Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HAK MILIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi


tugas kelompok
Mata Kuliah: Hadis Ekonomi
Dosen Pengampu: Rizqa Amelia, M.ag

Disusun oleh kelompok I :

Sem. II/AKS B

1. Adelini Siagian (0502202083)

2. Mutiara (0502202096)

3. Dita Saharani (0502202081)

4. Andini Eka Putri (0502202100)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam. Dialah dzat yang
menggenggam nyawa setiap makhluk-Nya. Tanpanya semesta alam beserta isinya
ini akan binasa. Karena Dialah yang meletakkan sesuatu sesuai proporsi dan
fungsinya. Shalawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada pemimpim
umat, Nabiyullah Muhammad SAW. Beliau sukses mengubah masyarakat
jahiliyah menjadi sosok yang cerdas secara spiritual, dan dari masyarakat
paganisme yang primitif menjadi komunitas bertauhid yang madani dari
masyarakat yang berperangai kasar menjadi masyarakat yang santun, dari
masyarakat yang tidak dikenal oleh peradaban menjadi umat yang memimpin
peradaban.

Dari masyarakat yang disebut asyadu kufran wa nifaqan menjadi kuntum


khaira ummatin. Semoga kita mendapat syafaatnya di yaumil qiyamah kelak,
Amin. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hadits Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang berjudul Hak Milik. Untuk
menyelesaikan makalah ini kami mendapatkan bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila
terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf karena
kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.

Wassalamu‟alaikum, Wr.Wb.

Medan, April 2021

Kelompok I

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah................................................................................4

B. Rumusan Masalah .........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................5

A. Asal-usul Hak................................................................................................5

B. Pengertian Hak Milik ....................................................................................5

C. Pembagian Hak .............................................................................................8

D. Sebab-Sebab Kepemilikan ..........................................................................10

E. Pandangan Islam Terhadap Kepemilikan ...................................................11

BAB III PENUTUP ...............................................................................................13

A. Kesimpulan .................................................................................................13

B. Saran ...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk membimbing


manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad SAW juga
memerintahkan kepada seluruh umatnya agar memelihara hak antar sesama.

Dalam hak milik harus dilandasi oleh aspek-aspek keimanan dan moral,
serta dijabarkan didalam aturan-aturan hukum, agar ada keadilan dan kepastian.
Benar pernyataan bahwa hukum tanpa moral dapat jatuh kepada kezaliman, dan
moral tanpa hukum dapat menimbulkan ketidakpastian.

Islam telah menetapkan adanya hak milik perseorangan maupun kelompok


terhadap harta yang dihasilkan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum
syara’. Islam juga menetapkan cara-cara melindungi hak milik ini, baik
melindungi dari pencurian, perampokan, perampasan yang disertai dengan
sanksinya. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
“Hak Milik.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagiamana asal-usul terjadinya hak ?

2. Apa pengertian hak milik ?


3. Bagaimanakah pembagian hak ?
4. Apa yang menjadi sebab-sebab kepemilikan ?

5. Bagaimana kepemilikan Al-Quran dan Hadis ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami bagiamana asal-usul terjadinya hak.


2. Memahami pengertian hak.
3. Dapat mengetahui pembagian hak.
4. Memahami sebab-sebab terjadinya kepemilikan.
5. Memahami kepemilikan dalam konsep Al-Quran dan Hadis.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Asal-usul Hak

Manusia merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat dan


membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
dikarenakan kebutuhan manusia yang beraneka ragam sehingga manusia tidak
dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Ketergantungan seseorang kepada
yang lain dirasakan ada ketika manusia itu lahir. Seseorang hanya ahli dalam
bidang tertentu saja, seperti seorang petani mampu (dapat) menanam ketela pohon
dan padi dengan baik, tetapi dia tidak mampu membuat cangkul.

Jadi, petani mempunyai ketergantungan kepada seorang ahli pandai besi


yang membuat cangkul. Juga sebaliknya, orang yang ahli dalam pandai besi tidak
sempat menanam padi, padahal makanan pokoknya adalah beras. Jadi, seorang
yang ahli dalam pandai besi memiliki ketergantungan kepada petani.

