Anda di halaman 1dari 16

FIKIH MUAMALAH

Asal Usul Hak, Kepemilikan, Pengertian Dan Pembagian Hak

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas fikih mualah

Dosen Pengampu: H. Moh. Syamsul Falah, M. Pd

Kelompok 03
1. Nur Maulidah F. (NIM : 1993244038)
2. Anza Rizqi Amalia (NIM : 1993244018)
3. Moh. Syafiqur Romzi (NIM : 1993244006)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG - JOMBANG
2021

i
KATA PENGATAR

Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang menegakkan langit,


membentangkan bumi, dan mengurusi seluruh makhluk. Dzat yang mengutus
Rasulullah SAW. Sebagai pembawa petunjuk dan menjelaskan syariat agama
kepada setiap mukallaf secara jelas dan terang.
Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW. hamba dan utusan nya yang
tercinta, sosok yang paling utama diantara seluruh makhluk. Beliau dimuliakan
dengan Alquran yang merupakan mukjizat serta sunnah yang menjadi pembimbing
bagi umat manusia. Rahmat dan keselamatan Allah semoga selalu dilimpahkan
kepada seluruh Nabi dan Rasul, kepada keluarga, dan para shalihan.
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak pembimbing yang telah

membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami sehingga

terselesaikan makalah yang berjudul Asal Usul Hak, Kepemilikan, Pengertian

Dan Pembagian Hak.

Dan juga terima kasih yang sebesar – besarnya kami ucapkan


kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah
ini.
Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan
makalah ini, tentu masih banyak kekurangan. kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekhilafan, maka
dengan hal itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
sehingga ke depan dapat menjadi koreksi untuk kemajuan dan lebih baik demi
penyempurnaan makalah ini.

Jombang, 22 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................
....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................
....................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................
....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
....................................................................................................................................1
....................................................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
....................................................................................................................................2
A. Asal – Usul Hak.......................................................................................... 2
B. Pengertian Hak Milik................................................................................ 2
C. Pembagian Hak.......................................................................................... 4
D. Sebab – Sebab Kepemilikan...................................................................... 7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
....................................................................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................. 10
B. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
....................................................................................................................................12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk membimbing
manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.Nabi Muhammad SAW juga
memerintahkan kepada seluruh umatnya agar memelihara hak antar sesama.
Dalam hak milik harus dilandasi oleh aspek-aspek keimanan dan
moral, serta dijabarkan didalam aturan-aturan hukum, agar ada keadilan dan
kepastian. Benar pernyataan bahwa hukum tanpa moral dapat jatuh kepada
kezaliman, dan moral tanpa hukum dapat menimbulkan ketidakpastian.
Islam telah menetapkan adanya hak milik perseorangan maupun
kelompok terhadap harta yang dihasilkan dengan cara-cara yang tidak
melanggar hukum syara’.Islam juga menetapkan cara-cara melindungi hak
milik ini, baik melindungi dari pencurian, perampokan, perampasan yang
disertai dengan sanksinya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
asal usul hak, pengertian hak, pembagian hak, dan sebab-sebab kepemilikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal – Usul Hak ?
2. Bagaimana Pengertian Hak Milik ?
3. Bagaimana Pembagian Hak ?
4. Bagaimana Sebab – Sebab Kepemilikan ?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Asal – Usul Hak
2. Untuk Memahami Pengertian Hak Milik
3. Untuk Memahami Pembagian Hak
4. Untuk Memahami Sebab – Sebab Hak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal - Usul Hak
Ketergantungan seseorang kepada yang lain dirasakan ada ketika
manusia itu lahir. Seseorang hanya ahli dalam bidang tertentu saja, seperti
seorang petani mampu (dapat) menanam ketela pohon dan padi dengan baik,
tetapi dia tidak  mampu membuat cangkul. Jadi, petani mempunyai
ketergantungan kepada seorang ahli pandai besi yang membuat cangkul.Juga
sebaliknya, orang yang ahli dalam pandai besi tidak sempat menanam padi,
padahal makanan pokoknya adalah beras.Jadi, seorang yang ahli dalam
pandai besi memiliki ketergantungan kepada petani.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan sehingga sering terjadi
pertentangan-pertentangan kehendak. Untuk menjaga keperluan masing-
masing, perlu ada aturan-aturan yang mengatur kebutuhan manusia agar
manusia itu tidak melanggar dan mengambil paksa hak-hak orang lain. Maka
timbullah hak dan kewajiban diantara sesama manusia.1

