Anda di halaman 1dari 170

MELANGKA LEBIH PASTI:

MATERI PEMBELAJARAN UNTUK KATEKISASI


GEREJA TORAJA

BADAN PEKERJA SINODE GEREJA TORAJA


Jl. A. Yani 45 Rantepao 91831
Tel. 0423-21460, 21612, 21219, 21742
Faksimil: 0423-25143

Rantepao, Oktober 2002

Melangkah Lebih Pasti:


Materi Pembelajaan Katekisasi Gereja
Dalam lingkungan Gereja Toraja
© BPS Gereja Toraja
Rantepao, Oktober 2002

Tim Penuusn
Pdt.Dr.Indu’ Yohanis Panggalo
Pdt.Dr.Henriaette T.Hutabarat Lebang
A.K.Sampe Asang, S.PAK,M.Pd
DR.Barbara Hopwood
Pdt.Tiku Rari,M.Th
Pdt.Johny Ma’dika,M.Th
Pdt.Suleman Allolinggi,M.Si

Gambar sampul luar: Edo dan Favid Risa


Illusttrator: Semuel Rianto dan David Risa
Layout dan lay-out Suleman Allolinggi dan Mariana Limbong
editor:
Pdt. Ery Hutabarat Lebang
Pdt. Suleman Allo Linggi
Pdt, J. Ma’dika

Dicetak oleh Balai Buku dan Percetakan Sulo Gereja Toraja

ii KATA PENGANTAR

Kita patut mengucap syukur bahwa jerih payah untuk menyususun bahan katekisasi dalam
lingkungan Gereja Toraja telah diberkati oleh Tuhan, sehingga membuahkan hasil berupa
sebuah buku yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan katekisasi dalam Gereja
Toraja.
Buku ini lahir dari sebuah kesadaran akan pentingnya memberi landasan iman yang kokoh bagi
pertumbuhan kualitas hidup generasi muda. Bertolak dari kesadaran semacam itu, Gereja Toraja
melalui Sidang Sinode Am Gereja Toraja XXI tahun 2001 di Palopo menugaskan Badan
Pekerja Sinode untuk segera menerbitkan bahan katekisasi yang telah lama dinanti-nantikan
oleh jemaat-jemaat. Setelah melalui proses penyempurnaan dan uji coba konsep bahan
katekisasi selama kurang lebih satu tahun, Tim Penyusun yang dikoordinir oleh Badan
Pembinaan Warga Gereja dan Pekabaran Injil (BPWG/PI) telah berhasil merampungkan bahan
tersebut sebagaimana yang ada di tagan anda sekarang, dengan judul: “Melangkah Lebih
Pasti: Bahan Pembelajaran Katekisasi.”

Dalam mepersiapkan bahan ini, tim penyusun membayangkan situasi peserta katekisasi sebagai
yang pada umumnya berusia sekitar 13-18 tahun. Tujuan utama dari proses pembelajaran lewat
katekisasi adalah membantu dan mendampingi para peserta atau katekisan untuk lebih
bertumbuh dalam imannya, sehingga mereka mampu melangkah ke depan dengan penuh
kepastian dan dalam ketaatan kepada Kristus. Diharapkan, kepastian keselamatan dalam Kristus
itulah yang menjadi dorongan dan kekuatan baginya untuk, tanpa ragu-ragu, mengambil
keputusan-keputusan iman dalam setiap langkah hidupnya. Lewat proses pembelajaran ini
diharapkan bahwa para katekisan akan terbantu dalam menumbuhkembangkan karakter
kristiani, sehingga mereka memiliki warna kekristenan yang jelas dan tidak mudah terombang-
ambing oleh rupa-rupa tawaran dan pengajaran menyesatkan dari dunia sekitarnya.

Untuk melatih para katekisan agar mampu mengambil keputusan-keputusan imannya sendiri,
maka mereka perlu terlibat secara aktif dalam proses katekisasi sebagai sebuah pembelajaran
khusus. Dalam rangka itu peranan guru katekisasi lebih sebagai pendamping yang memudahkan
proses pembalajaran. Untuk menunjang proses pembelajaran itulah buku ini dibuat. Buku ini
merupakan buku pegangan untuk murid yang hampir seluruhnya berbentuk lembaran kerja.

Kami menyampaikan penghargaan kepada segenap anggota Tim Penyusun bahan katekisasi ini,
atas semua upaya dan semangat kerjasama yang memungkinkan bahan ini dirampungkan.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada ilustrator yang telah turut melengkapi
penampilan bahan ini dengan ilustrasi dalam bentuk karikatur yang menarik. Demikian pula
sumbang saran dari para guru katekisasi, yang telah mengikuti pelatihan guru katekisasi yang
diadakan oleh BPWG/PI pada bulan Mei dan Juli 2002, telah bermnfaat dalam
menyempurnakan bahan ini. Kami tetap mengharapkan masukan dari para pemakai buku ini,
terutama untuk proses penyempurnaannya di masa yang akan datang.

Akhirnya kami mengucapkan selamat menggunakan bahan ini. Semoga Tuhan menolong kita
untuk melangkah lebih pasti dalam ketaatan kepada Kristus.

Oktober 2002

BPWG&PI Gereja Toraja

iii
SEKILAS TENTANG BUKU INI

Dalam sejarah kemandirian literatur Gereja Toraja, khususnya dalam hal katekisasi, buku
ini merupakan karya ketiga. Sebelumnya pernah ada buku , “Kerangka Katekisasi” yang cukup
lama dipakai sebagai pegangan utama guru katekisasi Gerja Toraja. Dan setelah melalui proses
yang cukup panjang akhirnya Buku Katekisasi Gereja Toraja yang pertama diterima dalam SSA
XXI tahun 2001. Tetapi dengan beberapa alasan yang lebih bersifat teknis-metodologis, SSA XXI
kembali merekomendasikan untuk segera menerbitkan buku tersebut, setelah melalui proses revisi,
modifikasi dan penyempurnaan bentuk dan tampilan.
Dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi SSA XXI dimaksud, BPS Gereja Toraja
melalui BPWG/PI segera membentuk Tim Penyusun yang sebagian besar anggotanya adalah
anggota Tim yang telah menghasilkan Buku Katekisasi yang disahkan dalam SSA XXI. Dalam
perjalanan kerjanya Tim yang baru ini berusaha maksimal untuk menyelesaikan tugasnya,
menjawab tuntutan SSA XXI, sekaligus berupaya menjawab tuntutan kebutuhan pendidikan
kerohanian yang berubah begitu cepat. Kalau buku yang ada di tangan anda sekarang terasa lebih
praktis dan sederhana, itu karena salah satu hal yang diupayakan oleh tim ialah bagaimana supaya
bahan yang dihasilkan dapat digunakan oleh, baik guru maupun murid dalam konteks masyarakat
yang membutuhkan bentuk-bentuk kegiatan yang ringan, menarik tetapi bermakna dalam. Selain
itu diusahakan pula supaya jumlah tatap muka yang diperlukan tidak terlalu banyak. Ini adalah
tugas yang paling berat dari tim: bagiamana menghasilkan meteri pembelajaran yang ringan,
sederhana dan menarik tetapi sekaligus tidak mengorbankan ajaran Gereja Toraja. Demikianlah
seluruh materi pembelajaran yang dipilih memang tidak mengikuti sistematika Pengakuan Gereja
Toraja, tetapi seluruhnya mengacu pada Pengakuan Gereja Toraja, sehingga yang terjadi ialah
bahwa Pengakuan Gereja Toraja menjiwai seluruh bahan.

BEBERAPA PRINSIP DASAR


Untuk memahami secara mendasar dan menyeluruh bahan yang tersedia ini ada baiknya
untuk mengetahui beberapa prinsip yang mendasari dan menyemangati kerja tim. Dalam arti
tertentu, terbitnya buku katekisasi dalam bentuk dan tampilan seperti yang di tangan anda sekarang
boleh dikatakan dipicu juga keyakinan-keyakinan teologis dan pedagogis yang alkitabiah.
Pertama, bahwa kekristenan bukan terutama sebuah sistem dogmatis, melainkan sebuah karakter
(karakter kristiani). Maksudnya, kekristenan mestinya menjadi sebuah kenyataan yang hidup
(factum-aktual) dalam diri setiap penganutnya. Karena itu upaya Gereja, termasuk melalui
palayanan katekisasi, adalah membantu proses pembentukan karakter kristiani setiap anggotanya.
Dengan cara demikianlah Kerajaan Allah, damai sejahtera bagi semua, dapat terwujud. Suatu
ketika Yesus pernah berkata, “… setiap orang yang mendengar perkataanKu dan tidak
melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.” (Mat. 7:26
-Bandingkan harapan Yesus dalam Yoh. 15:9-17, istilah Surat Kristus dalam 2 Kor. 3:3. Lihat juga
Luk. 8:21). Ternyata bukan orang yang tahu, bukan orang yang pandai berkata-kata, bukan orang
yang rajin berpikir, melainkan orang yang melakukan itulah yang dikehendaki oleh Yesus. Sudah
barang tentu orang yang melakukan adalah orang yang sudah mendengar, mengetahui, sudah
memahami dan sudah menghayati. Prinsip ini sejalan dengan prinsip tiga serangkai aspek
perubahan dalam hidup manusia: pengetahuan (knowing), sikap (feeling) dan tindakan (doing).
Prinsip inilah yang menjadi alasan mengapa orientasi tujuan kateklisasi ini adalah pembentukan
sikap.
Kedua, baik guru maupun murid, keduanya adalah Subjek setara, yang sama-sama dan
bersama-sama sedang dalam proses pertumbuhan. Prinssip pertumbuhan ini mengasumsikan
bahwa tidak ada seorangpun yang “kosong sama sekali” atau belum memiliki apa-apa, tetapi juga
iv
tidak ada seorangpun yang telah “mencapai kesempurnaan,” termasuk guru. Ini berlaku untuk
semua aspek perubahan (pengetahuan, sikap, dan tindakan), baik untuk guru maupun untuk murid.
Murid sudah memiliki pengetahuan, sikap, dan telah terbiasa bertindak menurut
keyakinankeyakinan imannya. Masalah yang digumuli bersama dalam proses katekisasi adalah
keraguankeraguan yang, tentu saja, ada kaitannya dengan pengetahuan yang terbatas,
ketidakkonsistenan yang terjadi dalam hidup sehari-hari, dan ketakutan-ketakutan atas konsekuensi
dari tindakan tertentu. Karena itu katekisasi lebih dilihat sebagai proses pembelajaran yang dapat
menolong peserta untuk “melangka lebih pasti.” Artinya, proses pembelajaran yang terjadi dalam
sebuah komunitas khusus ini akan menolong peserta untuk memperkokoh keyakinannya,
menumbuhkan semangat untuk berbuah dalam hidup sehari-hari, serta saling menopang melalui
latihan-latihan rohani yang dikembangkan selama masa pelaksanaan katekisasi.

Ketiga, secara pedagogis, katekisasi sebagai proses pembelajaran khusus memprasyaratkan


partisipasi. Berdasarkan asumsi inilah materi pembelajaran dalam buku ini dirancang untuk, tidak
bisa tidak, mengundang partisipasi murid. Murid didorong untuk mencari dan menemukan sendiri,
melatih sendiri, dan melakukan sendiri. Guru diharapkan menjadi fasilitator proses, yang sedapat
mungkin memberi ruang yang cukup untuk murid dapat melakukan sendiri setiap hal yang
diperlukan dalam proses pembelajaran. Tentu saja ada daerah atau konteks tertentu yang di sana
prinsip semacam ini terasa sulit untuk dilakukan. Tetapi guru mesti memiliki keyakinan bahwa
manusia secara mendasar (alamiah) membutuhkan prinsip ini. Mungkin faktor sosial dan budaya
tertentu telah menghambat kebiasaan berpartisipasi, tetapi hal ini dapat diatasi secara perlahan-
lahan. Kuncinya cukup sederhana: usahakan untuk menciptakan suasana yang memberi rasa aman
kepada siapapun (suasana komunitas) untuk mengekspresikan diri melalui pendapat, sikap dan
tindakannya.

Keempat, untuk mencapai tujuan katekisasi yang lebih terarah pada pembentukan karakter,
maka secara metodologis materi-materi pembelajaran dalam buku ini dirancang sedemikian rupa
untuk menjawab kebutuhan katekisan secara utuh dan menyeluruh. Dengan kata lain, bahan
diusahakan sedapat mungkin relevan bagi kehidupan katekisan, menyentuh seluruh aspek
kehidupannya. Kalau bahan ini dimulai dengan topik mengenai manusia, ini semata-mata untuk
menjawab kenyataan bahwa kita memang akan tertarik bila kita berbicara mengenai hal-hal yang
aktual dan terkait dengan diri kita sendiri. Lebih khusus lagi, para katekisan yang dibayangkan
sebagai remaja dan pemuda yang sedang dalam proses pencarian identitas, akan sangat tertarik bila
katekisasi dimulai dengan pertanyaan, “siapakah aku?” Asumsi psikologis semacam ini penting
untuk dipertimbangkan oleh guru, sebab sikap guru selama proses pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap sikap dan ketertarikan katekisan pada proses selanjutnya. Bila mereka
merasa bahwa kelas katekisasi menjadi komunitas yang cocok untuk memperjelas identitas
mereka, maka itu adalah awal keberhasilan. Dalam hal ini pengakuan dan penerimaan apa adanya
terhadap peserta katekisasi akan sangat membantu menciptakan suasana kondusif bagi proses
pembelajaran yang efektif.

Kelima, mengasumsikan katekisasi sebagai sebuah proses pembelajaran khusus menjadi


alasan bahan dalam buku ini dirancang dalam suatu keutuhan yang diharapakan menuntun proses
dimaksud secara berkelanjutan. Dari satu topik ke topik berikutnya terjalin hubungan mata rantai:
bila satu mata rantai hilang, maka proses akan terganggu. Itu berarti, jika murid tidak setia
mengikuti keseluruhan materi pembelajaran mereka akan mengalami semacam kehilangan yang
akibatnya tentu kurang baik. Peserta demikian akan mengalami semacam kekacauan, seperti
menanyakan hal yang sudah dibahas sebelumnya.
v
APAKAH YANG BERBEDA?

Prinsip-prinsip dasar seperti diuraikan di atas mempunyai konsekuensi yang cukup luas. Bahkan,
dalam arti tertentu, ada semacam pergeseran paradigma katekisasi, tetapi pergeseran dimaksud itu
tidak mengubah esensi katekisasi sebagai pengajaran iman kristen. Secara umum pergeseran itu
dapat dilihat dalam matriks berikut ini:

MATRIKS PERGESERAN PARADIGMA KATEKISASI

ASPEK KAKTEKISASI
KATEKISASI PASKA SSA XXI
PERUBAHAN TRADISIONAL

Orientasi disiplin
Dogmatis, teologis, dan praktis Praksis-teologis
Lebih ke pembentukan
Orientasi tujuan Dominan ke aspek pengetahuan
sikap/karakter
Posisi guru Pengajar Pendamping/fasilitator
Posisi murid Masih dominan sebagai objek Subjek
Hubungan guru -
Subjek - objek Subjek-subjek
murid
- Berpusat pada guru - Berpusat pada murid
Pendekatan - Transfer pengetahuan dari guru - Murid mencari dan menemukan
ke murid sendiri
- Bervariasi
- Ceramah
- Seluruh bahan menekankan
Metode - Menghafal
partisipasi
- dilengkapi dengan ilustrasi
- Buku murid dalam bentuk modul
Bacaan untuk guru berupa buku
pembelajaran
Bentuk bahan teks
- Buku guru sebagai fasilitas
Dan kerangka katekisasi
tambahan untuk guru
Kurang dekat dengan bahasa
Bahasa Lebih dekat ke bahasa katekisan
katekisan

STRUKTUR BAHAN
Bahan katekisasi dalam buku ini dirancang untuk tiga puluh satu (31) kali pertemuan. Pertemuan
pertama dan terakhir merupakan tambahan khusus yang dianggap perlu berkaitan dengan upaya
menerapkan katekisasi sebagai sebuah proses pembelajaran khusus. Pertemuan pertama, yakni
perkenalan, merupakan proses awal yang dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat
komunitas/kelompok (community building), menumbuhkan motivasi untuk mengikuti keseluruhan
proses. Sedangkan pertemuan terakhir, yakni retreat, merupakan semacam puncak dari keseluruhan

vi
proses, yang di dalamnya peserta lagi mengalami suatu proses pematangan rohani secara khusus
dan intens.
Dua puluh delapan pertemuan lainnya terdiri dari empat topik besar yang dijabarkan ke dalam
beberapa sub topik. Empat topik besar yang dimaksudkan adalah (1) Manusia, (2) Allah, (3)
Gereja, dan (4) Lingkungan. Dan satu topik lain yang berdiri sendiri adalah mengenai zaman
akhir. Gambaran menyeluruh dapat dilihat dalam tabel berikut:

Topik Sub Topik Judul


Manusia sebagai ciptaan Allah Siapakah Manusia?
yang
Semua manusia sama Aku-Kau-Dia, Kita Semua Sama
MANUSIA
Tugas manusia Apakah Tugasmu?
Dosa Dosa
Siapa Allah? Dekat Allah Aku Tenang
Firman Allah Firman Allah
Siapa Yesus? Tukang Kayu atau Mesias?
Yesus dan orang miskin Yesus dan Orang Miskin
Yesus dan orang berdosa Pengampunan: Kesempatan untuk
Berubah
Yesus dan aturan-aturan agama Yesus dan Aturan-aturan Agama

ALLAH
Kematian dan Kebangkitan Mati dan Bangkit Bersama Yesus
Kristus
Ia hadir, Meski Telah Hilang dari
Kenaikan Tuhan Yesus dan
Keturunan Roh Kudus Pandanganmu
Karya Roh Kudus Sungguh
Karya Roh Kudus (dalam
Jemaat mula-mula) Menakjubkan
Karya Roh Kudus (dalam Hidup Baru oleh Roh
hidup orang percaya)
Hanya Allah layak disembah Hanya Allah Layak Disembah
Visi dan misi Gereja Gereja Bukanlah Gedungnya
Sakramen Baptisan Bukan Airnya yang Penting
GEREJA
Sakramen Perjamuan Kudus Pesta Perdamaian
Ibadah Apa Arti Ibadahmu

vii
Hakekat dan pentingnya Berdoa dengan Benar
berdoa

Doa Bapa Kami/belajar berdoa Belajar berdoa Bersama Yesus


Oikumene Agar Semua Menjadi Satu
Alam semesta Alam Semesta
Tanggungjawab manusia Penakluk yang Bertanggungjawab
terhadap seluruh ciptaan
Menjadi sesama manusia Berani Berkorban untuk Sesama
LINGKUNGAN terhadap orang lain
Agama-agama Agama Pembawa Damai
Membangun hubungan dengan
Gaul tapi …. Bertanggungjawab
teman-teman
Negara/politik Tabuhkah Berpolitik?
ZAMAN AKHIR Setia Sampai Akhir

BAGAIMANA MENGGUNAKAN BUKU INI?


Dalam konteks Gereja Toraja idealnya buku ini dapat dipakai secara baik setelah guru mengikuti
pelatihan khusus. Karena itu sebelum buku ini TERBIT BPWG/PI telah melakukan pelatihan Guru
Katekisasi sebanya dua kali (Mei dan Juli 2002). Tentu saja kita semua berharap agar rencana
BPWG/PI Gereja Toraja untuk melaksanakan program Pelatihan Tenaga Peminaan Guru
Katekisasi bagi Klasis pada tahun mendatang dapat terlaksana dengan baik. Namun ada keyakinan
yang lebih peositif bahwa bahan ini dapat digunakan oleh siapapun yang sudah memahami dan
menghayati pendekatan partisipatif, seperti yang telah digambarkan di atas. Untuk maksud tersebut
beberapa catatan berikut kiranya dapat membantu:

1. Sebelum katekisasi dimulai guru sebaiknya telah menguasai seluruh bahan, menghayati jiwa
dari keseluruhan bahan, prinsip-prinsip dasar dan metodologi yang dikembangkan dalam setiap
materi pembelajaran. Dalam rangka itu guru juga perlu memperhatikan apa saja yang perlu
disiapkan untuk setiap pertemuan dan bagaimana kesinambungan dari satu bahan ke bahan
berikutnya.

2. Buku murid memang dimaksudkan untuk sekaligus menjadi lembaran kerja murid. Dalam
rangka itu perlu dipikirkan bagaimana bahan-bahan tersebut digandakan. Idealnya setiap murid
memiliki satu buku.

3. Meskipun dalam lembaran kerja murid dan dalam buku untuk guru telah dituliskan secara agak
lengkap tentang proses pembelajaran untuk setiap pertemuan, tetapi itu tidak dimaksudkan
untuk mematikan kreativitas guru. Karena itu guru dapat dan perlu mengembangkan sendiri
cara yang cocok untuk setiap situasi.

4. Sangat perlu untuk menggarisbawahi pentingnya menciptakan suatu spirit komunitas atau
semangat kelompok. Karena itu pada pertemuan-pertemuan pertama sangat diharapkan bahwa
guru mampu mendorong terciptanya suasana santai, suasana aman dan bersahabat.

viii
5. Salah satu konsekuensi dari metodologi yang dikembangkan dalam buku ini ialah bahwa akan
sering terjadi suasana kelas seolah-olah menjadi gaduh. Guru perlu sadar bahwa suasana
demikian adalah sesuatu yang sangat wajar. Ketenangan atau suasana sepi bisa merupakan
pertanda adanya ketegangan psikologis pada peserta. Dan kalau ini terjadi sulit untuk
mengharapkan tercapainya hasil pembelajaran yang diharapkan.

6. Setidaknya ada dua pertemuan yang akan diselenggarakan di luar gedung, bahkan jauh dari
lingkungan tempat tinggal murid. Pertemuan di maksud adalah pertemuan ke-24 dan pertemuan
ke-31 (terakhir). Ini perlu dipersiapkan sejak awal. Selain kedua pertemuan dimaksud guru
masih dapat mengatur bersama murid beberapa pertemuan lain yang dirasa perlu dilakukan di
luar gedung.

Beberapa catatan penting dalam rangka mengenal dan menggunakan buku ini kiranya
menolong setiap pemakai untuk memanfaatkannya secara kreatif dan maksimal. Jika seandainya
muncul kendala-kendala yang serius, berkaitan dengan pemakaian buku ini, kami akan sangat
menghargai jika hal semacam itu dikomunikasikan kepada kami melalui BPWG/PI. Semua itu
kami harap dapat menjadi umpan balik yang berharga untuk siapapun yang dipercayakan
mengembangkan bahan-bahan seperti ini di masa yang akan datang.

Oktober 2002

Tim Penyusun

ix
DAFTAR ISI

Keterangan Ilustrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
Sekilas tentang Buku Ini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
PERKENALAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

BAB I MANUSIA
Siapakah Manusia? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Aku – Kau – Dia, Kita Semua Sama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Apakah Tugasmu? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
Dosa.......................................... 15
BAB II ALLAH
Dekat Allah Aku Tenang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
Firman Allah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
Tukang Kayu atau Mesias? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
Yesus dan Orang Miskin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
Pengampunan: Kesempatan untuk Berubah . . . . . . . . . . . . . 32
Yesus dan Aturan-aturan Agama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
Mati dan Bangkit Bersama Yesus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
Ia Hadir, Meski Telah Hilang dari Pandanganmu . . . . . . . . . 43
Karya Roh Kudus Sungguh Menakjubkan . . . . . . . . . . . . . . 46
Hidup Baru oleh Roh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
Hanya Allah Layak Disembah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
BAB III GEREJA
Gereja Bukanlah Gedungnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
Bukan Airnya yang Penting . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
Pesta Perdamaian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
x
Apa Arti Ibadahmu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Berdoa dengan Benar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72

Belajar Berdoa Bersama Yesus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75


Agar Semua Menjadi Satu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
BAB IV LINGKUNGAN
Alam Semesta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
Penakluk yang Bertanggungjawab . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85
Berani Berkorban untuk Sesama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
Agama Pembawa Damai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 92
Gaul tapi …. Bertanggungjawab . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 95
Tabuhkah Berpolitik? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
Setia Sampai Akhir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 102
RETREAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 105

xi
BAB I MANUSIA

Bagian ini secara umum dimaksudkan untuk menolong peserta menemukan dirinya sebagai
manusia. Pertama-tama mereka perlu menjadi sadar akan keadaannya sebagai manusia apa
adanya: manusia yang hebat tetapi sekaligus penuh keterbatasan, bahkan rapuh. Kesadaran
akan kemuliannya kiranya dapat dilihat sebagai bagian dari rencana Allah. Karena itu
mereka perlu menyadari maksud Tuhan untuk kehidupan mereka. Mereka perlu sadar
mengenai tugasnya untuk bekerja dan beribadah kepada Penciptanya. Pada akhirnya
katekisan kiranya memperoleh kesadaran bahwa dosa telah menjadi penghalang bagi
mereka untuk memenuhi maksud Allah.

Pada bagian ada empat sub topik (pertemuan ke-2 sampai pertemuan ke-5). Pada pertemuan
terakhir katekisan diharapkan dapat mengambil sikap terhadap keberdosaannya. Mereka
akan tertantang dengan pertanyaan, “dapatkah manusia yang telah berdosa itu
menyelamatkan dirinya?” Tanggapan terhadap masalah ini diharapkan akan mendorong
mereka mencari jawabnya pada pertemuan-pertemuan berikut.

1
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-511

APA, UNTUK SIAPA, DAN MENGAPA

Kenalan dulu Ah!


Supaya suasana lebih akrab semua orang sebaiknya duduk di depan. Caranya
gampang sekali: aturlah kursi dan meja sampai membentuk lingkaran. Nah,
mungkin saudara-saudara sudah saling mengenal, tetapi ada baiknya untuk
berkenalan lebih dekat. Caranya, setiap orang mencatat data diri orang yang
duduk di sebelah kanannya. Kalau boleh catat juga pendapatnya mengenai
pemuda Kristen yang baik. Setelah guru selesai memperkenalkan diri
dilanjutkan dengan setiap orang memperkenalkan teman yang telah dicatat
data diri dan pendapatnya tentang pemuda Kristen.
Mengapa ikut katekisasi?
Berpasang-pasanganlah
(dua orang) untuk
memperbincangkan alasan
kalian ikut katekisasi:
mengapa ikut?

Kenyataan apa yang kita


hadapi?
Barangkali tak ada satu
orangpun yang asing dengan
hal-hal yang sedang terjadi di
tengah-tengah masyarakat
kita. Tetapi ada baiknya juga
untuk mendiskusikan sejenak
apakah pendapat kalian mengenai hal-hal buruk yang sedang terjadi akhir-
akhir ini. Bentuklah 3 kelompok untuk mendiskusikan komentar kalian
terhadap kenyataan berikut ini (setiap kelompok membicarakan satu pokok
saja):
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-512

1. Peristiwa kerusuhan di Ambon, Maluku Utara, Poso, di Palopo, ataupun


kerusuhan di Rantepao, dan berbagai tindak kekerasan yang terjadi di
Indonesia ternyata melibatkan warga masyarakat dari segala lapisan,
termasuk pemuda Kristen. Apakah ini merupakan satu pertanda bahwa
agama belum menjadi karakter (menjadi jiwa) masyarakat?
2. Perkelahian siswa antarsekolah atau di sekolah-sekolah menunjukkan bahwa
pendidikan agama di sekolah belum mampu membentuk karakter
keberagamaan siswa.

3. Meningkatnya keterikatan pada rokok, alkohol, narkotika dan tablet-


tablet setan (narkotika dan zat adiktif), dan kegiatan perjudian dalam
berbagai bentuknya menunjukkan bahwa ada banyak orang yang sudah
begitu menggantungkan hidupnya pada cara-cara penyelesaian masalah yang
mengandalkan materi.

Apa tanggungjawab Anda?


Di tengah-tengah situasi
masyarakat yang
memprihatinkan, apakah
tanggungjawab kita sebagai warga
gereja? Amatilah gambar di
samping dan berilah komentar
atau pendapat anda mengenai
pesan atau makna apakah yang
tersirat atau tertuang dalam
gambar tersebut.

Alkitab bilang apa?


Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-513

Bacalah Efesus 4:11-16, lalu diskusikanlah dalam kelompok besar (seluruh


peserta). Apakah yang dikatakan mengenai katekisasi dalam bagian Alkitab
ini.

23

Apa yang anda


harapkan?
Pertemuan pertama ini
mungkin saja telah
mengubah pikiran dan
suasana hati
sebelumnya. Mungkin
pula memperkokoh
niatmu untuk ikut
katekisasi, tetapi
mungkin pula
memunculkan banyak pertanyaan. Kalau boleh tulislah dalam satu atau dua
kalimat saja apa yang anda harapkan dari mengikuti katekisasi.

Tugas Tambahan
Makin banyak kita mengenal orang makin besar dan luas kesempatan untuk
belajar. Misalnya, kita memperoleh pengetahuan serta menyimak makna
pengalaman orang lain yang kita kenal. Karena itu ada baiknya kalian
mengerjakan tugas ini di rumah: setiap orang mencatat data diri salah
seorang anggota Majelis Gereja, termasuk anggota keluarganya.
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-514

UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan untuk pertemuan pertama ini dirancang untuk membantu proses awal
yang amat penting bagi kelanjutan pelaksanaan katekisasi. Sangat diharapkan
bahwa proses yang berlangsung akan membantu terbentuknya semangat
kelompok (komunitas) yang di dalamnya setiap peserta merasa menjadi
bagian penting, merasa aman untuk berekspresi, serta mampu saling
menerima. Jadi, tujuan pertemuan pertama ini adalah untuk memperjelas
3

pemahaman tentang katekisasi, menumbuhkan motivasi belajar, menumbuhkan


semangat kelompok, serta membangun kesadaran mengenai pentingnya
menanggapi situasi dalam masyarakat sebagai bagian dari panggilan orangorang
percaya kepada Kristus. Pada akhir pertemuan diharapkan peserta katekisasi:
(1) mengenal guru katekisasi dan teman-teman peserta, (2) mengenal
maksud dan tujuan katekisasi, dan (3) termotivasi untuk hadir pada
pertemuan berikutnya

Proses dalam kelas


1. Perkenalan
Untuk memasuki acara perkenalan (tahap pertama) mulailah dengan
menyanyikan lagu-lagu yang dapat membantu terciptanya suasana santai.
Usahakan supaya suasana tegang sirna secara perlahan-lahan. Tuntunlah
proses perkenalan seperti yang diminta dalam buku murid. Untuk proses
ini guru dapat mengembangkan atau memilih sendiri cara perkenalan yang
dianggap sesuai.
2. Untuk proses selanjutnya guru diharapkan membantu proses seperti
yang diminta dalam buku murid.

Pemahaman
Jika peserta mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pemahamannya
beberapa hal berikut ini dapat membantu guru memberi penjelasan bila dirasa
perlu:
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-515

a. Tujuan katekisasi adalah membantu proses pertumbuhan setiap warga


gereja untuk menjadi warga gereja dan warga masyarakat yang dewasa
dalam iman dan bertanggungjawab dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan
kata lain kateikisasi adalah suatu proses pembelajaran khusus yang terarah
kepada pembentukan karakter kristiani dari warga gereja.
b. Diskusi mengenai kenyataan yang dihadapi dalam masyarakat dimaksudkan
untuk membangkitkan dan memperjelas kesadaran murid mengenai peranan
agama dalam menciptakan kehidupan yang berdamaisejahtera.
c. Pengamatan gambar adalah salah satu cara untuk mengajak mereka
melihat dan memahamai tanggungjawabnya sebagai warga gereja dan

bagaimana tanggungjawab itu diemban bersama. Ingatlah bahwa setiap


orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan penafsirannya mengenai
makna gambar itu: tidak ada yang salah. Tetapi gagasan yang paling jelas
dari gambar ini adalah persekutuan, tanggungjawab yang berat,
keikutsertaan bersaksi.
d. Alkitab bilang apa? Tahap ini adalah untuk memberi landasan alkitabiah
bagi katekisasi.Peserta diharapkan memperkokoh kesadaran mengenai
pentingnya katekisasi berdasarkan kesaksian Alkitab.
e. Apa yang diharapkan dari katekisasi? Tahap ini merupakan kesempatan
kepada peserta untuk memperjelas tujuannya mengikuti katekisasi.
Harapan-harapannya sebenarnya juga mencerminkan kesimpulan dan
penghayatan mereka tentang katekisasi. Kalau dapat guru juga meminta
supaya mereka menulisnya pada sehelai kertas yang kemudian dikumpulkan
oleh guru untuk dibaca dan disimpan. Suatu saat kertas ini bermanfaat
untuk mengingatkan mereka mengenai apa yang mereka pernah katakan.
Mungkin suatu saat, selama periode katekisasi ini, kertas mereka itu bisa
dikirim kepada peserta yang mundur di tengah jalan. Kertas ini juga dapat
digunakan pada saat retreat (pertemuan akhir) untuk mengecek kembali
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-516

apakah harapan yang mereka tulis itu terpenuhi? Untuk itu kertas
tersebut sebaiknya ditulisi nama.

5
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2

Pada pertemuan pertama kita telah


memperkenalkan diri masing-masing. Sudah jelas
bahwa kita memiliki identitas yang berbeda-beda.
Tetapi apapun identitas kita, tentulah kita sadar bahwa kita semua adalah
manusia. Apakah manusia itu sesungguhnya? Apakah artinya kalau kita
mengatakan bahwa saya adalah manusia.

Jawablah pertanyaan, “Siapakah manusia itu?”

♥ ____________________________________
Menurut saya, manusia adalah:
♥ ____________________________________

Apa alasan memberikan jawaban seperti itu?

Karena __________________________

Dan karena ______________________

Mari kita memeriksa di dalam Akitab, apakah yang dikatakannya tentang


manusia?!

4
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2

Bacaan Alkitab Apakah yang dikatakan tentang manusia?

Kej 1:26 :

Kej 2:7 :

Kej 2:21-23 :

Kej 3:22 :

Kej 6:3 :

Mzm 8:3-9 :
Yer 10:23 : “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk
menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa
untuk menetapkan langkahnya.”
Yer 17:5 : “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang
mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri,
dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN…!”

Ef. 4:24 : dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan


menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang
sesungguhnya.

Coba tuliskan beberapa kesimpulan anda berdasarkan ayat-ayat di atas!

1. ……………..

2. ……………..

3. …………….

5
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2

Setelah menuliskan kesimpulan anda cobalah bandingkan dengan kesimpulan


teman yang ada di samping kiri dan kanan.

