Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang Paskah dan 

Tradisinya

Pendahuluan

Diantara hari-hari besar Kristen, Paskah memegang makna khusus, sebab paskah mencatat peristiwa-
peristiwa penyaliban dan penebusan dosa, kepercayaan dasar dari ajaran Kristen. Kaum Kristen percaya
bahwa Yesus bangkit lagi dari kematian selama tiga hari tiga malam sesudah beliau disalibkan. Paskah
dirayakan pada hari Minggu pagi setiap musim semi. Mereka percaya bangun pagi -pagi sekali pada hari
itu, melihat matahari terbit dan sebagian lagi karena empat puluh hari mereka menahan diri dari
kesenangan dan makan yang disebut Lent akan berakhir, akan bergembira dan ambil bagian dalam
kegiatan agama. Mungkin tampak aneh, perayaan hari yang dianggap religius ini terdapat kelinci coklat,
telur-telur yang diwarnai, permainan membidik dan menggulingkan telor. Sarjana-sarjan Kristen yang
berpikiran bebas dalam kebingungan telah sering mempersoalkan semua kegiatan tak lazim itu.
Mengapa harus kelinci? Kelinci tidak bertelur, dan mengapa harus telur, mengapa bukan jeruk atau
bawang dsb, sebab itu juga berguling (bulat)? Paskah dan pesta-pesta yang berkaitan dengannya, dalam
masa dalil dan penerangn ini, memerlukan sesuatu penjelasan dan uraian yang teratur mengenai tradisi
keagamaan ini. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab adalah sederhana dan juga bermacam-
macam, seperti apakah Paskah itu? Kapan Paskah ditetapkan dalam sejarah? Adakah kesaksiasn kitab
suci untuk merayakan upacara keagamaan ini? Mengapa selalu dirayakan pada hari minggu? Mengapa
bukan suatu hari lain dalam sepekan dan bagaimana kelinci kecil dimasukkan dalam Paskah? Apakah itu
merupakan kenyataan sains atau suatu dongeng yang berhubungan dengan mitos? Kaum Kristen
percaya bahwa hari Minggu merupakan hari ketika Kristus bangkit dari kematian dan bahwa
kebangkitan beliau ini sangat beralasan untuk merayakan Paskah. Tetapi untuk menambah lebih lanjut
perkiraan ini kitab suci tidak menyokong kepercayaan bahwa kebangkitan Kristus terjadi di hari minggu.

Upacara Paskah dan Asal Muasalnya

Upacara Paskah dimulai dengan Lent (Musim semi dalam bahasa Belanda disebut LENTE, mungkin
berasal dari kata “Lent” ini, dalam bahasa Inggris disebut Spring) Asal dan makna Lent ini sendiri
diselimuti kekaburan. Menurut The Catholic Encyclopedic Dictionary: “Asal mula musim Lent tidak jelas,
lamanya bervariasi dalam masa-masa yang berbeda, tetapi prinsip puasa empat puluh hari (Latin:
Quadragesima; Italia: Quaresima; Perancis Careme) telah diakui sejak abad keempat”.

Hoeh dalam Plain Truth 1983 menyatakan: ”Lent diamalkan 2000 tahun sebelum Kristus dilahirkan.
Sumber perkataan Lent adalah sebuah kata inggris Kuno Leneten bermakna “musim semi” dari tahun itu
sebab Lent pada mulanya dirayakan dengan kedatangn musim semi. Hari-hari ini bertukar dari musim
dingin. Alkitab (Bible) berdiam diri mengenai Lent. Ia tidak berasal dari kristus. Tak seorangpun dari
rasul-rasul merayakan nya bahkan paulus dan Petrus juga tidak”.

Kira-kira serataus tahun sesudah kematian rasul terakhir dari dua belas rasul, kita dapati sebutan Lent
dan paskah dalam satu surat yang ditulis oeh Irenaeus, Bishop dari Gaul (nama lama dari perancis di
masa penjajahan Roma) kepda Bishop Roma yang menyebutkan persengketaan dalam kata-kata ini:
“Karena persengketaan tidak hanya mengenai hari (Paskah) tetapi juga mengenai masalah puasa,
karena sebagian orang berpikir bahwa mereka harus berpuasa satu hari, yang lain dua hari namun yang
lain lebih dari itu, sebagian lain empat puluh hari”.

