Romawi sebagai pembangkang. Ternyata
Yesus menjawab pertanyaan itu dengan sangat bijaksana. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan
itu, tetapi Yesus meminta mereka memperlihatkan uang logam dinar. Setelah Yesus mendengar
tanggapan mereka mengenai gambar yang ada pada uang logam itu, Yesus lalu mengatakan: “
Kalau begitu berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada
128
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29
Allah yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (ay. 25) Apa saja maksud yang terkandung
dalam pernyataan Yesus ini?
Pada zaman Gereja mula-mula orang Kristen banyak diperhadapkan dengan pilihan-pilihan sulit.
Bagaimana tidak sulit jika kaisar Romawi menuntut pelaksanaan ibadah kaisar untuk seluruh
rakyatnya. Untuk orang lain itu bukan masalah, tetapi untuk orang Kristen itu masalah paling
serius. Bukan hanya pemerintah Romawi yang jadi hambatan, tetapi pemerintahan agama
Yahudipun sering menjadi penghambat utama. Bagaimanakah tanggapan orang Kristen pada saat
itu? Bacalah Kisah Rasul 5:26-33, khususnya ayat 29. Apakah yang kalian pelajari dari bagian
Alkitab ini? Diskusikan dengan temanmu di samping.
Bacalah potongan artikel berikut ini dan diskusikanlah dalam kelompok (4-6 orang) dua pertanyaan
yang menyusulnya.
Pemimpin hak sipil Amerika, Marthen Luther King, dan Desmond Tutu, Uskup Agung Cape Town
di Afrika Selatan, keduanya menentang diskriminasi ras. Kedua orang ini menentang kebijaksanaan
pemerintah yang membeda-bedakan orang berdasarkan ras: warga kulit hitam adalah warga kelas
dua (budak) yang tidak memiliki hak yang sama dengan warga kulit putih. Di Afrika Selatan,
politik apartheid yaitu kebijakan membedakan orang kulit putih dan kulit hitam memang
ditegaskan dalam undang-undang. Kedua orang tersebut menentang kebijakan politik tersebut dan
menegaskan bahwa hukum yang tidak adil tidak perlu ditaati. Ternyata Dewan Gereja Sedunia
sepakat dengan
Desmond Tutu dan Dewan Gereja Afrika Selatan bahwa apartheid harus dihapuskan. Tutu
menunjukkan bahwa Allah yang memimpin bangsa Yahudi keluar dari Mesir, dari tempat
perbudakan, bukanlah Allah yang menginginkan umatNya meninggalkan politik.
129
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29
Para nabi dalam Perjanjian Lama sering menyerang peraturan pada zamannya yang menindas kaum
miskin atau mengabaikan tuntutan Tuhan.
Pertanyaan:
1. Bagaimana pendapat anda mengenai sikap Desmond Tutu dan Marthen Luther King? Apa
landasan alkitabiah dari sikap tersebut?
2. Lihat situasi masyarakat di sekitar anda, adakah praktek-praktek dalam masyarakat atau
kebijakan-kebijakan yang sebenarnya membeda-bedakan manusia menurut status sosialnya,
warna kulit atau kekuatan ekonominya? Kalau ada, bagaimana sikap Gereja atau sikap
Jemaat anda? Adakah orang Kristen seperti Desmond Tutu yang menanggapi hal tersebut?
® Carilah artikel di koran atau majalah yang berbicara mengenai masalah politik, lalu
artikel itu diberi tanggapan sebagai orang Kristen.
130
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29
UNTUK GURU
Deskripsi
Materi ini merupakan bagian akhir dari tema mengenai Lingkungan. Setelah lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan sosial keagamaan, maka yang terakhir adalah lingkungan sosial
politik. Dalam dunia manusia inilah lingkungan sosial yang paling luas. Tetapi waktu yang singkat
dan taraf perkembangan peserta tidak memungkinkan untuk membicarakan banyak hal tentang
politik di sini. Yang paling penting ialah peserta sebagai warga gereja dan warga negara sekaligus
bisa menyadari tanggungjawab mereka di tengah-tengah masayarakat (hidup bernegara). Jadi
beberapa hal yang bersifat mendasar akan didiskusikan di sini.
