Anda di halaman 1dari 11

MENULIS PROPOSAL PENILITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen pengampu : Dr. Yayat Suryatna M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 1

1. Atik Fatihatus Sholikhah(2108109061)


2. Bela Astria(2108109053)
3. Yunita (2108109045)

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON


Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Telp : (0231) 48126
Fax : (0231) 489926 Cirebon Jawa Barat 45132
Website : www.syekhnurjati.ac.id2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
fikiran maupun materinya
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
membaca praktekan dalam kehidupan sehari - hari .Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing kami yaitu dosen Dr. Yayat Suryatna M.Ag. yang telah senantiasa
memberikan kami arahan serta bimbingan kami para mahasiswa dan mahasiswi baru jurusan
Manajemen Pendidikan islam tahun 2022.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar… … .. … … .. … … .. … … .. …… .. … … … … … … .
BAB 1………………………………………………………………………
Latar belakang… . . … .. … … . … … .. … .. … . … .. … … .. … .. … .. …
Rumusan masalah… .. … .. … .. … … .. … … … … … … .. … .. … .. … …
Tujuan. .. … .. … .. … .. … … .. … … … .. … .. … … .. … .. … .. … … … .
BAB 2 … .. … .. … .. … … … .. … .. ,… .. … .. … … … .. ……..… .. … ..
Pengertian falsafah pendidikan islam… .. … .. … .. … .. … .. … … … .. …
sumber-sumber falsafat pendidikan islam… .. … .. … .. … .. … .. … … . … .
Syarat- syarat falsafah pendidikan. … .. … .. … .. … … .. … .. … … .. … …
Kesimpulan… .. … .. … .. … … .. … … .. … … .. … .. … .. … .. … .. … .

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam,
maka sebagai konsekuensi logis, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan
filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan
dianutnya. Filsafat pendidikan memanifestasikan pandangan ke depan tentang generasi
yang akan dimunculkan. Dalam kaitan ini filsafat pendidikan Muhammadiyah tidak dapat
dilepaskan dari filsafat pendidikan Islam, karena yang dikerjakan oleh Muhammadiyah
pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Islam yang menurut Muhammadiyah menjadi
dasar pijakan bagi pembentukan manusia Muslim. Oleh karena itu, sebelum mengkaji
orientasi filsafat pendidikan Muhammadiyah perlu menelusuri konsep dasar filsafat
pendidikan Islam yang digagas oleh para pemikir maupun praktisi pendidikan Islam.
Filsafat pendidikan Islam membincangkan filsafat tentang pendidikan bercorak Islam
yang berisi perenungan-perenungan mengenai apa sesungguhnya pendidikan Islam itu
dan bagaimana usaha-usaha pendidikan dilaksanakan agar berhasil sesuai dengan
hukum-hukum Islam. Mohd. Labib Al-Najihi, sebagaimana dikutip Omar Mohammad
Al-Toumy Al-Syaibany, memahami

Filsafat pendidikan sebagai aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat itu
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.(Al-
Syaibany,: 1979: 31). Suatu filsafat pendidikan yang berdasar

4
Islam tidak lain adalah pandangan dasar tentang pendidikan yang bersumberkan
ajaran Islam dan yang orientasi pemikirannya berdasarkan ajaran tersebut. Dengan
perkataan lain, filsafat pendidikan Islam adalah suatu analisis atau pemikiran rasional
yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis dan metodologis untuk memperoleh
pengetahuan mengenai hakikat pendidikan Islam.

Al-Syaibany (1979 : 47-50) menandaskan bahwa filsafat pendidikan Islam harus


mengandung unsur-unsur dan syarat-syarat sebagai berikut: (1) dalam segala prinsip,
kepercayaan dan kandungannya sesuai dengan ruh (spirit) Islam; (2) berkaitan dengan
realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi, dan politiknya; (3)
bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah); (4) pembinaannya
berdasarkan pengkajian yang mendalam dengan memperhatikan aspek-aspek yang
melingkungi; (5) bersifat universal dengan standar keilmuan; (6) selektif, dipilih yang
penting dan sesuai dengan ruh agama Islam; (7) bebas dari pertentangan dan
persanggahan antara prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasarnya; dan (8)
proses percobaan yang sungguhsungguh terhadap pemikiran pendidikan yang sehat,
mendalam dan jelas.
Objek kajian filsafat pendidikan Islam, menurut Abdul Munir Mulkhan, dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat pendidikan Islam
adalah bahan dasar yang dikaji dan dianalisis, sementara obyek formalnya adalah cara
pendekatan atau sudut pandang terhadap bahan dasar tersebut. Dengan demikian, obyek material
filsafat pendidikan Islam adalah segala hal yang berkaitan dengan usaha manusia secara sadar
untuk menciptakan kondisi yang memberi peluang berkembangnya kecerdasan, pengetahuan dan
kepribadian atau akhlak peserta didik melalui pendidikan.