Benarkah manusia hebat? Untuk menjawab pertanyaan ini amatilah kenyataan


sehari-hari atau dengan melihat hasil karya manusia. Nah, sekarang daftar
dan atau gambarlah apa saja yang saudara anggap adalah hasil kehebatan
manusia sebagai ciptaan Tuhan yang termulia:

1 2. 3.

4. 5. 6

Walaupun demikian hebatnya manusia, ia tetaplah makhluk


sematamata, bukan ilahi. Manusia adalah satu kesatuan yang utuh:
jiwa/roh dan tubuh menyatu menjadikanya manusia, laki-laki dan
perempuan. Dengan demikian, bukan hanya jiwa yang penting melainkan juga
tubuh. Sebab itu, kesejahteraan jiwa/roh dan tubuh sama pentingnya.
Alkitab mengatakan , “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah
dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Kor 3:16)

6
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2

Dengan demikian kita, manusia, bertanggung jawab untuk hidup yang


suci. Kesucian dan kesejahteraan hidup dapat dihancurkan oleh penyalahgunaan
sex, NAPZA, dan lingkungan yang rusak, dsb. Untuk itu kita perlu menjadi
sadar dan peka terhadap berbagai hal yang dapat merusak kemanusiaan kita.
Bisa saja kehebatan manusia itu dipakai untuk menghancurkan
kehidupan manusia sendiri. Berikut ini, daftar dan atau gambarlah apa saja
yang saudara anggap adalah hasil kehebatan manusia sebagai ciptaan Tuhan
yang termulia tetapi yang sering disalahgunakan:

1 2 3

4 5 6

7
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2

Deskripsi
Dengan Sengaja bahan ini ditempatkan sebagai materi pembelajaran
pertama, menyusul materi perkenalan. Maksudnya, setelah mereka mengenal
diri, teman dan gurunya dari segi identitas biasa , peserta akan bergumul
secara mendalam mengenai dirinya sebagai manusia: hakekat dan keberadaan
manusia, terutama dalam terang kesaksian Alkitab. Mereka diharapkan dapat
menggali dan menemukan sendiri jawab atas pertanyaan ‘siapakah manusia?’
Di sini, pengalaman, pengamatan, dan refleksi atas diri sendiri, serta
penggalian isi Alkitab akan sangat menolong untuk memahami diri sendiri
sebagai manusia.

Bagian pertama mengenai manusia ini lebih diarahkan pada proses untuk
menemukan diri sebagai manusia yang memiliki kehebatan, potensi atau
bakat-bakat luar biasa . Tetapi pada saat yang sama katekisan menemukan
juga dirinya sebagai manusia yang memiliki kelemahan, keterbatasan, rapuh
dan karena itu potensial berbuat jahat, bahkan dapat menghancurkan diri
dan sesamanya.

Proses di kelas

Jika buku murid dijadikan kertas kerja, maka diharapkan guru lebih
berfungsi membantu proses kerja saja. Penjelasan diperlukan jika peserta
mengalami kesulitan memahami, atau kesulitan melakukan tugas-tugas yang
diminta.

8
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-2

1. Tahap pertama (menjawab pertanyaan, “siapakah manusia?” merupakan


suatu survei pemahaman atau pengetahuan awal peserta. Mesti
diasumsikan bahwa setiap katekisan telah memiliki pemahaman awal.
2. Tahap kedua mengajak peserta untuk membangun pemahamannya
mengenai manusia berdasarkan kesaksian Alkitab.
3. Tahap ketiga merupakan proses yang mendorong peserta untuk belajar
mengamalkan pemahaman alkitabiahnya dengan cara melatih kepekaan
dan membangun sikap terhadap berbagai kenyataan dalam hidup manusia.

Pemahaman
Manusia adalah makhluk (ciptaan Allah) termulia dari segala ciptaan. Ia
diciptakan hampir sama seperti Allah, diciptakan menurut gambar dan citra
Allah: dikaruniai bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan unik dan istimewa
melampaui segala makhluk lainnya (Mz. 8). Manusia dikaruniai pula tanggung
jawab dan kemampuan untuk dapat membedakan yang benar dan yang salah,
yang baik dan yang buruk, yang lurus dan yang bengkok, yang baik dan yang
jahat. Segala perbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah (Pkh. 12:14, bnd. 11 : 9).
Pemahaman ini dapat dibagikan kepada peserta, jika dipandang perlu, setelah
mereka sendiri selesai menulis kesimpulannya atas pembacaan beberapa bagian
Alkitab.

9
Tugas Pertama:
Memahami Perbedaan
Katekisasi Gereja Toraja Pilih salah satu tugas di bawah ini ke
Pertemuan -3
(A atau B) untuk digumuli/dijawab
A. Menurut saudara mana yang

orang pintar ATAU orang

orang pendek ATAU orang


tinggi

lebih baik: yang

kurang pintar

orang kaya ATAU orang tidak kaya


orang botak ATAU orang rambut hitam
orang perempuan ATAU orang laki-laki

Diskusikan jawaban anda dengan teman disamping

B. Main peran : satu orang 'beda" (misalnya ada kelainan fisik) masuk
kelompok, dan kemudian yang lain mengejek dia. Setelah main peran
selesai, diskusikanlah dalam kelompok:

1.
Bagaimana perasaan orang yang diejek ?

2.
Mengapa manusia mau membeda-bedakan orang

Tugas kedua: Memahami kesaksian Alkitab.


1. Baca ayat-ayat Alkitab di sebelah kiri dan kemudian jodohkan dengan
kalimat di sebelah kanan yang merupakan kesimpulan ayat tersebut.
Setelah itu hasil kerja (menjodohkan) didiskusikan dalam kelompok kecil.

8
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-3

Kej. 1:26-28 Jangan membeda-bedakan orang


Ul 6:13 Siapakah manusia ?
Maz 8:5-7 Sembah Allah saja
Mat 4: 10 Kasihilah Allah dan kasihilah manusia
Mat 22: 37- seperti diri sendiri
39 Manusia dalam gambar Allah
Gal 3:27-29 Sembahkan Allah dan hanya berbakti
Yak 2: 1-4 kepada Dia
Di dalam Kristus semua orang sama
2. Diskusikan dalam kelompok besar
1) Siapa (manusia mana) yang tidak diciptakan menurut gambar Allah ?
2) Ayat-ayat mana yang menunjukkan bagaimana seharusnya sikap kita
terhadap sesama ?
3) Bolehkah manusia (baik yang hidup maupun yang sudah mati)
disembah ? Mengapa ?
Tugas ketiga: Hidup bersama dengan orang lain
Pilih salah satu soal berikut ini untuk didiskusikan:
1. Mana yang lebih sulit: menerima tamu dari suku lain di daerah kita atau
merantau ke daerah lain ? Mengapa ? Menurut saudara, sebagai orang
percaya bagaimana seharusnya sikap dan tindakan kita dalam ke dua
situasi tersebut. ?

2. Bagaimana sikap kita terhadap orang yang cacat mental atau sakit kusta
dsb. ?

3. Bagaimana seharusnya kita memperlakukan sesama yang beragama lain,


atau berasal dari suku lain atau latarbelakang (lapisan) sosial lain?

Tugas keempat: Belajar menjadi sama dengan teman

Pilih salah satu (a atau b) untuk dilakukan

9
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-3

a. Pilih satu orang kenalan saudara yang biasanya diremehkan dan coba
mendekati dia. Lakukanlah sesuatu untuk membangkitkan rasa bahwa ia
berharga bagi saudara.

b. Refleksi diri: Apakah ANDA pernah mengangap remeh seseorang?


Jika pernah, datanglah kepadanya dan berbicaralah dengan orang itu.

UNTUK GURU
Tujuan
Tujuan dari bahan ini adalah:
 Katekisan memperkokoh kesadarannya bahwa bahwa semua manusia sama
oleh karena semuanya diciptakan oleh Allah
 Katekisan berlatih menggumuli sikap yang tepat kepada orang yang
‘berbeda’ dengan dirinya

10
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-3

Petunjuk Pelaksanaan
Tugas pertama: Memahami perbedaan
Pilih cara A atau B untuk merangsang pikiran peserta katekesasi. Jangan
menggurui mereka tetapi doronglah mereka berfikir sendiri. (5-10 menit)
• Kalau cara A, mereka memilih mana yang lebih baik menurut mereka,
dan kemudian mendiskusikan bersama.
• Kalau cara B guru meminta beberapa orang main peran (buatlah
sandiwara) selama dua tiga menit saja. Kemudian tanya kepada orang
yang main peran bagaimana perasaannya. Minta beberapa peserta
katekisasi memberi pendapat tentang dua pertanyaan yang
didiskusikan.

Tugas kedua: Memahami kesaksian Alkitab


Untuk tugas “menjodohkan” minta mereka bekerja sendiri atau bekerja
berdua-dua. Ayat dibaca dan kemudian dijodohkan dengan salah satu kalimat
yang menyimpulkannya (ayat dan kalimat jodohnya dihubungkan dengan
garis). Setelah semua selesai dapat dicek apakah semua benar atau tidak.
(Tidak perlu mengajar lagi setiap perikop ini. Biarlah Firman Tuhan bekerja
melalui proses baca Alkitab oleh parapeserta.)

Kej. 1:26-28 Manusia dalam gambar Allah


Ul 6:13 Sembah Allah saja Maz 8:5-7
Siapakah manusia?
Mat 4:10 Sembah Allah dan hanya berbakti kepada Dia
Mat 22:37-39 Kasihilah Allah dan kasihilah manusia seperti diri sendiri
Gal 3:27-29 Di dalam Kristus semua orang sama
Yak 2:1-4 Jangan membeda-bedakan orang

Setelah itu minta mereka mendiskusikan dalam kelompok besar tiga


pertanyaan yang menyusul

11
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-3

Tugas ketiga: Hidup bersama dengan orang lain


Bagi peserta ke dalam kelompok kecil (5-6 orang) untuk mendiskusikan salah
satu pertanyaan yang disediakan. Untuk tugas ini, mungkin guru perlu
memilih pertanyaan mana yang tepat didiskusikan sesuai situasi. Hasil diskusi
sebaiknya disampaikan dalam kelompok besar, dan didiskusikan bila ada yang
dirasa perlu.

Tugas keempat: Belajar menjadi sama dengan teman


Untuk tugas ini minta masing-masing peserta memilih dan melakukan secara
sukarela salah satu tugas yang diminta.

12
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4

Tahap pertama: Bercermin diri


1. Pernahkah anda dengan sadar
bertanya, mengapa aku diberi mata,
hidung, mulut, tangan, kaki, dan lain
sebagainya? Nah, cobalah ingat
seberapa sering anda secara sadar
menggunakan kelengkapan tubuh anda
itu untuk maksud tertentu? Cobalah buat persentase penggunaan setiap
bagian tubuh anda dengan mengisi tabel berikut ini:

17
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4

Untuk Apa? %
%
Bekerja
%
Memukul %
Tangan Merawat/menolong orang %
%
lain
Makan
…………..
Tahap kedua: Apa kata alkitab tentang kerja?
Bacalah bagian Alkitab di sbelah kiri, dan jodohkan dengan keterangan tentang
isinya di sebelah kanan. Setelah selesai mengerjakannya bandingkan hasil
pekerjaan anda dengan hasil pekerjaan teman anda di samping.

18
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4

No. Bacalah Aku! Yang aku katakan


1 Kej. 2:2, 3; Mz. 19:2, Mz. 33:4  Di dalam Kristus kita menerima tugas
baru yaitu beribadah atau mengerjakan
2 Kej. 1:26-28 kehendak Tuhan, mengerjakan
keselamatan.
3 Kel. 14:12
 Allah bekerja

4 Kel. 20:9  Budak kebanyakan bekerja untuk makan

 Bekerja berarti mengerjakan kehendak


Sang Pencipta, jadi jangan diperbudak
5 Yoh. 6:28; 9:4, Fil 2:12, Roma oleh pekerjaan.
12:1-2
 Manusia diciptakan menurut gambar
Allah dengan maksud supaya manusia
dapat melaksanakan tugas mengelola
bumi dan segala ciptaan Allah.

Diskusi kelompok
Apakah anda setuju dengan pernyataan berikut? Jelaskan pendapat anda.
a. Bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan makan dan minum tidak sama
dengan bekerja untuk makan (2 Tes. 3:10, Ams. 12:11; 28:19)
b. Hidup bahagia dan langgeng akan tercipta jika manusia rajin bekerja
bukan hanya untuk
dirinya, melainkan
mengerjakan kehendak
Tuhan yang
menghidupkan. Hanya
dengan mengerjakan
pekerjaan Tuhan yaitu
kasih (Yoh. 15:12,

19
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4

13), maka kita bekerja untuk kesejahteraan orang lain dan kesejahteraan
segala mahluk.
Tahap ketiga:
Belajar pada si buta
Amatilah gambar di samping ini dan berilah komentar (seorang yang buta,
dengan gembira, sedang menanam bunga). Bagaimana kesan dan pendapat
anda tentang gambar tersebut.

Tugas lanjutan:
1. Lihat kembali daftar persentase penggunaan bagian tubuh anda,
apakah anda merasa ada yang harus dirobah? Jika ada, buatlah daftar
perubahan itu!

20
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4

2. Bacalah dan diskusikanlah dengan teman atau dengan orangtua anda


Yoh. 6:22-43.
3. Jika anda merasa perlu, buatlah satu doa atau puisi. Dalam doa atau
puisi itu, anda dapat mengaku dosa, mengungkapkan kekaguman atas

21
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4

tubuhmu, janji mengenai tugas kita manusia, atau apapun yang ingin
anda katakan.
UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan ini dimaksudkan untuk menolong para katekisan memperjelas
pemahaman dan menumbuhkan kesadaran kristiani mengenai kerja dan ibadah
sebagai kesatuan tugas manusia.

Tujuan
Diharapkan dengan proses belajar ini peserta membangun kesadaran bahwa:
(1) malas adalah sikap yang bertentangan dengan hakekat manusia, (2)
bekerja adalah ibadah, sehingga setiap orang mestinya bekerja untuk orang
lain juga, (3) diperbudak oleh pekerjaan adalah suatu penyimpangan.

Proses dikelas
1. Guru mempersilakan murid membaca dan mengerjakan sendiri tugas
pertama: bercermin diri . Hasilnya tidak perlu didiskusikan.
Membandingkan dengan hasil pekerjaan teman hanya untuk menyadarkan
bahwa kita bisa saja berbeda dalam menggunakan bagian-bagian tubuh
kita.

2. Tugas kedua yang pertama (menjodohkan) bisa dikerjakan sendiri-sendiri


bisa juga dikerjakan berdua-dua, tetapi tidak perlu dalam kelompok. Cek
jawaban mereka; jika ada yang keliru tanyakan kepada peserta yang keliru
apa alasan ia memilih jawaban lain. Setelah selesai diskusi kelompok
mintalah mereka menanyakan dan mendiskusikan lebih lanjut hal yang
dianggap paling penting untuk didiskusikan lagi.
3. Tugas ketiga: belajar dari si buta, dapat dilakukan dalam kelas besar
(seluruh peserta).
Tugas Lanjutan
Minta mereka mengerjakan tugas lanjutan di rumah. Berusahalah untuk
membuat mereka mengerjakan tugas ini secara sukarela. Tugas tidak perlu
diperiksa pada pertemuan berikut. Tetapi, jika ada dari mereka yang ingin

22
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-4

menyampaikan sesuatu tentang tugas itu, berilah kesempatan singkat. Tidak


perlu berpikir bahwa semua masalah akan tuntas dibicarakan. Justru mereka
perlu didorong untuk semakin merasa butuh untuk belajar terus.

23
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5

Tugas pertama: Mengenali dosa


Kata dosa sudah sangat sering kita dengar, atau kita ucapkan. Mungkin juga

kita pernah manasehati


teman untuk tidak
melakukan apa yang kita
anggap dosa. Tetapi sekarang
ini kita sering mendengar
orang berbeda pendapat
tentang apapun, termasuk
mengenai dosa. Anda
menyebutnya dosa, tetapi
orang lain bisa
menganggapnya hal biasa
saja. Apakah sesungguhnya
yang anda sebut dosa? Nah,

24
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5

diskusikanlah dengan
temanmu di samping
pertanyaan berikut.
1. Apakah menurut anda aborsi, copet, todong, rampok, korupsi, kolusi,
nepotisme, membunuh, judi, melacur, dan penyalahgunaan narkoba
adalah dosa?

2. Jika perbuatan tersebut anda anggap sebagai dosa, mengapa? Atau jika
anda menganggapnya bukan dosa, mengapa ?
Tugas kedua: Dosa menurut Alkitab
Bacalah Kej. 3 : 6 – 7, 16 – 17; Rom. 3 : 23, 6 : 23. Setelah itu
kerjakanlah sendiri-sendiri tugas berikut:
1. Daftarkanlah akibat-akibat dosa yang timbul sejak manusia jatuh ke dalam
kuasa dosa itu.

25
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5

1 5

2 6

3 7

4 8

2. Dari daftar yang anda


buat, yang mana dari
akibat-akibat dosa itu
yang anda anggap
sangat fatal ? Berilah
tanda khusus (  )
pada kata yang
mengungkap akibat
dosa yang sangat
fatal itu.

Tugas ketiga: Memahami akibat dosa


Kalau tubuh anda terkena silet anda pasti terluka, dan anda tahu obatnya.
Kalau anda tidak minum air dalam waktu lama anda pasti kehausan, dan anda
tahu mengatasinya, minum air. Tetapi jika anda merasa berdosa, apakah anda
mampu mengatsi akibatnya. Diskusikanlah dalam kelompok pertanyaan
berikut:

26
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5

mampukah manusia mengatasi akibat-akibat yang


ditimbulkan oleh dosa itu ? Jika ya, bagaimana,

PUTUS HUBUNGAN DENGAN


NYAMUK BERARTI TIDUR NYENYAK. PUTUS HUBUNGAN
DENGAN PACAR PASTI SAKIT
HATI. TETAPI, PUTUS HUBUNGAN DENGAN TUHAN
BERARTI MAUT

UNTUK GURU

Deskripsi
Bahan ini dimaksudkan untuk menolong para katekisan memahami dan
menyadari betapa manusia yang luar biasa dan mulia itu ternyata sekaligus
adalah manusia yang amat terbatas. Oleh karena dosa maka ia bisa jahat dan
keji, buruk dan binasa. Secara sadar bahan ini ditempatkan pada bagian
terakhir pelajaran mengenai manusia untuk menyadarkan betapa manusia yang
berdosa itu sungguh-sungguh tidak berdaya, tak dapat menyelamatkan dirinya
sendiri. Dan, karena itu manusia membutuhkan kuasa di luar dirinya yaitu
Tuhan Allah. Jika proses berjalan dengan baik, maka diharapkan para
katekisan akan semakin tertarik untuk mempelajari bahan berikutnya yaitu
tentang Tuhan Allah.

Proses dalam kelas:


1. Sebelum memulai materi pelajaran kali ini, guru mengecek tugas
minggu lalu. Sesudah itu barulah materi pelajaran ini dimulai dengan

27
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-5

memberi kesempatan kepada katekisan mengamati gambar yang tertera


dalam halaman pertama kemudian mengajak mereka untuk
mendiskusikannya dalam kelompok.
2. Selanjutnya tuntunlah proses dengan membantu para katekisan
memahami setiap tugas. Ada baiknya untuk membiarkan mereka
mengerjakan sendiri tugas perorangan.

Pemahaman
Jika dirasa perlu guru dapat memberi penjelasan dengan menekankan hal-hal
berikut:

1. Hakekat dosa
Hakekat dosa dijelaskan dengan mendasarkannya pada mis. Kej. 3 dan 1
Yoh. 3 : 4. Perikop/ayat itu menjelaskan bahwa dosa adalah
pemberontakan manusia terhadap Allah dan sekaligus pemutusan hubungan
dengan Allah. Manusia jatuh ke dalam dosa sebagai akibat dari keputusan
yang lebih memilih kehendak hatinya dan bukan kehendak Allah.
Keputusan yang secara sukarela dan sengaja memberontak kepada Tuhan.
Tuhan sudah memberi petunjuk hidup/aturan hidup, tetapi manusia
dengan sengaja tidak taat kepada petunjuk/aturan itu. Dengan demikian
dosa dapat juga disebut sebagai pelanggaran hukum Allah.

2. Akibat Dosa

Sesudah itu guru memberi penjelasan singkat, bahwa akibat dari dosa
adalah maut. Manusia binasa karena dosa dan tak seorangpun yang dapat
luput dari dosa, bahkan tak mampu untuk mengatasi sendiri akibat yang
ditimbulkan oleh dosa.

28
BAB II
A L L A H

Setelah menyadari keberadaannya sebagai manusia di hadapan Allah dan sesamanya,


selanjutnya katekisan diharapkan semakin terdorong untuk mencari solusi iman atas
masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keberadaannya sebagai manusia berdosa.

Pada bagian ini proses pembelajaran diharapkan dapat menuntun peserta untuk semakin
memperkokoh keyakinannya bahwa hanya Allah yang menciptakan hidup itu yang dapat
menyelamatkan hidup. Bagian kedua ini mulai dengan menawarkan solusi iman atas
pergumulan manusia tentang dosa yang mebinasakan hidup. Jika katekisan mengambil
sikap positif terhadap tawaran ini, maka selanjutnya mereka akan terdorong untuk belajar
dan bergumul lebih jauh tentang Allah, tentang bagaimana Allah bertindak dan berkarya
dalam sejarah, dalam hidupnya secara pribadi, tentang bagaimana merespon kebaikan Allah
itu.

Bagian ini terdiri dari 11 sub topik (pertemuan ke-6 sampai pertemuan ke-16) Pada akhir
bagian ini peserta diharapkan menjadi sadar juga bahwa ternyata seorang yang menerima
keselamatan dari Allah tidak menerima keselamatan untuk dirinya sendiri, melainkan pada
saat yang sama ia mendapat misi untuk meneruskan keselamatan itu kepada orang lain.
Keselamatan tidak menjadi urusan pribadi belaka, melainkan ia merupakan urusan bersama.
Bagaimana perkara keselamatan dari Allah itu dikerjakan dan dijalani oleh manusia, itulah
yang akan dibicarakan pada bagian ketiga.

Dekat Allah Aku Tenang

Sekilas
Setelah peristiwa 11 September 2001, peristiwa
hancurnya gedung WTC (World Trade Centre atau Pusat
Perdagangan Dunia), banyak anak-anak di Amerika Serikat selalu merasa takut
akibat tindakan brutal dan sadis dari kaum teroris yang menabrakkan pesawat
ke gedung tersebut. Mereka tidak mau pergi sekolah seorang diri atau
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-6

bertemu dengan orang baru. Di Indonesia juga orang yang pernah mengalami
musibah serupa (misalnya musibah alam seperti gempa bumi atau musibah
sosial seperti kerusuhan dan penganiayaan) pasti menderita trauma dan susah
merasa tenang. Jika kita juga merenungkan bagaimana kejahatan makin kuat
di dunia ini, maka kita mungkin akan merasa tegang dan kuatir.
Siapa yang mampu mengatasi kejahatan ? Negara yang paling kuat di dunia
pada saat ini saja tiba-tiba diancam para teroris. Manusia memiliki banyak
cara untuk mengatasi pelbagai masalah, tetapi semua manusia berdosa dan
semua manusia akan mati. Siapa yang mengerti kehidupan kita dari nol
sampai akhir ? Dari A sampai Z ?

Tugas Pertama: Dekat dengan Allah


1. Bacalah Mazmur 62 secara berbalasan. kemudian bahaslah bersama ayat 2.

a. Apa sikap si Pemazmur ?


b. Mengapa ia bersikap demikian?

2. Diskusikan dalam kelompok kecil:

1. Sampai sekarang bagaimana pandangan anda tentang Allah ? (mungkin

ada satu simbol/metafora yang dapat menjelaskan pengertian anda tentang


Allah—“Hakim yang jauh” “Kakek yang manis” … … )
Tugas kedua: Kenal karena Bergaul
Diskusikan dalam kelompok besar (dengan seluruh peserta) mengenai
Pengetahuan tentang, dan Pergaulan dengan Allah.
Kalau kita mau mengenal seseorang kita perlu tahu orang macam apa dia. Di
dalam Alkitab dapat kita baca bahwa Allah: Pencipta (Kej. 1,2); Mahakuasa
(Maz 50:1; Rom 1:20); penuh dengan kasih setia (Maz 106:1); kudus (Yes
6:3); adil (Maz 62:13; Maz 145:17); kekal (Maz 90:2); mahatinggi (Maz
50:14); mahatahu (I Yoh 3:20), dst.
Mungkin anda dapat menambahkan daftar sifat-sifat Allah di atas. Tetapi
perlu diingat, bahwa mengetahui tidak sama dengan mengenal. Kita tahu ada

27
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-6

Presiden RI di Jakarta tetapi mungkin kita belum mengenal beliau. Allah


memperkenalkan
Diri-Nya agar supaya
manusia memiliki
hubungan/relasi yang
akrab dengan Dia. Dia
mengundang manusia
untuk membalas
kebesaran-Nya dan
kasih-Nya dengan
respon/jawaban. Baca
bagian Alkitab berikut ini
dan diskusikan pendapat
anda mengenai respon
apa yang tepat
terhadap undangan
Tuhan?

Bacalah Aku! Respon apa yang tepat?

Amsal 3:5,6

Ulangan 6:4,5
Yohanes 14:15

Perkenalan membutuhkan pergaulan. Bagaimana kita bergaul satu dengan


yang lain supaya kita makin mengenal ? Lalu, bagaimana kita dapat bergaul
dengan Allah ? Pikirkanlah beberapa cara yang mungkin anda lakukan.
Tugas ketiga: Penerapan
Untuk membantu anda berlatih menghayati dan menerapkan pemahaman anda
tentang Allah lakukanlah kegiatan berikut ini. Anda boleh memilih salah satu
dari kegiatan dimaksud atau bisa juga anda melakukan semuanya.

28
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-6

• Nyanyi bersama Kidung Jemaat 410 (Tenanglah Kini Hatiku)


• Hafal Mazmur 62:2
• Berilah pengamatan khusus atas hidup anda minggu depan: bagaimana
pergaulan anda dengan Allah (kapan berdoa, baca firman, bercakap-
cakap, mengucap syukur, dst.)

UNTUK GURU
Deskripsi
Pertemuan keenam ini adalah permulaan bagian tentang Allah. Dalam
pertemuan 2-5 manusia sendiri menjadi pusat perhatian dan makin lama
makin nampak bagaimana dosa mempengaruhi kehidupan kita. Sekarang Allah
menjadi pusat perhatian dan kita mulai mengembangkan kesadaran bahwa
manusia tidak sanggup mengatasi masalah-masalah yang dia hadapi. Usaha
manusia untuk menciptakan dunia yang sempurna tidak dapat mengubah
kepribadian manusia dan kecenderungannya berbuat dosa. Hanya Allah yang
memiliki kuasa dan dapat menciptakan yang baru.
Tujuan
Tujuan dari pertemuan ini ada dua:
(a) mendorong keinginan para katekesan untuk mengetahui lebih banyak
tentang Allah.
(b) agar mereka bertekad untuk mengenal Allah secara pribadi.
Proses dalam kelas
Pendahuluan – minta satu orang membaca pendahuluan (sekilas). Kemudian
bertanya kalau mereka pernah merasa tegang dan kuatir karena ancaman
dunia
(Tidak perlu banyak waktu untuk bagian ini, paling lama 5-10 menit)
Tugas pertama: Dekat dengan Allah
Pembacaan Alkitab secara berbalasan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
membagi peserta menjadi dua kelompok, kemudian seluruh Mazmur 62 dibaca
secara balas-balasan. Setelah itu dilanjutkan dengan bersama-sama
membahas ayat 2.

29
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-6

Untuk diskusi kelompok bagilah peserta ke dalam kelompok kecil (4-6 orang).
Beri petunjuk yang singkat saja supaya. Sehubungan dengan pertanyaan nomor
guru dapat menjelaskan bahwa si Pemazmur memakai metafora untuk
mrnggambarkan Allah. Misalnya sebagai ‘gunung batu’ dan ‘kota benteng’
(Maz 62:3). Peserta perlu didorong untuk mencari metafora yang dapat
menggambarkan siapa Allah menurut dia. Guru diharapkan memberi perhatian
kepada setiap kelompok untuk mendengar pandangan mereka tentang Allah.
Pertanyaan dua mengantisipasi dua kemungkinan jawaban:
1. mau dekat dengan Allah kalau ada kesulitan—rajin berdoa minta Tuhan
menolong—dan jauh kalau semua baik-baik saja.
2. Mau dekat kalau merasa layak – jauh kalau sadar tentang dosa pribadi
dan tidak mau meninggalkan dosa tsb.
Tugas kedua: Kenal karena bergaul
 Daftar ini belum lengkap. Tujuannya untuk menolong peserta mengingat
kembali kebesaran Allah. Kalau waktu cukup peserta ditanya apakah ia
ingat sifat-sifat lain dari Allah. Daftar ini tidak perlu dibahas.
 Bagaimana bergaul dengan orang lain? Ada waktu dan ada komunikasi:
bicara bersama, main bersama, tulis surat, dsb.
 Bagaimana bergaul dengan Allah ? Ada juga waktu dan komunikasi:
berdoa, baca firman, merenungkan kebaikan-Nya, memuji Dia dalam lagu,
berterima kasih kepada Dia kalau melihat keindahan ciptaan, dsb.
Tugas ketiga: Penerapan
Kegiatan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat. Boleh juga diganti
dengan penerapan yang lain yang membawa para peserta kepada suatu
ekspresi yang kreatif (misalnya: ciptakan lagu untuk Maz 96; tulis suatu
syair; kumpulkan foto dan gambar tentang keindahan alam, dsb.)

30
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7

Bagaimana Mengenal Allah?


Dalam pertemuan yang lalu, kita telah belajar bahwa manusia yang cenderung
merusak kehidupannya, yang mencintai dosa, membutuhkan anugerah
penyelamatan Allah. Hanya dekat Allah, ada ketenangan, karena Dialah
satusatunya sumber kehidupan yang sejahtera, berkat, dan kebaikan. Pada
saat ini kita mau belajar mengenai bagaimanakah kita dapat mengenal Allah
yang demikian itu.

Allah Memperkenalkan DiriNya


Supaya semua mendapat kesempatan Mz. 19:2
……………………………………………………… bicara, ada baiknya
……………………………………………………… untuk membagi diri Roma 1:20
………………………………………………….. ke dalam beberapa
……………………………………….…………..
kelompok. Bacalah Kis. 14:17 …………………………………………………….
ayat-ayat berikut (di
………………………………………………….
samping) dan jawablah
pertanyaan: Melalui Kis. 17:26-28 ………………………………………………

apakah Allah ………………………………………………….

memperkenalkan DiriNya?

Kalian mungkin sudah menemukan beberapa cara yang digunakan Allah untuk
memperkenalkan dirinya. Tetapi tahukah kalian bahwa semua itu belumlah
cukup bagi kita untuk dapat mengenalNya? Ternyata diperlukan penyataan
khusus, yaitu Firman Allah yang telah menjadi manusia, Yesus Kristus: jalan,
kebenaran, dan hidup (yoh. 3:16). Nah, untuk mengerti lebih jauh
bagaimana Allah menyatakan diri secara khusus, bacalah bagian Alkitab
berikut ini dan jawablah pertanyaan: “melalui apakah Allah menyatakan diri
menurut ayatayat tersebut?
Bacaan Alkitab Melalui apa Allah menyatakan diriNya?

31
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7

Ibr. 1:1-2

2 Petr. 1:21

Yoh. 5:39-40

Alkitab adalah Firman Allah dalam bentuk buku. Kita tidak boleh percaya
kepada Alkitab sebagai buku, melainkan kepada Yesus Kristus yang
disaksikannya. Karena itu Alkitab sebagai buku tidak mempunyai kekuatan
dalam dirinya sendiri. Sebagai buku, Alkitab tidak mempunyai kesaktian.
Jadi, Alkitab tidak boleh digunakan secara magis, seperti untuk menolak
penyakit atau mencegah bahaya. Hanya oleh kuasa Rohkudus-lah kita dapat
mengerti Firman Allah. Rohkudus yang meyakinkan kita untuk menerima
Firman Allah sebagai kekuatan yang membaharui dan menyelamatkan.

Nyanyi dulu deh!


K.J. 52 atau Firman-Mu Pelita Bagi kakiku.

“FIRMAN-MU PELITA BAGI KAKIKU”

3 . 4 5 . 1 2 . . 6 . . 7 . 6 5 . 4 3 . . Fir-
man-Mu pe - li - ta, ba - gi ka - ki - ku dan seperti suluh
pada jalanku.
Firman Tuhan, firman Tuhan menerangi jalanku.
Firman Tuhan, firman Tuhan pelita hidupku.

Yesus Kristus adalah Firman Allah


1. Bacalah dan tulis inti ayat-ayat ini (dikerjakan masing-masing):

a. Yoh. 1:1 : ____________________________________________


32
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7

b. Yoh 1:12 : ____________________________________________

c. sarkan ayatYoh 3:16,18-ayat tersebut, diskusikanlah dalam kelompok


besar : ____________________________________________
2. Berda
(dengan seluruh peserta), “apakah atau siapakah yang dimaksudkan sebagai d.
Yoh 14:6 : ____________________________________________
Firman Allah?”
e. Mat 1:22,23 : ____________________________________________

Firman Allah adalah Aturan Hidup yang Menyelamatkan!

Baca dan tulis inti ayat-ayat berikut ini yang menyatakan bahwa Firman
Allah adalah aturan hidup yang menyelamatkan! Tulislah inti dari setiap
bagian Alkitab tersebut. Apakah yang dikatakannya mengenai Firman Allah
sebagai aturan hidup yang menyelamatkan.

M i. 6:8 : __________________________________________________

Za. 7:9 - 10 : __________________________________________________

2 Tim. 2:9 : __________________________________________________

Percaya Firman Allah = Melaksanakan Ajaran Yesus

Bacalah bagian Alkitab berikut ini dan kerjakanlah dua tugas


yang menyusulnya!

33
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7

Mat 25:40“Mengasihi salah seorang dari saudara


-Ku yang paling

”.

Mat 5:44 “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang

aya kamu.

Luk 6:27 “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang

nci kamu”.

Luk 6:35 “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik

kepada mereka dan pinjamkan


dengan tidak

1. Berdasarkan pemahaman anda atas ayat-ayat tersebut, apakah anda


setuju dengan pernyataan “Percaya Firman Allah = Melaksanakan Ajaran
Yesus.”

2. Tulislah dalam satu kalimat sebuah pengakuan yang mencerminkan tekad


anda untuk melaksanakan ajaran Yesus sebagai wujud rasa syukur bahwa
Allah telah menyatakan diriNya sehingga anda dapat bergaul denganNya.

