Anda di halaman 1dari 14

Fenomena Pluralisme dan Toleransi Beragama Di Indonesia

dalam Perspektif Kekristenan

Christian Siregar
Binus University
cs_cb3@binus.ac.id

Abstract: Wishfull coexistent among religious is an ideal condition in a plural society, such as in
Indonesia. To create the ideal conditions of society it requires serious efforts to build pluralism and
tolerance among religious communities in Indonesia. One important contribution is the role of
Christianity as one of the official religions in Indonesia. This paper describes the phenomenon of
pluralism and tolerance that develops in Indonesia today from the perspective of Christianity,
especially the Bible. The aim is to provide alternative solutions to the problem of intolerance that
often happens in Indonesia recently.

Keywords: pluralism, religious tolerance, Christianity.

Abstrak: Hidup damai berdampingan di antara umat beragama adalah kondisi ideal dalam
masyarakat majemuk, seperti di Indonesia. Untuk menciptakan kondisi masyarakat yang ideal itu
dibutuhkan upaya serius untuk membangun pluralisme dan toleransi di kalangan umat beragama di
Indonesia. Salah satu sumbangsih penting adalah peran agama Kristen sebagai salah satu agama
resmi di Indonesia. Tulisan ini mendeskripsikan fenomena pluralisme dan toleransi yang
berkembang di Indonesia dewasa ini dari perspektif agama Kristen, khususnya Alkitab. Tujuannya
adalah memberikan alternatif solusi bagi pemecahan masalah intoleransi yang akhir-akhir ini
kerap terjadi di Indonesia.

Kata Kunci: pluralisme, toleransi agama, kekristenan.

Pendahuluan mencampuradukkan atau mengawinkan atau


Apa yang Anda bayangkan ketika bahkan merelatifkan kebenaran dalam
mendengar kata “pluralisme” dan “toleransi pemahaman agama dan toleransi tidak berarti
beragama”? Mungkin ada saja orang yang mengompromikan ajaran agama yang satu
melihat sinis dari pandangan politis, ini hanya dengan ajaran agama yang lain. Hal ini juga
akal-akalan kaum minoritas agama untuk jauh dari intrik politik. Pluralisme dan
melindungi diri mereka dari (ancaman) toleransi beragama di Indonesia adalah suatu
tekanan kaum mayoritas; ada pula yang keniscayaan dan kebutuhan. Wishfull
berpendapat mana boleh agama ditoleransikan coexistent among religious, atau hidup damai
dan dicampuradukkan! Mengapa ada yang di antara umat beragama di muka bumi,
berpendapat demikian? Hal itu disebabkan adalah gambaran ideal dalam realitas
pemahaman yang keliru tentang kedua kata kemajemukan yang harus mewujud. Jika
tersebut. Pluralisme bukan entitas keagamaan gagal membangun

15
16 Ilmu Ushuluddin, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017

toleransi dalam realitas keberagaman maka bertujuan menciptakan sebuah masyarakat


kehidupan chaos pun mengintip. Ini tentu (common society) yang dibangun atas dasar
tidak kita harapkan. kebinekaan. Pluralitas harus digandengkan
dengan pluralisme, katanya. Pengakuan
Pengertian Pluralisme dan Toleransi terhadap pluralitas agama-agama tidak cukup,
Beragama harusnya juga mengakui realitas kebenaran
1. Pluralisme agama-agama tanpa meninggalkan identitas
Hastings mendefinisikan pluralisme agama sendiri. Dalam bahasa yang lebih
agama sebagai pemahaman dan penghayatan sederhana: Saya benar menurut saya, kalian
sekaligus penerimaan terhadap kenyataan juga benar menurut kalian masing-masing;
bahwa ada agama-agama lain yang berbeda jadi tidak ada yang salah, karena semua kita
dengan kita dan bahwa di dalam agama- (masing-masing) benar adanya. Kebenaran
agama itu Allah menyatakan dirinya secara mutlak adanya pada agama masing-masing,
khusus juga, dan karena itu di dalam agama- namun pada ruang publik (common society)
agama yang ada, orang dapat menemukan tidak ada alasan bagi kita masing-masing
Allah dan mendapatkan rida, berkat dan untuk sekadar menjadi penonton yang
keselamatan dari-Nya.1 mengagumi keindahan pluralitas melainkan
Definisi yang lebih kurang sama kita bersama-sama harus berpartisipasi
dinyatakan oleh Thompson yang mengatakan merayakan pluralitas dalam suasana tatap
bahwa pluralisme agama mengacu pada muka dan kebersamaan. Sebagaimana
situasi di mana ada pemahaman yang berbeda dikatakan oleh Eck, "...pluralism is not the
tentang Tuhan, klaim-klaim yang berbeda dan sheer fact of this plurality alone, but is active
kadang bertentangan dengan validitas, engagement with plurality. Pluralism and
superioritas, kebenaran dan pemaknaan inti plurality are sometimes used as if they were
yang dibuat oleh agama-agama dalam konteks synonymous. But plurality is just diversity,
budaya tertentu. Dari sudut pandang plain and simple—splendid, colorful, maybe
kekristenan, demikian Thompson, pluralisme even threatening. Such diversity does not,
agama menawarkan pemahaman adanya however, have to affect me. I can observe
ruang bagi klaim yang sama terhadap diversity. I can even celebrate diversity, as the
validitas dan kebenaran di antara agama- clichgoes. But I have to participate in
agama, yang pada dasarnya bertentangan pluralism.... Pluralism requires the
dengan ajaran tradisional Kristen bahwa cultivation of public space where we all
Tuhan telah membuat dirinya dikenal di encounter one another."3
dalam Yesus dengan cara yang tak Sementara Bedjo mengatakan, pluralisme
tertandingi.2 agama bisa dipahami dalam minimum tiga
Sementara Eck mendefinisikan kategori. Pertama, kategori sosial. Dalam
pluralisme sebagai sebuah pergumulan yang pengertian ini, pluralisme agama berarti
”semua agama berhak untuk ada dan hidup”.
1
J. Hastings. “Pluralism” dalam Encyclopedia of Secara sosial, kita harus belajar untuk toleran
Religion and Ethics, vol. x. New York: Charles’s Sons,
1951, 66-69.
2 3
Livingstone Thompson. A Protestant Theology Diana L. Eck. The challenge of pluralism. The
of Religious Pluralism. Bern-Switzerland: Peter Lang Pluralism Project, Harvard University, 1993, at:
AG, International Academic Publishers, 2009, 1. http://www.pluralism.org/
Christian Siregar, Fenomena Pluralisme dan Toleransi Beragama di Indonesia... 17

