Anda di halaman 1dari 16

BAB 3 RIO MARTIN

1. Hasil Penelitian

Agar penelitian ini dapat terarah dengan baik maka penelitian ini dilakukan sesuai dengan

prosedur pengumpulan data dan tahap-tahap penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dalam upaya mengembangkan

pendidikan untuk guru sekolah minggu dan banyaknya kendala yang dihadapi oleh guru sekolah

minggu. Bukan hanya kendala dengan proses belajar mengajar tetapi juga kendala dengan diri

sendiri. Menurut pengamatan saya sewaktu melakukan penelitian, banyaknya dukungan dan

masukan tentang adanya pendidikan untuk guru sekolah minggu yang dimana penelitian

terhadap pelayan fulltimer, guru sekolah minggu, sintua dan pendeta.

2. Hasil Observasi

Menurut pengamatan penulis mengenai pentingnya pendidikan bagi guru sekolah minggu

khususnya di HKBP, bahwasannya banyaknya dukungan dari setiap pelayan gereja terkait

adanya pendidikan bagi guru-guru sekolah minggu. Hal ini didasarkan pada hasil observasi yang

penulis lakukan pada setiap pelayan-pelayan gereja yang dapat dijangkau. Penulis melihat bahwa

kurangnya bimbingan kepada setiap guru-guru sekolah minggu sehingga mereka kurang mampu

dalam mengajar anak-anak sekolah minggu di setiap minggunya. Para pelayan kurang

memberikan perhatian bagi guru-guru sekolah minggu yang kurang mampu dalam mengajar

anak-anak sekolah minggu. Jadi penulis beranggapan bahwa gereja belum memberikan perhatian

khusus kepada guru sekolah minggu dalam bidang pengajaran anak-anak sekolah minggu.

Penulis juga memperhatikan dengan kurangnya bimbingan terhadap guru sekolah minggu

ini menyebabkan anak-anak sekolah minggu menjadi monoton dalam ibadah. Yang dimana
sedikitnya bahan ajar yang diberikan guru-guru sekolah minggu kepada mereka sehingga anak-

anak cenderung bosan dalam mengikuti ibadah. Sebagian guru sekolah minggu juga ada yang

masih malas dalam mengajar walapun dari gereja tersebut sudah memberikan arahan dalam

mengajar anak-anak sekolah minggu. Menurut penulis, harusnya setiap pelayan gereja dan guru-

guru sekolah minggu harus sejalan dalam meningkatkan mutu mengajar bagi guru sehingga

anak-anak sekolah minggu dapat terarah dengan baik.

Berdasarkan pengamatan penulis kurangnya bimbingan atau arahan dari pelayan di berbagai

gereja terhadap pentingnya pendidikan bagi guru sekolah minggu dalam mengajar. Akan tetapi

di sebagian gereja sudah melakukan bimbingan guru sekolah minggu, seperti melakukan sermon

sekali dalam sebulan, melakukan evaluasi bagi setiap guru sekolah minggu, serta para pelayan

gereja memberikan dukungan dan semangat agar proses pengajaran guru-guru sekolah minggu

dapat terlaksana dengan maksimal.

Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti memperhatikan bahwa para pelayan HKBP

kurang memperhatikan proses pengajaran terhadap guru-guru sekolah minggu dalam

membimbing dan memberikan pengajaran, dengan alasan sebagai berikut:

 Para pelayan gereja yang ada di HKBP kurang memberikan pembekalan terhadap

guru-guru sekolah minggu dalam mengajar di suatu gereja.

 Para pelayan cenderung memperhatikan para guru sekolah minggu di saat ada acara-

acara besar

 Para guru sekolah minggu kurang memberikan hatinya dalam melayani anak sekolah

minggu sehingga para pelayan juga jarang memberikan bimbingan yang lebih

mendalam terhadap guru sekolah minggu.


 Yang terakhir, pelayan gereja dan guru-guru sekolah minggu kurang dalam

berkomunikasi dalam proses pengajaran sehingga pendidikan atau pembekalan dalam

mengajar cenderung berjalan lebih monoton.

