Anda di halaman 1dari 18

Nama : Hendiko Mangapul Dop Putra Parhusip (19.

3438)

Mata Kuliah : Seminar Lab. Praktika (Pendidikan Agama Kristen)

Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Maruasas Nainggolan

PELAYANAN SEKOLAH MINGGU YANG FUN


MENURUT PANDANGAN JEAN JACQUES ROUSSEAU
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sekolah Minggu merupakan salah satu pelayanan kategorial di gereja yang
ditujukan untuk anak-anak warga jemaat gereja. Dikatakan sebagai sekolah minggu
karena disana ada proses belajar mengajar yang dilakukan pada hari Minggu.
Tujuannya agar anak-anak mengenal, mengetahui dan memahami iman Kristen yang
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, serta hidup dalam persekutuan
dengan Tuhan dan hidup dalam ketaatan menuju kedewasaan rohani, sehingga dapat
menjadi saksi bagi orang yang belum mengenal dan percaya kepada Yesus Kristus.1
Demikianlah pelayanan Sekolah Minggu yang seharusnya diterapkan oleh gereja-
gereja masa kini, termasuk Gereja HKBP.
Namun, berdasarkan pengamatan penulis, adanya kemerosotan yang terjadi dalam
pelayanan Sekolah Minggu. Kemerosotan pelayanan Sekolah Minggu tersebut terlihat
dari 2 aspek, kualitas dan kuantitas. Dalam segi kualitas, anak-anak kebanyakan
cenderung pasif dalam berinteraksi pada saat sesi pengajaran isi Alkitab. entah
mereka yang tidak mengerti mengenai pengajaran yang disampaikan atau metode
pengajaran yang dilakukan oleh GSM yang membosankan, kita tidak tahu. Yang pasti,
kebanyakan dari mereka tidak berfokus dalam mendengarkan pengajaran isi Alkitab.
Dalam segi kuantitas, jumlah anak yang datang ke gereja kadang tidak menentu.
Sebagai contoh, seorang anak misalkan namanya A minggu ini datang ke sekolah
minggu. Akan tetapi, tidak tahu alasannya mengapa minggu depannya dia tidak
datang. Dan hal ini terjadi kepada kebanyakan anak. Hal ini menjadi kekhawatiran
penulis tentang bagaimana generasi gereja di masa depan. Anak merupakan berkat

1
Darwin Lumbantobing, “Tumbuh Lokal Berbuah Universal”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2018), 445.
1
dan menjadi aset gereja dan negara di masa yang akan datang. Mereka adalah orang-
orang yang menjadi penerus kita dalam melanjutkan pelayanan gereja di masa depan.
Untuk itu, sejak dini kita sudah harus menanamkan iman yang kuat akan Yesus
Kristus.
Dari hasil pengamatan tersebut, penulis membuat kesimpulan, akar masalah yang
sebenarnya terletak pada bagaimana metode pengajaran yang dilakukan oleh pengajar
yaitu GSM terhadap anak-anak. Hal ini haruslah disadari oleh para GSM sebagai
”Gembala Anak” yang membawa anak-anak kepada pemahaman pembelajaran
Alkitab. Para GSM harus bisa menuntun, mendidik dan mempraktekkan karakter dan
sikap teladan Yesus Kristus kepada anak-anak, sebagaimana Yesus Kristus sebagai
gembala (Yoh. 10:11)2. Pengajaran yang dilakukan pun harus relevan dan kontekstual
terhadap pola kehidupan masa kini, serta rasa fun harus dirasakan oleh anak-anak.
Kata fun dipakai karena mengandung makna menyenangkan, serta anak-anak juga
dapat menikmati setiap pembelajaran yang diterimanya dengan nyaman. Dan penulis
juga mengambil pandangan Jean Jacques Rousseau, karena metode pembelajaran
yang ditawarkan oleh Rousseau adalah metode pembelajaran yang merdeka, sehingga
kemerdekaan belajar ini dapat memberikan rasa kenyamanan bagi anak-anak dalam
menjalani proses pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan
Dalam tulisan inilah, ada beberapa tujuan yang ingin diteliti oleh penulis tentang
pelayanan Sekolah Minggu yang Fun.
● Bagaimana pandangan para GSM mengenai tugas panggilannya sebagai ‘Gembala
Anak” ?
● Apa pandangan para GSM tentang “Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun”?
● Bagaimana metode pengajaran para GSM dalam menerapkan “Pelayanan Sekolah
Minggu yang Fun”?
● Apa persiapan oleh para GSM dalam mendukung “Pelayanan Sekolah Minggu
yang Fun”?
Sehingga ketika kita telah mendapatkan jawaban tentang masalah yang diatas,
kita dapat menerapkan Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun yang sesuai dengan
pandangan Jean Jacques Rousseau tersebut.

