Anda di halaman 1dari 17

Nama : Muhammad Yusuf Darojatul Ulazzaidin

NIM : 2205056131
Kelas : Manajemen D3
 Resume materi fiqih muamalah kontemporer

AL-UQUD AL-MURAKKABAH
Pengertian Multi Akad
Akad berasal dari bahasa Arab berarti menghubungkan, menjalin, membangun, dan
penentangnya melepaskan. Secara terminologi, akad artinya untuk membuat atau mengikat
kontrak menyebabkan munculnya kewajiban. Sedangkan Multi dalam bahasa Indonesia ialah
banyak (lebih dari satu) dan beberapa Multi akad artinya persetujuan dalam bahasa Indonesia
beberapa atau beberapa akad lebih dari satu. Namun menurut konsep fiqh, kata multi akad
adalah terjemahan dari kata Arab al - Uqud Al-Murakkabah Yang artinya kontrak ganda. (Al-
Uqud al-murakkabah terdiri dari dua kata Aluqud (Jamak dari aqd) dan Al-Murakkabah.
Diucapkan dengan cara al-murakkabah (murakkab) etimologi al-jam'u (mashdar) yang
artinya memungut atau mengumpulkan Kata Murakab sendiri berasal dari "Rakkaba-
yurakkibu-tarkiban" yang berarti menghitung sesuatu tentang sesuatu yang lain kalau begitu
total, sebagian dan sebagian lagi lebih rendah sementara itu Murakkab menurut pengertian
para ulama Fiqh meliputi beberapa konsep termasuk yang pertama berarti kumpulan dari
beberapa hal yang disebut di bawah satu nama. Seseorang membuat beberapa hal menjadi
satu hal (satu nama) dikabarkan akan bergabung (tarkîb), keduanya berarti sesuatu yang
dipersiapkan dari dua bagian atau lebih, secara berbeda sesuatu yang sederhana
(tunggal/basîth) yang tidak ada bagian, cara ketiga untuk menaruh sesuatu pada orang lain
atau menghubungkan satu hal dengan hal lainnya.
Penerapan Multi Akad di Perbankan Syariah dan Hukumnya
 Model Akad Tunggal
Akad tunggal yaitu hanya terdapat satu akad dalam sebuah transaksi. Misalnya seperti jual
beli, sewa menyewa, kerja sama (syirkah), salam, dll. Fatwa DSN menggunakan 16 akad
yaitu terdiri dari wadi’ah, mudharabah, murabahah, salam, istishna’, musyarakah, ijirah,
wakalah, kafalah, hawalah, qardh, hibah, rahn, sharf, ju’alah, dan bay’. Sedangkan satu akad
yang digunakan antara dua pihak yaitu: klien dan institusi keuangan Islam. Tabungan
Wadiah adalah produk perbankan syariah yang digunakan akad tunggal. Nasabah sebagai
penyimpan dan bank syariah sebagai penerima simpanan. Produk pembiayaan Ijarah juga
mencakup akad tunggal. Perbankan syariah mempunyai peran yang perlu dimainkan sebagai
penyewa dan pelanggan sebagai penyewa.
 Model Akad Berganda
Beberapa perjanjian adalah tergabungnya beberapa akad dalam satu transaksi, misal
diterapkan dalam keuangan syariah modern dan ketentuan kontrak dari kontrak lainnya.
Beberapa yang termasuk dalam kategori akad berganda yaitu murabahah, letter of credit
syariah, kertu syariah, mudharabah musytarakah, dan musyarakah mutanaqishah.
Yang digunakan perbankan syariah dalam kombinasi akad ini Lembaga perbankan syariah
mempunyai peran yang perlu dimainkan sebagai mudhârib untuk dana diberikan oleh
pelanggan (as Syahid Al-Mâl) termasuk modal yang dapat diinvestasikan kepada pihak ketiga
Perbankan selain Mudharib, Syariah juga bekerja, misal shâhib al-mâl Pihaknya adalah
nasabah, bank Manajer syariah dan dana. Dalam kontrak Perbankan Islam bisa Manfaat
ganda seperti Mudhârib dan Shâhib Al-Mal. Perbankan syariah juga mencakup hal ini malu
pada (Shâhib Al-Mâl) Jika itu terjadi kegagalan bisnis.
 Model Akad Berbilang (Muta’addidah)
Beberapa akad (muta'addidah) merupakan akad terdiri dari beberapa istilah, konvensi, faktor,
harga, barang, dll.) Dua akad atau lebih yang. dikonsolidasi di toko yang sama, tetapi secara
terpisah satu akad dengan akad lainnya disertakan beberapa kategori akad berbilang.
Fatwa MUI
Fatwa DSN-MUI mengesahkan Nomor 71 dan 72 tahun 2008. Fatwa No. 71 berisikan
tentang akad sale and lease back, sedangkan fatwa No. 72 berisikan tentang pengaturan
SBSN Ijarah sale and lease back.yang dimaksud dengan sale and lease back yaitu jual beli
suatu aset, setelah itu sang pembeli menyewakan aset tersebut kepada sang penjual (DSN
dan BI, 2006 : 195) akad yang digunakan merupakan akad jual beli dan sewa. Dalam dua
akad tersebut kedua belah pihak telah berjanji untuk menjual dan membeli kembali produk
yang dijual. Akad jual beli dan akad sewa dilakukan secara terpisah. Hal ini dilakukan untuk
menghindari jual beli ganda atau biasa disebut jual beli inah yang dilarang oleh mayoritas
ulama dimana dalam jual beli inah ini dilakukan dengan pihak pertama menjual kepada pihak
kedua dengan harga tertentu, kemudian pihak kedua menjual kepada pihak pertama dengan
harga yang berbeda bisa dengan harga lebih tinggi atau harga lebih rendah.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan mengubah akad termasuk bagian dari ijtihâd agar kesepakatan-
kesepakatan yang terkandung dalam fiqih dapat terpenuhi dan diterapkan pada transaksi
modern. Kita dapat perubahan akad harus didasarkan pada keabsahan setiap akad siapa yang
melakukannya. Memodifikasi akad diperbolehkan apabila masih memperhatikan batasan
yang ditetapkan hadits dan dapat memenuhi rukun dan syarat akad, maka dari itu akad tidak
diperbolehkan berbaur menjadi satu. Hukum multi akad adalah boleh asalkan tidak
menimbulkan riba.