Setiap manusia mempunyai kebutuhan sehingga sering terjadi


pertentangan-pertentangan kehendak. Untuk menjaga keperluan masing-masing,
perlu ada aturan-aturan yang mengatur kebutuhan manusia agar manusia itu tidak
melanggar hak-hak orang lain. Maka timbullah hak dan kewajiban diantara
sesama manusia.1

B. Pengertian Hak Milik

Menurut pengertian umum, hak ialah:

َ ‫س ْل‬
‫طةَ ْأوت َ ْك ِل ْيفَا‬ ُ ‫ع‬ ‫اص يُ َق ِ ّر ُر ِب ِه ال ﱠ‬
ُ ‫ش ْر‬ ٌ ‫ص‬َ ‫اِجْ ِت‬

Artinya: “suatu ketentuan yang digunakan oleh syara’ untuk menetapkan suatu
kekuasaan atau suatu beban hukum.”

1
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamlah, Semarang : Pustaka Rizky
Putra, 1999, halaman 199.

5
Pengertian hak sama dengan arti hukum dalam istilah ahli ushul’:

ِ ‫ْث اْﻷ َ ْشخ‬


‫َاص‬ ُ ‫اس مِ ْن َحي‬ َ ‫اﻹ ْلزَ ِام َع‬
ِ ‫ﻼئِقَ النﱠ‬ َ ‫ش ْر ِعيﱠ ِة الﱠتِى تَ ْنتَظِ ُم َعلَى‬
ِ ‫س ِبي ِْل‬ ‫ص ال ﱠ‬ ُ ‫َمجْ ُم ْو َعةُ ْالقَ َوا ِع ِد َوالنﱡ‬
ِ ‫ص ْو‬
‫َواْﻷ َ ْم َوا ِل‬

Artinya: “Kekhususan terdapat pemilik suatu barang menurut syara’ untuk


bertindak secara bebas bertindak secara bebas bertujuan mengambil manfaatnya
selama tidak ada penghalang syar’i”2

Milik didefinisikan sebagai berikut:

‫ي‬ ِّ ‫ص ﱡرفِ َواْﻻِ ْنتِفَاعِ ِع ْندَ َعد َِم ْال َمان ِِع ْالش َْر ِع‬
َ ‫صاحِ بُهُ ش َْرعًا اَ ْن َي ْستَ ِبدﱠ ِبالتﱠ‬
َ ُ‫اص ي ُْم ِكن‬
ٌ ‫ص‬َ ِ‫ا ِْخت‬

Artinya: “sekumpulan kaidah dan nash yang mengatur atas dasar harus ditaati
untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik mengenai orang
maupun mengenai harta.”

Ada juga hak didefinisikan sebagai berikut:

ٍ ‫ْئ أَ ْو َما يَ ِجبُ َع َلى ش َْخ‬


‫ص ِلغَي ِْر ِه‬ َ ‫الس ْﱡل‬
‫طةُ َع َلى ال ﱠ‬
ٍ ‫شي‬

Artinya: “kekuasaan mengenai sesuatu atau sesuatu yang wajib dari seseorang
kepada yang lainnya”

Apabila seseorang telah memiliki suatu benda yang sah menurut syara’,
orang tersebut bebas bertindak terhadap benda tersebut, baik akan di jual maupun
akan digadaikan, baik dia sendiri maupun dengan perantara orang lain.3

Islam juga memberikan batas-batas tentang hak milik agar manusia


mendapat kemaslahatan dalam pengembangan harta tadi dalam pengembangan
harta tadi dalam menafkahkan dan dalam perputarannya, yaitu melalui prinsip-
prinsip, diantaranya:

2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, halaman 33.
3
Imron Abu Amar, Terjemhan Fat-hul Qarib, Menara Qudus, Kudus, 1982, halaman 326.

6
1. Hakikatnya harta itu adalah milik Aallah SWT. Firman Allah dalam surat
al-Hadid ayat 7:

۟ ُ‫وا مِ ن ُك ْم َوأَنفَق‬
ٌ ِ‫وا َل ُه ْم أَجْ ٌر َكب‬
‫ير‬ ۟ ‫وا مِ ﱠما َجعَ َل ُكم ﱡم ْست َْخلَفِينَ فِي ِه ۖ فَٱلﱠذِينَ َءا َم ُن‬
۟ ُ‫سو ِلِۦه َوأَن ِفق‬ ۟ ُ‫َءامِ ن‬
ُ ‫وا بِٱللﱠ ِه َو َر‬

Artinya: “Beriman lah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman diantarakamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh paahal yg besar”.