34
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7

Action speaks louder than words


UNTUK GURU
Deskripsi
Pada pertemuan pertama diharapkan peserta katekisasi telah menyadari
bahwa dalam keadaannya sebagai manusia berdosa ia menemukan ketenangan
hidup hanya karena Allah yang Maha Kasih berkenan kepadanya. Pertanyaan
yang segera muncul ialah bagaimana mengenal Allah yang demikian itu.
Bahan ini ditempatkan sebagai bagian kedua dari pelajaran mengenai Allah
untuk membantu para katekisan menyimpulkan pengalaman-pengalamannya
bergaul dengan Allah yang memberinya ketenangan, serta memperjelas
pemahamannya mengenai pengenalan akan Allah dan pergaulan denganNya.
Tujuan
1. Menuntun peserta untuk mengartikulasikan (mengungkapkan dengan
kata-kata sendiri) secara jelas pemahamannya tentang Allah yang
memperkenalkan diriNya kepada manusia.
2. Mengajak peserta untuk memberi makna pada pengalaman rohaninya
(pengalaman bergaul dengan Allah) dalam terang Alkitab sebagai
Firman Allah
3. Mendorong peserta untuk mengembangkan latihan-latihan rohani yang
dapat membantunya untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Allah
melalui ketaatan pada ajaran Yesus.

Proses dalam kelas


Tahap Pertama: Bagaimana mengenal Allah
Setelah menerangkan secara singkat inti bahan pelajaran minggu sebelumnya
[Dekat Allah, Aku Tenang], mintalah peserta mengemukakan secara spontan
pemahaman mereka selama ini mengenai cara mereka mengenal Allah. Tahap
ini lebih merupakan upaya untuk mengajak peserta mengemukakan
pemahaman dan pengalamannya mengenai pengenalan akan Allah. Karena ini
hanya merupakan survei pemahaman, maka tidak perlu didiskusikan.
Tahap kedua: Allah memperkenalkan diriNya
Minta peserta membagi diri ke dalam beberapa kelompok kecil (4-6 orang)
untuk mengerjakan dua tugas pada tahap ini: membaca Alkitab dan mencatat
35
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-7

kesimpulannya mengenai apa yang dikatakan dalam setiap bagian Alkitab


tersebut. Bila dipandang perlu guru dapat menyampaikan kesimpulan atas
tugas ini dengan menegaskan bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya melalui
ciptaan-Nya, tindakan-tindakan-Nya di dalam sejarah, dan hati manusia.
Semua itu bisa kita sebut penyataan secara umum yang tidak cukup untuk
membawa kepada pengenalan Allah yang benar. Kita hanya dapat mengenal
Allah karena Dia menyatakan Diri-Nya kepada kita dan pengenalan yang
sesungguhnya dan sepenuhnya terjadi hanya karena Allah menyatakan diriNya
di dalam dan melalui Firman yang menjadi manusia, Yesus Kristus.
Tahap ketiga: Yesus Kristus adalah Firman Allah
Minta peserta untuk kembali bekerja sendiri-sendiri, mengerjakan tugas
pertama. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dalam kelompok besar dalam
rangka menjawab pertanyaan, “apakah atau siapakah yang dimaksud se bagai
Firman Allah?”

Tahap keempat dan kelima


Untuk tahap keempat dan kelima (Firman adalah aturan hidup yang
menyelamatkan dan Percaya Firman Allah = Melaksanakan ajaran Yesus) guru
diharapkan mampu mendorong peserta untuk bekerja sendiri-sendiri. Jika
terjadi kemacetan, minta mereka bekerja berdua-dua. Pada akhir tahap
kelima minta masing-masing peserta menuliskan dengan seindah mungkin
kalimat pengakuannya dalam gambar bingkai yang disediakan dalam kertas
kerja.

36
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8

TUKANG KAYU ATAU MESIAS?


Apa yang aku tahu?
Sebagai orang Kristen, kita sudah dengar dan sudah tahu banyak
tentang Yesus Kristus.
Coba daftar apa yang anda tahu tentang Yesus. Misalnya:
Lahir di kota ________________
Lahir di tempat: _______
Ibu-Nya bernama ___________________
Bekerja sebagai seorang ________________
Teruskan!

Alkitab bilang Apa?


Ketika Yesus melayani di dunia ini ada banyak orang yang mengikuti Dia.
Tetapi banyak juga yang bingung tentang identitas-Nya: SIAPAKAH DIA?
Baca Markus 8:27-30. Setelah itu, dalam kelompok kecil, bahaslah
pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Apa pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya ? (ay 27)


2. Bagaimana jawaban mereka ? (ay 28)
3. Menurut anda, mengapa orang berpikir bahwa Yesus adalah
Yohanes Pembaptis, yang sudah dibunuh Herodes pada saat itu?
Mengapa mereka berpendapat bahwa Yesus seorang nabi?
Apakah anda mempunyai teman yang masih berpendapat
demikian tentang Yesus?
4. Apakah perbedaan jawab Petrus dari jawaban orang banyak?
{Kata Mesias (bahasa Ibrani) dan kata Kristus (bahasa Yunani)
dan juga kata Al-Masih (bahasa Arab) berarti ‘yang diurapi
Allah’ atau yang khusus dari Allah.}

37
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8

Lacak Alkitab
Anda mungkin sudah tahu rumusan Pengakuan Gereja Toraja bahwa “Yesus
Kristus itulah Tuhan dan Jeruselamat.” (Kis 2:36; Kis 5:31). Tentu saja
rumusan itu dibuat berdasarkan pemahaman atas Alkitab. Tetapi, ingat
bahwa ada bagian Alkitab lain yang juga menjelaskan tentang identitas Yesus.
Supaya pemahaman anda makin kaya, bacalah beberapa nats ini dan
daftarkan nama-nama yang dipakai untuk Yesus. Kadang-kadang lebih dari
satu nama muncul dalam satu nats.

Nats Apa yang dikatakan Nats Apa yang dikatakan


tentang Yesus tentang Yesus
Yoh 3:2

Mat. Yoh 4:19


12:17,18
Ibr 4:14
Mat. 20:31
Mat 21:4,5 I Yoh 4:14

Mk 10:45 I Yoh 5:5

Luk 7:40
Bergaul dengan Yesus
Bagi anda, Yesus tentu bukan
lagi orang yang asing. Maukah
anda melihat kembali ke
belakang dan merenungkan
bagaimana anda mengenal dan
bagaimana anda bergaul dengan
Dia selama ini? Jawab
pertanyaan dan lakukanlah hal-
hal berikut:

38
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8

• Kata mana yang sering anda pakai untuk menyebut atau menyapa
Dia ? (sahabat, guru,
Jeruselamat, Tuhan, dsb.) Mengapa sebutan tersebut yang dipilih.
• Untuk makin mengenal kita harus makin bergaul (doa, baca Firman,
dsb.) Melalui cara apa anda mau mengembangkan pergaulan dengan
Yesus pada minggu depan ini ?
• Menyanyikan bersama KJ 453 (Yesus Kawan Yang Sejati)

Kalau anda menilai Raja, apakah anda lebih


melihat dari segi penampilannya? Apakah anda lebih
melihat tahta kebesarannya? Atau, apakah anda lebih melihat
apa yang dilakukan untuk
rakyatnya?
Jika anda memilih teman, apakah anda melihat

dari segi penampilan fisiknya? Apakah anda


mementingkan silsilah kelahirannya? Atau,
apakah anda melihat pada bagaimana ia bergaul
dengan anda?

UNTUK GURU

Deskripsi
Pertemuan ini adalah yang pertama tentang Yesus Kristus. Biasanya
peserta Katekesasi sudah sering dengar tentang kelahiran-Nya, tentang

39
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8

mujizatmujizatNya, pelayan-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Oleh


karena itu Pendahuluan pertemuan ke-8 ini memberi kesempatan kepada
mereka untuk mengulang menyebut sendiri apa yang diketahuinya tentang
Yesus. Pertemuan 9 -11 menekankan sikap Yesus dan pergaulan Yesus
dengan orang lain.

Tujuan
Tujuan pertemuan ke-8 ini adalah membantu dan mendorong peserta untuk
menggumuli identitas Yesus dan terus bertekad untuk bergaul dengan Dia
serta belajar dari Dia.

Proses dalam kelas:

Pendahuluan (10 menit)


Mulai dengan nyanyian yang hidup. Pilih salah satu dari nyanyian ini:
“Setiap orang harus tahu” (versi baru)
ATAU Kidung Jemaat 426 “Kita harus membawa berita”
ATAU Kidung Jemaat 427 “Kusuka menuturkan”
Kemudian minta mereka untuk mendaftarkan apa saja yang diketahui
tentang Yesus (lihat buku murid: Apa Yang Aku Tahu?). Biarkan kegiatan
ini berlangsung dengan spontan, tetapi boleh juga bertanya langsung kepada
peserta yang agak diam. Minta satu orang mendaftarkan di papan tulis
supaya semua dapat melihat.

Pemahaman Alkitab (30 menit)


Bacalah perikop (Mrk. 8:17-30) bersama-sama dalam kelompok besar.
Kemudian peserta membagi diri ke dalam kelompok kecil (4-6 orang)
untuk PA . Biasanya tidak perlu semua pertanyaan dibahas oleh semua
kelompok. Setelah itu hasil kelompok dibahas dalam kelompok besar. Boleh
minta jawaban mereka secara singkat kalau ada waktu, supaya hal-hal yang
belum jelas dapat dibahas.

40
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8

Tugas tambahan: Lacak Alkitab (15 menit)


Tugas ini dapat dikerja dalam kelompok besar kalau ada waktu. Minta satu
orang membaca satu nats dan mereka semua mengisi nama yang dipakai
untuk Yesus dalam nats tersebut. Kalau peserta katekesasi agak dewasa
boleh juga ditambah dengan Fil 2:5-11. Jika waktu tidak tersedia, doronglah
peserta untuk mengerjakan tugas tambahan ini di rumah, atau di tempat
katekisasi kalau mereka masih ingin tinggal setelah waktu pelajaran selesai.

Pemahaman
Guru dapat memberi tambahahan keterangan/penjelasan bila diperlukan.
Yohanes Pembaptis diakui masyarakat sebagai nabi dari Allah. Pengajaran
Yesus mungkin mirip dengan pengajaran Yohanes dan ada murid-murid
Yesus yang dulu mengikuti Yohanes. Yesus dianggap sebagai nabi karena ia
memanggil orang kembali kepada Allah dan hidup adil dengan sesamanya.
[Memang Yesus juga dapat disebut sebagai Nabi (Yoh 4:19), Imam (Ibr
4:14) dan Raja (Mat 21:4,5). Dia melebihi semua.]
Tugas Untuk Pertemuan ke-9

Ada persiapan untuk pertemuan 9. Peserta diminta secara berkelompok


mengunjungi beberapa tempat yang dapat menggambarkan suasana
kehidupan manusia yang mengharukan. Misalnya mengunjungi panti social
(rumah singgah, panti asuhan anak ), atau tempat perkumpulan, tempat
kegiatan dan tempat tinggal anak jalanan/ gelandangan, pengemis atau
orang yang dianggap miskin yang ada disekitar anda.

41
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-8

42
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-9

Membagi pengalaman

Pada pertemuan lalu


kita mendapat tugas
untuk mengunjungi
beberapa tempat
yang dianggap dapat
menggambarkan
kepada kita
bagaimana kehidupan
orang-orang miskin.
Tentu banyak
pengalaman bermakna yang dapat anda bagikan kepada teman-teman
untuk menggumuli bagaimanakah sikap yang tepat dari pengikut Yesus
terhadap orang miskin. Kemukakanlah pengalaman atau perasaan anda
masing-masing mengenai kunjungan ke panti sosial ( rumah singgah, panti
asuhan anak ), atau pengamatan anda terhadap anak jalanan/
gelandangan, pengemis atau orang yang dianggap miskin yang ada disekitar
anda.

Memahami sikap Mat. 11:5 ………………………………………… dan


perlakuan
Yesus Mat. 19:21 ………………………………………..

Bacalah bagian Mat. 25:35-6, 42-43 ………………………………


Alkitab berikut dan diskusikanlah Luk. 4:18
………………………………………….

43
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-9

dalam kelompok Luk. 14:13 dan 21 ………………………………… besar


megenai apa yang saudara baca Luk. 16:19-31
……………………………………..

tentang sikap
Yesus terhadap orang-orang miskin atau orang-orang yang tersisih:
Apa yang dapat kita lakukan?
Mungkin anda belum pernah mengalami yang namanya miskin, mungkin juga
sudah pernah. Tetapi tanpa mengalami langsung kita dapat merasakan
bagaimana penderitaan yang dialami oleh orang-orang miskin atau orang-orang
tersisih. Hati anda mungkin tergerak untuk menolong, tetapi sering sulit
oleh karena saudara sendiri merasa tidak mampu atau tidak tahu bagaimana
caranya. Belajar dari sikap Yesus dapat menolong anda untuk memahami
penderitaan mereka dan bagaimana menolong mereka.

Diskusikanlah dalam kelompok apa yang anda dapat lakukan kepada


saudara-saudara kita yang miskin.

44
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-9

UNTUK GURU

Persiapan
Untuk membahas topik ini, seminggu sebelum pertemuan, guru menugaskan
katekisan mengunjungi panti-panti sosial ( rumah singgah untuk anak
jalanan, panti asuhan anak yang biasanya menampung anak-anak yatimpiatu
), atau untuk bercakap-cakap dengan anak jalanan/gelandangan, pengemis.
Tugas ini bisa dilakukan oleh katekisan yang ada di kota-kota besar. Bagi
yang di desa atau kampung, guru dapat menugaskan katekisan untuk
mengamati kehidupan orang yang dianggap miskin yang ada di sekitarnya.
Proses dalam kelas
1. Membagi pengalaman
Untuk memulai pelajaran, guru memberi kesempatan kepada katekisan
untuk berbagi pengalaman. Mintalah mereka menceriterakan
pengalamannya masing-masing berdasarkan tugas yang diberikan
sebelumnya.

45
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-9

2. Sikap Yesus terhadap orang miskin


Setelah katekisan berbagi pengalaman, guru memberi kesempatan
kepada katekisan untuk membaca ayat-ayat yang sudah ditentukan
dalam lembaran katekisan dan menyebutkan sikap Tuhan Yesus
terhadap orang miskin berdasarkan ayat-ayat tersebut.

3. Apa yang dapat kita lakukan?


Guru memberi tugas kepada katekisan untuk mendiskusikan apa yang
seharusnya dilakukan terhadap orang yang miskin.

46
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10

Banyak kali kita memiliki sikap yang berbeda terhadap orang lain. Jika
seorang datang dengan naik
sepeda sikap kita mungkin
biasa-biasa saja. Tetapi jika
seorang datang dengan naik
mobil Marcedez mungkin sikap
kita menjadi luar biasa tetapi
penuh kepura-puraan. Coba
amati gambar di samping lalu
berilah komentar apa adanya
mengenai siapa, dan
bagaimanakah perihidup atau
sikap hidup kedua orang dalam
gambar itu. Percakapkanlah
dalam kelompok kecil (dua atau tiga orang saja) mengenai komentar anda
masing-masing. Percakapan juga dalam kelompok hal-hal yang biasa terjadi
dalam masyarakat mengenai kedua orang itu.

Setelah percakapan dalam kelompok kecil, diskusi dilanjutkan dalam kelompok


lebih besar dengan memberi perhatian pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Adakah di antara kedua orang itu yang tidak berdosa?

b. Apakah yang sama-sama dibutuhkan oleh kedua orang itu?

47
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10

Memahami Sikap Yesus


Bacalah Yoh. 7:53 - 8:11. Setelah itu, diskusikanlah dengan teman amda di
samping pertanyaan berikut:

a. Apa perbedaaan sikap Yesus dengan sikap oran


g Farisi dan ahli
Taurat?

Pengampunan sebagai Kesempatan untuk Mengubah Jalan Hidup

Hukuman yang setimpal untuk dosa adalah maut (Roma 6:23). Tetapi
hanya Tuhanlah yang berhak untuk menghukum, dan hanya Tuhan pulalah
yang berhak membatalkan hukuman itu. Tindakan Tuhan itulah yang
dilakukan oleh Yesus: demi kasihNya Ia tidak menghukum melainkan
mengampuni. Dengan pengampunan
yang demikian manusia mendapat kesempatan untuk menikmati hidup
menurut jalan Tuhan yaitu tidak berbuat dosa (Yoh. 8:11)

Cobalah membayangkan, bagaimana perasaan anda seandainya anda yang


berdiri pada posisi perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Bagaimana
rasanya digiring oleh sekelompok orang, sekelompok pendakwa yang seolah-
olah tidak berdosa? Dan, bagaimana pula rasanya jika yang berhak memberi
hukuman ternyata membatalkan hukuman mati itu dan menggantinya dengan
pengampunan? Renungkanlah kedua pertanyaan ini.

Semua orang berdosa, kita semua berdosa, meskipun tidak semua orang
menyadari hal ini. Kalau anda menyadarinya sekarang, cobalah mendaftarkan
satu atau dua saja dari sekian banyak dosa yang menonjol dalam hidup anda.
Setelah itu nyatakanlah dengan menuliskan satu kalimat atau satu ungkapan
yang menggambarkan tekadmu untuk berubah.

Tugas lanjutan
Dari pada bingung di waktu senggang, mendingan kerjakan tugas berikut ini:

48
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10

a. Renungkanlah selama satu minggu, setiap bangun pagi, kalimat


berikut: “aku masih ada, aku masih menyambut cerahnya pagi karena
Ia memberiku kesempatan untuk mengubah jalan hidupku. Ia
mengampuniku, sehingga aku selamat supaya aku mengetahui
bagaimana mendapatkan kebebasan untuk melakukan yang baik; bukan
untuk kembali lagi ke jalan yang sesat dan menyengsarakan.
b. Buatlah satu puisi atau syair lagu yang mengungkapkan suka cita atas
pengampunan dan komitmen (janji) untuk mengubah jalan hidup
anda.
c. Carilah ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang sikap mengampuni
dari Yesus!

Kalau kita dikejar perampok kita mungkin


selamat karena kita berteriak minta
tolong. Tetapi jika kita dikejar oleh rasa
bersalah, kita hanya bisa menjadi tenang
jika kita percaya bahwa ada
pengampunan.

UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan ini dimaksudkan untuk membantu peserta memahami salah satu sikap
dasar dan tindakan Yesus, yaitu mengampuni, sebagai suatu fakta yang telah
mengubah sejarah manusia. Sikap dan tindakan mengampuni itulah yang telah
memberi kesempatan kepada manusia untuk melihat dan menjalani sebuah
jalan kehidupan yang luar biasa dan baru sama sekali. Yang biasa ialah gigi

49
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10

ganti gigi, mata ganti mata, dan yang biasa ini pastilah mengakhiri riwayat
manusia.
Tujuan
Bahan pembelajaran ini bertujuan untuk menolong peserta memahami dan
menyadari betapa hidup ini masih ada dan memiliki arti karena Tuhan
mengerjakan pengampunan atas dosa manusia. Selain itu, proses belajar
dengan materi ini akan mengasah kepekaan nurani peserta sehingga mereka
tidak melupakan keberdosaannya tetapi sekaligus juga tidak terkurung dalam
rasa berdosa saja. Diharapkan mereka semakin sadar bahwa hanya karena
pengampunan, kita masih mendapat kesempatan untuk menikmati hidup yang
lebih baik, hidup menurut jalan Tuhan.

Proses dalam kelas


Tahap pertama: pengamatan gambar, dimaksudkan untuk merangsang peserta
berefleksi tentang kebiasaan manusia memperlakukan sesamanya secara
diskriminatif, menilai sesama dengan kristeria dosa yang nampak saja dalam
masyarakat. Untuk tahap ini bagilah peserta ke dalam kelompok kecil (dua
atau tiga orang saja).

Tahap kedua: peserta mendiskusikan dalam kelompok besar (seluruh peserta)


pertanyaan yang lebih mendalam mengenai gambar yang diamati.

Tahap ketiga: memahami sikap Yesus terhadap manusia berdosa. Minta


peserta membagi diri ke dalam
Kelompok lebih besar (5-7 orang) untuk mendiskusikan dua pertanyaan yang
disediakan. Untuk tahap ini guru dapat menambah pertanyaan bila
memungkinkan.
Tahap keempat: setiap peserta merrnungkan sendiri dengan membaca teks
yang ada, lalu masing-masing melakukan tugas yang diminta. Pada tahap ini
peserta diharapkan dapat secara jelas mengungkapkan penghayatan dan
komitmennya sebagai respon terhadap sikap Yesus.
Tugas lanjutan: Minta mereka mengerjakan tugas ini secara sukarela.

50
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-10

Pemahaman
Setelah diskusi selesai, guru dapat menambahkan penjelasan, bila dianggap
perlu dengan menekankan:
Secara hakiki semua manusia sama di hadapan Yesus. Semuanya telah
berdosa, berdosa kepada Tuhan, sehingga jalan hidupnyapun ditentukan oleh
pengampunan dari Tuhan saja. Bagi Yesus bukan syariat agama yang akan
menyelamatkan manusia, tetapi semata-mata karena belaskasihan Allah yang
mengampuni. Hal pengampunan itu tidak hanya nyata dari sikap Yesus
terhadap manusia, tetapi juga dan terutama dalam kesediaanya untuk
berkorban sampai mati untuk menyempurnakan pengampunan itu. Yesus
harus mati sebagai tebusan (Gal. 3:10, 13, Ef. 4:9 , Roma 18:8,9)

51
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

Penganut setia Agama Yahudi


Tahukah saudara, bahwa ketika Yesus hidup di dunia ini secara umum dapat
dikatakan bahwa ia adalah seorang penganut setia agama Yahudi? Ada
beberapa contoh yang dapat ditemukan di dalam Alkitab (PB) yang
menggambarkan ketaatan Yesus melaksanakan agama Yahudi. Mari kita
memeriksa ayat-ayat berikut!

 Mrk 1:21 Yesus sering menyembah Allah di dalam rumah ibadah orang
Yahudi
 Luk 22:15 Dia merayakan hari-hari raya orang Yahudi (sering dalam
Injil Yohanes) yang dianggap-Nya penting
 Luk 2:47 Dia menghormati Bait Allah (Lihat juga Mrk 11:17; 14:47;
Mat 23:16-21)
 Mat 17:24-25 Dia membayar pajak Bait Allah
 Mat 5:23-24 Dia tidak mencela sistem korban
 Mrk 6:56 Dia mengikuti kebiasaan orang-orang Yahudi, seperti memakai
jumbai jubah tradisional
 Mat 14:19 Mengucapkan berkat sebelum makan (lihat juga Mat.
26:26)
 Mat 4:2 Pada prinsipnya Dia tidak keberatan untuk berpuasa (lihat
juga Mrk 2:18-20)

Penganut yang bebas dan kritis


Rupanya Yesus memang tidak memutuskan hubungan dengan agama Yahudi
pada waktu itu, tetapi apakah setia dan taat secara kaku? Untuk
menggumuli pertanyaan ini bacalah bagian-bagian Alkitab berikut dan catat
intinya pada kolom yang disediakan.

52
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

Nats Sikap Yesus

Luk. 16:16
Mrk. 2:23-
27

Mrk. 7:5-8

Luk. 14:3-6

Apakah yang dapat saudara simpulkan dari sikap Yesus, sebagaimana saudara
baca dari bagian-bagian kitab Injil di atas? Tulislah dalam satu atau dua
kalimat kesimpulan saudara dalam kolom berikut:

Sikap yang benar


Mungkin saudara bingung menanggapi sikap Yesus yang seolah-olah mendua
terhadap aturan agama. Pada satu pihak Ia mendukung dan menaati, tetapi
pada pihak lain menolak. Lalu pertanyaannya, apanya yang ditolak dan apanya
yang diterima?
Bacalah Mrk. 7:18-23; 10:1-12. Setelah itu baca Mat. 5:17-24 . Diskusikan
dalam kelompok kecil (4-6 orang) dua pertanyaan berikut:

1. Apa dan bagimanakah sesungguhnya sikap Yesus terhadap aturan


agama? Sikap bagaimanakah dalam kehidupan beragama orang Yahudi
yang ditentang oleh Yesus?
2. Bagimana seharusnya aturan-aturan agama dilakukan dalam hidup
orang Kristen?

53
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

Mengoreksi diri (tugas lanjutan)


Ambillah waktu khusus dalam Minggu berikut ini untuk saudara merenungkan
bagaimana kehidupan beragama saudara sendiri. Untuk maksud tersebut,
lakukanlah dua tugas berikut:

1.
Kalau saudara pergi mengikuti kebaktian hari Minggu atau kebaktian
kebaktian lainnya bagimanakah perasaan saudara? Pernakah saudara
merasa terpaksa atau pergi hanya karena malu kepada tetangga?
2.
Buatlah satu daftar mengenai kebiasaan-kebiasaan beragama yang

saudara anggap keliru dan perlu diperbaharui dalam hidup saudara


sendir
i

Manakah dari kedua gambar di samping yang


anda senangi? Anda mungkin tidak senang
dengan tanda “stop” karena tanda itu menekan
kebebasan anda. Tetapi bayangkanlah kalau
tanda semacam itu tidak ada di tempat yang
memang perlu! Anda mungkin senang dengan
gambar buah jantung, simbol dari hati yang
adalah pusat keberadaan manusia. Tetapi
tanyalah diri anda, “apakah aku memang
melakukan yang baik karena dorongan
nuraniku yang mengenal kebenaran Allah?”

54
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

UNTUK GURU

Deskripsi
Bahan ini bermaksud menolong peserta untuk secara jujur melihat kehidupan
beragamanya sendiri dan menyoroti kehidupan beragama di lingkungannya
dalam terang Firman Tuhan, terutama dengan mengacu pada sikap Yesus.

Tujuan
1. Peserta katekisasi memahami sikap Yesus terhadap aturan-aturan agama
dan membangun kesadaran keagamaan yang tepat, sehingga mereka dapat
menempatkan dan melakukan aturan-aturan agama secara benar dan
efektif.
2. Mendorong peserta untuk secara jujur mendeteksi kebiasaan beragama
yang legalistik dan formalistik, sehingga mereka juga terdorong untuk
menghayati dan melakukan aturan-aturan agama berlandaskan kasih sebagai
sesuatu yang spiritual, spontan dan nyata.

Proses dalam kelas


Guru diminta untuk menguasai bahan ini dan menuntun proses dalam kelas
dengan mengikuti urutan proses dalam buku murid. Ingat bahwa bahan
bacaan untuk pemahaman berikut ini bukan untuk diceramahkan. Bacaan
tersebut hanya untuk membantu guru memperdalam pemahaman dan
penghayatannya sendiri sebelum ia berhadapan dengan peserta katekisasi.

Pemahaman
1. Sikap Yesus yang seolah mendua
Kitab-kitab injil banyak memberi kesaksian tentang sikap positif dan sikap
loyal Yesus terhadap aturan-aturan agama Yahudi. Hal ini membuktikan
bahwa secara umum Yesus boleh dianggap sebagai penganut agama Yahudi
yang setia. Tetapi kita juga dapat melihat dengan jelas terjadinya perselisihan
yang hebat antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi tentang ketaatan

55
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

kepada hukum Musa. Yesus mempunyai sikap yang sangat bebas terhadap
beberapa kebiasaan Yahudi, misalnya:

S merayakan hari Sabat


S pembasuhan sebagai upacara
S hukum-hukum tentang makanan
S hubungan orang-orang Yahudi terhadap orang-orang yang dipandang
melanggar hukum Musa seperti para pemungut cukai dan orang-orang
berdosa
Dalam hal-hal seperti itu Dia dibenci dan ditentang oleh orang-orang Farisi.
Memang cara beragama Yesus tidaklah secara harfiah. Artinya, Dia tidak
hanya mengikuti aturan-aturan agama secara membabi Buta seperti yang
digariskan, ditunjukkan, dan dipraktekkan oleh para pemimpin agama Yahudi.
Cara beragama mereka lebih mengutamakan pemenuhan aturan-aturan dan
ritus (upacara keagamaan). Cara beragama seperti ini disebut cara beragama
yang legalistik dan formalistik. Kalau orang sudah merasa telah memenuhi
aturan dan ritus agama seperti yang tertulis (secara harfiah) maka orang itu
menganggap diri sudah beragama dengan benar. Yesus memperkenalkan cara
beragama yang sungguh terarah kepada Allah, yaitu cara beragama yang
berintikan KASIH. Kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia. Salah
satu persoalan yang cukup rumit ialah bahwa sikap Yesus tidak digambarkan
dengan jelas dalam kitab-kitab Injil. Pada satu pihak terdapat ucapan-ucapan
Yesus yang sama sekali menolak hukum Musa (bnd. Luk 16:16). Dan pada
pihak lain terdapat ucapan-ucapan yang menerima segala hukum Musa
bersama-sama dengan semua tafsiran dari para ahli Taurat (bnd. Mat 23:2-
3; 5:17-20). Ucapan-ucapan lain menunjuk kepada sikapsikap yang berbeda
dengan kedua sikap di atas. Tentang Mat 5:17-20; 23:23, kita boleh
mencatat beberapa hal berikut:
a. Dalam bentuk sekarang pastilah ucapan-ucapan ini diteruskan oleh
orangorang Kristen kuno yang tinggal di Palestina. Ketika orang-orang
Kristen ini menentang orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani dan
yang lebih liberal, ucapan-ucapan ini dijadikan lebih kuat dan keras.

56
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

b. Beberapa ucapan ini mungkin pada mulanya dikatakan dengan sindirian.


Dengan demikian Mat 5:18, yang bertentangan dengan Mrk 7:18-23;
10:1-12, sangat sesuai dengan ajaran-ajaran agama Yahudi, misalnya dengan
kata-kata Philo: “Boleh diharapkan bahwa hukum akan tinggal kekal selama-
lamanya, sedang matahari serta bulan dan seluruh langit serta dunia tetap”.
Sangat sulit untuk mengerti bahwa Yesus mengulangi pikiran di atas, yang
sudah biasa di antara ahli-ahli Taurat. Ucapan dalam Mat 5:18 mungkin
dikatakan Yesus dengan sindiran yang pahit dan pada mulanya berarti: “Lebih
mudah langit dan dunia lenyap daripada ahli-ahli Taurat membuang ucapan
kecil (suatu nokta?) dari tradisi mereka, dan melalui tradisi mereka, hukum
Musa menjadi tidak efektif”. Dan Mat 5:20 mungkin berarti: “Orang
memang harus menjadi lebih benar daripada ahli-ahli Taurat, tetapi dengan
cara yang berbeda”.
c. Mungkin Yesus dituduh karena Dia tidak berpikir bahwa tuntutan etis itu
cukup penting, dan kadang-kadang Dia menjawab dengan kata-kata yang
keras dan radikal, dan kata-kata ini dapat disalahpahami dan dianggap
berarti penerimaan secara sempurna hukum itu.
d. Barangkali lebih tepat melihat sikap Yesus terhadap hukum agama dengan
memperhatikan bagaimana pekerjaan-pekerjaan yang sudah dibuat-Nya
menunjukkan bahwa di balik hukum (tertulis maupun lisan) ada sesuatu
yang lebih dalam maknanya dari pada sekedar yang diucapkan atau yang
tertulis.
e. Ucapan-ucapan Yesus kadang-kadang dipengaruhi oleh keinginan untuk
tidak mengecewakan orang-orang Yahudi yang tulus dan kolot (ortodoks).
Sebab itu kita tidak dapat mengerti ucapan-ucapan ini dengan mudah.
Kita harus mengingat bahwa ucapan-ucapan ini sekarang dipisahkan dari
situasi ketika ucapan-ucapan ini pertama kali diucapkan. Mungkin ucapan-
ucapan ini boleh dimengerti sebagai suatu sikap Yesus untuk menunjukkan
hormatNya terhadap hukum Musa pada umumnya. Dan dalam Mat 5:17
dikemukakan maksud Yesus yang menekankan arti hukum secara dalam,
etis, dan rohani.

57
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

2. Hukum Tertulis Dan Hukum Lisan


Persoalan lain adalah perbedaan antara hukum tertulis (Pentateuch - Isi
Kitab Kejadian sampai Ulangan) dan hukum lisan (tafsiran tradisional, yang
dianggap oleh orang-orang Farisi sebagai tradisi yang berasal dari Musa dan
mempunyai kewibawaan yang sama dengan kewibawaan hukum tertulis). Kita
tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa Yesus menerima hukum tertulis
dan menolak hukum lisan.
a. Yesus menerima beberapa perintah dari hukum lisan, misalnya rumah
ibadat, sistem korban, pajak Bait Allah (bnd. Mrk 11:16; 3:4; Mat
12:11). Memang hukum lisan kadang-kadang merupakan perubahan dari
hukum tertulis yang gampang saja terjadi. Perubahan inilah yang antara
lain ditunjuk oleh Yesus kalau ia kelihatan berseberangan dengan orang
Yahudi, terutama para Farisi dan ahli Taurat.
b. Yesus menolak hukum tertulis dan hukum lisan tentang perceraian, dan
tentang makanan-makanan halal dan haram.
c. Tetapi pastilah Yesus menganggap hukum tertulis itu sebagai hukum yang
lebih tinggi daripada hukum lisan (bnd. Mrk 7:8).
d. Kesimpulannya adalah bahwa maksud Yesus yang terpenting ialah untuk
menyerang sikap terhadap agama yang legalistis, formalistis, atau sikap
yang berpura-pura saja, pikiran bahwa jalan kepada Allah adalah melalui
ketaatan pada perintah-perintah, entah melalui hukum tertulis atau
hukum lisan. Maksud Yesus ialah untuk menekankan bahwa prinsip-prinsip
rohani merupakan dasar hukum tertulis, serta merupakan arti yang benar
dari hukum tertulis. Di dalam arti yang benar tentang hukum tertulis
itulah Yesus mendapat kehendak Allah yang benar. Arti yang benar ini
justru seringkali digelapkan oleh hukum lisan, sehingga kitab-kitab suci
dijadikan peraturan-peraturan yang mati. Itulah sebabnya Yesus terutama
menentang hukum lisan, tetapi juga menentang sikap yang legalistis
terhadap hukum tertulis.