JUAL BELI MELALUI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Pengertian Jual Beli
Pengertian jual beli, secara bahasa: berasal dari ‫بيع‬HH‫ ( ال‬Al-bai’ ) yang artinya menjual,
mengganti atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dan lawan katanya yaitu asy-
syira’ yakni beli. Dengan demikian al-bay’ artinya jual tetapi sekaligus berarti beli.
Sedangkan secara terminologi Menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah pertukaran harta
dengan harta atas dasar salingmerelakan untuk memiliki, atau memindahkan milik dengan
ganti yang dapat dibenarkan.
Landasan Syariah
Para ulama bersepakat bahwa jual beli hukumnya adalah halal dan riba adalah haram.
Berdasarkan ayat alquran surat al Baqarah ayat 275. Ayat tersebut menyatakan dengan tegas
bahwa jual beli itu halal sedangkan riba itu haram kehalalan disini masih bersifat umum
namun, kemudin di khususkan pada jual beli yang tidak bertentangan dengan syariat. Karena
ada juga jual beli yang diharamkan misalnya jual beli barang haram seperti jual beli babi,
bangkai dan minuman keras.
Macam Akad yang Diatur dalam Lembaga Keuangan Syariah
Akad dipergunakan di dalam berbagai hal yang berbau transaksi di dalam perbankan syariah
atau Lembaga keuangan syariah. Dalam bertransaksi biasanya kita aka disuguhkan oleh
beberapa akad yang sering digunakan. Adapun akad yang digunakan:
 Akad Murabahah
 Wakalah dalam Murabahah
 Bunga dan Margin
 Qabd
 Salam dan Istishna’
 Konversi Akad Murabahah
Kesimpulan
Jadi Jual beli adalah “Akad timbal balik terhadap suatu harta untuk kepemilikan suatu barang
dan manfaat yang bersifat seterusnya atau selamanya, lembaga syariah yang sering digunakan
untuk jual beli di indonesia yaitu berupa bank syariah adapun akad akad yang diatur didalam
lembaga syariah seperti akad murabahah yaitu akad jual beli atas barang tertentu, dimana
penjual menyebutkan harga pembelian barang dan penjual menyebutkan keuntungan yang
diharapkan seauai, murabahah bil wakalah yaitu akad transaksi jual beli dimana bank akan
menyebutkan harga jual dan jangka waktu pembayaran angsuran yang telah disepakati.
sehingga dalam hal ini bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.
Margin yaitu keuntungan bagihasil antara pihak bank dengan nasabah, qabd yaitu stilah yang
menunjukan perolehan terhadap sesuatu serta mampu memanfaatkannya, dan akad salam
adalah transaksi yang tidak memerlukan prokudsi terlebih dahulu sebelum diserahkan
sedangkan akad isthisna harus memproduksi terlebih dahulu sebelum transaksi dilakukan.