2. Harta kekayaan jangan sampai ada atau dimiliki oleh segolongan kecil
masyarakat. Firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat 7:

‫س ِب ۡي ۙ ِل ك َۡى َﻻ‬
‫ال ﱠ‬ ‫س ۡو ِل َو ِلذِى ۡالقُ ۡربٰ ى َو ۡال َي ٰتمٰ ى َو ۡال َمسٰ ك ِۡي ِن َو ۡاب ِن‬ ‫س ۡول ِٖه مِ ۡن اَ ۡه ِل ۡالقُ ٰرى فَ ِللﱣ ِه َول ﱠ‬
ُ ‫ِلر‬ ُ ‫َم ۤا اَفَا ٓ َء اللﱣهُ َع ٰلى َر‬
ُ ‫اِنﱠ اللﱣهَ َشد ِۡيد‬ َ‫س ۡولُ فَ ُخذُ ْوهُ َو َما نَهٰ ى ُك ۡم َع ۡنهُ فَا ْنت َ ُه ۡوا ۚ َواتﱠقُوا اللﱣه‬
ُ ‫الر‬ َ ۡ َ‫يَ ُك ۡونَ د ُۡو َل ۢةً بَ ۡين‬
‫اﻻ ۡغ ِن َيآءِ مِ ۡن ُك ۡمؕ َو َم ۤا ٰا ٰتى ُك ُم ﱠ‬
ِ ‫ۡال ِعقَا‬
‫ب‬

Artinya: “apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang ada dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredardi antara orang-orang
kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.
Dan apa yang di larangnya bagimu, maka tinggalkan lah dan bertaqwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumnya”.

3. Ada barang-barang yang karena dlaluri-nya adalah untuk kepentingan


masyarakat seluruhnya.4

Mazhab Maliki dan Hanafi mengemukakan teori ta’asuf yang didalam


penerapannya terhadap hak milik adalah sebagai berikut:

a. Tidak boleh menggunakan hak kecuali untuk mencapai maksud


yang dituju dengan mengadakan hak tersebut.

4
A.Dzadzuli, Fiqh Siyasah, Fajar Interperatama Offset, Jakarta, 2003, halaman 209-212.

7
b. Menggunakan hak di anggap tidak menurut agama jika
mengakibatkan timbulnya bahaya yang tidak lazim.

c. Tidak boleh menggunakan hak kecuali untuk mendapat manfaat


bukan untuk merugikan orang lain.

d. Tidak boleh mengunakan hak melebihi aturan syari’ah.

e. Tidak boleh menggunakan hak yang lebih condong ke


madharatnya daripada manfaatnya.

Hak yang dijelaskan di atas adakalanya merupakan sultah dan taklifi

1. Sultah terbagi dua, yaitu:

a. Sultah ‘ala al nafsi ialah hak seseorang terhadap jiwa,


seperti hak memelihara anak.

b. Sultah ‘ala syai’in mu’ayanin ialah hak manusia untuk


memiliki sesuatu, seperti seseorang berhak memiliki sebuah
mobil.

2. Taklifi adalah orang yang bertanggung jawab. Taklifi adakalanya


tanggungan pribadi (‘ahdah syakhsiyah) seperti seorang buruh
menjalankan tugasnya, adakalanya tanggungan harta (‘ahdah
maliyah) seperti membayar hutang.

C. Pembagian Hak

Dalam pengertian umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Haq mal ialah:

ِ ‫ال َكمِ ْل ِكيﱠ ِة اْﻷ َ ْع َي‬


‫ان َوالدﱡي ُْو ِن‬ ِ ‫َما َيتَ َعلﱠقُ ِب ْال َم‬

8
Artinya: “Sesuatu yang berpautan dengan harta, seperti pemilikan
benda-benda atau utang-utang.”

2. Haq gairu mal ialah sesuatu yang berpautan selain harta.

Hak gairu mal ada dua bagian: haq syakhşi dan haq `aini

a. Haq syakhşi ialah:

‫ص َعلَى أَخَر‬
ٍ ‫ع ِلش َْخ‬ ْ ‫َم‬
‫ط َلبٌ يُق ﱡِرهُ ال ﱠ‬
ُ ‫ش ْر‬

Artinya: “Suatu tuntutan yang ditetapkan syara’ dari seseorang


terhadap orang lain.”

b. Haq ‘aini ialah hak orang dewasa dengan bendanya tanpa


dibutuhkan orang kedua. Haq ‘aini ada 2 macam: aşli dan ţab`i.

1) Haq ‘aini aşli ialah adanya wujud benda tertentu dan adanya şahub al-haq
seperti hak milkiyah dan hak irtifaq.

Macam-macam haq ‘aini ashli sebagai berikut:

a) Haq al-milkiyah, hak yang memberikan pemiliknya hak wilayah

b) Haq al-intifa’ ialah hak hanya boleh dipergunakan dan diusahakan


hasilnya.

c) Haq al-irtifaq ialah hak memiliki manfaat yang ditetapkan untuk suatu
kebun atas kebun yang lain, yang dimiliki bukan oleh pemilik kebun
pertama.

d) Haq al istihan, hak yang diperoleh dari harta yang digadaikan

e) Haq al-ihtibas ialah hak menahan suatu benda.

f) Haq qarar (menetap) atas tanaf wakaf.

g) Haq al-jiwar hak-hak yang timbul disebabkan oleh berdempetnya batas-


batas tempat tinggal.

h) Haq syafah atau haq syurb ialah kebutuhan manusia terhadap air untuk
kebutuhan sehari-hari.

9
2) Hak ‘aini thab’i ialah hak menentukan jaminan yang ditetapkan untuk
seseorang yang mengutangkan uangnya atas yang berhutang.5

D. Sebab-Sebab Kepemilikan

Faktor-faktor yang menyebabkan harta dimiliki antara lain :

1. Ikhraj al Mubahat, untuk harta yang mubah (belum dimiliki oleh


seseorang) atau :
“Harta yang tidak termasuk dalam harta yang dihormati (milik yang
sah) dan taka da penghalang syara’ untuk dimiliki”.6

Untuk memiliki benda-benda mubahat diperlukan dua syarat, yaitu :

a) Benda mubahat belum diikhrazkan oleh orang lain. Seseorang


mengumpulkan air dalam satu wadah, kemudian air tersebut dibiarkan
maka orang lain tidak berhak mengambil air tersebut, sebab telah
diikhrazkan orang lain.
b) Adanya niat (maksud) memiliki. Maka seseorang memperoleh harta
mubahat tanpa adanya niat, tidak termasuk ikhraz umpamanya seorang
pemburu meletakkan jaringnya di sawah, kemudian terjeratlah burung-
burung, bila pemburu meletakkan jaringnya sekedar untuk mengeringkan
jaringnya, ia tidak berhak memiliki burung-burung tersebut.

2. Khalafiyah, yang dimaksudkan dengan khalafiyah ialah :


“Bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru bertempat di
tempat yang lama, yang telah hilang berbagai macam haknya”.
Khalafiyah ada dua macam yaitu :

5
Hendi Suhendi,OP.Cit, halaman 35-37.

6
Ibid, halaman 38.

10
1) Khalafiyah syakhsy ‘an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si
muwaris dalam memiliki harta yang ditinggalkan oleh muwaris, harta yang
ditinggalkan oleh muwariz disebut tirkah.
2) Khalafiyah syai’an syai’in, yaitu apabila seseorang merugikan milik orang
lain atau menyerobot barang orang lain, kemudian rusak ditangannya atau
hilang, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti kerugian-kerugian
pemilik harta.

3. Tawallud min mamluk, yaitu segala yang terjadi dari benda yang
telah dimiliki, menjadi hak bagi yang memiliki benda tersebut.
Misalnya bulu domba menjadi milik pemilik domba.

E. Pandangan Islam Terhadap Kepemilikan

Islam memiliki suatu pandangan yang khas mengenai masalah


kepemilikan, yang berbeda dengan pandangan kapitalisme dan sosialisme. Harta
benda menurut islam bukanlan milik pribadi (kapitalisme) dan bukan pula milik
bersama (sosialisme) melainkan milik Allah, sebab ia dielaborasi dari al-Qur’an
dan Sunnah. Dialah Pencipta, Pengatur, Pemilik segala yang ada di alam semesta
ini. Pernyataan ini disebutkan dalam firman-Nya surat al-Ma’idah ayat 120 :

ٌ ۢ ‫ش ْىءٍ قَد‬
‫ِير‬ ِ ‫ِللﱠ ِه ُم ْلكُ ٱل ﱠس ٰ َم ٰ َو‬
ِ ‫ت َو ْٱﻷ َ ْر‬
َ ‫ض َو َما فِي ِه ﱠن ۚ َو ُه َو َعلَ ٰى ُك ِّل‬
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang diantara
keduanya. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. al-Ma’idah : 120).