B. Pengertian Hak Milik


Berikut beberapa pegertian hak, diantaranya :
1. Menurut pengertian umum, hak ialah:

‫ع س ُْلطَةَ أوْ تَ ْكلِ ْيفَا‬


ُ ْ‫صاصٌ يُقَرِّ ُربِ ِه ال َّشر‬
َ ِ‫اِجْ ت‬
Artinya: “Suatu ketentuan yang digunakan oleh syara’ untuk
menetapkan suatu kekuasan atau suatu beban hukum.”
2. Pengertian hak sama dengan arti hukum dalam istilah ahli ‘Uşul :

ِ ‫ص ال َّشرْ ِعيَّ ِة الَّتِى تَ ْنتَ ِظ ُم َعلَى َسبِ ْي ِل ا ِإل ْل‬


َ ِ‫زَام َعالَئ‬
‫ق‬ ِ ‫َمجْ ُموْ َعةُ ْالقَ َو‬
ِ ْ‫اع ِد َوالنُّصُو‬
‫ال‬ِ ‫اص َو ْاألَ ْم َو‬
ِ َ‫ْث ْاألَ ْشخ‬ُ ‫اس ِم ْن َحي‬ ِ َّ‫الن‬
Artinya: “Sekumpulan kaidah dan nash yang mengatur atas dasar
harus ditaati untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik
mengenai orang maupun mengenai harta.”
3. Ada juga hak didefinisikan sebagai berikut:

1Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 3

2
ٍ ‫الس ُّْلطَةُ َعلَى ال َّشي ٍْئ أَوْ َما يَ ِجبُ َعلَى َش ْخ‬
‫ص لِ َغي ِْر ِه‬
Artinya: “Kekuasaan mengenai sesuatu atau sesuatu yang wajib dari
seseorang kepada yang lainnya.”
Sedangkan milik didefinisikan sebagai berikut:
‫اع ِع ْن َد َعد َِم ْال َمانِ ِع ْالشَرْ ِع ِّي‬
ِ َ‫ف َو ْا ِال ْنتِف‬ َ َّ‫صا ِحبُهُ شَرْ عًا اَ ْن يَ ْستَبِ َّد بِالت‬
ِ ُّ‫صر‬ َ ِ‫اِ ْخت‬
َ ُ‫صاصٌ يُ ْم ِكن‬
Artinya: “Kekhususan terdapat pemilik suatu barang
menurut syara’ untuk bertindak secara bebas bertujuan mengambil
manfaatnya selama tidak ada penghalang syar`i.”2
Apabila seseorang telah memiliki suatu benda yang sah
menurut syara`, orang tersebut bebas bertindak terhadap benda tersebut, baik
akan dijual maupun akan digadaikan, baik dia sendiri maupun dengan
perantara orang lain.3
Islam juga memberikan batas-batas tentang hak milik agar manusia
mendapat kemaslahatan dalam pengembangan harta tadi dalam menafkahkan
dan dalam perputarannya, yaitu melalui prinsip-prinsip diantaranya:
a. Hakikatnya harta itu adalah milik Allah SWT.
Firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 7:
‫ٰا ِمنُوْ ا بِاهّٰلل ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َواَ ْنفِقُوْ ا ِم َّما َج َعلَ ُك ْم ُّم ْست َْخلَفِ ْينَ فِ ْي ۗ ِه فَالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم َواَ ْنفَقُوْ ا لَهُ ْم اَجْ ٌر َكبِ ْي ٌر‬
Artinya: “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”
b. Harta kekayaan jangan sampai hanya ada atau dimiliki oleh segolongan kecil
masyarakat
Firman Allah dalam surat Al Hasyr ayat 7:

‫َمٓا اَفَ ۤا َء هّٰللا ُ َع ٰلى َرس ُْولِ ٖه ِم ْن اَ ْه ِل ْالقُ ٰرى فَلِ ٰلّ ِه َولِل َّرس ُْو ِل َولِ ِذى ْالقُرْ ٰبى‬
‫َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َواب ِْن ال َّسبِي ۙ ِْل َك ْي اَل يَ ُك ْو َن ُد ْولَةً ۢ بَي َْن ااْل َ ْغنِيَ ۤا ِء‬
‫هّٰللا‬
َ ‫ِم ْن ُك ۗ ْم َو َمٓا ٰا ٰتى ُك ُم ال َّرس ُْو ُل فَ ُخ ُذ ْوهُ َو َما نَ ٰهى ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَه ُْو ۚا َواتَّقُوا‬
‫هّٰللا‬
ِ ۘ ‫ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬

2Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 33


3Imron Abu Amar, Terjemahan Fat-hul Qarib, Menara Kudus, Kudus, 1982, hlm. 326

3
Artinya: “Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah
untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.Sungguh,
Allah sangat keras hukuman-Nya.”
c. Ada barang-barang yang karena dlaruri-nya adalah untuk kepentingan masyarakat
seluruhnya.4
Mazhab Maliki dan Hanafi mengemukakan teori ta`asuf yang didalam
penerapannya terhadap hak milik sebagai berikut:
1) Tidak boleh menggunakan hak kecuali untuk mencapai maksud yang dituju
dengan mengadakan hak tersebut.
2) Menggunakan hak dianggap tidak menurut agama jika mengakibatkan timbulnya
bahaya yang tidak lazim.
3) Tidak boleh menggunakan hak kecuali untuk mendapat manfaat bukan untuk
merugikan orang lain.
4) Tidak boleh menggunakan hak melebihi aturan syari’ah.
5) Tidak boleh menggunakan hak yang lebih condong ke madharatnya dari pada
manfaatnya.
Hak yang dijelaskan di atas, adakalanya merupakan sultah dan taklif.Sultah terbagi
dua, yaitu:
a) Sultah ‘ala al nafsi ialah hak seseorang terhadap jiwa, seperti hak
pemeliharaan anak.
b) Sultah ‘ala syai’in mu’ayanin ialah hak manusia untuk memiliki sesuatu,
seperti seseorang berhak memiliki sebuah mobil.
Sedangkan Taklif  adalah orang yang bertanggung
jawab. Taklif adakalanya tanggungan pribadi (`ahdahsyakhşiyah) seperti
seseorang buruh menjalankan tugasnya, adakalanya tanggungan
harta (‘ahdah maliyah) seperti membayar utang.

C. Pembagian Hak
4A. Dzajuli, Fiqh Siyasah, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2003, hlm. 209-212

4
Dalam pengertian umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Haq mal ialah:

‫ق بِ ْال َما ِل َك ِم ْل ِكيَّ ِة ْاألَ ْعيَا ِن َوال ُّديُوْ ِن‬


ُ َّ‫َمايَتَ َعل‬
Artinya: “Sesuatu yang berpautan dengan harta, seperti pemilikan
benda-benda atau utang-utang.”
2. Haq gairu mal ialah sesuatu yang berpautan selain harta.Hak gairu mal ada dua
bagian, yaitu : haq syakhşi dan haq `aini
a. Haq syakhşi ialah:

