Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN

Hasil Penelitian Anak SHM di Gereja Eppata


Alamat : Jl. D.I Panjaitan No.23 Banjarmasin 70114
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Formasi Spritualitas
Dosen Pengampu :Pdt. Sudianto,S.Th,M.Si
Semester I

Oleh

Kelompok 3

Disusun oleh :
Yohana Dolok Saribu( 17 22 63)

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI


GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN
2017
Nama Gereja Tempat Penelitian : Gereja Eppata

Alamat : Jl. D.I Panjaitan No.23 Banjarmasin 70114

Nama Guru Sekolah Hari Minggu : Desti dan 3 orang guru lainnya.

Tanggal/Hari : 05 November 2017

Waktu : 09.00-10.00 Wita

Jumlah Anak Sekolah Hari Minggu: kurang lebih 22 anak yang dibagi menjadi 3 (tiga)
kelas yaitu ;

1. Kelas besar : 13 Anak


2. Kelas kecil : 5 Anak
3. Kelas paud : 4 Anak

Situasi Dalam Pelaksanaan Sekolah Hari Minggu :

Situasi dalam pelaksanaan di semua kelas cukup baik, karena jumlah anak yang
benar-benar pada posisi siap dimana mereka mendengarkan, mengikuti dengan sungguh-
sungguh ibadah Sekolah Hari Minggu ini sangat banyak dibandingkan dengan anak-anak
yang hanya ingin bermain saja di ruangan sementara gurunya memberi pengajaran tentang
cerita-cerita dalam Alkitab. Meskipun ada beberapa anak yang menggangu temannya ketika
ibadah berlangsung tapi kebanyakan dari mereka tidak terganggu akan hal itu dan tetap
fokus pada guru Sekolah Hari Minggu yang sedang memberikan cerita.

Interaksi Dalam Ruangan/ Respon Anak Sekolah Hari Minggu:

Penelitian Saya hanya terpusat dikelas kecil saja dengan jumlah Anak SHM
sebanyak 5 orang didampingi oleh 2 guru Sekolah Hari Minggu. Saya mengamati
dikelas kecil saja karena menurut pengamatan saja mereka susah atau sedikit sulit diatur
untuk tetap diam dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru Sekolah Hari
Minggu mereka.
Metode yang digunakan oleh guru Sekolah Hari Minggu untuk memberi pengajaran
tentang cerita-cerita dalam Alkitab terkesan cukup kreatif dengan menggunakan media
untuk membuat anak-anak memiliki imajinasi yang luar biasa apa yang terjadi di dalam
Alkitab seperti pada kelas yang saya amati yaitu kelas kecil. Guru Sekolah Hari Minggu
menggunakan styrofoam yang menggambarkan tokoh-tokoh dan tempat-tempat yang
menjadi bahan penyampain firman Tuhan lewat cerita yang mereka tuturkan.

Setelah guru Sekolah Hari Minggu bercerita dilanjutkan dengan membuat kreasi
dari kertas untuk mengasa ketajaman kreativitas yang dimiliki anak-anak Sekolah Hari
Minggu. Selain hanya menambah pengetahuan tentang cerita isi Alkitab, anak-anak
dikelas ini juga diajarkan untuk mengasa kemampuan kreativitas yang mereka miliki
dengan membuat mainan/benda yang berasal dari kertas.

Dan juga guru Sekolah Hari Minggu mengadakan permainan di pengujung ibadah
jadi anak-anak sangat antusias sekali mengikuti permainan ini. Lewat permainan ini anak-
anak diajarkan untuk saling bekerja sama satu dengan yang lainnya.

Kelemahan pada Sekolah Hari Minggu Di Gereja Ini:

Menurut pengamatan saya kelemahan pada Sekolah Hari Minggu di Gereja ni


adalah kurangnya tenaga guru Sekolah Hari Minggu. Contohnya saja dalam kelas yang
saya amati yaitu kelas kecil ada 2 orang guru Sekolah Hari Minggu. Sedangkan di kelas
besar dan paud hanya memiliki masing-masing kelas 1 orang guru Sekolah Hari Minggu.
Sehingga anak-anak dan guru tidak efektif dalam hal interaksi menerima dan mendapatkan
ajaran tentang

Untuk guru Sekolah Hari Minggu di gereja ini kelemahannya adalah pada saat
mereka menyampaikan cerita-cerita dalam Alkitab bisa menggunakan media lain seperti
menonton film yang berkaitan dengan cerita tersebut atau drama. Jangan hanya memakai
styrofoam saja.

Anda mungkin juga menyukai