2
Jessica Dwikarja, Yanto P. Hermanto, Tony Tedjo, “Kriteria Guru Sekolah Minggu sebagai
Gembala Anak Berdasarkan Yehezkiel 34:11-16”, Journal of Christian Education 2.1 (June
15, 2021): 81.
2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Sekolah Minggu


Pelayanan Sekolah Minggu pertama kali diprakarsai oleh seorang editor koran
bernama Robert Raikes yang berasal dari Gloucester, Inggris.3 Robert Raikes
bukanlah seorang teolog atau pendeta, Berawal dari Revolusi Industri pada abad ke-
18 yang terjadi di Inggris dan banyak anak-anak yang bekerja di pabrik-pabrik.
Mereka bekerja selama enam hari dalam seminggu dan menyisakan hari minggu saja
sebagai waktu untuk bergembira ria, menjadi liar dan melakukan berbagai kenakalan
dan kejahatan. Para petani dan dan pemilik toko pada saat itu yang merasa takut akan
kenakalan dari anak-anak. Baginya, kejahatan lebih baik dicegah daripada
disembuhkan. Sehingga, prihatin akan hal tersebut, Raikes melakukan percobaan
dengan membuka Sunday School atau Sekolah Minggu pada bulan juli 1780. Dia
melakukan pendekatan dan mengumpulkan anak-anak tersebut di sebuah dapur milik
Ny. Meredith di kota Scooty Alley. Pelajaran yang diberikan di Sekolah Minggu yang
pertama adalah membaca, menulis, berhitung, mendengar cerita Alkitab, mempelajari
katekismus, bermain dan beribadah.4

2.2 Jean Jacques Rousseau dan Pandangannya


Jean Jacques Rousseau adalah seorang seorang filsuf sekaligus pelopor ilmu jiwa
pendidikan yang lahir pada 28 Juni 1712 di Jenewa. Ayahnya merupakan seorang
tukang arloji, sedangkan ibunya adalah seorang putri dari seorang pendeta Protestan,
Gereja Calvinis. Semasa hidupnya, Jean telah melahirkan banyak karya termasuk
perhatiannya mengenai praktek dunia pendidikan. Salah satu buku pedagogis yang
ditulisnya berjudul Emile. Dalam bukunya ini, Rousseau berfokus terhadap anak didik
yang pada dasarnya adalah seorang anak bukan seorang dewasa yang bertubuh
pendek. Rousseau berseru kepada guru dan orang tua untuk mengembangkan
pendidikan sang anak yang sesuai dengan sifat pertumbuhan sang anak. Dia
menekankan kemerdekaan terhadap anak-anak. Karena pada hakikatnya semua
manusia lahir sebagai makhluk merdeka.
3
Andar Ismail, “Selamat Menabur”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 228
4
Elmer Towns, Towns’s Sunday School Encyclopedia, (Illinois: Tyndale House Pub, 1993),
hlm. 457-458.
3
Orang dewasa perlu diperlakukan sebagai seorang dewasa dan si anak perlu
diperlakukan sebagai seorang anak.5
Maka dari itulah tujuan umum dari pendidikan yang ditekankan oleh Rousseau
yakni: untuk mengembangkan semua bakat si anak agar ia diperlengkapi hidup
merdeka terlepas dari ketergantungannya pada prakarsa orang lain, atau tempatnya
yang khusus dalam masyarakat.6
Rousseau berpendapat ada beberapa kriteria pengajar yang ideal, yaitu:
● Pengajar hendaknya merencanakan tugas belajar yang membangun atas
kekuatan dari pembawaan si anak.
● Pengajar juga harus memberikan pengajaran sesuai dengan latar belakang dan
kemampuan anak.
● Pengajar juga harus menempatkan posisi, kapan dia harus bertindak dalam
permasalahan anak dan kapan dia membiarkan anak tersebut menyelesaikan
masalahnya sendiri.
Rosseau juga menilai, metode pembelajaran yang efektif dipakai dalam dunia
pendidikan sebaiknya menggunakan kurikulum yang kontekstual, agar anak tidak
mereka terbelenggu akibat dari kurikulum resmi yang dikeluarkan instansi
pendidikan.7