3. Kritik Yesus Terhadap Hukum Musa Bersifat Konstruktif (Membangun)


Sikap Yesus terhadap segala hukum, baik hukum tertulis maupun hukum

58
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

lisan, adalah sikap yang baru. Kritik Yesus terhadap hukum Musa
sifatnya membangun, sama seperti yang dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Yesus menolak anggapan bahwa hukum lebih penting daripada
kebutuhankebutuhan manusia, dan Yesus menolak membiarkan hukum itu
merintangi pekerjaan-Nya sendiri di antara para pemungut cukai dan
orang-orang berdosa.
b. Yesus memanggil orang-orang untuk datang kepada sesuatu yang lebih
besar daripada hukum, sebab Yesus menganggap etika lebih penting
daripada upacara-upacara. Yesus juga menekankan bahwa yang paling
penting ialah agama yang bersifat rohani dan dalam, hati yang suci dan
kehendak yang menuju Allah (bnd. Mat 5:23-24).
c. Yesus meringkaskan segala hukum Musa itu dalam dua hukum yang
terutama. Dia mengartikan memahami bahwa kalau orang-orang mencoba
menaati kedua hukum ini, maka mereka boleh membiarkan semua hukum
lain.
d. Menurut Yesus, agama terdiri dari kepercayaan dan kasih kepada Allah
sebagai Bapa, yang mengampuni manusia dengan bebas. Oleh sebab itu
tidak ada tempat untuk sikap legalistis. Agama, menurut Yesus,
dibinasakan oleh orang-orang yang menindas kewibawaan sistem hukum.
e. Barangkali kita dapat mengerti dengan baik sikap Yesus yang bebas dan
kreatif, kalau kita menghubungkan sikap ini dengan perkataan-Nya bahwa
melalui diri-Nya sendiri dan melalui pekerjaan-Nya, Kerajaan Allah mulai
muncul di antara manusia. Bagi Yesus, hal yang terpenting ialah
pekerjaan-Nya sendiri, yaitu tugas-Nya untuk memperlihatkan Kerajaan
Allah yang sempurna, dengan menjadi Hamba Allah dan Hamba manusia,
dan juga memperlihatkan kasih Allah dan manusia dengan sempurna. Bagi
Yesus, tugas-Nya sebagai Hamba ialah kewajiban-Nya yang mutlak. Oleh
sebab itu hukum Musa tidak merupakan kewajiban-Nya yang terpenting.
Dengan demikian, ajaran dalam Mat. 12:5-8 rupa-rupanya berarti bahwa,
karena imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah sehingga
hukum Sabat boleh dilanggar juga oleh orang-orang yang melayani apa
yang melebihi Bait Allah. Ajaran dalam Luk. 13:10-17 berarti

59
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-11

bahwa di mana kuasa Kerajaan Allah bertentangan dengan kuasa-kuasa


iblis, hukum Musa tidak penting.

Kita harus mengerti bahwa Yesus, karena tugas-Nya sebagai Mesias, berhak
dan menerima tradisi keagamaan orang-orang Yahudi. Dalam tradisi itu Yesus
mendapat rangka kehidupan-Nya yang rohani, tetapi terhadap tradisi itu
Yesus bersikap bertentangan. Suatu kehidupan rohani yang baru dimulai oleh
Yesus, dan kehidupan rohani ini mengoyakkan agama yang lama, sama seperti
anggur yang baru mengoyakkan kantong kulit (kirbat) yang tua (bnd. Mrk
2:22). Yesus sendiri tidak memikirkan dan mengajarkan segala sesuatu yang
berasal dari prinsip-prinsip-Nya, sebab saat-Nya belum tepat. Rasul Pauluslah
yang kemudian banyak memberi perhatian atas hal ini dalam terang
pengalamannya “bertemu” dengan Yesus.

60
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-12

Yang Aku Tahu tentang Yesus. . . . . . .


Sebagai seorang Kristen anda tentu sudah banyak tahu tentang Yesus.
Sekedar untuk membangkitkan ingatan, jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
▪ Berapa umur Yesus Kristus ketika Ia disalibkan?
_______________________

▪ Di mana Ia disalibkan?
______________________________________________

▪ Mengapa Yesus disalibkan?


_____________________________________________

▪ Di mana Ia dikuburkan?
_____________________________________________

▪ Siapa yang pertama menyaksikan kebangkitan Yesus?


_____________________________________________________________________

▪ Kemukakan fakta-fakta kebangkitan Yesus (lih.Mat.28:9;Mark.16:4,


9-
20;Luk.24:2-3,16,34). __________________________________________________
________________________________________________________________________

Ia harus Mati dan Bangkit Kembali


Baca dengan saksama Mat. 27:63-64, Mrk. 8:31, Roma 3:23; 5:17-18;
6:10, II Kor. 5:21, Gal.3:13, Kol.1:20. Apakah yang dikatakan tentang
kematian dan kebangkitan Yesus?

Yang dikatakan tentang kematian dan kebangkitan


Bacaan Alkitab Yesus

Mat. 27:63-64
61
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-12

Mrk. 8:31

Roma 3:23; 5:17-18;


6:10

II Kor. 5:21

Gal.3:13

Kol.1:20

Maknanya bagiku
Diskusikan dalam kelompok kecil dua pertanyaan berikut:
♣ Orang Kristen adalah orang yang telah mati dan bangkit bersama Kristus.
Lihat. I Kor.6:14; 15:14-17; II Kor. 4:14, Ibrani 9:14-15; Ef.2:1-4.
Diskusikanlah sifa/sikap yang mesti dikuburkan dan sifat/sikap yang mesti
ditumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai tanda bahwa kita telah
menerima karya penyelamatan dalam Yesus Kristus?

♣ Bagi orang Kristen


kematian Yesus di kayu
salib adalah untuk
menghapus dosa manusia,
sekali untuk selama-
lamanya. Ternyata masih
banyak orang Kristen
yang kurang menghargai
hidupnya, bahkan
cendrung menghancurkan
kehidupan itu.
Kemukakan contohcontoh
konkrit mengenai pikiran, sikap, dan perbuatan apa yang sebenarnya

62
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-12

tidak menghargai kehidupan. Atau, dosa apa yang masih dilakukan oleh
orang
Kristen yang menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai pengorbanan
Yesus? Jelaskan!

Apa yang Harus Kulakukan?


Dalam hidup ini sering kita gampang melihat kelemahan dan kekurangan orang
lain. Tetapi untuk mengubah jalan hidup kita sendiri ternyata sering begitu
sulit. Yang paling baik ialah berani melihat diri sendiri. Jadi, sekarang kalau
anda ingin berubah, cobalah masing-masing membuat sebuah refleksi yang
intinya bisa berupa pengakuan dosa dan tekad untuk hidup baru.

UNTUK GURU

Deskripsi
Bahan mengenai kematian dan kebangkitan Yesus ini dirancang untuk
menuntun proses memahami Siapa Yesus dalam hubungannya dengan manusia
yang telah berdosa dan membutuhkan penebusan. Di harapkan seluruh proses
yang ditawarkan dapat membawa peserta pada perjumpaan yang lebih serius
dengan Yesus yang telah mati dan bangkit itu, sehingga merekapun

63
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-12

memiliki keberanian dan pengharapan dalam hidupnya, bahwa hidup ini tidak
sia-sia oleh karena kematian dan kebangkitan Kristus.

Tujuan
1. Peserta memperoleh kejelasan dan ketegasan mengenai fakta kematian
dan kebangkitan Kristus, bahwa keduanya sungguh-sungguh telah
terjadi.
2. Peserta memahami dan menyadari sendiri makna kematian dan
kebangkitan Kristus untuk kehidupannya.
3. Peserta mengembangkan kesadaran untuk berlatih dengan berani
mengaku dosanya serta membangun komitmen untuk mengubah jalan
hidupnya (memaknai pertobatan) Proses dalam kelas
Tahap pertama adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk melakukan
survei pemahaman. Biarkan peserta mengerjakannya masing-masing dengan
berdiam diri (tidak bicara). Pada tahap ini guru boleh menambahkan
pertanyaan yang dirasa perlu.

Tahap kedua mendorong peserta untuk menyelidiki beberapa bagian Alkitab


yang akan membantu mereka memahami kematian dan kebangkitan Kristus.
Pada tahap ini mereka boleh bekerja sendiri-sendiri, boleh juga bekerja
berkelompok, tetapi sebaiknya dengan kelompok kecil saja (dua atau tiga
orang).
Tahap ketiga sebenarnya merupakan tahap yang mengajak peserta untuk
berlatih menghubungkan pemahamannya dan penghayatannya tentang
kematian dan kebangkitan Yesus dengan kenyataan hidup orang Kristen.
Biasanya orang pemuda berani berpendapat jika ada yang mendukungnya,
maka pada tahap ini mereka sebaiknya bekerja dalam kelompok.

Tahap keempat lebih merupakan refleksi pribadi. Mintalah mereka menulis


pada sehelai kertas apa yang ingin diungkapkannya.

64
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13

Ia Hadir, Meski Telah


Hilang dari
Pandanganmu

Ketika Ia Pergi ….

Bacalah Kis. 1 : 6 – 11, bayangkanlah seandainya anda adalah salah seorang


yang hadir ketika peristiwa itu terjadi, gambarkanlah perasaan anda. Anda
bisa membandingkannya ketika anda ditinggalkan ( entah karena meninggal,
atau karena pindah ke tempat yang lain ) oleh seorang yang dekat dengan
anda. Tuangkanlah gambaran perasaan anda dengan satu atau dua bait
puisi. Kalau kamu tidak biasa dengan puisi, boleh memilih cara lain yang
disukai.

Jika kita mengamati secara saksama perikop di atas ( Kis. 1 : 6 – 11 ), jelas


bahwa murid-murid sepertinya tidak siap menghadapi peritiwa kenaikan Tuhan
Yesus. Mereka tidak menduga bahwa pada saat itulah mereka akan segera
berpisah dengan Tuhan Yesus. Padahal, jauh sebelum peristiwa itu terjadi
Tuhan Yesus sudah pernah menyampaikan kepada mereka bahwa suatu ketika
Ia akan meninggalkan mereka, pergi ke rumah Bapa untuk menyiapkan tempat
bagi mereka ( Yoh. 14 : 1 – 3 ).

Diskusikanlah dengan teman di samping, bagaimana mungkin Tuhan Yesus


naik ke surga padahal secara ilmiah itu menyalahi teori? ( ingat teori
gravitasi ) Dalam teori gravitasi semua benda yang massa jenisnya lebih
besar dari pada udara akan tetap berada di bumi. Oleh karena itu setiap
benda yang massa jenisnya lebih besar, jika dibuang ke udara pasti akan
jatuh kembali ke bumi. Tetapi dalam peristiwa Tuhan Yesus naik ke surga,
Ia terangkat meninggalkan/menjauhi bumi.

65
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13

Janji Yang Menghibur dan Menguatkan


Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Ia telah menjanjikan bahwa Ia akan
meminta kepada Bapa di surga untuk mengutus Rohkudus yang akan
menyertai murid-murid dan semua orang percaya. Janji itulah yang
menguatkan murid-murid bertahan di Yerusalem sambil menunggu pemenuhan
janji tersebut. Pengalaman mereka bersama Yesus meyakinkan mereka bahwa
janji itu pasti akan dipenuhi.

Bacalah Yoh. 14 : 15 – 31, kemudian kerjakan tugas berikut ini :


1. Sebutkanlah gelar-gelar yang diberikan kepada Roh Kudus yang
dijanjikan itu. 2. Dalam ayat-ayat manakah kalian dapat menemukan
gelar-gelar

Ia Datang dan Sungguh Hadir

Penantian murid-murid terhadap pemenuhan janji Tuhan Yesus tidak sia-sia.


Selama 10 hari, sejak kenaikan Tuahan Yesus ke surga (50 hari setelah
peristiwa kebangkitan), mereka bertahan di Yerusalem menunggu pemenuhan
janji itu. Seandainya mereka tidak meyakini bahwa janji itu akan dipenuhi
maka sepuluh hari merupakan waktu yang cukup menggelisahkan untuk
menanti sesuatu yang tidak jelas. Kemungkinan mereka akan bercerai-berai
dan masing-masing kembali menekuni profesinya bisa saja terjadi seandainya
mereka tidak yakin terhadap pemenuhan janji Tuhan Yesus ketika naik ke
surga. Setelah sepuluh hari menanti, maka pemenuhan janji Tuhan Yesus
dinyatakan dalam peristiwa keturunan Roh Kudus (sering disebut hari
Pentakosta).

66
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13

Bacalah Kis. 2 : 1 – 13, lalu diskusikan dalam kelompok :


1. Menurut kamu, apa saja y ang menakjubkan yang
terjadi dalam peristiwa keturunan Rohkudus?
2. Bagaimana kamu meyakini bahwa Rohkudus
tetap menyertai kita juga dalam kehidupan kita
sekarang ini?

Sakit ditinggal kekasih yang pergi jauh akan teratasi


jika ada saling percaya, jika ada
eyakinan
k bahwa ia
pergi untuk kembali dengan sesuatu yang lebih baik.
Apalagi kalau selama ia pergi selalu ada hubungan
mesra yang menyebabkan kehadirannya selalu terasa.
Ya, “jauh di mata dekat di hati,” itulah ungkapan yang
sering dikatakan orang

UNTUK GURU

Ketika Ia Pergi...

67
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13

Mengawali pelajaran kali ini guru memberi kesempatan kepada katekisan


untuk masing-masing mengemukakan bagaimana perasaan mereka seandainya
mereka hadir dalam peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Guru dapat
mengarahkan mereka dengan memberi contoh misalnya apakah mereka
bersedih, marah, atau biasa-biasa saja. Mengapa perasaan itu muncul?
Sesudah itu guru memberi kesempatan kepada katekisan untuk
berdiskusi dua-dua orang, mendiskusikan pertanyaan bagaimana peristiwa itu
bisa terjadi padahal bertentangan dengan teori ilmiah.
Sesudah katekisan berdiskusi guru menjelaskan bahwa Tuhan Yesus naik ke
surga adalah suatu peristiwa yang sungguh terjadi. Penegasan ini perlu,
mengingat bahwa banyak orang menjadi percaya kepada suatu peristiwa jika
dapat dibuktikan secara ilmiah. Kenaikan Tuhan Yesus ke surga adalah
peristiwa yang sungguh-sungguh pernah terjadi (walaupun kelihatannya
bertentangan dengan prinsip ilmiah, terutama teori gravitasi). Dalam
peristiwa Yesus naik ke surga, Ia menjauhi bumi, terangkat ke awan-awan
sampai mata tak mampu memandangnya lagi.
Kenaikan Yesus ke surga menunjukkan bahwa Ia berkuasa atas alam
raya ini, karena Dia adalah pemegang segala kuasa di surga dan di bumi
(Mat. 28 : 18). Yesus pergi ke surga karena Ia berasal dari surga ( Yoh. 16
: 28 ). Peristiwa kenaikan Yesus ke surga mungkin saja mendukakan hati
murid-murid-Nya. Betapa tidak mereka baru saja dipulihkan lewat
kebangkitan Yesus, setelah mereka mengalami sok/goncangan akibat
kematianNya. Oleh kematian Yesus mereka merasa tidak punya harapan,
sebab tumpuan mereka ternyata mati sebelum impian mereka terwujud,
yakni pembebasan dari penjajahan/kemerdekaan. Kita dapat membayangkan
bagaimana perasaan murid-murid ketika itu, yang tidak menduga bahwa Yesus
akan segera naik ke surga. Kenaikan Yesus ke surga tidak berarti
meninggalkan murid-murid tanpa jaminan. Sebelum peristiwa kenaikan-Nya, Ia
telah menjanjikan Penolong/Penghibur yang akan menyertai dan membimbing
umatNya. Oleh karena itu kenaikan Yesus ke surga diikuti janji kedatangan
Penolong/Penghibur.

68
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-13

Janji Yang Menghibur dan Menguatkan


Setelah penegasan tentang peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke surga guru
memberi kesempatan kepada katekisan untuk masing-masing membaca Yoh.
14 : 15 – 31 dan kemudian mengerjakan tugas yang sudah disiapkan dalam
lembaran kerja katekisan.

Ia Datang dan Sungguh Hadir

Guru membentuk kelompok ( disesuaikan dengan kebutuhan ) untuk


mendiskusikan pertanyaan yang sudah disiapkan untuk katekisan.

69
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14

KARYA ROH KUDUS SUNGGUH


MENAKJUBKAN

Sekilas
Apa yang kita ingat dari pertemuan yang lalu tentang Roh Kudus?
Mengapa Hari Pentakosta disebut hari kelahiran gereja? Kali ini kita akan
memberi perhatian khusus pada bagaimana Roh Kudus berkarya dalam
kehidupan jemaat mula-mula.

Kalau saudara secara sepintas membaca kitab Kisah Para Rasul kesan
pertama yang mungkin muncul adalah bahwa kitab ini penuh dengan kesaksian
tentang Roh Kudus. Memang, Kisah Para Rasul juga dapat disebut “Kisah
Roh Kudus”. Rasul-rasul dan semua orang percaya mengalami pekerjaan Roh
Kudus secara nyata dan selalu terkesan luar biasa. Sebenarnya Roh Kudus
adalah Allah sendiri yang hidup dan menguasai setiap orang yang percaya
kepada Yesus.

Tugas pertama
Perhatikanlah empat gambar dibawah ini. Masing-masing gambar dapat
dihubungkan dengan satu ceritera dari Kisah Para Rasul. Peserta membagi
diri menjadi empat kelompok dan masing-masing kelompok membaca satu
ceritera. Kemudian pilih gambar yang cocok untuk ceritera tersebut.
Setelah itu satu orang mewakili setiap kelompok menceriterakan kembali
untuk kelompok besar ceritera tersebut supaya semua dapat menikmati apa
yang pernah terjadi.

Perikop: Kisah Para Rasul 3:1-10 Kisah Para Rasul 4:32-37


Kisah Para Rasul 4:1-22 Kisah Para Rasul 5:1-11

Kisah Para Rasul ……………………. Kisah Para Rasul …………………

70
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14

Kisah Para Rasul ……………………… Kisah Para Rasul ………………………..

71
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14

Tugas kedua
Masih dalam kelompok yang sama diskusikan lagi dua pertanyaan berikut ini:

1.Dari keempat ceritera ini, apa yang kita bisa pelajari tentang pekerjaan Roh
Kudus?

2.Dalam kaitan dengan karya Roh Kudus, hal apa yang paling penting
untuk kita alami dalam hidup kita sekarang? Mengapa hal itu dianggap
penting?

Renungan lewat lagu


Akhirilah pertemuan ini dengan menyanyikan nyanyian dari Pelengkap Kidung
Jemaat 98:1, 2 “Ya Roh Kudus Baharuilah”

Tugas lanjutan

Hafalkan Kisah 2:46,47. Tetapi ingat yah! Ini bukan untuk ujian
semester, bukan pula untuk EBTANAS. Maksud tugas ini lebih penting
dari pada sekedar untuk dapat nilai. Ya, ini untuk membantu kita

UNTUK GURU

$ Ini adalah pertemuan kedua kita mempelajari tentang Roh Kudus. Pada
pertemuan pertama kita menggumulinya dengan memusatkan perhatian
pada kedatangannya sebagai pemenuhan janji Yesus yang telah naik ke
sorga. Penekanan pada pertemuan ini ialah pekerjaan Roh Kudus dalam
jemaat mula-mula. Dan pada pertemuan berikut pelajaran kita akan

72
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14
membahas tentang pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan setiap orang
yang percaya.

$ Kalau jumlah katekisan sedikit mintalah mereka membaca satu orang satu
perikop dan ceriterakan kembali setelah mencocockkannya dengan gambar
pilihan yang ada.
$ Kalau peserta katekisasi cukup berani dan waktu memungkinkan, setiap
ceritera dapat diperankan oleh kelompok yang membaca. Bisa juga
memakai “pantomim” yaitu main peran tanpa suara.

$ Pekerjaan Roh Kudus yang tercermin dari empat bagian kitab Kisah Rasul
yang dibaca dapat terlihat dari: (1) mujizat, (2) persekutuan orang yang
berdoa, memuji Tuhan dan saling memperhatikan, (3) keberanian bersaksi,
dan (4) kerelaan berkorban, penekanan kepada kejujuran, dsb.
$ Masalah Ananias dan Safira dapat membuat orang sangat heran.
Penekanan di sini ialah tentang pentingnya kejujuran karena Allah yang kudus
itu tidak mungkin dihampiri dengan kepura-puraan. Kalau kita mengikut
Dia, maka kejujuran menjadi sangat penting, mutlak perlu. Sekali lagi, Allah
yang kudus hanya dapat dihampiri dengan kejujuran.
$ Lebih baik kalau guru/pembimbing menolong peserta katekisasi menemukan
ide-ide sendiri. Ada baiknya mengakhiri diskusi dengan suatu kesimpulan
pelajaran, tetapi jangan terlalu panjang. Kalau peserta sedikit,
pembimbing guru dapat bertanya kepada mereka masing-masing apa yang
paling menarik tentang pekerjaan Roh Kudus dalam ceritera ceritera
tersebut.

$ Lagu ini mungkin baru, tetapi mudah dipelajari dan dapat dipakai beberapa
kali.

73
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-14

74
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15

Sekilas
Suatu hari seorang pemuda Kristen yang aktif dalam
kegaiatan gerejawi menjadi begitu dongkol dan sakit hati
karena diejek oleh teman-tamannya ketika ia sedang
menolong orang yang tidak dikenalnya. Ia dongkol dan
sakit hati tetapi ia tidak berhenti menolong orang yang terluka parah
karena sepedanya menabrak tiang listrik. Ia dongkol disebut “sok saleh,”
tetapi ia tidak berhenti menolong.
Pada tempat lain ada seorang pemuda Kristen mengalami nasib yang sama. Ia
diejek oleh teman-temannya ketika ia dengan pakaian rapih sedang berjalan
menuju suatu tempat kebaktian sambil menjinjing sebuah Alkitab. Perasaan
malu bercampur marah bergolak di hatinya ketika teman-temannya berteriak,
“kemasukan Roh niye!” Tanpa berpikir panjang spontan saja ia mengumpat
teman-temannya itu sambil meneruskan perjalanannya. Sayangnya peristiwa
itu membuat ia enggan pergi mengikuti kebaktian lagi.

Pengalaman yang membingungkan


1. Barangkali anda pernah mengalami peristiwa seperti yang diceriterakan
secara singkat di atas. Jika pernah bagaimanakah perasaan anda pada saat
itu? Jika tidak pernah, bagaimanakah sikap anda seandainya anda yang
mengalami peristiwa demikian? Percakapkanlah hal ini dengan teman di
samping anda.

2. Cobalah untuk mengingat-ingat kembali apakah anda pernah berada pada


posisi yang mengejek teman. Atau anda mungkin pernah bertanya di dalam
hati mengapa ada orang yang suka melakukan yang baik meskipun untuk
itu ia harus berkorban. Sebaliknya anda mungkin bingung kalau menyaksikan
betapa banyaknya orang yang sukanya melakukan kejahatan, atau mungkin
anda sendiri merasa memiliki kecenderungan berbuat tidak baik.
Percakapkan hal-hal ini dengan teman anda di samping.

75
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15

Mungkin anda bingung dengan pengalaman pribadi anda sendiri atau bingung
melihat kenyataan-kenyataan di sekitar anda. Bukankah kejahatan selalu ada
bersamaan dengan adanya banyak orang yang juga selalu mengejar yang baik?
Mungkin anda bertanya “di manakah Roh?” Bukankah Roh Kudus telah
dicurahkan? Bagaimanakah sebenarnya Roh bekerja? Pertanyaan-pertanyaan ini
sulit, tetapi marilah kita bersama-sama menggumulinya dengan berpaling ke
Alkitab.

Hidup Oleh Roh


1. Bacalah secara berbalasan (antara perempuan dan laki-laki) Roma 8:1-17.
Lanjutkan dengan masing-masing mebaca secara diam. Catatlah bagian yang
dianggap jelas dan yang tidak jelas!

Jelas ! Tidak Jelas (?)

2. Mungkin ada yang anda anggap jelas tetapi teman yang lain
menganggapnya belum jelas. Sebaliknya, mungkin ada bagian yang tidak
jelas bagi anda tetapi teman anda menganggapnya jelas. Jika ini terjadi
maka diskusi dengan teman akan menolong anda untuk saling melengkapi.

3. Setelah berdiskusi tulislah dalam satu atau dua kalimat kesimpulan yang
dapat anda katakan mengenai pekerjaan Roh dalam hidup anda sendiri
sebagai orang yang percaya kepada Kristus.

Buah-buah Roh
1. Bacalah Gal. 5:16-26. Renungkan secara mendalam apa yang dikatakan
oleh Paulus dalam bagian Alkitab ini, kemudian tanyakan pada diri anda

76
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15

sendiri, “manakah teguran dan nasehat rasul Paulus yang mengena saya?”
Catatlah hasil perenungan anda dalam kolom berikut:

2. Apakah yang akan anda lakukan dalam waktu mendatang supaya hidup
anda semakin sesuai dengan keinginan Roh?

Sebuah kebodohan!
Apakah anda tahu hukum logika (silogisme) dari Aristoteles? Contoh
silogisme Aristoteles bisa demikian:
► Manusia selalu berusaha mengetahui.
► Aris selalu berusaha mengetahui.
► Jadi Aris adalah manusia.
Bisakah demikian:
► Orang yang dikuasai Roh akan berbicara dalam bahasa Roh
► Aris bisa berbahasa Roh
► Jadi, Aris adalah orang yang dikuasai oleh Roh?

Jawabannya mungkin ya! Tetapi apakah hanya orang berbahasa Roh


yang benar-benar dikuasai oleh Roh? Atau, apakah semua orang yang
berbahasa Roh harus bernama Aris?

77
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15

UNTUK GURU
Tujuan
Tujuan pembelajaran untuk materi ini adalah:
1. Membantu proses belajar bersama yang menuntun peserta untuk
menumbuhkan kesadaran serta memperkokoh keyakinannya bahwa Roh
Kudus terus berkarya secara bebas dalam hidup manusia melalui
caraNya sendiri.
2. Mendorong peserta untuk meningkatkan latihan-latihan rohani yang
dapat membantunya untuk menghayati karya Roh Kudus yang berkuasa
membaharui hidup setiap orang yang mempercayakan hidupnya kepada
Tuhan, setiap orang yang memiliki tekad iman untuk memulai hidup
baru.

Proses dalam kelas

Tahap pertama: Sekilas


Setelah guru mengulangi inti pelajaran minggu lalu, mintalah dua orang
peserta secara bergantian membacakan ceritera singkat (sekilas) mengenai
pengalaman dua orang pemuda Kristen.

Tahap kedua: Pengalaman yang membingungkan


Tahap ini sebenarnya merupakan kesempatan bagi peserta untuk
membandingkan pengalamannya dengan pengalaman dua orang pemuda Kristen
yang diceriterakan dalam “sekilas.” Tetapi lebih jauh mereka diajak untuk
merenungkan pergumulan yang lebih mendalam, pergumulan yang mungkin
terasa membingungkan.
Tidak perlu berdiskusi secara amat serius pada tahap ini karena tahap ini
lebih bermaksud untuk membangkitkan kemauan mempelajari Firman Tuhan
dan menghubungkannya secara nyata dengan pergumulan sehari-hari.
Tahap ketiga: Hidup oleh Roh
Ini adalah tahap penelaahan Alkitab, dan tahap ini merupakan tahap paling
berat yang membutuhkan waktu banyak dan keseriusan yang sungguh.

78
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15

Bantulah peserta untuk melakukan tugas 1 – 3. Di sini kesiapan guru sangat


menentukan, karena ada kemungkinan peserta mengalami kesulitan.

Tahap keempat: Buah-buah Roh


Bagian ini lebih bersifat ajakan kepada peserta untuk berefleksi (bercermin
diri) dalam terang Firman Tuhan. Jika ini berhasil peserta sendiri akan
membangun komitmen-komitmen iman untuk lebih taat kepada kehendak dan
tuntunan Roh.

Referensi
Untuk memantapkan persiapan guru, maka sangat perlu mempelajari ulang
pikiran-pikiran Paulus mengenai empat hal yang terkait satu sama lain: (1)
hukum Taurat, (2) keinginan daging, (3) keinginan Roh dan kebebasan dalam
Roh, (4) hidup baru. Untuk hal ini Pengakuan Gereja Toraja, Bab V, perihal
Pengudusan sangat membantu persiapan guru.
agaimana mengetahui bahwa Roh Kudus bekerja pada seseorang? Bagaiamana
merasakan dan mengukur pekerjaan Roh? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak bis a
dijawab secara matematis dengan jawaban “begini” atau “begitu.” Mengapa?
Karena pekerjaan Roh tidak bisa dibatasi dan tidak bisa diukur dengan ukuran
tertentu, apa lagi dengan ukuran-ukuran yang bersifat indrawi. Pekerjaan Roh
Kudus tidak bisa dimengerti dengan logika (silogisme) Aristoteles.
Marilah sekarang kita meninggalkan s oal kebaktian dan berpikir tentang soal
etika. Salah satu nama yang tertua untuk orang-orang Kristen ialah Jalan
Tuhan (lih Kis 9:2); hal itu antara lain berarti bahwa mereka ternyata
sudah menyerahkan diri dan takluk kepada suatu cara hidup yang baru. Kalau
begitu, apakah para rasul menetapkan suatu buku undang-undang moral bagi
orang-orang yang telah bertobat, semacam pola kelakuan Kristen? Tentunya
Paulus telah berbuat demikian - Lih 1 Tes 4:1 dan 2 Tes 3:6, dan
perhatikan penunjukan dalam Rm 6:17 kepada suatu pola pengajaran yang
tradisional. Pasti ia bukanlah orang pertama yang berbuat sedemikian. Tradisi
moral manakah itu? Sekarang umum disetujui bahwa bagian-bagian etis dalam
surat-surat rasuli (mis 1 Tes 4:1-12; 5:12-22; Gal 5:13-6:10; Kol 3:1-4:6

79
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15

dan perikop yang serupa dalam 1 Ptr, Surat Ibrani, dll) memelihara sebagian
dari tradisi moral itu. Sebagian besar adalah etika elementer yang tidak
bersifat khusus Kristen, dan sebagian juga adalah pra-Kristen. Teguran untuk
berpisah sama sekali dari hidup yan lama; perintah-perintah untuk
memelihara kejujuran, kemurnian, ketulusan, kehidupan sederhana, dan bekerja
keras; peraturanperaturan tentang kehidupan keluarga yang sopan - inilah
bahan-bahan pokoknya. Pentingnya etika dasar semacam ini tidak sulit
dipahami, asalkan mengingat latar belakang nonkristen dari banyak orang yang
bertobat. Dengan demikian apakah tidak bisa diharapkan bahwa orang-orang
Kristen pertama mencari pedoman kehidupan mereka dalam ajaran Yesus
sendiri?
Sekali lagi kita dapat bertolak dari cara Paulus memakai ajaran Yesus untuk
mendapatkan cara dan etika orang Kristen sebelumnya. Ketika ia
diperhadapkan dengan persoalan yang sukar dalam kehidupan sehari-hari,
biasanya Paulus memecahkannya dengan menggunakan perkataan Tuhan, jika ia
mengetahuinya. Ada suatu contoh dalam 1 Kor 7:10. Lagipula, ketika
diselidiki bagian-bagian suratnya yang bersifat etis - terutama Rm 12-14 -
terdapat banyak gema perkataan Yesus .
Seandainya orang-orang Kristen sebelum Paulus berpaling kepada Tuhan
untuk ajaran-ajaran moral, di mana ada bukti untuk itu? Jawabannya
sederhana saja: Dalam tradisi sinoptis dari perkataan-perkataan Yesus. Hal
utama yang sudah diajarkan oleh para pengeritik bentuk sastra kepada kita
ialah bahwa injil-injil ini adalah sumber-sumber bagi ajaran gereja tertua itu,
bukan hanya bagi ajaran Yesus sendiri. Banyak perkataan Yesus sampai kepada
kita karena ada di dalamnya jawaban Tuhan mengenai masalah etis yang
hangat pada hari-hari pertama itu. Sebagai contoh: Orang-orang Kristen
pertama bertanya, Bagaimanakah sikap kita terhadap hari Sabat Yahudi?
Bimbingan terdapat dalam pernyataan-pernyataan Tuhan seperti Mrk 2:23,
dst; 3:1 dst; Luk 13:10-17.
Pada umumnya orang-orang Kristen membutuhkan juga prinsip-prinsip untuk
bertindak secara kristiani. Hal ini terpenuhi ketika mereka mengingat ajaran

80
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-15

sistematis tentang kehidupan di dalam Kerajaan Allah yang telah Yesus


berikan kepada para murid-Nya. Yang dimaksudkan ialah apa yang disebut
Khotbah di Bukit (Mat 5-7 dan Luk 6:20-49). Jika ditanyakan apa
artinya perkataan Jalan itu secara etis, sebagian besar jawabannya terletak
dalam ajaran Khotbah di Bukit, serta dalam perikop-perikop yang serupa di
tempattempat lain dalam kitab-kitab Injil.
Harapan yang menopang perjalanan para musafir yang pertama melewati
Jalan ini diringkaskan dalam dua kata Aram, Marana Tha! Datanglah, ya
Tuhan kami! (1 Kor 16:22). Tetapi kita harus mengerti tekanan atas kata-
kata itu secara benar. Ketika mereka berdoa, Datanglah ya Tuhan kami!,
sebetulnya mereka terlebih dahulu mengaku, Yesus-lah Tuhan. Mereka
percaya kemenangan yang sudah dicapai-Nya. Bila Parousia itu tiba, akan
terbukalah dengan mulianya segala pengertian yang terdapat dalam Paskah
pertama itu. Pada hari itu Kristus akan menghakimi orang yang hidup dan
yang mati (Kis 10:42). Pada saat itu akan diwujudkan orde sempurna yang
Allah nyatakan kepada umat-Nya melalui para nabi (Kis 3:21; bnd. Yes
65:17-25). Dan karena Yesus sudah bangkit serta ditinggikan ke sorga yang
mulia, maka pastilah para pengikut setia-Nya pun akan mengambil bagian
dalam kehidupan-Nya yang kekal.

81
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-16

dan kejam menuntut pelaksanaan ibadah kaisar; siapa yang tidak menyembah
kaisar akan dibunuh dengan kejam. Begitulah yang pernah dialami oleh orang
Kristen mula-mula.

Kamu mungkin ingat bahwa salah satu alasan untuk membunuh Yesus adalah
karena ia menyebut diri, atau diakui sebagian orang, sebagai Raja (baca Yoh.
18:33). Tentu kita ingat tulisan yang tertera pada salib Kristus, ‘INRI’
yang bila diterjemahkan berarti Yesus dari Nazaret Raja orang Yahudi (Luk.
23:38). Tulisan itu merupakan sebuah ejekan terhadap Yesus yang mengaku
diri sebagai raja tetapi ia tidak dapat menolong diri sendiri, apalagi
menyelamatkan rakyatnya (Luk. 23:35-37). Pada hal tugas dan
tanggungjawab seorang raja adalah menjamin kehidupan rakyatnya, sehingga ia
layak menerima sembah sujud dari rakyatnya, seperti yang terjadi pada masa
Kaisar Augustus. Memang yang patut disembah adalah yang menentukan
hidup mati kita, yang memberikan kesejahteraan. Nah, seandainya kamu
sungguh-sungguh merasakan bahwa seorang raja telah melakukan kebaikan
untukmu apakah kamu akan menyembahnya? Apakah memang kaisar itulah
yang menentukan hidup mati kita?

Mengapa Menyembah Allah?


Selalu ada alasan untuk menghormati. Mesti ada pula alasan untuk
menyembah. Kalau demikian, apa saja yang menjadi alasan untuk menyembah
82
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-16

Allah. Hal apakah yang Allah lakukan, yang tidak dapat dilakukan oleh
siapapun, sehingga hanya Ia yang layak disembah. Beberapa bagian Alkitab
berikut ini akan membantu kamu untuk memahami mengapa hanya Allah
yang patut disembah. Bacalah dan tuliskan dalam satu kalimat apa yang
kamu anggap inti dari bagian Alkitab tersebut.

Roma 11:34-36 - Luk. 4:8

______________ ____________________

__________________________ __________________________

Yes. 45:18-21

________________________________________________

Setelah membaca ayat-ayat tersebut di atas, pilihlah salah satu cara berikut
untuk mengungkapkan pernyataan isi hati atau penghayatan kamu mengenai
siapa yang layak disembah.
1. Buatlah satu puisi yang menyatakan pengakuan imanmu mengenai Allah
sebagai satu-satunya yang layak disembah
2. Buatlah satu pernyataan singkat yang mengungkapkan prinsip hidupmu
sebagai seorang yang menyembah Allah. Pernyataan bisa berupa motto,
semboyan, ungkapan berhikmat, atau yang lainnya.
3. Ambillah satu simbol dari apa saja untuk menjelaskan pemahaman dan
penghayatanmu mengenai Allah sebagai satu-satunya yang layak disembah.

83
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-16

4. Buatlah narasi (ceritera) singkat yang di dalamnya kamu mengajak orang


lain untuk menyembah Allah saja. Ceriteranya bisa berupa anekdot
(ceritera lucu), kisah nyata ataupun ceritera majiner atau fiktif.

Tugas Lanjutan
1. Amatilah hidupmu dan perihidup orang-orang disekitarmu. Apakah ada
tanda-tanda bahwa kamu sendiri atau orang lain disekitarmu cenderung
menyembah diri sendiri, menyembah materi (materialisme),
menyembah orang lain atau menyembah kuasa-kuasa lain di dunia ini?
Jika ada, daftarkanlah apa saja yang cenderung menjadi sembahan
manusia di masa kini.
2. Daftarkanlah sikap dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada pada dirimu
dan perlu ditinggalkan supaya kamu layak disebut penyembah Allah.

UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan ini ditempatkan pada bagian akhir dari topik mengenai Allah. Jika
pelajaran-pelajaran sebelumnya berhasil, maka materi ini diharapkan
membantu peserta untuk mengungkapkan kesimpulan imannya mengenai
Allah, bahwa hanya Allah saja yang patut disembah. Artinya, bahan-bahan
sebelumnya menolong peserta untuk memperoleh alasan yang kuat yaitu
84
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-16

pengenalan akan sifat dan karya Allah, sehingga mereka mengambil kesimpulan
dan membangun komitmen untuk menyembah Allah saja.
Tujuan
1. Menuntun peserta untuk menemukan sendiri alasan-alasan iman yang
alkitabiah bagi pengambilan keputusan untuk menyembah Allah saja.
2. Melatih peserta untuk mengidentifikasi secara jelas
kecenderungankecenderungan manusia menyembah ilah lain. Ilah itu bisa
berupa orang tertentu yang diagungkan, bisa materi, bisa kekuasaan,
bisa kesenangan pribadi, atau yang lainnya.
3. Mendorong peserta untuk berani melihat dirinya sendiri, melihat
kebiasaan-kebiasaan atau kecenderungan buruk pada dirinya, yang
menghambatnya untuk menyembah Allah saja.
Proses di kelas
1. Mintalah salah seorang membacakan potongan artikel, ‘Menghormati
atau Menyembah?’ Setelah itu, mintalah mereka mendiskusikan dengan
teman di samping dua pertanyaan yang terdapat pada bagian akhir
potongan artikel tersebut.
2. Mintalah peserta untuk secara mandiri dan berdiam diri mengerjakan
tugas memahami Alkitab dan mengungkapkan penghayatannya melalui
berbagai bentuk ekspresi. Mintalah mereka memilih salah satu bentuk
ekspresi saja. Setelah mereka selesai bekerja sendiri-sendiri mintalah
mereka memperlihatkan, membacakan, atau menjeaskan pekerjaan
mereka. Jika dirasa perlu untuk diskusi, boleh menanyakan lebih lanjut
apa yang tersirat di balik ekspresi mereka. Tetapi berusahalah untuk
menjaga perasaan mereka, supaya mereka tidak merasa terpojok karena
pertanyaan yang diajukan.
3. Tugas lanjutan boleh dikerjakan bersama (khususnya nomor satu),
boleh dikerjakan secara perorangan. Tugas ini boleh dikerjakan di
rumah, boleh juga di kelas bila waktu masih tersedia.

85
BAB III G E R E J A

Kalau semua berjalan normal, seperti yang diharapkan pada akhir bagian kedua, maka kini
peserta katekisasi telah siap membuka wawasannya untuk melihat masalah-masalah secara
lebih luas, lebih dari pada memikirkan diri sendiri. Bagian ini akan membantu mereka
untuk menyadari keberadaannya sebagai warga gereja, warga dari sebuah persekutuan yang
dipanggil dari dunia dan diutus ke dalam dunia untuk menjadi teman sekerja Allah dalam
melaksanakan misi penyelamatan Allah bagi dunia ini.

Apakah gereja itu, bagaimana ia hidup dalam kehadirannya di tengah dunia, itulah yang
akan dibahas secara berturut-turut selama 7 kali pertemuan (pertemuan ke-17-23).

Pada akhir bagian ini peserta katekisasi diharapkan menjadi sadar bahwa Gereja yang kudus
dan Am itu hadir di mana-mana dan mengembangkan kehidupan kegerejaan secara
berbeda-beda menurut konteksnya. Kesadaran demikian kiranya mengingatkan peserta
bahwa gereja memang hadir untuk dunia nyata yang dihadapinya. Dan setiap orang
percaya, warga gereja, tidak berhenti pada kesibukan mengurus kehidupan bergerejanya
saja, sebab misi gereja adalah untuk dunia seluruhnya, untuk apa dan siapapun yang di luar
dirinya.

Karena itu sangat diharapkan bahwa katekisan akan terdorong mengenali konteks
kehidupan di mana ia hadir dan melatih diri untuk menghadapi setiap permasalahan yang
muncul dalam kerangka imannya kepada Allah. Iatulah yang akan dilakukan dan dipelajari
bersama pada bagian berikutnya (lingkungan).
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17

Antara pengertian dan


perilaku
Kita tentu sudah terbiasa mendengar
kata “gereja” dan sering
menggunakan kata itu dengan
berbagai cara. Setidaknya anda
pernah mendengar orang
mengatakan, “mari kita ke gereja,”
“mengapa tidak ke gereja,”kami
sedang mencari dana untuk
membangun gereja,” dan lain
sebagainya. Pada saat anda
mengatakan atau mendengar kata
gereja dalam pemakaian seperti itu,
apakah sebenarya yang muncul di
benak anda?

Yang muncul dibenak saya …….

Apakah gereja itu menurut saudara?

Menurut saya gereja adalah ……

Gereja menurut Alkitab


Marilah kita melihat ke dalam Alkitab untuk merenungkan kembali apakah pemahaman kita
selama ini tentang gereja cocok dengan kesaksian Alkitab. Sebelumnya mari kita
nyanyikan Kidung Jemaat 257.
Untuk berdiskusi sebaiknya peserta membagi diri ke dalam beberapa kelompok kecil (3-5 orang)
dan mengerjakan tugas berikut:
83
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17

a. Bagaimana pendapat saudara tentang isi dari lagu Kidung Jemaat 257? Sebutlah beberapa
ayat Alkitab yang mendukung pendapat saudara!
Menilik kehidupan bergereja
Tak ada gunanya mengerti secara mendalam kalau pengertian itu tidak diwujudkan dalam
kehidupan nyata. Jadi ada baiknya belajar bersama tentang bagaimana seharusnya kita
mewujudkan kehidupan bergereja yang sejati. Nah, lanjutkanlah percakapan dalam
kelompok besar untuk membahas kasus berikut:

Di suatu tempat hiduplah suatu Jemaat yang beranggotakan 150 kepala keluarga,
kurang lebih 550 jiwa. Ketika anggotanya baru berjumlah 200 orang, dan gedung
gerejanya masih berupa gubuk bambu berukuran 6 X 12 meter, sebagian besar anggota
dewasa (rata-rata 85 orang) masih setia mengikuti kebaktian hari Minggu. Hidup
tolong-menolong, saling mengunjungi dan kerjasama untuk mendukung pelayanan
jemaat masih begitu nampak. Demikianlah Jemaat ini terus mengalami perkembangan,
terutama dari segi jumlah anggota, sampai anggotanya mencapai jumlah 150 KK.
Keadaan mulai berubah ketika pembangunan gedung gereja yang terbilang mewah
untuk ukuran semi kota. Ketika itu warga jemaat begitu bersemangat dan berlomba-
lomba, bahkan saling bersaing dalam memberi persembahan untuk pembangunan.
Alhasil, hanya dalam tempo 5 bulan gedung gereja yang berukuran 13 X 24 meter itu
selesai dengan baik, dan ibadah pengucapan syukurpun diadakan dengan acara yang
terbilang meriah. Apalagi dalam ibadah pengucapan syukur itu dilakukan pula acara
peneguhan Pendeta Jemaat, setelah sebelumnya Jemaat ini hanya dilayani oleh seorang
Pendeta yang melayani beberapa Jemaat. Rasanya agak aneh, bahwa pada tahun-
tahun kemudian terjadi perubahan yang mengecewakan. Semakin berkurang warga
Jemaat yang datang beribadah ke gedung gereja yang besar dan mewah itu. Ya,
semakin banyak bangku yang kosong, semakin banyak pula warga Jemaat yang terjun
ke medan judi, serta semangat kerja sama mulai merosot.

Kasus di atas tentulah bukan kisah nyata, tetapi anda sendiri bisa menilai apakah dalam kehidupan
bergereja kita sekarang ada kecenderungan yang mengarah ke keadaan seperti yang diceriterakan
di atas. Berilah komentar dan katakanlah apakah yang saudara pelajari dari kisah di atas?

84
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17

Tekad perubahan
Anda sudah bergumul banyak dan percakapan dalam kelompok kiranya mendorong saudara
untuk melihat hal-hal yang perlu dikembangkan. Kalau saudara masih tertarik di sini masih
ada dua tugas yang tidak kalah menariknya. Anda boleh mengerjakannya bersama dengan
teman, tetapi boleh juga dikerjakan sendiri-sendiri.

◘ Berdasarkan pemahaman yang saudara hayati, cobalah merumuskan beberapa hal


yang dianggap sangat penting dilakukan dalam Jemaat saudara supaya nyata
bahwa di tempat saudara memang ada gereja yang sedang menjalankan misi Kristus.
◘ Daftarkanlah apa saja yang anda anggap sebagai kebiasaan-kebiasaan atau sikap yang
tidak sesuai dengan prinsip hidup bergereja menurut penghayatan saudara

UNTUK GURU

85
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17

Deskripsi
Ini adalah materi pertama mengenai gereja. Setelah pembahasan mengenai Allah diakhiri
dengan topik, “Hanya Allah yang Patut Disembah,” katekisan kemudian ditantang dengan
suatu kenyataan lain, bahwa tugas dan panggilan kita tidak berakhir dengan mengakui
Allah sebagai satu-satunya yang patut disembah. Artinya, mengakui Allah berarti siap
menerima tanggungjawab untuk mengambil bagian dalam pekerjaan penyelamatan Allah
bagi dunia ini. Untuk itulah Gereja ada. Pada pertemuan pertama mengenai Gereja ini
perhatian dititikberatkan pada upaya untuk membantu katekisan memahami hakekat, visi
dan misi Gereja.
Judul yang diberikan, “Gereja bukanlah Gedungnya,” dimaksudkan untuk menyentak para
katekisan dengan sebuah tantangan nyata, bahwa orang Kristen sendiri sering melihat
gereja dalam pengertian gedung tempat beribadah. Sesungguhnya gereja adalah orang yang
bersekutu dalam nama Yesus, orang yang bertindak, bersaksi dan melayani demi nama
Kristus.

Tujuan
Tujuan dari pelajaran ini adalah:
1. Membantu peserta katekisasi untuk membangun pemahamannya sendiri mengenai hakekat,
visi dan misi Gereja berdasarkan kesaksian Alkitab.
2. Mendorong peserta untuk menumbuhkan kesadaran-kesadaran baru mengenai hidup
bergereja dan terdorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan gerejawi.

Proses dalam kelas Tahap pertama: Antara pengertian dan perilaku


Pada tahap katekisan diajak untuk menjadi sadar bahwa bisa jadi pengertian atau
pengetahuan kita berbeda dengan yang kita rasakan dan alami sehari-hari. Bisa jadi belajar
di sekolah membuat kita mengetahui pengertian mengenai gereja, tetapi dalam kehidupan
nyata sehari-hari lain yang terjadi atau dirasakan. Mintalah mereka menulis pada kolom
yang disediakan apa yang pertama muncul dalam benak mereka ketika mendengar kata
gereja,. Setelah itu mintalah mereka menulis pengertiannya tentang gereja dalam kolom
yang disediakan. Setelah itu mintalah satu atau dua orang membacakan apa yang ia tulis.
Ini tidak perlu didiskusikan secara mendalam. Sebab tahap pertama ini hanya survei
pemahaman dan dorongan untuk belajar.

Tahap kedua: Gereja menurut Alkitab


Tahap ini tidak dimulai dengan membaca Alkitab, karena diasumsikan peserta sudah cukup
terbiasa dengan topik mengenai gereja. Nyanyian Kidung Jemaat 257 sudah lazim dan ini
dijadikan titik tolak untuk diskusi tentang gereja. Bukan masalah kalau dalam diskusi
mereka mengalami kesulitan menemukan bagian Alkitab yang mendukung pendapat
mereka. Ini justru menjadi kesempatan untuk mengingatkan mereka betapa pentingnya
pengertian-pengertian kita tentang iman Kristen didasarkan pada kesaksian Alkitab.
Kesulitan mereka mungkin sedikit teratasi kalau diberi kelonggaran untuk mengingat saja
bagian Alkitab yang mereka maksud, tanpa harus menghafal ayatnya.

86
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17

Tahap ketiga: Menilik kehidupan bergereja


Tahap ini dilakukan dengan metode studi kasus. Studi kasus ini mengajak mereka untuk
belajar menganalisis masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan bergereja. Komentar
dan pendapat mereka sebenarnya menggambarkan pemahaman dan penghayatan mereka
mengenai gereja. Mulailah tahap ini dengan meminta dua orang membacakan ceritera fiksi,
“Maju atau Mundur.” Setelah itu biarkan mereka berdiksusi secara bebas dengan temannya.
Untuk tahap ini situasi ribut bukan masalah, karena perbedaan tanggapan dengan sendirinya
mendorong mereka berdiskusi. Setelah itu berilah kesempatan kepada mereka untuk
menyampaikan komentar dan pendapatnya mengenai apa yang mereka bisa pelajari dari
kasus tersebut.

Tahap keempat: Tekad perubahan


Tahap terakhir ini memberi kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan tekad
perubahan sikapnya dan mempertegas komitmennya sebagai warga gereja. Biarkan mereka
memilih bagaimana cara mereka mengerjakan tugas pada tahap ini. Kalau masih sempat,
akhiri pertemuan ini dengan menyanyikan Kidung Muda-mudi nomor 77.

Pemahaman
Ada kecenderungan banyak orang kristen untuk salah memakai statusnya sebagai anggota
gereja karena mereka beranggapan bahwa hanya gedung gereja yang harus tetap kudus
sementara dirinya sendiri hanya kudus ketika beribadah di gereja. Mereka seakanakan
merasa bukan bagian dari yang kudus itu bila berada di luar gereja. Sebagaimana
ungkapan-ungkapan dalam doa yang lebih sering mengucapkan di Rumah-Mu yang kudus
(gedung gereja) ketimbang diri kita yang adalah Bait Allah yang kudus. Padahal
berdasarkan Kejadian 12:1-3; Keluaran 19:5-6; Ulangan 4:20; 14:2;26:18; Titus 2:14; 1
Petrus 2:9, Gereja atau Umat Allah adalah persekutuan orang-orang percaya ((Mat. 16:18)
yang dipanggil, dipilih dan dikuduskan untuk menjadi berkat bagi semua orang. Dengan
demikian mestinya kapanpun dan dimanapun ia ada, ia adalah gereja yang kudus.
Gereja ini berada di dalam dan diutus ke dalam dunia untuk menjadi garam dan terang
(Mat. 5:14-16), walaupun kehadirannya tidak selalu mulus karena dunia tidak menyambut
dengan ramah, melainkan sering justru membencinya (Yoh. 15) dan juga karena domba
sedang berada di antara serigala (Luk. 10:3). Sekalipun demikian gereja tidak harus
menyerah karena dia diutus menjadi saksi.
Dalam rangka menjadi saksi itulah gereja harus mempunyai visi dan misi. Visi gereja jelas
pada panggilannya untuk menjadi berkat dan membawa keinsafan akan dosa, kebenaran
dan penghakiman (Yohanes 16:8-11). Visi itu antara lain ialah terwujudnya kehidupan
damai sejahtera yang Allah sediakan bagi semua orang dan segala bangsa di bumi ini.
Penyempurnaan visi di masa depan itu, hanya bisa dilihat oleh iman. Oleh visi yang dilihat
oleh iman itu, gereja didorong kepada suatu misi. Maka dalam rangka visi itulah gereja
dipanggil, dipilih dan dikuduskan untuk menjalankan misi menjadi berkat bagi semua
orang. Dengan singkat dapat dikatakan misi gereja adalah melanjutkan misi Kristus (Yoh.
17:18).
Visi yang benar harus datang dari Allah sendiri, yang selain mengakibatkan misi, juga
memberi mandat antara lain: memelihara dan mengusahakan pengelolaan bumi ini dengan
87
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-17

baik (Kejadian 2:15), memberitakan kabar baik (Euaggelion), kabar kesukaan atau
keselamatan, dan memberkati bangsa-bangsa. Itulah sebabnya maka gereja adalah bahtera
Kerajaan Allah yang hidupnya dan pelayanannya menggambarkan kasih, persaudaraan,
damai sejahtera secara nyata. Wujud Kerajaan Allah itu dibangun oleh Allah sendiri. Jadi
kalau terjadi kegagalan mewujudkan kasih, persaudaraan dan damai sejahtera itu, jangan
lalu merasa kecewa seakan-akan wujud itu kita yang bangun, padahal kita hanyalah alat
yang seringkali tidak setia (Markus 8:34)
Jadi jelaslah bahwa gereja sebagai lembaga/institusi tidak mungkin melaksanakan misi
seperti itu. Yang bisa mewujudkannya ialah orangnya. Itulah sebabnya maka gereja
bukanlah gedungnya, tetapi orangnya.

88
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-18

Sekilas
Ada seorang kaya, direktur sebuah Bank memberikan hadiah kepada seorang sopir
pribadinya dalam jumlah uang yang cukup besar. Ia memberikannya dalam bentuk
selembar cek sambil berpesan, “jika kamu bermaksud mengambilnya belilah sebuah
meterai lalu tempelkan pada cek ini sebelum saya manandatanganinya.” Mungkin karena
kegembiraan yang berlebihan, maka pada saat ia kembali ke rumahnya ia langsung singgah
di Bank dan bermaksud mencairkan cek tersebut. Tetapi karena belum bermeterai dan
belum dibubuhi tandatangan, pelayan Bank tidak dapat mencairkan cek tersebut. Tentu saja
uang itu tetap merupakan miliknya, tetapi orang lain tidak akan tahu bahwa itu uangnya
selama cek tersebut belum dicairkan. Percakapkanlah, apa yang anda dapat simak dari
ceritera tersebut?

Yesus Dibaptis?
Bacalah Mat. 3:2. Ayat ini menyatakan bahwa Baptisan Yohanes adalah baptisan tobat.
Artinya, baptisan ini dilayankan kepada mereka yang menerima seruan tobat
(meninggalkan dosa). Percakapkanlah dalam kelompok, mengapa Yesus menerima baptisan
Yohanes, padahal Ia tidak berdosa.

Memahami Baptisan Kudus


Bacalah bagian-bagian Alkitab berikut ini, dan jawablah pertanyaan yang di sampingnya,
dengan cara memilih salah satu dari jawaban yang dianggap cocok!

Ayat ini menyatakan bahwa:


a. Baptisan merupakan syarat untuk memperoleh keselamatan
b. Baptisan adalah syarat tambahan untuk memperoleh keselamatan
Mrk. 16:16
c. Baptisan tidak penting, karena tanpa dibaptis orang diselamatkan juga
d. Meskipun baptisan bukan syarat keselamatan, tetapi ia menjadi penting
karena ia menunjukkan secara kelihatan bahwa seorang telah menjadi
percaya dan diselamatkan.

89
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-18

Baptisan itu menjadi penting karena baptisan menjadi tanda yang


mengingatkan dan menyatakan kepada saya bahwa kita tidak perlu takut
pada kematian, sebab mati bersama Kristus berarti bangkit bersama
Kristus. Apakah saudara setuju dengan pernyataan ini?
Roma 6:3-4
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu

Sunat sebagai meterai yang tidak ada artinya tanpa iman.


Menurut pemahaman Gereja Toraja, baptisan menggantikan sunat yang
dilakukan oleh umat Israel sebagai meterai perjanjian Allah dengan
umatnya. Manakah pernyataan berikut yang cocok dengan pemahaman
saudara:
Roma 4:11-12,
Kej. 17:10, a. Baptisan adalah meterai yang menyatakan anugrah keselamatan yang
Kis. 7:8 diberikan Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus
b. Tanpa iman Baptisan tidak ada gunanya
c. Baptisan menolong kita untuk menjadi percaya
d. Tanpa baptisan kita tidak bisa percaya
e. a dan b benar

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, apakah saudara setuju jika anak-anak


juga dibaptis?
Mat. 28:19,
a. Setuju
Mrk. 10:13-16,
b. Tidak setuju
Mat. 19:13-15
c. Tidak tahu
Ul. 6:6-9
d. Ragu-ragu

Kor. 12:13 Berdasarkan ayat ini kita diingatkan bahwa baptisan menyatakan kepada
kita bahwa Roh dikaruniakan untuk mempersatukan kita sebagai tubuh
Kristus. Karena itu menurut saya:

a. Perselisihan, percekcokan, ataupun perkelahian adalah bertentangan


dengan prinsip hidup kristen
b. Kita harus selalu mengusahakan untuk hidup bersekutu dan damai
dengan semua orang, tanpa membeda-bedakan.
c. Baptisan tidak ada gunanya, karena ternyata dunia tetap saja diwarnai
dengan perselisihan bahkan peperangan
90
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-18

d. a dan b benar

Mau berdiskusi lagi?


Setelah selesai mengerjakan tugas di atas, bandingkanlah hasil pekerjaan anda dengan hasil
teman di samping kiri dan kanan anda. Mungkin setelah membandingkannya anda jadi
terdorong untuk berdiskusi. Silahkan dilanjutkan dengan diskusi jika dirasa ada hal penting
yang perlu dipahami bersama. Ingatlah bahwa pertemuan ini tidak bermaksud membahasa
semua soal yang muncul. Yang terpenting anda dapat memperkaya pemahaman dan
memperdalam penghayatanmu melalui diskusi dengan teman-teman.

Pengalaman mendua hati


Amatilah gambar berikut ini.
Apakah saudara mengalami hal
yang sama seperti yang terungkap
dalam gambar orang tersebut?
Apakah pendapat saudara?

Memilih satu di antara dua pilihan


itu normal, tetapi mendua hati
secara berkelanjutan adalah
pertanda ketidakdewasaan. Orang
yang mendua hati tidak akan
pernah maju dan menikmati hidup secara
penuh

UNTUK GURU

Deskripsi
Pertemuan ke-18 ini merupakan pertemuan kedua yang membahas mengenai Gereja.
Setelah memahami apakah Gereja dalam arti sesungguhnya, khususnya dengan memahami

91
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-18

hakekatnya, visi dan misinya, maka bagian ini diharapkan menolong peserta memahami
keanggotaannya: bagaimana ia menjadi anggota gereja. Disini menjadi penting untuk
mendorong proses belajar yang menuntun peserta mengambil keputusan dengan sadar
untuk menjadi anggota gereja. Jika mereka telah menerima baptisan anak-anak, maka
proses belajar ini akan memperkokoh kesadaran mereka mengenai keanggotaannya, bahwa
ia benar-benar telah menjadi warga Kerjaaan Allah, sebagaimana dimeteraikan oleh
Baptisan Kudus.

Proses dalam kelas


Sangat diharapkan agar guru menguasai bahan untuk murid supaya dapat berfungsi sebagai
pendorong lancarnya proses belajar.

Catatan Pemahaman
Jika peserta tidak menemukan apa yang dicari dalam ceritera fiksi (sekilas), maka guru
dapat menjelaskan makna ceritera tersebut sebagai berikut:
- pentingnya tanda (manusia membutuhkan tanda yang kelihatan atau terjangkau oleh
indranya)
- Menjelaskan juga bahwa yang lebih penting adalah apa yang ditandakan, apa isi
dari cek itu. Dalam ceritera di atas yang utama dan penting adalah kepemilikan
uang. Uang itu sudah merupakan miliknya karena sudah diberikan kepadanya, tetapi
tanpa tanda/meterai dan tanda tangan dari pemberi cek, orang lain tidak akan tahu
bahwa uang itu miliknya.
- Jika uang tidak dicairkan karena meterai belum ada, maka orang itu juga belum
dapat menikmati dengan sungguh arti uang itu atau pemberian tuannya itu. Juga,
selama uang itu belum cair, maka selama itu ia juga tidak bertanggungjawab atas
penggunaannya.

Jika murid tidak menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan mengenai baptisan atas diri
Yesus, maka guru menjelaskan bahwa Tuhan Yesus dibaptis bukan karena Ia berdosa,
melainkan supaya nyata bahwa Ia akan mengalami semua yang disimbolkan dengan
baptisan yaitu kematian dan kebangkitan.

92
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19

Makan di warung dan makan pada acara pesta


Mungkin anda belum pernah makan di warung, tetapi anda bisa
membayangkannya. Makan pada acara pesta, kita semua pasti
pernah merasakannya. Percakapkanlah dengan teman di
samping anda mengenai pengalaman
ersebut:
t satu orang
berceritera tentang pengalaman makan di warung dan satu orang berceritera tentang makan
pada acara pesta.

Tugas pertama:
1. Pernahkah anda merenungkan tentang perbedaan dan kesamaannya? Sekarang,
cobalah bandingkanlah suasana makan bersama yang terjadi di warung dengan
makan bersama yang dilakukan atas undangan seseorang pada suatu pesta. Apakah
yang berbeda?
2. Menurut anda, apakah Perjamuan Kudus yang dilakukan oleh gereja terjadi karena
undangan. Jika anda mengiakan, lalu siapakah yang mengundang?

Tugas kedua

Bacalah ayat-ayat berikut: Matius 26:26-28, Mrk. 14:22-25, Luk. 22:1520,


1 Kor. 11:23-25. Bandingkan juga dengan Kel. 24:6-8 Berdasarkan
bagian-bagian Alkitab di atas, diskusikanlah dalam kelompok kecil (4-6
orang) pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Mengapa Gereja melaksanakan Perjamuan Kudus?
- Apakah maksud Perjamuan Kudus?
- Apakah makna roti dan anggur?
- Untuk siapakah Perjamuan kudus diadakan?

Tugas ketiga: Jangan salah memahami!


Semujarab apapun obat ia tidak akan pernah menyembuhkan jika terjadi kesalahan
menggunakan. Bagai emas yang diberikan kepada babi, demikianlah obat sakit kepala akan
menjadi sia-sia jika diberikan kepada yang sakit gigi. Perjamuan Kudus jika salah
dimengerti, atau salah dihayati akan kehilangan makna yang sebenarnya.

93
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19

Diskusikanlah dalam kelompok besar kasus berikut ini: seorang yang sedang sakit sangat
ingin mengikuti perjamuan kudus karena ia beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya
merupakan akibat dari kesalahan tertentu yang telah dilakukannya. Dalam hati kecilnya ada
keyakinan bahwa dengan minum anggur dan makan roti Perjamuan Kudus, ia akan menjadi
sembuh. Bagaimana pendapat anda tentang pandangan demikian?

Damai yang nyata

Amatilah gambar berikut ini dan bacalah 1 Tes. 5:13 . Apakah komentar anda tentang gambar
tersebut?

Tugas Lanjutan
Baca kembali 1 Kor. 11:23-25; bandingkan juga dengan Kel. 24:6-8. Baca juga Mat.
18:2,3; 19:14. Bagaimana pendapat anda sehubungan kebiasaan Gereja Toraja yang hanya
melayankan perjamuan Kudus untuk warga jemaat dewasa. Diskusikan pendapat anda
bersama orang tua di rumah, atau dengan siapa saja yang anda pilih.

94
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19

He … ! Mana yang lebih


Kasihan ya si Anu, menyenangkan: Makanan melimpah
setiap hari hanya tetapi meja makan selalu dihiasi
makan singkong dan pertengkaran, atau makanannya cuma
sambal terasi singkong dan sambal terasi tetapi setiap
anggota keluarga makan bersama penuh
keakraban dan kegembiraan?

UNTUK GURU

Deskripsi
Pada pertemuan ini perhatian masih berpusat pada tradisi Gereja yang sangat alkitabiah,
sebagaimana halnya Babtisan Kudus. Penekanannya ialah bahwa Yesus sendiri yang
mengamanatkannya, tetapi tradisi ini akan kehilangan maknanya jika tidak dipahami dan
dihayati dengan benar. Untuk itu sangat perlu setiap anggota gereja memiliki pemahaman
yang tepat serta penghayatan yang mendalam mengenai tradisi ini.

Tujuan
1. Menuntun peserta pada pemahaman dan kesadaran bahwa Perjamuan Kudus
terutama dimaksudkan untuk menjadikan pendamaian Allah, yang dinyatakan
melalui pengorbanan Kristus, sebagai pengalaman nyata dalam hidup bersekutu.
2. Mendorong tumbuhnya kesadaran bahwa gambaran hidup damai dan sejahtera yang
dijanjikan Tuhan kepada setiap orang percaya, sebagaimana dirayakan dan dialami
dalam perjamuan kudus, mestinya menjasi nyata juga dalam kehidupan sehari-hari.

Proses dalam Kelas

Pendahuluan dan tugas pertama


Tuntunlah peserta melakukan proses seperti yang diminta dalam lembaran kerja katekisan.
Untuk pendahluan mintalah katekisan membayangkan selama satu sampai dua menit,
kemudian mengemukakan pendapatnya. Setelah itu minta dua orang dari mereka
menceriterakan pengalamannya secara singkat. Kemudian minta mereka menjawab dua
pertanyaan pada tugas pertama. Lamanya kegiatan ini sebaiknya tidak lebih dari 10 menit.
Untuk nomor dua dari tugas pertama ini, peserta diajak untuk mengemukakan pemahaman
awal mereka tentang perjamuan kudus.
95
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19

Tugas kedua
Untuk tugas kedua minta peserta mendiskusikan dalam kelompok (4-6 orang) empat
pertanyaan yang saling terkait setelah membaca beberapa bagian Alkitab yang diminta.

Tugas ketiga
Studi kasus ini penting untuk memperjelas makna Perjamuan Kudus yang sebenarnya.

Damai yang nyata


Pengamatan gambar bermaksud mengajak peserta untuk memahami dan menghayati makna
sosial (untuk kehidupan bersama) dari perjamuan kudus. Jamuan makan merupakan
peristiwa yang konkrit yang mestinya menggambarkan suasana damai yang dirayakan
dalam Perjamuan Kudus. Dalam hal ini makna Perjamuan Kudus sebagai ritual perdamaian
(pesta rohani atau pesta perdamaian dengan Allah melalui pengorbanan Kristus) mestinya
tercermin juga dalam kehidupan social sehari-hari.

Tugas lanjutan
Minta peserta untuk dengan sukarela mengerjakan tugas ini. Ini juga dimaksudkan untuk
mebiasakan peserta berdiskusi tentang Firman Allah bukan hanya pada kegaitan katekisasi,
melainkan kapan dan dimanapun diskusi pemahaman iman Kristen bisa dilakukan.

Pemahaman
Jika murid tidak dapat atau kurang mampu menemukan sendiri makna Perjamuan Kudus
melalui tugas-tugas yang diberikan, maka guru dapat memberi penjelasan seperlunya
dengan menekankan:
a. Melalui Perjamuan Kudus orang percaya selalu diingatkan bahwa dasar keberadaan
mereka sebagai anak Allah atau warga Kerajaan Allah adalah pengorbanan Kristus
yang dilambangkan dengan roti (tubuhNya) dan anggur (darahNya). Dalam hal ini, kata
kunci pertama ialah mengingat, yaitu mengingat pengorbanan tubuh Kristus melalui
tanda yang kelihatan dan dirasakan secara jasmani (I Kor. 11:23-25)
b. Dalam kaitan dengan tanda roti dan anggur, perlu dijelaskan bahwa Allah sendiri, di
dalam Yesus Kristus, berkenan memberi diriNya dialami secara rohaniah melalui
lambang-lambang yang bersifat jasmani (makan roti dan minum anggur). Dalam kasus
ini Tuhan memahami keadaan manusia sebagai mahlukNya yang membutuhkan
tandatanda kelihatan untuk memahami dan menghayati hal-hal yang bermakna dalam.
Pemahaman ini di dasarkan pada kesaksian Alkitab, bahwa Yesus sendiri yang
melakukannya dan mengamanatkannya untuk dilakukan sebagai bayangan dari suasana
hidup dalam Kerajaan Allah (Mat. 26:26-29, I Kor. 11:23-25)
c. Perdamaian Allah dengan manusia yang dinyatakan melalui perjamuan kudus, bukan
hanya kata-kata yang diberitakan, tetapi mesti menjadi pengalaman nyata dalam hidup
bersama (persekutuan). Maka, dalam perjamuan kuduslah menjadi nyata secara lebih
lengkap suasana perdamaian. Bandingkan falsafah orang Toraja mengenai makan dan
minum. Makan dan minum bersama merupakan wujud paling konkrit dari sebuah
perdamaian. Misalnya, pada saat orang Toraja mengadakan upacara pendamaian selalu
96
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-19

ada hewan yang dipotong. Hewan itu selain merupakan kurban pendamaian, juga
menjadi makanan bersama. Untuk pendamaaian Allah dan manusia tidak ada satupun
kurban yang pantas selain pengurbanan Yesus sendiri.
d. Perjamuan Kudus juga mengingatkan setiap orang yang terlibat di dalamnya mengenai
perjanjian baru yang dimeteraikan dengan darahNya seperti dinyatakan secara simbolis
dalam anggur. Keterlibatan dalam PK merupakan bukti nyata adanya sukacita dan
keinginan untuk hidup berdasarkan perjanjian baru, dan sekaligus merupakan salah satu
bentuk kesaksian mengenai keselamatan di dalam Kristus (I Kor. 11:23-25).
e. Implikasi dari pemaknaan perjamuan seperti di atas adalah bahwa hidup orang Kristen
mesti selalu mencerminkan kedamaian yang ditopang dengan sikap saling mengampuni.
Dalam hal ini “mengingat” pengorbanan Kristus sekaligus merupakan dorongan untuk
melakukan yang diamanatkannya (berdamai dengan semua orang).