DHAWABITH FIQH PADA E-MONEY DAN E-COMMERCE


Pengertian Dhawabith
Kata Dhawabith adalah jamak dari kata dhabith. Al Dhawabith diambil dari kata dasar al-
Dhabith sendiri menurut etimilogi yaitu "Memelihara, mengikat, kekuatan, dan penguatan”.
Dhawabith adalah istilah dalam bahasa Arab yang merujuk kepada aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan hukum dalam Islam yang digariskan dalam Al-Quran dan Hadis.
Dhawabith adalah asas-asas atau prinsip-prinsip dasar yang menjadi pijakan untuk
mengambil keputusan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ibadah, muamalah, dan
akhlak.
Penerapan Dhawabith
Penerapan dhawabith sendiri memerlukan pemahaman yang mendalam tentang hukum islam
dan kemampuan untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip yang relevan dan konkret. Penerapan
dhawabith dalam praktik sehari-hari dapat mencakup banyak hal seperti hukum ekonomi
islam, hukum keluarga, hukum warisan, dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan.
Pembahasan kita kali ini masuk dalam konteks ekonomi islam yang akan melibatkan
penggunaan prinsip-prinsip hukum islam untuk mengatur sistem ekonomi dan bisnis, yaitu :
 Dhawabith pada E-Money
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang uang elektronik dijelaskan bahwa uang
elektronik diperbolehkan digunakan sebagai alat pembayaran dengan syarat beban biaya
layanan fasilitas harus berupa biaya rill, (untuk mendukung proses kelancaran
penyelenggaraan uang elektronik) dan harus disampaikan kepada pemegang kartu secara
benar (menurut syariah dan peraturan perundang- undangan yang berlaku) dengan prinsip
ta’widh (ganti rugi)/ijarah.
 Dhawabith pada E-Commerce
Dalam pandemi COVID-19, penggunaan e-money dan e-commerce semakin meningkat
karena pembatasan sosial dan penutupan toko fisik. Oleh karena itu, peran fatwa MUI dalam
mengatur penggunaan e-money dan e-commerce juga perlu dipertimbangkan untuk
memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dan perlindungan konsumen yang
memadai.Bagaimana fatwa MUI mempengaruhi transaksi e-commerce di Indonesia? Fatwa
DSN-MUI No. 144 dan No. 146 telah dikeluarkan untuk mengatur transaksi e-commerce di
Indonesia agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan adanya fatwa DSN-MUI,
transaksi e-commerce di Indonesia diharapkan dapat dilakukan dengan lebih aman dan sesuai
dengan prinsip- prinsip syariah. Selain itu, fatwa ini juga dapat memberikan panduan bagi
pelaku bisnis e-commerce untuk memenuhi persyaratan halal dan menghindari transaksi yang
haram. Namun, pengaruh fatwa MUI terhadap transaksi e- commerce di Indonesia masih
perlu terus dipantau dan dievaluasi agar dapat memberikan perlindungan konsumen yang
memadai dan memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah.
Spiritualisasi dan Etika pada transaksi e-money dan e-commerce
Spiritualisasi dan etika dapat berperan penting dalam transaksi menggunakan e-money dan e-
commerce. Berikut beberapa poin yang relevan: Penggunaan yang bijak, perlindungan
privasi, transparansi, dll.
Dengan mempertimbangkan nilai-nilai spiritual dan etika ini dalam transaksi e- money dan e-
commerce, kita dapat menciptakan lingkungan online yang lebih berkelanjutan, adil, dan
bermoral.

SEWA MELALUI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Pengertian Ijarah
Ijarah adalah kontrak sewa dimana bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan,
gedung, atau barang, kepada salah satu pelanggannya dengan mengenakan biaya yang telah
ditentukan dengan pasti sebelumnya.
Perbedaan Ijarah dengan Bunga
Adanya perbedaan antara sewa dan bunga, karena sewa atas tanah, atau harta benda,
sedangkan bunga tas modal. Yang mempunyai potensi untuk dialihkan menjadi harta benda
atau kekayaan apa saja. Dalam sewa-menyewa tidak terdapat unsur ekspolitasi sebagaimana
terjadi dalam bunga, karena itu dalam sewa-menyewa dimensi insansinya lebih dominan
dibandingkan dengandimensi ilahnya. Sebab sewa-menyewa sebagai bagian dari fiqh
muamalah berkaitan erat dengan kepentingan manusia.
Rukun Sewa Menyewa
 Orang yang berakad
 Sewa atau imbalan
 Manfaat
 Ijab dan qabul
Prinsip-prinsip Pokok Transaksi Ijarah
 Jasa yang ditransaksikan adalah jasa yang di transaksikan adalah jasa yang halal
sehingga dibolehkan melakukan transaksi ijarah untuk keahlian memproduksi barang-
barang keperluan sehari-hari yang halal seperti untuk memproduksi makanan,
pakaian, peralatan rumah tangga dan lain-lain.
 Transaksi ijarah haruslah memenuhi ketentuan dan aturan yang jelas yang dapat
mencegah terjadinya perselisihan antara kedua pihak yang bertransaksi.
 Memenuhi syarat sahnya transaksi al-ijarah.
Macam-macam Ijarah
 Ijarah yang bersifat manfaat, seperti sewa menyewa rumah, toko, kendaraann pakaian
dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan manfaat yang dibolehkan syara’ untuk
dipergunakan, maka para ulama fiqh sepakat menyatakan bolehdijadikan obyek sewa
menyewa.
 Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan. Al-Ijarah seperti ini menurut para ulama fiqh hukumnya
boleh, apabila jenis pekerjaan itu jelas.

KERJASAMA PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Pengertian Mudharabah
Secara bahasa mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Menurut
istilah mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja
dari menurut pihak lain. Menurut DSN MUI Akad mudharabah adalah akad kerja sama suatu
usaha antara pemilik modal (malilk/shahib al-mal) yang menyediakan seluruh modal dengan
pengelola ('amil/mudharib) dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai nisbah yang
disepakati dalam akad.
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS (Lembaga Keuangan
Syariah) kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS
sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha),
sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.
Ketentuan Hukum Pembiayaan
 Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.
 Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang
belum tentu terjadi.
 Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini
bersifat amanah (yad alamanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan.
 Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah
Pengertian Musyarakah
Secara bahasa musyarakah sering disebut dengan syirkah yang bermakna ikhtilath
(percampuran), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa
dapat dibedakan di antara keduanya. Sedangkan menurut istilah, musyarakah adalah akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Musyarakah Mutanaqishah
Menurut Fatwa DSN MUI No. 73/DSN-MUI/XI/2008 Tentang Musyarakah Mutanaqishah,
Musyarakah Mutanaqishah adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang)
atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh
pihak lainnya.
Wakalah bil Istitsmar
Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari Muwakkil kepada Wakil untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu.Wakalah bil Istitsmar adalah akad wakalah untuk
menginvestasikan dan mengembangkan modal Muwakkil baik dengan imbalan (Wakalah bi
al-Ujrah) maupun tanpa imbalan (Wakalah bi ghairi al-Ujrah).
Jenis Wakalah bil Istitsmar
 Al-muqayyadah
Yaitu akad wakalah bi al-istitsmar yg telah dicukupkan jenis investasinya, lama
waktunya, lokasi usaha dan/atau kecukupan lainnya.
 Al-muthalaqah
Yaitu akad wakalah bi al-istitsmar yang tidak ada batasan baik itu macam
investasinya, lama waktunya, lokasi usaha maupun batasan lainnya. Namun akan ada
batasan yang bisa yaitu hukum adat (urf) atau hal-hal yang lain mengandung manfaat
untuk muwakkil.