2.3 Landasan Biblis


Semua yang disebutkan oleh “Pendidikan Kristen” di dunia kontemporer berakar
pada Kitab Suci. Alkitab sebagai firman Allah yang hidup dipandang dapat
memperbaharui pendidikan Kristen.
● Perjanjian Lama
Dalam tradisi Perjanjian Lama, Allah dipandang sebagai guru dan Hukum
Allah dapat dilihat sebagai kumpulan pengajaran. Sehingga, Hukum Allah
dipaandang sebagai substansi dari ajaran mereka, suatu terang dan pedoman
hidup.
Kata Ibrani hanak, “mendidik” yang dihubungkan dengan kata mengajar
juga digunakan dalam Amsal 22:6 “Latihlah seorang anak di jalan yang lurus
yang harus dilaluinya, bahkan ketika ia tua ia tidak akan menyimpang darinya.
5
Robert R. Boehlke, “Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 125.
6
Boehlke, ”Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen”, 125.
7
Boehlke, “Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen”, 148.
4
Pendidikan seorang anak dari perspektif Ibrani dipandang sebagai suatu
tindakan. Kata lamath diterjemahkan mengajar bertujuan untuk merangsang.8
Pengajaran juga bisa juga didapat dari sinagoge. Bahkan, menurut
Barclay sinagoge yang lebih mengarah tempat pengajaran daripada gereja
modern. Hal ini karena kebaktian ibadah Sabat Sinagoge bukanlah seperti
ibadah umum dalam pengertian sempit; dapat diartikan secara luas yaitu
pengajaran agama.9

● Perjanjian Baru
Pengajaran terhadap pendidikan Kristen berpusat pada teladan (dalam
yunani Tupos) dan pengajaran (dalam Yunani didaskolos)10 Yesus, khotbah.
Yesus digambarkan sebagai guru “rabbi” yang sangat dikagumi oleh banyak
orang kaarena pengajaran Yesus dengan penuh kuasa, tidak seperti pengajaran
yang disampaikan oleh ahli-ahli Taurat (Matius 7: 28-29). Tulisan para rasul
yang diungkapkan dalam catatan alkitabiah juga sangat mendukung dalam
pembentukan dasar pendidikan.
Pendidikan Kristen kepada kaum Anak yang ingin mengenal Yesus,
secara tegas disampaikan oleh Yesus Kristus dalam Matius 19:14 “Biarkanlah
anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang; sebab orang-
orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga. Gereja sangat menyambut
kehadiran dan anak dan memberikan pengenalan kepada Yesus, melalui
pengajaran-pengajaran yang disampaikan oleh Anak. 11

2.4 Etimologi & Terminologi


● Pelayanan
Kata “pelayanan” berarti perihal atau cara melayani; usaha melayani
kebutuhan orang lain tanpa memperoleh imbalan (uang); kemudahan yang
8
Ronald T. Habermas, Introduction To Biblical Christian Education, (Chicago: Moddy
Press, 1981), 27.
9
Ronald T. Habermas, Introduction To Biblical Christian Education, 27.
10
Ronald T. Habermas, Introduction To Biblical Christian Education, 32.
11
Jimmy Tambunan, “Mewujudkan Gereja Ramah Anak”, (Seminar Pembekalan GSM Dalam
Rangka Jambore Sekolah Minggu Tahun, Perkampungan Pemuda HKBP Jetun-Silangit,
2022), 14.
5
diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Kata “pelayanan”
dalam bahasa Yunani adalah διακονία yang berarti attendance (as a servant,
etc.) atau kehadiran sebagai hamba/ pelayan. Tujuan dari pelayanan adalah
untuk membawa anggota jemaat dalam hubungan yang lebih akrab dengan
Allah dan ditunjukkan melalui hubungan dengan sesama manusia dalam
persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus. Pelayanan harus dilakukan dengan
sukacita, sehingga dengan sukacita itu para pelayan dapat mengenalkan Yesus
Kristus kepada orang lain.12
● Fun
Kata fun dapat diartikan sebagai ekspresi menyenangkan/kesenangan
sampai batas yang tidak dapat didefinisikan. Kata fun jika dikaitkan dengan
aktivitas anak-anak memiliki kapasitas besar untuk mengekstrak kesenangan
dirinya dengan spontan dan iventif. Kenikmatan bersenang/senang dapat
dilihat dari berbagai upaya untuk dari berbagai upaya seperti dari metode
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan juga.13

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

12
https://en.wikipedia.org/wiki/Fun, (dikunjungi 24 September 2022).
13
Midian Sirait, “Panggilan Melayani”, (Jakarta: PT Surya Judika Ray, 2000), 13-14
6
Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai pelayanan sekolah minggu,
penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengambil 2 Gereja yaitu
HKBP Pengembangan Ressort Pengembangan Distrik X Medan-Aceh dan HKBP
Sibuluan Ressort Sibuluan Distrik III Humbang. Penulis membagikan berupa
kuesioner (Google Form) kepada Guru Sekolah Minggu yang melayani di kedua
gereja tersebut. Penulis memberikan 4 pertanyaan yang menyangkut tentang
pelayanan Sekolah Minggu yang direspon oleh 13 GSM yang melayani di kedua
gereja tersebut. Alasan memilih kedua Gereja ini karena sebelumnya penulis telah
melakukan pengamatan pada masa praktek lapangan, dan ingin meneliti lebih lanjut
tentang pelayanan Sekolah Minggu kedua gereja ini.
Melalui penelitian ini, penulis dapat mengetahui bagaimana pelayanan Sekolah
Minggu yang dilakukan oleh masing-masing Gereja, Adapun keempat pertanyaan itu
sesuai dengan apa disampaikan pada bagian rumusan masalah yaitu:
● Bagaimana pandangan para GSM mengenai tugas panggilannya sebagai GSM ?
● Apa pandangan para GSM tentang “Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun”?
● Bagaimana metode pengajaran para GSM dalam menerapkan “Pelayanan Sekolah
Minggu yang Fun” ?
● Apa persiapan oleh para GSM dalam mendukung “Pelayanan Sekolah Minggu
yang Fun” ?

3.2 Analisis Pertanyaan

Bagaimana pandangan para GSM mengenai tugas panggilannya ?

7
Mengajari Anak Sekolah Minggu dalam hal pembelajaran firman Tuhan.

Menyampaikan isi khotbah dengan baik, dan dengan kajian Alkitab/Bibel yang benar dan
dapat diterima oleh anak seusia sekolah minggu (5-12) tahun.

Memberikan mereka pengajaran untuk lebih mengenal Tuhan ,melalui firman dan cerita
didalam Alkitab.

Membimbing dan memperkenalkan kasih Tuhan Yesus melalui penyampaian firman Tuhan
dalam berbagai cara yang dilakukan setiap GSM.

Mengajarkan anak-anak tentang firman Tuhan.

Mengenalkan Tuhan kepada anak-anak.

Melayani Tuhan dengan melakukan pelayanan kepada Anak Sekolah Minggu.

Melayani Anak Sekolah Minggu dan membimbing mereka sesuai kehendak Tuhan.

Melayani, mengajari Anak Sekolah Minggu.

Menjadi teman, pembimbing, orangtua yang memberikan teladan baik dan mengajak
mereka untuk bertumbuh, takut, dan lebih dekat di dalam Tuhan.

Melayani Anak Sekolah Minggu.

Membangun karakter menjadi anak yg takut akan Tuhan.

Mengajar, membimbing, dan membina kerohanian anak sekolah minggu (ASM) untuk
pertumbuhan iman anak.

Dari tabel jawaban diatas, dapat disimpulkan bahwa jawaban yang paling dominan
tentang tugas GSM yaitu melayani, membimbing dan mengajari anak-anak Sekolah Minggu
dengan cara membangun karakter dan rohani mereka agar iman mereka bertumbuh serta
menjadi anak yang takut akan Tuhan. Lalu ada juga jawaban yang mengatakan bahwa GSM
juga haru menjadi teman, orang tua dan harus memberikan contoh teladan yang baik kepada

8
anak-anak. Kemudian GSM juga mempunyai tanggungjawab untuk memperkenalkan kasih
Tuhan Yesus kepada anak-anak.

Apa pandangan para GSM tentang

“Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun”?

Bermain, bercerita, bernyanyi dan liburan, diskusi kelompok.

Membawanya pada pengalaman pengalaman yang pernah mereka alami dan terima

Kita harus mampu mengerti sikap dari ASM tersebut, mampu mendengar cerita"mereka
dan juga kita harus bisa menciptakan suasana yg tidak membosankan.Contohnya bernyanyi
dan bercerita

Cara pengajaran SKM yang fun menurut saya, bercerita, menyanyi, dan bermain sesuai
dengan topik isi firman Tuhan

Bermain sambil belajar

Sambil bermain dan bercerita (2 Jawaban)

Menurut pendapat saya berdasarkan yang pengalaman, Anak SKM suka pengajaran yang
menggunakan alat peraga (gambar, foto, barang dan video), intonasi GSM harus tepat
sehingga penyampaiannya didengar oleh Anak SKM. GSM lebih baik menggunakan
bahasa yang biasa digunakan oleh anak-anak SKM sehingga tidak membosankan bagi anak
SKM

Bisa menjadi teman buat anak-anak.

