Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FIQH EKONOMI
tentang
PRINSIP AKAD DALAM ISLAM

GUSTI DIRGA ALFAKHRI PUTRA


NIM. 2120030003

PRODI EKONOMI SYARIAH


PROGRAM PASCASARJANA
A. Pengertian Akad, Rukun Akad, dan Syarat Keabsahannya
Akad adalah perikatan ijab dengan qabul yang dibenarkan syariat dan menepatkan
keridhaan kedua belah pihak. Atau dengan kata lain, akad adalah suatu perikatan
antara ijab dan kabul dengan cara yang dibenarkan syariat yang menetapkan adanya
akibat-akibat hukum pada objeknya.
Dasar hukum di lakukannya akad dalam Al-Qur’an adalah surah Al-Maidah ayat 1
sebagai berikut:
‫ۚ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأْو ُفو۟ا ِبٱْلُع ُقوِد‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu....‌”
Akad merupakan salah satu cara untuk memperoleh harta dalam kehidupan sehari-
hari. Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan harus diterapkan dalam
bermuamalah.
1. Ucapan
Ijab & Qabul 2. Tulisan
3. Isyarat

UNSUR-
UNSUR
AKAD
(RUKUN & Pelaku Kontrak Cakap /wilayah
SYARAT (A’qidain)
AKAD

1. Sah/Halal Menurut
Obyek Akad Hukum Islam
(Ma’qud Alaih)
2. Dapat Diserahkan
Syarat-syarat umum suatu akad sebagai berikut:
a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli).
b. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
c. Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak melakukannya,
walaupun dia bukan ‘aqid yang memiliki barang.
d. Janganlah akad itu akad yang dilarang oleh syara’, seperti jual beli mulasamah.
e. Akad dapat memberikan faedah.
f. Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi qabul, maka bila orang yang berijab menarik
kembali ijabnya sebelum qabul, maka batallah ijabnya.
g. Ijab dan qabul mesti bersambung, maka bila seseorang yang berijab sudah berpisah sebelum
adanya qabul, maka ijab tersebut menjadi batal.
Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam sebagian
akad, syarat khusus ini bisa juga disebut syarat tambahan yang harus ada disamping syarat-syarat
yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan.
B. Pengaruh Akad
Dalam kehidupan manusia, diperlukan aturan, etika, norma, ataupun
batasan-batasan. Nilai-nilai inilah yang akan mengatur hubungan manusia dengan
dirinya sendiri atau ketika berhubungan dengan orang lain. Akad adalah batasan-
batasan kehidupan, yang berfungsi untuk membatasi hubungan manusia, mengatur
kehidupan muamalah manusia.
Islam memuliakan dan mensucikan akad-akad yang ada dan memerintahkan
kaum muslimin untuk menghormatinya walaupun akan dijalankan dengan orang
nonmuslim. Akad atau transaksi memegang peran penting dalam setiap aktivitas
perekonomian secara umum. Akad yang kita lakukan akan memberikan pengaruh
besar pada akibat hukum dari sebuah transaksi yang bersifat mengikat. Dalam fiqh
muamalah, akad menjadi tema penting yang harus dipahami dengan tepat, karena
akad akan menjadi penentu sah tidaknya transaksi yang berlangsung.
C. Aqad Ghairu Lisan
1. Aqad al-Mu’athah atau Ta’athiy
Contoh : transaksi jual beli di toko atau minimarket dimana pembeli mengambil barang lalu
membayar uangnya ke kasir tanpa mengucapkan ijab dan kabul.
2. Aqad bi al-Kitabah (Akad Dengan Tulisan)
Contoh : nota, surat pesanan dan atau bahkan lewat SMS, email, dan sejenisnya.
3. Aqad bi al-Isyarat
Bagi yang mampu bicara, tidak dibenarkan akad dengan isyarat, melainkan harus
menggunakan lisan atau tulisan. Adapun bagi mereka yang tidak dapat bicara, boleh menggunakan
isyarat, tetapi jika tulisannya bagus dianjurkan menggunakan tulisan. Hal itu dibolehkan apabila ia
sudah cacat sejak lahir. Jika tidak sejak lahir, ia harus berusaha untuk tidak menggunakan isyarat.
D. Penerapan Aqad Ghairu Lisan Pada Era Digital
Contoh sederhana, saat kita membeli barang-barang kebutuhan di
minimarket ataupun swalayan, kita mengambil barang-barang tersebut,
menyerahkannya ke kasir, lalu membayar sesuai dengan harga yang tertera tanpa
ada proses tawar menawar atau ijab dan kabul.
Contoh lainnya, saat kita membeli barang di situs belanja online, kita bebas
memilih barang yang diinginkan dan bisa menggunakan berbagai metode
pembayaran baik dalam bentuk transfer ataupun COD (Cash On Delivery). Proses
tersebut juga berjalan tanpa adanya ijab dan kabul antara penjual dan pembeli.
Dalam fiqh muamalah, transaksi tersebut juga termasuk kedalam penerapan Aqad
al-Mu’athah atau Ta’athiy.
E. Macam-macam Akad
