TENTANG
DISUSUN OLEH:
Nim : 2004020186
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas modul ini
Shalawat dan salam tak lupa pula kita kirimkan junjungan kita nabi besar yaitu nabi
Muhammad SWT yang telah membawa kita dari alam gelap menuju alam terang benderang
seperti sekarang ini yang penuh dengan teknologi yang yang canggih
Adapun tujuan dari penulisan modul ini adalah untuk memenuhi tugas (dosen/guru)pada
mata kuliah (MANAJEMEN INVESTASI BANK SYARIAH)
Saya menyadari bahwa penulisan modul ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan modul ini
Akhir kata semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah
wawasan kita dalam mempelajari serta dapat digunakan sebagai mestinya dalam kehidupan
kita sehari-hari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB l
BAB ll
Menurut bahasa, akad adalah Ar-rabbth (ikatan), sedangkan menurut istilah akad memiliki
dua makna yaitu makna khusus dan makna umum. Makna khusus akad adalah ijab dan qabul
yang melahirkan hak dan tanggungjawab terhadap objek akad (ma'qud 'alaih).
Sedang makna umum akad adalah setiap perilaku yang melahirkan hak, atau mengalihkan
atau mengubah atau mengakhiri hak, baik itu bersumber dari satu pihak ataupun dua pihak.
Hanafiyah lebih memilih makna khusus, sedang Malikiyah, Syafi'iyah, dan Hanabilah memilih
makna umum.
Secara etimologis wa‟ad memiliki arti di antaranya adalah hadda yang berarti ancaman (al-
wa„id), dan takhawwafa (menakut-nakuti). Dari segi cakupannya, al-wa„d mencakup perbuatan
baik dan buruk meskipunn pada umumnya janji digunakan untukmelakukan perbuatan baik.
Dalam literatur fikih, digunakan dua kata yang sebenarnya satu akar, yaitu alwa„d dan al- ‟idah.
Pengertian lain adalah “keinginan yang dikemukakan oleh seseorang untuk melakukan
sesuatu, baik perbuatan maupun ucapan, dalam rangka memberi keuntungan bagi pihak lain”.
Janji ini hanya bersifat penyampaian suatu keinginan (ikhbar) dan tidak mengikat secara hukum,
namun hanya mengikat secara moral. Orang yang memberikan janji (wa‟ad), apabila
menjalankan janji tersebut merupakan bentuk etika yang baik (akhlak karimah) karena
didasarkan pada kontrak kebajikan (tabarru) sebagaimana hibah (Fathurrahman Djamil, 2012,
2)
akad, wa‟ad adalah janji satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah kontrak
antara dua belah pihak. Wa‟ad hanya mengikat satu pihak (one way), sementara akad mengikat
kedua belah pihak.
D. Fatwa DSN MUI yang berbicara tentang wa'ad serta jelaskan maksud wa'ad disetiap fatwa
tersebut yaitu fatwa tentang murabahah, IMBT, MMQ, PRKS dan shar.
Murâbahah adalah jual-beli dengan dasar adanya infoemasi dari pihak penjual terkait
dengan harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan yang diinginkan (Panji Adam, 2017, 19).
Janji yang berkaitan dengan jual-beli murâbahah, antara lain dapat dilihat dalam fatwa DSN-
MUI Nomor: 4/DSN-MUI/IV/2000.
Aturan mengenai ijârah muntahiya bi al-tamlîk (IMBT) terdapat dalam fatwa DSN-MUI
Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002. Ketentuan mengenai wa‟ad (janji) dalam akad ini adalah sebagai
berikut: (1) Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi al-Tamlik harus melaksanakan akad
Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli ataupemberian,
hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai; (2) Janji pemindahan kepemilikan yang
disepakati di awal akad Ijarah adalah wa'd ( ) الوعد, yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji
itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah
masa Ijarah selesai.
Musyarakah Mutanaqisah adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang)
atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap
olehpihak lainnya.
Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) adalah suatu bentuk pembiayaan rekening
koran yang dijalankan berdasarkan prinsip syari‟ah. Aturan mengenai PRKS (Pembiayaan
Rekening Koran Syariah) terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor; 55/DSNMUI/V/2007. Dalam
akad yang berlaku dalam produk Rekening Koran Syariah terdapat janji dari calon pembeli
untuk membeli barang dari penjual. Janji yang dimaksud itu mengikat kedua belah pihak
sebagaimana dalam substansi fatwa DSNMUI tentang PRKS, yaitu: “Pembiayaan Rekening Koran
Syariah (PRKS) Musyarakah dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan boleh disertai dengan
wa‟d”.
Dalam akad yang berlaku dalam forward agreement terdapat janji dari calon pembeli untuk
membeli valas dalam jumlah dan kurs dari calon penjual. Menruut fatwa DSN-MUI Nomor
28/DSNMUI/III/2002 tentang Jual Bli Mata Uang (Al-Sharf) transaksi forward agreement
tersebut itu dibolehkan sebagai alternatif dari forward dengan meyerahkan valas secara tidak
tunai.