‫ص َعلَى أَخَ ر‬
ٍ ‫ع لِ َش ْخ‬ ْ ‫َم‬
ُ ْ‫طلَبٌ يُقِرُّ هُ ال َّشر‬
Artinya: “Suatu tuntutan yang ditetapkan syara’ dari seseorang
terhadap orang lain.”
b. Haq ‘aini ialah hak orang dewasa dengan bendanya tanpa dibutuhkan orang
kedua. Haq ‘aini ada 2 macamyaitu : aşli dan ţab`i.
1) Haq ‘aini aşli ialah adanya wujud benda tertentu dan adanya şahub al-
haq seperti hak milkiyah dan hak irtifaq.Macam-macam haq ‘aini
ashli sebagai berikut:
a) Haq al-milkiyah, yaitu hak yang memberikan pemiliknya hak
wilayah. Boleh dia memiliki, menggunakan, mengambil manfaat,
menghabiskannya, merusakkannya, dan membinasakannya, dengan
syarat tidak menimbulkan kesulitan bagi orang lain.
b) Haq al-intifa’, ialah hak hanya boleh dipergunakan dan diusahakan
hasilnya.
c) Haq al-irtifaq, ialah hak memiliki manfaat yang ditetapkan untuk
suatu kebun atas kebun yang lain, yang dimiliki bukan oleh pemilik
kebun pertama.Misalnya saudara Ibrahim memiliki sawah di
sebelahnya sawah saudara Ahmad. Air dari selokan dialirkan ke
sawah saudara Ibrahim. Sawah Tuan Ahmad pun membutuhkan air.
Air dari sawah saudara Ibrahim dialirkan ke sawah dan air tersebut
bukan milik saudara Ibrahim.
d) Haq al istihan, hak yang diperoleh dari harta yang digadaikan.
e) Haq al-ihtibas, ialah hak menahan suatu benda.
f) Haq qarar (menetap) atas tanaf wakaf.Yang termasuk hak menetapkan
atas tanah wakaf ialah :

5
i. Haq al-hakr ialah menetap di atas tanah wakaf yang disewa,
untuk yang lama dengan seizin hakim;
ii. Haq al-ijaratain ialah hak yang diperoleh karena akad ijarah
dalam waktu yang lama, dengan seizin hakim, atau tanah
wakaf yang tidak sanggup dikembalikan ke dalam keadaan
semula misalnya karena kebakaran dengan harga yang
menyamai harga tanah, sedangkan sewanya dibayar setiap
tahun.
g) Haq al-qadar ialah hak menambah bangunan yang dilakukan oleh
penyewa.
h) Haq al-marshad ialah hak mengawasi atau mengontrol.
i) Haq al- murur ialahhak jalan manusia pada miliknya dari jalan umum
atau jalan khusus pada milik orang lain.
j) Haq ta’alli ialah hak manusia untuk menempatkan bangunannya di
atas bangunan orang lain.
k) Haq al-jiwar, yaitu hak-hak yang timbul disebabkan oleh
berdempetnya batas-batas tempat tinggal (bertetangga).
l) Haq syafah  atau haq syurb, ialah kebutuhan manusia terhadap air
untuk diminum sendiri dan untuk diminum bintangnya serta untuk
kebutuhan rumah tangganya.Ditinjau dari hak syirb, maka jenis air
dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
i. Air umum, yaitu air yang tidak dimiliki oleh seseorang,
misalnya air sungai, rawa-rawa, telaga, dan lainnya. Air milik
bersama (umum) boleh digunakan oleh siapa saja dengan
syarat tidak memadharatkan orang lain.
ii. Air di tempat yang ada pemiliknya, seperti sumur yang dibuat
oleh seorang untuk mengairi tanaman di kebunnya, selain
pemilik tanah tersebut tidak berhak untuk menguasai tempat
air yang dibuat oleh pemiliknya. Orang lain boleh mengambil
manfaat dari sumur tersebut atas seizin pemilik kebun.
iii. Air yang terpelihara, yaitu air yang dikuasai oleh pemiliknya,
dipelihara dan disimpan di suatu yang telah disediakan,
misalnya air di kolam, kendi, dan bejana-bejana tertentu.5
5Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,Fikih Muamalah, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011, h. 33-35.