Menurut saya pengajaran SKM yang Fun bagi anak-anak yaitu dengan melibatkan mereka
pada aktivitas/ kegiatan yang mengajak untuk berpartisipasi melakukan hal yang berkaitan
dengan aktivitas tersebut. Contohnya, tema di dalam buku panduan adalah tentang
bersyukur. Guru sekolah minggu bisa mengajak anak-anak sekolah minggu untuk keluar
ruangan dan menanyakan pada mereka apa yang mereka syukuri hari ini dan sudahkah
mereka mengucap syukur.

Pengajaran yang aktif dan kreatif dalam menggunakan media ajar. Aktif dalam artian anak
diajak untuk bergerak misal sambil bernyanyi dan menari. Kreatif maksudnya anak diajak

9
untuk berkreasi membuat sesuatu hal yang berkaitan dengan firman dan nantinya bisa
dibawa pulang kerumah.

Bercerita dengan media atau alat peraga

Belajar dan bermain

Mendekatkan diri kepada anak sekolah minggu, serta tidak menekan mereka, membiarkan
anak sekolah minggu mengeluarkan pendapat, dan juga membuat alat peraga atau game
supaya mereka tidak jenuh

Dari tabel jawaban diatas, pelayanan yang fun yang dominan dipahami oleh para GSM
dengan cara pengajaran aktif dan kreatif, yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam
kegiatan-kegiatan yang dapat dikaitkan isi firman Tuhan yang telah disampaikan. Ada juga
pemahaman GSM mengenai pelayanan yang fun dengan diskusi kelompok dan membiarkan
(merdeka belajar) ASM berpendapat dan berekspresi dalam belajar. Ada juga pendapat yang
mengatakan, perlunya belajar di alam (tidak monoton berada di ruang kelas), agar anak-
anak bisa menikmati pembelajaran dan tidak lupa juga mengajarkan kepada anak-anak
tentang bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan.
Bagaimana metode pengajaran para GSM dalam menerapkan

“Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun” ?

Bermain dan bercerita. (2 Jawaban)

Setiap horong berbeda konsepnya, kalau horong 1 bermain, horong 2 lebih bercerita, horong 3
khotbah dan bercerita.

Cerita Alkitab dan bermain.

Menurut yang saya alami pengajaran yang lebih mudah dimengerti oleh mereka yaitu, ketika
selesai membacakan Khotbah/isi firman, mari kita membuat sebuah cerita yang menyangkut
dengan firman tersebut (tidak lari dari topik firman) itu akan memudahkan mereka untuk
mengerti isi firman.

Metode yang cocok dalam pengajaran yang cocok sesuai yang sudah biasa saya lakukan: cerita

10
Alkitab, dan bermain sesuai dengan topik firman Tuhan yang harus disampaikan.

Khotbah( dengan cara menghubungkan ke kehidupan sehari-hari )

Metode pengajaran yang cocok diterapkan dalam mengajar SKM dengan menggabungkan
beberapa cara, seperti Cerita Alkitab terlebih dahulu, setelah itu tanya jawab dengan Anak
SKM, lalu berikan permainan yang sesuai dengan horong atau kelas.

Kebaktian padang

Menurut saya metode yang cocok adalah metode yang tidak membosankan bagi mereka.
Semua metode baik untuk diterapkan tetapi tidak melulu hanya dengan metode yang sama
setiap minggu.

Bercerita dengan media atau alat peraga

Menyampaikan cerita alkitab di alam

Semua metode itu bagus dan tepat digunakan dalam mengajar anak-anak sekolah minggu,
hanya saja GSM dituntut untuk dapat aktif dan memvariasikan metode dalam mengajar.

Dari tabel jawaban diatas, metode Pelayanan Sekolah Minggu yang fun, yang paling
umum diterapkan dengan cara bernyanyi, bermain (games), bercerita dan mengajarkan anak-
anak melalui media peraga (mis. Gambar, benda dan lain-lain). Ada juga yang berpendapat
dengan melaksanakan kebaktian padang.

Apa persiapan oleh para GSM dalam mendukung

“Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun”?

11
Ya alat peraga dan bahan ajaran.

Bercerita

Kita harus tahu dulu isi firman Allah dan kita tidak selalu menggunakan alat. Namun
terkadang kita menggunakannya atau lebih simple-nya melalui gambar yang telah di cetak,
kita bisa menunjukkan seperti apa gambar/ rupa tokoh dalam Alkitab.