D. Jenis jenis transaksi yang terlarang dalam Islam baik itu dalam kehidupan sehari-hari
maupun praktek yang ada dalam perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah
a. Sebab keharamannya
dengan adanya penipuan yang dilakukan oleh penjual hukumnyamenjadi haram dan harta
yang di peroleh penjual tidak mendapat keberkahan .7Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila
penjual dan pembeli mempunyaiinformasi yang sama tentang barang akan diperjualbelikan.
Apabila salah satupihak tidak mempunyai informasi seperti yang dimiliki oleh pihak lain, maka
salah satu pihak akan merasa dirugikan dan terjadi kecurangan atau penipuan.Dalam sistem
ekonomi Islam hal ini juga dilarang karena adanya informasi yangtidak sama antara kedua belah
pihak, maka unsur “an tarradin minkum” (relasama rela) dilanggar.
b. Landasan hadis
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa dalam segala kegiatan transaksi harusberlaku transparan
dan tidak ada yang di manipulasikan antara kedua belah pihakyang bersangkutan. Dalam al-
Qur’an surat Al-An’aam ayat 152, Allah SWT
berfirman:
Artinya: Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kamitidak memikul beban
kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya”.(QS. Al-An’aam :152).
c. jenis-jenis tadlis
1. Tadlis dalam kualitas
Tadlis (penipuan) dalam kualitas termasuk juga menyembunyikan cacatatau kualitas barang
yang buruk yang tidak sesuai dengan yang disepakati olehpenjual dan pembeli. Contoh tadlis
dalam kualitas adalah pada pasar penjualankomputer bekas. Pedagang menjual komputer
bekas dengan kualifikasi Pentium III dalam kondisi 80% baik, dengan harga 3.000.000.00. pada
kenyataannya, tidaksemua penjual menjual komputer bekas dengan kualifikasi yang sama.
Sebagian penjual menjual komputer dengan kualifikasi yang lebih rendah, tetapimenjualnya
dengan harga yang sama, yaitu Rp 3.000.000,00. Pembeli tidak dapatmembedakan mana
komputer dengan kualifikasi rendah dan mana komputer dengan kualifikasi yang lebih tinggi,
hanya penjual saja yang mengetahui dengan pasti kualifikasi komputer yang dijualnya.
Ekuilibrium akan terjadi apabila penjual menjual komputer kualitas burukkepada pembeli
yang melihat komputer itu sebagai komputer yang berkualitasburuk, atau bila penjual menjual
komputer kualitas baik kepada pembeli yanmelihat komputer itu sebagai komputer yang
berkualitas baik. Dengan kata lain, komputer berkualitas buruk mempunyai pasarnya sendiri,
dan komputer yang berkualitas baik mempunyai pasarnya sendiri.
Tadlis (penipuan) dalam harga ini termasuk menjual barang dengan hargayang lebih tinggi
atau lebih rendah dari harga pasar karena ketidak tahuan pembeliatau penjual. Dalam fiqih
disebut ghaban. Katakanlah seorang musafir datang dariJakarta menggunakan kereta api, tiba
di Bandung. Ia kemudian naik taksi, namuntidak tahu harga pasaran taksi dari stasiun kereta api
ke Jalan Braga di Bandung.Katakan pula harga pasaran ongkos taksi untuk jarak itu adalah
Rp12.000,00. Supir taksi menawarkan dengan harga Rp50.000,00. Setelah terjadi
tawarmenawar akhirnya disepakati rela sama rela Rp 40.000,00. Meskipun kedua pihakrela
sama rela, namun hal ini dilarang karena kerelaan si musafir bukan kerelaanyang sebenarnya, ia
rela dalam keadaan tertipu.
Tadlis (penipuan) dalam kuantitas termasuk juga kegiatan menjual barangkuantitas sedikit
dengan harga barang kuantitas banyak. Misalnya menjual bajusebanyak satu container. Karena
jumlah banyak dan tidak mungkin untukmenghitung satu persatu, penjual berusaha melakukan
penipuan denganmengurangi jumlah barang yang dikirim kepada pembeli.
Seperti juga pada tadlis (penipuan) dalam kuantitas, kualitas, dan harga,tadlis dalam waktu
penyerahan juga dilarang. Contoh tadlis dalam hal ini ialahbila si penjual tahu persisi bahwa ia
tidak akan dapat menyerahkan barang tepatpada waktu yang dijanjikan, namu ia sudah berjanji
akan menyerahkan barangpada waktu yang telah dijanjikan. Walaupun konsekuensi tadlis
dalam waktutidak berkaitan secara langsung dengan harga ataupun jumlah barang
yangditransaksikan, namun masalah waktu adalah sesuatu yang sangat penting
2. Gharar
Gharar yaitu ketidakpastian dalam transaksi yang diakibatkan dari tidak terpenuhinya
ketentuan syariah dalam transaksi tersebut. Dampak dari transaksi yang mengandung gharar
adalah adanya pendzaliman atas salah satu pihak yang bertransaksi sehingga hal ini dilarang
dalam islam.
karena keterkaitannya dengan memakan harta orang lain dengan cara tidak benar, jadi
bukan semata-mata adanya unsur risiko, ketidakpastian ataupun disebut pula dengan game of
chance. Karena hal ini akan mengakibatkan merugikan bagi pihak lain.
