Anda di halaman 1dari 4

SIAPAKAH ITU MOTHER TERESA?

Mother Teresa atau yang dikenal dengan julukan Mother Teresa of Calcutta, adalah seorang
biarawati gereja Katolik Roma yang menarik perhatian internasional . Selama lebih dari 45 tahun
ia melayani orang miskin, orang sakit, yatim piatu, dan sekarat. Ia juga membimbing
Missionaries of Charity, jemaat agama Katolik Roma yang pada tahun 2012 terdiri dari 4.500
suster lebih dan aktif di 133 negara.

Mother Teresa menerima banyak penghargaan termasuk Nobel Perdamaian atas upayanya
menyantuni anak yatim dan orang miskin di seluruh dunia. Hanya saja ia menolak perjamuan
seremonial konvensional yang diberikan dan meminta dana $ 192.000 untuk diberikan kepada
orang miskin di India. Ia menyatakan bahwa penghargaan duniawi itu penting hanya jika hal itu
dapat membantu yang membutuhkan di dunia.

Pada tanggal 5 September 1997, segera setelah kematiannya Mother Teresa, Paus Yohanes
Paulus II mengecualikan masa tunggu lima tahun untuk proses beatifikasi, sehingga, hingga
kematiannya, Mother Teresa tetap menyandang gelarnya sebagai “Blessed Teresa of Calcutta”.,

Masa kecil mother Teresa


Mother Teresa lahir di Uskup Skopje, Kerajaan Ottoman, Yugoslavia, pada tanggal 26 Augutus
1910. Ia anak bungsu dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu, kaum minoritas Albania.

Ayahnya adalah seorang kontraktor yang sukses dan terkenal, sedangkan ibunya adalah ibu
rumah tangga biasa. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara lelaki. Ketika
dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Ia menerima pelayanan sakramen pertamanya saat
berusia lima setengah tahun dan diteguhkan pada bulan November 1916.

Keluarga Gonxha adalah keluarga Katolik yang taat. Gonxha kecil terbiasa berdoa setiap sore ke
gereja. Ia juga dididik agar bersikap murah hati dan memperhatikan kehidupan fakir miskin. Hal
ini yang lalu membentuk pribadi Gonxha menjadi seorang yang penuh kasih terhadap sesama

Saat berusia 8 tahun, Agnes harus kehilangan sosok ayah karena revolusi. Sepeninggalan
ayahnya, ia dan keluarga hidup dalam kesulitan ekonomi. Meski begitu, ibunya memelihara
Gonxha dan ketiga saudaranya dengan penuh kasih sayang.

Selepas kepergian ayahnya, ia dan keluarga pindah ke Skopje. Gonxha bergabung dalam
kelompok pemuda jemaat lokalnya yang bernama Sodality. Melalui keikutsertaannya dalam
berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor Jesuit, ia menjadi tertarik dalam dunia
misionari
Pada umur 12 tahun, dia telah membulatkan tekad dan menyadari bahwa jalan hidupnya adalah
untuk membantu orang-orang miskin. Dia memutuskan untuk menjadi biarawati pada tanggal 15
Agustus 1928, sewaktu berdoa di kuil Madonna Hitam di Letnice, tempat dimana ia sering pergi
berziarah

Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary,
yang dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan
pelayanannya di India.

Agnes pada awalnya pergi ke Biara Loreto di Rathfarnham, Irlandia untuk belajar Inggris. Ia
mempelajari bahasa ini karena digunakan oleh Kesusteran Loreto untuk mengajar anak-anak
sekolah di India. Dan tahun 1929, ia pergi ke India dan memulai novisiatnya di Darjeeling, dekat
pengunungan Himalaya.

Ketika mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan dalam Sisters of Loretto, ia memilih nama Teresa
dari Santa Theresa Lisieux, atau santo pelindung para misionaris. Setelah itu, ia mulai mengajar
pada St. Mary’s High School di Kalkuta. Di sana ia mengajarkan geografi dan katekisasi.

Kebanyakan siswa di sekolah ini adalah anak perempuan Bengali yang beragama Hindu. Bunda
Teresa menikmati aktivitasnya sebagai pengajar. Namun, kegiatannya mengajar di St. Mary
tersebut terganggu ketika ia melihat kondisi sekitarnya yang miskin, terlantar.

Tahun 1942, Kelaparan melanda Benggala yang membawa penderitaan dan kematian bagi
warga kota. Selain itu banyak tindak kekerasan terhadap umat Hindu. Hal ini membuat kota
Benggala semakin mencekam.

Hatinya Bunda Teresa tergerak dan merasa simpati melihat penderitaan orang-orang Kalkuta. Ia
kemudian mengambil sebuah pilihan yang kelak akan mengubah perjalanan takdir
kehidupannya.

Ia ingin hidup bersama mereka yang menderita. Ia menulis surat ke Roma. Dan Paulus Pius XII
pun mengabulkan permintaannya serta menjadikannya sebagai biarawati “bebas” serta tidak
terikat pada ordo tertentu. Ia akhirnya mengundurkan diri dari Sister of Loretto dan mulai masuk
ke perkampungan kecil dan kumuh di Kalkuta, India.

AWAL PELAYANAN

28 November 1928, Bunda Teresa bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang
dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan
pelayanannya di India. ia pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang
biarawati.

Setelah mengikrarkan komitmen pelayanan kepada Tuhan, ia mulai mengajar pada St. Mary’s
High School di Kalkuta. Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Ia menderita TBC sehingga tidak
bisa lagi mengajar. Untuk memulihkan kesehatannya, ia dikirim ke Darjeeling.

Dalam kereta api yang tengah melaju menuju Darjeeling, Bunda Teresa merasa mendapat
panggilan dari Tuhan. Hal ini kemudian menjadi kekuatan yang mendorong segenap hidupnya.
Saat itu, 10 September 1946, disebut sebagai “Hari Penuh Inspirasi” oleh Bunda Teresa.

Tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Bunda Teresa untuk meninggalkan ordonya dan
memulai pelayanannya di bawah Keuskupan Kalkuta. Dan untuk pertama kalinya, pada 17
Agustus 1948, ia memakai pakaian putih yang dilengkapi dengan kain sari bergaris biru.

21 Desember 1948, Bunda Teresa memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah
di lingkungan yang kumuh. Karena tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka di sebuah
taman. Di sana ia mengajar membaca dan menulis serta pentingnya hidup yang sehat pada
anak-anak yang miskin. Ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat
mereka.

19 Maret 1949, salah seorang murid Bunda Teresa di St. Mary bergabung dengannya untuk
mengajar. Ditemani rekan barunya, Bunda Teresa menyewa sebuah ruangan untuk merawat
orang-orang yang sekarat.
Perjuangan berat dalam memberikan pelayanan akhirnya membuahkan hasil. Pada tanggal 7
Oktober 1950, Missionary of Charity didirikan di Kalkuta. Dan semakin banyak rekan baru yang
bergabung untuk melayani kaum miskin.
Tahun 1960-an, Bunda Teresa mulai mengirimkan para susternya ke daerah-daerah di India. Ia
juga membuka cabang baru pelayanan dari Missionary of Charity di Venezuela tahun 1965. Di
susul oleh pembukaan rumah-rumah pelayanan di Ceylon, Tanzania Roma, dan Australia yang
melayani orang-orang miskin dan sakit
Tidak cukup dengan Missionary of Charity, sejumlah yayasan ia didirikan untuk memperluas
pelayanan. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of
Charity. Asosiasi ini di setujui oleh Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969.

Selama tahun-tahun berikutnya, Bunda Teresa membangun banyak rumah bagi mereka yang
menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di
Albania. Ia juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS.

PENGHARGAAN
Atas pengabdiannya selama bertahun-tahun di India,Tahun 1972, Bunda Teresa menerima
Pandit Nehru Prize pemerintah India. Ia juga menerima penghargaan, ia menerima penghargaan
John XXIII International Prize for Peace pada tahun 1979 yang diberikan langsung oleh Paus
Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia memperoleh penghargaan Good Samaritan di Boston.

Setahun kemudian, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia terpilih untuk
menerima penghargaan tersebut dari dua ribu kandidat dari berbagai negara dan agama oleh juri
dari sepuluh kelompok agama di dunia.

Puncaknya ialah pada tahun 1979 tatkala ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Dan hadiah
uang sebesar $6.000 yang diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta.

Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi bagi korban AIDS di New York.
Menyusul kemudian sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta.
Berkat upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom.

Akhir yang damai


Awal tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa mulai merosot dan tidak dapat melakukan
banyak aktivitas. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, ia meminta Missionary of
Charity untuk memilih penggantinya. Pilihan pun jatuh pada Suster Nirmala, tepatnya tanggal 13
Maret 1997,

Bunda Teresa meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997 di usia 87 tahun. Upacara
pemakaman diadakan pada 13 September 1997, di Stadion Netaji, India. Berbagai petinggi dari
23 negara menghadiri pemakamannya. Orang-orang yang selama ini mendapat cinta kasih
Bunda Teresa pun turut hadir dalam upacarapemakaman.

Anda mungkin juga menyukai