Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masal

Adapun yang menjadi latar belakang masalah yang penulis sampaikan dalam

penulisan karya ilmiah ini merupakan hasil pengamatan penulis secara langsung di

dalam jemaat selama penulis berpraktek di Gereja Kemah Injil Indonesia Getsemani

Umaq Dian, sehingga penulis menulis karya ilmiah tentang “Peran Guru Sekolah

Minggu dalam Membina Pertumbuhan Rohani Anak Sekolah Minggu di Jemaat Gereja

Kemah Injil Indonesia Getsemani Umaq Dian.”

Penulis prihatin melihat kurangnya peran Guru Sekolah Minggu dalam membina

Anak Sekolah Minggu. Dalam hal bercerita, Guru Sekolah Minggu hanya bercerita

seadanya sehingga banyak yang kurang mengerti dengan cerita yang disampaikan.

Kebanyakan juga Anak Sekolah Minggu tidak mengerti karena tidak dibagikan kelas

sesuai umur, bahkan juga kurang kreatifnya Guru Sekolah Minggu mengajar sehingga

membuat Anak Sekolah Minggu merasa bosan dan jenuh untuk datang beribadah.

Penulis juga telah mewawancarai salah satu Guru sekolah Minggu Gereja

Kemah Injil Indonesia Getsemani Umaq Dian.

Firnando mengatakan:

Hal ini juga faktor yang mendorong kami tak henti-hentinya untuk berusaha
keras untuk menyikapi anak-anak dan memberikan mereka motivasi. Itulah yang ingin
kami perbaiki semaksimal mungkin, karena perbedaan faktor usia memberi sedikit
kerumitan bagi kami untuk menghadapi anak-anak sekolah minggu. tetapi kami akan
memberikan yang terbaik kepada anak-anak degan sebuah solusi. Adalah, membagi
beberapa kelas yaitu, dari usia tiga tahun sampai lima tahun dijadikan satu kelas, enam
tahun sampai delapan tahun satu kelas, dan sembilan tahun sampai duabelas tahun, tiga
belas tahun satu kelas. Hal ini menurut saya mempermudah agar mereka dapat mengerti
dengan cerita yang kami sampaikan sesuai dengan umur mereka.1

Masalah tertentu juga yang penulis ketahui selama berpraktek di Jemaat Gereja

Kemah Injil Indonesia Getsemani Umaq Dian, secara khusus dalam pelayanan Anak

Sekolah Minggu, bahwa sebagian Guru Sekolah Minggu telah mengikuti pelatihan Guru

Sekolah Minggu namun ketika berperan dalam ibadah Sekolah Minggu, mereka tidak

mebagikan atau mempraktekan apa yang sudah didapatkan dalam pelatihan Guru

Sekolah Minggu.

Pentingnya pembinaan sekolah minggu dalam jemaat bagi perkembangan gerja

di masa depan karena anak-anak adalah harapan bagi masa yang akan datang, seperti

yang dikatakan dalam ayat Alkitab, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut

baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak aka menyimpang dari pada jalan itu”

(Amsal 22:6).

Orang muda yang disebut dalam ayat ini yang akan menjadi generasi penerus
bagi gereja yang mencakup, baik anak-anak, remaja maupun pemuda. Oleh
karena itu pentingnya pembinaan dalam jemaat bagi perkembangan gereja di
masa depan karena anak-anak adalah harapan bagi masa yang akan datang.

Firnando mengatakan:

Besar kerinduan kami kedepannya untuk mendrong mereka unuk berkarya


sebagai anak yang takut akan Tuhan, anak yang menurut kepada orang tua di sertai
selalu memberi kesan yang menarik yang mereka miliki secara pribadi. Dan kami
selaku guru sekolah minggu ingin anak-anak sekolah minggu di jemaat kami memiliki
kemajuan yang luar biasa rajin datang dalam kebaktian sekolah minggu dan
mendapatkan banyak pengetahuan tentang cerita Alkitab.2

1
Wawancara via telfon. 27 Februari 2018.
2
Wawancara via telfon. 27 Februari 2018.
3
Pengajaran Kristen yang berhasil dimulai dengan diri guru sendiri. Hal ini

meliputi bakat, pribadi, persiapan, dan hubungan yang benar dengan Allah. Seorang

Guru yang baik didefinisikan sebagai “seorang yang hati dan pikirannya dipenui oleh

pokok pengajarannya, sehingga meluap dan mengalir kepada orang lain.” Akan tetapi

seorang guru yang baik berbuat lebih banyak lagi. Ia juga harus mengarahkan aliran

kebenaran yang melimpah itu, akar anak didiknya memperoleh manfaat dari

pengajarannya.