Dengan hasil observasi yang penulis dapatkan selama penelitian lapangan ialah kurangnya

perhatian kepada guru-guru sekolah minggu. Untuk itulah ada acuan yang lebih mendalam

diberlakukannya pendidikan agar para guru-guru yang melayani digereja mendapatkan bekal dan

skill yang maksimal dalam membina anak-anak sekolah minggu yang berlandaskan firman

Tuhan.

3. Hasil wawancara

Sebelum melakukan wawancara untuk kelengkapan data penelitian, penulis terlebih dahulu

menjelaskan maksud dan tujuan wawancara tersebut dilaksanakan. Tujuan dari pada wawancara

ini dilakukan agar lebih mengkonkretkan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan maupun

observasi yang dilakukan oleh peneliti. Oleh sebab itu, peneliti melakukan wawancara dengan

mengambil sampel sebanyak 6 orang, 3 orang dari guru sekolah minggu, 1 orang dari pendeta

HKBP, 1 orang pelayan fulltimer, dan 1 orang dari Sintua.

a. Wawancara dengan Pembina guru sekolah minggu Dameria Pakpahan

Dalam meyusun bahan ajar untuk anak sekolah minggu agar anak-anak mengerti tentang firman

Tuhan, diadakannya alat bantu dan cerita bergambar untuk menyampaikan firman Tuhan agar

mudah dimengerti dan anak-anak sekolah minggu tertarik mendengar pengajaran tentang firman

Tuhan. Sebelum memulai cerita Alkitab, guru Sekolah Minggu dapat melakukan tanya jawab

dengan anak-anak, dengan tujuan agar anak-anak lebih aktif dan membangun pengetahuannya

dalam belajar. Disini guru Sekolah Minggu membagi anak-anak menjadi tiga kelompok diskusi

yang terdiri atas 2-3 anak perkelompok. Guru menjelaskan kepada anak-anak tujuan
pengelompokan tersebut, agar mereka fokus mendengarkan cerita dan akan diberikan pertanyaan

mengenai cerita yang akan disampaikan. Sambil bercerita, guru memperlihatkan kepada anak-

anak sebuah gambar. Anak-anak tertarik untuk memperhatikan gambar tersebut. Sesekali guru

dapat mengulangi kata-kata yang diangap penting, agar anak-anak selalu mengingatnya, dan

beberapa kali guru melakukan tanya jawab untuk memastikan apakah anak-anak fokus

mendengarkan cerita. Kemudian guru megajak anak-anak untuk membaca Alkitab bersamasama

secara bergantian agar mereka semua terlibat aktif dalam membaca. Setelah bercerita, guru mulai

memberikan pertanyaan pada setiap kelompok, kemudian guru memberikan waktu kepada setiap

kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan tersebut. Karena setiap kelompok fokus

mendengarkan cerita, maka mereka dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada kegiatan

aktivitas selanjutnya, guru membagikan gambar kepada setiap kelompok untuk diwarnai

bersama. Dan kegiatan tersebut berhasil menarik perhatian anak-anak untuk aktif di kelas.

Dengan adanya kegiatan pengelompokan dan mewarnai bersama, anak-anak diajar untuk

membangun kerjasama dengan teman-temannya. Sehingga anak-anak tidak merasa bosan di

kelas dan ibadah pun berjalan dengan sangat menyenangkan.