Persiapan dalam pengajaran SKM: mempersiapkan metode cara yang paling relevan, dan
menarik untuk anak anak, pada intinya topik yang harus disampaikan harus mengarah dengan
isi firman Tuhan , dan alat peraga.

kadang-kadang.

Ada, tergantung topik yang akan di berikan kepada anak-anak

Persiapan yang dilakukan pastinya membaca ayat Alkitab dan keterangan di Buku Panduan,
membuat alat peraga, mencari lagu/nyanyian yang berkaitan dengan ayat Khotbah sehingga
Anak SKM mampu mengingat dengan baik, membuat beberapa contoh perilaku sehari sehari
yang dilakukan Anak SKM dimana berhubungan dengan ayat Khotbah.

Selain menyiapkan alat peraga, kami juga menyiapkan lagu/ nyanyian yg sesuai dengan tema
minggu serta Games.

Buat alat peraga.

Mempelajari buku panduan Guru sekolah minggu, berdiskusi dengan rekan-rekan guru
sekolah minggu tentang apa yang sebaiknya dilakukan, menyiapkan alat peraga, menyiapkan

12
alat dan bahan untuk melakukan aktivitas tertentu.

Selain substansi (firman yang mau disampaikan) dapat juga untuk menyampaikan substansi
dilengkapi dengan alat peraga.

Sermon pastinya, dan memikirkan suasana menyenangkan sehingga ASM lebih mudah
mengerti cerita alkitab yg disampaikan GSM.

Persiapannya yang pertama tentu sermon GSM. Membahas topik firman Tuhan yang akan
disampaikan kepada anak. Dan kemudian mempersiapkan metode dan alat peraga apa yang
akan digunakan agar firman dapat diterima anak dengan menyenangkan.

Dari tabel jawaban diatas, persiapan yang paling umum dilakukan oleh para GSM
demi Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun yaitu dengan melakukan Sermon GSM. Sermon
GSM ini dilakukan untuk mempersiapkan para GSM yang akan melayani pada saat ibadah,
membahas firman Allah yang akan disampaikan kepada ASM, serta membahas apa-apa saja
metode pengajaran yang akan disampaikan oleh para GSM nantinya. Para GSM biasanya
diperlengkapi dengan bahan ajar yaitu berupa Buku Panduan, yang berisi tentang
ringkasan/penjelasan materi khotbah yang akan disampaikan, sehingga para GSM juga bisa
dengan mudah memahami goals/ target yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Bagaimana Pandangan para GSM mengenai Tugas Panggilannya sebagai


GSM ?
Dari hasil analisis data yang diperoleh mengenai Tugas Panggilan Guru Sekolah
Minggu dan diperhadapkan pada makna “Guru Sekolah Minggu adalah Gembala
Anak”, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar para GSM belum melakukan sesuai
dengan panggilannya sebagai Gembala Anak. Para GSM masih ada yang
berpendapat mengenai tugas pelayanannya hanya untuk menyampaikan khotbah.
GSM sebagai Gembala Anak haruslah secara totalitas mengajar , habis dari segi
waktu, lelah di tenaga dan berpikir keras untuk membimbing anak-anak. Sangat miris
rasanya, jika ada dari GSM yang berpikir bahwa tugasnya menjadi GSM hanya
sekedar berkhotbah dan bermain. Para GSM haruslah merenungkan bahwa mereka
sedang mendidik generasi penerus gereja di masa yang akan datang. Jikalau sedari
sejak kecil mereka bingung kemana arah imannya akan Yesus Kristus, di kemudian
13
hari dia adalah orang-orang yang bakal muda disisipi oleh pengajaran yang tidak baik.
Maka dari itu, GSM haruslah lagi merenungkan tanggung jawabnya, bukan hanya
sekedar guru akan tetapi juga menjadi Gembala Anak. Para GSM harus
merepresentasikan Yesus Kristus ketika saat melayani anak-anak.14

