Hal ini menyebabkan terjadinya penganiayaan yang sangat hebat sehingga Paulus dan Silas
harus melarikan diri dari kota dan hal ini sangat menyakitkan bagi mereka karena mereka
sangat mengasihi jemaat di sana sehingga surat ini merupakan usaha Paulus untuk
berhubungan kembali dengan umat-umat Kristen di Tesalonika setelah dia mendapat
laporan dari Timotius kalau keadaan mereka tidak sekedar baik namun sangat berkembang
meskipun penganiayaan terus berlanjut.
Paulus mengawali dengan mengucapkan terima kasih dan merayakan iman orang
Tesalonika, kaish mereka terhadap orang lain, serta pengaharapan mereka terhadap Yesus
terlepas dari penganiayaan. (1:1-5)
Dia kemudian menceritakan kisah pertobatan mereka. Bagaimana mereka dulu adalah
penyembah berhala dan mereka hidup di dalam budaya di mana semua kehidupan dipenuhi
dengan institusi dan praktek-praktek yang menghormati dewa-dewa Yunani dan Romawi.
(1:6-10)
Paulus berbicara tentang cara umat di Tesalonika berbalik dan menuju jalan yang benar
serta mereka sedang menantikan kedatangan anak Allah dari Sorga (1:9-10). Umat
Tesalonika yang engubah kesetiaan kepada Pencipta Allah Israel dan Raja Yesus membuat
diri mereka dibenci dan dikucilkan oleh tetangga serta dimusuhi kerluarganya sendiri tetapi
bagi orang Tesalonika itu sendiri, kasih Yesus yang luar biasa, telah mati bagi mereka dan
harapan akan kedatangannya membuat semua risiko yang mereka terima menjadi sepadan.