B. Rumusan masalah
1.apa pengertian filsafah pendidikan islam?
2.apa sunber-sumber yang terkandung dalam falsafah pendidikan islam?
3.apa syarat-syarat falsafah pendidikan islam?

5
C. Tujuan
1.agar kita mengetahui pengertian nya
2.dan agar kita tau bahwa sumber sumber yang terkandung di dalam
falsafah pendidikan islam itu
3.kemudian syarat- syarat falsafah pendidikan islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat pendidikan Islam
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos
yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu
atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah
hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,
memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia
menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan
sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu
terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang
berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang
berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan
atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab
disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai

6
orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas
dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta
terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan
atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh
para ahli, atau pengertian dari segi praktis.
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang
lazim digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan
yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam
pendidikan, yaitu: (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan
yang dilakukan secara sadar; (2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong; (3) Ada yang di
didik atau si terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5)
Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan
kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan
sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman
hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan
kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga
mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur
masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur
kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti
ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian
yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan
program pendidikan seumur hidup (long life education ).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya
bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang
pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis
dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa
pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju
7
kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka,
dan seterusnya. Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist
Firman Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan
perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami
menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan
sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-
Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai
oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat
kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama
hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin
hal. 90)”. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati
untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam
bentuk pendidikan Islam. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah
benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan
kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan
pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama
keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang
kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada
generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan
bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak
penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak
pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu
memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak
dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai
macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna
melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori
pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang
sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan
studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada
resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa
dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya
8
didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat
menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum
dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya.
Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang
tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas
buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan
kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih
kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan
masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi,
mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat
mendasar.
Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan
Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan
pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai
itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya
lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al
Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk
lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung
jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah
kepada Nya
4. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan
membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan
kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya.
B. Ciri-ciri dan Syarat-syarat Berfilsafat
Fikiran kefilsafatan atau berfilsafat merupakan usaha manusia untuk menyusun suatu
bagan konsepsional (rencana kerja), konsep ini merupakan hasil generalisasi serta abstraksi
dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan yang umum. Filsafat
pada dasarnya merupakan 'Pemikiran' tentang hal-hal atau proses seperti diatas.
Jadi filsat itu merupakan hasil menjadi serta sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri
sebagai pemikir di dalam dunia yang dipikirkan. Dengan demikian ciri-ciri kefilsafat dapat
9
dibatasi sebagai berikut :
Adanya hubungan antara jawaban-jawaban yang difilsafati, maksudnya dari sekian
banyak pertanyaan yang diberikan atau yang diperoleh dari berbagai persoalan yang dihadapi
membutuhkan jawaban-jawaban yang memiliki hubungan timbal balik. Contohnnya : apa
yang diamakan kebenaran ? maka seorang filosof harus menemukan apa yang dikatakan
kenyataan. Maksudnya bila pertanyaan tentang kebenaran, hendak dijawab. Maka filosof
berusaha untuk menjawab terhadap pertanyaan yang menyangkut dengan pertanyaan yang
lain, seperti tentang "kenyataan".
Adanya pemikiran yang koheren, maksudnya perenungan filsafat berusaha untuk
menyusun bagan yang koheren atau runtut (konsisten), yaitu suatu perenungan filsafat tidak
boleh mengandung pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan. Contoh : bila hujan turun,
maka tidak mungkin jawabannya tidak benar bahwa hujan turun.
Berfikir rasional, maksudnya bahwa perenungan filsafat harus berdasar pada konsepsional
yaitu bagan-bagan yang bersifat logis yang memiliki hubungan satu dengan yang lain.
Menyelesaikan persoalan-persoalan dengan yang berdasar pada premis-premis logis.
Berfikir komprehensif, maksudnya adalah seorang filosof berusaha memberikan penjelasan
tentang dunia seluruhnya termasuk dunia dirinya sendiri. Filsafat dalam bentuk ini adalah
mencari kebenaran dalam bentuk yang paling umum.
Memahami pandangan dunia luas dengan analisa, perenungan filsafat disini berusaha
memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia yang
memberikan yang memberikan keterangan dunia semua dan semua hal yang ada di dalamnya.
Dengan demikian, kenyataan menunjukkan bahwa hanya orang-orang tertentu yang
dapat mengemukakan pendapat secara filosofi, karena filsafat itu sendiri merupakan hasil
renungan manusia terdalam. Perenungan manusia yang mendalam tentang sesuatu persoalan
tentu menggunakan metode berfikir. Dengan demikian ciri khas dari pada berfikir yang
filosofis adalah :
1. Radikal, berasal dari kata "Radix" berarti akar, berfikir radikal berfikir sampai
konsekwensinya yang terakhir.
2. Sistematis, yaitu berfikiran logis bergerak selangkah dengan penuh kesadaran dengan
urutan yang paling berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur. Atau dengan
kata lain sistimatis dapat dijelaskan sebagai berikut : "Seorang pelajar filsafat dalam
menghadapi filsafat mesti bermula dari perjalanan menghadapi teori pengetahuan yang
terdiri atas beberapa cabang filsafat, setelah itu ia mempelajari teori hakekat yang
meruakan cabang lain.
10
Kemudian ia mempelajari teori nilai atau filsafat nilai.
Universal, yaitu berfikir secara umum dan tidak secara tetrtentu (khusus) atau tidak
terbatas pada bagian tertentu kebenarannya. Maksudnya kebenaran yang diperoleh ilmu
pengetahuan lewat penyelidikan misalnya bukan bersifat universal, akan tetapi keuniversalan
filsafat adalah kebenaran bersifat umum yang memenuhi metode filsafat.
Logis, artinya segala kebenaran yang diperoleh dari perenungan yang mendalam mesti masuk
akal, atau kebenaran yang bersifat masuk akal, atau fikiran yang dinyatakan dengan bahasa.
Soeryanto Poespowardoyo mengemukakan ciri-ciri filsafat sebagai berikut :
Reflektif, yaitu menemukaunsur yang hakiki, berfilsafat disini adalah harus menghubungkan
gejala-gejala objek yang dibahas dengan dirinya sendiri, yaitu dengan mengadakan
perenungan yang mendalam baik dalam pengamatan maupun penghayatan.
Kritis dan Rasional, maksudnya adalah berusaha untuk menemukan pengertian nilai
dan makna dilakukan dengan kemampuan yang tinggi secara kodrati.
Integratif, maksudnya adalah berusaha melihat secara keseluruhan tanpa dipengaruhi oleh
hal-hal yang subyektif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan demikian ciri-ciri kefilsafat dapat dibatasi sebagai berikut : Adanya hubungan
antara jawaban-jawaban yang difilsafati, maksudnya dari sekian banyak pertanyaan yang
diberikan atau yang diperoleh dari berbagai persoalan yang dihadapi membutuhkan jawaban-
jawaban yang memiliki hubungan timbal balik.
Adanya pemikiran yang koheren, maksudnya perenungan filsafat berusaha untuk
menyusun bagan yang koheren atau runtut (konsisten), yaitu suatu perenungan filsafat tidak
boleh mengandung pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan.
Berfikir rasional, maksudnya bahwa perenungan filsafat harus berdasar pada
konsepsional yaitu bagan-bagan yang bersifat logis yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain. Memahami pandangan dunia luas dengan analisa, perenungan filsafat disini
berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia yang
memberikan yang memberikan keterangan dunia semua dan semua hal yang ada di dalamnya.
Logis, artinya segala kebenaran yang diperoleh dari perenungan yang mendalam mesti masuk
akal, atau kebenaran yang bersifat masuk akal, atau fikiran yang dinyatakan dengan bahasa.

11

Anda mungkin juga menyukai