6
2) Haq ‘aini thab’i ialah hak menentukan jaminan yang ditetapkan untuk
seseorang yang mengutangkan uangnya atas yang berhutang.6

D. Sebab - Sebab Kepemilikan


Untuk memiliki harta, ternyata tidak semudah yang dipikirkan oleh
manusia. Harta dapat dimiliki oleh seseorang asal tidak bertentangan dengan
aturan hukum yang berlaku ,baik hukum Islam maupun hukum adat. Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan harta dapat dimiliki, yaitu:
1. Ikraj al Mubahat, untuk harta yang belum dimiliki oleh seseorang (mubah).
Untuk memiliki benda-benda mubahat diperlukan dua syarat, yaitu:
a. Benda mubhat belum diikhrazkan oleh orang lain. Misalnya seorang
mengumpulkan air dalam satu wadah kemudian air tersebut dibiarkan, maka
orang lain tidak berhak mengambil air tersebut karena telah diikhrazkan orang
lain .
b. Adanya maksud memiliki. Seorang memiliki harta mubhat tanpa adanya niat,
itu tidak termasuk ikhraz. Seumpama seorang pemburu meletakkan jaringnya
di sawah kemudian terjeratlah burung – burung. Apabila pemburu meletakkan
jaring itu hanya sekedar untuk mengeringkan jaringannya, maka ia tidak
berhak memiliki burung-burung tersebut .
2. Khalafiyah, yaitu bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru bertempat di
tempat yang lama, yang telah hilang berbagai macam haknya. Khalafiyah ada dua
macam, yaitu:
a. Khalafiyah syakhsy ‘an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si muwaris
dalam memiliki harta benda yang ditinggalkan oleh muwaris, harta yang
ditinggalkan oleh muwaris disebut tirkah.
b. Khalafiyah syai’an syai’in, yaitu apabila seseorang merugikan milik orang lain
atau menyerobot barang orang lain, kemudian rusak ditangannya atau hilang,
maka wajiblah dibayar harganya dan diganti kerugian-kerugian pemilik harta.
Maka khalafiyah syai’an syai’in ini disebut tadlmin atau ta’widl (menjamin
kerugian).
3. Tawallud min Mamluk, yaitu segala yang terjadi dari benda yang telah dimiliki,
menjadi hak bagi yang memiliki benda tersebut. Misalnya bulu domba menjadi
milik pemilik domba.
6Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 35-37.

7
4. Karena penguasaan terhadap milik negara atas pribadi yang sudah lebih dari tiga
tahun. Umar r.a. ketika menjabat khalifah ia berkata,”Sebidang tanah akan
menjadi milik seseorang yang memanfaatkannya dari seseorang yang tidak
memanfaatkannya selama tiga tahun.” Hanafiyah berpendapat bahwa tanah yang
belum ada pemiliknya kemudian dimanfaatkan oleh seseorang, maka orang itu
berhak memiliki tanah itu.7
Hak milik yang sempurna dapat beralih dari seseorang pemilik kepada orang
lain sebagai pemilik yang baru, yaitu dengan cara :
a. Jual beli atau tukar menukar
b. Hibah
c. Wakaf
d. Perkawinan yang sah atau kekerabatan (hubungan kekeluargaan)
e. Ashobah `Uhsubah Sabababiyah, yaitu ahli waris yang terikat oleh `ushubah
sababiyah yaitu kekerabatan itu ditentukan berdasarkan hukum. Ashobah
sababiyah menurut hukum itu terjadi lantaran :
1) Adanya perjanjian untuk saling tolong-menolong.
2) Wala`ul ataqoh atau wala`ul `itqi, yaitu `ushubah yang disebabkan karena
memerdekakan budak (membebaskannya), sehingga ia memperoleh
kedudukan yang bebas dan mempunyai hak serta kewajiban sebagai manusia
bebas lainnya. Dan apabila yang dimerdekakan itu meninggal dunia dan tidak
mempunyai ahli waris, maka bekas tuannya yang
membebaskannya (mu`tiq) itulah yang berhak menerima harta warisannya.
Tetapi apabila si tuan meninggal dunia, bekas budak yang dibebaskan tidaklah
mewaris dari harta benda bekas tuannya itu.Sebagaimana hadits Nabi
Muhammad SAW, yaitu sebagai berikut :