FEE PADA PELAYANAN LEMBAGA SYARIAH


Wakalah Bil Ujroh
Wakalah Bil Ujroh merupakan sebuah akad perwakilan atau pelimpahan kekuasaan oleh
pihak pertama yang berperan sebagai muwakkil kepada pihak kedua, yang dimana pihak
kedua berperan sebagai wakil dalam perkara yang boleh diwakilkan. Muwakkil merupakan
pihak yang memberikan kuasa sedangkan wakil merupakan pihak yang menerima kuasa.
Hawalah Bil Ujroh
Hawalah bil ujroh adalah salah satu jenis hawalah yang melibatkan pengalihan utang dari
satu pihak ke pihak lain dengan dikenakan biaya atau ujrah. Hawalah jenis ini sah dan boleh
diamalkan asalkan sesuai dengan prinsip syariah dan menghindari larangan apa pun. Fatwa
DSN No. 58/DSN-MUI/V/2007 mendefinisikan hawalah bil ujrah sebagai hawalah dengan
pembebanan biaya atau ujrah.
Kafalah Bil Ujroh
Kafalah bil ujroh adalah kontrak keuangan Islam yang melibatkan penjamin (kafil) yang
memberikan jaminan kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua (makful anhu) dengan imbalan imbalan (ujrah). Secara sederhana, ini adalah suatu
bentuk jaminan atau suretyship dimana penjamin setuju untuk membayar utangnya atau
memenuhi kewajiban debitur jika gagal melakukannya. Kafalah bil ujrah biasa digunakan
dalam trade finance, dimana bank atau lembaga keuangan memberikan jaminan kepada
penjual atas nama pembeli untuk menjamin pembayaran barang atau jasa. Biaya yang
dikenakan untuk memberikan jaminan biasanya berupa persentase dari nilai transaksi dan
disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat.
Wakalah Bil Istismar
Wakalah bil-istismar adalah akad wakalah untuk menginvestasikan dan mengembangkan
modal muwakkil, baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan. Fatwa DSN MUI yang
dimaksud adalah Fatwa Nomor 152/DSN-MUI/VI/2022 tentang Penghimpunan Dana dengan
Akad Wakalah bil-Istismar.
Fee pada Syariah Card
Syariah card merupakan sebuah kartu yang memiliki fungsi seperti kartu kredit yang
hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara pihak dengan dasar prinsip
syariah, untuk mengakomodir kebutuhan transaksi keuangan bagi umat muslim. “Syariah
card dibolehkan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam fatwa ini,” bunyi fatwa kedua
Nomor 54/2006.