Wening, seorang Pengasuh Sekolah Minggu megeluh, “Sekarang banyak Anak

Sekolah Minggu yang malas hadir ke Sekolah Minggu. Jumlah anak didikku jauh

berkurang.”
4
Mengelolah sebuah persekutuan Sekolah Minggu adalah sebuah seni yang perlu

diterjemahkan dengan menciptakan manajemen yang profesional. Jika kita

menjalankan tugas pelayanan hanya setengah-setengah, tidak mengherankan bila

tantangan dan hambatan menjadi faktor yang melemahkan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Pertama, bagaimana peran Guru Sekolah Minggu dalam membina pertumbuhan

rohani anak-anak Sekolah Minggu?

Kedua, bagaimanakah pertumbuhan rohani anak-anak Sekolah Minggu?

3
Clarance H. Benson. Teknik Mengajar (Malang: Gandum Mas, 1993), 5.
4
Tim Pelayanan Efata. Aktivitas Kreatif untuk mengajr Sekolah Minggu dan
Persekutuan Remaja-Pemuda (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2001)
Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

Pertama, untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program

setara satu STTT.

Kedua, mempelajari dan memahami peran dalam membina pertumbuhan rohani

anak-anak Sekolah Minggu

Hipotesis Penelitian

Moh. Nazir mendefinisikan kata ‘hipotesis” yaitu; “hipotesis tidak lain dari

jawaban sementara terhadap naskah. Hipotesis menyatakan hubungan yang kita cari

atau yang kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan sementara sebagaimana adanya.

Hipotesis adalah hubungan dari fenomena-fenomena yang kompleks”.5

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara

yang harus dicari, diuji dan dibuktikan kebenarannya. Dari kesimpulan tersebut, maka

penulis merumuskan jawaban sementara dari penulis ini adalah: Jikalau guru Sekolah

Minggu di Gereja Kemah Injil Indonesia Getsemani Umaq Dian, melakukan peran

sebagai Guru Sekolah Minggu penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan teori yang

penulis paparkan dalam skripsi ini, maka dalam membina pertumbuhan rohani anak

akan semakin bertumbuh dan meningkat.

Asumsi Penelitian

Berdasarkan hipotesis diatas, maka asumsi yang mendasari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

5
Moh. Nazir. Metode Penelitian, (Jakarta: Gahlia Indonesia, n.d), 182
Belum maksimalnya peran guru Sekolah Minggu dalam membina pertumbuhan

rohani Anak Sekolah Minggu Gereja Kemah Injil Indonesia Getsemani Umaq Dian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dapat mencakup kegunaan secra teoritis dan

praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikn pemikiran terhadap guru

Sekolah Minggu yang dipercayakan Tuhan untuk melayani, dalam menetapkan dan

mewujudkan pentingnya kopetensi dalam pelayanan guru Sekolah Minggu dalam

membina pertumbuha rohani anak sekolah minggu.

Secara praktis kegunaan penelitian ini untuk memberi sumbangsih, bahwa dalam

meningkatkan pertumbuhan rohani anak Sekolah Minggu. Guru perlu melaksanakan

perannya dengan baik terhadap anak Sekolah Minggu yang dilayani oleh guru Sekolah

Minggu yang ada di Jemaat Gereja Kemah Injil Indonesia Getsemani Umaq Dian

supaya guru dapat berperan dalam pertumbuhan rohani anak Sekolah Minggu dengan

melakukan pembinaan bagi anak.

Pertama, mendorong guru-guru Sekolah Minggu lebih menyadari tugasnya

sebagai pelayan.

Kedua, guru-guru Sekolah Minggu dapat mengetahui cara-cara mengajar yang

dapat dipahami oleh anak Sekolah Minggu.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dalam penulisan ini adalah melakukan kajian terhadap

peran guru Sekolah Minggu dalam membina pertumbuhan Rohani anak Sekolah

Minggu. Hal ini akan dilihat bagi penelitian apakah pertumbuhan atau kualitas rohani
para anak Sekolah Minggu yang ada di Jemaat Gereja Kemah Injil Indonesi Getsemani

Umaq Dian bertumbuh dan berkembang.

Ruth Laufer dan Anni Dyck menulis “...akhirnya ditemukan sistem yang ada

pada umumnya digunakan pada masa sekarang ini, yaitu anak diajar berdasarkan

berkelompok, misalnya: anak belita umur 2-3 tahun, anak kecil/indria 4-5 tahun, anak

tengah/pratama 6-8 tahun, dan anak besar/ madya umur 9-11 tahun”.6

Definisi Masalah

Berdasarkan pada judul penelitian ini yaitu “Peran Guru Sekolah Minggu dalam

Membina Pertumbuhan Rohani Anak Sekolah Minggu di Jemaat Gereja Kemah Injil

Indonesia Getsemani Umaq Dian”. Maka penulis merumuskan beberapa istilah sebagai

berikut:

Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari peran adalah “sebagai suatu

tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa.”7

Guru Sekolah Minggu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Guru” adalah orang yang

pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar. Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

6
Ruth Laufer dan Anni Dyck. Pedoman Pelayanan Anak seri2 (Batu Malang: Yayasan
Persekutuan Pekabar Injil Indonesia, 1988), 14.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v., “Peran”
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.8 Sedangkan guru

yang dimaksud penulis adalah seorang guru yang dapat menunjukkan keteladanan

rohani kepada anak-anak melalui pendidikan agama kristen di sekolah minggu. disini

jelas bahwa seorang guru yang mampu menunjukkan teladan adalah seorang guru yang

sudah memahami dan mempelajari Alkitab dengan benar, seorang guru yang benar-

benar sudah lahir baru.

Pertumbuhan

Dalam II Petrus 3:18 Alkitab menuntut setiap orang percaya bertumbuh dalam

pengenalan akan Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus.

Rohani

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “rohani” berkaitan dengan Roh:

Rohaniah.9

Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata anak adalah anak yang masih

kecil atau belum dewasa.10

Sekolah Minggu

Menurut Paulus Lie “didalam bukunya megatakan bahwa sekolah minggu

adalah suatu model pendidikan yang terpadu, dan efektif didalam pencapaian tujuannya

model sekolah minggu seperti ini menjadi semakin menarik dengan dukungan teknik
8
Ibid, s.v., “guru”
9
Ibid, s.v., “Rohani”
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v., “anak”
dalam memimpin pujian yang kreatif dan untuk memperkaya kreasi yang kreatif dalam

pelayanan sekolah minggu, akan menjadi dasar konsep dari perlunya merencanakan

pelayanan sekolah minggu. Secara terpadu yang akan secara bertahap membawa anak-

anak kepada tingkat pertumbuha rohani dan pribadi yang lebih dewasa. Artinya

membawa kita kepada pemahaman perlunya model sekolah minggu yang baru, yang

benar-benar bersifat sekolah untuk pendidikan kristen. Tetapi sekaligus juga sebuah

model sekolah minggu yang menarik sehingga pengajaran tersebut efektif dalam

mencapai tujuan”.11

Metode Penelitian

adapun yang menjadi metode penulisan di dalam penulisan karya ilmiah ini

adalah, penulis menggunakan: Pertama, metode filed research, yaitu penelitian

lapangan, sebagai bahan dalam penelitian ini penulis menggunakan daftar pertanyaan

dalam kuesioner berupa angket yang disampaikan kepada responden untuk di jawab.

Dalam penelitian ini juga penulis mengadakan wawancara kepada beberapa responden

di dalam jemaat tersebut. Kedua, metode library research (penelitian perpustakaan),

yaitu mengumpulkan iformasi dari buku-buku perpustakaan untuk memperoleh data

yang ada hubungannya dengan masalah pokok yang penulis bahas dalam karya ilmiah

ini. Penulis juga mendapatkan data dari obversasi (pengamatan langsung). Setelah data

terkumpul, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu cara penguraian data

yang diperoleh dari library reseach dan field risearch, uraiannya terdapat pada bab IV

skripsi ini.

11
Paulus Lie, Teknik Terpadu dalam Mengajar Sekolah Minggu, (Jogjakarta), 28
Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menguraikan dalam 5 (lima) bab yaitu

sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan yaitu mencakup latar belakang masalah, rumusan

masalah, maksud dan tujuan penelitian, hipotesis penelitian, asumsi penelitian,

kegunaan peneitian, ruang lingkup penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan

sistematika penelitian.

Bab kedua, menjelaskan tentang pengertian peran guru sekolah minggu dan

pertumbuhan anak sekolah minggu adalah sebagai berikut: memahami fakor

penghambat dalam membina pertumbuhan rohani anak-anak sekolah minggu, upaya

guru sekolah minggu dalam membina pertumbuhan rohani anak-anak sekolah minggu.

Bab ketiga, merupakan posedur pengumpulan data, yang berisikan jadwal

penelitian, jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, alat

pengkuran data, dan teknk analisa data.

Bab keempat, analisa data dan pengujian hipotesis yang disajikan dalam bentuk

tabel sesuai dengan presentase hasil dari setiap item kuesioner yang ada.

Bab kelima, bab ini merupakan penutup yang memuatkan kesimpulan dan saran-

saran.

Anda mungkin juga menyukai