)‫ (متفق عليه‬.َ‫إِنَّ َما ْال َوالَ ُء لِ َم ْن أَ ْعتَق‬


Artinya : “Hak wala’ itu orang yang memerdekakan.” (Muttafaq’alaih)8
Proses pemindahan hak milik bisa dikelompokkan dalam dua macam:
a) Pengalihan hak milik dengan maksud atau ikhtiar dari pemiliknya
b) Pengalihan hak milik tanpa kehendak dan ikhtiar pemiliknya tapi mengikuti keadaan
dan kenyataan. Misalnya pengalihan dikarenakan orang yang sedang menjadi
pemiliknya meninggal dunia. Pengalihan hak milik yang demikian namanya
7Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm.38
8Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, PT Dana Bhakti Wakaf, Jakarta, 1995, hlm. 32

8
pengalihan hak ijbariyah yang tidak memerlukan adanya kerelaan pihak yang
menerima sekalipun. Menurut Fiqh Islam para ahli waris dalam menerima pengalihan
hak atas harta waris tidak diperlukan kerelaan.9

9Ahcmad Kuzari, Sistem Asabah Dasar Pemindahan Hak Milik atas Harta Tinggalan, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 39

9
BAB III
PENDAHULUAN
A. Kesimpulan
1. Setiap manusia mempunyai kebutuhan sehingga sering terjadi pertentangan-
pertentangan kehendak. Untuk menjaga keperluan masing-masing, perlu ada
aturan-aturan yang mengatur kebutuhan manusia agar manusia itu tidak
melanggar dan mengambil paksa hak-hak orang lain. Maka timbullah hak dan
kewajiban diantara sesama manusia.
2. Hak ialah suatu ketentuan yang digunakan oleh syara’ untuk menetapkan suatu
kekuasan atau suatu beban hukum, sedangkan milik adalah kekhususan terdapat
pemilik suatu barang menurut syara’ untuk bertindak secara bebas bertujuan
mengambil manfaatnya selama tidak ada penghalang syar`i.
3. Dalam pengertian umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Haq mal 
b. Haq gairu mal. Hak gairu mal ada dua bagian, yaitu : 
1) Haq syakhşi 
2) Haq ‘aini. Haq ‘aini ada 2 macam yaitu :
a) Haq ‘aini aşli. Macam-macam haq ‘aini ashli sebagai berikut:
1) Haq al-milkiyah
2) Haq al-intifa’
3) Haq al-irtifaq
4) Haq al istihan
5) Haq al-ihtibas
6) Haq qarar 
7) Haq al-qadar
8) Haq al-marshad
9) Haq al- murur
10) Haq ta’alli
11) Haq al-jiwar
12) Haq syafah atau haq syurb
b) Haq ‘aini thab’i 
4. Faktor-faktor yang menyebabkan harta dapat dimiliki, yaitu:
a. Ikraj al Mubahat
b. Khalafiyah

10
c. Tawallud min Mamluk
d. Karena penguasaan terhadap milik negara atas pribadi yang sudah
lebih dari tiga tahun.

B. Saran
Penting bagi kita untuk memahami konsep hak milik dalam islam, karena kita
sebagai manusia yang hidup bermasyarakat agar bisa hidup dengan rukun dan
tentram dan tidak sewenang-wenangnya mengambil atau mengakui ha katas
orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA
Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Daradjat,Zakiah. 1995. Ilmu Fiqh. Jakarta: PT Dana Bhakti Wakaf.
Amar, Imron Abu. 1982.  Terjemahan Fat-hul Qarib. Kudus: Menara Kudus.
Kuzari,Achmad. 1996. Sistem Asabah Dasar Pemindahan Hak Milik atas
Harta Tinggalan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

12

Anda mungkin juga menyukai