Tujuan
1. Menuntun peserta untuk memahami dan menyadari bahwa menurut kesaksian Alkitab
politik bukan sesuatu yang tabu. Malahan setiap orang mestinya menjadi pelaku politik
menurut posisinya masing-masing. Paling tidak setiap orang menyadari tugas dan
tanggungjawabnya sebagai warga negara
2. Peserta melatih diri membangun sikap yang tepat bertanggungjawab terhadap
terselenggaranya kehidupan politik yang sehat; menaati pemerintah sebagai wakil Allah,
tetapi juga bisa menentang kebijakan pemerintah yang tidak adil atau menolak kehendak
Allah.
Proses di kelas
Di dalam buku murid sudah ada beberapa penugasan dan sedikit petunjuk. Tetapi untuk pertemuan
ini guru sebaiknya lebih bebas menentukan proses dan metode yang digunakan. Sebagai catatan
saja:
1. Untuk tugas pertama, perlu ditegaskan bahwa bagi Yesus cara berpikir orang yang bertanya itu
keliru. Pertanyaan itu menempatkan Allah setara dengan kaisar/pemerintah. Bagi Yesus
pemerintah ada di bawah Allah. Kalau dipertentangkan, maka kita menempatkan Allah setara
dengan kaisar. Membayar pajak kepada kaisar tidak perlu dianggap sebagai penyangkalan
terhadap Allah.
2. Jika tugas kedua dikerjakan menurut petunjuk yang ada, maka setelah murid menulis pendapat
mereka, kumpulkan kertas kerja mereka dan bagi kembali secara acak kepada peserta. Biarkan
mereka membaca kertas kerja temannya. Lalu setelah itu mintalah satu atau dua orang
membacakan pekerjaan teman yang dipegangnya. Jika perlu diskusi, silahkan tetapi ingat
waktunya tidak banyak. Dalam diskusi guru dapat menegaskan bahwa Paulus tentu berbicara
mengenai pemerintah yang baik, adil dan jujur. Jadi Paulus tidak menganjurkan kita untuk taat
buta-buta kepada pemerintah (lihat Kolose 3:23)
3. Beri kebebasan kepada peserta untuk memilih satu di antara dua tugas lanjutan yang
disediakan.
131
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29
132
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-30
?
tetapi penderitaan juga dapat menghancurkan
seseorang.” Bagaimana pendapat anda
tentang pernyataan? Adakah pengalaman hidup anda
sendiri atau pengalaman orang lain yang anda lihat yang
membuktikan kebenaran pernyataan tersebut?
a. Mengapa orang Kristen rela mati syahid? Baca Roma 6:4, 8:38-39, 1 Pet.
1:3,4, Ibr 1:1-2
b. Mungkin kita gelisah menanti kedatanganNya, apalagi dalam dunia yang serba tidak
pasti, dunia yang penuh kejahatan, kesewenang-wenangan.
Mungkin juga kita bertanya, “mengapa orang Kristen masih menderita?”
Bacalah Mat. 24:36, 28:20, Mat. 16:27, Kis. 1:6,7, ……….Apakah yang
dijanjikan Kristus kepada anda?
133
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-30
(2) Ia yakin bahwa kekasihnya pasti kembali dengan sesuatu yang lebih baik
(3) Ia sadar bahwa kenikmatan yang dirasakan dari penyimpangan adalah sesaat, dan akan
berubah menjadi penyesalan serta bencana jika sang kekasih kembali
(4) Ia telah mengalami dan masih sedang mengalami kehadiran sang kekasih yang pergi jauh.
Ia bisa merasakan kehadiran kekasihnya dalam hati, melalui komunikasi, atau melalui
berbagai tanda yang ditinggalkan untuknya.
Dalam Perjanjian Baru ada bagian yang mengungkapkan secara simbolis keberadaan Yesus sebagai
mempelai laki-laki, sedangkan Jemaat atau Yerusalem Baru (simbol Kerajaan Allah) diumpamakan
sebagai mempelai perempuan. Misalnya Mat. 25:1-13, Wah. 21:2, 9; 22:17.
134
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-30
Tujuan:
1. Menolong peserta untuk memperjelas pemahamannya dan memperkokoh keyakinannya
bahwa oleh kematian dan kebangkitan Yesus, zaman baru (zaman akhir) telah dimulai dan
akan disempurnakan dalam kedatangannya yang kedua.
2. Mengajak peserta untuk meningkatkan latihan-latihan rohani yang dapat menghidupkan
kesetiaannya kepada Kristus, sehingga mereka tidak tergoncang oleh berbagai pengajaran
dan keadaan-keadaan dunia yang tidak pasti.
Catatan
1. Untuk memperkaya pemahaman guru yang akan mendukung proses ini, silahkan membaca
Pengakuan Gereja Toraja, Bab VIII, mengenai Zaman Akhir.
2. Ingatlah bahwa bagi orang Kristen, yang terpenting bukan soal waktu kedatangan Kristus,
melainkan bagaimana menjadi setia menanti kesempurnaan segala janjiNya. Sebab, zaman
akhir telah mulai ketika Kristus telah datang dan mengalahkan maut, mengalahkan segala
bentuk kejahatan. Zaman baru ini adalah zaman penantian yang di dalamnya Kerajaan Allah
sedang berlaku. Tugas orang Kristen adalah mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah itu.
135
Apakah Retreat itu?
“Retreat” berarti “mundur”. Maksudnya mundur dari kesibukan sehari-hari agar lebih peka
terhadap suara Tuhan Allah sendiri. Kita semua membutuhkan waktu dan kesempatan untuk retreat
yang sungguh-sungguh, tetapi jarang dilaksanakan. Kita berdoa, baca Firman, mengikuti ibadah,
dan lain-lain, tetapi jarang ada waktu untuk berdiam diri dan mendengarkan suara Tuhan berbicara
kepada hati kita secara pribadi.
Sudah berbulan-bulan kita mengikuti belajar bersama mengenai iman Kristen dan cara hidup yang
sesuai dengan kehendak Allah. Kita kini berada di ambang pintu menjadi orang dewasa di dalam
jemaat.
Retreat memberi kesempatan yang baik kepada kita untuk merenungkan Kasih Tuhan dan
panggilan Tuhan untuk menjadi murid Kristus.
Retreat Katekesasi juga menjadi kesempatan yang baik merayakan dan menikmati
persekutuan bersama. Oleh karena itu, dalam jadwal untuk retreat katekesasi disediakan juga waktu
untuk bermain, waktu untuk PA bersama, waktu untuk meditasi pribadi, dan waktu untuk
penyerahan diri. Sepanjang musim katekesasi guru harus peka terhadap keberadaan para peserta.
Lebih lagi waktu retreat. Ada yang baru sekarang menyadari kekerasan hati dan mau bertobat
menyerahkan hidup kepada Tuhan.
Tujuan retreat:
$ Merayakan bersama bahwa kita sudah tiba pada satu puncak setelah melalui suatu proses dan
perjalanan panjang.
136
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-31
2. Yang kedua, kita perlu menyepakati tempat pelaksanaan serta mempersiapkan bersama semua
yang diperlukan untuk kelancaran acara.
3. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan disiplin rohani yang tinggi. Sebaiknya seluruh
kegiatan retreat diatur secara utuh dan berkesinambungan.
2. Menelaah Alkitab
Apa yang menarik bagi anda?
Tema Penelaahan Alkitab kita sekarang adalah Ketuhanan Kristus. Tahukah kalian bahwa
hampir seperempat dari penduduk dunia, atau lebih dari 1 milyard orang, mengaku diri sebagai
orang Kristen. Pada zaman Yesus juga banyak orang berduyun-duyun mengikutiNya. Tetapi
Yesus mengingatkan mereka tentang harga yang harus dibayar kalau seorang mau menerima
137
dan mengikutiNya dengan sungguh-sungguh sebagai Tuhan. Pada mulanya, apa yang menarik
tentang diri Yesus untuk anda?
1. Ayat 25-27. Kata ‘membenci’ di sini berarti ‘menomorduakan.’ Orang Yahudi mamakai kata
‘membenci’ tersebut sebagai tekanan untuk suatu perbandingan. Hal-hal apa yang harus
‘dibenci’ kalau kita mengikut Kristus (ayat 26) ? Apakah artinya ?
2. Pada abad pertama ada kebiasaan yang sekarang tidak pernah lagi kita saksikan. Pada masa itu
seseorang yang memikul salib membawa salib itu untuk kematiannya sendiri. Kalau begitu,
apa maksud Yesus dalam ayat 27?