97
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-20

Nyanyi dulu, baru ….


Pelajari dan nyanyikan lagu Pelengkap Kidung Jemaat 264, “Apalah arti ibadahmu.” Setelah itu,
berbagilah ke dalam kelompok kecil (3-5 orang) untuk membahas pertanyaan berikut:

◊ Apa yang anda pahami mengenai ibadah? Apakah pemahaman anda cocok dengan yang
diungkapkan dalam lagu PKJ 264?

◊ Bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan, “bahwa ibadah yang sejati adalah
menyembah Allah dalam seluruh hidup?” Lihat Yoh 4:21-23, Rom 12:1-2.
◊ Lalu bagaimana pula pendapat anda mengenai orang yang rajin ikut ibadah-ibadah gereja
(kebaktian-kebaktian) tetapi sikap dan kelakuannya di luar ibadah sangat tidak terpuji,
bertentangan dengan kesucian ibadahnya?

Mengapa beribadah?
Bacalah ceritera berikut ini, lalu diskusikan pertanyaan-pertanyaan yang menyusulnya!

Suatu hari seorang Pendeta menegur salah seorang warga jemaatnya yang sudah lama
sekali tidak mengikuti kebaktian hari Minggu. Memang Pendetanya agak heran karena
orang ini sebelumnya adalah seorang Penatua yang cukup aktif. Entah apa dan
mengapa ia kemudian tidak lagi aktif dalam kegiatan gereja. Pendeta tersentak kaget
karena sapaannya segera dibalas dengan mengatakan, “Ah.. Pak Pendeta, biar kami
tidak ikut kebaktian di gereja, yang penting kami tetap beriman dan tidak berlaku
jahat.” Beberapa hari kemudian sang Pendeta berkunjung ke rumah orang ini. Kali ini
responnya lain. Dengan penuh keterbukaan ia menceriterakan sebab-musabab ia tidak
aktif lagi, antara lain karena ia merasa tidak dihargai dan karena salah seorang dari
Majelis Gereja dicurigai sebagai biang keladi dari ketidakterpilihannya lagi menjadi
Penatua.

1. Bagaimana komentar anda terhadap sikap warga jemaat yang diceriterakan di atas?
2. Menurut anda bagaimanakah pemahaman warga jemaat seperti itu mengenai ibadah?
Sebutkan beberapa bagian Alkitab yang mendukung pendapat saudara!

Bagaimana dengan anda?

98
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-20

Anda tentu punya banyak pengalaman mengenai ibadah. Untuk memperoleh gambaran mengenai
pengalaman dan sikap anda tentang ibadah, kerjakanlah beberapa soal berikut:

1 Seberapa sering anda tidak mengikuti kebaktian hari Minggu

A Tidak pernah D. Sering


B Jarang
C Kadang-kadang E. Selalu
2 Bagaimana perasaan anda kalau tidak ikut kebaktian?

A Gelisah
B Menyesal
C Biasa-biasa saja
3 Bagaimana perasaan anda kalau ikut kebaktian?
A Senang
B Kadang jenuh
C Biasa-biasa saja
D Terbeban
4 Apakah keaktifan mengikuti ibadah-ibadah jemaat mendorong anda melakukan yang baik?

A Ya
B Tidak
Apakah keaktifan mengikuti ibadah-ibadah jemaat membuat anda merasa dekat
dengan 5 Tuhan?
A Ya
B Kadang-kadang

C Tidak d Tidak tahu


Setelah anda mengerjakan tugas di atas, anda mungkin memperoleh gambaran mengenai
pengalaman dan sikap anda sendiri. Renungkanlah sejenak, kemudian ungkapkanlah perasaan dan
sikap anda sekarang dalam bentuk puisi, doa, pernyataan, motto atau semboyan, gambar, syair, atau
bentuk ekspresi lainnya.

Nyanyi lagi ah…


Nyanyikan kembali lagi PKJ 264, “Apalah arti ibadahmu.” Lalu akhiri pertemuan ini dengan doa
bersama.

UNTUK GURU
Deskripsi
Cukup banyak orang Kristen yang melihat agama sebagai urusan pribadi saja. Karena itu muncul
kecenderungan memisahkan antara ibadah-ibadah dalam jemaat dengan kehidupan nyata seharihari.
Bahan ini bermaksud menolong peserta katekisasi untuk membangun kesadaran dan sikap yang
benar tentang ibadah.

99
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-20

Tujuan
1. Melalui kegiatan pembelajaran ini katekisan diharapkan tertolong untuk memahami dan
menyadari bahwa sesungguhnya ibadah yang berpusat pada Yesus Kristus itu tidak terbatas
oleh waktu dan tempat, dan bahwa ibadah yang ditata dalam Gereja Toraja selalu
diupayakan agar kontekstual.
2. Mendorong pesertta untuk menanamkan kecintaan pada kegiatan-kegiatan ibadah sebagai
wujud nyata kesediaan membaktikan hidupnya bagi Tuhan dalam seluruh keberadaannya.

Proses dalam kelas


1. Tahap pertama mengajak peserta untuk mengungkapkan pemahamannya mengenai ibadah.
Lahu PKJ 246 berbicara tentang ibadah sejati. Setelah menyanyi berikan kesempatan
kepada mereka untuk mengungkapkan perasaannya mengenai lagu tersebut. Apakah
mereka senang menyanyikannya? Ungkapan rasa mereak sebenarnya mencerminkan
pemahaman dan sikap mereka mengenai ibadah. Lanjutkan dengan mendiskusikan tiga
pertanyaan yang disediakan.
2. Tahatap Kedua: mengapa beribadah?
Tahap ini dilakukan dengan studi kasus. Di sini menjadi penting untuk mendorong peserta
mengembangkan alasan-alasan beribadah b erdasarkan Alkitan.
3. Tahap ketiga: bagaimana dengan anda?
Tahap ini sudah megarah pada penerapan. Jadi suasana yang memungkinkan mereka
merenung amat diperlukan. Biarkan peserta bekerja dengan diam. Biarkan mereka mencari
tempat yang dianggap cocok untuk melakukan pekerjaan ini. Setelah selesai, minta satu
atau dua orang membacakan hasil pekerjaannya, khususnya untuk tugass terakhir
(ekspresi). Boleh lebihd dari dua orang, jika masih ada dan peserta masih ingin mendengar.

Pemahaman
Kita sudah biasa mendengar pemahaman yang berkembang mengenai hakekat gereja, bahwa gereja
lebih ditekankan pada kekudusan gedungnya, demikian pula dengan ibadah. Pemahaman yang lebih
berkembang ialah bahwa ibadah itu hanya terjadi dalam apa yang disebut
“kebaktian” (ibadah) yang ditata melalui liturgi-liturgi tertentu. Akibat dari pemahaman itu ialah
pengkotak-kotakan kehidupan, yaitu ada kehidupan beribadah yang kudus (di tempat
kebaktian( dan ada kehidupan di luar ibadah. Pemahaman itulah yang sebenarnya melatarbelakangi
ibadah umat Allah dalam PL.
Dalam PL, dalam kehidupan orang yahudi dikenal Bait Suci sebagai pusat peribadahan (tempat
beribadah kepada Allah( yang terdapat di Yerusalem. Tetapi sejak Yesus mengatakan kepada
perempuan samari:”kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di
Yerusalem, tetapi saatnya sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa
dalam Roh dan kebenaran (Yoh.4:21-24)”, maka sejka itu pemahaman dasar mengenai ibadah telah
berubah, yaitu bahwa ibadah tidak lagi dibatasi oelh tempat dan waktu.
Dengan demikian, pusat ibadah Kristen adalah Yesus Kristus. Dialah Imam besar di dalam kemah
sejati yang didirikan oleh Tuhan (Ibr.8:2) yaitu “Gereja-Nya” (dalam pengertian bahwa gereja
bukanlah gedungnya melainkan orangnya). Dasarnya ialah karena Yesus Kristus telah
menghapuskan yang pertama untuk menegakkan yang kedua (Ibr. 10:9,10).
Istilah ibadah dalam arti “kebaktian” untuk pertama kali kita temukan dalam PB dengan istilah
“leitourgei” yaitu dalam Kis.13:2. Leitourgein dalam arti “pelayan Kristus” kita temukan dalam
Roma 15:16. Tetapi juga ada yang berarti pelayanan/sumbangan/pemberian untuk saudarasaudara
di tempat lain (Roma 15:27; 2Kor. 9:12). Dalam Roma 13:6 berarti pelayan Allah. Dalam Filipi
2:25,30 berarti pelayan biasa untuk/terhadap sesama.

100
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-20

Jadi bisa disimpulkan bahwa menurut PB, ibadah dalam arti kebaktian dengan istilah leitourgein
adalah pelayanan kepada Allah dan sesama. Di dalam ibadah itu didemonstrasikan indahnya
hubungan dengan Allah dan dengan sesama. Oleh karena itu seluruh hidup kita adalah ibadah,
maka mestinya seluruh hidup adalah untuk melayani Allah dan sesama. Itulah ibadah yang sejati.

101
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuanke-21

Tugas pertama: survei pemahaman

Berdoa adalah pengalaman biasa bagi setiap orang Kristen, meskipun tidak semua orang pernah
memimpin doa atau melakukan doa seperti yang biasa dipahami yaitu: lipat tangan, tutup mata,
duduk atau beridiri dengan sopan lalu mengucapkan kata-kata doa. Sekedar untuk merenungkan
kembali bagaimana kebiasaan anda berdoa dan bagimana pemahaman anda sekarang mengenai doa,
maka ada baiknya untuk memulai pertemuan ini dengan membagi pengalaman dan pemahaman.
Untuk itu katakanlah dengan singkat pendapat anda atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

$ Mengapa kita melipat tangan dan menutup mata


ketika berdoa?
$ Bolehkah kita berdoa dengan mata terbuka dan tidak melipat tangan?
$ Kapan waktu yang tepat untuk berdoa?
$ Bagaimana komentar anda dengan ungkapan beberapa orang bahwa “saya tidak tahu
berdoa?”
$ Jika kita butuh sesuatu, maka apa yang kita lakukan dengan orangtua atau orang lain yang
memiliki apa yang kita butuhkan? Apa persamaan dan perbedaannya dengan doa?

Tugas kedua: Memahami doa orang Kristen


Bacalah bagian-bagian Alkitab berikut dan diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan yang menyusulnya

$ Bacalah Luk.18:9-14; Yak. 1:6; 4:2-3, Fil.4:6. Daftarkan


dan diskusikanlah dengan teman anda di samping
mana sikap yang salah dan mana sikap yang benar:

Sikap yang benar Sikap yang salah

102
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuanke-21

$ Bacalah Yoh.14:13-14; 15:16. Mengapa kita berdoa dalam nama Yesus?


$ Bacalah 1 Raj. 19:19:4, Kej. 18:22-32, Mrk. 14: 32-42. Apakah doa itu?

Tugas Ketiga: Bagiku, doa adalah . . . . . .


Pilih salah satu (a tau b) untuk dikerjakan:

a. Renunglah sejenak, apa yang telah anda percakapkan. Setelah itu tulislah dalam satu
kalimat atau ungkapan, apa yang anda ingin katakan tentang doa bagi orang Kristen.

b. Orang sering mengatakan, “doa adalah nafas hidup orang beriman.” Apa pendapat anda
tentang ungkapan tersebut.

Tugas Lanjutan

Buatlah daftar masalah-masalah/kesulitan yang anda sering alami dalam berdoa dan

coba diskusikan dengan orangtua atau Majelis Gereja, apakah mereka mengalami
hal yang sama. Percakapkanlah bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan itu.

103
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuanke-21

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau


mau, ambillah cawan ini dari
pada-Ku; tetapi bukanlah
kehendak-Ku, melainkan
kehendak-Nulah yang terjadi.

UNTUK GURU
Deskripsi
Bahan mengenai doa (pertemuan ke21- dan ke-22) sebenarnya dirancang dalam satu keutuhan.
Hanya karena pertimbangkan waktu, maka bahan ini dipelajari dalam dua kali peretemuan. Pada
pertemuan ke-21 prosesnya lebih diarahkan pada upaya mendampingi peserta untuk memperjelas
pemahaman dan memperdalam penghayatannya tentang doa bagi orang Kristen. Pada pertemuan ke-
22 bahan lebih dimaksudkan untuk membantu peserta membangun kesadaran mengenai pentingnya
kita terus belajar berdoa, mengikuti teladan Yesus. Pertemuan ke-22 lebih difokuskan pada upaya
memahami “Doa Bapa Kami” dan bagaimana menerapkan pemahaman atas Doa Bapa Kami dalam
kehidupan berdoa orang Kristen.

Tujuan:
1. Menuntun peserta untuk membangun pemahaman dan kesadaran mengenai hakekat dan
pentingnya doa.
2. Menuntun peserta untuk mengenali sikap yang benar dalam berdoa, dan mendorong mereka
untuk mengembangkan kebiasaan berdoa sebagai nafas iman (spiritualitas).

Proses dalam kelas


1. Tahap pertama merupakan survei pemahaman yang menantang peserta untuk secara jujur
mengungkapkan pemahaman awal dan pengalaman atau kebiasaan-kebiasaan mereka.
Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan yang ada dijawab secara spontan oleh peserta. Jika ternyata
masih sulit, ajaklah mereka untuk lebih dahulu mempercakapkannya dengan teman di samping.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa waktu untuk tahap ini hanya sedikit (paling lama 15 menit)

2. Tahap kedua adalah untuk menelaah isi Alkitab tentang hakekat (pengertian hakiki) dan
pentingnya doa bagi orang Kristen. Untuk tahap ini, khususnya pertanyaan kedua dan ketiga
peserta perlu dibagi ke dalam kelompok kecil (4 - 6 orang). Untuk pertanyaan pertama mintalah
mereka mempercakapkannya dengan teman di samping saja, setelah itu mereka masing-masing
membuat daftar sikap yang benar dan sikap yang salah dalam berdoa.
104
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuanke-21

3. Tahap ketiga sebenarnya mengajak peserta untuk membuat semacam kesimpulan yang sekaligus
merupakan komitmen mereka tentang doa. Mintalah mereka memilih salah satu saja dari tugas
yang ditawarkan.
4. Tugas lanjutan merupakan dorongan bagi peserta untuk meneruskan secara sukarela bergumul
tentang doa.

Pemahaman
Khusus untuk bagian mengenai hakekat doa (pertanyaan pertama pada tahap kedua) guru dapat
memberi tambahan penjelasan bila dirasa perlu dengan menekankan: Doa berarti menghidupkan
hubungan dengan Allah melalui komunikasi yang jujur dan apa adanya. Karena itu di dalam doa kita
menyampaikan apa saja. Doa Abraham, Elia dan Yesus merupakan contoh yang sangat jelas tentang
hal ini. Jadi doa, bukan pertama-tama permintaan untuk hal-hal yang kita butuhkan, tetapi doa pada
hakekatnya adalah berhubungan dengan Allah, menyampaikan secara terbuka keberadaan kita,
suasana hati kita, pergumulan-pergumulan kita. Karena itu terkabulnya doa tidak bisa dilihat pada
hasil-hasil konkrit dari permintaan-permintaan kita. Doa dilakukan bukan karena
keinginankeinginan duniawi, tetapi dilakukan karena iman, karena kita percaya bahwa Allah
mendengar dan menjawab doa-doa kita.

105
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-22

Tugas pertama: Meninjau


kebiasaan

Kita tentu sudah biasa berdoa, paling


tidak dalam doa bersama. Kita sudah
belajar bersama lagi untuk memahami
doa yang sebenarnya. Supaya
pemahaman yang benar dapat kita
praktekkan maka kita juga perlu melihat
secara jujur kebiasaan kita berdoa
selama ini. Jawablah
pertanyaanpertanyaan berikut dengan
memilih salah satu jawaban yang kamu
anggap paling sesuai dengan
penghayatan atau pengalamanmu.

1. Yang paling sering dan paling banyak kukatakan dalam doa adalah:
a. Pujian kepada Tuhan
b. Ucapan syukur
c. Permintaan-permintaan atas berbagai kebutuhan
d. Pengakuan dosa
e. Minta pengampunan

2. Manakah kebiasaan berikut yang merupakan kebiasaanmu?


a. Berdoa kalau lagi susah atau bergumul
b. Berdoa kalau lagi senang
c. Berdoa kapanpun, di manapun, dan dalam keadaan bagaimanpun

3. Bagaimana kamu mengetahui atau merasakan bahwa doa membawa manfaat bagi kehidupanmu?
a. Setelah aku berdoa aku merasa aman, tenang dan bersemangat untuk meneruskan
perjalanan hidupku
b. Kalau aku merasa permintaan-permintaanku dipenuhi oleh Tuhan
c. Kalau aku berdoa aku sungguh merasa dekat dengan Tuhan
d. Kalau doa yang kulakukan mendorong aku melakukan yang baik
e. a dan b benar
f. a, c dan d benar

Belajar Pada Yesus


Kamumungkin sudah menghafal doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, Doa Bapa Kami. Sekarang
kita akan berusaha memahaminya supaya kalau kita mengucapkannya kita sungguh menghayati
setiap kata yang keluar dari mulut kita.

106
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-22

☺. Bacalah Matius 6 : 9 – 13 lalu diskusikan dalam kelompok-kelompok kecil apa isi


(unsurunsur) yang terkandung dalam Doa tersebut.

☺ Bagaimana kesan/pandangan saudara tentang Doa Bapa Kami yang hanya dipakai untuk
mengakhiri Doa syafaat?

☺ Pilih salah satu (a atau b) untuk dikerjakan secara pribadi:

a). Menulis sebuah Doa Syafaat dengan mengikuti Struktur Doa Bapa kami.
b). Menulis unsur-unsur Doa Bapa kami dalam bentuk populer.

Tugas untuk pertemuan berikut


Kunjungilah salah satu gereja (bukan Gereja Toraja) pada ibadah hari Minggu dan tulislah hasil
pengamatanmu mengenai dua pokok utama:

1). Apa yang sama dengan Gereja Toraja (misalnya liturgi,agu,


l
nyanyian, cara berdoa, dll).
2) . Apa yang berbeda.

UNTUK GURU
Deskripsi
Setelah murid memahami hal doa yang benar, maka mereka selanjutnya diharapkan terdorong
untuk mengembangkan kebiasaan berdoa sebagai nafas rohani mereka. Untuk maksud itu mereka
perlu dibantu untuk bersama-sama belajar berdoa secara aktual, apa adanya serta sesuai dengan doa
yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Tujuan
1. Mengajak peserta untuk bercermin diri melihat kebiasan-kebiasaan berdoanya, dan
menggumulinya dalam terang doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
2. Mendorong peserta untuk belajar dan berlatih berdoa, antara lain dengan membuat sebuah doa
syafaat.

Proses dalam kelas


Untuk bahan ini guru perlu menguasai bahan untuk murid, dan diharapkan dapat mengembangkan
sendiri metode yang dianggap lebih sesuai dengan kebutuhan setempat.

Pemahaman
1. Struktur Doa Bapa Kami
Doa Bapa Kami terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

107
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-22

• Sapaan kepada Allah yang do sorga.


• Pengakuan kekudusan dan harapan akan datangnya Kerajaan Allah. Pengakuan dan
harapan ini menjadi kerangka dasar doa. Artinya semua yang disampaikan dalam doa
benar-benar hanya ditujukan kepada Allah yang kudus dan dalam rangka terwujudnya
Kerajaan Allah; bukan dalam rangka kepuasan dan kemuliaan manusia.
• Kebutuhan hidup sehari-hari (makanan secukupnya)
• Pengampunan dan hubungan dengan sesama manusia
• Pencobaan
• Doksologi (proklamasi dan pengakuan akan kemuliaan Allah)
2. Perbedaan Doa Bapa Kami yang terdapat dalam injil Mat 6:9-13 dan Luk 11:2-4 Perbedaan
ini dapat dijelaskan dengan dua cara:
• Bahwa Matius dan Lukas menulis Injil dengan sudut pandang yang berbeda dan
konteks yang berbeda.
• Injil Matius telah mendapat tambahan dari penyunting yang telah dipengaruhi oleh
perkembangan tradisi liturgi gereja. Bagian yang merupakan tambahan dimaksud
adalah doksologi (Mat. 6:13b).

108
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-23

Berbagi pengalaman
Minggu lalu kita mendapat tugas untuk mengunjungi
salah satu gereja (yang bukan Gereja Toraja) pada
ibadah hari Minggu dan menulis pengalaman dan
pengamatan kita mengenai dua pokok utama: (1) Apa
yang sama dengan Gereja Toraja (misalnya dalam hal
liturgi, lagu/nyanyian, cara berdoa, dll). (2) Apa yang
berbeda. Sekarang ceriterakanlah pengalaman dan hasil
pengamatan anda! Setelah itu, diskusikanlah dua soal berikut:

1. Apakah anda bisa merasakan persekutuan dengan Tuhan dan persekutuan dengan sesama
yang hadir dalam kebaktian yang anda ikuti di gereja lain?
2. Apakah anda merasa ada yang menghalangi kita untuk bersekutu dengan saudara seiman
dari gereja lain? Kalau ada, apa itu? Bisakah ganjalan itu diatasi?

Doa Tuhan Yesus untuk Keesaan Gereja


Anda mungkin sudah terbiasa mendengar salah satu doa Tuhan Yesus yang terkenal dalam sejarah
gerakan oikumene. Dalam Yoh 17:21-22 Yesus berdoa, “Supaya mereka menjadi satu, agar dunia
percaya ..…. “ Menurut anda apakah makna doa Tuhan Yesus ini untuk kehidupan Gereja-gereja
yang tersebar di berbagai tempat itu? Kesatuan yang bagaimanakah yang Yesus maksudkan? Baca
juga Yoh 13:34-35.

Realisasinya mana…..?

Mungkin selama ini kita kurang memberi perhatian pada masalah keesaan gereja karena kita
masing-masing sibuk dengan urusan gereja kita masing-masing. Mungkin kita juga pernah
mengalami masalah dengan gereja-gereja lain. Dan barangkali anda pernah mendengar ungkapan
sinis yang mengatakan, “para gembalapun berebut domba.”

Apakah menurut anda doa Tuhan Yesus tentang keesaan Gereja sudah dihayati dan
menjadi nyata dalam kehidupan bersama gereja-gereja yang ada di sekitar anda. Kalau
sudah, dalam bentuk apa keesaan itu sudah nyata? Kalau belum, apa kendalanya?

Antara Kristus, Tradisi Gereja dan Gengsi Pribadi


Barangkali kita sudah berhasil melihat kendala-kendala yang menghalangi terwujudnya keesaan
gereja. Tetapi itu masih lebih bersifat pengamatan kita terhadap kenyataan di luar diri kita. Kirakira
bagaimana seandainya kita ikut terkait dalam suatu masalah? Mungkin studi kasus berikut ini
menolong anda untuk semakin memperjelas sikap anda terhadap masalah-masalah keesaan gereja.
Bacalah kisah berikut dan coba menempatkan diri sebagai yang terlibat dalam masalah itu.

109
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-23

Kemudian, jawablah beberapa pertanyaan yang menyusulnya.

Seorang pemuda Gereja Toraja memutuskan untuk menikah dengan seorang pemudi yang
berasal dari Gereja Katolik. Mereka sudah lama berpacaran, dan niat nikahnya sudah
dipertimbangkan bersama secara matang. Mereka berdua juga tidak mempersoalkan tempat
pelaksanaan pemberkatan nikah. Bagi mereka Gereja Toraja dan Gereja Katolik sama-sama
gereja Kristus, Pastor atau Pendeta keduanya adalah hambah Kristus. Yang pasti mereka juga
sepakat untuk tetap menjadi anggota gerejanya masing-masing. Istilah mereka, “tetap satu
satu,” yang penting hidup damai bersama Kristus.
Masalah muncul ketika orangtua mereka sama-sama bertahan, mempertahankan tradisi
Gerejanya masing-masing. Kedua pihak menuntut supaya pemberkatan nikah dilaksanakan di
gereja asalnya. Masalahnya menjadi lebih runyam ketika ayah si laki-laki sempat mengatakan,
“sebagai anggota Majelis saya malu kalau anak saya menerima pemberkatan nikah di gereja
lain.” Sebaliknya ayah sang perempuan mengatakan, “sebagai tokoh Gereja Katolik saya juga
malu kalau anak saya harus diberkati di gereja lain, apalagi bagi kami nikah adalah sakramen.”

1. Apa komentar anda terhap sikap dari tokoh-tokoh yang ada dalam ceritera di atas?

Tokoh Komentar saya

Perempuan dan
lakilaki yang hendak
menikah

Orangtua laki-laki

Orangtua perempuan

2. Seandainya anda dimintai pertimbangan untuk menangani masalah tersebut, apa yang akan anda
usulkan? Catat beberapa ayat Alkitab yang mendukung usul anda!
UNTUK GURU

Deskripsi
Hal oikumene mungkin bukan topik yang menarik, oleh karena selama ini gereja-gereja memang
cenderung sibuk sendiri. Tetapi sangat penting untuk mengajak setiap warga gereja menyadari
bahwa soal ini penting digumuli oleh karena ternyata bagi dunia luar kehadiran gereja dengan
banyak denominasi sering menjadi batu sandungan. Bukan hanya itu, di antara gereja-gereja sendiri

110
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-23

memang sering juga muncul masalah yang mestinya tidak perlu terjadi. Bahan ini disediakan untuk
menolong katekisan menyadari betapa pentingnya mewujudkan keesaan gereja di tengah dunia yang
selalu diancam perpecahan ini.

Tujuan
1. Menolong peserta untuk bersama-sama membangun kesadaran oikumenis dalam dirinya
sendiri dan dalam kehidupan bergereja.
2. Mengajak peserta untuk berlatih mengembangkan sikap-sikap yang positif dan Alkitabiah
dalam menghadapi kenyataan bahwa gereja yang esa itu ternyata hadir di berbagai tempat
dengan cara dan tradisi yang berbeda-beda.

Proses dalam kelas


Untuk proses dalam kelas guru perlu menguasai buku murid dan dapat mengembangkan sendiri
metode-metode yang dianggap cocok.

Pemahaman
Oikumene (bhs Yunani) yang artinya dunia (oikos=rumah) yang didiami. Ia telah menjadi istilah
khas gerejawi dalam rangka upaya gereja-gereja mengembangkan keesaannya di dunia ini, bahwa
sesungguhnya semua umat kristen di dunia adalah satu tubuh, dan Yesus Kristus adalah kepalanya.
Oikumene sebagai suatu gerakan keesaan akan terus dikumandangkan oleh gereja-gereja sambil
menyadari bahwa dalam perspektif global secara umum kita melihat adanya spektrum
(perkembangan pemikiran) teologi dengan posisi-posisi yang kadang-kadang sulit terjembatani satu
dengan yang lain. Tambahan pula, telah berbagai cara pandang tentang oikos (dunia) ciptaan Tuhan
yang kita huni bersama ini. Namun tujuan gerakan oikumene bukanlah untuk mematikan
kepelbagaian tetapi justru menghidupkannya.
Kenyataan bahwa memang kepelbagaian posisi teologi itu (secara garis besar: Konservatif -
Moderat - Progressif) telah menyebabkan adanya banyak gereja. Tetapi kepelbagaian itu haruslah
diterima sebagai karunia Tuhan, sebagaimana tubuh yang satu memiliki banyak anggota yang
mempunyai karunia berbeda-beda. Oleh karena itu hal terpenting dalam gerakan oikumene ialah
“kebersama-samaan.” Kebersama-samaan itu bertolak dari pengakuan bahwa “Yesus Kristus itulah
Tuhan dan Juruselamat.” (Lihat Mukadimah Pengakuan Gereja Toraja). Pengakuan itu
menunjukkan bahwa kita tidak perlu memandang seseorang dari gereja mana. Hanya dengan
demikian maka kepelbagaian karunia itu bisa berkembang dan dinikmati bersama sebagai satu tubuh
Kristus. Perdebatan dogmatis, mengapa dia kiri, mengapa kanan, barangkali merupakan keadaan
yang bisa disebut sebagai kesia-siaan.
Keesaan gereja bukanlah menurut pola dunia, melainkan seperti doa Tuhan Yesus, “supaya mereka
semua menjadi satu sama seperti ….,” seperti keesaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (Yohanes
17:21-22). Oleh karena itu keesaan gereja bukanlah kesatuan yang seragam, yang mematikan
individualitas dan keunikan. Keesaan gereja adalah keesaan yang majemuk, yang memberi ruang
kebebasan dan kehidupan pada semua makhluk. Jadi dasarnya ialah persekutuan kasih (Yoh 13:34,
35). Oleh karena itu gereja adalah keluarga dan kawan sekerja Allah (Ef 2:19, 1
Kori 3:9a) yang dituntut hidup dalam kasih, sehati sepikir, dalam satu tujuan, dengan tidak mencari
kepentingan sendiri melainkan selalu berbuat untuk kepentingan orang lain juga ... (Fil 2:1-4).
Kristus menghendaki keesaan seperti dalam Efesus 4:3.
Gereja tidak mengenal pembeda-bedaan maupun pembatasan-pembatasan menurut kaidahkaidah
dunia ini (Galatia 3:28; 1 Korintus 11:7-12; Wahyu 7:9). Oleh karena itu sikap yang mestinya
dikembangkan ialah saling menerima, saling mengakui, dan saling menopang diantara gereja-gereja.
Salah satu gereja yang ada dalam gerakan oikumene itu ialah Gereja Toraja yang lahir pada tanggal
25 Maret 1947. Gereja Toraja adalah anggota PGIW (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia –

111
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-23

Wilayah di mana jemaatnya hadir), PGI (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia). Gereja Toraja
juga menjadi anggota dari CCA (Christian Conference of Asia), WCC (World Council of
Churches), juga anggota WARC (World Alliance of Reformed Churches), dan REC (Reformed
Ecumenical Council). Gereja Toraja sendiri terus mengembangkan sikap inklusif dalam rangka
melakukan kontekstualisasi teologi.

112
BAB IV LINGKUNGAN

Gereja bukan untuk dirinya sendiri, melainkan ia hadir untuk lingkungan sekitarnya. Itulah
dasar keyakinan yang dikembangkan dalam enam sub topik pada bagian ini. Di sini peserta
diharapkan dapat menegmbangkan keterbukaan dan keprihatinannya pada masalah apapun
yang terjadi di lingkungannya. Sebab justru dalam hubungannyalah dengan kenyataan di
sekitarnya iman mereka akan menjadi aktual dan teruji. Di alam nyata itulah mereka dapat
mewujudkan misi penyelamatan Allah yang sesungguhnya.

Dalam bagian ini enam sub topik yang dipilih ditetapkan dengan mempertimbangkan
konteks nyata yang sedang dihadapi oleh peserta: masalah pandangan manusia terhadap
alam semesta, yang mempengaruhi sikap manusia di dunia ini, masalah lingkungan hidup
yang telah dirusakkan oleh manusia, masalah hubungan antarmanusia dari berbagai
latarbelakang yang sering menjadi sumber konflik, masalah pluralitas agama yang sering
tidak ditangani secara tepat, masalah pergaulan dalam masyarakat yang cenderung semakin
merusak martabat manusia, dan masalah politik.

Enam kali pertemuan (pertemuan ke-24 sampai pertemuan ke-29) akan menuntun peserta
untuk tiba pada kesdaran bahwa hanya dengan melibatkan diri secara kristiani dalam setiap
permasalahan yang muncul, maka misi gereja untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan
Allah akan semakin terwujud.

Pada pertemuan akhir dari bagian ini peserta perlu menjadi sadar bahwa perjalanan gereja
tidak selesai dan berhenti di dunia yang nyata sekarang ini. Kenyataan bahwa di dunia ini
orang Kristenpun masih mengalami penderitaan, dan bahwa di dunia ini yang baik dan yang
jahat masih tetap ada secara bersamaan, mestinya mengingatkan kita bahwa kesempurnaan
hidup memang masih harus dinantikan. Pemenuhan segala janji Allah masih berada di masa
depan. Hal inilah yang akan dibicarakan pada pertemuan ke-31.
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-24

Tugas
pertama: Memahami sudut pandang yang berbeda
terhadap alam
semesta

Pernahkah saudara secara sadar bertanya,


“mengapa alam semesta ini ada?” atau
“bagaimana alam semesta ini terjadi?”
Saudara mungkin kagum atau terheran-heran
melihatnya, tetapi saudara sendiri mungkin
telah dibingungkan oleh macam-macam
pendapat tentang alam semesta ini. Marilah
kita berusaha mengatasi kebingungan itu
dengan belajar bersama.

Ada berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya alam semesta ini. Salah satu
teori di antara teori-teori yang ada mengatakan bahwa sebelum planet-planet ( termasuk
bumi ) terbentuk maka alam semesta ini dipenuhi oleh gumpalan kabut yang berputar.
Karena perputaran yang sangat cepat sehingga dari gumpalan kabut tersebut terbentuk
gumpalan-gumpalan yang lebih kecil yang tetap berputar. Gumpalan-gumpalan itulah
yang kemudian terbentuk sebagai planet-planet yang kita kenal sampai sekarang ini.
Gumpalan yang tersisa itulah matahari.
Teori lain mengatakan bahwa mulanya bumi ini hanya sebesar bola pingpong, lalu
kemudian berputar dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga semakin lama
semakin membesar. Demikian juga, planet-planet lainnya mengalami proses yang sama
hingga terbentuk seperti yang sekarang ini.
Di samping teori tentang terjadinya alam raya ini dengan planet-planetnya, maka
tentang terjadinya makhluk hiduppun kita mengenal berbagai teori. Salah satu dari
teoriteori itu adalah teori Darwin. Darwin terkenal dengan teori evolusinya. Menurut
teori Darwin semua makhluk hidup yang ada sekarang ini pada awalnya tidak seperti
yang kita saksikan sekarang ini. Bentuk yang sekarang adalah hasil perkembangan yang
mengalami evolusi. Prose evolusi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama, ribuan
bahkan jutaan tahun. dan proses evolusi tersebut akan tetap berlangsung.