Sebelumnya guru menyapa anak-anak sekolah minggu dengan menanyakan kabar mereka

dan melakukan percakapan singkat tentang kehidupan mereka seminggu yang lalu. Dengan

mengadakan percakapan seperti ini, anakanak diberi kesempatan untuk menceritakan

pengalaman-pengalaman yang mereka alami baik itu di rumah dalam membantu orang tua

bekerja, saat bermain dengan teman-temannya atau saat berada di sekolah. Kemudian guru akan

mengawalinya dengan sebuah lagu, namun sebelumnya guru akan bercerita sedikit tentang

maksud dari lagu yang akan dinyanyikan agar anak-anak tahu makna dari lagu tersebut, dan

bukan hanya asal menyanyi saja. Dalam memimpin puji-pujian guru sengaja menggunakan lagu-
lagu yang dinyanyikan dengan semangat, kecuali saat pengakuan dosa. Disini guru juga berusaha

untuk menarik perhatian anak-anak sekolah minggu untuk aktif bernyanyi dengan meminta

bantuan kepada guru-guru sekolah minggu yang dapat bermain alat musik, atau salah satunya

bermain gitar. Karena dari pengamatan guru sebelumnya, anak-anak sangat malas dan sangat

susah untuk diajak bernyanyi. Namun setelah diiringi dengan alat musik, mereka sangat aktif

bernyanyi. Guru juga juga mengajak anak-anak bernyanyi sambil menggerakkannya. Dengan

melakukan hal ini, anak-anak merasa sangat senang karena mereka juga merasa bosan jika hanya

bernyanyi sambil duduk dan bertepuk tangan saja. Selain itu, guru juga mengajak anak-anak

untuk bernyanyi dengan mengkanonkannya. Misalnya lagu pertama dinyanyikan oleh anak laki-

laki, kemudian disusul oleh anak perempuan. Pada kegiatan aktivitas selanjutnya, guru juga

mengajak anak-anak untuk mempelajari beberapa lagu-lagu baru, agar mereka lebih bersemangat

dan tidak merasa bosan dengan lagu-lagu yang sudah sering dinyanyikan. Dengan melakukan hal

seperti ini, anak-anak lebih aktif dalam bernyanyi, sehingga ibadah pun berlangsung dengan

menyenangkan dan tidak membosankan.

Ia juga mengatakan sebelum bercerita/menyampaikan Firman, guru dapat melakukan

tanya jawab dengan anak-anak. Hal ini dilakukan agar anak-anak dapat mengemukakan

gagasannya dan aktif di dalam kelas. Dalam bercerita kepada anak-anak, guru menggunakan alat

peraga yaitu diri sendiri. Dengan memainkan dua peran dalam satu tubuh, melakukan percakapan

dengan diri sendiri namun keduanya memiliki karakter yang berbeda. Dengan melakukan cara

seperti itu, anak-anak tertarik untuk memperhatikan guru yang sedang bercerita. Sesekali guru

juga melakukan tanya jawab dengan anak-anak sepanjang ibadah berlangsung, agar anak-anak

tidak lupa apa yang telah disampaikan penulis dalam cerita.


Dengan adanya buku panduan guru sekolah minggu yang diterbitkan oleh HKBP sangat

membantu untuk proses belajar terhadap anak-anak sekolah minggu yang dijabarkan oleh guru-

guru sekolah minggu. Dalam pertumbuhan fisik,emosi, dan pikiran yang dimana rata-rata tingkat

kehadiran anak-anak sekolah minggu sangat berkembang dan kesadaran untuk ikut dalam ibadah

setiap minggunya sangat aktif. Bahkan di situasi covid-19 yang dimana setiap gereja ditutup,

anak-anak sekolah minggu malah mendesak agar ibadah sekolah minggu dibuka kembali. Dari

sini dapat dilihat bahwasannya semangat para anak-anak sekolah minggu harus diberikan

apresiasi.

Dalam merencanakan pembelajaran terhadap anak-anak sekolah minggu mengadakan

kunjungan wisata rohani, kunjungan ke panti asuhan atau membuat acara keluar daerah. Ia

mengatakan hal ini sangat membantu anak-anak sekolah minggu dalam menambah wawasan

serta rasa ingin tahu yang sangat dalam. Akan tetapi dengan adanya pandemic covid-19 yang

menjadi penghalang ditiadakannya kunjungan-kunjungan ke suatu tempat. Ia juga berpendapat

bahwa manfaat dilakukannya evaluasi terhadap pengajaran anak-anak sekolah minggu agar tahu

dimana letak kekurangan dalam proses pembelajaran dan juga evaluasi kehadiran anak-anak

sekolah minggu agar tepat waktu untuk hadir dalam beribadah ke gereja. Kendala dalam

mengajar anak-anak, kurangnya fasilitas di gereja seperti alat peraga yang menjadi sedikit

hambatan dalam proses penyampaian firman Tuhan kepada anak-anak sekolah minggu.