3. Baca kembali ayat 28-30, lalu bayangkan kalau anda mau mendirikan sebuah menara.
Ongkosongkos apa saja yang harus diperkirakan? Hal-hal apa yang dapat menghalangi
penyelesaian pembangunan tersebut?
4. Baca lagi ayat 31-32. Apa yang harus dilakukan seorang raja sebelum masuk perang?
5. Dua perumpamaan yang dipakai oleh Yesus mempunyai penekanan yang sama. Apa maksud
ayat 33?
6. Ayat 34-35. Pada zaman Tuhan Yesus garam dipakai sebagai pengawet dan juga sebagai
bumbu. Bagaimana dua fungsi garam ini mirip dengan peranan kita sebagai murid Yesus di
dunia ini ?
7. Apa persamaannya, murid Kristus yang suam-suam kuku dan garam yang tidak asin lagi?
Api unggun
Pada tahap ini guru/pendamping akan membantu kita untuk mengikuti proses selanjutnya.
138
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-31
Barangkali ada baiknya untuk membagi kegiatan ini ke dalam dua bagian besar:
1. Pemahaman bersama mengenai retreat. Kalau dapat ini dilakukan sebelum acara retreat
yang sesungguhnya dilakukan. Ini bisa dilakukan beberapa hari sebelum acara retreat.
Hal ini penting oleh karena dalam kenyataan masih sering terjadi bahwa ada orang yang
sulit membedakan antara retreat dan rekreasi. Pada bagian pertama ini yang akan
dilakukan adalah mendiskusikan apakah retreat itu dan apa saja tujuan retreat katekisasi
ini (lihat buku murid)
2. Bagian kedua adalah kegiatan retreat di tempat khusus yang telah disepakati.
Pada bagian kedua ini, yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
☺ Mulailah tahap Ini dengan enyanyikan beberapa lagu supaya peserta tidak tegang.
☺ Setelah meditasi pribadi, peserta berbagi diri ke dalam kelompok kecil (3-4 orang) untuk
mengadakan sharing bersama dan saling mendoakan. Ini bisa digabung dengan Bimbingan
Kelompok. Tetapi ini hanya mungkin kalau ada satu pembimbing untuk setiap kelompok
139
kecil supaya peserta tertolong untuk mengerti dan menyerahkan masalahnya dalam doa.
(Bimbingan kelompok ini dapat dilaksanakan sebelum ibadah pengutusan ATAU besok
paginya dengan tujuan menguatkan keputusan masing-masing.)
2. Istirahat malam
Orang muda biasanya mau berbicara sampai larut malam ataupun sampai pagi. Tetapi ada
baiknya kalau mereka setuju untuk tidak ribut sampai larut malam (misalnya setelah jam 11).
Ini penting supaya mereka dapat lebih peka satu terhadap yang lain dan khususnya terhadap
“bisikan” Tuhan sendiri di dalam hatinya. Pada pagi harinya mereka diberikan petunjuk untuk
meditasi singkat sewaktu peserta masih dalam keadaan puasa bicara.
140
K.J. 257
1 5 5 5 5 / 1 5 5 5 5 / 1 5 5 5 5 5
A - ku Ge - re - ja, kau pun Ge -re - ja, ki- ta sa - ma- sa - ma
1 / 1 . 2 . / 3 1 1 1 1 1 / 4 2 2 2
Ge - re ja dan peng- i - kut Ye - sus di se - lu - ruh
2 2 / 5 5 5 4 3 3 1 / 2 . 5 . / 1 . .
dunia kita sama – sama Gereja
0 5 / 1 1 1 1 2 3 / 1 . 5 . ‘5 / 1 1
G
KMM 80. O ALANGKAH BAIK DAN INDAHNYA
la = c 2 ketuk
_____ ____ ____ ___ 6
6 / 1 2 1 / 6 6 / 1 2 1 / 6 6 ‘ / 6 . 6 /O
a - lang - kah ba - ik dan in - dah – nya bi - la
____ ___ _____ ____ ____
5 3 5 / 6 . 5 / 3 2 / 3 5 3 2 / 1 6 ‘ / 1 1
di tem – pat ber – him-pun o – rang ber-sau- da – ra sa- ma
_____ ____ ____ ___ ____
1 1 / 2 1 2 / 3 3 ‘/ 5 3 5 / 6 6‘/ 5 3 5 / 6 i
sa- ma du - duk ru– kun: i - bu, ba - pak, a - dik, ka- kak
_____ ____ ____ ____ ____ ____
6 5 / 3 2 ‘ 2 / 3 5 3 2 / 1 6 ‘/ 1 1 1 1 /
dan sau- da – ra. Na – e - le le - le, ma – nis, sa – ma - sa – ma
____ ____ ____ 2 1 2 / 3 3
‘ 2 / 1 6 1 / 2 1 / 6 . / 6 . du - duk ru – kun dan
ber- sa – tu da – lam Tu - han.