“Tak ada ketentuan atau ketetapan mengenai Paskah dan Lent dimasa itu Yesus dan para rasul tidak
mengajukan pertanyaan ini sebab tak seorangpun mengamalkannya dan generasi-generasi mendatang
berada dalam kegelapan dan tanpa bimbingan untuk merancang menurut pikiran mereka sendiri.,
meskipun ibadat kebiasaan ini telah dimulai lama sebelum kelahiran Yesus. Dan keanekaragaman
ibadat ini”, lanjut Irenaeus, ”tidak bermula dimasa kita tetapi lama nenek moyang kita. Sepertinya
mereka tidak berpegagn teguh pada ketepatan, mereka membentuk adat bagi anak cucu mereka
menurut khayalan pribadi” (Eusebius” Church History, Bool 5, Chap:24)

Hal itu dengn jelas menunjukkan bahwa Lent bukan diperintahkan oleh Tuhan, tetapi bahkan datang
memasuki Gereja melalui adat istiadat dan kahayalan pribadi. Juga nampak bahwa kaum Kristen
mengadopsi adat istiadat ini dari kaum asing tetangga mereka. Pada poin ini timbul pertanyaan, “Kapan
kaum (Gereja) Kristen mengambil perayaan Lent dan Paskah? Jawaban disediakan oleh Cassion, seorang
wali gereja katolik abad ke -lima. Dia menulis: “selama penyempurnaan kaum primitif Gereja tetap tak
dapat diganggu gugat tak ada ibadah Lent, tetapi ketika orang mulai menyimpang dari semangat
ibadat kerasulan, maka para pendeta pada umumnya setuju untuk mengingatkan mereka dari pengruh
sekuler dengan menetapkan peraturan puasa” (Antiquities of the Christian Church; Bool 21, cahapter 1).
Masa cassion lebih dekat daripada masa penulis-penulis sekarang. Dia tidak meninggalkan keraguan
bahwa (paskah) diputuskan dan ditentukan oleh para pendeta sesudah masa rasul-rsul dan gereja
permulaan. Ini tidak berdasarkan suatu akidah agama atau amalan Yesus atau para rasul, bahkan hal itu
didorong secara politik untuk menjamin orang-orang yang masuk Kristen dari kalangan gentile (Non-
Israel). The Catholic Encyclopedia mencatat: “Dalam beberapa kasus tertantu dari festival Letter of St
Athanasius bahwa tahun 331M dia menggabungkan dalam jemaatnya masa puasa empat puluh hari
sebagai pandahuluan minggu suci. Dan kedua bahwa tahun 339M sesudah melakukan perjalanan ke
Roma dan sebagian besar kawasan Eropa dia menulis dalam istilah-istilah terkuat untuk mendorong
ibadat Lent ini atas orang-rang yang ada dibawah wewenangnya.

 
Dewa Matahari, Dewi Perawan dan Lambang Domba

Nama Paskah (Easter) mungkin berasal dari Eastre, Dewi musim semi bangsa Teutonic atau berasal dari
festival musim semi bangsa Teotonic yang disebut Eastur (The World Book Encycl, Vol VI, pg. 25). Rev.
Alexander Hislop dalam melacak persembahan Dewi ibu dan Anak Tuhan menulis pada halaman 20 dan
21 dari bukunya The Two Babylons: “Asal mula ibu itu disembah secara luas ada alasan mempercayai
dalam Semiramis yang disembah oleh bangsa babilonia dan bangsa-bangsa timur lainnya dengan nama
Rhea, Tuhan Ibu Yang Agung. Pesta-pesta tertentu dirayakan sehubungan dengan putera tunggal Tuhan
dari ibu Perawam.-pedta Astarte atau Ishtar, Ratu Langit atau Dewi Perawan musim semi dan
kemakmuran, dilakukan pada hari Minggu pertama sesudah bulan pertama menyusul “Spring Equinox-
Vernal Equinox berlangsung diwaktu itu ketika matahari berada dalam revolusi eliptiknya. Sebab ia
melintasi khatulistiwa, membentuk bentuk salib dari rasi bintang Ariesa atau “Domba” hal ini dianggap
sebagai mengenang Dewa Matahari, Dewi Perawan berhasil menyelamatkan anak tunggalnya yang telah
mengorbankan dirinya kepada kuasa-kuasa kegelapan untuk menyelamatkan manusia dan mengirimnya
ke langit untuk menjaga mereka yang percaya kepadanya. Sebab itu ia menjadi “Aries” atau “Domba
langit”. Peristiwa ini dirayakan dengan kue-kue salib panas, kue bulat mewakili matahari dan salib
diatasnya sebagai tanda magis yang dibuat matahari yang telah menyelamatkan sang juru selamat dari
kurungan kuasa-kuasa kegelapan.