PENDAPATAN HALAL DAN NON-HALAL DILUAR CORE BISNISNYA DAN RE


FINANCING
Pendapatan Halal dan Non-halal
Pendapatan halal adalah pendapatan yang diperoleh sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.
Berikut contoh pendapatan halal :
 Penjualan Produk Halal: Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa
yang mematuhi standar halal, seperti makanan halal atau pakaian yang sesuai syariah.
 Investasi Syariah: Pendapatan yang diperoleh melalui investasi dalam instrumen
keuangan yang mematuhi prinsip-prinsip syariah, seperti saham syariah atau obligasi
sukuk.
 Pendapatan dari Jasa Profesional: Pendapatan yang diperoleh melalui penyediaan jasa
profesional seperti dokter, insinyur, atau pengacara.
Sedangkan, pendapatan non-halal adalah pendapatan yang melanggar prinsip-prinsip syariah.
Berikut adalah beberapa contoh pendapatan nin-halal :
 Riba (Bunga): Pendapatan yang diperoleh melalui pembayaran atau penerimaan
bunga pada pinjaman uang.
 Pendapatan dari Perjudian: Pendapatan yang berasal dari perjudian, termasuk kasino,
taruhan, atau mesin judi.
 Pendapatan dari Alkohol atau Miras: Pendapatan yang berasal dari penjualan
minuman beralkohol atau produk terkait alcohol
Ta’wid dan Ta’zir
Ta’widh adalah ganti rugi. Sementara Fatwa DSN-MUI No. 43 menjelaskan ta’widh hanya
boleh dikenakan jika pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu
yang menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pada pihak lain.
Diatur dalam : Ta’widh menurut DSN-MUI dijelaskan dalam Fatwa DSN-MUI No. 43 tetang
Ganti Rugi (ta’widh)
Sedangkan ta’zir (denda) ialah denda yang diperuntukkan kepada nasabah mampu yang
menunda-nunda pembayaran. mengartikannya sebagai bentuk hukuman yang harus dibayar
oleh seseorang dalam jumlah tertentu. Dalam konteks Perbankan Syariah, denda yang
dikenakan kepada nasabah disebut sebagai ta’zir. Jenis paling umum dari denda ialah
jumlahnya tetap dan denda harian, atau dalam bentuk dan mekanisme lainnya.
Diatur dalam : Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 17/Dsn-Mui/Ix/2000 Tentang Sanksi
Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran (Ta’zir)
Re-Financing
Refinancing (Re-Finansiasi) adalah suatu proses dalam keuangan di mana individu atau
perusahaan memutuskan untuk mengganti atau merestrukturisasi utang atau kewajiban
keuangan yang mereka miliki. Tujuan utama dari refinancing adalah untuk mengubah kondisi
utang yang ada, seperti tingkat suku bunga atau jangka waktu pembayaran, guna
mengoptimalkan situasi keuangan yang lebih menguntungkan.
Diatur dalam : FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 89/DSN-MUI/XIII2013
tentang Re-Financing.
Prinsip-prinsip Syariah yang berlaku
 Tujuan Refinancing
 Prinsip Syariah dalam Refinancing: Dalam keuangan syariah
 Re-Financing dalam Perbankan Syariah
 Re-Financing dalam Pembiayaan Perumahan
 Transparansi dan Keadilan
 Pentingnya Konsultasi
 Kepatuhan Terhadap Hukum
NOVASI SUBYEKTIF, SUBROGASI, DAN PERJUMPAAN HUTANG DALAM
PERSPEKTIF FIQH
Novasi Subyektif
Novasi adalah akad baru yang menggantikan dan menghapuskan akad yang lama. Novasi
juga bisa dikatakan suatu perjanjian di mana kreditur dan debitur sepakat untuk mengganti
hutang lama dengan hutang baru yang dibuat oleh debitur dengan pihak ketiga. Diatur dalam
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor: 103/DSN-MUI/X/2016
Tentang Novasi Subjektif Berdasarkan Prinsip Syariah.
Novasi dibagi menjadi dua yaitu :
 Novasi Subyektif Aktif
Berupa penggantian da'in berlaku ketentuan hawalat al-haqq (pengalihan piutang)
 Novasi Subyektif Pasif
Berupa penggantian madin berlaku ketentuan hawalat al-dain (pengalihan utang)
Ketentuan Khusus :
 Pihak-pihak yang melakukan novasi subjektif harus cakap hukum dan memiliki
kewenangan
 Kehendak untuk rnengadakan novasi subjektif harus dinyatakan secara tegas dan jelas
oleh para pihak dalam akta perjaniian
 Dalam akta perjanjian novasi subyektif pasif harus dinyatakan secara tegas mengenai
pembebasan madin lama dan da’in lama dari utangnya
 Bentuk novasi subjektif aktif (penggantian da'in) dengan kompensasi ('Iwadh) dalam
hukum perdata Indonesia dikenal dengan Cessie
 Novasi subjektif hanya boleh dilakukan atas utang-piutang yang sah berdasarkan
syariah dan peraturan perundang-undangan yangberlaku;
 Ketentuan mengenai jaminan dan pengikatannya diatur sesuai dengan kesepakatan.
Subrogasi
Pergantian hak da'in lama oleh da'in baru karena piutang da'in lama dilunasi oleh da'in baru.
Akad yang digunakan dalam subrogasi syariah adalah akad hawalah al-Haq (perjanjian
(akad) antara da'in dengan pihak ketiga (da'in baru) dalam rangka mengalihkan piutangnya ).
Diatur dalam Fatwa DSN-MUI No. 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi Berdasarkan
Prinsip Syariah.
Subrogasi dibagi menjadi dua yaitu :
 Subrogasi tanpa kompensasi
Pergantian hak da’in lama oleh da’in baru karena piutang da;in lama dilunasi oleh
da’in baru berdasarkan prinsip syariah tanpa adanya kompensasi
 Subrogasi dengan kompensasi
Pergantian hak da’in lama oleh da’in baru karena piutang da’in lama dilunasi oleh
da’in baru berdasarkan prinsip syariah dg menyertakan imbalan (prestasi)
Ketentuan khusus :
 Biaya subrogasi yang timbul menjadi beban da'in lama dan da'in baru sesuai
kesepakatan
 Bentuk subrogasi yang disertai dengan kompensasi dalam hukum perdata Indonesia
dikenal dengan Cessie
 Pihak-pihak yang Melakukan Akad
 Da'in lana sebagai pihak yang mengalihkan piutang
 Da'inbaru sebagai pihak yang menerima pengalihan piutang.
Perjumpaan Piutang (Muqashshah)
Salah satu cara hapusnya perikatan, yang disebabkan oleh keadaan, dimana dua pihak
masing-masing merupakan kreditur (da'in) dan debitur (Madin) satu dengan yang lainnya
saling mengkompensasikan piutang dan utangnya. Diatur dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor: 132/DSN-MUI/X/2019 tentang Perjumpaan
Piutang (Muqashshah) Berdasarkan Prinsip Syariah.
Bentuk-bentuk :
 Perjumpaan Piutang Berdasarkan Permintaan (Muqashshah Thalabiyyah)
 Perjumpaan Piutang Berdasarkan Hukum (Muqashshah Jabriyah)
 Perjumpaan Piutang Berdasarkan Kesepakatan (Muqashshah Ittifaqiyah)
Ketentuan Khusus :
 Para Pihak yang melakukan Perjumpaan Piutang harus cakap hukum dan memiliki
kewenangan.
 Kehendak untuk rnengadakan Perjumpaan Piutang harus dinyatakan secara tegas dan
jelas oleh para pihak dalam (akta) perjaqiian.
 Perjumpaan Piutang bisa terjadi karena adanya kewajiban (dain) yang bersumber dari
perjanjian (akad) utang piutang {qardh) atau da’in karena lahir dari perikatan lainnya.
 Jika obyek Perjumpaan Piutang berupauang yang berbeda jenis, maka janji para pihak
untuk melakukan Perjumpaan Piutang (muqashshah) di masa yang akan datang wajib
berdasarkan harga pasar nilai uang pada saat terjadi Perjumpaan Piutang.

KOPERASI SYARIAH
Pengertian
Koperasi Syariah adalah Koperasi yang didirikan, dikelola dan menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
Pendirian
Konsep pendirian Koperasi Syariah pada dasarnya menggunakan konsep Syirkah
Mufawadhoh yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau
lebih, masing- masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan
berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula.
Hukum dalam Islam
Penetapan hukum koperasi dapat dipertimbangkan melalui kaidah Ushul al Fiqh, dimana
hukum Islam mengijinkan kepentingan masyarakat atau kesejahteraan bersama melalui
prinsip istislah atau al mashlaha. Ini berarti ekonomi Islam harus memberi prioritas pada
kesejahteraan bersama yang merupakan kepentingan masyarakat dan jika menyoroti fungsi
koperasi sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat dan alat
pendemokrasian ekonomi, maka prinsip istislah dipenuhi oleh koperasi.
Spiritualisasi Badan Hukum dan Bisnis Koperasi
Agama, dalam teori etika ini, merupakan sumber yang dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk mengetahui atau membedakan yang baik dari yang buruk dan yang benar dari yang
salah. Mengapa agama dijadikan sumber nilai? Karena hanya Tuhanlah yang memiliki
otoritas tertinggi dalam menetapkan nilai-nilai yang baik dan yang benar. Jadi, dimensi
spiritualitas dalam etika dan agama saling berkaitan.
Pedoman Pendirian
Koperasi Syariah boleh didirikandan dioperasikan dengan syarat tunduk dan patuh pada
ketentuan(dhawabith) dan batasan(hudud) yang terdapat dalam Fatwa DSN/MUI No 141yang
berisi :
 Akad pendirian menggunakan akan syirkah
 Pendirian tidak melanggar UU dan prissip Sayriah
 Modal Usaha berupa Nuqud
 Penaksiran Barang harus diketahui Nilainya
 Anggota koperasi menyepakit perjanjian Koperasi
Ketentuan Kelembagaan
 Seluruh anggota ditetapkan dalam rapat anggota
 Pengurus wajib berusaha yang tidak bertentangan dengan syariah
 Kerugian Koperasi merupakan tanggung jawab Bersama
 Apabila anggota berhenti, maka dizinkan untuk mengambil modal
 Akad anggota sudah ditentukan menurut syaria