5.2 Apa pandangan para GSM tentang “Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun”?
Dari hasil analisis data yang diperoleh mengenai bagaimana Pelayanan Sekolah
Minggu yang Fun, penulis melihat ada 2 orang yang secara langsung memberikan
pendapatnya tentang konsep “merdeka dalam belajar” sesuai yang dengan apa yang
disampaikan oleh Rousseau. Kedua GSM tersebut memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk aktif dan merdeka dalam mengeluarkan pendapatnya serta
mendengarkan cerita-cerita yang disampaikan oleh anak-anak. Dalam hal ini, penulis
sangat setuju dan mendukung metode yang dilakukan oleh kedua GSM tersebut.
Lawrence juga berpendapat, bahwa dengan menggunakan komunikasi dialog aktif
dengan anak, itu dapat membangun rasa percaya diri dalam dirinya.15 Sehingga,ketika
mereka mampu mengeluarkan pendapatnya dan juga para GSM memberikan
respon/tanggapan kepada mereka. Para GSM juga harus bisa meyakini dan
memberikan dorongan kepada ASM untuk bertindak sesuai dengan apa yang menjadi
pergumulannya. 16
Ada juga pendapat yang mengatakan, pembelajaran juga sebaiknya jangan
monoton di dalam ruang kelas. Anak-anak perlu belajar melihat langsung alam, agar
mereka juga dapat merasakan dan bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan berupa
alam. Ini juga salah satu penerapan “merdeka dalam belajar” sesuai dengan
pandangan Rousseau.

5.3 Bagaimana metode pengajaran para GSM dalam menerapkan “Pelayanan


Sekolah Minggu yang Fun”?
Rousseau berpendapat bahwa pengajar juga harus memberikan pengajaran
sesuai dengan latar belakang dan kemampuan anak. Pengajar harus mengetahui, apa

14
Thomas H. Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),
390.
15
Lawrance E. Shapiro, “Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak”, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997), 125
16
Richard L. Dresselhaus, “Penginjilan di Sekolah Minggu”, (Malang: Gandum Mas, 1973),
29.
14
saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan anak dalam proses belajar, apakah dia
orang yang cenderung menggunakan pengetahuan (kognitif)/ keterampilan
(psikomotorik) / perasaan (afentif).17 Hal ini perlu dilakukan, agar tidak terjadi
ketimpangan berfikir oleh anak-anak. Seorang GSM yang baik dan benar adalah SM
yang mengenal ASM-nya. GSM harus mengenali ASM-nya dari segi jasmani, rohani,
psikolog, emosional dan spiritual nya. Karena, kendala yang banyak dijumpai di
lapangan adalah para GSM lemah dalam mengenal ASM-nya.18
Melihat data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa para GSM telah
melakukan metode pengajaran yang fun. Dengan menggunakan metode aktif dan
kreatif , yaitu dengan cara bermain, bernyanyi, bercerita serta membuat media peraga
(gambar, benda, suara, video dan lainnya), dinilai sudah cukup untuk menghantarkan
anak-anak kepada pemahaman yang lebih luas. Penulis juga sepakat terhadap metode
bercerita Alkitab dan bukan metode berkhotbah dalam sekolah minggu. Dan juga
beberapa GSM menggunakan cara yaitu dengan menjadi “teman” mereka, yang
dinilai sudah cukup baik dilakukan untuk mengenali karakter ASM.
5.4 Apa persiapan oleh para GSM dalam mendukung “Pelayanan Sekolah Minggu
yang Fun”?
Dikatakan sebagai Sekolah Minggu, karena adanya proses pendidikan 19 yang
menjadi intinya ialah terjadinya proses belajar dan mengajar. Rousseau menegaskan
bahwa dalam dunia pendidikan hendaknya pengajar merencanakan rancangan
pembelajaran yang membangun atas kekuatan dari pembawaan si anak. Dalam
bagian ini, penulis cenderung melihat persiapan yang dilakukan oleh para GSM yaitu
dengan membaca bahan yang diambil dari Buku Panduan GSM, lalu membahasnya
didalam sermon. Penulis tidak menemukan satu jawaban pun bahwa mereka telah
mempersiapkan bahan ajarnya jauh-jauh hari, sebelum dibawa ke sermon atau
sebelum mereka merenungkan dan berdiskusi di dalam sermon, para GSM telah
merenungkannya terlebih dahulu di rumah mereka masing-masing. Jika mereka
merenungkan tentang firman Tuhan yang akan dibahas di dalam sermon, mereka
sudah mengetahui apa dan bagaimana saja konsep pengajaran yang akan disampaikan.
17
Paulus Lie, “Teknik Kreatif dan Terpadu Dalam Mengajarkan Anak”, (Yogyakarta:
Yayasan Andi, 1999), 65.
18
Andar Gunawan Pasaribu, “38 Penyakit Guru Sekolah Minggu”, (Medan: Penerbit Mitra,
2016), 81.
19
Pendidikan berarti suatu tindakan terencana untuk mentransformasikan suatu pengetahuan
kepada anak, sehingga anak terbentuk menjadi pribadi tertentu seperti apa yang diharapkan.