Nama untuk paskah dalam beberapa bahasa berasal dari bahasa Ibrani: “Pesah”. Orang Spanyol
menyebutnya “Pacua”. Orang Italia menyebutnya “paqua” dan orang perancis menyebutnya “Pasques”.
Banyak adat istiadat sehubungan dengan musim paskah berasal dari festival -festival musim semi kaum
Pagan. Yang lain berasl dari peraayaan “Passover” (The World Book Encycl. Vol VI, pg. 26).

“Kemengan Dewa Matahari secara alami dilukiskan untuk pengaruh Aries (Domba Langit). Domba lalu
menjadi lamabang kebangkitan juru selamat dan kelolosan dari dunia bawah ketinggian langit“ (Pagan
and Christian Creed, pg.39). Dalam “Golden Bough” pg. 348-356 Frazer menulis tentang kelahiran
perawan anak Tuhan bangsa Phrygian yang menumpahkan darah untuk mati tergantung disalibkan pada
sebuah pohon cemara. Darahnya memperbarui kesuburan bumi dan dengan demikian membawa
kehidupan baru untuk manusia. Dia juga bangkit dari kematian. Frazer mengatakan: “Pada perayaan
kematian dan kebangkitannya patungnya diikat pada potongan kayu cemara berbentuk salib pada
tanggal 24 Maret dan hari itu disebut “Hari berdarah” sejak hari itu Sang Dewa ditumpahkan darahnya
untuk mati. Patung itu kemudian diletakkan dalam kuburan, ketika orang-orang yang ada disana sedang
meraung dan meratap. Tetapi tibanya malam mengubah kedukaan menadi kesukaan. Kuburan didapati
kosong pada pagi berikutnya yakni 25 Maret, ketika festival kebangkitan dirayakan. Upacara-upcara ini
termasuk pembaptisan dengan darah dan dan hidangan sakramental (pengorbanan).

 
Hiasan-hiasan dan lukisan Paskah seringkali memasukkan seekor domba sebagai simbol Yesus. The
World encyclopedia mengemukakan penafsiran lain bahwa simbol ini diadopsi oleh gereja Kristen dari
kaum Yahudi dengan dasar yang salah dan dengan catatan “Simbol domba berasal dari The Jewish Pasah
(Hari besar Paskah)”. Kaum Yahudi mengorbankan seekor domba yang disebut domba Paschal, selama
upacara tradidiona Passover mereka di kuil Yerusalem. Kaum Kristen permulaan menafsirkan
pengorbanan domba Paschal sebagai ramalan pengorbanan Kristus di kayu salib. Sungguh suatu
penafsiran yang tidak masuk akal, jauh dari kenyataan”.

Telur Paskah

Telur-telur mewakili kehidupan baru kembali ke alam ini menjelang waktu Paskah. Kebiasaan tukar
menukar telur bermula di masa kuno. Bangsa Mesir dan Persia kuno seringkali mencelup telur-telur
dengan warna-warni musim semi dan memberikannya kepada kawan-kawan mereka sebagai hadiah.
Bangsa Persia percaya bahwa bumi ini telah menetas dari sebuah telur raksasa. Hal itu alami untuk
upacara dan dogma-dogma semacam itu menemukan tempat alami mereka diantara dogma-dogma
trinitas dan kebangkitan secara jasmani. Kaum Kristen Mesopotania yang mula-mula menggunakan
telur-telur yang diwarnai untuk paskah.