Jika dilihat dari keabsahannya maka dapat di bagi menjadi dua yaitu:
1. Akad Shahih
2. Akad Ghairu Shahih
Dilihat dari bernama atau tidaknya suatu akad terbagi menjadi:
1. Aqad Musammah
2. Aqad Ghairu Musammah
Ditinjau dari terlaksananya transaksi:
3. Akad Nafidz (terlaksana)
4. Akad Mauquf (menggantung).
Dipandang dari tujuan akad
a. Al-Tamlikat yaitu akad yang bertujuan untuk pemilikan sesuatu baik benda atau
manfaatnya seperti jual beli dan ijarah.
b. Al-Isqahat yaitu akad yang bertujuan menggugurkan hak-hak, seperti thalaq , dan
pemanfaatan qishas
Dilihat dari berhubungannya pengaruh akad
1. Akad munajaz yaitu akad yang bersumber dari sighat yang tidak dihubungkan
dengan syarat dan masa yang akan datang, misalnya “Saya jual tanah ini kepada
engkau seharga sekian.”
2. Akad yang disandarkan pada masa yang akan datang yaitu akad yang bersumber
pada sighat yang ijabnya disandarkan pada masa yang akan datang.
3. Akad yang dihubungkan dengan syarat, yaitu akad yang dihubungkan dengan
urusan lain dengan satu syarat, misalnya “jika kamu bepergian nanti kamu menjadi
wakilku.”
F. Berakhirnya Akad
1. Berakhirnya akad dengan sebab fasakh. Akad fasakh karena
beberapa kondisi:
a. Fasakh dengan sebab akad fasid (rusak)
b. Fasakh dengan sebab khiyar
c. Fasakh dengan iqalah (menarik kembali)
d. Fasakh karena tidak ada tanfiiz (penyerahan barang/harga)
e. Fasakh karena jatuh tempo (habis waktu akad) atau terwujudnya
tujuan akad
2. Berakhirnya akad karena kematian
3. Berakhirnya akad karena tidak ada izin untuk akad mauquf
G. Urgensi dan Kedudukan Akad dalam Bisnis
Al Qur’an sebagai pegangan hidup umat Islam telah mengatur kegiatan bisnis
secara eksplisit, dan memandang bisnis sebagai sebuah pekerjaan yang
menguntungkan dan menyenangkan, sehingga Al Quran sangat mendorong dan
memotivasi umat Islam untuk melakukan transaksi bisnis dalam kehidupan
mereka.
Salah satu ajaran Al Qur’an yang paling penting dalam masalah pemenuhan
janji dan kontrak adalah kewajiban menghormati semua kontrak dan janji, serta
memenuhi semua kewajiban. Al Qur’an juga mengingatkan bahwa setiap orang
akan dimintai pertanggungjawabannya dalam hal yang berkaitan dengan ikatan
janji dan kontrak yang dilakukannya.
Akad merupakan unsur terpenting yang harus diperhatikan dalam bertransaksi
karenanya akad yang menentukan suatu transaksi dinyatakan sah menurut syara’
atau batal sehingga akad harus diperhatikan dari berbagai aspeknya baik dari
rukun dan syaratnya, obyek akad, maupun yang mengakhiri akad.
H. Fenomena Akad Murakkab (Hybrid Contract) pada Lembaga
Keuangan Syariah (Bank dan Non Bank)
Akad murakkab adalah kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu
akad yang mengandung dua akad atau lebih, seperti jual beli dengan sewa
menyewa, hibah, wakalah, qardh, muzara’ah, sharf (penukaran mata uang), syirkah,
mudharabah, dan seterusnya sehingga semua akibat hukum akad-akad yang
terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang ditimbulkannya dipandang
sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, sebagaimana akibat
hukum dari satu akad.
Pada masa kini di mana transaksi keuangan modern semakin kompleks,
dibutuhkan model kontrak dalam bentuk kombinasi beberapa akad yang disebut
dengan akad murakkab atau multi akad. Kombinasi akad sekarang ini adalah sebuah
keniscayaan, akad murakkab dikembangkan dalam merespon keuangan
kontemporer
I. Batasan dan Ketentuan Dibolehkannya Akad Murakkab
Terdapat beberapa ketentuan yang harus diperhatikan berkaitan
penggabungan beberapa akad dalam satu transaksi, yaitu, Pertama, penggabungan
dua atau tiga akad (akad murakkabah) dalam satu transaksi tidak bertujuan untuk
menjadi solusi terhadap akad yang dilarang oleh syariat, sehingga dapat
mengakibatkan pendapatan mengandung unsur riba. Kedua, pembentukan akad
murakkabah tidak bertujuan untuk menyiasati transaksi yang mengandung unsur
riba. Ketiga, unsur-unsur pembangun multi akad tidak saling bertentangan dalam
status hukumnya
J. Bentuk Bentuk Akad Murakkab
Akad Murakkab yang umumnya banyak di aplikasikan dalam Ekonomi
Islam

• Ijarah muntahiya bi al-tamlik (akad sewa menyewa yang berakhir


dengan kepemilikan/jual beli)

• Musyarakah mutanaqishah (akad kerja sama yang berkurang berakhir


dengan jual beli kredit)

• Murabahah lil Aamir bi asy-Syira (Murabahah KPP [Kepada Pemesan


Pembelian]/Deferred Payment Sale).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai