3438)
1
Darwin Lumbantobing, “Tumbuh Lokal Berbuah Universal”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2018), 445.
1
dan menjadi aset gereja dan negara di masa yang akan datang. Mereka adalah orang-
orang yang menjadi penerus kita dalam melanjutkan pelayanan gereja di masa depan.
Untuk itu, sejak dini kita sudah harus menanamkan iman yang kuat akan Yesus
Kristus.
Dari hasil pengamatan tersebut, penulis membuat kesimpulan, akar masalah yang
sebenarnya terletak pada bagaimana metode pengajaran yang dilakukan oleh pengajar
yaitu GSM terhadap anak-anak. Hal ini haruslah disadari oleh para GSM sebagai
”Gembala Anak” yang membawa anak-anak kepada pemahaman pembelajaran
Alkitab. Para GSM harus bisa menuntun, mendidik dan mempraktekkan karakter dan
sikap teladan Yesus Kristus kepada anak-anak, sebagaimana Yesus Kristus sebagai
gembala (Yoh. 10:11)2. Pengajaran yang dilakukan pun harus relevan dan kontekstual
terhadap pola kehidupan masa kini, serta rasa fun harus dirasakan oleh anak-anak.
Kata fun dipakai karena mengandung makna menyenangkan, serta anak-anak juga
dapat menikmati setiap pembelajaran yang diterimanya dengan nyaman. Dan penulis
juga mengambil pandangan Jean Jacques Rousseau, karena metode pembelajaran
yang ditawarkan oleh Rousseau adalah metode pembelajaran yang merdeka, sehingga
kemerdekaan belajar ini dapat memberikan rasa kenyamanan bagi anak-anak dalam
menjalani proses pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan
Dalam tulisan inilah, ada beberapa tujuan yang ingin diteliti oleh penulis tentang
pelayanan Sekolah Minggu yang Fun.
● Bagaimana pandangan para GSM mengenai tugas panggilannya sebagai ‘Gembala
Anak” ?
● Apa pandangan para GSM tentang “Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun”?
● Bagaimana metode pengajaran para GSM dalam menerapkan “Pelayanan Sekolah
Minggu yang Fun”?
● Apa persiapan oleh para GSM dalam mendukung “Pelayanan Sekolah Minggu
yang Fun”?
Sehingga ketika kita telah mendapatkan jawaban tentang masalah yang diatas,
kita dapat menerapkan Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun yang sesuai dengan
pandangan Jean Jacques Rousseau tersebut.
2
Jessica Dwikarja, Yanto P. Hermanto, Tony Tedjo, “Kriteria Guru Sekolah Minggu sebagai
Gembala Anak Berdasarkan Yehezkiel 34:11-16”, Journal of Christian Education 2.1 (June
15, 2021): 81.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
● Perjanjian Baru
Pengajaran terhadap pendidikan Kristen berpusat pada teladan (dalam
yunani Tupos) dan pengajaran (dalam Yunani didaskolos)10 Yesus, khotbah.
Yesus digambarkan sebagai guru “rabbi” yang sangat dikagumi oleh banyak
orang kaarena pengajaran Yesus dengan penuh kuasa, tidak seperti pengajaran
yang disampaikan oleh ahli-ahli Taurat (Matius 7: 28-29). Tulisan para rasul
yang diungkapkan dalam catatan alkitabiah juga sangat mendukung dalam
pembentukan dasar pendidikan.
Pendidikan Kristen kepada kaum Anak yang ingin mengenal Yesus,
secara tegas disampaikan oleh Yesus Kristus dalam Matius 19:14 “Biarkanlah
anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang; sebab orang-
orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga. Gereja sangat menyambut
kehadiran dan anak dan memberikan pengenalan kepada Yesus, melalui
pengajaran-pengajaran yang disampaikan oleh Anak. 11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
12
https://en.wikipedia.org/wiki/Fun, (dikunjungi 24 September 2022).
13
Midian Sirait, “Panggilan Melayani”, (Jakarta: PT Surya Judika Ray, 2000), 13-14
6
Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai pelayanan sekolah minggu,
penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengambil 2 Gereja yaitu
HKBP Pengembangan Ressort Pengembangan Distrik X Medan-Aceh dan HKBP
Sibuluan Ressort Sibuluan Distrik III Humbang. Penulis membagikan berupa
kuesioner (Google Form) kepada Guru Sekolah Minggu yang melayani di kedua
gereja tersebut. Penulis memberikan 4 pertanyaan yang menyangkut tentang
pelayanan Sekolah Minggu yang direspon oleh 13 GSM yang melayani di kedua
gereja tersebut. Alasan memilih kedua Gereja ini karena sebelumnya penulis telah
melakukan pengamatan pada masa praktek lapangan, dan ingin meneliti lebih lanjut
tentang pelayanan Sekolah Minggu kedua gereja ini.
Melalui penelitian ini, penulis dapat mengetahui bagaimana pelayanan Sekolah
Minggu yang dilakukan oleh masing-masing Gereja, Adapun keempat pertanyaan itu
sesuai dengan apa disampaikan pada bagian rumusan masalah yaitu:
● Bagaimana pandangan para GSM mengenai tugas panggilannya sebagai GSM ?
● Apa pandangan para GSM tentang “Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun”?
● Bagaimana metode pengajaran para GSM dalam menerapkan “Pelayanan Sekolah
Minggu yang Fun” ?
● Apa persiapan oleh para GSM dalam mendukung “Pelayanan Sekolah Minggu
yang Fun” ?
7
Mengajari Anak Sekolah Minggu dalam hal pembelajaran firman Tuhan.
Menyampaikan isi khotbah dengan baik, dan dengan kajian Alkitab/Bibel yang benar dan
dapat diterima oleh anak seusia sekolah minggu (5-12) tahun.
Memberikan mereka pengajaran untuk lebih mengenal Tuhan ,melalui firman dan cerita
didalam Alkitab.
Membimbing dan memperkenalkan kasih Tuhan Yesus melalui penyampaian firman Tuhan
dalam berbagai cara yang dilakukan setiap GSM.
Melayani Anak Sekolah Minggu dan membimbing mereka sesuai kehendak Tuhan.
Menjadi teman, pembimbing, orangtua yang memberikan teladan baik dan mengajak
mereka untuk bertumbuh, takut, dan lebih dekat di dalam Tuhan.
Mengajar, membimbing, dan membina kerohanian anak sekolah minggu (ASM) untuk
pertumbuhan iman anak.
Dari tabel jawaban diatas, dapat disimpulkan bahwa jawaban yang paling dominan
tentang tugas GSM yaitu melayani, membimbing dan mengajari anak-anak Sekolah Minggu
dengan cara membangun karakter dan rohani mereka agar iman mereka bertumbuh serta
menjadi anak yang takut akan Tuhan. Lalu ada juga jawaban yang mengatakan bahwa GSM
juga haru menjadi teman, orang tua dan harus memberikan contoh teladan yang baik kepada
8
anak-anak. Kemudian GSM juga mempunyai tanggungjawab untuk memperkenalkan kasih
Tuhan Yesus kepada anak-anak.
Membawanya pada pengalaman pengalaman yang pernah mereka alami dan terima
Kita harus mampu mengerti sikap dari ASM tersebut, mampu mendengar cerita"mereka
dan juga kita harus bisa menciptakan suasana yg tidak membosankan.Contohnya bernyanyi
dan bercerita
Cara pengajaran SKM yang fun menurut saya, bercerita, menyanyi, dan bermain sesuai
dengan topik isi firman Tuhan
Menurut pendapat saya berdasarkan yang pengalaman, Anak SKM suka pengajaran yang
menggunakan alat peraga (gambar, foto, barang dan video), intonasi GSM harus tepat
sehingga penyampaiannya didengar oleh Anak SKM. GSM lebih baik menggunakan
bahasa yang biasa digunakan oleh anak-anak SKM sehingga tidak membosankan bagi anak
SKM
Menurut saya pengajaran SKM yang Fun bagi anak-anak yaitu dengan melibatkan mereka
pada aktivitas/ kegiatan yang mengajak untuk berpartisipasi melakukan hal yang berkaitan
dengan aktivitas tersebut. Contohnya, tema di dalam buku panduan adalah tentang
bersyukur. Guru sekolah minggu bisa mengajak anak-anak sekolah minggu untuk keluar
ruangan dan menanyakan pada mereka apa yang mereka syukuri hari ini dan sudahkah
mereka mengucap syukur.
Pengajaran yang aktif dan kreatif dalam menggunakan media ajar. Aktif dalam artian anak
diajak untuk bergerak misal sambil bernyanyi dan menari. Kreatif maksudnya anak diajak
9
untuk berkreasi membuat sesuatu hal yang berkaitan dengan firman dan nantinya bisa
dibawa pulang kerumah.
Mendekatkan diri kepada anak sekolah minggu, serta tidak menekan mereka, membiarkan
anak sekolah minggu mengeluarkan pendapat, dan juga membuat alat peraga atau game
supaya mereka tidak jenuh
Dari tabel jawaban diatas, pelayanan yang fun yang dominan dipahami oleh para GSM
dengan cara pengajaran aktif dan kreatif, yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam
kegiatan-kegiatan yang dapat dikaitkan isi firman Tuhan yang telah disampaikan. Ada juga
pemahaman GSM mengenai pelayanan yang fun dengan diskusi kelompok dan membiarkan
(merdeka belajar) ASM berpendapat dan berekspresi dalam belajar. Ada juga pendapat yang
mengatakan, perlunya belajar di alam (tidak monoton berada di ruang kelas), agar anak-
anak bisa menikmati pembelajaran dan tidak lupa juga mengajarkan kepada anak-anak
tentang bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan.
Bagaimana metode pengajaran para GSM dalam menerapkan
Setiap horong berbeda konsepnya, kalau horong 1 bermain, horong 2 lebih bercerita, horong 3
khotbah dan bercerita.
Menurut yang saya alami pengajaran yang lebih mudah dimengerti oleh mereka yaitu, ketika
selesai membacakan Khotbah/isi firman, mari kita membuat sebuah cerita yang menyangkut
dengan firman tersebut (tidak lari dari topik firman) itu akan memudahkan mereka untuk
mengerti isi firman.
Metode yang cocok dalam pengajaran yang cocok sesuai yang sudah biasa saya lakukan: cerita
10
Alkitab, dan bermain sesuai dengan topik firman Tuhan yang harus disampaikan.
Metode pengajaran yang cocok diterapkan dalam mengajar SKM dengan menggabungkan
beberapa cara, seperti Cerita Alkitab terlebih dahulu, setelah itu tanya jawab dengan Anak
SKM, lalu berikan permainan yang sesuai dengan horong atau kelas.
Kebaktian padang
Menurut saya metode yang cocok adalah metode yang tidak membosankan bagi mereka.
Semua metode baik untuk diterapkan tetapi tidak melulu hanya dengan metode yang sama
setiap minggu.
Semua metode itu bagus dan tepat digunakan dalam mengajar anak-anak sekolah minggu,
hanya saja GSM dituntut untuk dapat aktif dan memvariasikan metode dalam mengajar.
Dari tabel jawaban diatas, metode Pelayanan Sekolah Minggu yang fun, yang paling
umum diterapkan dengan cara bernyanyi, bermain (games), bercerita dan mengajarkan anak-
anak melalui media peraga (mis. Gambar, benda dan lain-lain). Ada juga yang berpendapat
dengan melaksanakan kebaktian padang.
11
Ya alat peraga dan bahan ajaran.
Bercerita
Kita harus tahu dulu isi firman Allah dan kita tidak selalu menggunakan alat. Namun
terkadang kita menggunakannya atau lebih simple-nya melalui gambar yang telah di cetak,
kita bisa menunjukkan seperti apa gambar/ rupa tokoh dalam Alkitab.
Persiapan dalam pengajaran SKM: mempersiapkan metode cara yang paling relevan, dan
menarik untuk anak anak, pada intinya topik yang harus disampaikan harus mengarah dengan
isi firman Tuhan , dan alat peraga.
kadang-kadang.
Persiapan yang dilakukan pastinya membaca ayat Alkitab dan keterangan di Buku Panduan,
membuat alat peraga, mencari lagu/nyanyian yang berkaitan dengan ayat Khotbah sehingga
Anak SKM mampu mengingat dengan baik, membuat beberapa contoh perilaku sehari sehari
yang dilakukan Anak SKM dimana berhubungan dengan ayat Khotbah.
Selain menyiapkan alat peraga, kami juga menyiapkan lagu/ nyanyian yg sesuai dengan tema
minggu serta Games.
Mempelajari buku panduan Guru sekolah minggu, berdiskusi dengan rekan-rekan guru
sekolah minggu tentang apa yang sebaiknya dilakukan, menyiapkan alat peraga, menyiapkan
12
alat dan bahan untuk melakukan aktivitas tertentu.
Selain substansi (firman yang mau disampaikan) dapat juga untuk menyampaikan substansi
dilengkapi dengan alat peraga.
Sermon pastinya, dan memikirkan suasana menyenangkan sehingga ASM lebih mudah
mengerti cerita alkitab yg disampaikan GSM.
Persiapannya yang pertama tentu sermon GSM. Membahas topik firman Tuhan yang akan
disampaikan kepada anak. Dan kemudian mempersiapkan metode dan alat peraga apa yang
akan digunakan agar firman dapat diterima anak dengan menyenangkan.
Dari tabel jawaban diatas, persiapan yang paling umum dilakukan oleh para GSM
demi Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun yaitu dengan melakukan Sermon GSM. Sermon
GSM ini dilakukan untuk mempersiapkan para GSM yang akan melayani pada saat ibadah,
membahas firman Allah yang akan disampaikan kepada ASM, serta membahas apa-apa saja
metode pengajaran yang akan disampaikan oleh para GSM nantinya. Para GSM biasanya
diperlengkapi dengan bahan ajar yaitu berupa Buku Panduan, yang berisi tentang
ringkasan/penjelasan materi khotbah yang akan disampaikan, sehingga para GSM juga bisa
dengan mudah memahami goals/ target yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Apa pandangan para GSM tentang “Pelayanan Sekolah Minggu yang Fun”?
Dari hasil analisis data yang diperoleh mengenai bagaimana Pelayanan Sekolah
Minggu yang Fun, penulis melihat ada 2 orang yang secara langsung memberikan
pendapatnya tentang konsep “merdeka dalam belajar” sesuai yang dengan apa yang
disampaikan oleh Rousseau. Kedua GSM tersebut memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk aktif dan merdeka dalam mengeluarkan pendapatnya serta
mendengarkan cerita-cerita yang disampaikan oleh anak-anak. Dalam hal ini, penulis
sangat setuju dan mendukung metode yang dilakukan oleh kedua GSM tersebut.
Lawrence juga berpendapat, bahwa dengan menggunakan komunikasi dialog aktif
dengan anak, itu dapat membangun rasa percaya diri dalam dirinya.15 Sehingga,ketika
mereka mampu mengeluarkan pendapatnya dan juga para GSM memberikan
respon/tanggapan kepada mereka. Para GSM juga harus bisa meyakini dan
memberikan dorongan kepada ASM untuk bertindak sesuai dengan apa yang menjadi
pergumulannya. 16
Ada juga pendapat yang mengatakan, pembelajaran juga sebaiknya jangan
monoton di dalam ruang kelas. Anak-anak perlu belajar melihat langsung alam, agar
mereka juga dapat merasakan dan bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan berupa
alam. Ini juga salah satu penerapan “merdeka dalam belajar” sesuai dengan
pandangan Rousseau.
14
Thomas H. Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),
390.
15
Lawrance E. Shapiro, “Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak”, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997), 125
16
Richard L. Dresselhaus, “Penginjilan di Sekolah Minggu”, (Malang: Gandum Mas, 1973),
29.
14
saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan anak dalam proses belajar, apakah dia
orang yang cenderung menggunakan pengetahuan (kognitif)/ keterampilan
(psikomotorik) / perasaan (afentif).17 Hal ini perlu dilakukan, agar tidak terjadi
ketimpangan berfikir oleh anak-anak. Seorang GSM yang baik dan benar adalah SM
yang mengenal ASM-nya. GSM harus mengenali ASM-nya dari segi jasmani, rohani,
psikolog, emosional dan spiritual nya. Karena, kendala yang banyak dijumpai di
lapangan adalah para GSM lemah dalam mengenal ASM-nya.18
Melihat data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa para GSM telah
melakukan metode pengajaran yang fun. Dengan menggunakan metode aktif dan
kreatif , yaitu dengan cara bermain, bernyanyi, bercerita serta membuat media peraga
(gambar, benda, suara, video dan lainnya), dinilai sudah cukup untuk menghantarkan
anak-anak kepada pemahaman yang lebih luas. Penulis juga sepakat terhadap metode
bercerita Alkitab dan bukan metode berkhotbah dalam sekolah minggu. Dan juga
beberapa GSM menggunakan cara yaitu dengan menjadi “teman” mereka, yang
dinilai sudah cukup baik dilakukan untuk mengenali karakter ASM.
5.4 Apa persiapan oleh para GSM dalam mendukung “Pelayanan Sekolah Minggu
yang Fun”?
Dikatakan sebagai Sekolah Minggu, karena adanya proses pendidikan 19 yang
menjadi intinya ialah terjadinya proses belajar dan mengajar. Rousseau menegaskan
bahwa dalam dunia pendidikan hendaknya pengajar merencanakan rancangan
pembelajaran yang membangun atas kekuatan dari pembawaan si anak. Dalam
bagian ini, penulis cenderung melihat persiapan yang dilakukan oleh para GSM yaitu
dengan membaca bahan yang diambil dari Buku Panduan GSM, lalu membahasnya
didalam sermon. Penulis tidak menemukan satu jawaban pun bahwa mereka telah
mempersiapkan bahan ajarnya jauh-jauh hari, sebelum dibawa ke sermon atau
sebelum mereka merenungkan dan berdiskusi di dalam sermon, para GSM telah
merenungkannya terlebih dahulu di rumah mereka masing-masing. Jika mereka
merenungkan tentang firman Tuhan yang akan dibahas di dalam sermon, mereka
sudah mengetahui apa dan bagaimana saja konsep pengajaran yang akan disampaikan.