2. Jenis-jenis gharar
3. Maysir
Maysir atau Qimar yaitu suatu bentuk permainan yang didalamnya dipersyaratkan, jika
salah seorang pemain menang, maka ia akan mengambil keuntungan dari pemain yang kalah
dan sebaliknya. Contoh dari maysir ini adalah judi, sedangkan beberapa aktivitas yang termasuk
dalam kategori judi yang telah dilarang misalnya seperti SMS berhadiah sesuai dengan Fatwa
MUI No. 9 Tahun 2008 Tentang SMS Berhadiah dan kuis berbasis telepon sesuai arahan dari Dr.
Nasr Farid, Mufti Mesir, Sekjen Majma al Buhuts al Islamiyyah, Wafa Abu ‘Ajuz dan Syeikh Abdul
Aziz bin Baz.
4. Riba
Dari segi istilah bahasa sama dengan “Ziyadah” artinya tambahan, sedangkan menurut
istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok (modal) secara
bathil.Terdapat perbedaan pendapat dalam menjelaskan riba. Secara umum Riba adalah
penambahan terhadap hutang. Maknanya: Setiap penambahan pada hutang baik kwalitas
ataupun kwantitas, banyak maupun sedikit, adalah riba yang diharamkan.
Landasan mengenai Riba ini sudah ada dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ( 4 ) ayat 29 yang berarti :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang
bathil”.
Adapun yang dimaksud dengan jalan yang bathil dalam hal ini yaitu pengambilan tambahan
dari modal pokok tanpa ada imbalan pengganti (kompensasi) yang dapat dibenarkan oleh
Syar’i. Riba secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu Riba Ad Duyun dan Riba Al Buyu’. Riba Ad
Duyun dikelompokan lagi menjadi Riba An Nasi’ah/Al Jahiliyah dan Riba Al Qardh, sedangkan
Riba Al Buyu’ dikelompokan menjadi Riba Al Fadhl dan Riba An nasa’. Untuk bahasan lebih
lengkap mengenai Riba ini akan kita bahas pada artikel selanjutnya.
5. Bai najasy
Bai' Najasy menurut buku Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Adiwarman A. Karim
(2008 :34) adalah rekayasa pasar dalam demand, yaitu apabila seseorang konsumen (pembeli)
menciptakan permintaan palsu terhadap suatu produk sehingga harga jual produk itu akan
naik.
6. Iktikar
Iktikar adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seorang pelaku ekonomi dengan
menimbun suatu barang dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa
melihat kesusahan orang lain.
BAB ll
A. Bagaimana implementasi pada perbankan konvensional, serta perbandingan pada produk yang
sama di bank Syariah apakah produk yang ada di bank konvensional itu sama saja yang ada di bank
syariah, dan jika sama silakan jelaskan persamaannya dan jika berbeda silakan jelaskan perbedaannya
2. Apakah produk yang ada di bank konvensional itu sama saja yang ada di bank syariah
a. Persamaanya
Pada dasarnya, bentuk-bentuk produk penghimpunan dana yang ada pada bank konvensional
maupun bank syariah adalah sama. Bank konvensional maupun bank syariah menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, dan deposito. Produk penyaluran dana pada
bank konvensional disebut dengan kredit, sedangkan produk penyaluran dana pada bank syariah disebut
dengan pembiayaan. Adapun produk-produk pembiayaan yang ada pada bank syariah yaitu pembiayaan
berdasarkan akad jual beli, pembiayaan berdasarkan akad sewa-menyewa, pembiayaan berdasarkan
akad bagi hasil, dan pembiayaan berdasarkan akad pinjam-meminjam yang bersifat sosial.
b. Perbedaanya
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional yang pertama adalah dari sisi pengertian. Bank
syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip
hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak
mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram. Sedangkan bank konvensional yaitu
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang mana dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah
ditetapkan.
c. Saran
Saran saya adalah bank konvensional harus menerapkan prinsip-prinsip yang ada di bank syariah
yaitu prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, Natsir, zalim dan obyek yang haram. Sehingga kita bebas
dari dosa, dan bank Syariah harus meningkatkan lagi Prinsip-prinsip yang ada di dalam produknya
sehingga masyarakat akan lebih tertarik lagi untuk menggunakan bank syariah dalam kehidupannya