dan bahkan menghormati iman atau


kepercayaan dari penganut agama lainnya. 2. Toleransi
Kedua, kategori etika atau moral. Dalam hal Toleransi berasal dari bahasa Inggris
ini pluralisme agama berarti bahwa ”semua tolerance yang menurut Webster’s New
pandangan moral dari masing-masing agama American Dictionary berarti memberi
bersifat relatif dan sah”. Jika kita menganut kebebasan (to let, membiarkan) pendapat
pluralisme agama dalam nuansa etis, kita orang lain dan berlaku sabar menghadapi
didorong untuk tidak menghakimi penganut orang lain. Dalam bahasa Arab toleransi sama
agama lain yang memiliki pandangan moral dengan tasamuh, artinya membiarkan sesuatu
berbeda, misalnya terhadap isu pernikahan, untuk saling mengizinkan, saling
aborsi, hukuman gantung, eutanasia, dll. memudahkan. Sedangkan dalam kamus
Ketiga, kategori teologis-filosofis. Secara bahasa Indonesia, toleransi didefinisikan
sederhana berarti “agama-agama pada sebagai sikap saling menghargai,
hakikatnya setara, sama-sama benar dan membiarkan, membolehkan pendirian,
sama-sama menyelamatkan”. Mungkin pendapat, kepercayaan, kelakuan yang lain
ungkapan yang lebih umum dan sederhana dari yang dimiliki oleh seseorang atau yang
adalah “banyak jalan menuju Roma”. Semua bertentangan dengan pendirian seseorang.
agama menuju pada Allah, hanya jalannya Intinya, toleransi adalah konsep modern untuk
yang berbeda-beda.4 menggambarkan sikap saling menghormati
Berdasarkan pandangan keempat pakar dan saling bekerja sama di antara kelompok-
di atas dapat dikatakan bahwa pluralisme kelompok masyarakat yang berbeda baik
agama pada dasarnya secara filosofis menolak secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun
paham superioritas agama yang menekankan agama berdasarkan prinsip saling
aspek tradisional dalam memahami Tuhan menghormati. Toleransi, karena itu, demikian
dan klaim-klaim kebenaran dalam perspektif Fios dan Gea, mensyaratkan adanya sikap
yang sempit dan terbatas. Pluralisme yang mendahuluinya yaitu inklusif dan bukan
membuka ruang bagi penemuan klaim-klaim eksklusif.5
validitas dan kebenaran yang baru dalam Terkait dengan pemahaman tentang
agama (Thompson), namun tidak berarti toleransi itu adalah menarik untuk
pembiaran atau sama sekali permisif untuk memperhatikan pandangan Tanja mengenai
“ganti baju” agama (Eck). Dalam wacana dialog untuk toleransi antar umat beragama,
pluralisme agama-agama tidak harus menjadi “…maka jangan khawatir dengan dialog,
sinkretis atau melebur dan kehilangan karena yang ingin dicapai dalam dialog
identitasnya. Agama-agama hanya harus bukan soal kompromi akidah, melainkan
terbuka bagi penemuan-penemuan hal baru bagaimana akhlak keagamaan kita dapat
yang justru akan memperkaya khazanah disumbangkan kepada orang lain.” 6Jadi
wawasan dan memperjelas identitasnya toleransi tidak harus mengorbankan atau
sebagai agama.
5
F. Fios & A.A. Gea. Character Building:
4
Bedjo. Pluralisme Agama dalam Perspektif Spiritual Development. BINUS University Press, 2013,
Kristen, makalah disampaikan dalam seminar bagi 136.
6
guru-guru Pendidikan Agama Kristen Se-Surabaya di Victor I. Tanja. Pluralisme Agama dan
GKI Darmo Satelit, Surabaya pada tanggal 24 Februari Problema Sosial: Dikursus Teologi tentang Isu-isu
2007, 1. Kontemporer. Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1998, 246.
18 Ilmu Ushuluddin, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017

melecehkan agama untuk menegakkan agar sekolah tersebut ditutup karena merasa
kerukunan antar umat beragama, namun juga terganggu dengan kegiatan mahasiswa dan
tidak berarti mengatasnamakan ajaran agama juga menyatakan bahwa sekolah tersebut
untuk mengorbankan kerukunan antar umat ilegal walaupun terdapat fakta bahwa sekolah
beragama. tersebut memiliki ijin. Selain itu ada juga
Berdasarkan pemahaman di atas dapat kasus penutupan paksa GKI Pos Taman
dikatakan bahwa pluralisme dan toleransi Yasmin dan HKBP Filadelfia di Bekasi
adalah dua kata yang saling berhubungan. (2012). Rentetan kasus-kasus intoleransi yang
Pemahaman toleransi tidak dapat dilepaskan terjadi ini menunjukkan kepada kita bahwa
dari pemahaman tentang pluralisme. Idealnya konstitusi pun dapat diperalat untuk
semakin besar pengakuan dan penerimaan melanggengkan keinginan individu atau
seseorang terhadap fenomena pluralisme sekelompok golongan tertentu saja dalam
maka akan semakin tinggi pula toleransinya meraih keuntungan dan kekuasaan yang lebih
kepada sesama yang berbeda (agama/ besar. Knitter mengemukakan realitas plural
keyakinan) dengannya. agama-agama dan bagaimana sikap-sikap
yang diperlihatkan terhadapnya; juga
Pentingnya Pemahaman Pluralisme dan pentingnya menyikapi realitas plural itu
Toleransi Beragama di Indonesia secara positif dan bagaimana dialog dapat
Toleransi beragama sangat penting di dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab
Indonesia sedikitnya berkaitan dengan dua global umat beragama menyikapi dimensi
hal. Pertama adalah realitas kemajemukan kemajemukan.7
yang rawan konflik. Kedua berkaitan dengan Alasan yang kedua termuat dalam
pemahaman bahwa toleransi sesungguhnya Alkitab yang menjadi pegangan utama kita
merupakan konsep agung dan mulia yang dalam memandang pluralisme dan toleransi
sepenuhnya menjadi bagian organik dari beragama di Indonesia yang ditandai
ajaran agama-agama, termasuk agama pluralitas agama.
Kristen.
Alasan yang pertama saya kira tidak - Perjanjian Lama
perlu kita bahas panjang lebar karena sudah Dalam sejarah bangsa Israel sebagaimana
cukup banyak contohnya. Contoh dalam tertulis di dalam PL, tampak bahwa Israel
kasus penafsiran peraturan bersama telah hidup di dalam lingkungan masyarakat
menteri(SKB dua menteri mengenai rumah yang pluralis. Banyak bangsa dan agama lain
ibadah). Peraturan ini justru dipandang yang hidup berdampingan dengan bangsa
kelompok tertentu sebagai peraturan yang Israel. Leluhur bangsa Israel juga sudah
melegitimasi tindakan penutupan rumah mengalami perjumpaan dengan bangsa-
ibadah. Sehingga muncullah aksi penutupan bangsa lain. Misalnya, Abraham dan
rumah ibadah secara serentak. Selain itu keturunannya seperti Ishak dan Yakub.
terdapat juga penyerangan FPI ke STTI Bahkan mereka juga sempat hidup di wilayah
Arastamar di Kramatjati Jakarta Timur kekuasaan bangsa lain. Contoh yang paling
(2015), dan di tempat lain Forum Masyarakat jelas adalah Abraham yang keluar dari Ur di
Penyelamat Neglasari (FMPN) menolak STTI
Arastamar Kota Tangerang, yang menuntut 7
Paul F. Knitter. Satu Bumi Banyak Agama.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Christian Siregar, Fenomena Pluralisme dan Toleransi Beragama di Indonesia... 19