Selain itu, Allah SWT. Memberikan wewenang pula kepada manusia


untuk menguasai (istikhlaf) hak milik tersebut, dan memberikan izin kepemilikan
pada orang tertentu yang sifatnya real. Allah SWT berfirman :

11
ٓ ‫َو َءاتُو ُهم ِ ّمن ﱠما ِل ٱللﱠ ِه ٱلﱠذ‬
‫ِى َءات َ ٰى ُك ْم‬
“Berikanlah kepada mereka Sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu”. (QS. an-Nuur : 33).

‫سو ِل ِه َوأَ ْن ِفقُوا ِم ﱠما َج َعلَ ُك ْم ُم ْست َ ْخلَفِينَ فِي ِه‬


ُ ‫ِآمنُوا ِباللﱠ ِه َو َر‬
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya…”(QS. al-
Hadid:7)

Seseorang yang memperoleh harta, pada hakekatnya hanya menerima


titipan sebagai amanat untuk disalurkan dan dibelanjakan sesuai kehendak
pemilik-Nya, baik dalam pengembangan harta maupun penggunaannya. Sebab
sejak semula Allah SWT telah menetapkan bahwa harta yang dianugerahkan-Nya
adalah diperuntukkan buat manusia di muka bumi, guna memenuhi
kepentingannya. Firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 29:

‫ض‬
ِ ‫اﻻ ْر‬ ْ ‫ُه َو الﱠذ‬
َ ْ ‫ِي خَ لَقَ لَ ُك ْم ﱠما فِى‬

“Dialah yang telah menciptakan untukmu segala apa yang ada di bumi…”.

Disamping itu, Islam telah mengatur degan jelas bagaimana suatu hak
milik dapat diperoleh secara sah dan pantas. Sebaliknya, Islam melarang
rampasan atau perampokan atas suatu hak milik, sehingga menimbulkan
ketidakadilan (kezhaliman) atau penindasan atas suatu pihak dengan pihak lainnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat dan


membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap manusia
mempunyai kebutuhan sehingga sering terjadi pertentangan-pertentangan
kehendak. Untuk menjaga keperluan masing-masing, perlu ada aturan-aturan yang
mengatur kebutuhan manusia agar manusia itu tidak melanggar hak-hak orang
lain. Maka timbullah hak dan kewajiban diantara sesama manusia.

Hak milik adalah kekuasaan seseorang terhadap sesuatu atau terhadap sutu
barang dan mempunyai kebebasan bertindak secara bebas terhadap barang
tersebut, baik akan dijual maupun akan digadaikan, baik dia sendiri maupun
dengan perantara orang lain.

Islam juga memberikan batas-batas tentang hak milik agar manusia


mendapat kemaslahatan dalam pengembangan harta tadi dalam pengembangan
harta tadi dalam menafkahkan dan dalam perputarannya, yaitu melalui prinsip-
prinsip, diantaranya: Hakikatnya harta itu adalah milik Aallah SWT, harta
kekayaan jangan sampai ada atau dimiliki oleh segolongan kecil masyarakat, ada
barang-barang yang karena dlaluri-nya adalah untuk kepentingan masyarakat
seluruhnya.

Secara umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Haq mal ialah sesuatu yang berhubungan dengan harta.

2. Haq gairu mal ialah sesuatu yang berpautan selain harta.

Faktor-faktor yang menyebabkan harta dimiliki antara lain :

a. Ikhraj al Mubahat, untuk harta yang mubah (belum dimiliki oleh


seseorang)

13
b. Khalafiyah, Bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru bertempat di
tempat yang lama, yang telah hilang berbagai macam haknya.
c. Tawallud min mamluk, yaitu segala yang terjadi dari benda yang telah
dimiliki.
Harta benda menurut islam bukanlan milik pribadi (kapitalisme) dan
bukan pula milik bersama (sosialisme) melainkan milik Allah, sebab ia
dielaborasi dari al-Qur’an dan Sunnah.

B. Saran

Alhamdulilah tugas yang diamanahkan dosen kepada kami yang berjudul


“Hak Milik” telah selesai. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun, agar penuyusunan makalah kami dikemudian hari bisa lebih baik
lagi. Dan semoga makalah yang kami susun ini bisa memberikan manfaat bagi
anyak pihak, terkhususnya kami ssebagai penulis makalah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamlah, Semarang : Pustaka

Rizky Putra, 1999.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002

Imron Abu Amar, Terjemhan Fat-hul Qarib, Menara Qudus, Kudus, 1982.

A.Dzadzuli, Fiqh Siyasah, Fajar Interperatama Offset, Jakarta, 2003.

Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, PT Dana Bhakti Wakaf, Jakarta, 1995.

15

Anda mungkin juga menyukai