Kisah dibailk Kelinci Paskah bahkan lebih tak masuk akal dan bertentangan dengan alasan dan dalil untuk
pengadopsian oleh suatu agama yang mendakwakan didirikan oleh Tuhan Yang Maha Bijaksana dan
sumber segala kebijaksanaan. Anak-anak dijadikan untuk pecaya bahwa sesekor kelinci Paskah
membawakan telur paskah bagian mereka dan upacara buatan manusia ini dimainkan di Washington di
halaman Gedung Putih setiap tahun oleh orang dewasa dan yang dianggap orang-orang dewasa yang
bercakap jujur dihadapan media-media pemberitaan.

The World Book Encyclop. Mengatakan: “Kepercayaan ini mungkin berasal dari Jerman. Sebuah legenda
mengatakan bahwa seorang wanita maskin mencelup telur selama masa kelaparan dan
menyembunyikannya di sebuah sarang sebagai hadiah Paskah untuk anak-anaknya. Baru saja anak-
anaknya menemukan sarang itu seekor kelonci besar melarikannya. Cerita tersebar bahwa kelinci telah
membawa telur-telur Paskah”.

Paskah menurut pandangan agama kristen

Paskah merupakan salah satu hari raya yang berubah-ubah tanggalnya (dalam kekristenan disebut
dengan perayaan yang berpindah[2]) karena disesuaikan dengan hari tertentu (dalam hal ini hari
Minggu), bukan tanggal tertentu di dalam kalender sipil. Hari raya-hari raya Kristen lainnya tanggalnya
disesuaikan dengan hari Paskah tersebut dengan menggunakan sebuahformula kompleks. Paskah
biasanya dirayakan antara akhir bulan Maret hingga akhir bulan April (kekristenan ritus Barat) atau awal
bulan April hingga awal bulan Mei (kekristenan ritus Timur) setiap tahunnya, tergantung kepada
siklusbulan. Setelah ratusan tahun gereja-gereja tidak mencapai suatu kesepakatan, saat ini semua
gereja telah menerima perhitungan Gereja Aleksandria (sekarang disebut Gereja Koptik) yang
menentukan bahwa hari Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah Bulan Purnama Paskah, yaitu
bulan purnama pertama yang hari keempat belasnya ("bulan purnama" gerejawi) jatuh pada atau
setelah 21 Maret (titik Musim Semi Matahari/vernal equinox gerejawi)

Minggu Paskah bukan perayaan yang sama (namun masih berhubungan) dengan Paskah Yahudi (bahasa
Ibrani:  ‫פסח‬ atau Pesakh[1])[3][c] dalam hal simbolisme dan juga penanggalannya. Bahasa Indonesia tidak
memiliki istilah yang berbeda untuk Paskah Pesakh (Yahudi) dan Paskah Paskha (Kristen) sebagaimana
beberapa bahasa Eropa yang mempunyai dua istilah yang berbeda, oleh sebab itu kata Paskah dapat
memiliki dua arti yang berbeda di dalam bahasa Indonesia.

Banyak elemen budaya, termasuk kelinci Paskah, telur Paskah, dan mengirim kartu Paskah telah menjadi
bagian dari perayaan Paskah modern, dan elemen-elemen tersebut biasa dirayakan oleh umat Kristen
maupun non-Kristen.

Apa arti Paskah bagi kita?

Sekarang mari kita perhatikan saat terjadinya kebangkitan Yesus (Yoh. 20: 1-10). Kubur Yesus adalah
berbentuk gua dan tidak seperti kubur yang kita kenal sekarang ini yang digali ke dalam tanah. Dan
mulut gua ini ditutupi oleh ‘pintu’ berupa sebongkah batu besar yang berat. Untuk menggeser batu
penutup gua ini tidaklah mudah, karena diperlukan tenaga yang cukup besar. Pagi-pagi benar Maria
Magdalena mendapati bahwa batu penutup telah diambil dari kubur, dan di dalamnya kosong, tidak
didapatinya tubuh atau jenazah Yesus.