kota Kasdim (‫ ;אּור ַּכשְׂדִים‬sekarang Tell el- Namun, terutama yang dikritik adalah bangsa-
Muqayyar, dekat Nasiriyah di Selatan Irak) bangsa yang Lalim dan memusuhi Israel.
dan pergi hidup berpindah-pindah di daerah Yang dikritik adalah kejahatan atau pihak
bangsa-bangsa lain, sampai keturunannya yang jahat, baik yang ada pada bangsa-bangsa
(yaitu dua belas suku Israel) hidup di dalam lain maupun yang ada di kalangan bangsa
perbudakan di Mesir. Di Mesir tokoh Musa Israel sendiri. Allah bangsa Israel tidak
menjadi penting karena dialah yang toleran terhadap bangsa yang Lalim. Bangsa
memimpin pembebasan bangsa Israel dari lain, juga dikritik dan dimusuhi karena
perbudakan di negeri itu. Bangsa Israel lalu mereka menyembah berhala/dewa baal.
hidup 40 tahun dalam perjalanan di padang Terhadap bangsa-bangsa dan kejahatan
gurun untuk pergi dan menduduki tanah yang seperti ini, bangsa Israel diberi tugas untuk
dijanjikan yaitu Kana’an. Di bawah menobatkan mereka. Kasus Yunus, yang
kepemimpinan Yosua, mereka berhasil dikirim Allah untuk menyampaikan pesan
merebut tanah perjanjian. Israel menjadi kepada bangsa Niniwe memperlihatkan
kerajaan dengan raja-raja yang terkenal pelaksanaan tugas untuk membawa
seperti Daud dan Salomo. Di bawah keselamatan kepada bangsa lain. Di sini ada
kepemimpinan raja-raja ini Israel hidup dalam pemahaman bahwa bangsa lain perlu
kejayaan. Tapi pengganti-pengganti mereka diselamatkan; karena itu adalah tugas nabi
hidup dalam kelaliman sehingga Tuhan Israel untuk menyampaikan pesan Allah
menghukum Israel. Kerajaan runtuh dan kepada mereka supaya mereka bertobat.
bangsa Israel dibuang ke Babel. Tapi sekitar (Lihat cerita Yunus di dalam Alkitab, kitab
200-an tahun kemudian mereka dibebaskan. Yunus).
Peristiwa ini adalah akhir dari cerita di dalam Jadi bangsa-bangsa/agama-agama lain,
PL. (Catatan: Mengenai sejarah bangsa Israel dilihat sebagai pihak yang tidak selamat dan
itu, lihat terutama kitab-kitab Keluaran, perlu diselamatkan. Pluralitas bangsa/agama
Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, I & II di sini tidak dipahami dan disikapi sebagai
Tawarikh, dan beberapa Kitab Nabi-nabi). sebuah keragaman yang harus diterima tetapi
Dalam sejarah yang tidak tercatat dalam PL, yang harus diselamatkan dengan membuat
bangsa Israel (Yahudi) dikuasai oleh Yunani bangsa yang berbeda itu bertobat dan beralih-
dan kemudian Romawi. Di jaman penjajahan percaya kepada Allah. Kota Niniwe yang
Romawi, Yesus muncul dan berkarya. kemudian bertobat, diampuni dan
Dari pengalaman perjumpaan bangsa diselamatkan Tuhan. Namun Yunus yang
Israel dengan bangsa-bangsa lain, sikap semula diberi tugas untuk menyampaikan
umum atau dominan yang diperlihatkan pesan kepada bangsa Niniwe (tetapi
adalah sikap eksklusif dan superior. Israel membelot) menjadi marah atau iri hati karena
pada posisi khusus, diakui sebagai bangsa Allah membebaskan Niniwe dari
pilihan. Sebagai bangsa pilihan, ia penghukuman. Yunus di sini sebenarnya
diistimewakan, yaitu mendapat berkat dan mewakili sikap bangsa Israel yang merasa
perlindungan Allah. Ia bahkan dipakai sebagai bangsa terpilih dan yang ingin
sebagai saluran berkat bagi bangsa-bangsa memonopoli kasih Allah kepada bangsa-
lain. Dalam status ini, bangsa Israel berada bangsa lain. Tetapi Allah mengasihi bangsa
pada posisi untuk menilai bangsa-bangsa lain. Niniwe, dan kasih-Nya itu tidak dapat
20 Ilmu Ushuluddin, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017

dikalahkan oleh kekecewaan Yunus. Cerita perbatasannya. Itu akan menjadi tanda
Yunus ini memperlihatkan bahwa Allah kesaksian bagi TUHAN semesta alam di
mengasihi bangsa-bangsa lain. tanah Mesir: apabila mereka berseru
Dalam sejarah bangsa Israel, sebagai kepada TUHAN oleh karena orang-
implikasi dari penolakan terhadap pluralitas orang penindas, maka Ia akan mengirim
dan toleransi, ada bangsa-bangsa lain yang seorang juru selamat kepada mereka,
diperangi dan dikuasai, khususnya bangsa- yang akan berjuang dan akan
bangsa yang mendiami daerah-daerah di melepaskan mereka. Tuhan akan
Palestina, yaitu tanah yang dijanjikan Tuhan. menyatakan diri kepada orang Mesir,
Bangsa-bangsa yang diperangi misalnya kota dan orang Mesir akan mengenal Tuhan
Yerikho (Yosua 6), Ai (Yosua 8), bangsa Het, pada waktu itu; mereka akan beribadah
Amori, Kanaan, Feris, Hewi dan bangsa dengan korban sembelihan dan korban
Yebus, Amon, dll (Yosua 9-24). Peperangan sajian, dan mereka akan bernazar
dalam rangka perebutan daerah kekuasaan ini kepada TUHAN serta membayar nazar
bukan didasarkan pada penolakan terhadap itu.” (Yesaya 19:19-21; lihat juga
keberadaan bangsa-bangsa itu karena mereka pembahasan Ariarajah).8
menyembah ilah lain, jadi bukan karena anti- Lebih dari itu, menurut nabi Yesaya,
pluralisme, tetapi karena bangsa-bangsa lain bangsa-bangsa lain adalah sama dengan
itu mendiami tanah yang dijanjikan dan bangsa Israel dan bangsa Israel sama dengan
diberikan Allah. Untuk merebut tanah itu, bangsa-bangsa lain. Firman itu mengatakan:
bangsa Israel harus melakukan peperangan. “Pada waktu itu akan ada jalan raya
Dengan kata lain, peperangan yang dilakukan dari Mesir ke Asyur, sehingga orang
terhadap bangsa lain bukan karena perbedaan Asyur dapat masuk ke Mesir dan orang
agama tetapi karena janji Tuhan untuk Mesir ke Asyur, dan Mesir akan
memberikan tanah itu. (Catatan: Sebenarnya, beribadah bersama-sama Asyur. Pada
peperangan yang dilakukan oleh bangsa Israel waktu itu Israel akan menjadi yang
terhadap bangsa-bangsa lain itu karena ketiga di samping Mesir dan Asyur, suatu
kepentingan politis-kekuasaan, yaitu demi berkat di atas bumi, yang diberkati oleh
merebut daerah untuk didiami dan dikuasai). TUHAN semesta alam dengan
Namun demikian, ada pandangan yang berfirman: “Diberkatilah Mesir,
berbeda dari yang di atas, yaitu adanya umatKu, dan Asyur, buatan tanganKu
pengakuan terhadap otoritas, perlindungan dan Israel, milik pusakaKu.”(Yesaya
Allah dan pengangkatan oleh Allah terhadap 19:23-25; lihat Ariarajah9).
bangsa-bangsa lain. Ternyata, ada bangsa- Tambahan lagi, yang menunjukkan
bangsa lain yang diakui sebagai bangsa yang bangsa lain sebagai alat dan sarana berkat
diberkati Allah, yaitu Mesir dan Asyur (yang Tuhan adalah pernyataan nabi Yesaya:
sebenarnya adalah musuh-musuh Israel). “Inilah FirmanKu kepada orang yang
Firman Tuhan melalui nabi Yesaya Kuurapi, kepada Koresy yang tangan
mengatakan: 8
W. Ariarajah. Alkitab dan Orang-orang Yang
“Pada waktu itu akan ada mazbah bagi Berkepercayaan Lain (Terj.). Jakarta: BPK Gunung
TUHAN di tengah-tengah tanah Mesir Mulia, 1987, 11.
9
dan tugu peringatan bagi TUHAN pada W. Ariarajah. Alkitab dan Orang-orang Yang
Berkepercayaan Lain,11-12.
Christian Siregar, Fenomena Pluralisme dan Toleransi Beragama di Indonesia... 21

kanannya Kupegang supaya Aku Tuhan ternyata juga menerima dan mengakui
menundukkan bangsa-bangsa di keberadaan bangsa-bangsa lain. Allah
depannya dan melucuti raja-raja, supaya mengasihi dan memberkati mereka.
Aku membuka pintu-pintu di depannya Kenyataan ini memperlihatkan beragam sikap
dan supaya pintu-pintu gerbang tidak terhadap pluralitas, yaitu eksklusif dan
tinggal tertutup.”(Yesaya 45;1; lihat juga pluralis; serta toleran, kompromis dan bahkan
Ariarajah10) submisif terhadap kenyataan bahwa ada
Di sini tampak jelas bahwa Allah pihak-pihak lain di sekitar dan mereka bahkan
memilih dan memakai raja bangsa lain dikasihi dan dijadikan tangan kanan Allah
(Koresy adalah raja Persia) sebagai tangan juga.
kanan-Nya untuk menundukkan raja-raja
bangsa lain. Pengakuan dan penerimaan Perjanjian Baru
terhadap kebenaran bangsa lain sehingga Sumber utama bagi pandangan dan sikap
mereka juga diakui, diberkati dan dipakai oleh Kristen dalam Alkitab Perjanjian Baru tentang
Allah karena kenyataannya adalah bahwa pluralisme dan toleransi adalah teladan yang
bangsa lain juga adalah ciptaan Allah dan diperlihatkan Yesus. Yesus atau agama
Allah mengasihi mereka. Nenek moyang Kristen muncul, berkarya dan beredar mula-
mereka adalah leluhur-leluhur yang saling mula di dalam kalangan masyarakat dan
bersaudara atau satu keturunan dan satu agama Yahudi. Jadi ketika muncul itu,
sumber, yaitu Allah Sang Pencipta. Leluhur pluralitas sudah menjadi bagiannya. Karena
mereka adalah Abraham/Ibrahim, Nuh dan itu, ajaran Yesus—kekristenan awal—
Adam-Hawa. Oleh karena itu, sekalipun menyangkut pluralisme dipengaruhi oleh
diakui, tegas dinyatakan dan umum dipahami perjumpaannya dengan agama-agama lain,
bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan terutama Yahudi dan helenisme (budaya-
Allah, tetapi bukan berati Allah tidak agama Yunani). Secara garis besar,
memberkati bangsa lain. Allah tetap partikularisme atau eksklusivisme yang
memberkati bangsa-bangsa lain. Bahkan, melihat Yesus dan ajarannya sebagai
bangsa lain juga difungsikan Allah untuk kebenaran utama atau yang satu-satunya
menegur Israel atau menjadi saluran berkat tampak mendominasi ajaran Perjanjian Baru,
bagi Israel (misalnya Mesir yang dipakai baik teologi kitab-kitab Injil maupun surat-
Allah untuk menyediakan makanan bagi surat Paulus, serta surat-surat umum. Yesus
bangsa Israel ketika mereka mengalami dilihat sebagai satu-satunya jalan kepada
kelaparan). Di dalam kondisi perang antara keselamatan. Kitab Injil Yohanes
bangsa Israel dengan bangsa lain, ada saat memperlihatkan keistimewaan peran Yesus:
Israel mengalahkan mereka tetapi juga ada “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
saat ketika mereka mengalahkan Israel. ini sehingga Ia telah mengaruniakan anak-
Dari pemaparan tentang pandangan dan Nya yang tunggal supaya setiap orang yang
sikap Alkitab-PL terhadap pluralitas di atas, percaya kepadanya beroleh hidup yang
nyata bahwa di samping pengakuan terhadap kekal.”(Yohanes 3: 16). Kata Yesus
bangsa Israel sebagai bangsa pilihan, bahwa kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorang pun yang datang
10
W. Ariarajah. Alkitab dan Orang-orang Yang
Berkepercayaan Lain,11-12.
22 Ilmu Ushuluddin, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017

kepada Bapa, kalau tidak melalui Bahkan Yesus bersikap sangat terbuka,
Aku.”(Yohanes 14:6). toleran dan inklusif terhadap kelompok yang
Jadi di sini tampak adanya pandangan dianggap sebagai musuh oleh masyarakat dan
yang eksklusif atau partikular dari perkataan agama-adat Yahudi, seperti bangsa/orang
Yesus itu; bahwa Ia adalah jalan menuju Samaria yang mau bertemu dan bercakap-
kepada Allah atau Ia adalah jalan cakap dengan-Nya. Jadi, bangsa-bangsa lain
keselamatan. Ajaran partikular ini mewarnai oleh Yesus, dan juga kemudian oleh rasul-
ajaran Alkitab PB dan kekristenan di rasul (murid-murid atau sahabat-sahabat-
sepanjang sejarah sampai saat ini. Ini adalah Nya), diakui dan dipahami sebagai pihak yang
ajaran inti dalam agama Kristen, yaitu bahwa perlu mendengar berita kesukaan atau Injil
Yesus adalah Juru selamat; Ia memberikan yang dibawa-Nya.
atau mengantar manusia pada jalan yang Pandangan dan sikap Yesus terhadap
benar menuju Tuhan dan mencapai bangsa/agama lain menunjukkan pengakuan
keselamatan. dan penerimaan-Nya terhadap eksistensi
Walaupun demikian, Yesus tidak mereka; dan bahwa mereka adalah bangsa
menolak kehadiran bangsa/umat lain ada di yang perlu diperlakukan secara baik, yaitu
sekitarnya. Yesus juga tidak memberikan dengan memberikan perhatian dan
penilaian negatif, atau ia menganggap buruk mengangkat harkat martabat hidup mereka.
atau jahat bangsa-bangsa lain itu. Yesus Juga bahwa, masyarakat lain ini menjadi
menerima keberadaan bangsa-bangsa lain dan tempat menyampaikan kabar baik, Injil atau
mau bergaul dengan mereka, dan bahkan berita keselamatan, supaya mereka dapat
mengambil contoh yang baik dari bangsa selamat; atau supaya mereka dapat
asing itu bagi ajaran moral-etis-Nya. dibebaskan dari belenggu kebodohan,
Misalnya, ilustrasi “Orang Samaria yang baik kemiskinan, kesakitan dan penderitaan, dan
hati.” (Lukas 10:25-37). Ayat lain dalam PB mereka dapat hidup damai sejahtera.
adalah perkataan Yesus dalam Lukas 4:25-27 Untuk melaksanakan usaha itu, orang
yang menyebabkan orang Yahudi, para harus memiliki iman yang kuat dan hidup
pendengar-Nya, marah kepada-Nya: dengan menerapkan cinta kasih (sesuai
“Dan Aku berkata kepadamu, dan kata- hukum kasih: secara vertikal kepada Allah
Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat dan horizontal kepada sesama manusia).
banyak perempuan janda di Israel ketika Tugas ini sudah dilaksanakan oleh Yesus dan
langit tertutup selama tiga tahun dan kemudian Dia mengutus murid-murid-Nya
enam bulan dan ketika bahaya kelaparan untuk melanjutkan karya itu ke dalam
yang hebat menimpa seluruh negeri. kehidupan dunia. Perintah Yesus adalah:
Tetapi Elia diutus bukan kepada salah “Yesus mendekati mereka dan berkata:
seorang dari mereka, melainkan kepada “KepadaKu telah diberikan segala kuasa
seorang perempuan janda di Sarfat, di di surga dan di bumi. Karena itu
tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa pergilah, jadikanlah semua bangsa
banyak orang kusta di Israel dan tidak muridKu dan baptislah mereka dalam
ada seorang pun dari mereka yang nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dilahirkan, selain dari pada Naaman, dan ajarlah mereka melakukan segala
orang Siria itu." sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu.
Christian Siregar, Fenomena Pluralisme dan Toleransi Beragama di Indonesia... 23

Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu doktrinal. Hal ini karena, sekalipun mengakui
senantiasa sampai kepada akhir keberadaan pihak-agama lain, namun mereka
zaman.””(Matius 28:16-20). masih dianggap sebagai pihak yang memiliki
Perkataan Yesus ini disebut oleh kekurangan yaitu kebutuhan akan
kebanyakan orang Kristen sebagai Amanat keselamatan. Dan, menjadi tugas pengikut
Agung atau perintah mulia dari Yesus. Hal ini Yesus-lah untuk membawa mereka kepada
dipegangi, khususnya oleh kalangan Kristen keselamatan. Untuk melakukan tugas ini,
ortodoks sebagai tugas utama yang diberikan orang Kristen diajarkan untuk bersedia
Yesus kepada umat Kristen. Di dalamnya menderita (atau memikul salib) atau bahkan
mengandung makna tentang pandangan dan mati. Inilah yang dilakukan oleh para murid
sikap terhadap dunia atau pihak lain. Bahwa Yesus pada awal perkembangan sejarah
bangsa (termasuk umat agama lain) adalah gereja dan kemudian di jaman penyebaran
pihak yang menjadi tujuan untuk kekristenan selanjutnya.
menyampaikan kabar keselamatan. Jadi pihak Dalam kerangka pemahaman ajaran
lain dipandang dan disikapi dalam rangka seperti itu, toleransi agaknya bukan
tugas kesaksian, atau tugas menyampaikan merupakan istilah yang cocok. Toleransi
berita. Keberadaan mereka tidak ditolak, hanya menjadi relevan jika keadaan sekitar,
tetapi dianggap sebagai pihak yang belum atau adanya pihak-pihak yang berbeda, tidak
selamat sehingga perlu diselamatkan. Tugas dikehendaki. Tetapi di dalam ajaran Alkitab
kesaksian ini dilakukan kepada bangsa- itu, justru pengikut Yesus atau orang Kristen
bangsa. Seperti Yesus katakan : “..dan kamu akan merasa senang jika mereka berada di
akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di dalam masyarakat yang plural atau pergi ke
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke daerah yang terdiri dari berbagai latar
ujung bumi.”(Kisah Para Rasul 1:8. Bdk, belakang budaya dan agama karena tempat
Sidjabat).11 atau masyarakat seperti itu menjadi tempat
Ajaran atau keyakinan di atas telah bagi pelaksanaan tugas kesaksian tentang
mendorong banyak orang Kristen, mulai dari Yesus yang menyelamatkan.
awal sejarah gereja, dalam diri para rasul, Dari ajaran Yesus dalam Alkitab-PB itu
sampai saat ini di dalam diri para misionaris, tampak bahwa ada pandangan dan sikap
untuk melakukan perkabaran Injil (yang oleh eksklusif di dalam berhadapan dengan
kalangan agama lain dinilai sebagai usaha pluralitas. Namun itu tidak menunjukkan
kristenisasi). Jadi, di dalam ajaran Alkitab, penolakan atau antipati Yesus terhadap
pluralitas dinilai sebagai suatu kondisi yang pluralitas. Pluralitas diterima, dipahami dan
baik, yang bahkan menjadi tempat bagi dihargai sebagai sebuah kenyataan mutlak.
penyebaran dan persemaian nilai-nilai Terhadap pluralitas seperti ini, yang diajarkan
kerajaan Allah. Dan di sini pluralisme Yesus, seperti dalam contoh yang Ia lakukan
dipahami sebagai sesuatu yang perlu ada; terhadap perempuan Samaria, adalah
namun pluralisme itu bukan ada untuk dirinya perjumpaan yang proaktif dan melakukan
sendiri. Pluralisme itu bersifat sosial-kultural dialog. Ini dimaksudkan dan berfungsi
dan historis, bukan pluralisme teologis- menghasilkan saling paham, saling menerima
dan saling mengangkat harkat dan martabat
11
W.B. Sidjabat. Religious Tolerance and The hidup. Yesus mengambil contoh atau teladan
Christian Faith. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.
24 Ilmu Ushuluddin, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017

yang baik dari pihak lain; dalam hal ini cerita Membangun Dialog: Menuju Pluralisme
tentang orang Samaria yang baik hati (Lukas dan Toleransi Beragama di Indonesia
10: 25-37) dan kisah seorang perwira di Ada banyak jalan menuju Roma. Ada
Kapernaum (Lukas 7:1-10) di mana Yesus banyak pula bentuk dialog menuju pluralisme
menunjukkan kekaguman-Nya dan dan toleransi beragama di Indonesia. Salah
memberikan pujian kepada orang yang satunya adalah konsep dialog bertingkat yang
disebut kafir oleh masyarakat Yahudi pada digagas oleh Krishnanda dalam bukunya
masa itu karena jiwa toleransi Wacana Buddha Dharma. Krishnanda
kemasyarakatan dan kepedulian si perwira berpendapat ada beberapa bentuk dialog,
terhadap nasib budak/hambanya. Kata Yesus: namun tidak setiap dialog cocok untuk setiap
"Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini orang dalam setiap kesempatan. Karena itu
tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara dialog antar umat beragama dibedakan
orang Israel!". (Lukas 7:9). Ayat lain yang sebagai berikut:
menunjukkan keterbukaan dan penerimaan a) Dialog kehidupan sehari-hari. Dialog
Yesus terhadap orang bukan Yahudi (Matius: yang dilakukan lewat kerja sama dan
Kanaan; Markus: Siro-Fenisia/Yunani) juga keteladanan kehidupan sehari-hari di
tercatat dalam Matius 15:21-28//Markus 7:24- rumah, sekolah, tempat bekerja dan
30. Kerendahan hati, kebesaran jiwa dan lain sebagainya. Walau tidak langsung
kesadaran diri si ibu dalam kisah itu menyentuh perspektif iman dan ajaran
mendorong Yesus mengucapkan perkataan namun ada hikmahnya yang positif
ini: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah untuk pembelajaran.
kepadamu seperti yang kaukehendaki.” b) Dialog melakukan pekerjaan sosial.
(Matius 15:27). Jadi di samping penerimaan Kerja sama antar umat beragama akan
terhadap pluralitas/pluralisme, penerimaan meningkatkan martabat dan kualitas
itu—dalam pandangan Yesus—harus hidup manusia, misalnya membantu
bermanfaat dan menjadi berkat, membawa mereka yang mengalami penderitaan
damai sejahtera bagi semua pihak. karena bencana alam, melaksanakan
Iman memiliki dua dimensi: vertikal dan proyek-proyek pembangunan dan lain
horizontal. Berdasarkan pandangan, sikap dan sebagainya.
perbuatan Yesus sebagaimana terdapat dalam c) Dialog pengalaman keagamaan.
Alkitab-PB dapat dikatakan pada akhirnya Saling memperkaya dan memajukan
bahwa beriman itu adalah soal percaya penuh penghayatan nilai-nilai dan cita-cita
kepada Allah di dalam dan melalui anak-Nya, rohani masing-masing pribadi dengan
Yesus Kristus (vertikal-eksklusif/partikular) berbagai pengalaman berdoa, meditasi
dan menerima serta mengasihi sesama yang dan sebagainya. Praktiknya bisa
berbeda keyakinan (horizontal-inklusif). dilakukan dengan kegiatan live in (di
Dasar dari sikap inklusif berhadapan dengan pesantren, misalnya), doa bersama
realitas plural adalah kasih Allah yang untuk perdamaian dunia dan
bersifat universal (Yohanes 3:16). sebagainya.
d) Dialog pandangan teologis. Dialog ini
dilakukan oleh ahli-ahli agama untuk
saling memahami dan menghargai
Christian Siregar, Fenomena Pluralisme dan Toleransi Beragama di Indonesia... 25

nilai-nilai rohani masing-masing. Yerusalem, kendatipun si lumpuh sebenarnya


Melalui dialog ini mereka mengangkat bersikap “ngeyel”:
pandangan keagamaan dan warisan “…Maukah engkau sembuh? Jawab
tradisi keagamaan dalam menyikapi orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan,
persoalan aktual yang dihadapi tidak ada orang yang menurunkan aku ke
bersama.12 dalam kolam itu apabila airnya mulai
guncang, dan sementara aku menuju ke
Ekskursus kolam itu, orang lain sudah turun
Dalam tulisan ini saya sengaja mendahului aku."” (Yohanes 5: 6,7).
memasukkan pemahaman gereja saya, Gereja Pandangan GKI yang partikular namun
Kristen Indonesia, terhadap realitas sekaligus inklusif terkait realitas
kemajemukan (multikultur) di Indonesia. kemajemukan termuat antara lain dalam
Saya melakukannya dengan sadar karena tulisan Eka Darmaputera, Ph.D. (alm),
pemahaman saya tidak mungkin terlepas dari seorang pendeta GKI semasa hidupnya. Eka
ajaran GKI dan saya pun sadar kekristenan dalam bukunya “Pergulatan Kehadiran
(Kristen Protestan) memiliki pemahaman Kristen di Indonesia: Teks-teks Terpilih Eka
yang beragam terhadap pluralisme dan Darmaputera” menegaskan bahwa peran
toleransi. Jadi tidak elok dan tidak etis jika gereja harus dikembalikan ke fitrah aslinya,
saya katakan pandangan saya mewakili yaitu menjadi gereja dalam artian yang
kekristenan secara umum. sebenarnya. “Let the church be the curch”.
Tidak dipungkiri bahwa GKI merupakan Inilah prinsip eklesiologi yang pertama dan
gereja yang inklusif namun juga sekaligus utama dalam memandang gereja sebagai salah
eksklusif. Inklusif dalam menerima satu alat memenuhi panggilan Tuhan, bukan
keberadaan umat beragama lain sebagai sebagai tujuan akhir.
saudara, namun eksklusif (partikular) dalam Salah satu poin penting yang disinggung
iman percayanya kepada Tuhan (bdk. Eka Darmaputera di bagian ini adalah ketika
Pengakuan Iman Rasuli yang diikrarkan berusaha membenahi konsepsi pemberitaan
setiap minggu dalam liturgi gereja). GKI Injil yang menurutnya banyak salah kaprah.
mengakui bahwa keselamatan ada di dalam Pemberitaan Injil dan misi masih melanjutkan
Kristus, namun tidak menolak bahwa Tuhan tradisi jaman kolonialis di mana terdapat rasa
memiliki kehendak bebas dan dapat superioritas agama dan sosial yang
menyatakan keselamatan-Nya dengan bebas mengakibatkan kita memandang rendah
kepada umat beragama lain, bahkan kepada pemeluk agama lain. Perkabaran Injil juga
mereka yang sekalipun abai terhadap tawaran masih didefinisikan sebagai proselitasi
Tuhan. Hal ini tercatat dalam pasal 5 Injil (penyebaran agama). Eka berusaha
menurut Yohanes, dalam kisah Yesus memperbaharui logika-logika yang kacau ini
menyembuhkan seorang lumpuh di tepi dengan berulang-ulang menyebutkan bahwa
kolam Betesda di mana suatu peristiwa misi perkabaran Injil adalah meng-Kristus-
mukjizat diperbuat oleh Yesus di kota kan orang, bukan mengkristenkan orang lain.
Perkabaran Injil adalah membawa ‘Kristus’
12
Krishnanda Wijaya-Mukti (2003). Wacana
Buddha-Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma
Pembangunan.
26 Ilmu Ushuluddin, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017

ke dalam orang lain, bukannya membawa GKI pewartaan Kabar Baik (Injil) sebagai
orang lain ke agama kita.13 misi sekaligus ajaran sosial gereja harus
Apa yang menjadi pokok pikiran Eka diwujudkan dengan mengedepankan dialog—
sejalan dan tertuang pula dalam Visi dan Misi secara institusional selama ini melalui dialog
GKI sebagai berikut: pandangan teologis dan pekerjaan sosial—
VISI: GKI menjadi mitra Allah yang berdasarkan cinta kasih Kristus yang bersifat
melaksanakan karya keselamatan dengan universal. Tujuannya adalah
mewujudkan keadilan dan damai sejahtera di memperjumpakan dan memberdayakan;
dunia. merajut simpul-simpul toleransi dan kerja
MISI: sama antar umat beragama. Dengan demikian
- Mengembangkan spiritualitas yang pluralitas tidak dihujat atau dihindari, tidak
berpusat pada hubungan yang hidup pula dipakai sebagai sarana untuk kristenisasi,
dengan Allah, sesama dan tetapi disyukuri dan dirayakan dalam suasana
lingkungan hidup. perjumpaan karena semua orang adalah
- Meningkatkan kerja sama ekumenis setara, meskipun memiliki latar belakang
dengan Gereja lain dalam hal (agama) yang berbeda-beda.
pemberdayaan. Dalam mewujudkan dialog misalnya,
- Meningkatkan keterlibatan GKI GKI tidak mengibarkan bendera ajaran namun
dalam transformasi sosial mengibarkan bendera kebutuhan, dan
kemasyarakatan. mengajak umat beragama lain untuk
- Meningkatkan kesadaran umat dan menemukan nilai-nilai kesamaan sekaligus
pimpinan gereja untuk mengambil menghargai perbedaan; kesamaan pandangan
bagian dalam Pengembangan dan bukan ajaran; kebutuhan bersama untuk
Demokrasi dan Penguatan mengatasi musuh bersama: ketimpangan
Masyarakat Berkeadaban. sosial, bencana alam, bahaya narkoba, putus
- Meningkatkan kesadaran dan sekolah dan sebagainya. Dalam hal inilah
partisipasi umat dan pimpinan gereja dipahami dan diimplementasikan pemahaman
untuk mengambil bagian dalam meng-Kristus-kan dan menghadirkan Kristus
pelestarian dan penyelamatan dalam kehidupan bersama orang lain.
Lingkungan Hidup.
Berdasarkan Visi dan Misi GKI tersebut Simpulan
di atas menjadi terang berderang bahwa misi Sebelum kita tiba pada kata-kata
gereja (GKI) utamanya bukan untuk penutup, baiklah kita menyimak kesimpulan
mengkristenkan orang, tetapi menghadirkan yang dibuat oleh Diana L. Ecktentang
Kristus dalam kehidupan bersama lintas pluralisme dalam papernya “Frontiers of
gereja dan lintas agama. GKI tidak memiliki Faith: Religious Pluralism and Our Common
paham triumphalisme (pemenangan melalui Future”.
penaklukan) atau dominasi dengan First, pluralism is not diversity alone, but
mengedepankan rasa superioritas agama. Bagi the energetic engagement with that
diversity. Diversity can and has meant
13 the creation of religious ghettoes with
Eka Darmaputera. Pergulatan Kehadiran
Kristen di Indonesia: Teks-Teks Terpilih Eka little traffic between or among them. In
Darmaputera. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Christian Siregar, Fenomena Pluralisme dan Toleransi Beragama di Indonesia... 27