Tanggapannya juga terhadap pentingnya pendidikan guru sekolah minggu yang dimana pengajar

harus berbasis guru minimal D3 serta memiliki ijazah minimal SMA Sederajat agar proses

mengajar dapat terlaksana sesuai yang di inginkan. Masukan yang diberikan terhadap pentingnya

pendidikan guru sekolah minggu terhadap HKBP sangat memberikan dukungan agar dibukanya

lembaga terhadap pendidikan guru-guru sekolah minggu.


b. Wawancara dengan guru sekolah minggu Mesti Hutasoit

Dalam mengajar anak-anak sekolah minggu tentunya berpedoman terhadap Alkitab

kemudian guru sekolah minggu membuat cara pengajaran agar anak sekolah minggu mudah

mengerti akan Firman Tuhan yang disampaikan. Dalam pengajaran dilakukan sesuai dengan

horong, misalnya di horong I harus membuat bahasa yang mudah dimengerti anak-anak sekolah

minggu sampai horong II dan III. Dalam proses pembelajaran, dengan adanya alat dan bahan

peraga sangat mendukung proses pembelajaran terhadap anak-anak sekolah minggu. Akan tetapi

dengan adanya pandemic covid-19 semuanya jadi terbengkalai dan belum sama sekali

dipraktekkan bagaimana cara memberikan pengajaran terhadap anak-anak sekolah minggu

tentang pembelajaran melalui alat peraga.

Kurangnya dukungan dari jemaat terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru-guru

sekolah minggu, yang dimana jika melakukan suatu kegiatan terhadap anak-anak sekolah

minggu, hanya orang tua dari anak-anak yang ikut berperan dalam suatu kegiatan yang

meberikan dukungan. Sedangkan orang tua yang lain sama sekali tidak ada dukungan terhadap

kegiatan anak sekolah minggu yang tidak ikut anaknya di dalam program tersebut. Dalam proses

pembelajaran dengan adanya buku panduan terhadap proses mengajar anak sekolah minggu

sangat membantu karena menjadi bahan atau pedoman untuk mengajar dan lebih mudah

menyampaikan isi firman Tuhan kepada anak-anak sekolah minggu.

Ia juga berpendapat dengan adanya lembaga pendidikan yang akan dibuat di HKBP sangat

setuju, dikarenakan sangat membantu proses pengembangan guru-guru sekolah minggu dalam

mengajar terhadap anak-anak sekolah minggu. Penatua-penatua gereja yang berperan terhadap
guru-guru sekolah minggu kurang memperhatikan proses pengajaran yang dilaksanakan setiap

minggunya. Dengan demikian, adanya pendidikan yang akan diusulkan terhadap HKBP sangat

berpengaruh besar dalam pertumbuhan gereja. Ia juga memberikan masukan yang dimana dari

pengalaman selama mengajar, kurangnya perhatian dari pelayan fulltimer dan juga pendeta yang

melayani sebelumnya di gereja tersebut, sehingga guru-guru sekolah minggu kurangnya

pembekalan dalam proses mengajar anak-anak sekolah minggu.

c. Wawancara terhadap guru sekolah minggu Jenny Aritonang

Bentuk dukungan dari jemaat dalam perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru

sekolah minggu berupa sumbangan makanan dan minuman agar guru sekolah minggu lebih

semangat dalam mengajar anak sekolah minggu. Dalam proses pembelajaran guru sekolah

minggu harus mampu menguasai sifat dari seorang anak yang dimana harus sabar dalam

menyampaikan firman Tuhan. Dengan adanya program yang direncanakan yang dimana

melakukan kunjungan rohani ke suatu tempat agar anak-anak sekolah minggu dapat menambah

wawasan serta rasa ingin tahu tentang firman Tuhan.

Dengan adanya rencana dalam bentuk pembekalan terhadap guru-guru sekolah minggu

dalam mengajar, kurang menerima dikarenakan masih duduk dalam bangku sekolah yang

dimana masih sulit membagi waktu dan harapan untuk dibukanya lembaga pendidikan untuk

guru sekolah minggu kurang mendukung karena kurang minat dalam melanjutkan kejenjang

tersebut.

d. Wawancara terhadap pelayan Fulltimer Gr. Dody Kasih Napitupulu, S.Pd.K

Pentingnya pendidikan bagi guru sekolah minggu dalam proses belajar yang ideal sangat

membantu dalam mengajar anak-anak sekolah minggu. Sangat di harapkan bagi HKBP untuk

membuat pendidikan atau pembinaan bagi guru-guru sekolah minggu. Guru-guru sekolah
minggu perlunya pendidikan yang khusus kepada mereka, bukan berfokus pada firman saja

tetapi tentang pengajaran yang baik. Pada Poda Tohanan Haguruon yang ke-4 yang dimana

memberikan pengajaran kepada anak-anak, juga masukan kepada guru-guru sekolah minimal

memiliki ijazah D1 untuk mengajar anak-anak sekolah minggu. HKBP perlu membina guru-guru

sekolah minggu dan diterbitkan ijazah mereka minimal D3 agar pengajaran maksimal kepada

anak-anak sekolah minggu dan diharuskan dilaksanakan di tingkat huria, resort, bahkan distrik

pun perlu melaksanakan adanya pendidikan guru sekolah minggu sehingga tujuan dan

sasarannya tepat.

Pendidikan bagi guru-guru sekolah minggu harus dimasukkan dalam program distrik

HKBP agar bisa dilaksanakan sesuai dengan harapan. Dalam bentuk dukungan dari jemaat

kepada guru-guru sekolah minggu sangat luar biasa dikarenakan para jemaat sangat mendukung

program-program yang telah direncanakan oleh gereja kepada anak-anak sekolah minggu. Setiap

ada kegiatan yang telah di tetapkan oleh gereja, para jemaat mendukung kegiatan tersebut.

Contohnya meberikan sumbangan berupa hadiah-hadiah serta berupa makanan. Dari situ dapat

dilihat bahwasannya tanggapan para jemaat terhadap kegiatan-kegiatan anak-anak sekolah

minggu sungguh sangat mendukung, yang dimana anak-anak sekolah minggu lah yang akan

menjadi penerus dari gereja.

Dengan adanya buku panduan kepada guru-guru sekolah minggu sangatlah membantu

dalam melaksanakan ibadah dan kegiatan anak-anak sekolah minggu. Sermon terhadap guru-

guru sekolah minggu juga sangat membantu akan tetapi belum maksimal berjalan. Dengan

adanya sermon, dari buku panduan juga sangat berkolaborasi tentang pelayanan firman kepada

anak-anak sekolah minggu dengan dibagi horong I, II, dan III. Lagu-lagu sekolah minggu yang

diharapkan dari Buku Ende sekolah minggu agar sejalan dalam peribadahan. Dengan adanya
program-program yang telah dirapatkan oleh gereja dengan kegiatan-kegiatan yang direncanakan

seperti sermon guru sekolah minggu, kegiatan pertandingan menyambut paskah, ibadah padang,

kunjungan-kunjungan gerejawi, akan tetapi belum berjalan dengan maksimal dikarenakan waktu

yang kurang tepat. Kendala yang pertama dialami para guru-guru sekolah minggu dalam

mengajar yakni masalah waktu, berhubung belum adanya fasilitas berupa gedung sekolah

minggu jadi ibadahnya dilaksanakan di gedung gereja. Ketika pembagian horong sehingga waktu