Jadi pesan-pesan apa yang bisa ditarik dari kisah kebangkitan Yesus ini?

Pesan umum:

1. Keluar dari gelap menuju terang. (1 Ptr. 2:9)

Di dalam gua kuburan pastilah suasananya gelap. Dan banyak orang saat ini mengalami berbagai
masalah hidup atau keterpurukan, yang bisa dianalogikan berada dalam kegelapan. Banyak diantaranya
yang menjadi stress, putus asa, melarikan diri dari masalah atau ambil jalan pintas bunuh diri. Karena
apa? Karena berada dalam kegelapan (ibarat terkurung dalam gua yang gelap), sehingga tidak melihat
jalan keluar yang sesungguhnya ada.

Yesus mau mengajarkan kepada kita bahwa ada pengharapan baru di dalam Dia, dan kuncinya adalah
tanggapan kita untuk mau dituntun keluar dari kegelapan hidup dan berjalan menuju terangNya yang
ajaib.
1. Batu penghalang sudah disingkirkan. (Luk. 24:2)

Banyak orang selama hidupnya terus berbeban berat karena tidak tahu harus bagaimana atau tidak
menemukan jalan keluar dari permasalahannya. Atau pandangannya selalu buntu hanya melihat
hambatan atau penghalang yang bisa dianalogikan sebagai batu penghalang.

Yesus mau mengajarkan kepada kita bahwa dengan telah digulingkannya batu kubur oleh malaikat,
semua penghalang kehidupan kita juga sudah disingkirkan sehingga kita dapat melangkah, berjalan
bersama Dia saat menghadapi berbagai kendala, karena janji-janji Tuhan yang tidak pernah
mengecewakan. Apa pun pergumulan kita saat ini, sakit penyakit, kebutuhan hidup,
kesusahan/penderitaan, dll, Allah sudah memberikan jawabanNya di dalam SabdaNya.

1. Bangkit dari kehidupan lama dan menjadi manusia baru. (Ef. 5: 14)

Kubur adalah perlambang keterkungkungan hidup yang negatif, a.l. cara berpikir yang sempit, picik dan
egois. Kain kafan adalah lambang keterikatan, atau ketidakberdayaan akibat terikat sesuatu. Tetapi
ketika Yesus berjalan keluar meninggalkan ruang kubur yang gelap dan sempit itu dan menanggalkan
kain kafan yang melilit tubuhNya, Dia juga mau mengajak kita untuk menanggalkan kehidupan lama
yang banyak terikat oleh dosa, dan  bangkit dari ketidakberdayaan, maka Kristus akan bercahaya atas
kita semua.

Pesan khusus:

1. Kelahiran kembali melalui kebangkitan Kristus. (1 Ptr.1:3)

Kelahiran kembali atau lahir baru yang bukan sekedar merobah tampilan fisik/dandanan/mode pakaian
atau rambut, tetapi karakter yang diubahkan oleh Roh Kudus. Inilah perbedaan yang sangat mendasar,
bahwa menurut pandangan dunia sesuatu watak/sikap perilaku/sikap iman seseorang  tidak mungkin
diubahkan lagi dengan argumentasi sudah bawaan dari sononya.  Sedangkan di dalam karya Roh Kudus,
seseorang bisa diubah. Ingat, bagi Allah tidak ada yang mustahil.

1. Bukti Yesus = Anak Allah. (Rm. 1:4)

Hanya Yesus, Anak Allah, yang berkuasa atas maut, dan kita berimankan pada Allah yang hidup, bukan
Allah yang mati dalam bentuk ilah-ilah/berhala bisu. Dan konsep kehidupan kekal yang dijanjikan bukan
teori tapi sudah ada contoh bukti yaitu Yesus yang bangkit. Dan murid-murid Yesus adalah saksi dari
peristiwa kebangkitan tsb.