17
Paulus Lie, “Teknik Kreatif dan Terpadu Dalam Mengajarkan Anak”, (Yogyakarta:
Yayasan Andi, 1999), 65.
18
Andar Gunawan Pasaribu, “38 Penyakit Guru Sekolah Minggu”, (Medan: Penerbit Mitra,
2016), 81.
19
Pendidikan berarti suatu tindakan terencana untuk mentransformasikan suatu pengetahuan
kepada anak, sehingga anak terbentuk menjadi pribadi tertentu seperti apa yang diharapkan.
15
Para GSM hanya bergantung kepada kegiatan sermon dalam mempersiapkan bahan
ajarnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa masih belum maksimal perencanaan
yang dilakukan oleh para GSM.
Ketergantungan terhadap bahan ajar atau buku panduan yang yang dimana telah
diatur oleh kurikulum yang telah ditentukan., kurang sependapat dengan Rousseau.
Rousseau kurang setuju terhadap adanya kurikulum resmi yang membuat anak-anak
terbelenggu. Perlunya juga kurikulum kontekstual yang harus direncanakan oleh para
SKM agar anak-anak merasa nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Penulis
sebenarnya setuju dengan adanya kurikulum resmi, akan tetapi kadang kala juga kita
harus membuat suatu gebrakan baru sebagai inovasi dan variasi dengan membuat
kurikulum kontekstual dalam pembelajaran di Sekolah Minggu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pelayanan Sekolah Minggu yang fun adalah hal yang penting diwujudkan dalam
pelayanan Sekolah Minggu. Hal ini bertujuan agar anak-anak yang mengikuti
peribadahan dan pembelajaran dapat merasakan kenyamanan dan kesenangan yang
akan selalu diingatnya. Dalam mewujudkan pelayanan Sekolah Minggu yang fun
memerlukan cara agar menarik perhatian anak-anak. Kajian diatas telah memaparkan
bagaimana pendapat Jean Jacques Rousseau mengenai belajar yang menyenangkan itu
berasal dari proses pendidikan “merdeka dalam belajar” yang tidak mengekang
anak-anak dalam kurikulum resmi. Kemudian para pengajar yang harus berkompeten
dalam mendidik anak-anak. Guru yang berkompeten lah yang mampu menciptakan
suasana yang nyaman di dalam proses pembelajaran. Sehingga anak-anak mampu
mengikuti dan menerima pembelajaran tersebut dengan baik.
Dari aspek-aspek tersebut, penulis melihat ada beberapa aspek yang sudah
dijalankan dengan baik oleh para GSM, yaitu salah satunya kemerdekaan belajar.
Akan tetapi ada juga aspek yang belum dijalankan oleh GSM. Hal itu dapat dilakukan
jika para GSM mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gembala Anak,
16
yang mampu mewujudkan Pelayanan Sekolah Minggu Fun bagi anak-anak, sesuai
dengan pandangan Jean Jacques Rousseau, yaitu membiarkan anak-anak merdeka
belajar.
5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan penulis agar semakin terciptanya pembelajaran
yang fun bagi anak-anak adalah sebagai berikut.
● GSM semakin menggumuli panggilannya sebagai “Gembala Anak”.
● GSM harus lebih lagi memberikan warna pembelajaran kepada anak-anak.
● GSM harus mempersiapkan bahan ajarnya, bukan hanya pada saat sermon SKM
berlangsung.
● Terkhusus kepada Gereja HKBP, perlunya diadakan pembinaan yang rutin kepada
para GSM.
Daftar Pustaka
Dresselhaus, R. L. (1973). Penginjilan di Sekolah Minggu. Malang: Gandum Mas.
Jessica Dwikarja, Y. P. (2021). Kriteria Guru Sekolah Minggu sebagai Gembala Anak
Berdasarkan Yehezkiel 34:11-16. Journal of Christian Education 2.1, 81.
Lie, P. (1999). Teknik Kreatif dan Terpadu dalam Mengajarkan Anak. Yogyakarta: Yayasan
Andi.
Lumbantobing, D. (2018). Tumbuh Lokal Berbuah Universal . Jakarta: BPK: Gunung Mulia.
17
Robert R, B. (2005). Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Towns, E. (1993). Town's Sunday School Encyclopedia. Illinois: Tyndale House Pub.
https://en.wikipedia.org/wiki/Fun
18