Bacalah Kej. 1 : 1 – 28, lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut :

110
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-24

§ Siapakah pencipta alam semesta ini beserta segala isinya ?

§ Apakah yang dicipatakan pada, hari pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam?

PERTAMA ....

KEDUA ....

H KETIGA ....
A TUHAN
R MENCIPTAKAN
I KEEMPAT ....

KELIMA ....

KEENAM ....

Bandingkanlah proses penciptaan menurut Alkitab dengan proses terjadinya alam raya ini menurut
ilmu pengetahuan. Manakah dari kedua proses itu yang menurut anda yang layak dipercaya ?
Diskusikanlah dalam kelompok kecil, kemudian dalam kelompok besar.

Tugas kedua: Mengagumi alam semesta dan Penciptanya

1. Bacalah Mz. 104:10-30. Setelah itu bayangkanlah saudara sedang berada di atas puncak
gunung dan melayangkan pandangan anda ke berbagai penjuru. Bayangkan juga diri anda
sedang menatap ke langit, kemudian memandang lagi ke sekeliling anda. Merenunglah sejenak
lalu ungkapkanlah dalam kata-kata apa yang anda ingin katakan tentang alam semesta. Tulislah
itu pada sehelai kertas.
2. Nyanyikanlah bersama-sama Kidung Jemaat 64:1

UNTUK GURU

111
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-24

Deskripsi
Topik mengenai alam semesta merupakan bahasan pertama dalam bagian mengenai
LINGKUNGAN. Dengan sengaja topik ini ditempatkan pada bagian pertama untuk mengajak
peserta mulai menatap keluar dengan membuka wawasannya mengenai konteks luas dari misi
pelayanan Gereja, yaitu alam semesta. Dunia dengan segala isinya, alam semesta ini mesti dipahami
dengan benar supaya kita menerima dan memperlakukannya dengan benar pula. Pemahaman yang
jelas dan tegas akan menentukan perilaku kita terhadap alam ini.

Tujuan
1. Membantu peserta untuk menemukan pemahaman yang jelas dan pasti mengenai hakekat dan
proses terjadinya alam semesta, sehingga mereka tidak bingung menghadapi munculnya
berbagai pendapat tentang proses terjadinya alam semesta.
2. Mendorong peserta untuk mengembangkan sikap positif sebagai orang Kristen terhadap alam
semesta sebagai ciptaan Tuhan.

Proses dalam kelas


1. Berilah kesempatan kepada katekisan untuk membaca potongan artikel (Evolusi?) dan
membaca serta menghayati Kej. 1 : 1 – 28. Setelah itu minta mereka menjawab dua pertanyaan
yang disediakan. Setelah mereka mengerjakan tugas tersebut, guru kemudian mengingatkan
katekisan bahwa ada berbagai pendapat/pandangan mengenai terjadinya alam raya ini dengan
segala isinya. Bahkan ilmu pengetahuan juga mengajarkan secara ilmiah proses terjadinya alam
raya ini. Untuk pertanyaan yang ketiga dalam tahap ini bagilah peserta ke dalam kelompok kecil
(3-5 orang) untuk mendiskusikannya. Mintalah mereka menyampaikan hasil diskusinya dalam
kelompok besar (pleno).
2. Tuntunlah peserta untuk mengerjakan tugas kedua. Seandainya memungkinkan peserta dapat
diminta untuk keluar dari ruangan dan melihat langsung apa saja yang terdapa di alam semesta
ini. Akan lebih baik lagi seandainya untuk pertemuan ini dipilih alam terbuka sebagai tempat
belajar.
3. Akhiri pertemuan ini dengan menyanyikan bersama Kidung Jemaat 64:4. Sebaiknya
dinyanyikan lebih dari satu kali.

Pemahaman
Diharapkan guru dapat mengarahkan katekisan untuk memahami bahwa :
1. Satu hari penciptaan tidak sama dengan dua puluh empat jam. Hari-hari yang disebutkan dalam
kisah penciptaan yang dikisahkan dalam kitab Kejadian adalah proses.
2. Kalau dalam ilmu pengetahuan dipahami bahwa proses terjadinya alam semesta itu berlangsung
selama beratus-ratus tahun bahkan berjuta-juta tahun maka itu tidak berarti bertentangan dengan
proses penciptaan yang dikisahkan dalam kitab suci. Mesti dipercaya bahwa proses terjadinya
alam semesta dengan segala isinya tidaklah terjadi dengan sendirinya ( secara alamiah ),
melainkan kuasa Allah-lah yang ada di balik proses tersebut.

112
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25

Menurutku, tugas manusia terhadap alam adalah ……

Di lingkungan kami ……

Akibat yang dapat dirasakan oleh manusia karena kerusakan


antara
alamlain: ….
………………..

113
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25

Akibat masa bodoh Cermati dengan saksama ceritera komik berikut ini (“Masa Bodoh”) lalu
diskusikanlah dalam kelompok kecil (4-6 orang) tiga pertanyaan berikut: 

1. Apa komentar kalian terhadap kisah tersebut?


2. Menurut pengamatan kalian, apakah warga sekitar kalian sudah
memperhatikan kebersihan lingkungan dan kelestarian alam sekitar ?
3. Usaha apa saja yang dapat kalian lakukan di lingkungan
lian masing
ka
-


Ceritera Komik ini dikutip dari Ceritera
buku “ yang Patut Diperhatikan: Saranan Pembangun
,” StudSikap
io
A.V Puskat, Laboratorium STFK. “PRADNYAWIRA,” Yogyakarta: 1987
114
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25

115
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25

UNTUK GURU

Pengantar
Untuk memulai pelajaran ini guru memberi pengantar singkat, seperti :
Di antara manusia dan alam sekitar ada kesaling bergantungan dan saling memberi manfaat.
Dalam banyak hal manusia bergantung kepada alam sekitarnya, demikian sebaliknya alam
bergantung kepada manusia. Banyak kebutuhan hidup manusia yang bersumber dari alam
sekitarnya dan sebaliknya kelestarian alam bergantung kepada cara manusia mengelolanya.
Namun demikian sadar atau tidak manusia sering mengelola/memperlakukan alam sekitarnya
dengan tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan rusaknya ekosistem.
Di samping pengelolaan yang tidak bertanggungjawab terhadap alam yang mengakibatkan
kerusakan, manusia juga berulah mencemari alam dengan berbagai limbah sehingga
keseimbangan ekosistem terganggu. Sampah bertebaran di mana-mana, limbah pabrik dibuang

116
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke
-25

tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya, serta penggunaan pestisida


yang berlebihan.

Memahami tugas mulia manusia


Setelah guru memberi pengantar, kegiatan dilanjutkan dengan mengajak katekisan untuk
membaca Kej. 1 : 26 – 30, kemudian masing – masing menjawab pertanyaan seperti yang ada
dalam lembaran kerja katekisan.

Akibat masa bodoh


Sesudah guru memberi komentar dan menegaskan bahwa pemeliharaan dan pelestarian alam
sekitar adalah tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada manusia sejak manusia pertama
dari taman Eden, guru mempersilahkan katekisan untuk membaca komik dan mendiskusikan
dalam kelompok, pertanyaan yang ada dalam lembaran katekisan.

Diharapkan bahwa di akhir pelajaran ada komitmen dari setiap peserta untuk menjaga dan
melestarikan alam sekitar dengan kegiatan yang jelas yang dapat dilakukan dengan mudah,
tanpa biaya (sedikit biaya) yang manfaatnya nyata bagi kehidupan manusia.

117
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-26

Main Peran: Menjadi perampok atau menjadi orang Samaria


Perhatikanlah teman-teman anda yang bermain peran tentang orang Samaria yang murah hati.
Tempatkanlah dirimu pada posisi sebagai orang Samaria dan orang yang dirampok. Setelah itu
dalam waktu kira-kira 10 menit diskusikan bagaimana perasaan anda seandainya anda adalah orang
yang dirampok atau sebagai orang yang sedang menolong orang yang dirampok itu?

Orang Samaria dan orang Yehuda


1. Antara orang Yehuda dan orang Samaria ada permusuhan yang sudah berlangsung sangat lama
(lihat Yoh.4 : 9). Orang Samaria adalah keturunan campuran sehingga orang Israel Selatan
(Yehuda) menganggap mereka sebagai orang yang sudah tercemar / kafir. Itulah sebabnya
orang Israel tidak mau bergaul dengan orang Samaria dan bahkan memusuhinya.

2. Imam-Imam adalah kelompok pemimpin agama di Israel yang sangat penting dan berpengaruh.
Mereka mempunyai tugas yang penting dalam Bait Allah untuk
mempersembahkan korban, mendoakan umat serta memberikan berkat bagi umat Tuhan.
ImamImam di Israel berasal dari suku Lewi. Oleh karena itu, mereka (imam dan orang Lewi)
tidak diragukan lagi kesetiaannya dalam hal ajaran agama. Apakah semua imam dan orang Lewi
secara otomatis adalah orang baik. Dan apakah orang yang bukan tokoh agama dengan
sendirinya kurang baik? Mari kita baca Luk. 10:25-30.

Belajar dari sikap orang Samaria


Setelah membaca Luk 10:25-37 kerjakanlah tugas berikut:
1. Tulislah jawaban atas beberapa pertanyaan berikut dalam kolom yang disediakan (kolom
jawaban) dan ungkapkanlah perasaanmu dengan satu kata pada kolom “perasaanku” untuk setiap
jawaban anda.

Pertanyaan Jawaban Perasaanku

118
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-26

Apa yang menimpa seorang yang turun


dari Yerusalem menuju Yerikho?
Siapa saja yang pertama kali lewat dan
apakah yang dilakukannya?
Siapakah yang kedua kali lewat dan apa
yang dilakukannya
Siapa yang terakhir lewat dan apa yang
dilakukannya?
2. Yang menolong orang yang dirampok itu adalah Orang Samaria dan bukan orang Lewi atau
Imam yang juga lewat dan melihat si korban. Orang itu telah menjadi berkat bagi si korban.
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari peristiwa ini? (Ingat bahwa di antara meraka terjadi
permusuhan yang sudah berlangsung lama). Apa yang mendorong orang Samaria tersebut
menolong orang yang dirampok dan dianiaya ? Baca kembali Luk 10:33’ Mat5:43-44 dan
diskusikan apa maknanya.

Menjadi sesama bagi orang lain


Yesus Kristus dalam hidup dan pelayanan-Nya, senantiasa bersikap terbuka dan solider dengan
orang-orang miskin, menderita, tertindas, dan orang yang menjadi korban atau dikorbankan karena
berbagai kepentingan. Keteladanan Yesus Kristus tersebut hendaknya menjadi pola hidup orang
percaya dengan terus menerus menjadi sesama dalam arti yang sesungguhnya bagi kelompok
masyarakat yang dianggap rendah. Dengan kata lain, orang Kristen harus mewujudkan kehidupan
yang bermakna bagi orang lain. Bagaimana dengan anda?

1. Selama ini apa yang menjadi pertimbangan anda dalam memilih teman yang
disukai dan juga ataupun menghindari orang yang tidak disukai?
2. Dalam hal apa anda pernah menyakiti orang lain baik yang sifatnya nyata
( fisik) maupun yang tidak kelihatan (hati, jiwa)?
3. Jika selama ini ada orang lain yang disakiti atau dibenci, apa yang anda harus
lakukan sekarang terhadap orang itu?

119
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-26

UNTUK GURU

Deskripsi
Pelajaran minggu lalu memusatkan perhatian pada tanggungjawab manusia terhadap lingkungan
lebih luas dari kehidupan manusia, lingkungan alam. Pada pertemuan ini perhatian dipusatkan pada
konteks yang lebih dekat, yaitu tanggungjawab manusia terhadap sesamanya manusia.
Penekanannya ialah penghayatan makna kemanusiaan dan prakteknya dalam kehidupan nyata.

Tujuan
Setelah selesai Proses Pembelajaran, katekisan diharapkan dapat:
1. Memiliki pemahaman yang jelas untuk menyikapi adanya sekat-sekat yang seringkali menjadi
penghambat dalam hidup bersama dengan orang lain.
2. Terdorong membangun sikap dan kepribadian Kristiani yang solider dengan orang lain tanpa
membedakan latar belakangnya.

Proses dalam kelas


Guru hanya diharapkan menguasai materi untuk murid, dan dapat mengembangkan sendiri
teknikteknik yang dianggap cocok untuk menuntun proses pembelajaran ini.

120
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-27

AGAMA PEMBAWA DAMAI


Tahap Pertama: Apakah Agama itu?
Di sekolah-sekolah
telah dipelajari bahwa kata
“agama” itu
berasal dari bahasa
Sansekerta: “a” artinya tidak,
dan “gama” artinya kacau.
Jadi “agama” artinya tidak
kacau. Mengapa? Karena
melalui agama manusia dapat
mengikuti suatu aturan
kehidupan yang diyakini
berasal dari kuasa di luar diri
manusia, sehingga kehidupan
tidak menjadi kacau.
Orang yang beragama Yahudi,
Kristen, dan Islam menyebut
kuasa itu, Tuhan Allah.
Memang jika ditelusuri ke
belakang, dapat dikatakan
bahwa asal mula agama itu
ialah munculnya kesadaran manusia tentang adanya suatu Kuasa di luar dirinya yang bersifat
mutlak. Kuasa yang mutlak itu diyakini sebagai sesuatu yang menguasai hidup segala makhluk
(termasuk manusia) dan alam semesta seluruhnya. Manusia meyakini adanya kuasa yang mutlak itu
dan menyembahnya dengan cara atau aturan-aturan yang diyakini pula berasal dari Kuasa yang
mutlak itu. Aturan-aturan itulah yang dapat membuat kehidupan manusia tertib dan teratur. Respons
manusia berdasarkan kesadaran tentang adanya Kuasa yang mutlak itu berbedabeda. Perbedaan
respons itulah yang muncul dalam bentuk perbedaan agama-agama di dunia ini.

Tahap Kedua: Agama menurut Alkitab


Peserta membagi diri ke dalam tiga kelompok untuk mengerjakan tugas berikut:

1. Kelompok I membaca dan mendiskusikan apakah yang dikatakan tentang agama dalam
Gal 4:8-9
2. Kelompok II membaca dan mendiskusikan apakah yang dikatakan tentang agama dalam
Mat. 6:1-5
3. Kelompok III membaca dan mendiskusikan apakah yang dikatakan tentang agama dalam 2
Tim. 3:1-6.

121
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-27

Untuk ketiga tugas di atas, masing-masing kelompok mencatat hasil diskusinya untuk disampaikan
dalam kelompok besar (seluruh peserta). Jika ada hal yang dianggap kurang jelas lanjutkanlah
diskusi dalam kelompok besar.

Tahap Ketiga: Adakah alasan untuk perang agama


Beberapa kerusuhan yang terjadi di Indonesia (di Ambon dan Maluku Utara tahun 1999-2001 dan
Poso tahun 2000-2001, dan di tempat lain lagi) dianggap sebagian orang sebagai kerusuhan yang
dipicu oleh agama. Benarkah demikian? Kalau dicari dalam ajaran agama, sebenarnya tidak ada
dasar untuk membinasakan orang lain karena perbedaan agama. Karena pada dasarnya semua
agama mengajarkan kehidupan yang damai dan bersahabat. Setiap agama berupaya menuntun
umatnya menaati aturan-aturan agamanya untuk kehidupan yang sejahtera di dunia ini dan di akhir
zaman.

Dalam Alkitab kita bisa membaca cukup banyak keterangan yang membuktikan bahwa agama bisa
menjadi sumber perselisihan. Elia pernah membunuh 450 nabi Baal, lalu raja Ahab dan Izebel
berbalik mengancam untuk membunuh Elia (I Raj. 18:22, 40; 19:1-2). Yesus juga sering berselisih
paham dengan orang Yahudi dalam soal-soal tradisi agama Yahudi (ingat kembali materi pelajaran
ke-11, “Yesus dan Aturan-aturan Agama.”). Dalam Gereja mula-mula sering juga muncul
ketegangan antar orang Kristen asal Yahudi dan orang Kristen asal bukan Yahudi. Mereka
bertengkar mengenai tradisi-tradisi agama, seperti masalah sunat (Kis. 15:1 dan 2), masalah
pemimpin (1 Kor. 3:1-9).

Bacalah Kis. 25:19, kemudian diskusikanlah apa sebabnya konfilk antar agama
muncul? Apakah konflik yang muncul itu bisa menjadi alasan kelompok agama yang
satu menyerang yang lainnya?

Tahap keempat: Perjumpaan yang wajar


Anda tentu sudah banyak berjumpa dengan orang yang beragama lain. Cobalah untuk mengingat
kembali bagaimanakah sikap anda terhadap mereka yang beragama lain.

1. Bagaimana perasaan anda jika bertemu dengan teman dari agama lain?
2. Apakah anda merasakan adanya perbedaan sikap dan rasa dalam diri anda ketika berjumpa
dengan teman yang beragama lain dan ketika anda berjumpa dengan teman yang seagama
dengan anda? Jika ada perbedaan, mengapa?

Tahap kelima: Haruskah kita berubah sikap?


Kita bisa saja punya hubungan baik dengan mereka yang beragama lain, tetapi motifnya bisa
beragam. Bisa karena kita takut, bisa karena perhitungan untung-rugi, bisa karena dia saudara kita,
dan bisa juga karena memang itu yang kita anggap baik atau hal yang seharusnya. Mungkin pula
terjadi bahwa kita bersikap antipati terhadap mereka yang beragama lain. Anda sudah menilai sikap
anda sendiri. Sekarang renungkanlah kembali sikap itu. Apakah anda merasa perlu berubah?

122
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-27

Menurut pendapat saudara sekarang, apa dasar yang seharusnya menjadi patokan dalam bergaul
dengan teman-teman dari agama lain?

UNTUK GURU

Deskripsi
Pada pertemuan ini realitas kemajemukan agama ditempatkan sebagai konteks nyata kehidupan
para katekisan. Kemajemukan sebagai sebuah fakta yang tak terelakkan mengajak semua pihak,
semua kelompok keagamaan untuk meninjau sikap keagamaannya terhadap kelompok agama lain.
Dengan materi ini proses pembelajaran diharapkan membantu peserta untuk membangun sikap
yang tepat terhadap realitas kemajemukan agama: kesetiaan seseorang pada panggilan agamanya
tidak akan menghambat dia untuk hidup damai dengan siapapun.

Tujuan
1. Menolong peserta katekisasi untuk menumbuhkan atau memperkokoh kesadarannya
mengenai realitas kemajemukan.
2. Mendorong peserta untuk membangun keberanian dan ketulusan serta rasa aman untuk
bergaul dengan semua orang, dari kelompok agama manapun.

Proses dalam kelas


1. Tahap pertama: Apakah agama itu?
Tahap ini dimaksudkan untuk menyegarkan atau memperjelas lagi pengertian dasar mengenai
agama. Untuk tahap ini biarkan peserta membaca teks, “Apakah agama itu?” Setelah selesai
bisa diadakan pengecekan apakah peserta menerima atau menolak pengertian yang telah
diuraikan. Tetapi perlu diingat bahwa tahap ini bukan untuk mengundang perdebatan.

2. Tahap kedua: Agama menurut Alkitab


Peserta membagi diri ke dalam tiga kelompok untuk mengerjakan tiga tugas yang disiapkan.
Masing-masing kelompok mengerjakan satu tugas saja. Ini dimaksudkan supaya setiap soal
dibahas secara mendalam.

3. Tahap ketiga: Adakah alasan untuk perang agama?


Tahap ini mengajak peserta untuk melihat bahwa konflik adalah sesuatu yang biasa terjadi.
Dalam sepanjang sejarah manusia selalu hidup dalam konflik, termasuk yang disebut konflik
agama. Sebenarnya yang dimaksud konflik agama adalah perselisihan-perselisihan manusia
sendiri mengenai soal-soal agama, Agama sendiri tidak menganjurkan konflik, apalagi perang.
Tetapi manusia yang beragama itulah yang berbeda sikap, dan sering menjadikan perbedaan
sikap sebagai alasan konflik.

4. Tahap keempat: Perjumpaan yang wajar


Tahap ini mengajak peserta untuk bercermin diri, dengan mengingat-mengingat kembali sikap
mereka terhadap mereka yang beragama lain. Ini dimaksudkan untuk mengajak mereka melihat
kembali apakah sikap mereka itu benar atau tidak. Untuk tahap ini minta mereka menulis
jawabannya pada kertas yang disediakan.
123
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-27

5. Tahap kelima: Haruskah kita berubah sikap?


Tahap ini memberi tantangan kepada peserta untuk mengambil keputusan-keputusan yang perlu
sehubungan dengan sikap mereka selama ini. Biarkan mereka menulis pada kertas yang
disediakan, dan setelah itu minta satu atau dua orang membacakan tulisannya. Baik juga kalau
tulisannya diberikan kepada temannya untuk dibacakan.

124
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-28

Pergaulan bisa merusak


Mana yang kalian suka, teman yang gaul (sukanya bergaul dan banyak teman) atau teman
yang kalem, pendiam, dan kurang bergaul? Jawaban kalian mungkin berbeda-beda, tetapi pasti
kalian semua setuju bahwa tak ada orang yang bisa hidup tanpa bergaul. Ya, hanya cara dan
kuantitasnya saja yang berbeda untuk setiap orang.
Ada banyak cara dan bentuk pergaulan. Ada pergaulan dalam kelompok minat/bakat
(misalnya seni, olah raga,), kelompok geng, dll. Selain dampak positif, tentu juga ada pengaruh
buruk dari bentuk-bentuk pergaulan tsb. Diskusikan contoh-contoh konkrit pengaruh buruk dari
kelompok pergaulan tersebut, khususnya pergaulan bebas. Menurut anda apa yang menyebabkan
sehingga pergaulan seperti itu bisa berdampak negatif?

Pergaulan/persahabatan menurut Alkitab


Bacalah bagian-bagian Alkitab berikut dan catatlah apa yang dikatakannya tentang dasar pergaulan
yang hakiki, tujuan bergaul dan cara bergaul yang baik.

Bacaan Apa yang dikatakan mengenai:


Alkitab Dasar pergaulan Tujuan/motif pergaulan Cara bergaul
1 Sam 18:1-4

Mat 5:46-47;
11:19
Yak 2:1-3, 9

Yoh 15:13-15

Perlukah batasan dan aturan?


1. Orang Kristen sudah sangat terbiasa dengan kata “kasih.”
Kalian juga mungkin berkesimpulan bahwa hubungan apapun

125
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-28

yang kita jalin dasarnya pasti kasih. Kalau dasarnya adalah kasih, apakah aturan masih perlu?
Kalau ya, mengapa?

2. Salah satu bentuk pergaulan di kalangan remaja/pemuda adalah pacaran. Diskusikan dengan
temanmu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan berpacaran. Dalam berpacaran mesti ada
batasan mengenai yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Setujukah anda dengan
pernyataan ini? Jika Ya dalam hal apa tidak boleh? Untuk menguatkan pendapat kalian,
carilah satu atau dua ayat dalam Alkitab yang mendukung sikap kalian.

Memperbaiki pergaulan
Ada beberapa tingkatan pergaulan. Secara umum dapat dibagi dalam dua kategori: (1) pergaulan
biasa, dan (2) pergaulan khusus. Pergaulan biasa atau umum adalah pergaulan yang terjadi tanpa
maksud khusus dan terjadi secara wajar saja dengan siapapun. Sedangkan pergaulan khusus terjadi
di kalangan terbatas dan mempunyai maksud-maksud khusus. Pergaulan khusus ini masih dapat
dibagi dalam beberapa macam. Ada pergaulan akrab (persahabatan), ada pergaulan antar jenis
kelamin yang bersifat khusus. Pergaulan antar jenis kelamin yang bersifat khusus ini masih dapat
dibagi dalam tiga tingkatan: (1) pacaran, (2) tunangan, dan (3) nikah.
Baik hubungan biasa maupun hubungan khusus keduanya bisa terancam rusak atau merusak pihak
yang berhubungan. Karena itu sangat penting setiap orang menyadari hal-hal yang dapat merusak,
dan memiliki kemauan untuk memperbaiki hubungan yang rusak. Untuk melatih diri melakukan hal
ini kerjakanlah dua tugas berikut:

1. Daftarkanlah beberapa hal yang anda anggap musuh pergaulan atau yang dapat merusak
hubungan-hubungan dalam pergaulan.

1.
4. 7.
2.
5. 8.
6. 9.
3.

2. Coba ingat kembali siapa yang pernah anda sakiti hatinya atau yang paling anda benci.
Menurut anda bagaimana anda bisa membangun kembali hubungan yang harmonis dengan
orang tersebut? Apa yang anda akan lakukan?

UNTUK GURU

126
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-28

Deskripsi
Pergaulan dengan teman-teman adalah konteks khusus bagi para katekisan sebagai remaja atau
pemuda yang sedang bertumbuh. Secara alamiah mereka berada pada fase yang cukup kritis. Masa
ini cukup menentukan, terutama dalam kaitan dengan kemampuan mereka untuk mengelola
dorongan-dorongan psikis dan biologis, dan lebih khusus lagi dorongan-dorongan seks. Bahan ini
dirancang untuk menolong mereka menemukan prinsip-prinsip pergaulan yang bertanggungjawab,
yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam
membina hubungan, baik hubungan biasa maupun hubungan khusus.

Tujuan
1. Lebih memahami dan menghayati cara pergaulan yang bertanggung jawab.
2. Menyadari pengaruh buruk dari kelompok-kelompok/geng di kalangan Remaja/Pemuda.
3. Memiliki sikap yang jelas berdasarkan ajaran Kristen dalam membangun hubungan dengan
teman-temannya, termasuk hubungan dengan lawan jenis

Proses dalam kelas


1. Tahap pertama merupakan survei pemahaman dan sikap. Di sini peserta diajak untuk
menyatakan sikapnya terhadap fakta-fakta pergaulan yang sedang terjadi dalam masyarakat.
Watak dan kebiasaan bergaul yang berbeda pastilah sangat berpengaruh terhadap sikap mereka.
Jadi, perbedaan sikap yang muncul adalah sangat wajar.

2. Tahap kedua adalah tahap penelaahan Alkitab. Ini boleh dilakukan secara sendiri-sendiri, boleh
juga dengan kerja kelompok. Diskusi boleh dilanjutkan dalam kelompok besar, dan guru
diharapkan dapat mencatat beberapa kesimpulan dari hasil diskusi ini.

3. Tahap ketiga sebenarnya memberi kesempatan kepada peserta untuk belajar menerapkan
Firman Tuhan dalam pergaulan nyata mereka, khususnya dalam hal batasan-batasan pergaulan.
Pokok bahasan di sini adalah sesuatu yang aktual, sehingga peserta mungkin akan
memperlihatkan sikap antusias dalam diskusi. Usahakan supaya tujuan pembelajaran ini tidak
terlalu meluas. Ingatkan peserta bahwa masih ada kesempatan lain untuk membicarakan halhal
yang lebih khusus. Ada baiknya guru menawarkan kesediaannya untuk menerima kedatangan
peserta katekisasi untuk menyampaikan masalahnya.

4. Tahap terakhir adalah tahap penerapan. Di sini peserta diajak untuk mengidentifikasi hal-hal
yang dapat merusak pergaulan mereka atau merusak mereka dalam pergaulan. Mereka juga
diberi kesempatan untuk memikirkan bagaimana memperbaiki hubungan-hubungan yang rusak.
Akhiri tahap ini dengan meminta mereka membacakan 1 Kor 15:33.

127
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29

Sekilas
Pernahkah anda mendengar seorang
memperlihatkan sikap alergi terhadap
politik? Memang ada orang yang seperti itu
karena ia melulu melihat politik sebagai
urusan dunia yang kotor. Tetapi
sebenarnya politik bukanlah sesuatu
yang kotor dengan sendirinya. Kata politik
berasal dari kata Yunani, polis yang berarti Untuk para
kota. Dari kata dasar inilah muncul kata politikus
politik yang berarti pengaturan polis atau juga!!
pengaturan kota untuk kepentingan
bersama. Kalau begitu, mengapa kata
politik sudah sering diartikan salah?

Tugas pertama: Jujur terhadap politik

1. Coba ingat-ingat kembali pernahkah anda bersikap negatif terhadap masalah


politik, misalnya acuh tak acuh atau menghindarinya sama sekali? Jika pernah,
mengapa?

2. Apakah sebelum ini anda sudah pernah mendengar penjelasan kata


politik atau belajar mengenai masalah politik? Ceriterakan

Tugas kedua: Tanggapan Yesus terhadap masalah politik

Bacalah Luk. 20:19-26. Setelah itu simak pengantar berikut ini dan diskusikan pertanyaan yang
menyusulnya.

Pemimpin Yahudi: imam-imam kepala dan ahli Taurat datang kepada Yesus sementara Yesus
mengajar dan memberitakan Injil di Bait Allah. Mereka terganggu oleh kehadiran Yesus. Mereka
berupaya menjerat Yesus agar Yesus dapat diserahkan kepada pihak yang berwajib. “Apakah kami
diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar?” Itulah pertanyaan yang diajukan untuk menjerat
Yesus. Tahukah anda, bahwa pada saat itu orang Yahudi sebenarnya ingin menghindari membayar
pajak. Sebab, selain jumlahnya cukup besar, dengan membayar pajak mereka juga selalu diingatkan
bahwa mereka sebenarnya bukanlah tuan atas diri mereka sendiri; mereka adalah orang jajahan.
Jika Yesus menjawab “ya” atas pertanyaan itu, rakyat akan memberontak terhadapnya. Jika
mengatakan tidak, Ia bisa diserahkan kepada pemerintah Romawi sebagai pembangkang. Ternyata
Yesus menjawab pertanyaan itu dengan sangat bijaksana. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan
itu, tetapi Yesus meminta mereka memperlihatkan uang logam dinar. Setelah Yesus mendengar
tanggapan mereka mengenai gambar yang ada pada uang logam itu, Yesus lalu mengatakan: “
Kalau begitu berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada

128
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29

Allah yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (ay. 25) Apa saja maksud yang terkandung
dalam pernyataan Yesus ini?

Tugas ketiga: Orang Kristen sebagai warga negara

Bacalah dengan seksama Roma-7.13:1Setelah itu tulislah pada sehelai kertas


apa yang anda pahami dari perikop tersebut mengenai orang Kristen atau
warga gereja di tengah
-tengah negara

Tugas keempat: Taat kepada Allah atau taat kepada manusia?

Pada zaman Gereja mula-mula orang Kristen banyak diperhadapkan dengan pilihan-pilihan sulit.
Bagaimana tidak sulit jika kaisar Romawi menuntut pelaksanaan ibadah kaisar untuk seluruh
rakyatnya. Untuk orang lain itu bukan masalah, tetapi untuk orang Kristen itu masalah paling
serius. Bukan hanya pemerintah Romawi yang jadi hambatan, tetapi pemerintahan agama
Yahudipun sering menjadi penghambat utama. Bagaimanakah tanggapan orang Kristen pada saat
itu? Bacalah Kisah Rasul 5:26-33, khususnya ayat 29. Apakah yang kalian pelajari dari bagian
Alkitab ini? Diskusikan dengan temanmu di samping.

Tugas kelima: Melawan pemerintah yang korup

Bacalah potongan artikel berikut ini dan diskusikanlah dalam kelompok (4-6 orang) dua pertanyaan
yang menyusulnya.

Pemimpin hak sipil Amerika, Marthen Luther King, dan Desmond Tutu, Uskup Agung Cape Town
di Afrika Selatan, keduanya menentang diskriminasi ras. Kedua orang ini menentang kebijaksanaan
pemerintah yang membeda-bedakan orang berdasarkan ras: warga kulit hitam adalah warga kelas
dua (budak) yang tidak memiliki hak yang sama dengan warga kulit putih. Di Afrika Selatan,
politik apartheid yaitu kebijakan membedakan orang kulit putih dan kulit hitam memang
ditegaskan dalam undang-undang. Kedua orang tersebut menentang kebijakan politik tersebut dan
menegaskan bahwa hukum yang tidak adil tidak perlu ditaati. Ternyata Dewan Gereja Sedunia
sepakat dengan
Desmond Tutu dan Dewan Gereja Afrika Selatan bahwa apartheid harus dihapuskan. Tutu
menunjukkan bahwa Allah yang memimpin bangsa Yahudi keluar dari Mesir, dari tempat
perbudakan, bukanlah Allah yang menginginkan umatNya meninggalkan politik.

129
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29

Para nabi dalam Perjanjian Lama sering menyerang peraturan pada zamannya yang menindas kaum
miskin atau mengabaikan tuntutan Tuhan.

Pertanyaan:
1. Bagaimana pendapat anda mengenai sikap Desmond Tutu dan Marthen Luther King? Apa
landasan alkitabiah dari sikap tersebut?
2. Lihat situasi masyarakat di sekitar anda, adakah praktek-praktek dalam masyarakat atau
kebijakan-kebijakan yang sebenarnya membeda-bedakan manusia menurut status sosialnya,
warna kulit atau kekuatan ekonominya? Kalau ada, bagaimana sikap Gereja atau sikap
Jemaat anda? Adakah orang Kristen seperti Desmond Tutu yang menanggapi hal tersebut?

Tugas Lanjutan: Memperluas wawasan


Pilih salah satu tugas berikut untuk dikerjakan:

© Diskusikan dengan temanmu atau orangtuamu di rumah, apakah orang Kristen


boleh ikut dalam Partai Politik. Kalau boleh,
gapa?men
Kalau tidak boleh, mengapa?

® Carilah artikel di koran atau majalah yang berbicara mengenai masalah politik, lalu
artikel itu diberi tanggapan sebagai orang Kristen.

Hormatilah mereka karena tugas mulia yan diembannnya,


tetapi tegurlah mereka dalam kasih jika mereka menyimpang atau
menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya.