yang sangat sedikit dikarenakan ibadah sekolah minggu masuk jam 08:00, sedangkan untuk

ibadah umum jam 09:30 orang-orang sudah mulai berdatangan, jadi dikejar-kejar waktu dalam

menyampaikan firman Tuhan atapun kegiatan untuk sekolah minggu sangat terbatas karena

masalah waktu sehingga tidak maksimal. Kendala yang kedua kurangnya fasilitas sehingga

kurang mendukung akan tetapi sudah dimanfaatkan dengan baik. Dalam pengajaran terhadap

anak-anak sekolah minggu adanya guru sekolah minggu lulusan S1, masih kuliah dan dibantu

juga dengan guru sekolah minggu yang duduk di bangku sekolah SMA sehingga proses

pengajaran dapat dikatakan sudah maksimal.

e. Wawancara terhadap Pendeta HKBP Pdt. J. Hutapea

Menjadi guru sekolah minggu biasanya dipilih oleh Pendeta atau parhalado memilih dari

warga jemaat yang memiliki talenta dalam mengajar anak-anak namun diusahakan punya dasar

keguruan dalam mengajar anak-anak karena sudah punya kemampuan dalam membimbing anak

sekolah minggu dan tau sedikit banyak tentang psikologi anak. Akan tetapi kebanyakan di gereja

HKBP yang menjadi guru sekolah minggu masih duduk di bangku SMA. Dalam membimbing

guru sekolah minggu tentunya perlu diadakannya sermon setiap minggunya yang diadakan para

pelayan gereja seperti pendeta dan guru huria untuk memberikan pembekalan terhadap guru-guru

sekolah minggu. Dengan dibukanya lembaga pendidikan guru sekolah minggu nantinya, ini
merupakan sebuah terobosan baru agar guru-guru sekolah minggu mempunyai kemampuan yang

ideal dalam mengajar di setiap gereja. Sehingga pola perkembangan fisik, pikiran dan emosi

anak dapat terbimbing dengan baik. Disinilah dituntut para guru sekolah minggu untuk

memahami pertumbuhan setiap anak dan pengajaran mengarah kepada kebenaran isi firman

Tuhan. Agar terwujudnya lembaga pendidikan untuk guru sekolah minggu tentunya para pelayan

gereja harus betul-betul membuka hatinya untuk memberikan dukungan agar yang diharapkan

bisa terwujud.

Secara umum bentuk dukungan dari jemaat HKBP terhadap guru-guru sekolah minggu

sangatlah banyak agar pengajaran dapat berjalan sesuai dengan kebenaran isi firman Tuhan.

4. Pembahasan hasil penelitian

Setelah penulis memperoleh hasil observasi dan juga wawancara terhadap para pelayan

gereja dan juga guru-guru sekolah minggu, ternyata segala fakta-faktayang terjadi yang dimana

kurangnya pembekalan bagi guru sekolah minggu dan kurangnya perhatian dari pelayan gereja

terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru sekolah minggu. Hal ini terjadi karena

kurangnya rasa kebersamaan dalam melayani sehingga segala program-program dapat dikatakan

belum berjalan dengan maksimal. Pelayan gereja kurang memberikan perhatian yang lebih

terhadap guru-guru sekolah minggu dalam bentuk pembekalan agar pelayanan yang ingin

dilakukan bisa berjalan dengan baik. Disinilah tanggungjawab para pelayan di HKBP perlu

memberikan waktu untuk mengadakan bimbingan mengajar minimal sekali dalam sebulan. Disi

lain juga para guru sekolah minggu dituntut agar memberikan hati dalam proses bimbingan atau

pelatihan seperti sermon agar menjadi bekal dalam mengajar anak-anak sekolah minggu.