1. Pengharapan iman kita tidak sia-sia. (I Kor. 15:17)

Kalau Yesus tidak bangkit, maka sia-sialah iman dan pengharapan kita. Ada banyak nabi yang sudah
diutus Tuhan, tetapi dimanakah mereka semua sekarang? Jawabnya adalah mereka sudah mati, dan
masih tetap di dalam kubur. Hanya Yesus yang alami kebangkitan, naik ke Sorga dan duduk di sebelah
kanan Allah Bapa. DitanganNya segala kuasa di surga dan dibumi.  (Mat.  28:18).
1. Pengampunan dosa, relasi dengan Allah dipulihkan. (Kol. 2:13)

Di zaman PL, kalau orang  berdosa begitu rumit prosesnya untuk mendapatkan pengampunan Tuhan.
Dalam Kitab Imamat banyak disebutkan berbagai kurban  penghapus dosa.  Bahkan kalau tradisi kurban
ini tetap dilanjutkan sampai kini, kita bisa bangkrut karena harus selalu mempersembahkan kurban-
kurban (a.l. domba-domba yang kian mahal harganya) untuk silih dosa seumur hidup kita.

Tetapi karena kurban Kristus yang satu dan hanya sekali, maka kita tidak binasa dan tidak usah lagi
mempersembahkan kurban bakaran. Relasi dengan Allah dipulihkan. Ingat peristiwa terbelahnya tabir
Bait Suci saat Yesus wafat, itu adalah perlambang bahwa tidak ada lagi penghalang relasi antara Bapa
dengan kita.

1. Menerima kuasa untuk menang atas si jahat. (Kis. 1:8)

Sebagai orang percaya kita sesungguhnya telah diperlengkapi oleh kuasa Allah untuk mengalami
kemenangan  di dalam pergumulan hidupnya. (Bdk. kisah Yakub di Kej. 32: 28).

Hanya permalasahannya adalah banyak dari kita yang tidak yakin dan tidak mengimani hal ini, sehingga
kalah dalam  ‘perperangan rohani’ bahkan selalu tertindas oleh kuasa-kuasa kegelapan. (Bdk Mrk. 16:
17-18).

1. Menerima Roh Kudus. (Kis. 2:33)

Kalau Yesus tidak bangkit, maka Roh Kudus tidak akan dicurahkan dan kita tidak akan alami kuasa
sebagai orang yang percaya di dalam namaNya untuk lakukan perkara besar (Yoh.14:12). Dan kita tidak
akan ada bedanya dengan orang-orang dunia yang umumnya hidup di dalam kedagingan dan tidak
mengandalkan Allah.

Langkah-langkah untuk mengalami Paskah dalam kehidupan kita:

1. Percaya. (Rm. 10: 9-10)

Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

1. Bertobat. (Lahir baru). (Yoh. 3: 16; Kis. 3: 19)

Berbalik dari kehidupan lama yang dikuasai oleh dosa/kedagingan, dan menyerahkan hidup pertobatan
sepenuhnya kepada pimpinan Roh Kudus.

1. Bertumbuh. ( Ef. 4:13)

Pertobatan bukanlah hal yang instan, tetapi terus menerus. Untuk itulah kita perlu memelihara
pertumbuhan rohani di dalam kehidupan DOA, pemahaman KITAB SUCI, untuk MELAYANI tugas
perutusan (ministry) yang sarananya bisa dijumpai di dalam KOMUNITAS, yaitu persekutuan jemaat
orang percaya, yang kesemuanya berpusat kepada Kristus yang hadir dalam Sakramen EKARISTI.
Mudah-mudahan dengan renungan singkat tentang makna Paskah ini kita semakin mengerti bahwa ada
kuasa Paskah bagi setiap orang percaya untuk alami kebangkitan dari:

-      Keterpurukan hidup rohani, akibat jatuh ke dalam dosa kedagingan

-      Iman yang goyah, akibat mengalami berbagai pencobaan

-      Harapan yang sirna, putus asa, hanya melihat kemustahilan

-      Ketidakberdayaan akibat beban kehidupan, atau masalah

-      Sikap skeptis terhadap kuasa Allah, karena merasa sudah lama jadi orang beriman, aktif, berbuat
kebaikan dan kesalehan hidup, tetapi tidak pernah mengalami kuasa Roh Kudus. (Vincentius Aris)

Anda mungkin juga menyukai