130
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29

UNTUK GURU

Deskripsi
Materi ini merupakan bagian akhir dari tema mengenai Lingkungan. Setelah lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan sosial keagamaan, maka yang terakhir adalah lingkungan sosial
politik. Dalam dunia manusia inilah lingkungan sosial yang paling luas. Tetapi waktu yang singkat
dan taraf perkembangan peserta tidak memungkinkan untuk membicarakan banyak hal tentang
politik di sini. Yang paling penting ialah peserta sebagai warga gereja dan warga negara sekaligus
bisa menyadari tanggungjawab mereka di tengah-tengah masayarakat (hidup bernegara). Jadi
beberapa hal yang bersifat mendasar akan didiskusikan di sini.

Tujuan
1. Menuntun peserta untuk memahami dan menyadari bahwa menurut kesaksian Alkitab
politik bukan sesuatu yang tabu. Malahan setiap orang mestinya menjadi pelaku politik
menurut posisinya masing-masing. Paling tidak setiap orang menyadari tugas dan
tanggungjawabnya sebagai warga negara
2. Peserta melatih diri membangun sikap yang tepat bertanggungjawab terhadap
terselenggaranya kehidupan politik yang sehat; menaati pemerintah sebagai wakil Allah,
tetapi juga bisa menentang kebijakan pemerintah yang tidak adil atau menolak kehendak
Allah.

Proses di kelas
Di dalam buku murid sudah ada beberapa penugasan dan sedikit petunjuk. Tetapi untuk pertemuan
ini guru sebaiknya lebih bebas menentukan proses dan metode yang digunakan. Sebagai catatan
saja:
1. Untuk tugas pertama, perlu ditegaskan bahwa bagi Yesus cara berpikir orang yang bertanya itu
keliru. Pertanyaan itu menempatkan Allah setara dengan kaisar/pemerintah. Bagi Yesus
pemerintah ada di bawah Allah. Kalau dipertentangkan, maka kita menempatkan Allah setara
dengan kaisar. Membayar pajak kepada kaisar tidak perlu dianggap sebagai penyangkalan
terhadap Allah.
2. Jika tugas kedua dikerjakan menurut petunjuk yang ada, maka setelah murid menulis pendapat
mereka, kumpulkan kertas kerja mereka dan bagi kembali secara acak kepada peserta. Biarkan
mereka membaca kertas kerja temannya. Lalu setelah itu mintalah satu atau dua orang
membacakan pekerjaan teman yang dipegangnya. Jika perlu diskusi, silahkan tetapi ingat
waktunya tidak banyak. Dalam diskusi guru dapat menegaskan bahwa Paulus tentu berbicara
mengenai pemerintah yang baik, adil dan jujur. Jadi Paulus tidak menganjurkan kita untuk taat
buta-buta kepada pemerintah (lihat Kolose 3:23)
3. Beri kebebasan kepada peserta untuk memilih satu di antara dua tugas lanjutan yang
disediakan.

131
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-29

132
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-30

Semakin teguh karena penderitaan


“Penderitaan bisa semakin meneguhkan seseorang,

?
tetapi penderitaan juga dapat menghancurkan
seseorang.” Bagaimana pendapat anda
tentang pernyataan? Adakah pengalaman hidup anda
sendiri atau pengalaman orang lain yang anda lihat yang
membuktikan kebenaran pernyataan tersebut?

Darah para martir menjadi benih gereja


Orang Kristen mula-mula (pada zaman penulisan kitab-kitab PB) selalu mengalami penderitaan
karena tekanan dan penindasan dari pihak lain, baik penguasa Romawi maupun dari kelompok
agama lain. Renungkanlah, mengapa orang Kristen bisa bertahan, bahkan semakin bertambah
jumlahnya, hingga sekarang ini agama Kristen merupakan agama besar dunia. Apa komentar anda
terhadap pernyataan, “Darah para martir menjadi benih gereja?”

Makna kesetiaan kepada Yesus


Setelah merenungkan dua pernyataan di atas diskusikanlah dalam kelompok besar beberapa soal
berikut:

a. Mengapa orang Kristen rela mati syahid? Baca Roma 6:4, 8:38-39, 1 Pet.
1:3,4, Ibr 1:1-2
b. Mungkin kita gelisah menanti kedatanganNya, apalagi dalam dunia yang serba tidak
pasti, dunia yang penuh kejahatan, kesewenang-wenangan.
Mungkin juga kita bertanya, “mengapa orang Kristen masih menderita?”
Bacalah Mat. 24:36, 28:20, Mat. 16:27, Kis. 1:6,7, ……….Apakah yang
dijanjikan Kristus kepada anda?

Sebelum lanjut, Nyanyikanlah dulu lagu, “S’RAHKAN PADA YESUS.”

Apakah ‘kau payah mencari-cari? Apakah ‘kau payah


berkeliling? Bawalah sekarang segala susahmu pada kaki Yesus
serahkanlah Reff. S’rahkanlah, s’rahkanlah …, s’rahkan pada
Yesus segala beban yang menindih hidupmu
S’rahkanlah, s’rahkanlah …, s’rahkan pada Yesus
Dia ‘kan ganti s’gala duka menjadi suka
Tak pernah Dia janji s’lalu ‘kan panas
Tak pernah Dia janji s’lalu ‘kan hujan
Tapi Dia janji ‘kan memb’ri kekuatan
Bila topan k’ras melandamu

133
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-30

Bagaimana menjadi setia


Seseorang mau setia sampai akhir karena beberapa alasan, antara lain:
(1) Ia percaya pada janji kesetiaan pasangannya

(2) Ia yakin bahwa kekasihnya pasti kembali dengan sesuatu yang lebih baik

(3) Ia sadar bahwa kenikmatan yang dirasakan dari penyimpangan adalah sesaat, dan akan
berubah menjadi penyesalan serta bencana jika sang kekasih kembali

(4) Ia telah mengalami dan masih sedang mengalami kehadiran sang kekasih yang pergi jauh.
Ia bisa merasakan kehadiran kekasihnya dalam hati, melalui komunikasi, atau melalui
berbagai tanda yang ditinggalkan untuknya.

Dalam Perjanjian Baru ada bagian yang mengungkapkan secara simbolis keberadaan Yesus sebagai
mempelai laki-laki, sedangkan Jemaat atau Yerusalem Baru (simbol Kerajaan Allah) diumpamakan
sebagai mempelai perempuan. Misalnya Mat. 25:1-13, Wah. 21:2, 9; 22:17.

134
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-30

UNTUK GURU Deskripsi


Setelah melewati empat tahapan besar (Manusia, Allah, Gereja, Lingkungan) peserta katekisasi
akhirnya masih perlu belajar mengenai satu pokok lagi, satu topik yang mengingatkan setiap insan
bahwa perjalanan hidup manusia tidak selesai di dunia ini. Dengan demikian panggilan gereja juga
tidak hanya sebatas melayani dalam dunia yang di dalamnya ia hadir. Kini dan di sini orang Kristen
juga masih harus mengalami berbagai tantangan, sebab mereka ada di dalam dunia nyata, bukan di
surga, bukan di antara langit dan bumi. Keadaan dunia yang penuh dengan ketidakpastian, yang di
dalamnya kejahatan bercampur dengan kebaikan menantang setiap orang percaya untuk setia atau
tidak kepada Kristus. Dalam dunia nyata itulah orang Kristen terpanggil untuk
mempertanggungjawabkan imannya kepada Yesus yang telah mati, bangkit dari kematian, naik ke
sorga, serta berjanji akan datang kembali untuk menyempurnakan janji keselamatan dari Allah.

Tujuan:
1. Menolong peserta untuk memperjelas pemahamannya dan memperkokoh keyakinannya
bahwa oleh kematian dan kebangkitan Yesus, zaman baru (zaman akhir) telah dimulai dan
akan disempurnakan dalam kedatangannya yang kedua.
2. Mengajak peserta untuk meningkatkan latihan-latihan rohani yang dapat menghidupkan
kesetiaannya kepada Kristus, sehingga mereka tidak tergoncang oleh berbagai pengajaran
dan keadaan-keadaan dunia yang tidak pasti.

Proses dalam kelas


1. Tahap pertama, merupakan rangsangan kesadaran yang dimaksudkan untuk mendorong peserta
merenung dan berpikir mengenai kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam hidupnya atau dalam
kehidupan manusia pada umumnya. Dua fakta yang dikemukakan (semakin teguh dalam
penderitaan dan hal mati syahid) menantang peserta untuk melihat hal-hal yang lebih dalam
daripada sekedar peristiwa.)
2. Tahap kedua merupakan tahap pemaknaan yang bertolak dari kesaksian Alkitab. Pada tahap ini
peserta diharapkan menemukan sendiri dasar iman yang menuntut mereka untuk setia sampai
akhir, dan menemukan makna atau konsekuensi dari kesetiaan menanti kedatangan Kristus yang
kedua. Selingan lagu dimaksudkan untuk membantu proses internalisasi (penyerapan,
pengendapan ke dalam batin) nilai yang mereka temukan dalam menggumuli Firman Tuhan.
3. Tahap ketiga dimaksudkan untuk mengajak peserta mencari dan menemukan sendiri cara-cara
yang mereka anggap perlu dan cocok untuk memelihara kesetiaannya pada Kristus.
4. Akhiri pertemuan ini dengan mempelajari/menyanyikan Nyanyian Kidung Muda-mudi nomor
109, “Buatlah P’litaku T’rus Bernyalah.”

Catatan
1. Untuk memperkaya pemahaman guru yang akan mendukung proses ini, silahkan membaca
Pengakuan Gereja Toraja, Bab VIII, mengenai Zaman Akhir.
2. Ingatlah bahwa bagi orang Kristen, yang terpenting bukan soal waktu kedatangan Kristus,
melainkan bagaimana menjadi setia menanti kesempurnaan segala janjiNya. Sebab, zaman
akhir telah mulai ketika Kristus telah datang dan mengalahkan maut, mengalahkan segala
bentuk kejahatan. Zaman baru ini adalah zaman penantian yang di dalamnya Kerajaan Allah
sedang berlaku. Tugas orang Kristen adalah mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah itu.

135
Apakah Retreat itu?
“Retreat” berarti “mundur”. Maksudnya mundur dari kesibukan sehari-hari agar lebih peka
terhadap suara Tuhan Allah sendiri. Kita semua membutuhkan waktu dan kesempatan untuk retreat
yang sungguh-sungguh, tetapi jarang dilaksanakan. Kita berdoa, baca Firman, mengikuti ibadah,
dan lain-lain, tetapi jarang ada waktu untuk berdiam diri dan mendengarkan suara Tuhan berbicara
kepada hati kita secara pribadi.

Sudah berbulan-bulan kita mengikuti belajar bersama mengenai iman Kristen dan cara hidup yang
sesuai dengan kehendak Allah. Kita kini berada di ambang pintu menjadi orang dewasa di dalam
jemaat.
Retreat memberi kesempatan yang baik kepada kita untuk merenungkan Kasih Tuhan dan
panggilan Tuhan untuk menjadi murid Kristus.

Retreat Katekesasi juga menjadi kesempatan yang baik merayakan dan menikmati
persekutuan bersama. Oleh karena itu, dalam jadwal untuk retreat katekesasi disediakan juga waktu
untuk bermain, waktu untuk PA bersama, waktu untuk meditasi pribadi, dan waktu untuk
penyerahan diri. Sepanjang musim katekesasi guru harus peka terhadap keberadaan para peserta.
Lebih lagi waktu retreat. Ada yang baru sekarang menyadari kekerasan hati dan mau bertobat
menyerahkan hidup kepada Tuhan.

Tujuan retreat:

$ Merayakan bersama bahwa kita sudah tiba pada satu puncak setelah melalui suatu proses dan
perjalanan panjang.

136
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-31

$ Mengalami persekutuan bersama sebagai murid Kristus


$ Merenungkan panggilan Tuhan atas hidup pribadi untuk mempermantap kesiapan kita
menjadi murid Kristus

Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-31

Bagaimana semua ini dilakukan


1. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah memahami apakah retreat itu, mengapa perlu dan
bagaimana itu dilakukan.

2. Yang kedua, kita perlu menyepakati tempat pelaksanaan serta mempersiapkan bersama semua
yang diperlukan untuk kelancaran acara.

3. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan disiplin rohani yang tinggi. Sebaiknya seluruh
kegiatan retreat diatur secara utuh dan berkesinambungan.

Kegiatan di tempat retreat:


1. Bermain bersama untuk semakin menumbuhkan sikap saling menghargai, dan bergembira
bersama. Misalnya:
a. Lari selesai bersama. Semua orang berbaris dan kemudian berlari kepada satu garis di
depan. TETAPI semua harus sampai ke baris tujuan secara bersamaan. Ini akan lebih
ramai lagi kalau mereka harus lari membelakang (lari mundur) atau dengan berlutut. Bisa
juga membuat dua kelompok, tetapi yang menang adalah kelompok semua anggotanya tiba
bersamaan di garis akhir.
b. Lingkaran tali. Ambil satu bola tali (paling bagus kalau benang wol yang tebal, tetapi
benang godang bisa juga). Semua orang berdiri di lingkaran. Orang yang pertama
mengatakan satu hal yang dia syukuri kepada Tuhan dan kemudian melemparkan bola tsb
kepada orang lain sambil pegang ujungnya. Kemudian orang yang menerima bola itu juga
mengatakan sesuatu yang dia syukuri kepada Tuhan dan lemparkan bola kepada orang yang
ketiga dan seterusnya. Masing masing orang pegang tali sambil melemparkannya kepada
orang lain. Kemudian akan dibentuk suatu pola yang menarik dari tali. Setelah semua
orang dapat tali, kemudian satu per satu ada orang keluar dari lingkaran. Orang lain harus
mundur supaya semua tali masih rapih tegang. Sesudah beberapa orang keluar bisa
diperhatikan bagaimana kalau kita kerja bersama gambar bagus tetapi kalau ada orang
keluar dari kelompok menjadi lebih sulit dan orang lebih jauh satu dari yang lain.

2. Menelaah Alkitab
Apa yang menarik bagi anda?
Tema Penelaahan Alkitab kita sekarang adalah Ketuhanan Kristus. Tahukah kalian bahwa
hampir seperempat dari penduduk dunia, atau lebih dari 1 milyard orang, mengaku diri sebagai
orang Kristen. Pada zaman Yesus juga banyak orang berduyun-duyun mengikutiNya. Tetapi
Yesus mengingatkan mereka tentang harga yang harus dibayar kalau seorang mau menerima
137
dan mengikutiNya dengan sungguh-sungguh sebagai Tuhan. Pada mulanya, apa yang menarik
tentang diri Yesus untuk anda?

Pada mulanya, yang menarik bagi saya tentang Yesus adalah ……

Harga yang harus dibayar untuk mengikut Kristus


Bacalah Lukas 14:25-35 dan kerjakanlah tugas-tugas berikut:

1. Ayat 25-27. Kata ‘membenci’ di sini berarti ‘menomorduakan.’ Orang Yahudi mamakai kata
‘membenci’ tersebut sebagai tekanan untuk suatu perbandingan. Hal-hal apa yang harus
‘dibenci’ kalau kita mengikut Kristus (ayat 26) ? Apakah artinya ?

2. Pada abad pertama ada kebiasaan yang sekarang tidak pernah lagi kita saksikan. Pada masa itu
seseorang yang memikul salib membawa salib itu untuk kematiannya sendiri. Kalau begitu,
apa maksud Yesus dalam ayat 27?

3. Baca kembali ayat 28-30, lalu bayangkan kalau anda mau mendirikan sebuah menara.
Ongkosongkos apa saja yang harus diperkirakan? Hal-hal apa yang dapat menghalangi
penyelesaian pembangunan tersebut?

4. Baca lagi ayat 31-32. Apa yang harus dilakukan seorang raja sebelum masuk perang?

5. Dua perumpamaan yang dipakai oleh Yesus mempunyai penekanan yang sama. Apa maksud
ayat 33?

6. Ayat 34-35. Pada zaman Tuhan Yesus garam dipakai sebagai pengawet dan juga sebagai
bumbu. Bagaimana dua fungsi garam ini mirip dengan peranan kita sebagai murid Yesus di
dunia ini ?

7. Apa persamaannya, murid Kristus yang suam-suam kuku dan garam yang tidak asin lagi?

Mahalnya mengikut Kristus


Apakah mengikut Kristus memang harus dibayar dengan harga mahal? Tentu bukan dengan uang,
tetapi apa saja resiko dari mengikut Kristus. Pikirkan, renungkan dan kemudian catatlah beberapa
contoh yang dapat mengungkapkan bahwa mengikut Yesus mungkin mahal bagi anda. Ini
berhubungan dengan kehidupan keluarga anda, berhubungan dengan teman, pendidikan, pekerjaan,
cara mendapat dan memakai uang, dan sebainya.

Api unggun
Pada tahap ini guru/pendamping akan membantu kita untuk mengikuti proses selanjutnya.
138
Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-31

Katekisasi Gereja Toraja Pertemuan ke-31

UNTUK GURU Deskripsi


Ini adalah pertemuan terakhir yang boleh disebut puncak dari proses pembelajaran melalui
kateksisasi. Kagiatan ini diharapkan menjadi sebuah akhir yang menyenangkan bagi semua.
Kapentingan dari kegiatan ini ialah bahwa di sini peserta katekisasi memasuki sebuah proses
khusus yang akan mengantarkannya pada suatu fase baru dalam perjalanan hidupnya. Di sinilah
peserta diharapkan mengalami inisiasi, proses peralihan status dari warga gereja yang dianggap
belum dewasa menjadi warga dewasa yang dapat mengambil keputusan-keputusan imannya dalam
setiap perkara hidupnya.

Bagaimana kegiatan ini dilakukan?

Barangkali ada baiknya untuk membagi kegiatan ini ke dalam dua bagian besar:
1. Pemahaman bersama mengenai retreat. Kalau dapat ini dilakukan sebelum acara retreat
yang sesungguhnya dilakukan. Ini bisa dilakukan beberapa hari sebelum acara retreat.
Hal ini penting oleh karena dalam kenyataan masih sering terjadi bahwa ada orang yang
sulit membedakan antara retreat dan rekreasi. Pada bagian pertama ini yang akan
dilakukan adalah mendiskusikan apakah retreat itu dan apa saja tujuan retreat katekisasi
ini (lihat buku murid)

2. Bagian kedua adalah kegiatan retreat di tempat khusus yang telah disepakati.
Pada bagian kedua ini, yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Tahap pertama: Penguatan semangat kelompok


Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah permainan-permainan yang secara tidak langsung
menunjukkan bahwa setiap orang adalah penting/berharga dalam kelompok. Tidak perlu
menjelaskan maksud permainan, tetapi beri kesempatan kepada peserta untuk secara spontan
mengemukakan makna setiap permainan setelah permainan tersebut selesai.

Tahap kedua: Penelaahan Alkitab


Untuk tahap ini, guru hanya menuntun proses seperti yang telah disediakan dalam buku murid.
Kalau dapat siapkanlah kertas yang cukup untuk digunakan oleh peserta menulis
jawabanjawabannya.

Tahap ketiga: Api unggun/ Pengutusan

☺ Mulailah tahap Ini dengan enyanyikan beberapa lagu supaya peserta tidak tegang.

☺ Meditasi Pribadi (10-15 menit) untuk merenungkan pertanyaan pokok:


(1) Mengapa saya mau mengikut Kristus ?
(2) Apa yang menjadi kendala / hambatan?

☺ Setelah meditasi pribadi, peserta berbagi diri ke dalam kelompok kecil (3-4 orang) untuk
mengadakan sharing bersama dan saling mendoakan. Ini bisa digabung dengan Bimbingan
Kelompok. Tetapi ini hanya mungkin kalau ada satu pembimbing untuk setiap kelompok
139
kecil supaya peserta tertolong untuk mengerti dan menyerahkan masalahnya dalam doa.
(Bimbingan kelompok ini dapat dilaksanakan sebelum ibadah pengutusan ATAU besok
paginya dengan tujuan menguatkan keputusan masing-masing.)

Tahap akhir: Pengutusan


Pada tahap ini ceriterakan kembali kisah pekerjaan Allah, mulai dari penciptaan manusia sampai
dengan kebangkitan Yesus, keturunan Roh Kudus dan janji kedatangan Yesus kembali. Selingi
ceritera itu dengan lagu yang tepat cocok untuk setiap bagian yang ceriterakan.

Catatan penting untuk Guru


1. Memperhitungkan perkembangan setiap peserta
Pada tahap terakhir ini guru sangat perlu menyadari bahwa setiap peserta mengalami
perkembangan yang berbeda. Ada yang mungkin sangat positif dan cepat mengalami perubahan
sikap, ada yang mungkin agak lambat, dan barangkali ada yang tidak memperlihatkan
perubahan yang berarti.

2. Istirahat malam
Orang muda biasanya mau berbicara sampai larut malam ataupun sampai pagi. Tetapi ada
baiknya kalau mereka setuju untuk tidak ribut sampai larut malam (misalnya setelah jam 11).
Ini penting supaya mereka dapat lebih peka satu terhadap yang lain dan khususnya terhadap
“bisikan” Tuhan sendiri di dalam hatinya. Pada pagi harinya mereka diberikan petunjuk untuk
meditasi singkat sewaktu peserta masih dalam keadaan puasa bicara.

140
K.J. 257

1 5 5 5 5 / 1 5 5 5 5 / 1 5 5 5 5 5
A - ku Ge - re - ja, kau pun Ge -re - ja, ki- ta sa - ma- sa - ma

1 / 1 . 2 . / 3 1 1 1 1 1 / 4 2 2 2
Ge - re ja dan peng- i - kut Ye - sus di se - lu - ruh

2 2 / 5 5 5 4 3 3 1 / 2 . 5 . / 1 . .
dunia kita sama – sama Gereja

0 5 / 1 1 1 1 2 3 / 1 . 5 . ‘5 / 1 1
G
KMM 80. O ALANGKAH BAIK DAN INDAHNYA
la = c 2 ketuk
_____ ____ ____ ___ 6
6 / 1 2 1 / 6 6 / 1 2 1 / 6 6 ‘ / 6 . 6 /O
a - lang - kah ba - ik dan in - dah – nya bi - la
____ ___ _____ ____ ____
5 3 5 / 6 . 5 / 3 2 / 3 5 3 2 / 1 6 ‘ / 1 1
di tem – pat ber – him-pun o – rang ber-sau- da – ra sa- ma
_____ ____ ____ ___ ____
1 1 / 2 1 2 / 3 3 ‘/ 5 3 5 / 6 6‘/ 5 3 5 / 6 i
sa- ma du - duk ru– kun: i - bu, ba - pak, a - dik, ka- kak
_____ ____ ____ ____ ____ ____
6 5 / 3 2 ‘ 2 / 3 5 3 2 / 1 6 ‘/ 1 1 1 1 /
dan sau- da – ra. Na – e - le le - le, ma – nis, sa – ma - sa – ma
____ ____ ____ 2 1 2 / 3 3
‘ 2 / 1 6 1 / 2 1 / 6 . / 6 . du - duk ru – kun dan
ber- sa – tu da – lam Tu - han.

2. Kasih itu indah, sungguh indah, harum


bagai minyak wangi di kepala Harun – seperti
embun yang turun dari Hermon atas gunung-
gunung Sion.
Naele le-le, manis, kar’na dari sana Tuhan
datang memberi berkatNya.
KMM 153. DARI YERIKHO KE YERUSALEM
do = g 4 ketuk
_____ _____ _____ _____

3 . 3 / 6 6 5 3 . 5 / 6 6 (3) 3 . 3 / 6 6 . 7 1 1 / 6 . 0 :
Da – ri Ye– ri- kho ke Ye- ru- sa- lem, i - tu ja - lan ma- nu- si– a; ma-
ri ki- ta tu- rut men-da-ki t’rus di an- ta - ra ma- nu- si- a! ____
_______ ____ ________
3 3 / 2 2 2 1 1 / 6 6 0 3 3 / 2 2 (1) 1 1 / 6 . 0
Di be- lu-kar di ping-gir ja- lan ge-rom-bo-lan pe- me- ras
____ _______ ____ ______ _______
3 3 / 2 2 2 1 1 / 6 6 0 6 7 / 1 7 1 2 1 2 / 3 . .0/
meram-pa-si sau-da- ra ki- ta, la – lu i - a di- pu-kul ke- ras!
____ ___ _____ _____
3 3 . 3 2 5 / 3 . 0 3 . 3 / 6 6 . 7 1 1 / 6 . 0
I – ni ce - ri – te – ra da - ri ja – lan ma- nu- si - a.
2. Kebetulan lewat di sana pada jalan manusia satu dua tokoh agama
di antara manusia. Keduanya melihat korban dan merasa amat
sedih, namun kar’na terlalu sibuk, menyesal, tapi tak berhenti.
Ini ceritera dari jalan manusia.

3. Lalu datang orang ketiga lewat jalan manusia, bukan kawan, bukan
saudara, tapi sungguh manusia yang menaruh belas kasihan dan
membalut luka nyeri
dan membayar segala ongkos;
tak merasa dendam dan benci.
Ini sumbangsihnya bagi umat
manusia.

4. Mari kita turut mendaki t’rus pada jalan manusia:


mendengar, melihat, menolong t’rus melayani manusia,
mengasihi saudara Tuhan, meskipun belum dikenal; sesamanya
yaitu kita yang telah dikasihi kekal.
Ini berlakulah bagi umat manusia!

PKJ 35. SUCI, SUCI, SUCI

do = c 4 ketuk Argentina Copyright 1990 WCC

___ ___ ___ ___


3 . 3 3 . 2 | 2 1 . 1 | i . i 7 . 6 | 6 5 . ‘
Su - ci, su - ci, su - ci, ji - wa - ku me - mu - ji - Mu
__ ___ ______ __ __
1 | i . i 7 . 6 | 5 . 6 7 i . | 1 . 3 2 . 1 | 1 . . . Ji
- wa - ku ber - se - ru pa- da- Mu: su - ci Kau Tu-han.

Santo, Santo, Santo, Micoraxon tea-dora !


Micorazon te sabe decir; Santo eres Senor!

Holy, Holy, Holy, my heart, my heart adores you.


My heart knows how to say to you: Holy are you Lord!

Heilig, heilig, heilig, Mein Herz betet dich an!


Mein Herz weiss, was es dir sagen will: Heilig bist du Gott!

Maindan nang maindan, KupudiKomi Puang


Meongli’na’ lako kaleMi: Nang MaindanKomi!

PKJ 98. YA ROH KUDUS, BAHARUILAH

do = f 2 dan 4 ketuk
___ ____ _____ ____ ____ ____ ___
3 2 3 5 / 6 . 5 6 5 3 3 / 1 1 2 3 5 6 5 /
1. Ya Roh Ku- dus, ba-ha- ru- i - lah dan per- sa – tu– kan- lah
2. Ya Roh Ku- dus, ba-ha- ru- i - lah dan per- sa – tu- kan- lah
___ ____ ____ ___ ____ ____ ___
6 5 3 . 0 / 2 1 2 3 2 1 1 / 2 1 2 3 2 1 1 /
ka - mi. Sa-darkan-lah ka - mi i - kut ke- hen-dak - Mu
ka - mi. Tuntun hi-dup ka - mi, sa- ling me-nga-sih - i
____ ___ ___ ___ ____ ______ 2 2
2 3 2 3 5 / 5 5 . 0 / 3 2 3 5 / 6 . 5 6 wu- jud-
kan ke - e - sa- an. Ya Roh Ku- dus, ba- ha- dan
jauhkan per - pe - cah-an. Ya Roh Ku- dus, ba- ha-
____ ____ ____ ___ ___ ____ ____
5 3 3 / 1 1 2 3 5 6 5 / 6 5 3 . 0 / 2 1 2 3
ru- i - lah dan per- sa - tu- kan- lah ka - mi da- lam sa- tu
ru- i - lah dan per- sa - tu- kan- lah ka - mi. sam-but do – a
___ ____ ____ ___ ____
2 1 1 / 2 1 2 3 2 1 1 / 2 2 1 6 1 / 1 . . 0 /
g’re - ja yang te– rus ber-sak - si di kan-cah du- ni - a.
ka – mi da- lam per-ju- ang - an di kan-cah du- ni - a.
PKJ 264. APALAH ARTI IBADAHMU
do = es 4 ketuk
___ ____ ____ _________ _____
0 0 3 3 2 3 2 / 1 . 1 1 1 / 1 1 2
1. A - pa - lah ar - ti i - ba – dah - mu ke - pa-
2. Ma- ri - lah i - kut me – la - yan - i o - rang
3. Ber- ba - ha - gi - a o - rang yang hi - dup ber-
_____ ____ ___
__________
3 2 4 3 / 2 . . . / 0 0 1 2 3 / 4 . 4 4 3 /
da Tu - han, bi - la ti - a - da re - la
ber - ke - luh, a - gar i - man te – tap ku- i
- ba - dah, yang me- la - yan - i o - rang
___ ____ ____ ___ ____ ___ 2
. 1 2 1 2 4 / 3 . . . / 0 0 3 3 2 3 2 / 1 . su
- jud dan sung - kur? A - pa- lah ar - ti at
ser - ta te - guh. I - tu- lah tu - gas su -
sah dan le - mah dan pe- nuh ka - sih
__________ _____ _____ _____
1 1 1 / 1 1 2 3 2 4 3 / 2 . . . /
i - ba - dah - mu ke - pa - da Tu - han,
pe - la - yan - an, ju - ga pang - gil - an,
me- no - long o - rang yang ter - be - ban;
___ _______ ___ ___ ___
0 0 1 2 3 / 4 . 4 4 3 / 2 . 1 2 1 4 3 / 1 . . . /
bi – la ti - a - da ha- ti tu - lus dan syu - kur? per-
sem-bah-an yang ber-ke– nan ba - gi Tu - han. i - tu -
lah tang- gung ja-wab o - rang ber - i - man.

Refrein: __ ___ __ _______ _______


0 0 5 5 5 6 5 / 7 . 6 5 5 6 / 4 . 2 3 4 / 5 . . . /
I- ba-dah se - ja - ti, ja - di- kan-lah persem-bah-an.
__ ___ __ _______ __ ___ ___
0 0 3 3 3 3 2 / 4 . 3 5 4 3 / 2 . 1 2 1 2 4 / 3 . . . /
I – ba- dah se - ja - ti: ka-si- hi- lah se-sa - ma - mu!
___ ___ __ _______ ________
0 0 5 5 5 6 5 / 7 . 6 5 5 6 / 4 . 2 3 4 / 5 . . . /
I - ba- dah se - ja - ti, yang ber-ke- nan ba - gi Tu – han,
___ ___ ___ __________ ___ ____ _____

0 0 3 3 3 3 2 / 4 . 3 5 4 3 / 2 . 1 2 1 4 3 / 1 . . .
ju- jur dan tu - lus i - ba-dah mur-ni ba-gi Tu - han.
WE ARE MARCHING IN THE LIGHT OF GOD
1=g 4/4 Sound African

___ ___ ___ __ __ ____ ___


5 5|3 . 3 3 2 3 | 1 6 5 5 4 3 |2 2 2 1 2 3 1|1..
1. We are mar - ching in the light of God we are marching in the light of God
2. Ku ber-ja - lan dalam trang Tu-han ku ber-ja- lan da-lam trang Tu-han.
3. Lolang lan - kan ar-rang-Na Pu- ang lo-lang lan-kan arrang-Na Pu-ang
___ ___ ___ __ __ ___ ___ __ __
5 5|3 .3 3 2 3 | 1 6 5 5 4 3| . 2 2 2 1 2 3 01|1..
We are mar- ching in the light of God we are marching in the light of God
Ku-ber-ja - lan dalam trang Tuhan ku-ber- ja- lan da-lam trang Tu-han
Lo-lang lan - kan ar-rang-Na Pu-ang lo-lang lan-kan ar-rang-Na Pu - ang

____ ___ ___ ___ ____ ____ __ __


1 1 | 1 1 1 . | 1 1 5 5 4 3 |2 2 2 1 2 3 01| . .
We are marching O o we are marching in the light of God
Ku-ber - ja - lan O o ku-ber- ja- lan da-lam trang Tu - han
Lo-lang lan- kan O o lo-lang lan-kan ar-rang-Na Pu - ang
____ ___ ____ ___ ____ ____
1 1 | 1 1 1 1 . | 1 1 5 5 4 3 | 2 2 2 1 2 3 1 | 1 . . ||
We are marching O o we are marching in the light of God
Ku-ber- ja- lan O o ku-ber- ja- lan da-lam trang Tu-han
Lo-lang lan-kan O o lo-lang lan-kan ar-rang-Na Pu- ang

MASITHI
C = 1 4/4 S.c. Malefe:Xhosa South African
__ __ _____ ____ __ __ __
S. 0 0 0 0 / 3 3 3 3 3 2 1 / 2 . 0 0 / 4 4 4 4
A. 0 0 0 0 / 1 1 1 1 1 7 1 / 7 . 0 0 / 2 2 2 2
1. Ma-si- thi Amen, si – ya- ku du-mi- sa. Ma-si-thi Amen, si- ya-
2. Sing Amen Amen, we praise your name o Lord Sing AmenAmen we
praise
3. Pu- ji-lah A-min, ku- pu- ji na- ma-Mu Pu-ji- lah Amin, ku- pu-
4. Pu- di-mi A-min, ki- pu – di sa-ngam-Mi Pu-di- mi Amin, ki-
pu- __ __ _____ ____ __ __ __
T. 0 . 5 5 5 / 5 5 5 5 5 5 5 / 5 . 5 5 5 / 6 6 6 6
B. 0 . 5 5 5 / 1 1 1 1 1 7 6 / 5 . 5 5 5 / 2 2 2 2

__ ____ __ __ __ __ __ __
S. 4 3 2 / 3 . 0 0 / 3 5 3 5 . / 4 6 4 6 . / 5 5 5 A.
2 1 7 / 1 . 0 0 / 1 3 1 3 . / 4 4 4 4 . / 3 3 3
ku du- mi- sa Mi- si- thi A-men, Ba-wo A-men, Ba-wo, A-men si –
your name o Lord. Sing A-men, A-men, A-men A-men, A-men A-men we
ji na- ma- Mu. Pu-ji-lah A-min, A-men A-min, A-min A-min ku-
di ki - pu- di. Pu-di- mi A-min, A-men A-min, A-min A-min ki-
__ ____ __ __ __ __ __ __
T. 6 5 4 / 5 . 5 5 5 / 5 i 5 i . / 6 i 6 i . / i i i
B. 2 1 5 / 1 . 5 5 5 / 1 1 1 1 . / 4 4 4 4 . / 3 3 3

_____ _____
S. 5 5 4 4 / 3 . 0 0 || A. 3 3 2
2 / 1 . 0 0 || ya - ku du – mi- sa.
praise your name o Lord.
pu - ji na - ma – Mu.
pu - di sa – ngam-Mi.
_____ _____
T. i i 7 7 / 5 . 0 0 ||
B. 3 3 2 2 / 1 . 0 0 ||

Anda mungkin juga menyukai