Dukungan dari jemaat juga harus berperan penting terhadap pendidikan guru sekolah minggu
yang akan dilakukan agar setiap program-program yang sudah di rapatkan bisa berjalan dengan

maksimal. Pemimpin resort(Pendeta Ressort) juga harus memberikan pembekalan terhadap guru

sekolah minggu agar mereka paham dalam mengajar di setiap minggunya dan membina anak-

anak sekolah minggu. Penulis berpendapat bahwa dari gereja itu sendiri harusnya merancangkan

suatu program kegiatan tahunan khusus untuk guru-guru sekolah minggu yang dapat menarik

minat mereka untuk melayani lebih sungguh dan mengikuti persekutuan gereja seperti

mengadakan kebaktian khusus untuk guru-guru dan anak sekolah minggu, yakni ibadah padang,

retret dua kali dalam setahun dan melakukan komunikasi sekali seminggu melalui digital media

agara wawasan dalam melayani juga semakin bertambah.

Menurut penelitian saya terhadap para pelayan gereja dan juga para guru-guru sekolah

minggu, bahwa tingginya minat bagi guru sekolah minggu dilakukannya proses pendidikan atau

pengajaran disetiap gereja yang mereka layani. Yang dimana setiap pelayanan-pelayanan akan

semakin membaik dan juga dukungan dari jemaat harus terus mengalir sehingga setiap guru yang

mengajar selalu semangat. Karena selama ini menurut pengamatan penulis bahwa gereja belum

dapat menjalankan Tri Tugas Panggilan Gereja tersebut dengan baik, yakni bersekutu

(Koinonia), melayani (Diakonia), dan bersaksi (Marturia). Ada baiknya para pelayan gereja

mempunyai komunikasi yang baik dengan guru-guru sekolah minggu, sesama pelayan, dan juga

terhadap jemaat, baik di luar gereja maupun di dalam gereja. Oleh sebab itu, alangkah baiknya

jika pelayan gereja menggunakan perannya sebaik mungkin untuk mendidik serta mengarahkan

guru sekolah minggu agar lebih rajin dalam melayani anak-anak sekolah minggu.

Di sisi lain juga peran para Sintua dan pemuda HKBP juga mempunyai tanggung jawab

dalam mendukung pelayanan guru-guru sekolah minggu serta menjalin komunikasi yang baik.

Oleh karena itu gereja wajib membimbing dan memberikan motivasi dalam setiap pelayanan
yang telah di programkan agar bisa berjalan sesuai dengan firman Tuhan. Guru-guru sekolah

minggu berhak mendapat pembinaan serta pelayanan dari gereja untuk memampukan mereka

dalam melaksanakan amanat kerasulan sebagai kewajibannya. Satuan majelis yang ada di

dalamnya terdiri dari Pendeta, Guru Jemaat, serta Penatua haruslah mempunyai peran dalam

menjalankan misi sebagai pelayan dan dapat bekerja sama dengan semua unsure pelayanan

termasuk guru sekolah minggu.

5. Analisis Data

Selama di lapangan, penulis menganalisis data sebelumnya dan memang benar bahwasannya

sebagian guru-guru sekolah minggu di HKBP kurang mendapat perhatian dalam bentuk

pembinaan dan pengajaran. Dengan melihat berbagai permasalahan yang terjadi terhadap guru

sekolah minggu, gereja haruslah dengan baik memanfaatkan proses pembangunan persekutuan

untuk membentuk jiwa yang melayani dan mempunyai karakter Kristen di setiap diri guru

sekolah minggu. Namun, dengan berbagai latar belakang yang di miliki setiap guru sekolah

minggu tidaklah mudah untuk memberikan program pendidikan. Jadi dalam hal inilah gereja

harus dapat membimbing serta mengarahkan guru-guru sekolah minggu agar menumbuhkan

sikap kepedulian bagi jemaat dan juga orang lain, sehingga melibatkan diri dalam segala hal

yang diselenggarakan oleh gereja, dan juga guru sekolah minggu harus diberikan tanggung

jawab tertentu dalam suatu organisasi dalam gereja, sehingga ia mampu bertanggung jawab atas

tugas yang diembannya.