3 . 3 / 6 6 5 3 . 5 / 6 6 (3) 3 . 3 / 6 6 . 7 1 1 / 6 . 0 :
Da – ri Ye– ri- kho ke Ye- ru- sa- lem, i - tu ja - lan ma- nu- si– a; ma-
ri ki- ta tu- rut men-da-ki t’rus di an- ta - ra ma- nu- si- a! ____
_______ ____ ________
3 3 / 2 2 2 1 1 / 6 6 0 3 3 / 2 2 (1) 1 1 / 6 . 0
Di be- lu-kar di ping-gir ja- lan ge-rom-bo-lan pe- me- ras
____ _______ ____ ______ _______
3 3 / 2 2 2 1 1 / 6 6 0 6 7 / 1 7 1 2 1 2 / 3 . .0/
meram-pa-si sau-da- ra ki- ta, la – lu i - a di- pu-kul ke- ras!
____ ___ _____ _____
3 3 . 3 2 5 / 3 . 0 3 . 3 / 6 6 . 7 1 1 / 6 . 0
I – ni ce - ri – te – ra da - ri ja – lan ma- nu- si - a.
2. Kebetulan lewat di sana pada jalan manusia satu dua tokoh agama
di antara manusia. Keduanya melihat korban dan merasa amat
sedih, namun kar’na terlalu sibuk, menyesal, tapi tak berhenti.
Ini ceritera dari jalan manusia.
3. Lalu datang orang ketiga lewat jalan manusia, bukan kawan, bukan
saudara, tapi sungguh manusia yang menaruh belas kasihan dan
membalut luka nyeri
dan membayar segala ongkos;
tak merasa dendam dan benci.
Ini sumbangsihnya bagi umat
manusia.
do = f 2 dan 4 ketuk
___ ____ _____ ____ ____ ____ ___
3 2 3 5 / 6 . 5 6 5 3 3 / 1 1 2 3 5 6 5 /
1. Ya Roh Ku- dus, ba-ha- ru- i - lah dan per- sa – tu– kan- lah
2. Ya Roh Ku- dus, ba-ha- ru- i - lah dan per- sa – tu- kan- lah
___ ____ ____ ___ ____ ____ ___
6 5 3 . 0 / 2 1 2 3 2 1 1 / 2 1 2 3 2 1 1 /
ka - mi. Sa-darkan-lah ka - mi i - kut ke- hen-dak - Mu
ka - mi. Tuntun hi-dup ka - mi, sa- ling me-nga-sih - i
____ ___ ___ ___ ____ ______ 2 2
2 3 2 3 5 / 5 5 . 0 / 3 2 3 5 / 6 . 5 6 wu- jud-
kan ke - e - sa- an. Ya Roh Ku- dus, ba- ha- dan
jauhkan per - pe - cah-an. Ya Roh Ku- dus, ba- ha-
____ ____ ____ ___ ___ ____ ____
5 3 3 / 1 1 2 3 5 6 5 / 6 5 3 . 0 / 2 1 2 3
ru- i - lah dan per- sa - tu- kan- lah ka - mi da- lam sa- tu
ru- i - lah dan per- sa - tu- kan- lah ka - mi. sam-but do – a
___ ____ ____ ___ ____
2 1 1 / 2 1 2 3 2 1 1 / 2 2 1 6 1 / 1 . . 0 /
g’re - ja yang te– rus ber-sak - si di kan-cah du- ni - a.
ka – mi da- lam per-ju- ang - an di kan-cah du- ni - a.
