Anda di halaman 1dari 13

TEORI AKAD

DAN
TRANSAKSI
DALAM
EKONOMI
AKA
D Menurut Ibn Abidin, Akad adalah perikatan
Secara etimilogi, akad antara lain berarti: “ikatan
yang ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan
antara dua perkara, baik secara nyata maupun ikatan
ketentuan yaitu menghimpun atau
secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi.
mengumpulkan dua ujung tali dan
pengertian akad dari segi bahasa segala sesuatu yang
mengikatkan salah satu pada yang lainnya
dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya
hingga keduanya bersambung dan menjadi
sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan, atau
seutas tali yang satu. Sedangkan secara
sesuatu yang pembentukannya membutuhkan
terminologi hukum Islam, akad berarti
keinginan dua orang seperti jual-beli, perwakilan, dan
pertalian antara ijab dan qabul yang
gadai.
dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan
akibat hukum terhadap obyeknya
Dasar Hukum Akad

hukum dari suatu akad adalah : Terjadi perpindahan


hak dan kewajiban dari para pihak (timbal balik)
Terjadi Perpindahan kepemilikan dari satu pihak
kepada pihak lain. Berubahnya status hukum ( Dari
Haram menjadi Halal)

dalam bertransaksi karenanya akad yang menentukan suatu


transaksi dinyatakan sah menurut syara' atau batal sehingga
akad harus diperhatikan dari berbagai aspeknya baik dari
rukun dan syaratnya, obyek akad, maupun yang mengakhiri
akad.
Rukun dan Syarat Akad

Menurut pendapat ulama rukun akad ada 3 yaitu


1. Orang-orang yang akad (”aqid), contoh : Penjual dan Pembeli.
2. Sesuatu yang diakadkan (Maqud ”Alaih), contoh : Harga atau yang
dihargakan.
3. Shighat, yaitu Ijab dan qabul
Adapun syarat-syarat sahnya suatu transaksi antara lain :
a) transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling
ridha;
b) prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
(thayib);
c) uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas;
d) tidak mengandung unsur riba;
e) Tidak mengandung Unsur Kedzoliman
f) tidak mengandung unsur maysir;
g) tidak mengandung unsur gharar;
h) tidak mengandung unsur haram;
i) tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money).
j) transaksi tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk
satu akad serta tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan
(ta’alluq) dalam satu akad;
k) tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan(najasy), maupun
melalui rekayasa penawaran (ihtikar);
l) tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap(risywah).
Macam-macam Akad Transaksi 1. Akad Shahih
Akad shahih merupakan akad yang telah
Menurut ulama’ fiqh, akad dapat dibagi dari memenuhi syarat dan rukun.
beberapa segi. Namun dalam Ulama’ Madhab Hanafi dan Madhab
hal hal ini kami membagi akad dilihat dari segi Maliki membagi akad shahih ini dalam
keabsahannya menurut syara’. dua
Sehingga akad dibedakan menjadi dua, yaitu akad macam ;
shahih dan akad yang tidak a. Akad Nafiz
shahih. b. Akad mauquf
Ulama’ fiqh juga membagi jual beli yang
shahih dari segi mengikat atau
tidak.
a) Akad yang bersifat mengikat bagi kedua
belah pihak
b) Akad yang tidak bersifat mengikat bagi
kedua belah pihak
2. Akad yang tidak Shahih
Akad yang tidak shahih merupakan akad yang Hal-hal yang Membatalkan Akad
terdapat kekurangan pada Transaksi
rukun atau syaratnya. Sehingga akibat hukum Ulama’ fiqh menyatakan bahwa suatu akad
tidak berlaku bagi kedua belah pihak itu dapat menjadi batal atau
yang melakukan akad itu. Madhab Hanafi bisa dikatakan berakhir manakala terjadi
membagi akad yang tidak shahih ini ke hal-hal sebagi berikut ;
dalam dua macam.
a.akad batil
b.akad fasid 1) Berakhir masa berlaku akad itu, apabila
akad itu memiliki tenggang waktu.
2) Dibatalkan oleh pihak-pihak yang
berakad, apabila akad itu mengikat.
3) Dalam suatu akad yang bersifat mengukat, akad
dapt berakhir bila :
a. Akad itu fasid
b. Berlaku khiyar syarat dan khiyar aib
c. Akad itu tidak dilaksanakan oleh satu pihak yang
berakad.
d. Telah tercapai tujuan akad itu secara sempurna.
4) Wafat salah satu pihak yang berakad
Akad Transaksi Implikasinya dalam Operasional Lembaga
Keuangan Syariah

Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan


terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian
nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional
selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur
Perbankan Indonesia (API), Arsitektur SistemKeuangan Indonesia (ASKI), serta
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya
pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang
mendukung pencapaian rencana strategis dalamskala yang lebih besar pada tingkat
nasional
terdapat 10 Aplikasi akad atau kontrak dalam wacana
fikih pada Bank Syariah
1. Giro Wadī’ah dengan prinsip Wadī‘ah Yad ḍamānah
2 Tabungan Umat dengan prinsip Wadī‘ah Yad ḍamānah
3. Tabungan Ummat Co-Branding dengan prinsip Wadī‘ah Yad ḍamānah
4. Tabungan Ummat Ukhuwah dengan prinsip Wadī‘ah Yad ḍamānah
5. TabunganUmmat B-card dengan prinsip Wadī‘ah Yad ḍamānah
6. Tabungan Arafah dengan prinsip Muḍārabah
7. Tabungan Muḍārabah dengan prinsip Muḍārabah
8. Tabungan Fulinves dengan prinsip Muḍārabah
9. Investasi Khusus dengan prinsip Muḍārabah muqayyadah
10. Dana Pensiun dengan prinsip Muḍārabah
Hingga Tahun 2015 ini, terdapat 11 Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang
Bank Umum Syariah: No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
1) Bank Muamalat Indonesia, yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
2) Bank Syariah Mandiri, pengembangan industri perbankan syariah
3) Bank Syariah BNI, nasional semakin memiliki landasan hukum
4) Bank Syariah BRI, yang memadai dan akan mendorong
5) Bank Syariah Mega Indonesia, pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan
6) Bank Jabar dan Banten, progres perkembangannya yang impresif, yang
7) Bank Panin Syaria, mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari
8) Bank syariah Bukopin, 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka
9) Bank Viktoria Syariah, diharapkan peran industri perbankan syariah
10) Bank BCA Syariah, dalam mendukung perekonomian nasional akan
11)Bank Maybank Indonesia Syariah. semakin signifikan.
Akad Akad Bank Syariah

Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi
ke dalam enam kelompok pola, yaitu:

• Pola Titipan, seperti wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad


dhamanah;
• Pola Pinjaman, seperti qardh dan qardhul hasan;
• Pola Bagi Hasil, seperti mudharabah dan musharakah;
• Pola Jual Beli, seperti murabahah, salam, dan istishna;
• Pola Sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina;
• Pola Lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan
rahn.
"Sekian Presentasi dari Kelompok Kami
Jika Ada Kesalahan Mohon Dibicarakan Baik-baik
Bukan Malah Pergi Mencari Yang Lebih Baik"

Anda mungkin juga menyukai