Menjadi guru sekolah minggu yang ideal dapat diartikan sebagai kehidupan memuliakan

Tuhan dengan menaati semua perintah yang sesuai dengan firman-Nya dalam Alkitab.

Kehidupan rohani guru-guru sekolah minggu HKBP seharusnya merupakan kehidupan yang

bertumbuh dan berkembang, padapertumbuhan dan perkembangan tersebut bukan hanya


pengetahuan tentang Allah di dalam pemikiran saja, tetapi juga kepada pengenalan yang benar

akan Allah.

Perhatian gereja terhadap guru-guru sekolah minggu dapat kita lihat sebagai berikut:

 Gereja harus memberikan pembinaan dan pelatihan kepada guru-guru agar dapat

mengembangkan pelayanan kepada anak-anak sekolah minggu serta dapat membentuk

kepribadiannya di bidang masing-masing sesuai dengan kemampuan mereka.

 Guru sekolah minggu perlu bertumbuh dan berkembang di dunia pelayanan yang dapat

meningkatkan kerohanian setiap diri guru sekolah minggu.

 Dalam rangka pendidikan guru sekolah minggu, sebaiknya fasilitas disediakan agar

proses pengajaran yang akan dilakukan guru sekolah minggu dapat dijalankan. Perlunya

diadakan pembinaan seperti sermon di tingkat jemaat, resort, ataupun distrik, agar

pembinaan guru sekolah minggu dapat terselenggarakan secara teratur.

 Gereja juga perlu mengundang orang-orang yang ahli dalam mendidik guru sekolah

minggu sehingga menambah wawasan yang luas akan dunia pelayanan anak.

Jadi hal inilah yang seharusnya dilayankan oleh gereja terhadap guru-guru sekolah minggu

saat ini dan besar kemungkinan dibuka nya lembaga pendidikan untuk guru sekolah minggu.jika

dibandingkan dengan keadaan di lapangan, penulis mengamati bahwa hal ini sama sekali belum

terlaksana dengan baik oleh gereja. Selama pengumpulan data berlangsung, yakni pada saat

penulis melakukan observasi dan wawancara, peneliti menganalisis apa yang sedang diamati,

dan juga terhadap jawaban yang diberikan responden kepada peneliti. Bahwa gereja belum

sepenuhnya membing guru-guru sekolah minggu dalam proses pengajaran yang dilaksanakan

setiap minggunya, sehingga bekal untuk mengajar kurang dan berdampak kepada anka-anak

sekolah minggu yang selalu monoton. Seandainya gereja memberikan perhatian yang penuh
kepada guru-guru sekolah minggu maka mereka juga akan memberikan hati yang sungguh untuk

melayani. Membangun persekutuan antara pelayan yang ada dalam gereja bukanlah hal yang

sulit dilaksanakan, akan tetapi pimpinan yang ada di dalamnya harus bergerak untuk membangun

pelayanan yang di harapkan oleh Allah. Jadi ini menjadi tugas penting bagi gereja, agartidak

mengabaikan tugas dan tanggung jawab terhadap guru-guru sekolah minggu.


BAB

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Guru sekolah minggu perlu mendapat dukungan dari pihak gereja. Gereja wajib

memfasilitasi ruang sekolah minggu yang ramah anak. Kemampuan guru sekolah minggu perlu

ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan, sermon, serta seminar pengajaran, penggunaan media

dan alat peraga, bahkan juga mengoperasikan alat media yang sangat penting di jaman modern

sekarang ini. Guru sekolah minggu memberikan memberikan pengaruh nyata terhadap

keefektifan mengajar anak sekolah minggu. Metode mengajar anak sekolah minggu adalah salah

satu cara meningkatkan keefektifan mengajar pada anak. Anak-anak tertarik mengikuti sekolah

minggu apabila ada nyanyian, gerakan dan pertanyaan kepada anak yang memberikan dampak

pada keaktifan anak dalam belajar di dalam sekolah minggu.

Anda mungkin juga menyukai