PKJ 264. APALAH ARTI IBADAHMU
do = es 4 ketuk
___ ____ ____ _________ _____
0 0 3 3 2 3 2 / 1 . 1 1 1 / 1 1 2
1. A - pa - lah ar - ti i - ba – dah - mu ke - pa-
2. Ma- ri - lah i - kut me – la - yan - i o - rang
3. Ber- ba - ha - gi - a o - rang yang hi - dup ber-
_____ ____ ___
__________
3 2 4 3 / 2 . . . / 0 0 1 2 3 / 4 . 4 4 3 /
da Tu - han, bi - la ti - a - da re - la
ber - ke - luh, a - gar i - man te – tap ku- i
- ba - dah, yang me- la - yan - i o - rang
___ ____ ____ ___ ____ ___ 2
. 1 2 1 2 4 / 3 . . . / 0 0 3 3 2 3 2 / 1 . su
- jud dan sung - kur? A - pa- lah ar - ti at
ser - ta te - guh. I - tu- lah tu - gas su -
sah dan le - mah dan pe- nuh ka - sih
__________ _____ _____ _____
1 1 1 / 1 1 2 3 2 4 3 / 2 . . . /
i - ba - dah - mu ke - pa - da Tu - han,
pe - la - yan - an, ju - ga pang - gil - an,
me- no - long o - rang yang ter - be - ban;
___ _______ ___ ___ ___
0 0 1 2 3 / 4 . 4 4 3 / 2 . 1 2 1 4 3 / 1 . . . /
bi – la ti - a - da ha- ti tu - lus dan syu - kur? per-
sem-bah-an yang ber-ke– nan ba - gi Tu - han. i - tu -
lah tang- gung ja-wab o - rang ber - i - man.
0 0 3 3 3 3 2 / 4 . 3 5 4 3 / 2 . 1 2 1 4 3 / 1 . . .
ju- jur dan tu - lus i - ba-dah mur-ni ba-gi Tu - han.
WE ARE MARCHING IN THE LIGHT OF GOD
1=g 4/4 Sound African
MASITHI
C = 1 4/4 S.c. Malefe:Xhosa South African
__ __ _____ ____ __ __ __
S. 0 0 0 0 / 3 3 3 3 3 2 1 / 2 . 0 0 / 4 4 4 4
A. 0 0 0 0 / 1 1 1 1 1 7 1 / 7 . 0 0 / 2 2 2 2
1. Ma-si- thi Amen, si – ya- ku du-mi- sa. Ma-si-thi Amen, si- ya-
2. Sing Amen Amen, we praise your name o Lord Sing AmenAmen we
praise
3. Pu- ji-lah A-min, ku- pu- ji na- ma-Mu Pu-ji- lah Amin, ku- pu-
4. Pu- di-mi A-min, ki- pu – di sa-ngam-Mi Pu-di- mi Amin, ki-
pu- __ __ _____ ____ __ __ __
T. 0 . 5 5 5 / 5 5 5 5 5 5 5 / 5 . 5 5 5 / 6 6 6 6
B. 0 . 5 5 5 / 1 1 1 1 1 7 6 / 5 . 5 5 5 / 2 2 2 2
__ ____ __ __ __ __ __ __
S. 4 3 2 / 3 . 0 0 / 3 5 3 5 . / 4 6 4 6 . / 5 5 5 A.
2 1 7 / 1 . 0 0 / 1 3 1 3 . / 4 4 4 4 . / 3 3 3
ku du- mi- sa Mi- si- thi A-men, Ba-wo A-men, Ba-wo, A-men si –
your name o Lord. Sing A-men, A-men, A-men A-men, A-men A-men we
ji na- ma- Mu. Pu-ji-lah A-min, A-men A-min, A-min A-min ku-
di ki - pu- di. Pu-di- mi A-min, A-men A-min, A-min A-min ki-
__ ____ __ __ __ __ __ __
T. 6 5 4 / 5 . 5 5 5 / 5 i 5 i . / 6 i 6 i . / i i i
B. 2 1 5 / 1 . 5 5 5 / 1 1 1 1 . / 4 4 4 4 . / 3 3 3
_____ _____
S. 5 5 4 4 / 3 . 0 0 || A. 3 3 2
2 / 1 . 0 0 || ya - ku du – mi- sa.
praise your name o Lord.
pu - ji na - ma – Mu.
pu - di sa – ngam-Mi.
_____ _____
T. i i 7 7 / 5 . 0 0 ||
B. 3 3 2 2 / 1 . 0 0 ||