SUKUK OBLIGASI DAN PASAR MODAL DALAM PERSPEKTIF FIQH


Sukuk
Sukuk adalah pernyataan kepemilikan manfaat suatu aset. Dengan menerbitkan sukuk,
pemerintah atau perusahaan dapat memperoleh modal dari masyarakat. Dana yang diperoleh
kemudian akan digunakan untuk proyek pembangunan yang tidak bertentangan dengan nilai-
nilai syariah. Pemerintah atau perusahaan dalam hal ini pemilik harus membayar pendapatan
kepada pemilik obligasi syariah dengan sistem bagi hasil.
Jenis-Jenis :
 Sukuk Musyarakah
 Sukuk Ijarah
 Sukuk Mudharabah
 Sukuk Istishna
Keunggulan :
Keungulan sukuk yaitu memiliki jaminan dari negara tidak perlu khawatir saat berinvestasi
pada produk ini karena pembayaran kupon atau bunga dan nilai nominalnya dijamin oleh
negara. Hal ini membuat instrumen investasi tersebut hampir tidak memiliki risiko gagal
bayar.
Obligasi
Pengertian obligasi adalah surat berharga yang berupa pengakuan yang diterbitkan oleh
suatu perusahaan penerbit, baik itu perusahaan swasta maupun pemerintah. Pemilik utang
adalah perusahaan penerbitnya. Surat yang diterbitkan setelah itu dapat dijual kepada umum.
Di sini, perusahaan bertindak sebagai pemilik obligasi atau sebagai pihak yang berhutang.
Surat hutang yang menjadi pokok transaksi memuat kesepakatan bahwa penerbit akan
membayar hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo.
Jenis-jenis :
 Obligasi tradisional
Instrumen utang jenis ini memiliki nilai nominal yang sangat tinggi, yakni. sekitar Rp
1 miliar per slot.
 Obligasi ritel
Instrumen utang jenis ini total nilai nominalnya hanya berkisar Rp 1 juta.
Perbedaan Sukuk dan Obligasi
 Tingkat pendapatan pinjaman sukuk didasarkan pada tingkat rasio penyaluran imbal
hasil (rasio) yang disepakati antara emiten dan investor, sedangkan obligasi
menekankan pendapatan investasi berdasarkan suku bunga.
 Sistem pengawasan sukuk selain di awasi oleh pihak wali amanat ,mekanismenya
juga dikendalikan oleh Dewan Syarȋ'ah (Majlis Ulama Indonesia) sejak penerbitan
sampai dengan berakhirnya periode tersebut. Sistem ini mengikuti prinsip kehati-
hatian dan perlindungan terhadap investor sukuk diharapkan dapat lebih terjamin.
Sedangkan, pada saat yang sama,obligasi pengawasannya hanya pihak wali amanat
yang bertanggung jawab.
Pasar Modal dalam Perspektif Fiqh
Pasar modal dalam perspektif fiqih mengacu pada hukum-hukum Islam yang berkaitan
dengan transaksi keuangan, investasi, dan perdagangan surat berharga. Prinsip utama dalam
fiqih terkait pasar modal adalah kepatuhan terhadap syariah atau hukum Islam. Beberapa
aspek yang perlu diperhatikan mencakup:*
 Riba (Bunga): Transaksi yang melibatkan riba dilarang dalam Islam. Oleh karena itu,
instrumen keuangan yang menghasilkan bunga tidak sesuai. Bagi investor Muslim,
penting untuk memilih instrumen investasi yang bebas dari unsur riba.
 Gharar (Ketidakpastian atau Spekulasi Berlebihan): Transaksi yang mengandung
gharar atau ketidakpastian berlebihan juga dihindari. Investor Muslim sebaiknya
memilih investasi yang memiliki dasar yang jelas dan menghindari spekulasi
berlebihan.

ASURANSI DALAM PERSPEKTIF FIQH


Pengertian
Asuransi merupakan suatu mekanisme perlindungan terhadap harta yang dimiliki dimana
didalamnya terdapat pihak tertanggung yang membayar sejumlah dana kepada pihak
penanggung guna mendapatkan penggantian rugi atas resiko yang mungkin akan terjadi di
masa yang akan datang. Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi. dan tolong
menolong diantara sejumlah orang pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu. melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Dasar Hukum
 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang
perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
 Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang
Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi dengan system Syariah.
Jenis-jenis
Dilihat dari segi fungsinya
a. Asuransi kerugian (non life insurance)
b. Asuransi jiwa
 Asuransi berjangka (Tern insurance)
 Asuransi tabungan (Endowment insurance)
 Asuransi seumur hidup (whole life insurance)
c. Reasuransi (reisurance)
Dilihat dari segi kepemilikannya
a. Asuransi milik pemerintah
b. Asuransi milik swasta nasional
c. Asuransi milik perusahaan asing
d. Asuransi milik campuran
Di tinjau dari aspek peserta
a. Asuransi pribadi
b. Asuransi sosial
Ditinjau dari bentuknya
a. Takafful dan ta'wun
b. At ta'min at-tijara ini mencakup asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
Ditinjau dari aspek pertanggungan atau objek yang di petanggungkan
a. Asuransi kerugian
b. Asuransi jiwa
 Asuransi jiwa mempunyai tiga bentuk:
 Asuransi berjangka
 Asuransi jiwa seumur hidup
 Asuransi dwiguna

Perspektih Fiqh
Jika ditilik ke dalam khazanah fiqih Islam kontemporer, akan kita jumpai berbagai silang
pendapat di kalangan para pemikir Islam dalam menentu kan hukum asuransi ini. Ada yang
mengatakan bahwa asuransi itu hukumnya haram secara mutlak dengan dasar bahwa di dalam
akad asuransi terdapat unsur riba, dan riba jelas-jelas dilarang oleh agama. Ada pula yang ber
pendapat bahwa asuransi termasuk perkara syubhat, dengan alasan tidak ada yang secara
tegas menunjukkan hukumnya, halal atau haram. Selain itu, ada pula ulama yang
membolehkan sebagaian bentuk asuransi dan mengharamkan sebagian lainnya, karena
menurut mereka asuransi termasuk ke dalam kategori muamalah yang mengandung manfaat.

AKAD-AKAD PADA 150 RUMAH SAKIT

AKAD-AKAD PADA PARIWISATA

Anda mungkin juga menyukai