this new world of religious diversity, Tidak ada tempat untuk bersembunyi dari
pluralism is not a given, but an perjumpaan dengan agama lain dalam ruang
achievement. In the world into which we pergaulan antar umat beragama di Indonesia.
now move, diversity without real Alih-alih menyikapi dengan negatif adalah
encounter and relationship will lebih baik bagi kita membangun persepsi
increasingly difficult. positif terhadap realitas kemajemukan yang
Second, pluralism will require not just ada. Bagaimanapun teologi kita yang
tolerance, but the active seeking of bersumber dari Alkitab (PL dan PB) memberi
understanding. Tolerance is a necessary alasan kuat untuk membangun dan
public virtue, but it does not require mengembangkan persepsi itu melalui jalan
Christians and Muslims, Hindus, Jews, toleransi dan dialog antar umat beragama
and ardent secularists to know anything menuju pluralisme dan kerja sama yang
about one another. Tolerance is simply semakin kokoh, yang pada gilirannya menjadi
too thin a foundation for a world of penjamin kehidupan masyarakat Indonesia
religious differences. It does nothing to yang lebih damai sejahtera.
remove our ignorance of one another, Perjalanan menuju pluralisme agama di
and leaves in place the stereotype, the Indonesia belum selesai; masih sangat
half-truth, the fear that underlies old panjang dan berliku. Banyak pula tantangan
patterns of division and violence. In the yang kita hadapi, terutama mengubah
world into which we now move, our pandangan teologis tradisional itu tidak
ignorance of one another will be mudah. Saat ini mungkin kita masih harus
increasingly costly. bergerak di tataran pluralisme kategori sosial
Finally, pluralism is not simply dan moral, belum bisa sampai pada tataran
relativism. The new paradigm of pluralisme kategori teologis-filosofis (Bedjo).
pluralism does not require us to leave Namun setidaknya dengan demikian kita
our identities and our commitments sudah membuka ruang bagi kerja sama antar
behind, for pluralism is the encounter of umat beragama yang memungkinkan kita bisa
commitments. It means holding our lebih dekat satu sama lain.
deepest differences, even our religious Pluralisme dalam pandangan saya tidak
differences, not in isolation, but in mendorong umat beragama untuk menjadikan
relationship to one another. The agama baru merespons realitas plural yang
language of pluralism is that of dialogue ada di Indonesia. Bukan itu tujuannya.
and encounter, give and take, criticism Pluralisme tidak menggiring kita masuk ke
and self-criticism. In the world into dalam ruang pemahaman yang mengabu-
which we now move, it is language we all abukan (to relativize) kebenaran dengan
will need to learn.14 menjadikan toleransi agama sebagai pintu
Realitas Indonesia yang ditandai masuknya. Kekhasan keyakinan tetap
kemajemukan adalah suatu keniscayaan. dipertahankan, tetapi pencarian titik-titik temu
tidak diabaikan. Pluralisme tidak
14
Diana L. Eck. Frontiers of Faith: Religious
mensyaratkan pembentukan agama baru,
Pluralism and Our Common Future. Paper was tetapi masyarakat baru (common society)
presented at Stendahl Memorial Lecture in Stockholm, sebagai sarana mencapai tujuan. Common
October 14, 2012.
28 Ilmu Ushuluddin, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017

societyyang membuka ruang bagi komunikasi Sidjabat, W.B. Religious Tolerance and The
dialogis dan kerja sama dalam paham Christian Faith. Jakarta: BPK Gunung
kesetaraan, bukan kesamaan, karena pada Mulia, 1982.
dasarnya kita di Indonesia berbeda agama dan Tanja, Victor I. Pluralisme Agama dan
perbedaan itu valid. Problema Sosia: Diskursus Teologi
tentang Isu-isu Kontemporer, Jakarta:
Pustaka Acuan Pustaka Cidesindo, 1998
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Thompson, Livingstone. A Protestant
2009. Theology of Religious Pluralism. Bern-
Ariarajah, W. Alkitab dan Orang-orang Yang Switzerland: Peter Lang AG,
Berkepercayaan Lain (Terj.). Jakarta: International Academic Publishers, 2009.
BPK Gunung Mulia, 1987. Wijaya-Mukti, Krishnanda. Wacana Buddha-
Bedjo (2007).Pluralisme Agama dalam Dharma. Jakarta: Yayasan Dharma
Perspektif Kristen, makalah disampaikan Pembangunan, 2003.
dalam seminar bagi guru-guru
Pendidikan AgamaKristen Se-Surabaya
di GKI Darmo Satelit, Surabaya pada
tanggal 24 Februari 2007.
Darmaputera, Eka. Pergulatan Kehadiran
Kristen di Indonesia: Teks-Teks Terpilih
Eka Darmaputera. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2005.
Eck, Diana L. The challenge of pluralism.
The Pluralism Project, Harvard
University, 1993. at:
http://www.pluralism.org/
Eck, Diana L. Frontiers of Faith: Religious
Pluralism and Our Common Future.
Paper was presented at Stendahl
Memorial Lecture in Stockholm, October
14, 2012.
Fios, F.& Gea, A.A. Character Building:
Spiritual Development. BINUS
University Press, 2013.
Hastings, J. “Pluralism” dalam Encyclopedia
of Religion and Ethics, vol. x. New
York: Charles’s Sons, 1951.
Knitter, Paul F. Satu Bumi Banyak
Agama.Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2003.

Anda mungkin juga menyukai