15
Para GSM hanya bergantung kepada kegiatan sermon dalam mempersiapkan bahan
ajarnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa masih belum maksimal perencanaan
yang dilakukan oleh para GSM.
Ketergantungan terhadap bahan ajar atau buku panduan yang yang dimana telah
diatur oleh kurikulum yang telah ditentukan., kurang sependapat dengan Rousseau.
Rousseau kurang setuju terhadap adanya kurikulum resmi yang membuat anak-anak
terbelenggu. Perlunya juga kurikulum kontekstual yang harus direncanakan oleh para
SKM agar anak-anak merasa nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Penulis
sebenarnya setuju dengan adanya kurikulum resmi, akan tetapi kadang kala juga kita
harus membuat suatu gebrakan baru sebagai inovasi dan variasi dengan membuat
kurikulum kontekstual dalam pembelajaran di Sekolah Minggu.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pelayanan Sekolah Minggu yang fun adalah hal yang penting diwujudkan dalam
pelayanan Sekolah Minggu. Hal ini bertujuan agar anak-anak yang mengikuti
peribadahan dan pembelajaran dapat merasakan kenyamanan dan kesenangan yang
akan selalu diingatnya. Dalam mewujudkan pelayanan Sekolah Minggu yang fun
memerlukan cara agar menarik perhatian anak-anak. Kajian diatas telah memaparkan
bagaimana pendapat Jean Jacques Rousseau mengenai belajar yang menyenangkan itu
berasal dari proses pendidikan “merdeka dalam belajar” yang tidak mengekang
anak-anak dalam kurikulum resmi. Kemudian para pengajar yang harus berkompeten
dalam mendidik anak-anak. Guru yang berkompeten lah yang mampu menciptakan
suasana yang nyaman di dalam proses pembelajaran. Sehingga anak-anak mampu
mengikuti dan menerima pembelajaran tersebut dengan baik.
Dari aspek-aspek tersebut, penulis melihat ada beberapa aspek yang sudah
dijalankan dengan baik oleh para GSM, yaitu salah satunya kemerdekaan belajar.
Akan tetapi ada juga aspek yang belum dijalankan oleh GSM. Hal itu dapat dilakukan
jika para GSM mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gembala Anak,
16
yang mampu mewujudkan Pelayanan Sekolah Minggu Fun bagi anak-anak, sesuai
dengan pandangan Jean Jacques Rousseau, yaitu membiarkan anak-anak merdeka
belajar.
5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan penulis agar semakin terciptanya pembelajaran
yang fun bagi anak-anak adalah sebagai berikut.
● GSM semakin menggumuli panggilannya sebagai “Gembala Anak”.
● GSM harus lebih lagi memberikan warna pembelajaran kepada anak-anak.
● GSM harus mempersiapkan bahan ajarnya, bukan hanya pada saat sermon SKM
berlangsung.
● Terkhusus kepada Gereja HKBP, perlunya diadakan pembinaan yang rutin kepada
para GSM.

Daftar Pustaka
Dresselhaus, R. L. (1973). Penginjilan di Sekolah Minggu. Malang: Gandum Mas.

Groome, T. H. (2010). Christian Religious Education. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Habernas, R. T. (1981). Introduction To Biblical Christian Education. Chicago: Moddy


Press.

Ismail, A. (2000). Selamat Menabur. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Jessica Dwikarja, Y. P. (2021). Kriteria Guru Sekolah Minggu sebagai Gembala Anak
Berdasarkan Yehezkiel 34:11-16. Journal of Christian Education 2.1, 81.

Lie, P. (1999). Teknik Kreatif dan Terpadu dalam Mengajarkan Anak. Yogyakarta: Yayasan
Andi.

Lumbantobing, D. (2018). Tumbuh Lokal Berbuah Universal . Jakarta: BPK: Gunung Mulia.

Pasaribu, A. G. (2016). 38 Penyakit Guru Sekolah Minggu. Medan: Penerbit Mitra.

17
Robert R, B. (2005). Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Shapiro, L. E. (1997). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Sirait, M. K. (2000). Panggilan Melayani. Jakarta: PT. Surya Judika Ray.

Towns, E. (1993). Town's Sunday School Encyclopedia. Illinois: Tyndale House Pub.

https://en.wikipedia.org/wiki/Fun

Jimmy Tambunan,(2022 Mewujudkan Gereja Ramah Anak, Seminar Pembekalan GSM


Dalam Rangka Jambore Sekolah Minggu Tahun, Perkampungan
Pemuda HKBP Jetun-Silangit,.

18

Anda mungkin juga menyukai